penguatan kelembagaan pemerintahan daerah dari perspektif...

48
Disampaikan pada: Sosialisasi Kebijakan Terkait Pelaksanaan Instansi Vertikal Pelaksana Urusan Pemerintahan Umum Gowa, 28 Oktober 2015 Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Daerah dari Perspektif Akademis Oleh: Prof. Dr. Dra. Hj.Erliana Hasan, M.Si

Upload: vucong

Post on 03-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Disampaikan pada:

Sosialisasi Kebijakan Terkait Pelaksanaan Instansi Vertikal Pelaksana Urusan

Pemerintahan Umum

Gowa, 28 Oktober 2015

Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Daerah dari

Perspektif Akademis

Oleh:

Prof. Dr. Dra. Hj.Erliana Hasan, M.Si

Kenapa Perlu Ada Pemerintahan ?

• Untuk menciptakan Law And Order (Ketenteraman & Ketertiban

• Untuk menciptakan Walfare (kesejahteraan)

Kenapa perlu ada Pemerintah Daerah

• Wilayah negara terlalu luas

• Menciptakan kesejahteraan secara demokratis

BEBERAPA MAKNA YANG

BERBEDA

• 1. PEMERINTAHAN DAERAH ADALAH

PENYELENGGARA URUSAN

PEMERINTAHAN OLEH PEMERINTAH

DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

DAERAH MENURUT AZAS OTONOMI

DAN TUGAS PEMBANTUAN DG

PRINSIP OTONOMI SELUAS-LUASNYA

DALAM SISTEM NKRI

PEMERINTAH DAERAH

• ADALAH KEPALA DAERAH SEBAGAI

UNSUR PENYELENGGARA

PEMERINTAHAN DAERAH YANG

MEMIMPIN PELAKSANAAN URUSAN

PEMERINTAHAN YANG MENJADI

KEWENANGAN DAERAH OTONOM

DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH

• ADALAH LEMBAGA PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH YANG

BERKEDUDUKAN SEBAGAI UNSUR

PENYELENGGARA PEMERINTAHAN

DAERAH

URUSAN PEMERINTAHAN

• KEWENANGAN WAJIB YANG

DILAKSANAKAN OLEH SEMUA DAERAH.

• KEWENANGAN PILIHAN YAITU UUSAN

PEMERINTAH YANG WAJIB

DISELENGGARAKAN OLEH DAERAH

SESUAI POTENSI YANG DIMILIKI DAERAH

PELAYANAN DASAR

PELAYANAN PUBLIK UNTUK

MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR

WARGA NEGARA

Penerapan

aturan

kepegawaian

banyak yang

tidak konsisten.

Dekonsentrasi

(Pemerintah Wilayah/Field

Administration)

Pemerintah Pusat

Desentralisasi

(Pemerintah daerah)

Power Sharing

1. Otonomi Daerah

2. Otonomi Luas

Functional Field - Administration:kandep/kanwil

Integrated Field - Administration: kepala Wilayah

UU 23 TAHUN 2014

MENSYARATKAN

1. Kemendagri sebagai poros jalannya

roda pemerintahan dan politik Dalam

Negeri.

2. Meningkatkan Pelayanan kepada

masyarakat

3. Tegaknya Demokrasi

4. Menjaga keutuhan bangsa

PRIVATISASI PEMERINTAH

PUSAT

DEKONSENTRASI

Provinsi

Kabupaten / Kota

Daerah Otonom

Otorita

BUMN

Nusakambangan Dll

Delegasi

Kanwil/Kandep

Kepala Wilayah

Pemerintah

Administratif/Wilayah

SWASTA

BOT

BOL

DLL

DESENTRALISASI

PASAL 18 UUD NEGARA RI

• NKRI DIBAGI ATAS DAREAH-DAERAH PROVINSI DAN

DAERAH PROVINSI DIBAGI ATAS KABUPATEN DAN KOTA,

YANG TIAP-TIAP PROVINSI, KABUPATEN/KOTA

MEMPUNYAI PEMERINTAHAN DAERAH YANG DIATUR

DENGAN UNDANG-UNDANG.

• PEMERINTAH DAERAH MENGATUR DAN MENGURUS

SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN MENURUT AZAS

OTONOMI DAN TUGAS PEMBANTUAN

lanjutan

• PEMERINTAH DAERAH MEMILIKI DPRD

YANG ANGGOTANYA DIPILIH MELALUI

PEMILIHAN UMUM.

• GUBERNUR, BUPATI, WALIKOTA

MASING-MASING SEBAGAI KEPALA

DAERAH DIPILIH SECARA DEMOKRATIS.

• PEMERINTAH DAERAH MENJALANKAN

OTONOMI SELUAS-LUASNYA

lanjutan

• UNIT PEMERINTAH DIAKUI SEBAGAI

LEMBAGA PEMBERI PELAYANAN KEPADA

MASYARAKAT YANG MEMILIKI

PENGARUH DAN BERWIBAWA

• TERDAPAT HUBUNGAN TIMBAL BALIK &

KEMITRAAN ANTAR PEMPUS DAN PEMDA

SERTA UNIT ORGANISASI LAINNYA

DALAM SISTEM NKRI

No. Telaah

perbanding

an

UU no. 32 tahun 2004 UU no. 23 tahun 2014

1. Asas-asas

pemerintaha

n daerah

a.asas kepastian

hukum;

b.asas tertib

penyelenggara

negara;

c.asas kepentingan

umum;

d.-asas keterbukaan;

e.asas proporsionalitas;

f.asas profesionalitas;

g.asas akuntabilitas;

h.asas efisiensi; dan

i.asas efektivitas.

a. kepastian hukum;

b. ertib penyelenggara

negara;

c. kepentingan umum;

d. keterbukaan;

e. proporsionalitas;

f. profesionalitas;

g. akuntabilitas;

h. efisiensi;

i. efektivitas; dan

j. keadilan.

2. Pembagian

kekuasaan

antara pusat

dan daerah

pemerintah pusat merinci

apa saja yang menjadi

urusan pemerintahannya

kemudian selebihnya

menjadi urusan daerah (

general competence).

Pemerintah pusat

mengambil bagian :

a. politik luar negeri;

b. pertahanan;

c. keamanan;

d. yustisi;

e. moneter dan fiskal

nasional;

f. agama.

urusan pemerintahan absolut,

urusan pemerintahan

konkuren, dan urusan

pemerintahan umum.

pemerintah pusat merinci apa

saja yang menjadi urusan

pemerintahannnya selebihnya

jadi urusan daerah.Urusan

pemerintahan pusat

meliputi:

a. politik luar negeri;

b. pertahanan;

c. keamanan;

d. yustisi;

e. moneter dan fiskal nasional;

dan

f. agama.

3. Hubungan

kepala

daerah

dengan

DPRD

1. kepala daerah

bersama DPRD

menetapkan perda

2. terkait APBD

3. terkait Renstra pemda

4. terkait pengangkatan

dan pemberhentian

kepala daerah.

1. kepala daerah bersama

DPRD menetapkan

perda.

2. terkait APBD

3. menyusun dan

mengajukan rancangan

Perda tentang RPJPD dan

rancangan Perda tentang

RPJMD kepada DPRD

untuk dibahas bersama

DPRD, serta menyusun

dan menetapkan RKPD;

4. terkait pengangkatan dan

pemberhentian kepala

daerah.

4. Masalah

pemilih

an

kepala

daerah

satu pasangan

calon yang

dilaksanakan

secara

demokratis

berdasarkan asas

langsung, umum,

bebas, rahasia,

jujur, dan adil.

satu pasangan

calon yang

dilaksanakan

secara demokratis

berdasarkan asas

langsung, umum,

bebas, rahasia,

jujur, dan adil.

Permasalahan dalam penerapan

UU 23 Tahun 2014

1. Rendahnya pemahaman generasi muda

terhadap 8 pilar kehidupan bangsa (UUD

45-kebhinnekaan-NKRI-Demokratisasi-

Revolusi Karakter bangsa-restorasi sosial

budaya

2. Lemahnya supra dan infrastruktur politik

3. Belum memadainya Sarpras yang memadai

dalam mendukung Tupoksi Gubernur sbg

wakil pempus di daerah

Lanjutan

4.Lemahnya Lobby penyelesaian batas antar

daerah bahkan telah memunculkan konflil

horizontal

5.Penerapan SPM pelayanan publik belum

memenuhi harapan masyarakat

6.Pembangunan yang belum merata dan adil

7.Mendesaknya Pemanfaatan data

kependudukan bagi berbagai kepentingan

layanan publik

8.

Peluang Penerapan

UU 23 Tahun 2014

1. Tumbuhnya Pemahaman akan

keanekaragaman budaya dan nilai-nilai

kebangsaan.

2. Semakin tumbuhnya kesadaran dan

partisipasi bangsa Indonesia

3. Adanya upaya penguatan fungsi

koordinasi, pembinaan dan pengawasan

oleh gubernur sbg wakil pemerintah pusat

Lanjutan

• Pemantapan berbagai kebijakan terkait

penyelenggaraan pemerintahan daerah

• Tingginya semangat membangun

daerah dengan memfasilitasi, penataan

ruang, lingkungan hidup dan

pengembangan perekonomian daerah

TUJUH DIMENSI

HUBUNGAN PUSAT – DAERAH

1. HUBUNGAN KEWENANGAN , PEMBAGIAN KEWENANGAN DAN URUSAN

2. HUBUNGAN KELEMBAGAAN, ORGANISASI, HIERARCHI ORGANISASI

3. HUBUNGAN PERSONIL, PENGGAJIAN PERSONIL, TANGGUNG JAWAB

4. HUBUNGAN KEUANGAN DAERAH, PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN, SUMBSER SUMBER DARI PUSAT, DAU, DAK, DANA BAGI HASIL

5. HUBUNGAN PERWAKILAN, DPRD, DPD, DPRD

6. PEMBAGIAN KERJA, CONCUREN DALAM PELAYANAN PUBLIK

7. HUBUNGAN PEMBINAAN & PENGAWASAN

HUBUNGAN KELEMBAGAAN

1. ADANYA KELEMBAGAAN UNTUK MENGAKOMODASIKAN URUSAN PEMERINTAHAN ; STRUCTURE FOLLOWS FUNCTION

2. ADANYA KEJELASAN HUBUNGAN ANTARA KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH ; MEKANISME KERJA, SISTEM PELAPORAN, KORDINASI DAN TATA LAKSANANYA (SOP).

3. UPAYAKAN KELEMBAGAAN YANG RAMPING STRUKTUR KAYA FUNGSI UNTUK MENCEGAH TINGGINYA OVERHEAD COST. RUMPUNKAN URUSAN2 YANG SEJENIS KEDALAM LEMBAGA YG SAMA

HUBUNGAN PERWAKILAN DAN POLITIK DAERAH

1. PERLUNYA DILAKUKAN PEMILU PILKADA TERPADU UNTUK EFISIENSI

2. ADANYA HUBUNGAN FUNGSIONAL YG JELAS ANTARA FRAKSI PARPOL DI DPR DENGAN DPRD BERBASIS ATAS KESAMAAN FLATFORM UNTUK MENCEGAH PRAGMATISME POLITIS

3. PERLUNYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSULTASI PUBLIK OLEH WAKIL2 RAKYAT BAIK DI PUSAT MAUPUN DAERAH

4. PERLUNYA PENINGKATAN AKUNTABILITAS WAKIL2 RAKYAT TERHADAP KONSTITUEN-NYA

5. ADANYA CHECKS AND BALANCES YG SEHAT ANTARA KEPALA DAERAH DAN DPRD

6. PERLUNYA PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT UNTUK MELAKUKAN PRESSURE AND SUPPORT BAIK TERHADAP DPRD DAN KEPALA DAERAH UNTUK MEMICU CHECKS AND BALANCES SECARA OPTIMAL.

Problem kelembagaan

otonomi daerah !

Kewenangan otonomi daerah dalam menata kelembagaan dan birokrasi :

Kreativitas pemerintah daerah berdasarkan kebutuhan

lokal tergantung pada derajat visi, misi dan komitmen

masing-masing pejabat daerah tentang good governance;

dan

Kesewenangan pemerintah daerah yang terasuki oleh

subjektivitas kepentingan dan politik lokal

Sentrifugal dalam sentrifetal

pergeseran paradigma pemerintahan

• PASCA ORBA: OTDA NYARIS TERKATEGORI “TOTAL

DESENTRALISASI. MELEMAHNYA PERAN PEMPUS DAN

MENGUATNYA TUNTUTAN DAERAH UNTUK OTONOMI

(BAHKAN MAU MERDEKA).

• PELIMPAHAN KEWENANGAN OTDA SETENGAH HATI.

PEMPUS TIDAK RELA MENGIMPLEMENTASIKAN OTDA,

DITANDAI DENGAN KEBIJAKAN DESENTRALISASI DAN

OTDA DENGAN FILOSOFI YANG BERBEDA, DARI

PELIMPAHAN KEWENANGAN (UU NO.22/99)

• KE PENYERAHAN URUSAN (UU NO.32/04)

REBUT KEKUASAAN DENGAN

UANG

• Pempus ingin limited local autonomy; daerah ingin

local self government.

• Desentralisasi politik dan administrasi di tengah

ketergantungan dana umumnya daerah memiliki

ketergantungan mutlak terhadap sumber pendanaan

dari Pempus

• Relativitas kendali dana oleh Pempus (kepastian

jumlah dan alokasi dana dari Jakarta), implementasi

pada (kesewenangan) Daerah

Koordinasi dan Supervisi lemah

• Wakil pemerintah pusat (wp) lemah, para aktor masuk

dalam perangkap kepentingan politik tanpa kendali

Pempus. Koordinasi Pempus terlalu luas karena harus

menjangkau Provinsi dan Kabupaten/Kota secara

langsung dan bersamaan.

• Problem (konflik) intra daerah (dalam satu provinsi)

dan antar daerah cenderung terabaikan. WP tidak

berperan efektif, dan tidak memiliki instrumen yang

efektif dari Pempus pembiaran penyimpangan tiadanya

instrumen supervisi yang tegas.

TANTANGAN OTONOMI DAERAH

1. Rendahnya pemahaman terhadap konsep

desentralisasi dan Otda yang belum mantap.

2. Belum memadainya ketersediaan aturan

pelaksanaan Otda.

3. Penyesuaian peraturan perundang-undangan

yang ada masih sangat terbatas.

TANTANGAN OTDA

4. Sosialisasi Otda belum mendalam dan

meluas.

5. Lemahnya manajemen penyelenggaraan

Otda.

6. Dinamika perkembangan politik global

yang tidak mudah dikelola.

7. Kondisi Sumber Daya aparatur pemerintah

yang belum menunjang.

8.Tidak adanya kejelasan konsep Otda yang

proporsional ke dalam kerangka NKRI.

MASALAH OTDA

• MUNCULNYA RAJA-RAJA KECIL

DITIAP DAERAH DAN BERKUASA

SECARA TURUN TEMURUN

• PEMERATAAN PEMBANGUNAN

MENIMBULKAN PEMERATAAN

KORUPSI

MASALAH OTDA

• KEKURANGAN DAN KESALAHAN KDH

TIDAK BISA DITEGUR PEMPUS

• KONFLIK PILKADA SERING

MENIMBULKAN CHAOS

• SEMAKIN BANYAK DAERAH YANG INGIN

MEMISAHKAN DIRI DARI DAERAH INDUK

YANG DIMOTORI PUTRA DAERAH YNG

KEPENTINGANNYA TIDAK TERAKOMODIR

OLEH PEMPUS

KESIMPULAN

MASALAH OTDA

• FAKTOR MANUSIA

• FAKTOR KEUANGAN

• FAKTOR PERALATAN DAN Teknologi

• FAKTOR ORGANISASI DAN

MANAJEMEN

SUB Variabel

- Faktor Manusia :

• Kepala Daerah dan DPRD

• Aparatur Pemerintah Daerah

• Partisipasi Masyarakat

– Faktor Keuangan:

• Pajak Daerah

• Retribusi Daerah

– Faktor Peralatan dan Teknologi:

• Perusahaan Daerah

• Dinas Daerah & Pendapatan

– Faktor Organisasi & Manajemen

DAMPAKNYA ?

Secara umum Otda masih jauh dari hakikat dan

tujuan substansinya. Apa itu ?

– Rakyat tidak terlayani dengan baik

– Hancurnya sumber daya alam

– Merajalelanya praktik korupsi

– Hancurnya tatanan birokrasi

– Pengingkaran terhadap kecerdasan dan

kesejahteraan masyarakat

LALU APA SOLUSI NYA?

• Kembali berfikir dalam kerangka unitary system

keterpengaruhannya dengan nilai-nilai otonomi.

Implementasi Otda harus tetap sejalan dengan tujuan

negara kesatuan; meningkatkan kesejahteraan rakyat,

mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut menciptakan

ketertiban dunia.

• Pegang teguh filosofi bahwa Pemda adalah ciptaan

pemerintah pusat, (setelah lama berada dalam

cengkeraman pusat) harus tunduk di bawah normatif

NKRI

• Kaji ulang Otda dalam satu level (provinsi

saja). Untuk memudahkan koordinasi antar

komponen pemerintah.

• Posisi Pempus dalam pengelolaan daerah

(harus diperkuat pada level provinsi,

berisikan aparat Pempus dan daerah

otonom/integrated filed administration atau

single hierarchy model)

• Perlunya instrumen pengawasan yang bersifat memaksa

sebagai panduan dalam implementasi otonomi daerah

• Perlunya pengembangan model kelembagaan untuk

penanganan kawasan khusus (baik dilakukan

keduanya/parastatal?)

• Penegakan hukum tanpa tebang pilih dengan memperkuat

posisi Mahkamah Agung serta meletakkan jajaran

pengadilan di bawahnya, bukan lagi di bawah Presiden

• Banyaknya pejabat publik yang diperiksa maupun telah

dijatuhi hukuman karena didakwa korupsi. Perlu

ketegasan tentang pemberhentian kepala daerah dan atau

wakil kepala daerah yang lebih tegas dan keras.

• Dikembangkan transparansi di bidang keuangan daerah,

antara lain melalui keharusan diaudit oleh BPK dan

menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan

daerah kepada publik. Best practice mengenai hal ini

misalnya dapat dilihat di kabupaten Sleman, Tanah Datar,

yang pada tahun 2006 telah membuka acara hasil audit

oleh akuntan publik independen di harian Kompas.

• Kembangkan mekanisme dlm rangka menyerap aspirasi

masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik

• Mulai ditinggalkannya budaya konsensus dan digantikan

dengan model pemungutan suara untuk setiap

pengambilan keputusan yang mengakibatkan munculnya

kubu pro dan kontra.

• Pengembangan kesejahteraan dalam bidang politik sudah

mulai dijalankan, tetapi pembuatan kebijakan publik

maupun dalam alokasi anggaran publik yang belum pro

rakyat.

• UU Nomor 32 Tahun 2004 telah menempatkan kreatifitas

dan efisiensi sebagai nilai yang diutamakan, tetapi dalam

praktiknya masih sulit untuk dilaksanakan. Birokrasi tidak

siap untuk menjalankan prinsip ini, sehingga diperlukan

kepemimpinan visioner untuk melakukan perubahan

seperti yang terjadi di kabupaten Jembrana dan kabupaten

Tanah Datar.

• Prinsip akuntabilitas secara bertahap sudah mulai

diterapkan dalam implementasi otonomi daerah,

meskipun tingkat kemajuannya relatif terbatas. Killgaard

mengingatkan bahwa Corruption = Discretion +

Monopoli – Accountability.

• Tanpa akuntabilitas, dalam penggunaan dana, niscaya

akan timbul korupsi.

• Keharusan membuat visi stratejik bagi setiap instansi pemerintah

demikian juga wajib bagi calon dan wakil kepala daerah

memaparkan visi, misi dan programnya di hadapan sidang

paripurna DPRD setelah di atur di dalam UU no 32 Tahun 2004.

meskipun demikian masih banyak visi daerah, visi pemerintah

daerah serta visi perangkat daerah yang disusun secara tidak benar

serta tidak dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.

• UU No 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan

nasional, setidaknya telah memberi acuan mengenai perlunya

menyusun pembangunan nasional secara hierarkhis dan

berkelanjutan untuk mencapai tujuan nasional serta tujuan daerah

secara bersama-sama

Distribusi urusan antar tingkat

Pemerintahan • Externalitas (Spill Over) : Siapa kena dampak mereka yang

berwenang mengurus

• Akuntabilitas : yang berwenang mengurus adalah tingkatan

pemerintahan yang paling dekat dengan dampak tersebut (prinsip

demokrasi)

• Efisiensi :

– Otonomi daerah harus mampu menciptakan pelayanan publik yang efisien dan

mencegah High Cost Economy

– Ekonomi dicapai melalui skala ekonomis pelayanan publik

– Skala ekonomis dapat dicapai melalui cakupan pelayanan (catchment area)

yang optimal.

Bagian urusan pemerintahan yang

dilaksanakan oleh masing-masing tingkatan

pemerintahan

• Pusat : berwenang membuat norma, standar, prosedur,

supervisi, fasilitas dan urusan-urusan pemerintah dengan

eksternalitas nasional

• Provinsi berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dengan eksternalitas regional (lintas

Kab/Kot) dalam standar dan prosedur yang dibuat Pusat.

• Kab/Kota : berwenang mengatur dan mengurus urusan-

urusan pemerintahan dengan eksternalitas lokal (dalam

satu Kab/Kota) dalam Standard, norma, prosedur yang

dibuat pusat.

Misi utama Pemda adalah :

• Menyediakan pelayanan dasar (basic services) dan

mengembangkan sektor unggulan (core

competences) dengan cara-cara yang demokratis

• Outputs/and products Pemda adalah :

– Public goods; barang-barang kebutuhan masyarakat

seperti jalan, pasar, sdekolah RS dsb

– Public regulation; pengaturan-pengaturan masyarakat

seperti : KTP, KK, IMB, HO, Akte Kelahiran dsb.

KESIMPULAN

Pemerintah Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota berkewajiban dan

mempunyai kewenangan untuk

menciptakan ketenteraman dan ketertiban serta kesejahteraan masyarakat

Dalam rangka menciptakan

ketenteraman dan ketertiban serta kesejahteraan

masyarakat wajib bersinergi.

C:yulian3\slide rsd-dinkes.ppt