bahan dan proses pembuatan nata de coco

114
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, nata de coco mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975. Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981 (Sutarminingsih, 2004). Di Indonesia pada awalnya, industri pengolahan nata diawali di tingkat usaha rumah tangga (home industry) dengan menggunakan sari buah nanas sebagai bahan bakunya sehingga produknya sering disebut nata de pina. Seperti pada umumnya usaha buah-buahan musiman lainnya, keberlangsungan produksi nata de pina terbentur dengan kendala sifat musiman tanaman nanas. Sehingga produksi nata de pina tidak dapat dilakukan sepanjang tahun. Keberlangsungan input merupakan hal yang penting dalam manajemen agribisnis termasuk nata de coco (Gumbira dan

Upload: fadilaharsyad

Post on 27-Jan-2016

123 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Produksi

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

BAB I.

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke

dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat

dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah

(nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat

dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air

kelapa atau sari kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia,

nata de coco mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun

1975. Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981

(Sutarminingsih, 2004).

Di Indonesia pada awalnya, industri pengolahan nata diawali di tingkat usaha rumah

tangga (home industry) dengan menggunakan sari buah nanas sebagai bahan bakunya

sehingga produknya sering disebut nata de pina. Seperti pada umumnya usaha buah-

buahan musiman lainnya, keberlangsungan produksi nata de pina terbentur dengan

kendala sifat musiman tanaman nanas. Sehingga produksi nata de pina tidak dapat

dilakukan sepanjang tahun. Keberlangsungan input merupakan hal yang penting

dalam manajemen agribisnis termasuk nata de coco (Gumbira dan Intan, 2001).

Untuk mengatasi kendala tersebut, alternatif penggunaan bahan lain yang mudah

didapat, tersedia sepanjang tahun dan harganya murah adalah air kelapa. Pada

mulanya air kelapa kebanyakan hanya merupakan limbah dari industri pembuatan

kopra atau minyak goreng (Jawa: klentik). Nata dari air kelapa yang kemudian

terkenal dengan nama nata de coco merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan

bantuan mikroba acetobacter xylinum. Jumlah air kelapa yang dihasilkan dari buah

kelapa di Indonesia kurang lebih 900 juta liter per tahun (Sutardi 2004).

Nata de coco merupakan salah satu produk olahan air kelapa yang memiliki

kandungan serat tinggi dan kandungan kalori rendah sehingga cocok untuk makanan

diet dan baik untuk sistim pencernaan serta tidak mengandung kolesterol sehingga

mulai poluler di kalangan masyarakat yang memiliki perhatian pada kesehatan. Nata

de coco tidak hanya memiliki pasar domestik tetapi juga pasar ekspor terutama

Page 2: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara Timur Tengah. Di pasar

domestik, permintaan nata de coco biasanya meningkat tajam pada saat menjelang

hari raya Natal, Lebaran, Tahun Baru dan peristiwa-peristiwa penting lainnya. Begitu

banyaknya permintaan pada waktu-waktu tersebut, banyak rumah tangga yang secara

sporadis membuat nata de coco untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Negara-

negara penghasil nata de coco pesaing Indonesai adalah Filipina, Malaysia dan

Vietnam. Di pasar ekspor, Filipina merupakan saingan utama produk nata de coco.

Di Jepang, 90% nata de coco diimpor dari Filipina. Orang Jepang percaya bahwa

nata de coco dapat melindungi tubuh dari kanker dan digunakan untuk makanan diet

(DAAMAS, 2004).

Dari segi skala perusahaan, usaha nata de coco dilakukan oleh beberapa perusahaan

besar-menengah dan juga banyak sekali perusahaan kecil-rumah tangga. Tentu saja

mereka memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri. Perusahaan besar-menengah

memiliki pasar yang relatif lebih luas mencangkup pasar domestik dan pasar ekspor.

Sedangkan perusahaan kecil-rumah tangga memiliki pasar lokal dan daerah sekitar.

Usaha kecil-rumah tangga nata de coco telah banyak menyerap tenaga kerja lokal.

Oleh karena itu, pemerintah sangat mendukung usaha nata de coco tersebut melalui

pemberian latihan/bimbingan teknis dan bantuan modal pada usaha kecil.

Sebenarnya nata de coco merupakan hasil sampingan (limbah) buah kelapa. Buah

kelapa merupakan bagian terpenting dari tanaman kelapa karena memiliki nilai

ekonomis dan gizi yang tinggi. Dilihat dari persentase komponennya, buah kelapa

terdiri dari empat komponen yaitu 35% sabut, 12% tempurung, 28% daging buah dan

25% air kelapa. Masing-masing komponen dapat dimanfaatkan untuk produk

makanan maupun non makanan. Sebagai contoh serabut untuk kerajinan keset, sapu,

furniture; tempurung kelapa untuk arang; buah kelapa untuk minyak goreng, santan,

kopra; dan air kelapa untuk nata de coco. Dari total produksi kelapa di Indonesia

34,7% diolah untuk santan, 8% untuk minyak goreng dan 57,3% untuk kopra

(Kompas, 2004). Terdapat bermacam-macam output hasil olahan buah kelapa.

Gambar 1.1. menunjukkan output derivasi dari buah kelapa. Nata de coco hanya

merupakan salah satu output derivasi dari air kelapa, selain asam cuka minuman dan

obat penurun panas.

Page 3: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Dari segi keberlangsungan pasokan input, usaha nata de coco memiliki prospek yang

cerah. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara, Riau, Jambi,

Lampung, Daerah Istimewa Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sulawesi Tengah,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Nusa

Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sebesar 90,86% dari total produksi

kelapa Indonesia berasal dari daerah-daerah tersebut (Departemen Pertanian 2004).

Data sampai dengan tahun 1999 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan penghasil

kelapa terbesar di dunia diikuti India dan Filipina (DAAMAS 2004). Tabel 1.1

menunjukkan produksi kelapa di Indonesia, Filipina, India dan Total dunia 1995-

1999.

Tabel 1.1.Produksi Kelapa (000 metric tons)

Negara 1995 1996 1997 1998 1999

Indonesia 13.868 14.138 14.710 14.710 13.000

Filipina 10.300 11.318 12.053 10.493 11.000

India 8.000 9.649 9.800 10.000 11.000

Total Dunia 45.068 47.733 49.354 47.696 47.480

Sumber: Biro Statistik Pertanian - Filipina

http://www.da.gov.ph/agribiz/coconut1.html

Buah kelapa memiliki kontribusi pembangungan ekonomi di Nanggroe Aceh

Darussalam. Dari buah kelapa ini saja sudah terdapat tiga industri menengah dan

besar, 270 industri kecil formal dan nonformal. Dari sekitar 7.537 unit usaha yang

menyerap 39.532 tenaga kerja di sektor industri, hanya sekitar enam% saja tenaga

kerja yang terkait dengan industri dengan latar belakang pemanfaatan kelapa.

Usaha nata de coco memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat sekitar

karena mengingat bahan dasar nata de coco hanya merupakan limbah produksi kopra.

Dengan asumsi setiap petani dapat menghasilkan 10 jerigen (kapasitas 20 liter) atau

200 liter dalam satu hari, petani akan mendapatkan tambahan penghasilan Rp 20.000-

Rp30.000 per hari (harga per liter: Rp 100 - Rp 150 per liter). Air kelapa memiliki

kandungan vitamin seperti ditunjukkan oleh tabel Tabel 1.2.

Page 4: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Tabel 1.2. Komposisi Vitamin Air Kelapa

No

.

Jenis Vitamin ug/ml

1. Asam nikotinat 0,01

2. Biotin 0,02

3. Asam pantotenat 0,52

4. Riboflavin 0,01

5. Asam fosfat 0,03

Sumber: Dolendo dan Pacita (1967); cit.: Khak (1999), Sutarminingsih (2004).

Dari segi sosial, usaha nata de coco menyerap tenaga kerja lokal yang besar baik

perusahaan menengah, besar, kecil maupun rumah tangga. Usaha ini hanya

menggunakan teknologi yang sederhana tanpa perlu pengetahuan yang spesifik.

Sehingga, usaha ini dapat dilakukan dalam usaha skala kecil maupun skala usaha

rumah tangga terutama di daerah penghasil kelapa atau kawasan industri pangan

yang bahan bakunya dari daging buah kelapa seperti industri minyak kelapa, industri

geplak dan lain-lain (Sutardi, 2004).

Limbah usaha nata de coco adalah limbah cair yang asam baik bau maupun rasa.

Limbah ini tidak membahayakan. Pengolahan limbah dilakukan dengan proses yang

sederhana, yaitu dengan membuatkan bak penampungan di dalam tanah. Bahkan,

beberapa pengusaha menggunakan air limbah tersebut untuk menyiram tanaman

kelapa di perkebunan.

Menanggapi permasalahan di atas, penulis ingin melihat sejauh mana respon para

pengusaha terhadap pendapatan Home Industri. Adapun  judul penelitian penulis

adalah “ Analisis Pendapatan dan Keuntungan Usaha Nata De Coco Khausar

Pada CV.Mitra Kurnia Gampong Rumpet Kecamatan Krueng Barona Jaya

Kabupaten Aceh Besar”.

B.     Permasalahan

Berdasarkan dari latarbelakang diatas, maka penulis ingin mengetahui berapa

besar pendapatan dan keuntungan dari hasil penjualan Nata De Coco tersebut?

Page 5: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

C.    Manfaat Kegiatan

Manfaat atau kegunaan Bakti Propesi ini merupakan suatu uji coba kemampuan

penerapan ilmu yang telah diterima dalam masa studi dan diaplikasikan langsung ke

lapangan. Selain itu juga menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk menjadi pelaku

dalam dunia usaha dimasa mendatang.

D.    Tujuan Bakti Propesi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan keuntungan dari hasil

produksi Nata De Coco Khausar yang dilakukan oleh para pengusaha di Kecamatan

Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar.

E.     Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan bahan pertimbangan bagi

pengambil keputusan dalam kaitan , untuk mengetahui tanggapan petani terhadap

peluang komoditi Nata De Coco, untuk mengetahu besar pendapatan dan keuntungan

yang diterima oleh pengusaha Nata De Coco tersebut.

BAB II

GAMBARAN UMUM USAHA

1.      Profil  Pengusaha

Usaha CV.Mitra Kurnia adalah sebuah usaha yang bergerak dibidang Home

Industri, tepatnya Industri Produk Masak Dari Kelapa (Nata De Coco). Usaha ini

terletak di Desa Rumpet, Kabupaten Aceh Besar. Usaha ini didirikan pada tahun

2000 oleh Bapak Drs.Tgk. H. M. Yahya. Awalnya Bapak M. Yahya tidak hanya

membuat Nata saja akan tetapi beliau juga membuat produk laim seperti kecap dan

saus.  Home Industri ini didirikan karena masih kurangnya minat masyarakat kota

Banda Aceh dan Aceh Besar untuk menghasilkan produk. Maka dalam hal ini usaha 

Page 6: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Natalah yang menjadi objek Bapak M. Yahya, dengan asumsi peluang pasar lebih

besar (memungkinkan untuk menjadi leader market) karna masih jarangnya

pengusaha lainnya.

2.      Profil Usaha

Usaha Nata adalah sebuah peluang besar jika dikembangkan di wilayah Aceh,

mengingat permintaan Nata De Coco yang terjadi dipasar sangatlah tinggi sehingga

belum dapat dipenuhi, dalam hal ini masih sangat dibutuhkan pasokan dari daerah

Sumatra Utara. Adanya permintaan akan pasar terhadap Nata yang semakin tinggi,

menandakan bahwa masyarakat sudah mulai mengetahui nilai gizi Nata De Coco

tersebut.

3.      Sumber Modal

usaha Bapak M. Yahya dimulai dari usaha ini yang didirikan tepatnya pada

tahun  2000 dengan modal yang digunakan adalah sepenuhnya modal sendiri.

Bermodalkan uang sebesar Rp.200.000..000; usaha Nata De Coco Bapak M.Yahya

telah berdiri.

Dalam seebuah usaha tentunya memiliki banyak tantangan dan peluang, dimana

tantangan dan peluang ini  juga menghampiri usaha CV.Mitra Kurnia. Tepatnya pada

tahun 2004 dimana musibah Tsunami terjadi, juga memberikan dampak yang besar

bagi usaha ini. Musibah itu menyebabkan usaha Nata ini menjadi vakum hingga

beberapa tahun. Kevakuman usaha ini berlangsung lama hingga tahun 20010. Namun

seorang yang memiliki jiwa  pengusaha, pastinya dapat melihat peluang disekitarnya,

dan mampu untuk bangkit dikala gagal. Inilah yang terjadi pada usaha CV.Mitra

Kurnia.

Pada tahun 2010, CV.Mitra Kurnia kembali bangkit dengan peforma yang

mengagumkan. Dengan besarnya keyakinan dan minat konsumen maka CV.Mitra

Kurnia ini didirikan kembali dengan modal investasi yang ringan yaitu Rp.50.000;

tidak termasuk tanah dan bangunan, karna tanah tempat pendirian usaha ini milik

sendiri. Produk yang dihasilkan dengan kapasitas produksi terpasang pertahun

20.000 dus.

4.      Struktur Organisasi

Page 7: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Struktur organisasi pada usaha nata de coco Khausar ini adalah berbentuk

garis, yang artinya setiap tingkatan jenjang organisasi dipimpin oleh seorang atasan

yang membawahi beberapa karyawan yang bertanggung jawab langsung kepada

atasan.

Dalam skema diatas dapat kita lihat bahwa direktur merupakan posisi paling

tinggi dalam organisasi, pengambil keputusan dan penanggung jawab utama tercapai

tujuan. Wakil Direktur merupakan pembantu direktur, bertanggung jawab atas

kegiatan operasional. Sedangkan para karyawan atau tenaga kerja bertugas dalam

proses produksi dan pengolahan yang selalu diawasi oleh wakil direktur.

5.      Sumber Bahan Baku

Bahan baku merupakan sarana produksi yang habis dipakai dalam sekali

proses produksi. Bahan baku adalah bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan

suatu produk. Dalam pelaksanaan produksi nata de coco  ini bahan baku utama yang

digunakan adalah air kelapa yang berasal dari kelapa tua. Bahan baku tersebut dapat

diperoleh dari tempat-tempat pengukuran kelapa yang terdapat di Pasar Peunayong,

Banda Aceh. Biasanya air kelapa ini terbuang percuma  dan untuk mendapatkan

sejumlah besar bahan baku tidak dibutuhkan biaya yang besar, biasanya untuk 20

liter hanya Rp.3000. Bahan baku dipersiapkan dalam kapasitas besar sebelum proses

produksi berlangsung.

6.      Tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja tetap yang dipekerjakan di perusahaan ini adalah

sebanyak 4 orang. Industri ini mempekerjakan 2 orang pekerja wanita dan 2 orang

pekerja laki-laki. Tenaga kerja tersebut bersifat terikat, namun upah dibayarkan di

akhir bulan. Upah yang dibayar berbeda-beda menurut skill yang dimiliki. Dua

pekerja wanita bertanggung jawab atas pembuatan lembaran nata de coco, dan

pengemasan nata de coco. Sedangkan dua orang pekerja laki-laki bertanggung jawab

dalam pemotongan lembarab nata de coco dan pembuangan asam nata de coco.

BAB III

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Page 8: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

1.      Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian adalah di CV.Mitra Kurnia di Desa Rumpet, Kec. Krueng Barona

Jaya  Aceh Besar.

2.      Data

Metode pengambilan data yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum pada usaha

Nata De Coco “CV.Mitra Kurnia” meliputi dua cara:

a.       Interview (wawancara)

Untuk memperoleh data penulis melakukan wawancara langsung dengan

pimpinan perusahaan yaitu Bapak H.M. Yahya dan tenaga kerjanya sehingga

penulis ,memperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan laporan praktikum

ini.

b.      Observasi (pengamatan)

Selain wawancara, penulis juga melakukan pengamatan langsung ke tempat

usaha Nata De Coco “CV.Mitra Kurnia” sekaligus mempelajari teknik-teknik

pembuatan Nata De Coco sehingga penulis memperoleh data yang dapat memperkuat

data sebelumnya.

3.      Cara membuat nata

Nata de Coco merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata de Coco adalah

makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang

bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan.

Kadungan kalori yang rendah pada Nata de Coco merupakan pertimbangan yang

tepat produk Nata de Coco sebagai makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini

memiliki nilai estetika yang tinggi, penampilan warna putih agak bening, tekstur

kenyal, aroma segar. Dengan penampilan tersebut maka nata sebagai makanan desert

memiliki daya tarik yang tinggi. Dari segi ekonomi produksi nata de coco

menjanjikan nilai tambah. Pembuatan nata yang diperkaya dengan vitamin dan

mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini.

Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan

yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang

termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang

paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum

Page 9: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

termasuk genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip,

aerob, berbentuk batang pendek atau kokus.

Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara

mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan

untuk substrat pembuatan Nata de Coco. Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi

yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung

dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam

antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth

promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan

bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum).

Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter

xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa

metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de Coco. Senyawa

peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan

pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu

meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter

xylinum untuk menghasilkan selulosa.

Dengan perrtimbangan diatas maka pemanfaatan limbah air kelapa merupakan

upaya pemanfaatan limbah menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Fermentasi

Nata de Coco dilakukan melalui tahap-tahap berikut:

Persiapan bahan dan alat : 

Pemeliharaan biakan murni Acetobacter xylinum 

Pembuatan starter 

Pembuatan lembaran nata de coco 

Fermentasi  

Pemanenan  

Pengolahan   

Pengemasan

3.1. Pemeliharaan Kultur Murni Acetobacter xylinum

Biakan atau kultur murni Acetobacter xylinum diperoleh di laboratorium

Mikrobiologi Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor. Kultur tersebut

Page 10: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

tumbuh pada media Hassid Barker. Koleksi kultur dapat dalam bentuk kering beku

dalam ampul, maupun dalam bentuk goresan dalam agar miring (slant agar). Koleksi

kultur dalam bentuk kering beku dalam ampul dapat bertahan hidup bertahun-tahun

tanpa peremajaan. Sedangkan koleksi kultur dalam agar miring perlu peremajaan

setiap 2-3 bulan. Kebanyakan koleksi kultur pemeliharaannya dengan cara

peremajaan dilakukan pada media agar miring.

Pemeliharaan koleksi kultur yang dimiliki dapat dilakukan dengan cara: pembuatan

media Hassid Barker Agar (HBA) dalam tabung reaksi dan peremajaan kultur setiap

2-3 bulan. Komposisi media HBA adalah sebagai berikut: sukrosa 10%, (NH4)2SO4

0,6 g/L, K2HPO4 5,0 g/L, ekstrak khamir 2,5 g/L 2 % asam asetat glasial, agar difco

15 g/L . Media HBA dimasukkan kedalam tabung reaksi dan disterilkan dalam

autoclave 121 oC, 2 atm, selama 15 menit. Media dalam tabung reaksi masih panas

diletakkan mring hingga membeku untuk menghasilkan media agar miring.

Peremajaan dapat dilakukan dengan cara menggoreskan 1 ose kultur kedalam media

agar miring yang telah dipersiapkan. Kutur baru diinkubasi pada suhu kamar, selama

2-3 hari. Kultur akan tumbuh pada media HBA miring dengan bentuk sesuai alur

goresan. Kultur yang terlah diremajakan siap untuk kultur kerja, dan sebagian

disimpan untuk kultur simpan atau kultur stok (Stock Culture).

3.2. Proses Pembuatan

Peralatan yang diperlukan:

1.       Kompor

2.      Panci untuk merebus media / air kelapa

3.      Gelas ukur besar 1liter dan 250 mililiter

4.       Pengaduk

5.      . Pisau pengiris nata

6.       Plastik kemasan 1/2 kg

7.      . Saringan air kelapa/ ayakan tepung

8.      . Nampan/ wadah untuk fermentasi

9.       Kain putih/mori untuk penutup 3 m

10.   Tali pengikat/karet

11.   Ember/baskom perendam/pencuci

Page 11: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

12.   Timbangan kue

13.   Sealing cup ukuran aqua gelas

Bahan yang diperlukan:

1.       Air kelapa 25 liter

2.       Gula pasir 2,5 kg

3.       Asam cuka (asam asetat 25%)/asam cuka dapur 400 mili liter

4.       Urea 25 g

5.       Sirup rasa dan warna disesuaikan kesukaan masyarakat

6.       Kap gelas (ukuran aqua gelas)

7.       llumunium foil satu gulung

8.       Sendok plastic

3.3. Pembuatan lembaran nata de coco

1.      Penyaringan air kelapa. Penyaringan ini dilakukan untuk memisahkan air dari

kotoran-kotoran atau serbuk-serbuk sabut kelapa yang ikut terbawa. Pada industri ini,

penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain saring dengan ukuran dengan

akuran mesh yang lebih kecil dari saringan plastic biasanya. Jumlah air yang

digunakan untuk sekali produksi adalah 100 liter.

2.      Penambahan gula, Alumunium sulfat, dan asam asetat glasial. Ketiga bahan

tersebut ditambahkan kedalam air kelapa untuk dapat menciptakan kondisi

pertumbuhan yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri yang akan diinokulasikan. Gula

dan Alumunium sulfat digunakan sebagai sumber nutrisi karbon dan nitrogen bagi

bakteri, sedangkan asetat glacial ditambahkan untuk menciptakan kondisi asam

dengan pH 4-4,5. Dari 100 liter air kelapa yang digunakan, ditambahkan gula

sebanyak 40cc, alumunium sulfat 40cc, dan asam asetat glacial 40cc.

3.      Pemanasan larutan. Pemanasan larutan dilakukakan hingga suhu 100 derajat

Celsius untuk melarutkan seluruh larutan gula, Alumunium sulfat, dan asam asetat

glacial yang ditambahkan kedalam air kelapa.

4.      Penyaringan kembali larutan air kelapa. Penyaringan ini dimaksudkan untuk

memisahkan larutan dari kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada gula,

Alumunium sulfat, dan asam asetat glacial.

Page 12: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

5.      Pendinginan setelah pemanasan, larutan dituang kedalam wadah fermentasi (talam)

dan ditutup dengan kertas koran yang steril hingga larutan menjadi dingin selama 2-3

jam

6.      Penambahan starter. Starter ditambahkan kedalam larutan setelah larutan tersebut

benar-benar menjadi dingin. Banyak starter yang ditambahkan sekitar 1 botol starter

dapat untuk 6 talam. Kemudian ditutup dengan kertas Koran yang steril dan diikat

dengan karet.

7.      Proses fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan meletakan wadah-wadah

fermentasi tersebut diatas rak fermentasi atau dirung kamar hingga 7 hari sampai

berbentuk lapisan nata dengan ketebalan yang diinginkan. 

3.4.Persiapan Substrat

Sustrat adalah media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, bentuk cair yang

didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan Acetobacter

xylinum, untuk menghasilkan Nata de Coco.

Cara penyiapan substrat untuk pembuatan Nata de Coco dengan bahan baku air

kelapa ádalah sebagai berikut; air kelapa yang diperoleh dari pasar disaring dengan

menggunakan kain saring bersih. Ke dalam air kelapa ditambahkan sukrosa (gula

pasir) sebanyak 10% (b/v). Gula ditambahkan sambil dipanaskan, diaduk hingga

homogen. Urea (sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1 liter air kelapa bergula yang

disiapkan) ditambahkan dan diaduk sambil didihkan. Substrat ini didinginkan,

kemudian ditambah asam acetat glacial (asam cuka ) sebanyak 2% atau asam cuka

dapur 25% (16 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air kelapa). Substrat disterilkan

dengan cara dimasukkan dalam outoclave pada suhu 121 oC, tekanan 2 atm, selama

15 menit (atau didihkan selama 15 menit). 

3.5.Penyiapan Starter

Starter adalah bibit Acetobacter xylinum yang telah ditumbuhkan dalam substrat

pertumbuhan kultur tersebut sehingga populasi bakteri Acetobacter xylinum

mencapai karapatan optimal untuk proses pembuatan nata, yaitu 1 x 109 sel/ml.

Page 13: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Biasanya kerapatan ini akan dicapai pada pertumbuhan kultur tersebut dalam susbtrat

selama 48 jam (2 hari).

Penyiapan starter adalah sebagai berikut: substrat disterilkan dengan outoclave atau

dengan cara didihkan selama 15 menit. Setelah dingin kira-kira susu 40 oC, sebanyak

300 ml dimasukkan ke dalam botol steril volume 500 ml. Substrat dalam botol steril

diinokulasi (ditanami bibit bakteri Acetobacter xylinum) sebanyak 2 ose (kira-kira 2

pentol korek api), bibit Acetobacter xylinum. Substrat digojog, sebaiknya

menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm ( secara manual digojog setiap 2-4

jam ). Starter ditumbuhkan selama 2 hari, pada suhu kamar. 

3.6.Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses pengubahan senyawa yang terkandung di dalam

substrat oleh mikroba (kulture) misalkan senyawa gula menjadi bentuk lain

(misalkan selulosa / Nata de Coco), baik merupakan proses pemecahan maupun

proses pembentukan dalam situasi aerob maupun anaerob. Jadi proses fermentasi bisa

terjadi proses katabolisme maupun proses anabolisme.

Fermentasi substrat air kelapa yang telah dipersiapkan sebelumnya prosesnya sebagai

berikut; substrat air kelapa disterilkan dengan menggunakan outoclave atau dengan

cara didihkan selama 15 menit. Substrat didinginkan hingga suhu 40oC. Substrat

dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan

kedalaman substrat kira-kira 5 cm. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter

atau bibit sebanyak 10 % (v/v). Substrat kemudian diaduk rata, ditutup dengan

menggunakan kain kasa. Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakan

pada tempat yang bersih, terhindar dari debu, ditutup dengan menggunakan kain

bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan selama 10 – 15

hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digojok. Pada umur 10-

15 hari nata dapat dipanen.

3.7.Proses Pengolahan Nata de Coco

Nata de Coco yang dipanen pada umur 10-15 hari, dalam bentuk lembaran dengan

ketebalan 1 - 1,5 cm. Nata de Coco dicuci dengan menggunakan air bersih, diiris

Page 14: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

dalam betuk kubus, dicuci dengan menggunakan air bersih. Nata de Coco direndam

dalam air bersih selama 2-3 hari. Agar rasa asam Nata de Coco hilang perlu direbus

hingga selama 10 menit. Hingga tahap ini telah dihasilkan Nata de Coco rasa tawar.

Untuk menghasilkan Nata de Coco siap konsumsi yang memiliki rasa manis dengan

flavour tertentu perlu dilakukan proses lanjut. Nata de Coco direbus dalam air

bergula. Penyiapan air bergula dengan cara menambahkan gula pasir sebanyak 500

gr ke dalam 5 liter air ditambahkan vanili atau flavour agent lain untuk menghasilkan

valour yang diinginkan. Potongan Nata de Coco bentuk dadu dumasukkan kedalam

air bergula selanjutnya direbus hingga mendidih selama 15 menit. Nata de Coco

didingankan dan siap untuk dikonsumsi 

3.8.Pengemasan

Kemasan merupakan aspek penting dalam rangka menghasilkan produk Nata de

Coco untuk keperluan komersial. Dengan demikian proses pengemasan perlu

dilakukan secara teliti dan detail prosesnya sehingga menghasilkan nilai tambah yang

optimal dari manfaat dan tujuan pengemamasan tersebut.

Kemasan terhadap produk Nata de Coco memiliki tujuan seabagai berikut: 

a.       Mengawetkan produk agar bertahan lama tidah rusak. 

b.      Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya

tarik yang lebih tinggi. 

c.       Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk. 

d.      Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.

Pengemasan dapat dilakukan dengan kemasan yang sederhana dengan

menggunakan kantung plastik kemasan dengan usuran bervariasi ½ kg, 1 kg dan

seterusnya sesuai dengan keperluan pasar bila pengemasan bertujuan untuk

komersial. Kemasan dapat pula dilakukan dengan menggunakan kemasan cup

plastik, ukuran aqua cup atau yang lebih besar. Ragam bentuk dan ukuran sangat

ditentukan oleh kebutuhan pasar.

Untuk menghasilkan kemasan yang baik dengan mempertimbangkan keawetan

produk yang dihasilakan perlu diperhatikan hal-hal sabagai berikut: 

a.       Kemasan harus bersih atau steril. 

Page 15: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

b.      Isi kemasan diusahakan penuh agar tidak ada udara tersisa dalam kemasan

sehingga mikroba kontaminan tidak tumbuh.

Proses pengemasan produk Nata de Coco dapat dilakukan sebagai berikut; Nata

de Coco yang telah direbus dengan penambahan gula dan flavouring agent tertentu

didinginkan hingga suhu 40 oC. Produk tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam

kemasan plastik atau cup secara aseptik untuk menghindari contaminan. Pengisian

produk kedalam kemasan harus penuh agar tidak tersisa udara dalam kemasan

sehingga mikroba kontaminan tidak bisa tumbuh. Kemasan selanjutnya ditutup

dengan menggunakan sealer. Setelah pengemasan selesai produk dimasukkan dalam

air dingin hingga produk menjadi dingan dan segera ditiriskan. Selanjutnya produk

yang telah dikemas dan didistribusikan atau disimpan dalam penyimpan

berpendingin agar tetap segar dan lebih awet. (http://www.smallcrab.com/others/448-

membuat-nata-de-coco)

4.      ASUMSI DAN PARAMETER PERHITUNGAN

Dalam analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya dilandaskan atas

beberapa asumsi yang terangkum dalam Tabel Periode proyek adalah 4 tahun (tahun

1, 2, 3 dan 4). Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value)

adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan tingkat keberhasilan

fermentasi sebesar 95%, pengusaha dapat menghasilkan 1.600 nata de coco lembaran

(kurang lebih 1.600 kg).

Tabel :Asumsi Analisis Keuangan

No Asumsi Satuan Jumlah/

nilai

Keterangan

1 Periode proyek tahun 10 Periode proyek 10 tahun

2 Tingkat keberhasilan

fermentasi

persen 95

Page 16: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

3 Kapasitas Mesin/Peralatan

- Nata de coco kemasan Dus 18.500 500 karton (1 karton 24 gelas)/Bulan

-

5 Harga Nata de coco

a. Kemasan gelas

- Pasar lokal Rp/karton 11.500

- Pasar luar daerah Rp/karton 12.500 Perbedaan biaya transportasi

6 Proporsi Penjualan

- Pasar Lokal 70%

- Pasar luar daerah 30%

7 Hari produksi dalam 1 tahun hari 313 Hari Minggu libur

9 Discount rate 14%

Sumber : Lampiran 1

Harga nata de coco kemasan adalah Rp 18.500 per karton di pasar lokal dan Rp

19.500 per karton di pasar luar daerah. Output yang dijual di pasar lokal 70% dan di

pasar luar daerah adalah 30% . Dengan asumsi bahwa setiap hari Minggu tidak

berproduksi, maka jumlah hari produksi adalah 313 hari dalam setahun. Persyaratan

30%  adalah dana sendiri. Dengan melihat siklus usaha dari produksi sampai dengan

mendapat pembayaran adalah kurang lebih 1,5 bulan maka dana untuk modal kerja

dari yang berasal dari kredit adalah 12% dari total modal kerja. Discount rate riil

diasumsikan sebesar 14%.

5.      KOMPONEN BIAYA INVESTASI DAN BIAYA OPERASIONAL

Untuk memproduksi nata de coco dibutuhkan input yang dibedakan atas input

tetap (fixed input) dan input variabel (variabel input). Pemakaian input membawa

konsekuensi pada biaya: biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

Input tetap adalah input yang jumlahnya tidak tergantung dari jumlah output nata de

coco yang diproduksi, contoh: mesin, bangunan pabrik, peralatan, dan lain-lain.

Dalam bahasa sehari-hari biaya tetap ini sering disebut dengan biaya investasi. Input

variabel adalah input yang jumlahnya tergantung dari jumlah output nata de coco

yang diproduksi, contoh: bahan baku, tenaga kerja, bahan bakar, dan lain-lain. Dalam

Page 17: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

bahasa sehari-hari biaya variabel ini sering disebut biaya operasional. Selanjutnya,

kita akan menggunakan istilah biaya investasi dan biaya operasional.

Secara sederhana, biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

nata de coco yang menambah stok kapital perusahaan tersebut. Komponen biaya

investasi meliputi: perijinan usaha, bangunan dan tanah, mesin/peralatan (drum,

kompor, dandang, penyaring, pH meter, nampan, dll) dan kendaraan. Sedangkan

biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan

upah, bahan baku, bahan pembantu, listrik dan lain-lain yang terkait dengan

penggunaan input.

5.1.Biaya Investasi

Biaya investasi usaha nata de coco adalah biaya tetap (fixed cost) yang terdiri

dari biaya perizinan usaha, biaya tanah dan bangunan, mesin dan peralatan. Biaya

perizinan hanya dibutuhkan satu kali. Biaya tanah dan bangunan adalah biaya sewa

yang dibayarkan pada awal periode. Dalam analisis keuangan ini diasumsikan umur

usaha adalah 10 tahun. Pada kenyataannya setiap mesin/peralatan memiliki umur

ekonomis masing-masing. Sehingga, mesin/peralatan yang memiliki umur ekonomis

di bawah 4 tahun harus diadakan kembali (reinvestasi). Sebagai contoh, setiap

saringan memiliki umur ekonomis 1 tahun, maka setiap tahun harus ada investasi

untuk saringan. Selama umur proyek berarti akan terdapat reinvestasi sebanyak

empat kali. Untuk mempermudah proses perhitungan, peralatan yang umur

ekonomisnya di bawah empat tahun diasumsikan tersedia di awal periode

perhitungan sejumlah tertentu sehingga dapat mencukupi umur proyek. Sebaliknya,

mesin/peralatan yang memiliki umur ekonomis di atas umur proyek maka pada akhir

proyek peralatan tersebut masih memiliki nilai ekonomis (scrap value). Sebagai

contoh hand refractometer memiliki nilai ekonomis 10 tahun. Oleh karena itu, pada

akhir periode proyek hand refractometer memiliki nilai ekonomis sebesar penyusutan

dikalikan dengan sisa umur ekonomis.

Tabel 5.2 menunjukkan biaya investasi awal proyek (untuk rinciannya lihat Lampiran

2). Biaya perizinan hanya dikeluarkan sekali pada awal usaha sehingga tidak

Page 18: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

memiliki penyusutan. Biaya sewa tanah  sebesar Rp. 10.000.000,- dan bangunan

sebesar Rp 10.000.000 untuk 10 tahun, sehingga nilai penyusutannya adalah Rp

2.000.000/tahun. Biaya investasi peralatan dan mesin sebesar Rp 50.000.000 Dengan

memperhatikan umur ekonomis masing-masing peralatan/mesin, maka nilai

penyusutan peralatan/mesin secara total adalah Rp 5.000.000 per tahun selama

periode usaha 10 tahun.  Jadi totoal keseluruhan penyusutan adalah Rp.7.000.000,-

Tabel 5.2. Biaya Investasi Pengolahan Nata de coco/Tahun

No Uraian Banyaknya Harga (Rp) Jumlah (Rp)

1 Sewa lahan 1 tahun Rp  1.000.000,- Rp 10.000.000,-

2 Gudang 1 unit Rp 10.000.000 Rp 10.00.000,-

3 Mesin dan Peralatan Lengkap Rp 50.000.000 Rp  50.000.000,-

Total Rp 70.000.000,-

Penyusutan per  tahun   Rp. 7.000.000;-

5.2.Biaya Operasional

Biaya operasional usaha nata de coco merupakan biaya variabel (variabel cost) yang

besarnya tergantung dengan jumlah nata de coco yang diproduksi. Dalam analisis

keuangan ini yang dianalisis adalah usaha jenis kemasan, maka yang dimaksud

dengan produk akhir dari usaha nata de coco adalah dalam bentuk kemasan. Usaha

jenis ini akan memproses semua nata de coco lembaran yang dihasilkan menjadi nata

de coco kemasan, dan tidak menjual nata de coco dalam bentuk lembaran. Tabel 5.3

menunjukkan biaya operasional usaha nata de coco kemasan.

Tabel 5.3. Biaya Operasional Nata de coco/tahun

No Uraian Banyaknya Harga Jumlah

Page 19: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

(Rp)/satuan (Rp)/thn

1 Bahan Baku dan

Pembantu

60 Jeregen/bln Rp 15.000 Rp 900.000,-

2 Tenaga kerja 3 orang Rp 3.000.000,- Rp 36.000.000

3 Listrik 1 Rp 150.000,- Rp 1.800.000,-

4  Gas 8 buah/bln Rp 720.000,- Rp 8.640.000

Total Rp 47.340.000

7.      Sistem Pemasaran Pada Industri Rumah Tangga Nata De Coco Khausar.

Pemasaran adalah termasuk salah satu kegiatan penting dalam perusahaan,

tidak hanya terbatas aktifitas menjual atau jasa saja atau pemindahan barang dari

suatu tempat ketempat lainnya. Pemasaran dalam arti sempit adalah hasil prestasi

kegiatan usaha yang yang berkaitan dengan pengalirkan barang dan jasa dari

produsen ke konsumen/masyarakat. Sedangkan pemasaran dalam arti luas memiliki

arti untuk mencari kesempatan menjual yang kemudian dimanfaatan sepenuhnya dan

mencari yang paling efisien untuk memanfaatkan kesempatan yang diperoleh jangan

sampai kehilangan kesempatan menjual.

Dalam pemasaran produk nata de coco, industri rumah tangga  ini memasarkan

produknya hanya baru dilakukan pada daerah Banda Aceh dan Aceh Besar, belum

dilakukan pemasaran keluar daerah sekitarnya, ini disebabkan karena industri nata de

coco ini belum lama dibangun dan masih kekurangan modal sehingga produk yang

dihasilkan masih terbatas. Terkadang pun industri tidak mampu permintaan pasar.

Industri nata de coco ini masih lebih memfokuskan produknya agar bias dinikmati

oleh konsumen lokal terlebih dahulu. Dalam strategi pemasaran ada 4 unsur strategi

bauran pemasaran yang merupakan yang dijalankan oleh suatu perusahaan yang

dapat mencapai sasaran pasarn yang dituju yaitu strategi produk, harga, promosi, dan

saluran distribusi.

a.       Produk

Produk adalah segala sesuatu yang biasa ditawarkan kepada seluruh segmen pasar

agar diperhatikan, produk yang ditawarkan oleh usaha rumah tangga ini adalah Nata

Page 20: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

De Coco dengan menggunakan merek “Khausar” dengan ukuran per cup 250 gr dan

menghasilkan produk per minggunya 3600 cup.

b.      Harga

Harga adalah nilai satuan dari produk. Harga suatu produk sangat mempengaruhi

pendapatan. Usaha nata de coco ini menjual produknya dengan harga Rp.18.500.- Per

dus

c.       Promosi

Promosi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk mempengaruhi perilaku pembeli

baik dari pelanggan maupun calon pelanggan. Peran promosi adalah menjelaskan

kepada pelanggan dan calon pelanggan mengenai keunggulan yang dimiliki oleh

suatu produk. Industri rumah tangga nata de coco ini hanya melakukan promosi dari

mulut ke mulut saja.

d.      Saluran distribusi

Saluran pemasaran dapat diartikan sebagai jalur atau rantai pemasaran yang dilalui

dalam proses pemindahan produk dari produsen sampai ke tangan konsumen.

Pemilihan saluran pemasaran yang tepat dan benar dapat mengoptimalkan

keuntungan yang diperoleh, sehingga berdampak pada kelangsungan dan

perkembangan perusahaan tersebut.

BAB IV

PENUTUP

1.      Kesimpulan

1.      Bakteri yang berperan dalam pembuatan nata de coco adalah Acetobacter xylinum

2.      Acetobacter xylinum berbentuk batang pendek dan merupakan bakteri gram negatif

3.      Tahap pembuatan yaitu : persiapkan alat dan bahan, pembiakan

Acetobacter xylinum, pembuatan starter, fermentasi.

4.      Usaha Nata de coco layak untuk diusahakan karena pendapatannya lebih besar.

2.      Saran

Page 21: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Dengan melihat prospek pasar domestik dan pasar ekspor yang cerah,pemerintah dan

pelaku usaha perlu untuk meningkatkan standar mutuproduk nata de coco yang memenuhi kriteria

preferensi pasar dankesehatan.

Pengembangan pola kemitraan antara usaha besar, menengah dankecil maupun

rumah tangga dalam pasokan input maupun pemasaranoutput.

Secara finansial, usaha ini layak dibiayai oleh bank, meskipundemikian bank perlu melakukan

analisis kredit yang lebihkomprehensif dengan prinsip kehati-hatian. Disarankan bankmemberikan

perhatian pada kemampuan membayar yang lebih besar.Pemberian kredit investasi dan

modal kerja pada tahun yang samakemungkinan akan dapat memberatkan nasabah dalam

hal membayarcicilan pokok dan bunganya.

http://agribisnis-bisnis.blogspot.com/2011/11/nata-de-coco.html

ASPEK PRODUKSI

Usaha yang dilakukan oleh kelompok usaha bersama Nata De Coco “TEKAD

MANDIRI” adalah pembuatan Nata De Coco dalam bentuk agar-agar atau jel dari

olahan air kelapa yang difermentasikan. Usaha produksi ini dalam bentuk lembaran

yang memiliki kualitas yang sama dengan masing-masing tebal 1,2 cm berat kurang

lebih 1 kg dan memiliki kekenyalan yang tinggi.

Lembaran-lembaran Nata De Coco yang telah jadi dimasukkan kedalam bak-

bak penampungan atau dalam tong, menunggu pengangkutan oleh pihak pengepul

(distributor). Dalam kurun waktu 7-10 hari produsen selalu menunggu panen atau

terbentuknya lembaran Nata De Coco.

Produsen memiliki 3.000 nampan sehingga dalam satu minggu memperoleh

hasil produksi kurang lebih 2.700 kg. Harga per kilogram adalah Rp. 1.200,00,

bentuk sempurna dan mempunyai mempunyai tingkat kekenyalan yang tinggi dan

tebal.

V.                ANALISA PASAR

Kalau kita lihat untuk 3.000 nampan rata-rata produsen baru bisa

menghasilkan 2.700 kg per minggu, sementara permintaan distributor lokal per

Page 22: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

minggu 15-20 ton, belum lagi distributor lain seperti : CV. Surya Nedika Isabella,

PT. Sanjung, PT. Panen Mboja, CV Agri Indo, dll.

Seandainya bisa memenuhi permintaan itu semua, maka masih sangat terbuka

untuk menjual dengan meningkatkan produksi dan sangat terbuka bagi para

produsen-produsen baru. Bisa dikatakan disini usaha Nata De Coco masih sangat-

sangat menjanjikan untuk dikerjakan dan ditingkatkan produksinya.

Dari kesemuanya tadi, baru kita lihat dari satu sisi peluang kita produksi

dengan menjual dalam bentuk lembaran namun masih ada satu sisi yang belum

tergarap yaitu menjual dalam bentuk potongan dalam kemasan kecil dan minuman

siap saji dalam kemasan plastik atau pun cup.

VI.             SUMBER DAYA MANUSIA

Meningkatkan pengelolaan usaha Nata De Coco ini, harus diimbangi dengan

meningkatknya ketrampilan dan pengetahuan para produsen pemilik usaha dan para

karyawan atau pekerja melalui pelatihan uji coba. Peningkatan ketrampilan dapat

berbentuk penekanan kegagalan sampai 0%.

Perlunya pelatihan khusus untuk pengelolaan Nata De Coco dalam bentuk

minuman dan makanan siap santap dalam kemasan, serta pengetahuan ketrampilan

penjualan dan pemasaran hasil produksi.

VII.          ORGANISASI

1.      Nama Usaha            : Usaha Nata De Coco “TEKAD MANDIRI”

2.      Alamat                    : Kujon Lor, Pedukuhan V, Kranggan, Galur,

                                  Kulon Progo

3.      No. Telepon            : 081 804 181 524

4.      Susunan Pegurus     :  Ketua        : Adika Abdul R. S.

                                             Sekretaris  : Adika Abdul R. S.

                                             Bendahara : Adika Abdul R. S.

                                             Karyawan  : Karyawan 1

                                                                 Karyawan 2

Page 23: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

VIII.       BIAYA

Modal Investasi

No Uraian Volume Harga Jumlah

1 Nampan 3.000 x 3.500 = 10.500.000

2 Panci rebus 100 liter 3 x 250.000 = 750.000

3 Tong tampungan 220 L 15 x 125.000 = 1.875.000

4 Tong tampungan 150 L 5 x 85.000 = 425.000

5 Jirigen 30 L 15 x 25.000 = 375.000

6 Botol 350 x 300 = 105.000

7 Tangki Minyak 30 L 1 x 250.000 = 250.000

8 Kompor 2 x 150.000 = 300.000

9 Karet ban / tali nampan 1000 x 50 = 50.000

10 Saringan 2 x 30.000 = 60.000

11 Kain Saring 70 x 2500 = 175.000

12 Rak kapasitas 400 3 x 300.000 = 900.000

13 Torong 2 x 5.000 = 10.000

14 Ember tenteng 20 L 5 x 30.000 = 150.000

15 Ember cuci loyang 3 x 25.000 = 75.000

16 Ciduk tuang 2 x 10.000 = 20.000

17 Gelas ukur plastik 1 L 2 x 15.000 = 30.000

18 Sikat botol 2 x 5.500 = 11.000

                                                                    Total 16.061.000

Biaya Produksi

No Uraian Volume Harga Jumlah

1 Air kelapa 3.600 L x 150 = 540.000

2 Cuka 6 L x 16.000 = 96.000

3 Za 45 kg x 1.500 = 67.500

4 Gula Pasir 50 kg x 11.500 = 575.000

Page 24: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

5 Koran 45 kg x 1.500 = 67.500

6 Karet Gelang 3 bks x 5.000 = 15.000

7 Sabun cuci 3 bks x 10.000 = 30.000

8 Sodium metabisolfit 3 kg x 7.000 = 21.000

9 Tenaga kerja (borong) 2 orang x 350.000 700.000

                                                                    Total 2.112.000

IX.             PEMASARAN

Pemasaran atau penjualan dilakukan berdasar permintaan dari distributor

lokal seperti : CV. Surya Nedika Isabella, PT. Sanjung, PT. Panen Mboja, CV Agri

Indo, dll. yang per minggunya membutuhkan 15-20 ton. Selain itu penjualan

ditujukan kepada para pedagang-pedagang minuman maupun makanan yang

menggunakan bahan baku Nata De Coco. Harga jual tiap kilo gram atau tiap lembar

Nata De Coco adalah          Rp. 1.200,00.

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat Nata De Coco adalah

memanfaatkan limbah air kelapa yang tadinya air kelapa tersebut hanya dibuang.

Diantaranya adalah air kelapa dari pembuatan VCO, kelapa cukilan, geplak, minya

bothok, dll dengan harga Rp. 150,0 per liter.

Biaya produksi total yang diperlukan untuk produksi 3.000 nampan Nata De

Coco adalah Rp. 2.112.000,00.

Dari perhitungan di atas dapat dihitung keuntungan untuk produksi Nata De

Coco yaitu :

Laba = Hasil penjualan - Biaya produksi

(2.700 x Rp. 1.200,00) - (Rp. 2.112.000,0) = Rp. 1.128.000,00

http://adikasin.blogspot.com/2012/09/perencanaan-usaha-nata-de-coco.html

EVALUASI EKONOMI PENGOLAHAN NATA DE COCO di DESA

JAMBIDAN, BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL

RINGKASAN

FEBRI ARIYANTO. Evaluasi Ekonomi Pengolahan Nata De Coco di Desa

Jambidan, Banguntapan, Kabupaten Bantul. Dibimbing oleh AGUS SETYONO.

Page 25: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Buah kelapa merupakan bagian paling penting dari tanaman kelapa karena

mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai

media untuk produksi nata de coco. Nata de coco merupakan hasil fermentasi air

kelapa dengan bantuan mikroba Acetobacter xylinum, yang berbentuk padat,

berwarna putih, transparan, berasa manis bertekstur kenyal. Selain banyak diminati

karena rasanya yang enak dan kaya serat, pembuatan nata de coco pun tidak sulit dan

biaya yang dibutuhkan tidak banyak sehingga dapat sebagai alternatif usaha yang

dapat memberikan keuntungan. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana cara

pengolahan dan evaluasi ekonomi nata de coco di industri rumahan akan dilakukan

praktek kerja lapangan. Kegiatan telah dilaksanakan selama bulan April hingga bulan

Mei 2009 di industri rumahan desa Jambidan, Banguntapan, Kabupaten Bantul milik

bapak Ari. Data dikumpulkan dari wawancara langsung dengan pegawai dan pemilik

industri rumahan nata de coco juga di Cv. Agrindo Suprafood tempat penjualan hasil.

Juga ilut praktek langsung bagaimana proses pembuatan nata de coco dan

mengevaluasi ekonominya. Data investasi awal atau modal tetap yang dikeluarkan

industri rumahan milik bapak Ari sebesar Rp 52.018.560,- dengan modal kerja yang

dihitung per tahun yaitu Rp 41.443.200,-. Hasil penjualan produk sebesar Rp

108.000.000,- di hitung per tahun, dengan harga produk Rp 1.500,- /1,5 kg. Laba

yang didapat industri rumahan ini yaitu Rp 14.538.240,-. Hasil dari perhitungan

evaluasi ekonomi dengan menggunakan rumus ROI (Return On Invesment) :

109,57%; POT (Pay Out Time) : 0,9 tahun; BEP (Break Even Poin) : 32,90%; dan

B/C Ratio : 1,45.

Kata Kunci : Kelapa, Nata de coco, Evaluasi ekonomi, Industri rumahan.

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara tropika yang terkenal karena hasil

kelapanya berlimpah. Tanaman kelapa merupakan tanaman asli daerah tropis dan

dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari daerah pesisir pantai

hingga daerah pegunungan yang agak tinggi. Bagi rakyat Indonesia kelapa

merupakan salah satu komoditas terpenting sesudah padi dan merupakan sumber

Page 26: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

pendapatan yang dapat diandalkan dari pemanfaatan tanah pekarangan (Warisno

1998).

Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di

Indonesia banyak ditumbuhi pohon kelapa. Keindahan jajaran pohon kelapa

(nyiur) ini sering dilukiskan dalam untaian kata maupun lagu. Kelapa

memberikan banyak hasil bagi manusia, buah kelapa merupakan bagian paling

penting dari tanaman kelapa karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi

misalnya produk kopra yang selanjutnya diolah menjadi minyak. Pada pembuatan

kopra, kelapa dibelah dan dijemur. Sedangkan airnya terbuang percuma sebagai

limbah, yang dapat mencemari lingkungan. Limbah air kelapa yang dibuang di

suatu tempat, senyawanya akan bereaksi dengan membentuk jamur-jamur

sporadis yang berwarna hitam dan memiliki bau tengik yang menyengat. Jika

limbah tersebut masuk ke areal pesawahan, maka padi yang tumbuh menjadi

kurus, butir padinya sedikit, dan banyak butir yang kosong atau hampa. Hal

tersebut disebabkan oleh sifat limbah air kelapa yang mengandung senyawa yang

dapat menghambat kesuburan tanah. Air kelapa yang dihasilkan di Indonesia

mencapai lebih dari 900 juta liter per tahun (Atih 1979). Keberadaan air kelapa

tersebut kurang diperhitungkan. Namun kini telah ada produk makanan yang

bahan bakunya berasal dari air kelapa, yaitu nata de coco. Nata de coco

merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba Acetobacter

xylinum, yang berbentuk padat, berwarna putih, transparan, berasa manis

bertekstur kenyal. Selain banyak diminati karena rasanya yang enak dan kaya

serat, pembuatan nata de coco pun tidak sulit dan biaya yang dibutuhkan tidak

banyak sehingga dapat sebagai alternatif usaha yang dapat memberikan

keuntungan (Anonim 2006). Untuk itu pada praktek kerja lapangan ini telah

mempelajari bagaimana proses pembuatan nata de coco di industri rumahan di

Desa Jambidan, Banguntapan, Kabupaten Bantul beserta evaluasi ekonominya.

1.2 Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya industri rumahan adalah industri mikro. Dan seharusnya ada

manajemen untuk usaha industri skala kecil tersebut, baik dalam pengelolaan

Page 27: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

bahan baku, SDM, peralatan, sarana, proses pengolahan hingga pemasaran

produk yang dihasilkan.

Dalam praktek kerja lapangan ini kami telah menerapkan ilmu pengetahuan

yang telah diperoleh dari bangku kuliah untuk melakukan monitoring dan

evaluasi pada industri rumahan nata de coco di Desa Jambidan, Banguntapan,

Kabupaten Bantul. Untuk mengetahui apakah industri rumahan nata de coco

tersebut untung atau rugi dengan menggunakan beberapa metode evaluasi, yaitu

Return On Invesment (ROI), Pay Out Time (POT), Break Even Point (BEP), dan

B/C Ratio.

1.3 Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Lapangan di industri rumahan nata de coco Desa

Jambidan, Banguntapan, Kabupaten Bantul adalah :

1. Mendapatkan informasi tentang proses pengolahan nata de coco.

2. Mendapatkan gambaran tentang penanganan manajemen industri rumahan

nata de coco melalui evaluasi ekonomi.

3. Memajukan dan menumbuhkembangkan usaha di bidang agribisnis di masa

mendatang.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nata De Coco

Nata de coco adalah sejenis makanan ringan berasal dari Filipina yang mulai

masuk ke Indonesia pada tahun 1981. Nata sebenarnya berasal dari bahasa

Spanyol yang berarti krim, sehingga nata de coco dapat diartikan sebagai krim air

kelapa. Nata de coco dihasilkan dari proses fermentasi air kelapa oleh bakteri

Acetobacter xylinum (Hayati 2003). Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan

kelapa, tetes tebu (molasses), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon,

pisang, jeruk, jambu biji, strawberry, dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air

kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air

kelapa atau sari kelapa (Sutarminingsih 2004).

Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang

masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang

diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan

Page 28: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

asam asetat. Pada umumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan

sebagai suplemen pembuatan nata de coco, diantaranya adalah senyawa-senyawa

maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan manosa. Dari beberapa senyawa

karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan senyawa yang paling ekonomis

digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata (Ryan

2008).

Tahap pembuatan nata de coco seperti terdapat pada (Gambar 1.) pembuatan

media starter, penyaringan air kelapa, pendidihaan air kelapa, pewadahan dalam

kondisi panas, pencampuran dengan starter (inokulasi), fermentasi, dan

pemanenan.

Air Kelapa

Pendidihan

danPenambahan

Bahan Pembantu

Pembuatan Starter Penyaringan

Page 29: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Pewadahan dalam Kondisi Panas dan

Penutupan

Media CairStarter

Pendidihan

Inokulasi KulturMurni

Setiap 20 liter air kelapa : gula 1 kg, asam cuka 20 ml, ZA 20 g,

garam Inggris 10 g, asam sitrat 10 g. Suhu 100o C selama 30 menit.

Inokulasi BibitStarter

Bibit Starter

Pemanenan

Limbah sisa media.

Page 30: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Nata de Coco

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Nata De Coco (Anonim 2007)

2.2 Kelapa

Sampai saat ini belum ada kesepakatan dari para ahli mengenai asal usul

nama buah kelapa. Penulis abad pertengahan yang membuat referensi tentang

buah kelapa adalah Marcopolo dan Friar Gardanas. Buah kelapa dikenal dengan

berbagai sebutan, seperti Nux indica, Aldjanz al Kindi, Ganz ganz, Nargil, Narle,

Temuai, dan pohon kehidupan.

Tentang sistematika tumbuhan ini adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Subdivision : Angiospermae

Kelas : Monocotyledon

Ordo : Arecales

Famili : Palmae

Genus : Cocos

Species : Cocos nucifera

Istilah cocos mungkin berasal dari arab coquos yang berarti kelapa, tetapi ada

yang mengatakan bahwa kelapa tersebut berasal dari kata macoco dalam bahasa

portugis yang berarti kera. Pendapat tersebut beralasan sebab jika diperhatikan

buah kelapa besarnya seukuran kepala kera, dua mata tempat kecambah keluar

seperti sepasang mata dan lubang ketiga seperti hidungnya (Hayati 2003). Kelapa

(Cocos nucifera L) di Jawa Timur dan Jawa Tengah dikenal dengan sebutan

kelopo atau krambil. Di Belanda masyarakat mengenalnya sebagai kokosnoot

atau klapper, sedangkan orang Inggris menyebutnya coconut. Orang Jerman

menyebutnya cocosnoot, sedangkan bangsa Prancis menyebutnya cocotier

(Warisno 1998).

Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari Amerika Selatan. Tanaman kelapa

telah dibudidayakan sekitar Lembah Andes di Kolumbia, Amerika Selatan sejak

ribuan tahun sebelum masehi. Catatan lain menyatakan bahwa tanaman kelapa

berasal dari kawasan Asia Selatan atau Malaysia, atau mungkin Pasifik Barat,

Page 31: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

selanjutnya tanaman kelapa menyebar dari pantai yang satu ke pantai yang lain

(Hayati 2003). Pada akhirnya para peneliti berkesimpulan bahwa kelapa berasal

dari kawasan yang kita kenal sebagai Malaysia-Indonesia. Dari kawasan inilah,

baik melalui arus laut maupun perantara manusia, kelapa menyebar ke daerah-

daerah lain (Setyamidjaja 1982).

Tak dapat dipungkiri bahwa buah kelapa banyak memiliki manfaat, dan air

kelapa memiliki kandungan vitamin seperti ditunjukkan pada (Tabel 1.). Namun

ada juga sisi negatifnya yang bila dicermati dapat merusak kondisi lingkungan.

Tabel 1. Komposisi Vitamin Air Kelapa

No. Jenis Vitamin ug/ml

1. Asam nikotinat 0,01

2. Biotin 0,02

3. Asam pantotenat 0,52

4. Riboflavin 0,01

5. Asam fosfat 0,03

(Sutarminingsih 2004).

2.3 Agroindustri

Agroindustri merupakan salah satu sektor yang sangat prospektif

dikembangkan di Indonesia. Melalui agroindustri, kekayaan alam dan

keanekaragaman hayati yang melimpah ruah, akan dapat dikelola dan

dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan nilai tambah dan

pendapatan. Sejak reformasi, salah satu diskursus yang mengemuka dalam

pembangunan ekonomi nasional adalah perlunya shifting paradigma agar

pembangunan lebih berbasis pada pertanian dalam arti luas sehingga industri

yang seharusnya dikembangkan adalah industri manufaktur agroindustri (Anonim

2008).

Peranan sektor industri dalam kegiatan pembangunan semakin penting.

Pemerintah terus berusaha menyeimbangkan peranan sektor industri terhadap

sektor pertanian, untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dimana

terdapat kemampuan industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh.

Page 32: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Berdasarkan kenyataan di atas, maka industri yang mengolah hasil-hasil

pertanian di Indonesia memegang peranan yang strategis (Saefuddin 1998).

Usaha-usaha pengembangan pertanian yang mengarah pada kegiatan

agroindustri pertanian yaitu pengolahan hasil pertanian menjadi bahan makanan

meliputi usaha yang mengolah bahan baku pertanian menjadi komoditi yang

secara ekonomis memberikan nilai tambah yang cukup tinggi (Anonim 2008).

Salah satu contohnya adalah nata de coco. Data dari Departemen Perindustrian

Bogor pada tahun 1995 mengindikasikan terjadinya lonjakan permintaan akan

nata de coco seiring bertambah luasnya daerah persebaran produksi dan

pemasaran dari nata de coco di Indonesia (Ryan 2008).

2.4 Pemasaran Nata De Coco

Pemasaran merupakan ujung tombak dari suatu usaha. Oleh karena itu,

produsen atau pengusaha harus membuat perencanaan yang matang untuk

memasarkan produk-produknya. Pemasaran yang lancar dan baik akan menjamin

kelangsungan hidup serta pengembangan usaha dengan baik. Teknik penjualan

nata de coco dapat dibedakan menjadi 3 sistem jalur distribusi seperti pada

(Gambar 2.), yaitu :

A. langsung ke konsumen,

B. melalui pengecer, dan

C. melalui distributor.

Pengecer

Distributor

Konsumen

Produsen Konsumen

Page 33: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Gambar 2. Jalur Distribusi Nata de Coco (Hayati 2003)

BAB III. METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di industri rumahan nata de coco

Desa Jambidan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul, mulai dari bulan

April sampai bulan Mei 2009. Jadwal kegiatan praktek kerja lapangan terdapat

pada (Lampiran 1.)

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh langsung di lapangan melalui

beberapa pendekatan yaitu wawancara dan tanya jawab dengan pegawai atau

pemilik industri rumahan pembuatan nata de coco, juga mengamati proses

pembuatan hingga manajemen pengevaluasian ekonominya.

A. Pengumpulan Data

1. Data atau informasi yang akan dikumpulkan adalah

· Sejarah berdirinya Industri rumahan.

· Keadaan Industri rumahan.

2. Menyusun Lay Out

· Lokasi, tempat berdirinya usaha.

· Modal, kepemilikan aset awal untuk mendirikan dan menjalani suatu usaha.

· Bahan baku, asal bahan baku dan ketersedianya bahan baku.

· Sumber Daya Manusia (SDM), tenaga manusia yang dipakai dalam

membantu semua proses kagiatan yang dilakukan oleh suatu usaha.

Page 34: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

· Mesin atau alat, yang digunakan dalam membantu kegiatan usaha.

· Proses Pembuatan Nata de coco, yaitu proses apa saja yang dikerjakan

dalam membuat produk usaha.

· Pemasaran (pasar) adalah proses pemasaran yang dilakukan untuk

memasarkan produk usaha.

· Penyusunan laporan.

3. Data ekonomi untuk biaya pengeluaran dan pendapatan

a. Jumlah bahan baku

b. Bahan pendukung produksi pembuatan nata de coco

c. Kebutuhan Bahan bakar dan energi

d. Tenaga kerja

e. Biaya transportasi

f. Pendapatan

B. Metode Penghitungan Evaluasi Ekonomi

Untuk mengetahui suatu perusahaan mendapatkan keuntungan atau kerugian,

maka digunakan penghitungan dengan empat cara yaitu :

1. ROI (Return on Investment)

Laba

ROI = x 100 % per tahun

Modal Tetap

ROI merupakan rasio antara besarnya laba per tahun dengan besarnya modal yang

dinyatakan dalam persen per tahun. Rumus ROI adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Laba = Hasil pengembalian produksi (pendapatan) - Biaya produksi

Modal tetap = Penyusutan per tahun + capital invest + suku cadang dan

perawatan

2. POT (Pay Out Time)

Page 35: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Modal Tetap

POTSebelumPajak=

Laba Kotor Per Tahun

POT adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal mula-mula dengan

menggunakan laba yang diperoleh. Rumus penghitungan POT adalah :

Keterangan:

Laba kotor per tahun = Hasil pengembalian produksi per tahun sebelum

dipotong pajak – Biaya produksi per tahun

Laba bersih per tahun = Hasil pengembalian produksi per tahun setelah

dipotong pajak – Biaya produksi per tahun

3. BEP (Break Even Point)

BEP yaitu persentase kapasitas produksi dimana biaya produksi

keseluruhan sama dengan hasil penjualan, grafik terdapat pada (Gambar 3.).

Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya BEP yaitu:

Keterangan :

Biaya tetap per tahun = Penyusutan per tahun + capital invest + suku

cadang dan perawatan

Harga jual = Nilai pengembalian produk per unit

Page 36: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Biaya tidak tetap = Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian

bahan baku, bahan bakar, upah dan transportasi

Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap per unit =

Jumlah produk yang di hasilkan

(% kapasitas)

0 20 40 60 80 100

Page 37: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Nilai penjualan

Untung

BEP

Biaya produksi keseluruhan

Rugi Biaya

tetap

0 4 8 12 16 20 24

Volume produksi (kg/tahun)

Gambar 3. Grafik Break Even Point

4. Benefit Cost Ratio (B/C ratio)

B/C ratio adalah perbandingan antara ekivalensi nilai dari manfaat yang

terkandung dalam suatu proyek

Page 38: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Suatu perusahaan dikatakan untung jika B/C ratio lebih dari 1 (satu).

Rumus :

B/C Ratio = Pendapatan

Modal keseluruhan

Rumus pendapatan :

Pendapatan = Produk x Harga

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari studi pustaka.

Dengan cara melihat buku, melihat berbagai macam literature, buletin, surat

kabar, laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas dan

dari buku laporan industri rumahan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Industri Rumahan Nata de Coco

Pada tahun 2007 Nata de coco mulai berkembang pesat di daerah Bantul dan

sekitarnya. Dilihat dari segi bahan baku, nata de coco ini mudah di dapat dan

harganya terjangkau. Kemudian bapak Ari Jatmiko berinisiatif mengembangkan

usaha tersebut. Pada bulan November 2007 bapak Ari Jatmiko mendirikan sebuah

industri rumahan yang bergerak di bidang nata de coco, bertempat di Dusun

Sampangan, Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Modal awal berkisar Rp 10.000.000,- untuk merintis industri rumahan ini

dengan skala kecil. Pada awal pembuatan nata de coco, hanya 180 liter air kelapa

yang dipakai, dengan kapasitas produksi 100 nampan /hari. Setelah industri

rumahan ini berkembang, kini kapasitas produksi per harinya mampu

memproduksi nata de coco sebanyak +250 nampan dengan menggunakan air

kelapa sebanyak 450 liter.

Karyawan yang bekerja di industri rumahan ini, terdapat 3 orang. Semua

karyawan tersebut adalah kawan dari bapak Ari sendiri, dan ketiga karyawan

tersebut bersal dari Dusun Sarean yang berdekatan dengan industri rumahan nata

de coco ini.

4.2 Keadaan Usaha

4.2.1 Lokasi

Page 39: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Industri rumahan nata de coco pada umumnya merupakan industri kecil.

Industri ini dapat didirikan dimana saja karena tidak memerlukan area yang

luas. Namun mendirikan industri rumahan ini sedapat mungkin dijauhkan dari

pemukiman penduduk. Sebab jika industri rumahan ini lokasinya dekat dengan

pemukiman penduduk, akan menjadikan pencemaran lingkungan. Karena bau

limbah yang tidak enak dari industri rumahan tersebut.

Untuk industri rumahan nata de coco milik bapak Ari, bertempat di Dusun

Sampangan, Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Sekitar 5 km ke arah selatan dari terminal kota Jogja (denah terdapat pada

Lampiran 2.). Dan bertempat agak jauh dari pemukiman warga, sehingga

pencemaran lingkungan pedesaan dapat di hindarkan.

4.2.2 Tata Letak

Tata letak merupakan suatu pengaturan semua fasilitas pabrik yaitu alat atau

mesin yang bertujuan agar penggunaan ruangan lebih efisien. Dan tata letak

industri rumahan milik bapak Ari terdapat pada (Gambar 4.).

Gambar 4. Lay Out Industri Rumahan Nata de Coco

Keterangan :

1. Tempat penyimpanan bahan baku

2. Tempat tungku & kompor / tempat perebusan air kelapa

Page 40: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

3. Tempat penyimpanan nampan & bahan pembantu

4. Tempat pemeraman

5. Tempat penyimpanan bibit starter

6. Tempat pemeraman

7. Tempat pemeraman

8. Tempat pemeraman

4.2.3 Modal

Modal usaha industri rumahan nata de coco yang dikelola oleh bapak Ari ini

terdiri dari modal tetap seperti bangunan, nampan, tungku, panci, drum plastik

dan lain-lain. Sedangkan modal kerja seperti biaya pembelian bahan baku,

bahan bakar, bahan pembantu dan gaji untuk tenaga kerja. Besar modal yang

dikeluarkan semuanya sekitar + Rp 74.298.330,-.

4.2.4 Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam proses pembuatan nata de coco di industri rumahan yang dimiliki bapak

Ari, terdapat 3 karyawan yang membantu. Para karyawan tersebut telah dididik

oleh bapak Ari menjadi sumber daya manusia yang ahli dalam pembuatan nata

de coco. Setiap karyawan menerima gaji sebesar Rp 10.000,- /hari. Pemberian

gaji tersebut dilakukan setiap satu minggu sekali. Bapak Ari kadang juga

membarikan para karyawan bonus seperti makanan, es, dan rokok.

4.2.5 Alat-Alat Pengolahan

Setiap industri selalu menggunakan alat-alat untuk membantu dalam

pengolahan produk. Dan alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan nata

de coco di industri rumahan milik bapak Ari terdapat pada (Tabel 2.), gambar

terdapat pada (Lampiran 3.).

Tabel 2. Alat-Alat Pengolahan

Nama Alat Kapasitas / @ Jumlah (Buah)

Nampan 3 liter 1500

Rak Pemeraman 200 buah nampan 9

Botol Kaca 600 ml 150

Kompor Minyak - 1

Tungku - 3

Page 41: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Panci 100 liter 3

Drum Plastik Besar 200 liter 4

Drum Plastik Kecil 120 liter 6

Drum Plastik Sedang 150 liter 10

Ember Besar, Kecil, Sedang 1, 1, 1

Jiligen 35 liter 4

Gelas Takar 2liter, 1 liter 1, 1

Gayung - 2

4.2.6 Bahan Baku Utama dan Penunjang

4.2.6.1 Bahan Baku Utama

Dalam pembuatan nata de coco selalu membutuhkan bahan baku. Baik bahan

baku utama maupun bahan baku penunjang. Agar menjadikan nata de coco

yang berkualitas, industri rumahan nata de coco yang dikelola oleh bapak Ari

selalu menggunakan bahan baku air kelapa dan bahan pembantu seperti gula,

ZA dan cuka yang berkualitas pula. Supaya hasil yang didapatkan berkualitas

dan pembelipun tersenyum puas.

a. Air Kelapa

Pengadaan bahan baku air kelapa diperoleh dengan memesan kepada para

penjual buah kelapa di pasar-pasar tradisional sekitar. Dengan menitipkan

drum-drum plastik di kios-kios penjual buah kelapa, supaya diisi air kelapa

oleh pedagang tersebut. Setelah drum-drum itu terisi penuh oleh air kelapa,

kemudian drum-drum tersebut diambil sambil membayar. Setiap 1 liter air

kelapa dihargai Rp 100,-. Sedangkan kalau kita pesan pada penjual air kelapa

yang sekalian diantar sampai tempat industri rumahan, maka setiap 1 liternya

dihargai Rp 200,-. Biasanya sekali kirim penjual mengirim sebanyak + 500

liter. Industri rumahan ini juga tidak membeli bahan baku langsung ke petani.

Karena akan memakan biaya transportasi yang cukup besar. Sebab pemasok

buah kelapa kebanyakan dari daerah Kulon Progo, Purworejo, Kebumen dan

Gombong.

b. Bahan Penunjang

1. Gula

Page 42: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Gula berfungsi sebagai sumber karbon untuk Axetobacter xylinum.

Pengadaan gula dengan membeli ke pasar tradisional di sekitar industri

rumahan tersebut, dilakukan setiap satu minggu sekali. Pembelian gula

sebanyak 15,6 kg dan 1 kg nya berharga Rp 8.000,-. Jadi setiap pembelian

mengeluarkan uang sebanyak Rp124.800,-.

2. Cuka

Cuka berfunsi untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air

kelapa, karena bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 –

7,5. Pengadaan cuka sama dengan pengadaan gula. Pembelian cuka di

pasar-pasar tradisional sekitar. Dilakukan setiap 3 minggu sekali dengan

membeli sebanyak 1 liter dengan harga Rp 22.000,-.

3. ZA

ZA berpengaruh pada ketersediaan nitrogen bagi mikroba Acetobacter

xylinum. Pengadaan ZA harus melalui kelompok tani dan harus pesan

jatah. Setiap 1 kelompok mendapat 20 sak/minggu untuk dibagi pada 10

orang anggota kelompok tani tersebut. Dalam 1 saknya berjumlah 25 kg,

jadi satu kelompok mendapatkan 500 kg. Untuk dibagikan 10 orang dan

masing-masing mendapatkan 50 kg. Harga 1 kg nya sebesar Rp 1.700,-.

Jadi bapak Ari mengeluarkan dana untuk pembelian ZA ini sebanyak Rp

85.000,-/minggu.

4.2.6.2 Bahan Bakar

Bahan bakar digunakan untuk membantu pengapian dalam proses perebusan

air kelapa. Bahan bakar yang digunakan oleh industri rumahan nata de coco

milik bapak Ari ada tiga jenis bahan bakar yaitu BBM (jenis minyak tanah),

serbuk gergaji, dan kayu bakar. Pengadaan bahan bakar dengan cara sebagai

berikut :

a. Minyak Tanah

Jika penggunaan bahan bakar pada saat menggunakan BBM (jenis minyak

tanah), maka akan menghabiskan sekitar 9 liter /hari. Dengan harga Rp

5.000,-/liter. Pembeliannya dilakukan di agen-agen minyak tanah

terdekat.

Page 43: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

b. Serbuk gergaji

Jika penggunaan bahan bakar pada saat menggunakan serbuk gergaji,

maka dalam satu hari akan menghabiskan serbuk gergaji sebanyak 5

karung. Dalam 1 karungnya berharga Rp 5.000,-. Pembelian dilakukan di

pedagang serbuk gergaji di sekitar industri rumahan nata de coco tersebut.

c. Kayu Bakar

Jika bahan bakar pada saat menggunakan kayu bakar, maka dalam

satu hari akan menghabiskan 5 karung kayu bakar. Harga setiap

karungnya berkisar Rp 5.000,-. Pengadaan kayu bakar dengan cara

memesan pada pengumpul kayu di daerah sekitar industri rumahan nata

de coco ini.

4.2.7 Proses Pembuatan Nata De Coco

Proses pembuatan nata de coco memanfaatkan peranan bakteri terutama jenis

Acetobacter xylinum. Dari awal pembuatan bibit starter hingga pemanenan nata

de coco membutuhkan waktu + 14 hari. Proses pembuatan nata de coco di

industri rumahan milik bapak Ari terdapat pada (Lampiran 4.).

4.2.7.1 Pembuatan Starter

a. Bahan

1) Air kelapa 9 liter

2) Gula pasir 100 gram

3) ZA 50 gram

4) Cuka 1,5 ml

b. Alat yang dipergunakan

1) Panci

2) Botol

3) Kompor

4) Penyaring

5) Kertas Koran

6) Karet Gelang

c. Cara Pembuatan

Page 44: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

1) Penyaringan air kelapa dengan menggunakan kain saring (Gambar 5.). Setelah

air kelapa terbebas dari semua kotoran atau daging buah kelapa yang

mungkin tercampur saat pengupasan dan pembelahan buah kelapa, kemudian

dimasukkan ke dalam panci.

Gambar 5. Proses Penyaringan Air Kelapa

2) Panci yang telah diisi dengan air kelapa tadi kemudian ditaruh di atas kompor

dan dipanaskan hingga mendidih. Bahan-bahan seperti gula pasir, ZA dan

cuka yang telah dipersiaapkan dimasukkan ke dalam air kelapa. Setelah

semua bahan tercampur, masukan ke dalam botol saat masih panas (Gambar

6.). Kemudian didiamkan selama satu malam. Hasil proses ini disebut media

cair.

Gambar 6. Proses Pembuatan Bibit Starter

Page 45: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

3) Setelah media cair tersebut dingin, diinokulasi dengan biakan bakteri.

Kemudian dilakulan pemeraman dan disimpan dalam rak selama 3-4 hari

pada suhu kamar. Hasilnya disebut bibit starter (Gambar 7.).

Gambar 7. Tempat Penyimpanan Bibit Starter & Bibit Starter

4.2.7.2 Pembuatan Nata De Coco

a. Bahan

1) Air kelapa 450 liter

2) Gula pasir 2,5 kg

3) ZA 1,25 kg

4) Cuka 50 ml

b. Alat yang dipergunakan

1) Panci

2) Nampan

3) Kompor

4) Penyaring

5) Kertas Koran

6) Karet Gelang

c. Cara Pembuatan

1) Penyaringan air kelapa dengan menggunakan kain saring. Setelah air

kelapa bersih dari semua kotoran atau daging buah kelapa yang mungkin

tercampur saat pengupasan dan pembelahan buah kelapa, kemudian

dimasukkan kedalam panci.

2) Panci yang telah diisi dengan air kelapa bersih tadi kemudian ditaruh di

atas tungku dan direbus hingga mendidih (Gambar 8.). Masukan bahan-

bahan seperti gula pasir, ZA, dan cuka ke dalam air kelapa.

Page 46: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Gambar 8. Proses Perebusan Air Kelapa

3) Tahap penampanan (Gambar 9.) adalah istilah yang di gunakan para

karyawan industri rumahan milik bapak Ari. Yaitu tahap dimana

penutupan nampan menggunakan kertas koran dan diberi ikatan

menggunakan karet gelang.

Gambar 9. Proses Penampanan

4) Setelah semua bahan tercampur, lalu di masukan ke dalam nampan saat

masih panas (Gambar 10.). Kemudian didiamkan selama satu malam.

Page 47: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Gambar 10. Proses Penuangan Air Kelapa Pada Kondisi Panas & Proses Pendinginan

5) Setelah media cair tersebut dingin, diinokulasikan biakan bakteri (Gambar

11.). Kemudian dilakulan pemeraman dan disimpan dalam rak selama 6-7

hari pada suhu kamar.

Gambar 11. Proses Pemberian Bibit Starter

4.2.7.3 Pemanenan

Pemanenan nata de coco biasanya dilakukan setelah 7 hari pemeraman.

Lapisan nata yang terletak di bagian atas diambil. Kemudian dimasukkan ke

dalam drum plastik yang sedikit diberi air kelapa (Gambar 12.). Untuk media

yang tersisa, langsung dibuang sebagai limbah.

Gambar 12. Proses Pemanenan

Page 48: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

4.2.8 Pemasaran Nata De Coco

Pemasaran nata pada industri rumahan milik bapak Ari, dilakukan dengan cara

pemasaran yang dikirimkan pada distributor CV. Agrindo Suprafood (terdapat

pada Lampiran 5.). Natanya masih dalam bentuk lembaran. Jika di timbang satu

lembar nata berkisar 1,5 kg. Yang dihargai Rp 1.000,- /kg, jika nata yang

dihasilkan mencapai berat 1,5 kg maka hargannya Rp 1.500,-. Pembayaran

dilakukan pada pengiriman nata yang berikutnya. Setelah berada di distributor

CV. Agrindo Suprafood selanjutnya nata disortir. Kemudian nata dipotong

kecil-kecil dan di kemas. Lalu nata dikirim ke pabrik-pabrik yang telah

memesan. Ada sekitar 14 pabrik yang memesan di CV. Agrindo Suprafood.

Diantaranya Garuda Food, Borobudur, Sinar Mas, Sari Coco, Star Food, PUJ

dan beberapa pabrik kecil yang lain. Sirkulasi nata di CV. Agrindo Suprafood +

80 ton/bulan. Yang berasal dari 100 petani pemasok. Namun dari 100 petani itu

yang konsisten memasok nata ke CV. Agrindo Suprafood hanya sekitar 60

petani saja.

4.2.9 Evaluasi Ekonomi Industri Rumahan Nata De Coco

Evaluasi ekonomi merupakan proses pengukuran dan penilaian untuk

mengetahui hasil ekonomi yang telah dicapai. Ada beberapa metode hitungan

evaluasi ekonomi, yaitu Retun On Invesment (ROI), Pay Out Time (POT),

Break Even Point (BEP), dan B/C Ratio.

Berikut adalah data kapasitas produksi, dan waktu kerja industri rumahan nata

de coco milik bapak Ari :

Kapasitas Produksi : 250 Nampan /hari (1 Nampan = 1,5 kg Nata)

Hari Kerja : Senin-Sabtu (Jam 08.00-16.00 WIB)

4.2.9.1 Data Ekonomi

A. Modal Tetap

Modal tetap industri rumahan yang dikelola oleh bapak Ari terdapat

pada (Tabel 3.).

Tabel 3. Modal Tetap Industri Rumahan Milik Bapak Ari

No Nama Alat Jml P

(000)

TP

(000)

L

(000)

TL

(000)

N Rata-rata

penyusutan

Page 49: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

1 Bangunan 1 15000 1500 15000 1500 15 900.000

2 Tungku 3 10 30 1 3 2 4.500

3 Panci 3 200 600 20 60 2 90.000

4 Rak Pemeraman 9 700 6.300 70 630 2 315.000

5 Nampan 1500 4 6.000 0,4 600 1 3.600

6 Kompor

Minyak

3 300 900 30 90 1 270.000

7 Drum 150liter 10 125 1250 12,5 125 3 37.500

8 Drum 120liter 6 100 600 10 60 3 30.000

9 Drum 200liter 4 30 120 3 12 3 9.000

10 Ember Besar 1 60 60 6 6 2 27.000

11 Ember Kecil 1 25 25 2,5 2,5 2 11.250

12 Ember Sedang 1 30 30 3 3 2 13.500

13 Botol Kaca 200 0,2 40 0,02 4 1 180

14 Jiligen 4 30 120 3 12 2 13.500

15 Gelas Takar

1liter

1 20 20 2 2 2 9.000

16 Gelas Takar

2liter

1 8 8 0,8 0,8 2 3.600

17 Gayung 2 5 10 0,5 1 1 4.500

18 Total 1.750 16.647

,2

31.113 1.664,

72

3.080,3 46 1.742.130

Salvalue diasumsikan bernilai sama (10%) untuk semua jenis barang.

Keterangan : P = Price (Harga)

TP = Total Price (Total Harga)

L = Salvalue (Perkiraan) pada akhir umur ekonomis

TL = Total salvage value

n = Jumlah tahun

Total modal tetap = Total price + Rata-rata penyusutan

= 31.113.000 + 1.742.130 = Rp 32.855.130,-

Page 50: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Industri rumahan yang dikelola oleh bapak Ari adalah merupakan usaha yang

bergerak di bidang pembuatan makanan. Yang bahan bakunya ialah air kelapa

dan hasil produknya yaitu nata de coco Dalam pembuatan nata de coco ini,

bapak ari dibantu oleh 3 karyawan..

2. Proses pembuatan nata membutuhkan + 10 hari, dari mulai pembuatan bibit

starter hingga pemanenan. Pada saat panen, satu harinya bisa memanen nata

sebanyak 250 nampan. Satu nampan berisi nata 1,5 kg. Proses penjualan nata

dilakukan dengan cara menyetorkan nata kepada distributor. Cv. Agrindo

Suprafood adalah distributor yang menampung. Ada sekitar 100 petani nata

yang menyetor kepada Cv. Agrindo Suprafood ini. Perputaran nata di Cv.

Agrindo Suprafood + 80 ton / bulan. Dan di distribusikan ke 14 pabrik

pembuatan makanan yang menggunakan nata de coco dalam produknya.

Diantaranya Garuda Food, Borobudur, Sinar Mas, Sari Coco dan beberapa

pabrik kecil yang lain.

3. Investasi awal atau modal tetap yang dikeluarkan industri rumahan milik

bapak Ari sebesar Rp 32.855.130,- dengan modal kerja yang dihitung per

tahun Rp 41.443.200,-. Hasil penjualan produk sebesar Rp 108.000.000,- di

hitung per tahun, dengan harga produk Rp 1.500,- /1,5 kg. Laba yang didapat

industri rumahan ini yaitu Rp 36.000.000,- per tahun. Hasil dari perhitungan

evaluasi ekonomi dengan menggunakan rumus ROI (Return On Invesment) :

109,57 %; POT (Pay Out Time) : 0,9 tahun; BEP (Break Even Poin) : 32,90

%; dan B/C Ratio : 1,45.

5.2 Saran

1. Diharapkan inidustri rumahan mampu menambah alat-alat pengolahan,

sehingga kapasitas produksi per hari bisa lebih meningkat dan POT nya pun

akan semakin kecil.

Page 51: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

2. Agar tidak terjadi kegagalan panen akibat cendawan atau jamur, para pegawai

industri rumahan di himbau untuk melakukan penyeterilan semua alat yang

telah selesai digunakan.

3. Bila dalam pemanenan terdapat nata de coco yang tipis dan ada cendawan atau

jamur sedikit, disarankan tidak dijual di tempat distribusi. Tapi dengan

melakukan pengolahan sendiri nata yang tipis tadi di potong kecil-kecil dan di

jual di pasar-pasar sekitar atau di jual di pedagang es campur. Karena nilai

jual lebih tinggi dan tidak terbuang percuma.

http://briezant.blogspot.com/2011/07/evaluasi-ekonomi-pengolahan-nata-de.html

Nata de Coco Indonesia

26.1.13

PERENCANAAN USAHA NATA DE COCO

[email protected]

1. MENGENAL NATA 

A. Kolang-kaling Imitasi

Teknologi pengolahan nata de coco (sari kelapa) berasal dari Filipina. Produk ini

mulai diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1987. Sekitar empat tahun kemudian,

produk ini telah mulai beredar di pasaran terutama di seputar Jabotabek. Meskipun

masih relatif, nata de coco telah populer di berbagai kalangan masyarakat.

Kata nata diduga berasal dari bahasa Spanyol (nadar), yang berarti berenang. Dugaan

lain, kata ini berasal dari bahasa Latin (natare), artinya terapung. Terlepas mana

yang paling akurat, yang jelas nata memang terapung-apung mirip sedang berenang

di baki fermentasi. Sedang wujudnya berupa sel, warna putih hingga abu-abu muda,

Page 52: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

tembus pandang dan teksturnya kenyal seperti kolang-kaling (daging buah enau

muda). Dalam keadaan dingin, nata agak berserat dan agak rapuh pada saat panas.

Nata yang beredar di pasaran saat ini umumnya diolah dari air kelapa. Nama

produk ini dapat juga dibuat dari aneka buah seperti nanas, tomat, kedondong dan

sebagainya. Bahkan whey tahu dan cairan lendir biji kakao bisa digunakan sebagai

bahan baku. Yang penting, bahan baku itu mengan-dung gula yang cukup memadai

sedang nama dagang produk ini biasanya mengacu pada bahan baku. Bila

menggunakan air kelapa, disebut nata de coco, alih-alih bernama nata de soya bila

diolah dari whey tahu.

B. Produk Hasil Fermentasi

Nata termasuk produk hasil fermentasi seperti tape singkong. Sebagai bibit

adalah bakteri Acetobacter xylinum. Ditilik dari namanya, bakteri ini termasuk

kelompok bakter asam asetat (Aceto = asetat, bakter = bakteri). Bila ditumbuhkan di

media air yang mengandung gula seperti air kelapa, bakteri ini akan menghasilkan

asam cuka atau asam asetat dan lapisan putih yang terapung-apung di permukaan

media cair tersebut. Lapisan putih itulah yang dikenal sebagai nata.

Tanda awal tumbuhnya bakteri nata dapat dilihat dari keruhnya media cair

tadi setelah diperam selama 24 jam pada suhu kamar setelah 36-48 jam, lapisan tipis

yang tembus cahaya mulai terbentuk di permukaan media dan cairan dibawahnya

mulai semakin jernih. Pada kondisi yang mendukung, lapis demi lapis (nata) akan

terbentuk secara bertukar, bisa mencapai sekitar 5 cm bila diperam selama 1 bulan.

Namun, nata biasanya telah siap panen setelah 8 hari, tebal nata sekitar 1,5 cm.

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbi-akan

bakteri nata tadi. Selain mengandung gula, media juga harus mengadung senyawa

nitrogen, vitamin dan mineral. Sedangkan derajat keasaman (pH) paling baik antara

4,0 – 4,5 dan suhu ruangan tempat antara 28 - 30C (suhu kamar). Persyaratan lain,

ruang pemeraman agak gelap (remang-remang) dan oksigen bisa leluasa masuk ke

dalam wadah media cair tersebut.

Page 53: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

C. Makanan Penyegar

Nata de coco siap – santap biasanya disajikan dalam bentuk potongan-

potongan kecil berupa dadu, ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 cm. Karena rasanya tawar, pada

produk ini dikemas dulu dalam sirup gula sebagai pemanis. Agar pembeli tergiur

mencicipinya, produk siap-santap kerap diberi bahan pengawet seperti natrium

benzoat.

Nata de coco dapat digunakan sebagai makanan penyegar (pencuci mulut),

yaitu dihidangkan dalam bentuk campuran dengan buah-buahan (cocktail). Produk

ini juga dapat dihidangkan secara dingin, dicampur dengan es, campuran kue srikaya,

atau sebagai pengisi es krim, pengisi jelly dan sebagainya.

D. Prospek Bisnis Nata

Teknologi pembuatan nata de coco berasal dari Filipina. Di negeri produsen

kelapa dunia ini, nata de coco telah lama populer sebagai dessert. Di Indonesia, baru

dikenal pada tahun 1975. Lima tahun kemudian produk ini telah mulai diproduksi

secara komersial, terutama di seputar Jabotabek.

Total produksi nata de coco saat ini. Namun, pertambahan industri kecil nata

cukup mengesankan seperti di Cianjur, Bogor, Bekasi, Tangerang dan Lampung.

Produk ini juga telah dikenal di seantero tanah air, utamanya di kota-kota besar.

Pemasaran tidak lagi terbatas di warung – warung tetapi te-lah mampu menembus

pasar swalayan.

Peluang ekspor nata juga cukup terbuka. Negara pengimpor antara lain

Jepang dan Amerika Serikat. Pada tahun 1996, kedua negara ini membu-tuhkan

pasokan antara 50 – 100 ton per bulan. Harga per kg pada tahun 1997 rata – rata US$

2.00 FOB. Negara pengekspor utama hingga saat ini adalah Filipina. Karena negara

ini belum mampu memenuhi permintaan tersebut, peluang Indonesia tentu masih

terbuka lebar.

Page 54: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Masa depan bisnis nata de coco nampaknya cukup cerah. Pasalnya, kegunaan

produk ini semakin beragam. Selain sebagai makanan penyegar, nata juga telah mulai

digunakan sebagai bahan membran akustik untuk sound system seperti di Australia.

2. PERENCANAAN UNIT USAHA NATA DE COCO

Sebelum unit usaha ini didirikan, seluk beluk tentang peralatan, bahan baku

dan bahan penolong serta teknis pembuatan produk arus dikuasai lebih dulu.

Langkah selanjutnya membuat perencanaan secara terpadu, mulai dari pemilihan

lokasi dan detail bangunan pengolahan hingga rencana pemasaran produk. Kelayakan

usaha kemudian dianalisis dengan cermat untuk menge-tahui besarnya keuntungan

yang bakal diperoleh.

A. Rencana Pemasaran

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pemasaran nata de coco, terutama

kalau produk diposisikan sebagai produk berkelas atau bergengsi. Untuk itu, semua

aspek harus dipelajari, mulai dari aspek teknologi dan peraturan–peraturan,

ketersediaan bahan baku dan bahan pembantu peng-awasan mutu standar mutu dan

promosi, serta tren masyarakat dan selera konsumen.

Masalah pemasaran yang perlu dipelajari secara mendalam adalah daerah

pemasaran, semen (ceruk) pasar, volume permintaan pasar saat permintaan puncak,

jalur distribusi, cara pengiriman dan pengepakan, cara pembayaran, dan lain–lain.

Jenis produk yang diminta pasar juga perlu diketahui karena berhu-bungan

dengan produk yang akan dihasilkan, misalnya nata mentah atau nata siap santap.

Selain itu, perlu pula diketahui kekuatan dan kelemahan pesaing agar nata de coco

yang dihasilkan nantinya tidak kalah bersaing di pasaran baik dalam hal mutu

maupun harga.

Page 55: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Dengan pengetahuan pemasaran tersebut, dapat direncanakan strategi

pemasaran dan sistem penjualan. Kemudian, bisa dipilih cara yang paling efisien.

Strategi produksi masing – masing produk dapat diprioritaskan ber-dasarkan

permintaan pasar yang dituju.

B. Pemilihan Lokasi

Unit usaha nata de coco memerlukan lahan yang cukup luas. Lahan

digunakan untuk tempat berdirinya bangunan, instalasi air dan sarana penanganan

limbah serta sarana pendukung lainnya. Lokasi lahan hendaknya strategis dan layak

sebagai tempat pengolahan makanan.

Hal–hal yang perlu mendapat perhatian dalam pemulihan lokasi seba-gai

berikut :

·         Lokasi terletak di daerah yang bebas bau busuk, debu, asap dan polutan lainnya;

jauh dari kandang hewan, tempat pembuangan sampah rumah dan sebagainya.

·         Lokasi tidak banjir atau terendam air pada musim hujan tangga dan lahan agak

miring.

·         Lokasi jauh dari kawasan pemukiman karena unit usaha ini menghasilkan limbah

berbau busuk.

·         Lokasi sebaiknya dekat pasar, tersedia prasarana listrik, air bersih dan transportasi.

Misalnya dekat jalan raya, jalur kereta api, atau pelabuhan ( bila dipasarkan ke luar

pulau atau ekspor ).

Lokasi dekat dengan sumber daya manusia, sumber bahan baku maupun

bahan pembantu.

 

C. Bangunan

1. Kebutuhan ruang dan Tata Letak

Page 56: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Unit usaha nata membutuhkan ruangan yang cukup luas. Ruangan itu digu-

nakan untuk kantor, tempat bahan baku dan bahan pembantu, tempat pengolahan

produk, dan alat - alat penyimpanan air bersih, serta ruang ganti dan toilet.

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penataan ruangan tersebut.

Pertama, aliran bahan di ruang pengolahan harus lancar. Kedua, pencema-ran silang

antar produk pada waktu proses pengolahan harus dicegah seren-dah mungkin.

Karenanya, ruangan dan peralatan hendaknya diatur dan ditata sesuai asas

manfaat dan alur produksi. Misalnya, tempat pembuatan nata mentah mulai dari

ruang penerimaan bahan baku kemudian berlanjut di ruang panen

(lihat gambar). Di dekat ruang penyimpan media terdapat ruang bahan pembantu dan

peralatan, dan di dekat ruang pendinginan dan inokulasi media terdapat ruang bibit.

Demikian pula dalam perencanaan tata ruang unit usaha nata de coco siap–

santap. Di unit usaha ini minimal tersedia lima unit ruang (lihat gam- bar) yang

saling terkait, mulai dari ruang nata mentah hingga ruang penyimpan dan distribusi

produk akhir. Di dekat dapur perlu tersedia tempat penyimpan bahan pembantu, dan

gudang bahan pengemas di dekat ruang pengemasan.

Ruang yang menuntut persyaratan khusus dan peka terhadap pen-cemaran

harus terpisah dari ruangan lain. Ruang fermentasi misalnya harus terpisah dari ruang

penyiapan media (dapur) agar suhu di ruang fermentasi tersebut lebih stabil (28-

30C). Demikian pula ruang pengemasan harus terpisah dari dapur karena ruangan ini

menghasilkan berbagai kotoran, seperti sisa–sisa pembakaran bahan bakar, yang bisa

mencemari produk siap dike-mas.

D. Fasilitas Penanganan Limbah

Unit usaha nata perlu dilengkapi dengan sarana penanganan limbah. Untuk

limbah padat perlu dibangun bak yang kuat dan kedap air dan mempu-nyai tutup.

Khusus untuk penanganan limbah cair, perlu dibangun kolam pe-nampung yang

Page 57: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

cukup jauh dari ruang pengolahan. Limbah cair tersebut dialir-kan melalui saluran

yang tertutup.

3. PERALATAN PRODUKSI

Suatu unit pengolahan nata de coco membutuhkan sejumlah peralatan.

Peralatan itu dapat dikelompokkan atas 4 golongan besar, yakni pembangkit tenaga,

pengolah, pengemas dan peralatan pendukung. Antar kelompok peralatan sifatnya

saling mendukung sehingga proses produksi menjadi lancar. Jelasnya, berikut

disajikan jenis, fungsi dan spesifikasi umum aneka peralatan tersebut. Sedangkan

perkiraan harga dan umur ekonominya dipaparkan pada bagian 9.

A. Produksi Nata de Coco Mentah

Suatu unit usaha nata de coco mentah skala kecil minimal memiliki peralatan

berikut.

1. Jerigen plastik

Jerigen digunakan untuk menampung dan mengangkut air kelapa dari

warung–warung , pasar tradisional dan sumber lainnya. Selain ringan dan kuat,

jerigen ini juga mudah dibersihkan dan praktis penggunaannya. Untuk mencegah

pencemaran kotoran, wadah ini harus mempunyai tutup. Daya tampungnya sekitar 30

liter.

2. Drum plastik

Alat ini termasuk serbaguna. Di samping sebagai wadah stok bahan baku dan

wadah nata hasil panen dan wadah nata hasil panen, juga kerap digunakan untuk

mengangkut nata bila dipasarkan dalam bentuk mentah. Seperti jerigen tadi, drum ini

juga ringan, kuat dan mudah dibersihkan. Daya tampung drum sekitar 80 liter.

Wadah ini juga harus mempunyai tutup.

3. Ember plastik, kain flanel dan nampan bambu

Page 58: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Pasangan alat sederhana ini digunakan untuk menyaring kotoran air kelapa.

Ember berfungsi sebagai penampung air kelapa, sedang kain sebagai penyaring dan

nampan untuk menyangga kain saring. Alat penyaring bisa juga menggunakan

saringan plastik.

4. Botol, kertas/kain dan karet gelang

Ketiga alat yang sangat sederhana ini digunakan dalam pembuatan baing nata.

Botol berfungsi sebagai wadah, kain/kertas sebagai penutup dan karet gelang sebagai

pengikat tutup.

Wadah baing nata biasanya menggunakan botol sirup atau botol bir.

Kapasitas botol berkisar antara 600 - 1000 ml.

5. Timbangan dan gelas ukur

Bahan pembuat nata harus ditimbang dan ditakar dengan akurat. Untuk

menimbang gula pasir dan urea dibutuhkan timbangan dapur berketelitian 5 g,

kapasitas 2 – 5 kg. Untuk menakar air kelapa, asam cuka, biang nata cair dan larutan

media diperlukan gelas ukur plastik kapasitas 250 ml dan 1 liter.

6. Tong / panci, tungku dan kompor

Tong atau panci digunakan untuk merebus larutan media biang nata dan

media fermentasi serta air untuk keperluan sanitasi ruang dan peralatan. Tong

sebaiknya terbuat dari logam anti karat dengan kapasitas 75 liter, sedangkan bila

menggunakan panci, sebaiknya dipilih panci email atau aluminium. Supaya posisinya

stabil, wadah ini ditempatkan di atas tungku semen atau potongan drum. Alat

pemanas menggunakan kompor gas atau kompor mawar.

7. Baki plastik, kertas koran dan tali karet

Page 59: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Kelompok alat ini digunakan dalam pendinginan dan fermentasi media atau

substrat yang telah diberi biang nata. Baki berfungsi sebagai wadah, koran sebagai

penutup dan tali karet sebagai pengikat koran.

Baki ini umumnya berukuran 40 cm x 30 cm x 13 cm. Selain mudah

dibersihkan dan dikeringkan, baki juga harus terbuat dari jenis plastik yang tahan

panas.

8. Rak kayu / bilah bambu

Rak ini digunakan untuk menyimpan baki (baki fermentasi). Bila alat ini

tidak tersedia, baki bisa ditumpuk di lantai hingga beberapa susun. Supaya udara

bisa masuk dengan leluasa ke dalam baki, antar baki yang satu dengan baki lainnya

disangga dengan dua bilah bambu yang sama ukurannya dan lurus.

9. Rak bambu

Rak digunakan untuk tempat meniriskan dan menjemur baki fermentasi serta

kertas koran ( sterilisasi ) sebelum digunakan. Lantai jemur hendaknya disemen

supaya alat cepat kering dan pencemaran kotoran dapat dikurangi.

B. Nata de Coco Siap-santap

Suatu unit pengolahan nata de coco siap santap membutuhkan sejumlah

peralatan. Jenis, spesifikasi umum dan fungsi peralatan-peralatan itu sebagai berikut.

1. Drum plastik

Drum ini digunakan untuk menyimpan stok bahan baku dan wadah

perendaman potongan – potongan nata. Untuk wadah lembaran nata, kapasitasnya

sekitar 80 liter, dan berkapasitas 40 liter untuk perendaman potongan nata potongan.

2. Talenan plastik dan pisau dapur

Page 60: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Pasangan alat ini digunakan untuk membersihkan lapisan lendir nata, talenan

sebagai landasan nata dan pisau untuk mengikis selaput lendirnya. Pisau sebaiknya

terbuat dari logam anti karat.

3. Pemotong nata dan ember

Alat ini bersifat semi-manual. Komponen utama alat ini terdiri dari landasan

nata, meja pemotongan, pisau pemotong dan motor listrik penggerak pisau pemotong

(lihat gambar). Sedang mekanisme kerjanya sebagai berikut. Nata dihamparkan di

atas landasan (1), lalu didorong ke arah pisau pemotong secara memanjang dan

diulang kembali secara menyilang (2), di atas meja pemotongan (3). Nata potongan

selanjutnya ditampung di ember (4).

4. Tong, Panci, tungku, kompor dan pengaduk

Panci digunakan untuk merebus nata dan memasak sirup gula, sekaligus

tempat merendam nata matang dalam larutan gula tersebut. Alat pemanas

menggunakan kompor kompresor dan tungku sebagai penyangga wadah tadi.

Tong hendaknya terbuat dari logam anti karat dengan kapasitas sekitar 125

liter. Supaya air perendam mudah dikuras, pada dinding bagian bawah tong perlu

dipasang keran. Sedangkan panci dipilih panci email atau panci burik berkapasitas 40

liter, dan pengaduk terbuat dari kayu.

5. Baki plastik, penakar, gayung plastik, plastic sealer dan ember plastik

Kelompok alat ini digunakan untuk mengemas produk nata. Baki berfungsi

sebagai tatakan gelas, penakar untuk penuang nata potongan, gayung untuk

menuangkan sirup gula, plastic sealer untuk merekat tutup kemasan dan ember untuk

menampung nata kemasan.

Plastic sealer ini bersifat semi-manual. Mekanisme kerja alat sebagai berikut.

Gelas plastik berisi nata dan sirup gula dimasukkan ke dalam selongsong gelas (1),

lalu dilewatkan melalui lorong selongsong (2). Mulut gelas plastik kemudian ditutup

Page 61: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

dengan lembaran plastik (3) lalu direkat dengan mulut pengepres plastik (4) dan nata

kemasan ditampung dalam ember plastik (5).

6. Tong aluminium dan keranjang kawat

Pasangan alat ini digunakan untuk sterilisasi produk nata. Tong diguna-kan

untuk wadah air panas, sedang keranjang sebagai tempat kemasan nata supaya

mudah dikeluarkan dari tong.

7. Timbangan

Di unit usaha nata ini dibutuhkan beberapa jenis timbangan. Untuk

menimbang lembaran dan potongan nata dibutuhkan timbangan berkapasitas 100 kg.

Untuk menimbang BTM ( bahan tambahan makanan ) bersatuan miligram ( pewarna,

pengawet ) harus disediakan timbangan analitik dan timbangan duduk untuk

menimbang gula berkapasitas 25 kg.

8. Kereta dorong

Seperti di unit usaha nata de coco mentah, juga perlu tersedia kereta dorong

untuk mengangkut / memindahkan bahan baku, gula pasir dan dus produk jadi.

9. Palet kayu

Alat ini digunakan sebagai landasan tumpukan dus nata di ruang

penyimpanan produk jadi. Tingginya sekitar 15 cm.

10. Kereta dorong

Alat ini digunakan untuk mengangkut bahan pembuat nata dan produk nata

mentah seperti karung gula pasir, air kelapa, dan sebagainya.

Page 62: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

4. BAHAN PEMBUAT NATA

Teknologi tidak mampu memperbaiki mutu, tetapi hanya mampu memperta-

hankan mutu. Mutu produk akhir lebih ditentukan oleh bahan baku pembuatannya.

Bila bahan-bahan yang digunakan bermutu rendah maka mutu produk akhir pun

rendah. Karenanya, menjual bahan baku dan pembantu sangat penting. Bahan-bahan

yang digunakan dalam pembuatan nata de coco mentah dan produk siap-santap

sebagai berikut.

A. Nata de Coco Mentah

1. Bahan baku

Bahan baku utama nata de coco adalah air kelapa. Air kelapa sebaiknya

berasal dari buah kelapa matang hijau. Karena harganya lebih mahal, air kelapa yang

digunakan umumnya berasal dari buah kelapa tua.

Air kelapa harus murni, atau tidak bercampur air maupun kotoran.

Penggunaan-nya tidak selalu dalam keadaan segar. Bahkan air kelapa yang disimpan

selama dua hari rendamannya lebih tinggi (75,01 persen) dibandingkan dengan air

kelapa segar. Demikian pula penyimpan selama 3–5 hari hasilnya tidak berbeda

nyata dengan air kelapa segar (lihat tabel).

Kekenyalan

( mm / 10detik)

 Tabel 1. Karakteristik Nata de Coco pada Berbagai Umur Air Kelapa

Derajat

putih

( %)

Page 63: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

1 61,10 103,5 32,48

2 75,61 103,5 33,79

3 62,68 101,9 32,79

4 67,94 103,5 33,12

5 73,16 106,0 33,22

Sumber : Mashudi, 1993

2. Bahan pembantu

Kandungan nutrisi air kelapa tadi masih perlu diperkaya agar bakteri nata

lebih cepat tumbuh dan produktif menghasilkan nata. Demikian pula pH (derajat

keasaman)-nya harus diatur sesuai dengan persyaratan tumbuh optimal bakteri

tersebut. Jelasnya, berikut dipaparkan bahan pembantu yang lazim digunakan dalam

pembuatan nata de coco.

a. Gula pasir

Gula berfungsi sebagai sumber karbon (sumber energi). Sumber karbon bisa

menggunakan glukosa, sukrosa maupun maltosa. Namun, produsen nata biasanya

menggunakan sukrosa (gula pasir) karena mudah diperoleh dan harganya relatif

murah.

Gula pasir hendaknya berwarna putih agar warna nata putih bersih. Dosis

pemakaian 30 gr per liter air kelapa. Gula sebaiknya disimpan di tempat kering dan

bersih, serta ditumpuk di atas palet kayu supaya tidak lembab.

b. Amonium sulfat

Amonium sulfat juga disebut urea atau 2A. Fungsinya sebagai sumber

nitrogen (merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri A. xylinum). Selain

senyawa ini, bisa juga menggunakan ekstrak khamir, pepton, kalium nitrat dan

amonium fosfat. Karena harganya lebih murah dan mudah diperoleh, produsen nata

biasanya menggunakan amonium sulfat.

Page 64: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Kandungan nitrogen urea antara 20,5–21 persen, sedang wujudnya berupa

kristal atau umumnya berwarna putih. Dosis penggunaan urea (2A) sebanyak 3 gram

per liter air kelapa.

c. Asam asetat glasial

Asam asetat glasial biasa juga disebut cuka biang. Gunanya adalah untuk

mengatur derajat keasaman (pH) media fermentasi dan media biang nata sesuai

persyaratan tumbuh bakteri untuk dosis penggunaan asam asetat sebanyak ml.

3. Biang atau starter nata

Biang atau starter adalah bibit nata yang telah dikondisikan sedemikian rupa

sehingga siap digunakan dalam pembuatan nata. Starter umumnya disiapkan dalam

botol sirup berwarna jernih. Dengan demikian, mutu starter dapat dilihat dengan

mudah. Starter siap pakai biasanya telah diinkubasi selama 4 - 7 hari, tergantung

pada kondisi bibit.

Biakan bakteri nata (bibit) harus murni, artinya tidak bercampur dengan jasad

renik lainnya. Karena bibit nata murni sulit diperoleh dari alam, calon produsen nata

de coco dapat membeli bibit tersebut di laboratorium mikrobiologi yang mengoleksi

biakan tersebut seperti :

Balai Besar Industri Hasil Pertanian (BBIHP), Deperindag

Jl. Ir. Juanda No. 11

Telp. (0251) 324068, 323339

Fax. (0251) 323339

Bogor 161222

B. Nata de Coco Siap-santap

Bahan tambahan makanan (BTM) yang lazim digunakan dan bahan pengemas

produk nata siap santap sebagai berikut.

1. Bahan baku

Page 65: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Bahan baku utama produk ini adalah nata mentah berupa lembaran atau

berupa potongan. Bahan baku yang digunakan harus bermutu baik. Ciri-cirinya

sebagai berikut :

(a) teksturnya kenyal (tidak tembus bila ditekan dengan jari); (b) Warnanya putih

bersih; (c) permukaannya rata dan tampak licin agak mengkilap, dan (d)

aromanya asam.

b. Gula pasir

Gula pasir berfungsi sebagai bahan pemanis, pengawet, penambah

citarasa dan pelunak tekstur nata de coco. Selain itu, gula juga berfungsi sebagai

pembawa dan pendistribusi komponen flavor agar merata dalam minuman.

Penggunaan gula harus seimbang dengan bahan-bahan lainnya.

Artinya, rasa manis gula jangan sampai tertutup oleh komponen bahan lain tersebut.

Dosis penggunaan gula berkisar antara 200 - 300 gram untuk setiap liter air.

Ada dua kategori bahan pemanis, yakni pemanis alami dan pemanis

buatan. Bahan pemanis produk nata de coco biasanya menggunakan gula pasir.

Agar sirup tampak bening dalam kemasan, gula pasir yang digunakan sebaiknya

yang berwarna putih bersih dan bebas dari cemaran kotoran.

c.    Essen atau flavor

Penggunaan essen bertujuan untuk memperoleh citarasa dan aroma

tertentu. Flavor tersebut harus mempunyai sifat-sifat berikut : kelarutan cukup

tinggi, mudah bercampur dengan komponen lain, tidak ada rasa ikutan, tahan

terhadap asam, kemurnian cukup tinggi tahan terhadap panas dan stabil terhadap

cahaya.

Ada dua golongan flavor yakni flavor alami dan flavor sintetik.

Flavor alami diperoleh dari bagian atau keseluruhan tanaman atau jaringan hewan,

sedangkan flavor sintetik dibuat dari bahan organik atau bahan kimia yang identik

dengan flavor alami.

Flavor yang digunakan pada produk nata de coco biasanya berupa

flavor buah-buahan seperti cita rasa durian, lechee, apel, strawbery dan sebagainya,

Page 66: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

atau cita rasa pandan. Dosis penggunaan essen sekitar 8 ml untuk setiap liter larutan

sirup gula. Harga per liter sekitar Rp. 132.000,00.

d.    Asam sitrat

Asam sitrat juga kerap ditambahkan pada produk nata de coco.

Fungsinya untuk memperkuat dan mempertahankan flavor serta menghambat

pertumbuhan kapang.

Asam sitrat mempunyai rasa asam yang tajam, flavor asam dan pH

rendah. Dosis penggunaan ml untuk setiap liter air. Harga per kg sekitar Rp.

10.000,00.

e.    Natrium benzoat

Penggunaan natrium benzoat bertujuan untuk mencegah pertumbuhan

khamir dan bakteri. Benzoat lebih efektif dalam bentuk asam yakni pada pH 2,5 -

4,0.

Sebelum digunakan, senyawa ini lebih dulu dilarutkan dalam air

panas. Larutan ini kemudian dicampurkan ke dalam sirup gula sebelum penambahan

asam. Dosis pemakaian untuk setiap liter sirup gula.

Bahan pengawet ini dibeli di toko-toko kimie. Harga per kg sekitar

Rp. 10.000,00.

f.     Zat pewarna

Sirup gula produk nata de coco juga kerap diberi zat pewarna.

Tujuannya untuk meningkatkan daya tarik, produk. Pemilikan warna biasanya

disesuaikan dengan flavor produk. Produk berflavor pandan misalnya diberi warna

hijau. Dosis penggunaan pewarna 300 mg untuk setiap liter sirup gula.

Zat pewarna ini dapat dibeli di toko-toko kimia. Harga per ons sekitar

Rp. 60.000,00. Pewarna yang digunakan harus food grade (pewarna makanan).

Sedangkan pewarna tekstil tidak boleh digunakan karena beracun bagi tubuh

manusia.

Page 67: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

2. Air

Air digunakan untuk membersihkan bahan mentah, merendam dan merebus

nata potongan, melarutkan BTM, sterilisasi produk dan sanitasi. Air tersebut harus

memenuhi persyaratan untuk industri makanan, seperti tidak berwarna (jernih), tidak

berbau, tidak berasa, tidak mengandung logam berat dan bebas dari jasad renik

patogen (penyebab penyakit). Penggunaan air sumur atau air sunga harus diberi blow

(anti bakteri). Lalu diendapkan dan disaring berulang kali (lihat bagian sanitasi dan

higiene).

3. Bahan pengemas

Nata siap santap lazim dikemas dengan kaleng atau gelas.

Namun, kemasan primer produk industri skala kecil umumnya menggunakan gelas

(cup) plastik. Selain harganya lebih murah dan kuat, juga cukup mudah

penggunaannya. Kelemahannya, kemasan ini tidak kuat disterilisasi pada suhu

tinggi.

Gelas plastik tersebut sebaiknya menggunakan plastik jenis

PSC (polysterene) dan tutupnya plastik PEC (polyethylene), serta sendok dari plastik

LDPE (low density polyethylene). Kemasan ini dapat dibeli di toko-toko plastik,

termasuk sendok dan sedotan.

Sedangkan kemasan sekunder biasanya menggunakan karton

gelombang atau kardut. Kapasitas karton biasanya 24 cup dan 48 cup, tergantung

pada kebutuhan. Kemasan ini juga tersedia di pasaran dan telah siap rakit.

Produk harus diberi label atau etiket. Keterangan pada label

harus jelas, ukuran angka huruf cukup besar (tidak boleh lebih kecil dari 0.75 mm),

warna cukup kontras dan latar belakang jelas. Selain itu, label tidak mudah lepas,

lentur atau lekag karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari.

Khusus pada produk makanan, pada label minimal

dicantumkan keterangan-keterangan berikut ini.

-          Nama makanan dan/atau merek dagang produk, misalnya : Nata de Coco Plus.

-          Komposisi bahan dan kandungan gizi,

-          Isi netto (berat bersih) per kemasan.

Page 68: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

-          Nama dan alamat yang memproduksi dan atau pengedar produk.

-          Nomor pendaftaran dari Depkes.

-          Kode produksi

-          Tanggal kadaluwarsa (batas waktu produk layak dikonsumsi) oleh konsumen.

5. PENYIAPAN BIANG NATA

Biang atau starter nata yang siap pakai berupa biakan A. xylinum dalam

media air kelapa atau biang cair. Penggunaan biang cair ini hendaknya hanya lima

sampai 6 kali turunan. Setelah itu, starter diganti dengan turunan pertama dari media

agar. Karena penyiapan biang dari media agar ini cukup rumit, calon produsen nata

dapat membeli starter cair tersebut dari produsen nata atau laboratorium mikrobiologi

(lihat bagian 4) lalu diperbanyak sebagai berikut.

A.   Pembuatan Media

Proses pembuatan media baing nata dimulai dengan penyaringan air kelapa.

Alat penyaring menggunakan kain flavel, yang bagian bawahnya disangga dengan

nampan bambu. Setelah bersih, air kelapa dituangkan ke dalam panci burik (lihat

gambar 1).

Air kelapa selanjutnya direbus hingga mendidih selama 1,5 menit untuk

membunuh jasad renik pencemar. Saat perebusan berlangsung, ke dalam larutan air

kelapa ditambahkan 100 gram gula pasir, 10 gram urea dan 20 ml asam asetat untuk

setiap 1 liter air kelapa lalu diaduk-aduk hingga larut. Larutan panas ini telah siap

digunakan sebagai media biang nata.

Pada saat masih panas, larutan media tadi dituangkan ke dalam botol yang

bersih dan steril. Penuangan dilakukan dengan bantuan corong dan gayung, yakni

sebanyak 600 ml per botol. Untuk mencegah pencemaran jasad renik, botol segera

ditutup dengan kertas koran yang steril lalu diikat dengan karet gelang. Media

selanjutnya didinginkan hingga suhunya menjadi 28 - 30 C. Lama pendinginan

sekitar 12 jam.

Page 69: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

B.   Penambahan Bibit

Setelah dingin, media kemudian diberi bibit cair berumur 7 hari.

Penuangan bibit dilakukan dengan bantuan corong dan tabung ukur plastik, yakni

sebanyak 10 - 15 ml per botol, tergantung pada mutu bibit. Setelah diberi bibit, botol

kembali ditutup seperti semula.

C.    Fermentasi

Botol-botol biang selanjutnya disimpan di atas rak untuk difermentasi.

Ruang fermentasi harus bersih, kering dan gelap. Lama fermentasi 4-7 hari. Artinya,

biang nata ini telah dapat digunakan setelah difermentasi selama 4 hari.

Selama fermentasi, starter tidak boleh digoyang agar perkembangbiakan

bakteri A. xylinum tidak terganggu. Namun, bila lapisan nata telah terlalu tebal dan

starter belum sempat digunakan, starter tersebut harus digoyang-goyang agar lapisan

nata yang menutupi media tenggelam. Dengan demikian, oksigen bisa masuk ke

dalam media, yang sangat dibutuhkan bakteri A. xylinum dalam

perkembangbiakannya.

 

Page 70: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

B. Produksi Nata

1. Pembuatan media fermentasi

Air kelapa mula-mula disaring dengan kain flanel. Tujuannya untuk

memisahkan kotoran air kelapa seperti pecahan tempurung, kerikil dan sebagainya.

Setelah bersih, air kelapa dituangkan ke dalam panci perebusan.

Air kelapa kemudian dicampur dengan gula pasir dan urea. Dosis penggunaan

gula pasir dan urea masing-masing sebanyak 30 gram dan 4 gram per liter air kelapa.

Bahan-bahan ini kemudian diaduk hingga larut, lalu direbus hingga mendidih.

Pendidihan berlangsung selama 10-15 menit. Dan, busa kotoran yang muncul selama

pendidihan dibersihkan dengan saringan plastik. Terakhir, ke dalam larutan media

ditambahkan 10 ml asam asetat glasial per liter air kelapa lalu diaduk-aduk hingga

merata dan larutan media diangkut dari tungku.

2. Inokulasi biang nata

Inokulasi (pemberian) biang nata dilakukan setelah suhu media fer-mentasi

berkisar antara 28-30 C. Biang nata akan mati bila ditambahkan pada saat suhu

media masih tinggi. Sedang pemberian biang nata dilakukan sebagai berikut :

·         Kertas koran penutup pada salah sudut baki mula-mula dibuka dengan cukup

lebar.

Page 71: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

·         Setelah terbuka, tutup botol biang dibuka lalu biang nata dituangkan ke dalam

media sebanyak 100 ml per liter media.

·         Setelah itu, baki ditutup kembali seperti semula dan diikat dengan tali karet.

3. Fermentasi media

Baki-baki berisi media yang telah diberi biang nata selanjutnya diangkut ke

ruang fermentasi lalu disimpan di atas rak. Bila rak tidak tersedia, baki bisa ditumpuk

di lantai hingga 5 susun. Agar sirkulasi udara dalam baki lancar dan suhunya lebih

stabil, antar baki harus disekat dengan dua bilah bambu berukuran sama dan lurus.

Fermentasi dilakukan selama 8 hari. Suhu di ruang fermentasi berkisar antara

28-30 C. Karena bakteri nata tidak memerlukan penyinaran langsung dalam

pertumbuhannya, suasana ruangan sebaiknya remang-remang.

Posisi baki juga harus datar. Bila miring, nata akan tidak sama kete-balannya.

Pasalnya, bentuk nata mengikuti media. Selain itu, baki juga tidak boleh diganggu

agar pertumbuhan nata tidak terganggu. Bahkan nata yang terbentuk akan berlapis-

lapis bila media digoyang-goyang.

Media sangat rentan terhadap pencemaran mikroba pengganggu. Karena itu,

selama proses fermentasi berlangsung tutup baki tidak boleh dibuka. Bila ingin

mengetahui pertumbuhan nata setiap saat sebaik dibuat baki kontrol berwarna kuning

(misalnya stoples), yang dibungkus dengan kertas berwarna gelap.

Page 72: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

4. Pemanenan Nata

Setelah di fermentasi selama 8 hari, ketebalan nata yang terbentuk biasanya

sekitar 1,5 cm. Pada ketebalan ini nata telah dapat dipanen. Selain mudah dipotong-

potong, ukuran nata potong juga sesuai dengan estetika produk sekali.

Pemanenan nata meliputi beberapa tahapan sebagai berikut.

·         Baki fermentasi mula-mula dimuat di atas kereta dorong lalu diangkut ke ruang

panen. Di ruang ini kertas penutup dibuka lalu dilipat untuk digunakan pada produksi

berikutnya.

·         Isi baki kemudian diamati dengan seksama. Baki yang kosong (tidak terbentuk

nata), nata tipis, nata jamuran dan selanjutnya langsung dipisahkan dari dibuang ke

wadah sampah. Sementara yang memenuhi syarat diambil dengan bantuan garpu atau

sendok bersih. Agar sisa cairan media tidak tercemar oleh mikroba pengganggu,

cairan tersebut hendak-nya tidak disentuh, yang selanjutnya bisa digunakan lagi

untuk biang nata berikutnya.

·         Terakhir, hasil panen disortir lalu disimpan dalam drum plastik berisi air bersih.

Untuk mengawetkannya bisa menggunakan larutan asam cuka. Dosis penggunaan

sebanyak 1 liter per 50 liter air. Wadah kemudian ditutup dengan rapat dan nata siap

dipasarkan atau diolah sendiri menjadi produk siap-santap.

Page 73: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

6. PEMBUATAN NATA MENTAH

Prinsip pembuatan nata de coco mentah sangat sederhana. Setelah media

fermentasi dingin, giliran bakteri nata ditumbuhkan di media itu dan diperam di

ruangan yang remang – remang. Nata kemudian dipanen setelah diperam beberapa

hari. Untuk lebih jelas berikut ini disampaikan detail pembuatan nata de coco mentah

tersebut.

A. Penyiapan Media Fermentasi

Media ini berfungsi sebagai tempat pembiakan bakteri nata. Bahan dan

prosedur pembuatannya sama seperti media bibit nata sebelumnya.

Air kelapa mula – mula disaring dengan kain flanel yang bersih. Tujuannya

untuk memisahkan kotoran air kelapa, seperti pecahan tempurung, serat –

serat sabut dan kotoran lainnya. Kain saring perlu disangga dengan nampan

bambu atau nampan plastik.

Air kelapa bersih selanjutnya dituangkan ke dalam panci lalu direbus hingga

mendidih. Pada waktu perebusan ke dalam air kelapa ditambahkan 10 mg

gula pasir, 1 mg ammonium sulfat dan 3 ml asam asetat. Bahan – bahan ini

diaduk hingga merata.

Media fermentasi selanjutnya dituangkan ke dalam baki – baki fermentasi

yang steril sewaktu masih panas. Per baki berisi sekitar 1 liter. Untuk

mencegah pencemaran, mulut baki ditutup dengan kertas koran yang steril

dan diikat dengan karet.

Page 74: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

Media fermentasi kemudian didinginkan hingga suhunya berkisar antara 28 –

30 °C. Lama pendingin selama 2 – 3 jam.

B. Fermentasi

Setelah dingin, media fermentasi ditambahkan biang ke dalam nata cair

sebanyak 10 – 15 ml per liter media, yakni melalui celah penutup.

Media yang telah dinokulasi ( diberi biang ) selanjutnya diperam selama 10 -

12 hari pada suhu 28 – 30 °C. Pemeraman dilakukan di atas rak. Boleh juga

ditumpuk asalkan antar kaki disangga dengan dua bila bambu atau penyangga

lainnya. Tujuannya agar udara leluasa masuk ke dalam baki.

Posisi kaki tidak boleh miring agar ketebalan nata seragam. Nata juga tidak

boleh bergoyang – goyang. Bila media bergoyang sewaktu pemeraman, nata

akan berlapis – lapis dan saling terpisah. Dan, tutupnya tidak boleh dibuka

untuk mencegah pencemaran jasad renik.

C. Panen

Nata de coco telah dapat dipanen setelah media diperam selam 10 – 12 hari.

Ketebalan nata berkisar antara 1 – 1,4 cm. Sedang cara memanen nata adalah

sebagai berikut :

Tumpuk baki – baki fermentasi, lalu angkut ke ruang pemanen.

Buka tali pengikat keran, lalu amati isinya. Baki yang berisi nata bermutu

jelek atau gagal, langsung dibuang isinya ke dalam wadah pemangkas dan

baki dipisahkan.

Ambil lembaran nata bermutu baik dengan cara memasukkan garpu yang

steril. Usahakan sisa cairan tidak tersentuh tangan untuk mencegah jasad

renik. Cairan ini bisa digunakan kembali pada pembuatan nata berikutnya.

D. Pengawetan

Lembaran nata hasil panen selanjutnya dicuci dengan air bersih lalu direndam di

dalam drum plastik dan ditutup. Bila dipasarkan berupa nata mentah, produk perlu

diawetkan dengan menambahkan asam asetat sebanyak

Page 75: Bahan dan Proses Pembuatan Nata de Coco

http://coconatfiber.blogspot.com/2013/01/perencanaan-usaha-nata-de-coco.html