nata de coco william wibowo 12.70.0052 b4

16
FERMENTASI SUBSTRAT CAIR FERMENTASI NATA DE COCO LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI Disusun oleh: Nama: William Wibowo NIM: 12.70.0052 Kelompok B4 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2015 Acara II

Upload: james-gomez

Post on 12-Sep-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Proses pembuatan Nata de Coco dari air kelapa skala laboratorium. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan fermentasi nata de coco

TRANSCRIPT

  • FERMENTASI SUBSTRAT CAIR

    FERMENTASI NATA DE COCO

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI FERMENTASI

    Disusun oleh:

    Nama: William Wibowo

    NIM: 12.70.0052

    Kelompok B4

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2015

    Acara II

  • 1

    1. HASIL PENGAMATAN

    1.1. Ketebalan Lapisan Nata de Coco

    Hasil pengamatan ketebalan lapisan nata de coco yang terbentuk pada masing-masing

    kelompok dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Lapisan Nata de coco

    Kel Tinggi Media

    Awal (cm)

    Tinggi Ketebalan Nata (cm) % Lapisan Nata

    0 7 14 0 7 14

    B1 2 0 0,3 0,8 0 15 40

    B2 1,5 0 0,5 0,6 0 13,33 40

    B3 2,9 0 0,3 0,5 0 10,34 17,24

    B4 2 0 0,4 0,5 0 20 25

    B5 1,5 0 0,5 0,8 0 33 53

    Dari tabel hasil pengamatan terhadap lapisan Nata de coco diatas, dapat dilihat

    ketebalan dan persentase lapisan nata dari hari 0 hingga hari ke 14. Pada hari ke 0,

    semua kelompok menunjukan hasil belum terbentuk lapisan nata sehingga ketebalannya

    bernilai 0 dan persentasenya juga 0. Pada hari ke 7, sudah terbentuk lapisan nata dengan

    ketebalan 0,3 dan persentase lapisan nata 15% untuk kelompok B1, kelompok B2,

    tinggi ketebalan nata 0,5 cm dan presentase lapisannya 13,33%. Kelompok B3,

    ketebalan nata 0,3 cm dan persentase lapisannya 10,34%. Kelompok B4, ketebalan

    lapisan nata 0,4 cm dan persentase lapisan nata 20%. Kelompok B5, ketebalan nata 0,5

    cm dan persentase lapisan nata 33%. Pada hari ke 14, semua kelompok menunjukan

    peningkatan ketebalan sehingga persentasenya juga meningkat. Pada kelompok B1,

    ketebalan nata 0,8 cm dan persentase lapisan nata 40%. Kelompok B2, ketebalan nata

    0,6 cm dan persentase lapisan nata 40%. Kelompok B3, ketebalan natanya 0,5 cm dan

    persentase lapisan nata 17,24%. Kelompok B4, ketebalan nata 0,5 cm dan persentasenya

    25%. Kelompok B5, ketebalan nata 0,8 cm dan persentase lapisan nata 53%.

  • 2

    2. PEMBAHASAN

    Dalam praktikum fermentasi kali ini dilakukan pembuatan nata de coco dari bahan air

    kelapa. Nata de coco merupakan salah satu produk hasil proses fermentasi seperti tape

    singkong Dalam pembuatnnya menggunakan air kelapa oleh bakteri Acetobacter

    xylinum. Bakteri ini bila ditumbuhkan pada media yang mengandung gula, dan akan

    merubah gula menjadi selulosa (Rahman, 1992). Komponen utama dari nata de coco

    adalah selulosa selain itu dalam nata terkandung serat kasar (dietary fiber). Nata banyak

    mengandung air. (Astawan & Astawan, 1991). Wujud dari nata yaitu berupa sel dengan

    warna putih hingga abu-abu muda, bertekstur kenyal seperti kolang-kaling dan tembus

    pandang. Dalam kondisi dingin nata bersifat agak berserat dan saat panas agak rapuh.

    (eBookPangan, 2006). Nata dapat dibuat dari bahan selain air kelapa. Jika dibuat dari

    sari nanas disebut nata de pina, jika dibuat dari whey tahu disebut nata de soya.

    Nata de coco dibuat dari fermentasi air kelapa menggunakan bakteri Acetobacter

    xylinum yang termasuk dalam bakteri gram negatif dan memiliki sifat unik antara lain

    ketahanan, kehabluran, dan kekuatan mekanikal yang tinggi. Selama proses fermentasi,

    terjadi metabolisme glukosa dalam air kelapa yang diubah menjadi selulosa. (Halib et

    al, 2012). Nata yang terbentuk sebagai hasil proses fermentasi ini memiliki struktur

    kimia seperti sellulosa yang dibentuk oleh tumbuhan tingkat tinggi (Hamad, 2013).

    2.1.Pembuatan nata de coco

    Dalam praktikum fermentasi nata de coco ini digunakan bahan dasar berupa air kelapa

    selain itu bahan-bahan lain yang digunakan adalah gula pasir, asam asetat glasial 95%,

    ammonium sulfat dan starter nata de coco (Acetobacter xylinum). Pembuatan nata de

    coco ini diawali dengan tahap pembuatan media. Tujuan dari pembuatan media ini

    adalah untuk membentuk kondisi pertumbuhan yang sesuai sehingga biakan subur dan

    murni selain itu juga berfungsi sebagai sumber makanan bagi biakan (Volk & Wheeler,

    1993). Penggunaan air kelapa ini sesuai dengan teori Hamad, (2013) yang menyebutkan

    bahwa air kelapa merupakan medium yang cocok bagi pertumbuhan Acetobacter

    xylinum. Dengan penggunaan air kelapa sebagai media maka akan dihasilkan selaput

    tebal pada permukaan medium yang mengandung 35-62% selulosa.

  • 3

    Dalam air kelapa terkandung gula, asam amino, protein dan juga vitamin serta mineral

    sehingga air kelapa dapat dijadikan sebagai sumber isolat bakteri dan juga substrat

    untuk fermentasi (Widayati et al., 2002). Ditambahkan pula bahwa dalam pertumbuhan

    Acetobacter xylinum memerlukan sumber nutrisi C,H dan N serta mineral yang

    dikontrol dalam medium. Air kelapa memiliki sumber nutrisi yang dibutuhkan namun

    tetap perlu tambahan dari luar karena sumber nutrisi C dan N masih kurang (Hamad,

    2013).

    Dalam pembuatan media ini digunakan air kelapa sebanyak 1 liter namun air kelapa

    yang akan digunakan sebagai media tidak langsung digunakan tetapi dilakukan

    penyaringan terlebih dahulu. Tujuan dari dilakukannya penyaringan ini adalah untuk

    memisahkan kotoran-kotoran yang terdapat dalam air kelapa (Astawan & Astawan,

    1991).

    gambar 1 penyaringan air kelapa

    Setelah disaring, air kelapa dibagi menjadi 200 ml tiap kelompok lalu direbus. Dengan

    dilakukannya perebusan ini maka jumlah mikroba kontaminan yang terdapat dalam air

    kelapa dapat dikurangi sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dari bakteri

    Acetobacter xylinum. (Palungkun, 1992). Selain itu, dengan perebusan maka mikroba

    patogen yang terdapat dalam air kelapa dapat dihilangkan (Astawan & Astawan, 1991).

  • 4

    gambar 2 Pemanasan air kelapa (awal)

    Kemudian dilakukan penambahan gula sebanyak 10% dari 200 ml air kelapa atau

    sebanyak 20 gram lalu diaduk hingga gula larut. Penambahan gula ini digunakan

    sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum. Perlu ditambahkan gula

    karena dalam air kelapa terdapat sumber nutrisi C namun masih kurang. Sumber nutrisi

    C lain yang dapat digunakan selain sukrosa adalah glukosa, fruktosa dan tepung (Iguchi

    et al., 2000) namun yang paling baik adalah menggunakan fruktosa sebagai sumber

    karbon ( 17,5 gram dalam 500 ml air kelapa) (Hamad et al., 2013). Penambahan gula ini

    juga berfungsi dalam pembentukan tekstur, flavor dan penampakan nata de coco yang

    ideal, dan sebagai pengawet alami. (Hayati, 2003). Penambahan gula yang optimal

    dalam pembuatan nata de coco adalah 10%. Pada konsentrasi ini dihasilkan nata yang

    tebal dan liat (Sunarso, 1982) sehingga konsentrasi gula yang ditambahkan dalam

    praktikum ini sudah sesuai.

    gambar 3 Penambahan gula

    Setelah ditambahkan gula, ditambahkan pula ammonium sulfat 0,5% dari total air

    kelapa. Penambahan ammonium sulfat ini berfungsi sebagai sumber nitrogen anorganik

    selain itu juga menghambat pertumbuhan dari Acetobacter acesi yang menghambat

    tumbuhnya Acetobacter xylinum (Pambayun, 2002). Ditambahkan pula oleh Iguchi et

  • 5

    al., (2000) yang menyebutkan bahwa sumber nitrogen yang dapat digunakan adalah ZA

    atau ammonium sulfat, urea, dan juga ekstrak yeast. Tahap selanjutnya dilakukan

    penambahan ammonium sulfat sebanyak 0,5% dari volume total air kelapa.

    gambar 4 penambahan amonium sulfat

    Setelah ditambah sukrosa dan ammonium sulfat selanjutnya air kelapa diasamkan

    dengan menggunakan asam asetat glasial hingga pH 4-5. Menurut ebookpangan, (2006),

    derajat keasaman (pH) yang optimum untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum

    adalah antara 4,0 hingga 4,5. pH yang terlalu asam akan menghentikan pertumbuhan

    dari Acetobacter xylinum karena energi yang tersedia akan digunakan untuk mengatasi

    stress akibat perbedaan pH yang terlalu besar. (Atlas, 1984). Air kelapa yang telah

    diatur pHnya lalu dipanaskan kembali. Setelah itu, air kelapa disaring kembali untuk

    menghilangkan kotoran yang mungkin masih tertinggal.

    gambar 5 penambahan asam cuka

    glasial

    gambar 6 pengukuran pH

  • gambar 7 Pemanasan akhir

    gambar 8 pengukuran 100 ml

    gambar 9 penyaringan kembali

    gambar 10 penuangan ke wadah

    Setelah disaring kembali, sebanyak 100 ml air kelapa dimasukan kedalam wadah yang

    sudah dibersihkan dengan alkohol. Selanjutnya starter nata de coco ditambahkan

    kedalam media sebanyak 10% dari media. Setelah itu wadah ditutup dengan kertas

    coklat hingga menutupi sisi samping toples.

    gambar 11 penambahan biang nata

    Penambahan starter yang efektif adalah 4-10% (Pato & Dwiloka, 1994). Sehingga sudah

    sesuai dengan teori. Penutupan dengan kertas coklat adalah untuk membiarkan adanya

    oksigen yang masuk namun mengurangi kontaminasi. Oksigen ini digunakan untuk

    pertumbuhan dari sel Acetobacter xylinum (Pambayun, 2002). Didukung pula oleh

    ebookpangan, (2006) yang menyebutkan bahwa oksigen dapat masuk secara leluasa ke

    dalam wadah media sebagai syarat dalam keberhasilan pembuatan nata de coco. Selain

    itu syarat-syarat lainnya adalah pH media yang digunakan antara 4,0-4,5; suhu inkubasi

  • 1

    adalah suhu ruang 28oC-30oC, ruang pemeraman agak gelap (remang-remang).

    Berdasarkan syarat-syarat tersebut maka penutupan dengan kertas coklat hingga

    menutupi seluruh wadah agak mengurangi paparan dengan cahaya. Wadah yang sudah

    diberi kultur dan ditutup tersebut disimpan dalam ruang dengan pencahayaan remang

    dan pada suhu ruang selama 2 minggu sehingga langka tersebut sudah memenuhi syarat.

    Setiap minggunya dilakukan pengukuran ketebalan lapisan nata dan juga persentase

    kenaikan ketebalan yang dihitung dengan rumus:

    Persentase Lapisan Nata = 100%x Awal Media Tinggi

    NataKetebalan Tinggi

    gambar 12 pengukuran ketebalan nata

    2.2.Hasil Pengamatan Lapisan Nata de coco

    Hasil yang diperoleh dari pengamatan fermentasi nata de coco yaitu pada hari ke 0

    masih belum terbentuk lapisan nata de coco namun pada hari ke 7 sudah mulai

    terbentuk dan pada hari ke 14 lapisan nata semakin tebal. Pada hari ke 7, sudah

    terbentuk lapisan nata dengan ketebalan 0,3 dan persentase lapisan nata 15% untuk

    kelompok B1, kelompok B2, tinggi ketebalan nata 0,5 cm dan presentase lapisannya

    13,33%. Kelompok B3, ketebalan nata 0,3 cm dan persentase lapisannya 10,34%.

    Kelompok B4, ketebalan lapisan nata 0,4 cm dan persentase lapisan nata 20%.

    Kelompok B5, ketebalan nata 0,5 cm dan persentase lapisan nata 33%. Pada hari ke 14,

    semua kelompok menunjukan peningkatan ketebalan sehingga persentasenya juga

    meningkat. Pada kelompok B1, ketebalan nata 0,8 cm dan persentase lapisan nata 40%.

    Kelompok B2, ketebalan nata 0,6 cm dan persentase lapisan nata 40%. Kelompok B3,

  • 2

    ketebalan natanya 0,5 cm dan persentase lapisan nata 17,24%. Kelompok B4, ketebalan

    nata 0,5 cm dan persentasenya 25%. Kelompok B5, ketebalan nata 0,8 cm dan

    persentase lapisan nata 53%.

    Terbentuknya lapisan nata ini dikarenakan Acetobacter xylinum menggunakan gula

    yang digabungkan dengan asam lemak untuk membentuk prekursor di jaringan sel yang

    kemudian dengan bantuan enzim glukosa dipolimerisasi menjadu selulosa. Lapisan tipis

    nata mulai terbentuk saat 24 jam inkubasi. Ketebalan nata 0,8 cm dapat tercapai pada

    hari ke 11 berdasarkan penelitian Ari dan Aji, (2015) selain itu juga disebutkan bahwa

    selama fermentasi akan terjadi penurunan pH hingga hari ke 6 namun setelah itu pH

    menjadi stabil dan tidak terjadi penurunan pH. Selama pembentukan lapisan nata

    tersebut memerangkap sebagian bakteri dan menghasilkan gas karbon dioksida sehingga

    lapisan nata tersebut mengapung dipermukaan. (Rizal et al., 2013). Ditambahkan pula

    oleh Palungkun (1996) yang menyebutkan bahwa terapungnya lapisan nata disebabkan

    karena adanya gelembung gas CO2 yang melekat pada jaringan selulosa, sehingga

    menyebabkan jaringan tersebut terangkat ke permukaan cairan.

    Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa ketebalan dari lapisan nata de coco yang

    dibuat tiap kelompok berbeda-beda, ada yang tebal dan tipis. Untuk kelompok B1,B2

    dan B5 memiliki persentase lapisan nata yang besar yaitu 40-50% sedangkan kelompok

    B3 dan B4 persentase nata hanya 17-25%. Persentase yang besar menunjukan nata yang

    terbentuk tebal. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar nata yang terbentuk

    kokoh, tebal, kenyal putih dan tembus pandang yaitu komposisi medium, suhu inkubasi,

    pH serta penggunaan starter (Rizal et al., 2013). Tingkat keaseptisan dalam penambahan

    starter nata juga berpengaruh pada ketebalan nata yang dihasilkan. Nata yang tipis

    dikarenakan tumbuhnya mikroorganisme lain yang menggunakan kadar gula dalam

    substrat sehingga pembentukan nata kurang maksimal (Tranggono & Sutardi, 1990).

    Disebutkan pula oleh Rizal et al., (2013), bahwa wadah berpengaruh pada efektivitas

    dan efisiensi serta mempertinggi hasil dari nata. Wadah yang digunakan paling baik

    adalah yang berbentuk segi empat dan memiliki luas permukaan yang besar sehingga

    pertukaran oksigen dapat berlangsung baik. Dalam praktikum ini tiap kelompok

  • 3

    menggunakan wadah dengan ukuran yang berbeda-beda sehingga tinggi awal dari

    media juga berbeda serta memungkinkan pertukaran oksigen tidak maksimal sehingga

    nata yang terbentuk memiliki hasil ketebalan yang berbeda-beda. Warna putih pada nata

    yang dihasilkan dikarenakan terbentuknya jalinan selulosa dari metabolisme gula

    menjadi selulosa oleh acetobacter xylinum. (Rizal et al., 2013). Sumber nutrisi bagi

    pertumbuhan acetobacter xylinum yang paling baik adalah jika menggunakan fruktosa

    sebagai sumber karbon dan urea sebagai sumber nitrogennya. Dalam urea terdapat

    banyak nitrogen. Dengan semakin tingginya nitrogen maka lapisan nata akan semakin

    tebal (Hamad et al., 2013).

    Menurut Ari dan Aji, (2015), pemanasan dilakukan hingga mencapai suhu 80o lalu

    didinginkan hingga 30oC namun dalam praktikum tidak diukur suhu saat pemanasan

    media sehingga masih memungkinkan tersisa mikroba kontaminan sehingga ketebalan

    nata kurang maksimal dan berbeda-beda selain itu juga menyebabkan nata de coco yang

    dihasilkan tidak dapat dilakukan uji sensori. Permasalah utama penyebab gagalnya nata

    yang dihasilkan adalah bibit nata yang digunakan tidak murni bakteri selulosa seperti

    acetobacter, rhizobium, agrobacterium, dan sarcina (Melliawati, 2008).

  • 4

    3. KESIMPULAN

    Nata de coco merupakan salah satu produk fermentasi yang terbuat dari air kelapa

    oleh mikroba Acetobacter xylinum.

    Komponen utama dari nata de coco adalah selulosa

    Wujud dari nata yaitu berupa sel dengan warna putih hingga abu-abu muda,

    bertekstur kenyal seperti kolang-kaling dan tembus pandang.

    Selama proses fermentasi, terjadi metabolisme glukosa dalam air kelapa yang diubah

    menjadi selulosa

    Tujuan dari pembuatan media ini adalah untuk membentuk kondisi pertumbuhan

    yang sesuai sehingga biakan subur dan murni selain itu juga berfungsi sebagai

    sumber makanan bagi biakan

    Air kelapa merupakan medium yang cocok bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum

    karena mengandung gula, asam amino, protein dan juga vitamin serta mineral

    Pertumbuhan Acetobacter xylinum memerlukan sumber nutrisi C,H dan N serta

    mineral yang dikontrol dalam medium.

    Air kelapa memiliki sumber nutrisi yang dibutuhkan namun tetap perlu tambahan

    dari luar karena sumber nutrisi C dan N masih kurang

    Tujuan dari dilakukannya penyaringan ini adalah untuk memisahkan kotoran-kotoran

    yang terdapat dalam air kelapa

    Perebusan bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba kontaminan yang terdapat

    dalam air kelapa serta membunuh bakteri patogen

    Penambahan gula sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum

    serta berperan dalam pembentukan tekstur, flavor dan penampakan nata de coco

    yang ideal, dan sebagai pengawet alami

    Penambahan gula yang optimal dalam pembuatan nata de coco adalah 10%.

    Penambahan ammonium sulfat berfungsi sebagai sumber nitrogen anorganik selain

    itu juga menghambat pertumbuhan dari Acetobacter acesi yang menghambat

    tumbuhnya Acetobacter xylinum

    pH yang optimum untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum adalah antara 4,0

    hingga 4,5.

  • 5

    Faktor yang perlu diperhatikan agar nata yang terbentuk kokoh, tebal, kenyal putih

    dan tembus pandang yaitu komposisi medium, suhu inkubasi, pH serta penggunaan

    starter

    Wadah yang digunakan paling baik adalah yang berbentuk segi empat dan memiliki

    luas permukaan yang besar sehingga pertukaran oksigen dapat berlangsung baik.

    Suhu inkubasi yang sesuai adalah dengan suhu 28oC 30oC.

    Lapisan nata mengapung dipermukaan karena adanya gas CO2 yang dihasilkan

    selama fermentasi.

    Semakin tinggi kadar nitrogen dalam media maka lapisan nata de coco semakin

    tebal.

    Semarang, 5 Juli 2015

    Asisten dosen :

    - Nies Mayang

    - Wulan Apriliana Dewi

    William Wibowo

    (12.70.0052)

  • 4. DAFTAR PUSTAKA

    Ari N,D; Aji,P. (2015). Characterization of Nata de Coco Produced by

    Fermentation of Immobilized Acetobacter xylinum. Agriculture and Agricultural

    Science Procedia 3 ( 2015 ) 278 282.

    Astawan, M. dan M. W. Astawan. (1991). Teknologi Pengolahan Nabati Tepat Guna

    Edisi Pertama. Akademika Pressindo. Bogor.

    Atlas, R. M. (1984). Microbiology Fundamental And Applications. Mc Milland

    Publishing Company. New York.

    eBookPangan, (2006). Perencanaan Produksi Nata De Coco Mentah Dan Siap-Santap.

    http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/PERENCANAAN-

    PRODUKSI-NATA-DE-COCO-MENTAH-DAN-SIAP-SANTAP.pdf. diakses 5 Juli

    2015.

    Halib, Nadia; Mohd. Gairul Iqbal; and Mohd Amin. (2012). Physicochemical

    Properties and Characterization of Nata de Coco fromLocal Food Industries as a

    Source of Cellulose. Sains Malaysiana 41(2)(2012): 205211.

    Hamad A. Dan Kristiono. (2013). Pengaruh Penambahan Sumber Nitrogen

    Terhadap Hasil Fermentasi Nata De Coco. Momentum, Vol.9 no.1 hal 62-65.

    Iguchi, M., Yamanaka, S. & Budhiono, A. (2000). Bacterial Cellulose A Masterpiece Of

    Nature's Arts. Journal Of Material Science 35 261 - 270.

    Melliawati, R. (2008). Kajian Bahan Pembawa untuk Meningkatkan Kualitas

    Inokulum Pasta Nata de Coco. BIODIVERSITAS Vol. 9, No. 4,hal. 255-258.

    Palungkun, R. (1992). Aneka Produk Olahan Kelapa. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Palungkun, R. (1996). Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Pambayun, R. (2002). Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Kanisius. Yogyakarta.

    Pato, U. & Dwiloka, B. (1994). Proses & Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Pembentukan Nata de Coco. Sains Teks I (4) : 70-77.

    Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. ARCAN Pusat Antar Universitas Pangan

    dan Gizi IPB. Bandung.

    Rizal, H.D; Pandiangan D.M; Abdullah Saleh. (2013). Pengaruh Penambahan Gula,

    Asam Asetat Dan Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Nata De Corn. Jurnal

    Teknik Kimia No.1, Vol. 19

    Sunarso. (1982). Pengaruh Keasaman Media Fermentasi Terhadap Ketebalan Pelikel

    pada Pembuatan Nata de Coco. Skripsi. UGM. Yogyakarta.

  • 7

    Tranggono & Sutardi. (1990). Biokimia & Teknologi Pasca Panen. PAU Pangan & Gizi

    UGM. Yogyakarta.

    Volk, W.A. & M.F. Wheeler. (1993). Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

    Widayati, Eny; Sutarno; dan Setyaningsih, Ratna. (2002). Seleksi Isolat Bakteri untuk

    Fermentasi Asam Laktat dari Air Kelapa Varietas Rubescent (Cocos nucifera L. var.

    rubescent). Biosmart Volume 4 Nomor 2 Halaman 32-35.

  • 8

    5. LAMPIRAN

    5.1.Perhitungan

    Rumus:

    PersentaseLapisanNata = 100%x Awal Media Tinggi

    NataKetebalan Tinggi

    Kelompok B1

    H0 Persentase Lapisan Nata = 100%x 1

    0 = 0%

    H7 Persentase Lapisan Nata = 100%x 2

    0,3 = 15%

    H14 Persentase Lapisan Nata = 100%x 2

    0,8= 40%

    Kelompok B2

    H0 Persentase Lapisan Nata = 100%x 1

    0 = 0%

    H7 Persentase Lapisan Nata = 100%x 1,5

    0.5= 33,33%

    H14 Persentase Lapisan Nata = 100%x 1,5

    0,6 = 40%

    Kelompok B3

    H0 Persentase Lapisan Nata = 100%x 1,2

    0 = 0%

    H7 Persentase Lapisan Nata = 100%x 2,9

    0,3 = 10,34%

    H14 Persentase Lapisan Nata = 100%x 2,9

    0,5= 17,24%

    Kelompok B4

    H0 Persentase Lapisan Nata = 100%x 1

    0 = 0%

    H7 Persentase Lapisan Nata = 100%x 2

    0,4 = 20 %

  • 9

    H14 Persentase Lapisan Nata = 100%x 2

    0,5 = 25 %

    Kelompok B5

    H0 Persentase Lapisan Nata = 100%x 1

    0 = 0%

    H7 Persentase Lapisan Nata = 100%x 1,5

    0,5 = 33%

    H14 Persentase Lapisan Nata = 100%x 1,5

    0,8 = 53%

    5.2.Abstrak Jurnal

    5.3.Report Viper

    5.4.Laporan Sementara