pengendalian persediaan bahan baku pembuatan nata de coco

82
BAB 3 PENYELESAIAN KASUS Bagian ini berisikan tentang penjelasan dan penyelsaian kasus yang diangkat berdasarkan kerja praktek yang dilaksanakan di PT Bumi Sarimas Indonesia. 3.1 Pendahuluan Bagian ini berisikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, perumusan masalah, dan batasan masalah. 3.1.1 Latar Belakang Jumlah perusahaan yang melakukan produksi di bidang pangan seiring dengan berjalannya waktu tentunya akan semakin bertambah. Dengan demikian maka bisa dipastikan tingkat persaingan semakin tinggi, hal itu menuntut perusahaan untuk tetap mempertahankan usahanya hingga meningkatkan usahanya tersebut. Namun dalam pelaksanaan mempertahankan usahanya tentunya perjalanan tidak akan mulus saja, masalah yang tidak diinginkan pun akan timbul seiring dengan berjalannya waktu. Salah satu masalah yang sering muncul adalah kelancaran produksi. Masalah

Upload: prasvika

Post on 20-Nov-2015

79 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Laporan Kerja Praktek

TRANSCRIPT

BAB 3PENYELESAIAN KASUS

Bagian ini berisikan tentang penjelasan dan penyelsaian kasus yang diangkat

berdasarkan kerja praktek yang dilaksanakan di PT Bumi Sarimas Indonesia.

3.1Pendahuluan

Bagian ini berisikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, perumusan masalah, dan batasan masalah.

3.1.1Latar Belakang

Jumlah perusahaan yang melakukan produksi di bidang pangan seiring dengan berjalannya waktu tentunya akan semakin bertambah. Dengan demikian maka bisa dipastikan tingkat persaingan semakin tinggi, hal itu menuntut perusahaan untuk tetap mempertahankan usahanya hingga meningkatkan usahanya tersebut. Namun dalam pelaksanaan mempertahankan usahanya tentunya perjalanan tidak akan mulus saja, masalah yang tidak diinginkan pun akan timbul seiring dengan berjalannya waktu. Salah satu masalah yang sering muncul adalah kelancaran produksi. Masalah kelancaran produksi tersebut dapat diakibatkan oleh jumlah persediaan bahan baku yang dimilki oleh perusahaan.

PT Bumi Sarimas Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang melakukan produksi di dalam bidang pangan. PT Bumi Sarimas inonesia dalam melakukan produksinya kerap sekali mengalami masalah dengan kelancaran produksi. Perusahaan ini sering sekali terhenti produksinya dikarenakan bahan baku untuk pembuatan nata de coco habis dan perusahaan tidak memiliki persiapan ataupun persediaan bahan baku sama sekali. PT bumi sarimas Indonesia tidak memiliki kebijakan khusus mengenai waktu pemesanan ataupun berapa banyak jumlah bahan baku yang harus tersedia di gudang. Perusahaan ini hanya akan melakukan pemesanan ketika bahan baku untuk pembuatan nata de coco habis. Hal tersebut dapat memberikan dampak yang buruk bagi kelangsungan perusahaan, dengan tidak lancarnya produksi tentu akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, padahal tujuan dari sebuah perusahaan adalah mencari untung yang besar. Masalah persediaan yang dihadapi oleh perusahaan ini juga dipicu oleh tidak adanya acuan dalam menentukan jumlah produksi. Sehingga jumlah bahan baku dan jumlah produksi tidak akan tepat, jika dua hal tersebut dapat dihitung secara tepat maka permasalahan persediaan bahan baku yang dihadapi oleh perusahaan ini dapat diatasi.

Sesuai dengan hal yang telah dibahas pada paragraf sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan elemen utama dalam melaksanakan kegiatan produksi. Maka dari itu, masalah persediaan yang dihadapi oleh perusahaan ini dapat diatasi dengan melakukan pengendalian persediaan bahan baku untuk pembuatan nata de coco pada PT Bumi Sarimas Indonesia. 3.1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimana mengendalikan persediaan bahan baku pembuatan nata de coco pada PT Bumi Sarimas Indonesia apakah persediaan itu mampu memenuhi kebutuhan produksi pembuatan nata de coco.3.1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Meramalkan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan oleh PT bumi sarimas Indonesia untuk 12 periode ke depan.

2. Meramalkan jumlah produksi nata de coco untuk 12 periode ke depan.

3. Menentukan besarnya pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan dengan metode EOQ serta frekuensi pemesanan.

4. Menentukan jumlah safety stock yang harus dimiliki oleh PT Bumi Sarimas Indonesia5. Menentukan titik pesan kembali (reorder point) dalam memesan bahan baku.

6. Membandingkan hasil peramalan produksi dengan peramlan bahan baku.

3.1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah untuk penelitian kali ini adalah sebagai berikut

1. Persediaan bahan baku yang akan dijadikan objek adalah persediaan bahan baku air kelapa.

2. Data yang digunakan adalah data historis penggunanaan air kelapa dari tahun 2012-2013 dan data historis hasil produksi dari tahun 2012-2013.

3. Metode peramalan yang digunakan adalah metode kuadratis, siklis, dan trend siklis.

4. Metode yang digunakan untuk menghitung galat adalah metode Mean Absolute Percentage Error (MAPE).3.2Landasan Teori

Bagian ini berisikan mengenai materi-materi yang berhubungan dengan pengendalian persediaan.

3.2.1Persediaan

Persediaan adalah merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan perusahaan denganmaksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Ruauw, 2011).

Pengertian lain persedian adalah persedian adalah barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi (stice, 2004). Fungsi dari persediaan menurut jurnal yang dibuat oleh Eyverson Ruauw pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Decoupling

Fungsi ini memungkinkan bahwa perusahaan akan dapat memenuhi kebutuhannya atas permintaan konsumen tanpa tergantung pada suplier barang.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat mengurangi biaya perunit produk. Pertimbangan yang dilakukan dalam persediaan ini adalah penghematan yang dapat terjadi pembelian dalam jumlah banyak yang dapat memberikan potongan harga, serta biaya pengangkutan yang lebih murah dibandingkan dengan biaya-biaya yang akan terjadi, karena banyaknya persediaan yang dipunyai.

3. Fungsi Antisipasi

Perusahaan sering mengalami suatu ketidakpastiandalam jangka waktu pengiriman barang dari usaha lain, sehingga memerlukan persediaan pengamanan (safety stock), atau mengalami fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan sebelumnya yang didasarkan pengalaman masa lalu akibat pengaruh musim, sehubungan dengan hal tersebut sebaiknya mengadakan persediaan musiman.

Jika dilihat dari jenisnya, persediaan terbagi ke dalam tiga jenis yaitu (Febian, 2011) :

1. Bahan baku (raw material) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan.

2.Barang setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah di olah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk jadi.

3. Barang jadi (finished goods) adalah baran jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran.

4.Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan.

3.2.2Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan bahan baku untuk keperluan proses produksi dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil mungkin. Pada intinya perngendalian persedian adalah usaha yang dilakukan untuk melakukan penyediaan bahan bakuyang diperlukan untuk proses produksi sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancer.Tujuan dari dilakukannya pengendalian persediaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan normal, memenuhi kebutuhan mendadak, dan memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis (Hamzah, 2012).3.2.3Biaya-Biaya dalam Persediaan

Menurut Febian (2011) biaya-biaya yang termasuk ke dalam persediaan adalah sebagai berikut :1. Biaya pembelian (purchase cost)

Merupakan harga per unit apabila item dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik. 2. Biaya pemesanan (order cost/setup cost)

Merupakan biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari pemasok atau biaya persiapan (setup cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan dapat berupa: biaya membuat daftar permintaan, menganalisis pemasok, membuat pesanan pembelian, penerimaan bahan,inspeksi bahan,dan pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum produksi dan pengecekan kualitas.

3. Biaya simpan

Merupakan biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi secara fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa: biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan.

4. Biaya kekurangan persediaan

Merupakan konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain.

3.2.4Pengawasan Persediaan yang Baik dan Efektif

Febian dalam jurnalnya menyebutkan bahwa dengan adanyasuatu sistem pengawasan persediaan yang dibina dan dilaksanakan secara sehat dan tepat, serta didukung oleh tenaga kerja yang cakap dan dengan menggunakan formulir dan teknik yang telah dikemukakan dalam bagian terdahulu, akan mencapai beberapa keuntungan.

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh tersebut antara lain adalah:

1. Dapat terselenggaranya pengadaan dan penyimpanan persediaan bahan-bahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pabrik baik dalam jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas)

2. Dapat dikuranginya penanaman modal/investasi bahan-bahan sampai batas minimum

3. Terjaminnya barang-barang yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang dibuat pada purchase order 4. Dilindungi semua bahan-bahan (dengan cara penyimpanan yang semestinya)terhadap pencurian, kerusakan dan kemerosotan mutu

5. Dapat dilayaninya bagian produksi dengan bahan-bahan yang dibutuhkan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan, serta mencegah penyalahgunaan dan penyelewengan

6. Terselenggaranya pencatatan persediaan yang menunjukkan penerimaan, pengeluaran, penggunaan serta jumlah dan jenis barang yang ada dalam gudang

3.2.5Model-Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Manajemen persediaan merupakan fungsi dari manajer operasional, dan harus membentuk suatu sistem yang permanen melalui pengujian-pengujian, antara lain bagaimana persediaan diklasifikasi dan bagaimana mencatat persediaan dan dipelihara secara akurat. Model-model pengendalian persediaan dibagi menjadi beberapa model seperti yang dijelaskan di bawah ini (Febian,2011)3.2.5.1 Model Economic Order Quantity (EOQ)

EOQ (Economic Order Quantity) merupakan salah satu metode pengendalian

persediaan kuantitas bahan yang dibeli pada setiap kali pembelian dengan biaya yang paling minimal.

Penentuan jumlah pemesanan paling ekonomis (EOQ) dilakukan apabila untuk bahan baku tergantung dari beberapa pemasok, sehingga perlu dipertimbangkan jumlah pembelian persediaan bahan sesuai kebutuhan proses konversi. Model ini merupakan bagian dari jumlah yang dipesan kembali (Febian,2011).

Model ini dapat digunakan dengan beberapa asumsi, yaitu:

1. Permintaan diketahui, tetap dan bebas

2. Lead Time antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan

3. Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap

4. Discount (potongan harga) karena kuantitas tidak dimungkinkan

5. Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau pemesanan (biaya set up) dan biaya menahan atau menyimpan persediaan dari waktu ke waktu (biaya penyimpanan atau penggudangan)

6. Kosongnya persediaan (kekurangan) dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Untuk menentukan EOQ digunakan rumus sebagai berikut

EOQ= Q* = ...(3.1)

Dimana :Q* = Jumlah barang yang optimum pada setiap pesanan

D = Permintaan tahunan untuk barang persediaan

A = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Untuk mencapai tujuan dari EOQ itu sendiri, terdapat beberpa hal yang harus dipenuhi oleh perusahaan mengenai persediaan bahan baku yaitu sebagai berikut (Ruauw,2011)1. Perkiraan penggunaanSebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan,maka manajemen harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan didalam proses produksi pada suatu periode. Perkiraan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan produksi pada periode yang akan datang.

2. Harga dari bahan

Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku tersebut. Sehubungan dengan masalah ini, maka biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan dalam persediaan bahan baku tersebut harus pula diperhitungkan.

3.Biaya-biaya persediaan

Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya diperhitungkan pula didalam penentuan besarnya persediaan bahan baku. Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini, maka digunakan data biaya persediaan yaitu:

a. Biaya penyimpanan (holding cost/ carrying cost)b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost/procurement cost)4. Pemakaian senyatanya

Pemakaian/penggunaan bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu (actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena untuk keperluan proses produksi akan dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengadaan bahan baku pada periode berikutnya. Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan perkiraan penggunaan yang sudah disusun harus senantiasa dianalisa.

5. Waktu tunggu (lead time)Waktu tunggu (lead time) adalah tenggangwaktu yang diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan penentuansaat pemesanan kembali (reorder point). Dengan waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

6.Persediaan pengaman (safety stock)

Persediaan pengaman merupakan suatu persediaan yang dicadangankan sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi perusahaan. Persediaan pengaman diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti yang direncanakan. Perhitungan safety stock adalah sebagai berikut

Safety stock = Z x sd x ...(3.2)

Dimana :Z= service level

Sd= standar deviasi

l = waktu tunggu

7. Pemesanan kembali (reorder point)

Reoder point adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan dasar kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ. Perhitungan ROP adalah sebagai berikut:

ROP = safety stock + (lead time x Q)...(3.3)Dimana:

ROP

= Reorder pointLead time= Waktu tunggu

Q

= Penggunaan bahan baku rata-rata per hari

Dalam pengendalian persediaan bahan baku, perusahaan harus memiliki persediaan masksimum (maximum inventory). Persediaan maksimum ini bertujuan agar kuantitas persediaan yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga tidak terjadi pemborosan modal kerja. Adapun untuk mengetahui besarnya persediaan maksimum dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Maximum Inventory = Safety stock + EOQ ...(3.4)

3.2.5.2 Model Production Order Quantity (POQ) Model ini sebenarnya adalah EOQ model tanpa instantaneous receipts. Hal ini terjadi pada perusahaan yang menerima pengiriman persediaan bahan melebihi satu periode waktu. Model ini sesuai dengan kondisi perusahaan dengan aliran persediaan yang kontinyu atau bertahap melebihi satu periode waktu setelah pesananan dilakukan, atau pada kondisi dimana proses kemudian secara simultan. Model ini dapat diterapkan dalam dua situasi yaitu (Febian, 2011):

1. Ketika persediaan secara terus menerus mengalir atau menumpuk dalam jangka waktu tertentu setelah sebuah pemesanan dilakukan

2.

Digunakan ketika unit diproduksi dan dijual secara bersamaan

Perhitungan POQ menggunakan rumus sebagai berikut

...(3.5)

Dimana:

Q = Jumlah satuan per pesanan (Q= POQ)

D = Kebutuhan bahan baku (Annual Demand)

S = Biaya pesan per pesanan (Setup/Ordering Cost)

H= Biaya simpan/unit/hari (Holding/Carrying Cost)

d = tingkat produksi per hari (daily production rate)

p = tingkat permintaan per hari (daily demand rate)

3.2.5.3Model Quantity DiscountModel pengendalian persediaan ini mempertimbangkan potongan harga yang akan didapat oleh perusahaan ketika membeli bahan baku. Banyak perusahaan yang menawarkan potongan harga kepada pelanggan guna untuk meningkatkan jumlah pelanggan, semakin banyak jumlah barang yang dibeli maka akan semakin besar pula menerima potongan harga. Perusahaan akan menawarkan bahan baku kepada pembeli dengan paket-paket tertentu dan dengan harga yang tertentu pula begitu juga dengan potongan harga yang akan diberikan, maka perusahaan harus mempertimbangkan persediaan barang manakah yang harus dioptimalkan persediaannya. Dengan kondisi yang demikian, maka quantity discount perlu dipelajari. Cara menentukan mana yang akan dipilih yang paling tepat dengan mempertimbangkan biaya persediaan total yang paling kecil diantara alternatif yang ada (Tampubolon, 2004). Biaya total = biaya setup + biaya penyimpanan + biaya produk ...(3.6)

Atau dapat juga dirumuskan sebagai berikut ini

...(3.7)

Dimana

TC = total cost D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan

Q = Jumlah barang setiap pesanan

S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H = Biaya penyimpanan/pergudangan per unit per tahun

P = Harga per unit

3.2.5.4Model Probabilitas dengan Lead Time Konstan Model ini memfokuskan kepada permintaan dan lead time bahan baku.Permintaan yang tidak pasti memperbesar kemungkinan terjadinya kehabisan stok. Salah satu metode untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kehabisan stok adalah dengan menahan unit tambahan di persediaan, hal ini meliputi penambahan jumlah unit stok pengaman sebagai penyangga titik pemesanan ulang. Rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan dengan model ini sama dengan rumus yang digunakan untuk menghitung titik pesan kembali.3.2.6 Persedian Pengamanan (safety stock)

Persediaan pengamanan dibutuhkan untuk menutupi kekurangan pasokan bahan baku atau karena adanya salah permalan atau perkiraan. Persediaan pengaman ini bertujuan untuk melindungi permintaan yang lebih tinggi ataupun keterlambatan pengiriman.

Ketidakpastian jumlah dan waktu pengiriman merupakan masalah yang sering terjadi. Ketidakpastian ini dapat menyebabkan kehabiusan persediaan atau mengakibatkan hal sebaliknya yaitu jumlah persediaan semakin banyak. Maka dari itu, untuk mengatasi ketidakpastian itu perlu disediakan jumlah safety stock yang akan mengurangi resiko kehabisan persediaan.

3.2.6.1 Penentuan Safety stock dengan Service Level Tertentu

Tujuan penentuang safety stock dengan service level tertentu adalah untuk mengurangi resiko kekurangan persediaan. Tingkat kekurangan persediaan biasanya dipatok 5%-10%. Bila resiko kekurangan berada pada 5%, maka tingkat keyakinantidak terjadi kekurangan persediaan adalah sebesar 5%, maka tingkat keyakinan tidak terjadi kekurangan adalah sebesar 95%. Begitu juga ketika menggunakan level kekurangan 10%, maka tingkat keyakinan tidak terjadi kekurangan adalah sebesar 90%.

Tingkat pelayanan merupakan kemunghkinan atauun presentase tidak terjadinya kehabisan persediaan. Jika diinginkan keyakinan yang tinggi agar tidak terjadi kehabisan persediaan, maka gunakana tuingkat pelayanan yang besar. Tingkat pelayanan yang besar (Z) dan begitu juga sebaliknya. Jika perusahaan menganggap kekurangan persediaan sebagai hal yang sangat penting, maka tingkat pelayanan adalah 99%. Tingkat pelayanan 95% adalah bila kekurangan persediaan adalah penting atau 0% jika kekurangan persediaan tidak berarti apa-apa.

Apabila terjadi kehabisan persedian, hal ini menyebabkan timbulnya kendala seperti terhentinya proses produksi, maka nilai kerugian akan sulit untuk ditrentukan. Maka dari itu, ada pendekatan lain yang digunakan yaitu menggunakan konspe tingkat layanan (service level). Table mengenai tingkat layanan dapat dilihat pada tabel di bawah iniTabel 3.1 Standard Normal Distribution

(Sumber : Mercelena, 2012)3.2.7Peramalan

Peramalan merupakan suatu aktivitas atau usaha yang digunakan untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu, sedangkan peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. Proses peramalan nantinya akan mendapatkan hasil peramalan yang digunakan oleh manajemen produksi atau operasi dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyangkut pemilihan proses, perencanaan kapasitas, dan layout fasilitas, serta untuk keputusan yang bersifat terusmenerus berkenaan dengan perencanaan, scheduling, dan persediaan. Peramalan permintaan berguna untuke mengethaui pola kecendrungan konsumen dan informasi tentang produk (Effendy, 2013).

Peramalan memiliki arti yang berbeda-beda dalam dunia bisnis dan memiliki arti yang lebih khusus dari pada menebak. Umumnya pola dan siklus penjualan cenderung tetap. Berdasarkan siklus runtut waktu ( Time Series), biasanya penjualan produk cenderung membentuk pola penjualan yang tepat. Dengan demikian, ramalan dapat dikatakan sebagai perhitungan yang memiliki dasar kuat dan lebih pasti, sehingga hasilnya diharapakan lebih obyektif dibandingkan dengan hanya sekedar melakukan prediksi (menebak). Dengan menggunakan data historis di waktu yang lampau, maka dapat lebih tepat dalam menentukan peramalan di waktu yang akan dating (Lestari, 2013).

Sistem peramalan berlaku aturan bahwa semakin jauh periode dimasa mendatang yang diramalkan, dengan asumsi faktor-faktor lain tetap, hasil ramalan akan semakin kurang akurat. Dengan demikian, semakin pangjang horizon waktu peramalan, hasil-hasil ramalan akan semakin kurang akurat. Dalam industri manufaktur, pemilihan interval waktu mingguan dimaksudkan untuk peramalan jangka pendek (short-range forecast), sedangkan interval waktu bulanan untuk peramalan jangka menengah (mid-range forecast), dan interval waktu triwulan untuk peramalan jangka panjang (long-range forecast) (Noviyasari, 2007).

Peramalan produksi penting dan perlu karena beberapa hal, sebagai berikut :

1. Ada ketidakpastian aktivitas produksi di masa yang akan datang

2. Kemampuan & sumber daya perusahaan yang terbatas

3. Untuk dapat melayani konsumen lebih baik, melalui tersedianya hasil produksi yang baik.

Tujuan peramalan dalam manajemen operasional adalah untuk mengurangi ketidakpastian produksi, agar langkah proaktif/antisipatif dapat dilakukan, dan untuk keperluan penjadwalan produksi. Peramalan dapat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Lingkungan eksternal dapat berupa pendapatan konsumen, promosi pesaing, harga pesaing, ketersedian produk, efektifitas kompetitif, efesiensi saluran yang digunakan, karakteristik pelanggan, dan lain sebagainya. Sedangkan lingkungan internal adalah kebijakan-kebijakan yang dilakukan dalam perusahaan, berupa kebijakan promosi, biaya dan saluran. Menurut Patra Naibaho dalam jurnalnya pada tahun 2009 menyebutkan prosedur peramalan adalah sebagai berikut:

1. Menentukan pola data permintaan ataupun produksi. Hal tersebut, dilakukan dengan cara memplotkan data secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman, siklikal, atau eratik/random.

2. Mencoba beberapa metode deret waktu yang sesuai dengan pola permintaan ataupun pola produksi tersebut untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak semakin baik. Pada setiap metode, sebaiknya dilakukan pula peramalan dengan parameter yang berbeda.

3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba. Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria Mean Absolute Deviation (MAD), Mean Squared Error (MSE), Mean Absolute Percentage Error (MAPE), atau lainnya. Sebaiknya tingkat kesalahan (apakah MAD, MSE, atau MAPE) ini ditentukan dulu. Tidak ada ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan maksimal dalam peramalan.

4. Memilih metode peramalan terbaik diantara metode yang dicoba. Metode terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan terkecil dibanding metode lainnya dan tingkat kesalahan tersebut di bawah batas tingkat kesalahan yang telah ditetapkan.

5. Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah dipilih.

Umumnya jumlah yang akan diproduksi akan dipengaruhi oleh banyaknya permintaan. Berdasarkan jumlah permintaan yang diramalkan operasi, maka sub sistem operasi merencanakan dan merancang sistem, dan menjadwalkan sistem serta mengendalikan sistem tersebut. Dalam merencanakan dan merancang sistem tercakup perancangan produk, perancangan proses, investasi dan penggantian peralatan, serta perencanaan kapasitas. Sedangkan dalam penjadwalan sistem tercakup perencanan produksi menyeluruh dan penjadwalan operasi. Dalam pengendalian sistem (controlling the system) mencakup pengendalian produksi, pengendalian persediaan, pengendalian tenaga kerja dan pengendalian biaya. Ketiga kegiatan tersebut, yaitu perencanaan sistem, penjadwalan sistem, dan pengendalian sistem menentukan hasil keluaran berupa barang atau jasa. Keterkaitan penggunaan prakiraan atau peramalan permintaan tersebut dengan sub sistem produksi operasi seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 3.1 Penggunaan Prakiraan untuk Peramalan Permintaan dalam Sub Sistem Produksi Operasi (Naibaho, 2009)3.2.8Metode-Metode Peramalan

Menurut Patra Naibaho dalam jurnalnya tahun 2009, metode peramalan ada dua macam, yaitu sebagai berikut

1. Metode Peramalan Kuantitatif

Menggunakan model matematik yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan. Metode kuantitatif terdiri dari : Metode Time series (free Hands/grafis, moving average, weight moving average, exponential smoothing, regresi linier sederhana, interpolasi Gregory-Newton, winter, ARIMA), dan Metode Nontime Series (Structural Models) Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :

a. Tersedia informasi masa lalu.

b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa yang akan datang.

2.Metode Peramalan Kualitatif

Peramalan yang menggabungkan suatu intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. Biasanya metode ini digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu yang tersedia. Metode kualitatif yang banyak dikenal adalah metode Delpi dan metode nominal (nominal group technique).

3.2.8.1Metode Exponensial Smoothing

Metode ini biasa disebut dengan nama metode eksponensial saja. Metode ini metode ini melakukan pembobotan menurun secara eksponensial terhadap nilai variabel atau observasi yang lalu. Setiap data pengamatan mempunyai kontribusi dalam penentuan nilai peramalan periode sebelumnya. Namun, dalam perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil peramalan periode terakhir. Istilah eksponensial digunakana karena pada metode ini terdapat pembobotan (faktor pemulusan) dari periode sebelumnya yang berbentuk eksponensial (Naibaho, 2009).

Fungsi Peramalan dengan metode ini adalah : . Nilai a dan b dapat dicari dengan persamaan berikut: (3.8) (3.9)

3.2.8.2 Metode Linier

Metode ini menggunakan deret waktu yang menyesuaikan sebuah garis tren pada serangkaian data masa lalu, dan kemudian diproyeksikan dalam garis untuk meramalkan masa depan . Metode ini menggambarkan hubungan antara periode dan variabel yang diramal dengan menggunakan analisis trend. Apabila pola data yang digunakan memiliki unsur musiman, maka komponen musiman dapat juga dicoba dalam metode ini. Persamaan dari metode ini adalah sebagai berikut (Naibaho,2009:Y = a =+ bx (3.10)

Dimana nilai a dan b didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(3.11)

(3.12)

3.2.8.3Metode Siklis

Metode ini memiliki kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Untuk peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan dengan metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan, minimal lima tahun. Namun, semakin banyak data yang dimiliki semakin baik hasil yang diperoleh. Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa siklis dengan fungsi peramalan (Naibaho, 2009) :

(3.13)3.2.8.4 Metode Kuadratis

Metode kuadratis adalah merupakan tren non linier, dan jika digambar berbentuk garis lengkung. Metode ini biasanya digunakan atau diterapkan untuk data historis dimana jika digambar akan membentuk garis tidak lurus atau berbentuk parabola. Sedangkan persamaan dari metode kuadratik adalah (Muslich, 2003):

Y = A + BX + Cx ...(3.14)

Dimana:

Y = variabel yang akan diramalkan, dalam hal ini adalah ramalan penjualan produk perusahaan

a = konstanta, yang akan menunjukkan besarnya harga Y (ramalan) apabila X sama dengan 0 (nol)

b = variabilitas per X, yaitu menunjukkan besarnya perubahan nilai Y dari setiap perubahan satu unit X

X = unit waktu/ periode, yang dapat dinyatakan dalam minggu, bulan, semester, tahun dan lain sebagainya3.2.8.5 Metode Trend Siklis

Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk melakukan peramalan jangka panjang. Metode ini memiliki persamaan sebagai berikut

...(3.15)3.2.9 Kriteria pemilihan peramalan terbaikKriteria pemilihan terbaik didapatkan dengan metode peramalan yang memiliki nilai error yang kecil. Bedworth dalam Naibaho, mengusulkan penggunaan beberapa tolok ukur kesalahan peramalan (forecast error), yaitu :1. Mean Absolute Error (MAE)

Ukuran pertama kesalahan untuk sebuah model. MAE diperoleh dengan mengambil nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data.

MAE = ...(3.16)Dimana : y1-yt1= Selisih antara nilai data aktual dan peramalan periode t

N = periode data

2. Mean Squared Error (MSE)

MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati.

MSE = ...(3.17)3. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)

Menghitung dalam unsur yang diramal ribuan. Dihitung sebagai rata-rata diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual untuk n peiode.

MAPE = ...(3.18)

3.3 Metodeologi PenelitianBagian ini berisikan langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah survey pendahuluan, studi literatur, identifikasi masalah, perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan penutup.

3.3.1Survei Pendahuluan

Langkah ini merupakan langkah yang dilakukan, yaitu proses pengamatan terhadap persediaan bahan baku pembuatan nata de coco di PT Bumi Sarimas Indonesia. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan maka akan dapat diketahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan.3.3.2Studi Literatur

Langkah ini merupakan langkah lanjutan dari langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan langkah mencari pedoman, acuan, serta pemahaman untuk memecahkan permasalahan yang ditemui di lapangan. Untuk itu perlu melakukan pembelajaran mengenai materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi di lapangan. Dalam hal ini yang menjadi materi pembelajaran adalah pengendalian persediaan, peramalan, dan materi lainnya yang saling berhubungan.

3.3.3Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan langkah untuk menentukan permasalahan yang ada di lapangan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan maka permasalahan pada lapangan adalah persediaan bahan baku pembuatan nata de coco dan perbandingannya dengan hasil produksi nata de coco tersebut.

3.3.4Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka perumusan masalahnya adalah bagaimana mengendalikan persediaan bahan baku pembuatan nata de coco pada PT Bumi Sarimas Indonesia dan apakah persediaan itu mampu memenuhi kebutuhan produksi pembuatan nata de coco.3.3.5Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada adalah berupa data historis, yaitu data historis penggunaan bahan baku dan data historis produksi nata de coco dari tahun 2012-2013. Di samping data historis tadi, data lain yang dikumpulkan adalah data harga bahan baku, biaya pesan, biaya penyimpanan, dan lead time dari bahan baku tersebut.

3.3.6Pengolahan Data

Data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah guna mencapai tujuan dari penelitian ini. Adapun pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Peramalan produksi dan bahan baku dengan menggunakan beberapa metode.

2. Menghitung galat hasil peramalan masing-masing metode.

3. Perhitungan peramalan bahan baku dan produksi dengan menggunakan metode yang terpilih.

4. Melakukan perhitungan EOQ dan frekuensi pemesanan.

5. Melakukan perhitungan safety stock.

6. Melakukan perhitungan titik pesan kembali.

7. Melakukan perhitungan penyimpanan maksimum.8. Melakukan perbandingan hasil peramalan produksi dengan peramalan bahan baku.

3.3.9 Analisis

Langkah ini merupakan langkah menganalisa hasil perhitungan yang didapat dengan mengacu kepada literatur yang ada pada landasan teori.

3.3.10 Penutup

Bagian ini merupakan bagiaan akhir, pada bagian ini terdapat kesimpulan dan saran yang mengenai hasil kerja praktek dan untuk kerja praktek selanjutnya.

Secara garis besar langkah-langkah dalam melakukan penelitan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 3.2 Flowchart Metodologi Penelitian3.4 Penyelesaian Kasus

Bagian ini merupakan bagian yang berisikan tentang pengumpulan dan pengolahan data yang didapat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan.

3.4.1Pengumpulan Data

Bagian ini akan dijabarkan mengenai data apa saja yang dikumpulkan untuk melakukan pengolahan data. Data yang digunakan untuk menyelesaikan kasusu ini adalah data historis penggunaan bahan baku dan data hasil produksi.

3.4.1.1Pengumpulan Data Produksi

Data yang dikumpulkan adalah berupa data historis hasil produksi perusahaan dari tahun 2012-2013. Berikut rekapitulasinya

Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Produksi Nata De Coco Tahun 2012-2013

Gambar 3.3 Scatter Diagram Hasil Produski Nata De Coco3.4.1.2Pengumpulan Data Bahan BakuData yang dikumpulkan merupakan data historis penggunaan bahan baku untuk pembuatan nata de coco. Berikut rekapitulasinyaTabel 3.3 Rekapitulasi Penggunaan Air Kelapa dari Tahun 2012-2013

Gambar 3.4 Scatter Diagram Penggunaan Bahan Baku3.4.2Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan ada dua macam,yaitu pengolahan data untuk persediaan bahan baku dan peramalan produksi. Pertama akan dijabarkan mengenai perhitungan peramalan produksi.

3.4.2.1Pemilihan Metode Peramalan untuk Peramalan ProduksiMetode peramalan yang digunakan dalam permalan ini ada 3 metode , yaitu metode kuadratis, siklis, dan trend siklis.

1. Metode Kuadratis

Fungsi peramalan dengan metode ini adalah . Hasil peramalan dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3.4 Hasil permalan dengan metode kuadratis

Gambar 3.5 Hasil Peramalan Dengan Metode Kuadratis

2. Metode Siklis

Perhitungan peramalan metode siklis dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Fungsi peramalan dengan metode ini adalah

Tabel 3.5 Hasil Peramalan dengan Metode Siklis

Gambar 3.6 Hasil Peramalan Dengan Metode Siklis

3. Metode Trend Siklis

Hasil peramalan dengan metode trend siklis dapat dilihat pada tabel dbawah iniTabel 3.6 Hasil Peramalan dengan Metode Trend Siklis

Gambar 3.7 Hasil Peramalan dengan Metode Trend Siklis

3.4.2.2Perhitungan Galat Metode Peramalan

Galat metode peramalan dihitung dengan metode Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Metode peramalan yang memiliki galat yang terkecil adalah metode yang terpilih. 1. Galat Metode Siklis

Galat metode siklis dapat dilihat pada tabel berikut iniTabel 3.7 Galat Metode Siklis

2. Galat Metode Kuadratis

Perhitungan galat metode ini dapat dilihat pada tabel berikut iniTabel 3.8 Galat Metode Kuadratis

3. Galat Metode Trend Siklis

Perhitungan galat ini dapat dilihat pada tabel berikutTabel 3.9 Galat metode trend siklis

Dari hasil perhitungan galat masing-masing metode akan didapatkan nilai galat terkecil. Perbandingan masing-masing nilai galat MAPE metode dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3.10 Perbandingan Nilai Galat Masing-Masing Metode

Sedangkan grafiknya akan ditunjukkan pada gambar di bawah ini

Gambar 3.8 Grafik perhitungan MAPE

3.4.2.3 Verifikisi Hasil Peramalan

Verifikasi hasil peramalan dilakukan karena ada kemungkinan data hasil peramalan berada diluar batas kontrol. Data yang berada di luar batas kontrol harus dibuang dan dilakukan kembali peramalan. Terdapat 3 buah data yang dibuang, sehingga jumlah data tersisa adalah sebanyak 21.

Tabel 3.11 Verifikasi hasil peramalan sebelum perbaikan

Gambar 3.9 Verifikasi hasil peramalan seblum perbaiakan

Perbaikan 1 dilakukan dengan membuang data ke 10 kemudian melakukan plot data kembali ke dalam grafik verifikasi.

Tabel 3.12 Verifikasi Metode Peramalan Terpilih Perbaikan 1

Gambar 3.10 Grafik Verifikasi Metode Trend Siklis Perbaikan 1

Perbaikan 2 dilakukan dengan membuang data ke 10 kemudian melakukan plot data kembali ke dalam grafik verifikasi.

Tabel 3.13 Verifikasi Metode Peramalan Terpilih Perbaikan 2

Gambar 3.11 Grafik Verifikasi Metode Trend Siklis Perbaikan 2

Setelah dua perbaikan dilakukan, tidak ada lagi data yang lewat batas kontrol. Seperti ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut

Tabel 3.14 Verifikasi Metode Peramalan Terpilih Perbaikan 3

Gambar 3.12 Grafik Verifikasi Metode Trend Siklis Perbaikan 3

3.4.2.4 Peramalan 12 Periode ke Depan

Peramalan dengan metode trend siklis ini dilakukan kembali setelah seluruh data yang berada diluar batas kontrol dibuang. Setelah itu dilakukan rekapitulasi hasil peramalan untuk 12 periode ke depan. Hasil peramalan tersebut adalah sebagai berikutTabel 3.15 Peramalan Metode Terpilih Setelah Verifikasi

Gambar3.13 Perbandingan Kapasotas Poruduksi Aktual dengan Hasil Peralaman

Melihat grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kapasitas produksi perusahaan untuk pembuatan nata de coco sebenarnya lebih besar. Hal tersebut tentu dapat dicapai jika perusahaan dapar kontinu memasok bahan baku pembuatanna ta de coco. Tentunya jika pasokan bahan baku bisa kontinu maka para pegawai tidak akan memiliki idle time, dan tentunya jika idle time berkurang kemampuan produksi akan meningkat. Masalah persediaan bahan baku akan dijabarkan pada bagian berikutnya. Berikut ini merupakan hasil peramalan kemampuan produksi untuk 12 periode ke depan.Tabel 3.16 Rekapitulasi Hasil Peramalan Produksi Nata De Coco untuk 12 Periode ke Depan

3.4.2.5 Pemilihan Metode Peramalan untuk Bahan Baku

Permalan untuk bahan baku ini dilakuakn dengan menggunakan 5 metode yaitu, metode eksponensial, linier, kuadratis, siklis, dan trend siklis.

1. Metode KuadratisPerhitungan peramalan dengan menggunakan metode kuafratis dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3.17 Perhitungan Peramalan Menggunakan Metode Kuadratis

Grafik hasil peramalan metode ini adalah seperti beriku

Gambar 3.14 Hasil Peramalan Dengan Metode Kuadratis

2. Metode SiklisPermalan dengan menggunakan metode ini dapat dilihat pada tabel 5. Fungsi peramalan dengan metode ini adalah

Tabel 3.18 Perhitungan Peramalan Menggunakan Metode Siklis

Grafik hasil peramalan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 3.15 Hasil Peramalan Dengan Metode Siklis3. Metode Trend Siklis

Peramalan dengan menggunakan metode ini akan ditunjukkan pada tabel berikut ini

Tabel 3.19 Peramalan Menggunakan Metode Trend Siklis

Grafik hasil peramalan metode ini adalah sebagai berikut

Gambar 3.16 Hasil Peramalan dengan Metode Trend Siklis

3.4.2.6 Perhitungan Galat Metode Peramalan

Perhitungan galat metode peramalan dilakukan dengan menggunakan metode menggunakan Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Perhitungan galat bertujuan untuk membandingkan error dari ketiga peramalan yang telah dilakukan.

Tabel 3.20 Galat Metode Kuadratis

Tabel 3.21 Galat Metode Siklis

Tabel 3.22 Galat Metode Trend Siklis

Tabel 3.22 Perbandingan Galat Masing-Masing Metode

Gambar 3.17 Grafik Perhitungan MAPEMetode peramalan terbaik ditentukan berdasarkan nilai galat atau tingkat kesalahan metode peramalan yang terkecil. Berdasarkan ketiga kurva perbandingan galat peramalan tersebut maka diperoleh bahwa metode peramalan yang tepat untuk digunakan adalah metode trend siklis.

3.4.2.7 Verifikasi Hasil Peramalan Bahan BakuVerifikasi peramalan dilakukan karena adanya kemungkinan hasil peramalan berada di luar batas kontrol. Jika terdapat data yang berada di luar batas kontrol maka akan dilakukan peramalan lagi. Namun, pada peramalan hasil bahan baku ini tidak terdapat data yang berada di luar batas kontrol, sehingga tidak diperlukan pengulangan peramalan.

Tabel 3.23 Verifikasi Metode Peramalan Terpilih Sebelum Perbaikan

Gambar 3.18 Grafik Verifikasi Metode Trend Siklis Sebelum PerbaikanMelihat tabel dan gambar sebelumnya dapat dipastikan bahwa tidak ada hasill peramalan yang lewat dari batas kontrol, sehingga tidak diperlukan perbaikan.

3.4.2.8 Peramalan Metode Terpilih Periode 12 ke Depan

Berdasarkan hasil perhitungan galat sebelumnya. Metode yang terpilih untuk melakukan peramalan adalah metode trend siklis karena memiliki nilai galat yang paling kecil. Hasil peramalan 12 periode ke depan akan ditampilkan pada tabel berikut iniTabel 3.24 Hasil Peramalan Metode Terpilih setelah verifikasi

Tabel 3.25 Peramalan 12 Periode ke Depan

3.4.2.9 Biaya Biaya yang Digunakan Dalam Persediaan

Biaya biaya yang digunakan untuk persediaan adalah biaya pesan, harga

bahan baku, dan biaya simpan. Berikut rincian masing-masingnya.

a. Biaya pesan

Biaya pesan air kelapa ini adalah sebesar Rp. 2.000.000,00/1,6 ton, itu berarti biaya pesan untuk 1 liter air kelapa adalah Rp 1.250,00

b. Harga bahan baku

Harga bahan baku untuk pembuatan nata de coco ini adalah Rp 1.250,00/liter.

c. Biaya simpan

Biaya simpan untuk bahan baku 12,5,00/liter.

3.4.2.10 Perhitungan Ukuran dan Frekuensi Pemesanan

Setalah didapatkan hasil peramalan untuk bahan baku, maka langkah

selanjutnya adalah menentukan ukuran pemesanan air kelapa. Ukuran pemesanan berguna untuk menentukan jumlah air kelapa yang seharusnya dipesan dalam satu kalli pesan. Dengan menentukan ukuran pemesanan maka dapat meminimumkan biaya. Untuk ukuran pemesanan dilakukan dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Metode EOQ ini digunakan karena dengan metode ini dapat dditentukan kuantitas bahan baku yang akan dibeli dengan biaya minimum.

Berdasarkan pada hasil pengumpulan data sebelumnya maka telah diperoleh datadata biaya yang dapat digunakan pada perhitungan ukuran pemesanan adalah sebagai berikut

Tabel 3.26 Rekapitulasi data Untuk Perhitungan Persediaan

Berdarsarkan tabel di atas, maka dapat ditentukan ukuran pemesanan air kelapa dengan menggunakan rumus sebagai berikut

EOQ = Q* =

=

= 10831.8 = 10832 liter

Maka dengan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah pemesanan ekonomis yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah sebanyak 10832 liter tiap pesan. Setelah didapatkan ukuran pemesana yang ekonomis maka dapat ditentukan pula berapa frekuensi pemesanan. Frekuensi pemesanan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Jadi frekuesni pemesanan bahan baku adalah sebanyak 55 kali dalam setahun.

3.4.2.11 Perhitungan Biaya Persediaan

Biaya persediaan didpatkan dengan menjumlahkan biaya pemesanan dan biayan penyimpanan bahan baku. Perhitungan biaya pemesanan dan biaya persediaan ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Biaya pemesanan

Biaya penyimpanan

Maka biaya persediaan adalah jumlah biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan yaitu sebesar Rp 135.397,003.4.2.12 Perhitungan Safety stock (SS)

Safety stock merupakan suatu persediaan yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk mengantisipasi jikalau terjadi fluktuasi. Perhitungan penentuan safety stock air kelapa ditentukan dengan mencari rata-rata serta standar devias dari peramalan penggunaan air kelapa. Tabel berikut akan menunjukkan perhitungannya.Tabel 3.27 Perhitungan Rata-Rata dan Standar Deviasi Pemakaian Air Kelapa

Setelah diperoleh rata-rata dan standar deviasi pemakaian air kelapa, maka dapat ditentukan safety stock untuk air kelapa ini. perhitungan penentuan safety stock dilakukan dengan mengunakan service level senilai 1,65. Maka nilai safety stock adalah sebagai berikut

SS = Z x sd x

SS= 1,64 x 4307.453 x

= 15.796 liter Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai safety stock yang harus disediakan perusahaan adalah sebanyak 15796 liter air kelapa.

3.4.2.13 Perhitungan Reorder Point (ROP)

Perhitungan ROP bertujuan untuk menentukan pada titk berapa perushaan harus memesan bahan bakunya kembali agar bahan baku tiba tepat waktu. Lead time dari pemesanan bahan baku adalah selama 5 hari, jumlah hari kerja dala setahun adalah 317 hari. Sehingga perencanaan penggunaan bahan baku per hari dapat ditentukan sebagai berikut

1851 Sehingga dapat ditentukan ROP untuk air kelapa adalah sebagai berikut

ROP = safety stock + (lead time x keb. per hari)

= 15892+ (5 x 1851)

= 25.049 liter

Jadi, berdasarkan perhitungan di atas maka perushaan harus melakukan pemesana ketika jumlah bahan baku tinggal atau mendekati jumlah 25.049 liter.

3.4.2.14 Perhitungan Persediaan Maksimum

Perhitungan persediaan maksimum dilakukan untuk menetukan berapa jumlah bahan baku maksimum yang harus ada di tempat penimpanan. Perhitungan persediaan maksimum dapat ditentukan sebagai berikut

Persediaan Max = Safety stock + Q*

= ( 15796 + 10832 )

= 26.628 literMaka jumlah persediaan maksimum yang harus dimiliki oleh PT Bumi Sarimas Indonesia adalah sebesar 26.628 liter.Jika dilihat hasil perhitungan mengenai perbandingan produksi nata de coco yang aktual dan hasil peramalan dapat disimpulkan bahwa kemampuan produksi yang dimiliki oleh PT Bumi Sarimas Indonesia adalah lebih besar dengan aktualnya. Jika hal itu dihubungkan dengan persediaan produksi maka hubungan yang didapatkan adalah jika perusahaan dapat menjaga pasokan bahan bakunya maka perusahaan dapat meningkatkan kemampuan produksinya, langkah perusahaan dalam menjaga pasokan bahan bakunya dapat dilihat berdasarkan pengolahan data mengenai pengendalian persediaan bahan baku yang telah dijabarkan sebelumnya. 3.5Analisis

Setalah pengolahan data dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis. Analisis ini berguna untuk bahan pertimbangan mengenai masalah yang ada di perusahaan. Analisis berisi mengenai hasil peramalan produksi dan bahan baku beserta pengendalian persediaan bahan baku.

3.5.1Analisis Hasil Peramalan Produksi

Peramalan produksi dilakukan dengan menggunakan 3 metode kuantitatif yaitu metode kuadratis, siklis, dan trend siklis. Ketiga metode tersebut dipilih karena jika melihat scatter diagram dari data historis, maka metode yang cocok untuk melakukan peramalan adalah ketiga metode tersebut. Hasil peramalan dari ketiga metode ini berbeda-beda, dengan hasil yang berbeda-beda ini nantinya dapat ditentukan metode terbaik untuk melakukan peramalan. Analisi masing-masing metode peramalan tersebut adalah sebagai berikut3.5.1.1Analisis Metode Kuadratis

Kurva hasil peramalan metode ini adalah seperti parabola. Dari hasil peramalan dengan metode ini dapat dilihat bahwa produksi tidak bergitu tinggi di priode-periode awal, dan meningkat pada pertengahan periode dan akan kembali menurun di periode akhir. Kurva kemampuan produksi naik dimulai dari bulan 1 hingga bulan ke 12, namun mulai dari bulan ke 13 hingga menuju 24 kurva menurun. Dari kurva ditunjukkan bahwa penurunan terjadi secara konstan dari bulan ke 13 hingga bulan ke 24. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada awal-awal periode kemampuan produksi adalah kecil.3.5.1.4Analisis Metode Siklis

Hasil peramalan dengan metode ini ditunjukkan oleh kurva untuk metode ini yang ada pada bagian sebelumnya. Dari kurva ini dapat dilihat bahwa kemampuan produksi dengan metode ini lama-lama akan meningktat, namun aka nada penurunan pada akhir-akhir periode. Kemampuan produksi meningkat terjadi pada bulan 1 hingga bulan ke 11, lalu dari bulan 12 hingga 24 terjadi penurunan. Namun pada bulan 22 hingga bulan 24 kemampuan produksi konstan jikan dibandingkab bulan 12 hingga 21 yang mengalami penurunan secara terus menerus. Jika dibandingkan dengan metode sebelumnya, kemampuan produksi pada metode ini lebih baik.3.5.1.5 Analisis Metode Trend Siklis

Kurva dari hasil peramalan ini menunjukkan bahwa kemampuan produksi perusahaan dalam memproduksi nata de coco akan mengalami penurunan secara terus menerus, walaupun terdapat peningkatan pada bulan 4 hingga 12. Naik turunnya grafik menunjukkan bahwa kemampuan produksi perusahaan tidaklah stabil, hal itu dapat disebabkan persediaan bahan baku perusahaan yang tidak kontinus dan tidak adanya patokan khusus bagi perusahaan dalam memesan banyaknya bahan baku.

Metode yang terpilih untuk melakukan peramalan adalah metode trend siklis karena metode ini yang memiliki nilai galat MAPE paling kecil. Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa hasil peramalan dengan metode ini menunjukkan grafik yang naik turun. Hal tersbeut dipengaruhi tidak terkontrolnya ataupun tidak adanya kebijakan perusahaan akan target produksi, di samping tidak adanya patokan tersebut tentunya masalah persediaan bahan baku juga menjadi masalah. Jika perusahaan dapat menentukkan patokan akan bahan baku maka perusahaan mampu untuk menentukan target produksinya.3.5.2Analisis Hasil Peramalan Bahan Baku

Peramalan bahan baku menggunakan metode yang sama dengan peramalan produksi nata de coco. Analisis masing-masing metode tersebut adalah sebagai berikut3.5.2.1Analisis Metode Kudratis

Hasil peramalan dengan metode ini menggambarkan kurva yang membentuk parabola. Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan bahan baku menanjak naik lalu turun kembali. Peningkatan penggunaan bahan baku terjadi dari bulan 1 hingga bulan ke 16, namun dari bulan ke 17 hingga 24 terjadi penurunan penggunaan bahan baku. Hal tersebut mirip dengan hasil peramalan produksi dimana hasil produksi di awal menanjak naik dan turun di akhir periode, namun untuk peramalan hasil produksi penurunan yang terjadi drastis sedangkan untuk bahan baku penurunan penggunaan bahan baku tidak terjadi begitu drastis.3.5.2.4Analisis Metode Siklis

Hasil peramalan dengan metode ini ditunjukkan dengan grafik yang berbentuk parabola, bentuk grafik hasil peramalan metoe ini serupa dengan metode sebelumnya. Di awal-awal produksi bahan baku jumlahnya akan meningkat, pengingkatan penggunaan bahan baku terjadi bpada bulan 1 hingga 13, dimana pada bulan 13 tersebut adalah puncaknya. Hal tersebut menunjukkan pada saat itu perusahaan membutuhkan jumlah bahan baku yang besar untuk melakukan produksi nata de coco. Lalu, penurunan terjadi dari bulan ke 14 hingga 24, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan hanya membutuhkan sedikit bahan baku untuk melakukan produksi bahan baku. Perbedaan kedua hal tersebut terjadi karena perusahaan tidak memiliki kebijakan dalam penggunaan jumlah bahan baku.3.5.2.5Analisis Metode Trend Siklis

Hasil peramalan dengan metode ini ditunjukkan dengan grafik yang naik turun. Kenaikan kurva terjadi pada bulan 1 hingga bulan ke 12. Lalu pada akhir-akhir periode yakni bulan 13 hingga bulan 24 terjadi penurunan penggunaan bahan baku. Hasil ini mirip dengan hasil peramalan dengan menggunakan dua metode sebelumnya, tentunya hal tersebut menunjukkan kebutuhan bahan baku yang tidak stabil dalam pembuatan nata de coco. Keadaan seperti itu dapat terjadi dikarenakan tidak adanya kebijakan perusahaan dalam penggunaan bahan baku.3.5.3Analisis Pengendalian Persediaan

Jika berbicara mengenai pengendalian persediaan makan yang akan dibahas adalah mengenai EOQ, reorder point, safety stock, maximum inventory, dan frekuensi pemesanan. Semua hal disebutkan di atas merupakan hal-hal yang berhubungan dengan pengendalian persediaan.

Bagian ini akan menjabarkan mengenai analisa mengenai pengendalian persediaan bahan baku untuk pembuatan nata de coco pada PT Bumi Sarimas Indonesia.

Hasil peramalan bahan baku menunjukkan bahwa perusahaan membutuhkan air kelapa sebanyak 586.636 liter. Jumlah pemakaian yang besar ini disebabkan karena jumlah yang akan diproduksi oleh perusahaan besar . Sehingga diperkirakan produksi pun akan besar. Melihat hasil perhitungan EOQ dapat diketahui bahwa perusahaan harus melakukan pemesanan sebanyak 55 kali dalam setahun dengan ukuran pesan adalah sebesar 10.832 liter. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan harus memesan kira kira 4-5 kali dalam sebulan. Pemesanan sebanyak yang telah disebutkan tadi harus dilakukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat menjaga kestabilan produksinya. Kestabilan yang dimaksud adalah peurusahaan melakukan produksi berkelanjutan tanpa berhenti disebabkan kehabisan bahan baku. Sedangkan total biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk persediaan adalah sebesar Rp135.397,-. Jumlah itu tidaklah besar jika melihat banyak air kelapa yang harus dibeli perusahaan tiap kali pemesanan.

Titik pemesanan ulang pada persediaan air kelapa adalah sebesar 25.049 liter, hal tersebut mengisyaratkan bahwa perusahaan agar segera memesan kembali bahan baku jika bahan baku yang tersisa sebanyak 25.049 liter atau mendekati jumlah tersebut. Sedangkan jumlah safety stock yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah sebesar 15.796 liter, hal tersebut menenjukkan bahwa perusahaan harus memiliki persediaan bahan baku sejumlah di atas ketika bahan baku sedang dalam masa lead time.

Maximum inventory air kelapa yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 26.628 liter. Jumlah tersebut sudah jumlah optimum penyimpanan bahan baku bagi perusahaan, karena dengan jumlah tersebut dapat mengatasi pemborosan dan dapat menjaga keefektifan bahan baku untuk digunakan.3.6Penutup

Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil perhitungan yang telah dilakukan.3.6.1Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:1. Hasil peramalan kebutuhan bahan baku pembuatan nata de coco menunjukkan kenaikan di tiap periodenya.2. Hasil peramalan produksi nata de coco menunjukkan jumlah kenaikkan walaupun tidak konsisten dari tiap-tiap periodenya.

3. Besar pemesanan yang dilakukan oleh PT Bumi Sarimas Indonesia adalah sebesar 10.832 liter dan frekuensi pemesanan 55 kali dalam setahun.

4. Jumlah safety stock air kelapa yang harus dimiliki oleh PT Bumi Sarimas Indonesia adalah 15.796 liter.

5. Titik pesan kembali dari persediaan air kelapa ini adalah sebesar 25.049 liter.6. Perbandingan hasil peramalan produksi dengan air kelapa adalah mendekati, dimana kebutuhan akan air kelapa meningkat dan produksi pun meningkat.3.6.2Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut

1. Sebaiknya data historis produksi dan penggunaan bahan baku yang digunakan bukan data histroris dua tahun terakhir saja, namun lebih banyak lagi agar hasil yang didapat lebih akurat lagi.

2. Metode peramalan yang digunakan sebaiknya tidak hanya metode kuantitatif saja, agar bisa menambah perbandingan nantinya.

3. Sebaiknya metode yang digunakan untuk menghitunga galat bukan hanya metode MAPE saja, agar bisa menambah perbandingan juga nantinya.

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

33

_1453868119.vsdMulai

Studi litaratur:Mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan persediaan dan peramalan

Survei pendahuluan :Melakukan pengamatan di PT Bumi Sarimas Indonesia khusunya tentang persediaan bahan baku pembuatan nata de coco

Identifikasi dan perumusan masalah :Setelah melakukan identifikasi maka didapatkan perumusan masalah yaitu bagaimana mengendalikan persediaan bahan baku pembuatan nata de coco pada PT Bumi Sarimas Indonesia dan apakah persediaan itu mampu memenuhi kebutuhan produksi pembuatan nata de coco

Pengumpuan data :Data yang dikumpulkan adalah data historis penggunaan bahan baku dan hasil produksi

Pengolahan data :1.Peramalan produksi dan bahan baku dengan menggunakan beberapa metode.2.Menghitung galat hasil peramalan masing-masing metode.3.Perhitungan peramalan bahan baku dan produksi dengan menggunakan metode yang terpilih.4.Melakukan perhitungan EOQ dan frekuensi pemesanan.5.Melakukan perhitungan safety stock.6.Melakukan perhitungan titik pesan kembali.7.Melakukan perhitungan penyimpanan maksimum.8.Melakukan perbandingan hasil peramalan produksi dengan peramalan bahan baku.

Analisis

Penutup

Selesai

_1453868125.unknown

_1453868128.unknown

_1453868130.unknown

_1454869841.unknown

_1454870203.unknown

_1453868132.unknown

_1453868129.unknown

_1453868126.unknown

_1453868122.unknown

_1453868123.unknown

_1453868121.unknown

_1453868113.unknown

_1453868117.unknown

_1453868118.unknown

_1453868115.unknown

_1453868116.unknown

_1453868114.unknown

_1453868110.unknown

_1453868112.unknown

_1453868109.unknown