makalah pengelolaan sampah (produksi bersih kawasan industri nata de coco)

44
MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH APLIKASI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (PENGELOLAAN LIMBAH PADAT) PADA INDUSTRI NATA DE COCO Disusun Oleh: Nama NIM Ade Arya Perdana 0809035017 Amirul Irdiansyah 1109045012 Mita Sari 1109045057 Reny Yulianti 1109045013 Rezkie Zulfikri 1109045018 Rossy Laine Silalahi 1109045056 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN 1

Upload: reny-yulianti

Post on 25-Dec-2015

166 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

makalah pengelolaan sampah, sampah padat

TRANSCRIPT

MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH

APLIKASI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (PENGELOLAAN LIMBAH PADAT) PADA INDUSTRI

NATA DE COCO

Disusun Oleh:

Nama NIMAde Arya Perdana 0809035017

Amirul Irdiansyah 1109045012

Mita Sari 1109045057

Reny Yulianti 1109045013

Rezkie Zulfikri 1109045018

Rossy Laine Silalahi 1109045056

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2013

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Pengelolaan Sampah. Tugas ini

disusun berdasarkan dari hasil analisis berbagai macam sumber khususnya dari jurnal-

jurnal yang berkaitan dengan judul makalah ini yaitu “Aplikasi Penerapan Produksi

Bersih (Pengelolaan Limbah Padat) Pada Industri Nata De Coco”

Tugas ini bertujuan untuk menganalisis apa saja opsi-opsi yang dapat digunakan dalam

penerapan aplikasi produksi bersih pada suatu kawasan industri, seperti yang salah-

satunya diangkat dalam makalah ini, yaitu pada industri nata de coco.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami

mengharap saran dan kritikan yang membangun guna memperbaiki tugas ini agar

dimasa yang akan datang lebih baik lagi. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi setiap

orang yang membacanya.

Samarinda, 15 April 2013

Penyusun

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi Bersih Pada Kawasan Industri.........................................................6

2.2 Penerapan Produksi Bersih Pada Industri.....................................................14

2.3 Produksi Bersih Dan Simbiose Industri........................................................16

BAB III ISI

3.1 Gambaran Umum Nata de coco....................................................................18

3.2 Opsi Aplikasi Produksi bersih......................................................................22

3.3 Keuntungan Adanya Aplikasi Produksi Bersih............................................26

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan...................................................................................................27

4.2 Saran.............................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri nata de coco merupakan salah satu industri pangan yang mengolah air kelapa

untuk dijadikan nata baik yang siap dikonsumsi maupun yang dijual kembali dalam

bentuk mentah untuk digunakan oleh industri lain. Di Kota Padang dan Bogor ini, usaha

industri kecil yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku air kelapa menjadi

minuman segar nata de coco telah berkembang dalam beberapa tahun belakangan ini.

Akan tetapi, kegiatan produksi dari industri nata de coco banyak menghasilkan limbah

yang jika dibuang akan membahayakan bagi lingkungan. Limbah ini bisa

mengakibatkan terjadinya pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran lahan

pertanian dan sebagainya. Limbah yang dihasilkan dari industri nata dapat ditangani

dengan menerapkan konsep produksi bersih, sehingga mengurangi biaya penanganan

limbah, mengurangi kerusakan lingkungan dan dapat mendatangkan keuntungan bagi

industri nata de coco. Upaya penerapan produksi bersih ini dapat dilakukan dalam

seluruh kegiatan perusahaan.

Oleh karena itu, industri nata de coco sebagai salah satu industri kecil minuman ringan

yang banyak terdapat di kota Padang dan Bogor perlu melakukan upaya untuk

menerapkan konsep produksi bersih yang sebaik-baiknya.

Tujuan dari kegiatan penerapan produksi bersih pada industri minuman ringan nata de

coco adalah: memperkenalkan konsep produksi bersih pada industri kecil minuman

ringan nata de coco, memberikan opsi produksi bersih yang mungkin dilaksanakan oleh

industri nata de coco,mengurangi limbah yang dihasilkan dari produksi nata de coco

dan meningkatkan pendapatan pengusaha industri kecil nata de coco dengan kegiatan

pengolahan limbah yang dilakukan.

4

Diharapkan dengan adanya uraian mengenai opsi aplikasi penerapan produksi bersih

pada industri nata de coco dapat meminimalisir limbah yang dihasilkan dari adanya

kegiatan produksi nata de coco di kota Padang dan Bogor.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bahan apa saja yang termasuk limbah padat dari hasil kegiatan Industri Nata de

coco.

b. Bagaimana proses atau aplikasi dalam pengelolaan dan pengolahan limbah padat

yang dihasilkan dari kegiatan Industri tersebut.

c. Apa saja keuntungan dari adanya aplikasi produksi bersih di Industri tersebut.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produksi Bersih Pada Kawasan Industri

Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern berhubungan langsung

dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan

sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa

mengabaikan lingkungan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam

waktu yang relatif cepat maupun dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan

merupakan suatu upaya dan pola pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam

yaitu suatu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa

mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Pada era global dan pasar bebas sekarang ini, industri dihadapkan pada persaingan yang

ketat, sehingga keunggulan komparatif yang menjadi andalan pada masa lalu sudah tak

mampu untuk menghadapi tantangan pasar bebas. Peningkatan efisiensi merupakan

salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing terhadap produk-produk sejenis dari

Negara tetangga maupun Negara lain yang masuk ke Indonesia dan juga dalam

melakukan produk ekspor ekspor. Hanya dengan keunggulan kompetitif dan produk

yang berkualitas yang akan mampu berkembang dan memenangkan persaingan dalam

pasar bebas.

Berbagai proses produksi dan penyelenggaraan jasa menuju pada suatu system yang

mempertimbangkan aspek keunggulan dan kepuasan konsumen. Harga suatu produk

dan layanan jasa besaing dengan ketat, sementara tuntutan kualitas semakin tinggi.

Produsenpun mulai dituntut berbagai aturan dan standar yang berhubungan dengan

lingkungan seperti ISO 14001 dan Ecolabeling.

Limbah dan emisi merupakan hasil yang tak diinginkan dari kegiatan industri. Sebagian

besar industri masih berkutat pada pola pendekatan yang tertuju pada aspek limbah.

Bahkan masih ada yang berpandangan bahwa limbah bukanlah menjadi suatu

6

permasalahan dan kalau perlu keberadaannya tidak diperlihatkan. Pihak industri

mungkin masih belum menyadari bahwa sebenarnya ”limbah” sama dengan ”uang” atau

pengertian tentang limbah yang terbalik, artinya bahwa limbah merupakan uang atau

biaya yang harus dikeluarkan dan mengurangi keuntungan. Memang benar bahwa

dengan mengabaikan persoalan limbah, keuntungan tidak akan berkurang untuk jangka

pendek.

Pihak industri yang demikian mungkin belum melihat faktor biaya yang berkaitan

dengan ”image” perusahaan dan tuntutan pembeli dari luar negri yang mensyaratkan

pengelolaan lingkungan dengan ketat. Kita melihat bahwa ada peluang yang sebenarnya

mempunyai nilai ekonomi tinggi tetapi pada akhirnya terlepas karena mengabaikan

aspek lingkungan.

Produksi Bersih merupakan model pengeloaan lingkungan dengan mengedepankan

bagaimana pihak manajemen untuk selalu berpikir agar dalam setiap kegiatan yang

dilakukan mempunyai efisiensi tinggi sehingga timbulan limbah dari sumbernya dapat

dicegah dan dikurangi. Penerapan Produksi Bersih akan menguntungkan industri karena

dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi

lebih baik. Penerapan Produksi Bersih di suatu kawasan industri dipakai sebagai

pendekatan untuk mewujudkan Kawasan Eco-industrial (Kawasan Industri Berwawasan

Lingkungan). Penerapan Produksi Bersih di kawasan akan memberikan keuntungan

berlebih dibanding dengan keuntungan yang diperoleh industri secara sendiri-sendiri.

Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air dan energi,

dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi

timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran seringkali digunakan untuk maksud

yang sama dengan istilah Produksi Bersih. Demikian pula halnya dengan Eco-efficiency

yang menekankan pendekatan bisnis yang memberikan peningkatan efisiensi secara

ekonomi dan lingkungan.

7

Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya

pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan dan bagaimana

daur hidup suatu produk. Pengelolaan pencemaran dimulai dengan melihat sumber

timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi

sampai ke konsumen dan produk menjadi limbah. Pendekatan pengelolaan lingkungan

dengan penerapan konsep produksi bersih melalui peningkatan efisiensi merupakan pola

pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya saing.

Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan dampak lingkungan

terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses, produk, jasa untuk

meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko terhadap manusia

maupun lingkungan (UNEP, 1994). Produksi Bersih, menurut Kementerian Lingkungan

Hidup, didefinisikan sebagai: Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif,

terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke

hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan

mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko

terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (KLH,2003).

Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata kunci yang dipakai untuk

pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran, proses, produk, jasa,

peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Dengan demikian maka perlu perubahan

sikap, manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan dan evalusi teknologi yang

dipilih.

Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan

baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-bahan berbahaya dan

beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum

meninggalkan proses.

8

Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama

daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir

setelah produk tersebut tidak digunakan.

Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan lingkungan ke dalam

perancangan dan layanan jasa. Penerapan Produksi Bersih sangat luas mulai dari

kegiatan pengambilan bahan termasuk pertambangan, proses produksi, pertanian,

perikanan, pariwisata, perhubungan, konservasi energi, rumah sakit, rumah makan,

perhotelan, sampai pada sistem informasi.

Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan

limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle,

Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih

dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-

think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle).

Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung

dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.

Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki pada

saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi :

o Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun

produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.

o Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan

dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah,

masyarakat maupun kalangan usaha.

Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan

limbah pada sumbernya.

Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu

limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.

Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah

dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia dan

biologi.

9

Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-bahan

yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan

ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn fisika, kimia dan biologi.

Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu

ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan Pengurangan

(1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih menimbulkan

pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle,

dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah.

Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan

limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan:

1.Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah

dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan pengolahan

agar buanagn memenuhi baku mutu lingkungan.

2.Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang

termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus.

Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih dan

pengolahan limbah sampai dengan pembuangan.

Penekanan dilakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan

pengolahan maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya

dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan.

Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (Eco-Industrial Park/ Esatate) merupakan

sekumpulan industri dan bisnis jasa yang berlokasi pada suatu tempat di mana pelaku-

pelaku di dalamnya secara bersama meningkatkan kinerja lingkungan, ekonomi dan

sosialnya melalui kerjasama dalam mengelola issu lingkungan dan sumberdaya. Dengan

cara bekerjasama akan diperoleh manfaat bersama yang lebih besar dibanding

penjumlahan manfaat yang diperoleh oleh setiap industri. Bahasan komprehensif

mengenai Kawasan Indutri Berwasasn Lingkungan dilakukan oleh Lowe.

10

Tujuan dari Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan adalah untuk memperbaiki

kinerja ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dengan cara meminimalkan dampak

lingkungannya. Pola pendekatan yang dipakai meliputi desain infrastruktur kawasan

dan pabrik berwawasan lingkungan, produksi bersih, efisiensi energi, dan kemitraan

antar perusahaan.

Suatu kawasan industri tidak serta merta dapat menyatakan sebagai kawasan industri

berwawasan lingkungan sekedar hanya telah melaksanakan satu atau beberapa hal

sebagai berikut:

- pertukaran satu jenis produk samping

- sebagai kluster bisnis daur ulang

- kumpulan perusahaan berteknologi ramah lingkungan

- kumpulan perusahaan yang membuat produk ramah lingkungan

- kawasan industri yang dirancang dengan satu tema lingkungan seperti

pemanfaatan energi tenaga sinar matahari

- kawasan yang memiliki infrastruktur atau konstruksi ramah lingkungan

- pengembangan kawasan multi-pakai untuk industri, komersial dan permukiman

Beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan industri berwawasan

lingkungan melalui :

1. Eco-industrial park (estate) (EIP / EIE) – kawasan industri yang dikembangkan dan

dikelola untuk mencapai manfaat lingkungan, ekonomi dan sosial sebanyak mungkin

dan juga manfaat bisnis.

2.Virtual Eco-Industrial Park – industri-industri di suatu daerah yang tidak harus berada

dalam sustu kawasan, namun terhubung melalui pertukaran limbah dan kerjasama

pada tingkatan yang berbeda

3. By-product exchange (BPX) – sekelompok perusahaan yang saling mempertukarkan

dan menggunakan produk samping (energi, air, dan bahan) daripada membuangnya

sebagai limbah. Istilah-istilah yang sering dipakai BPX adalah industrial ecosystem,

by-product synergy, industrial symbiosis, industrial recycling network, green

twinning, zero emission network.

11

4. Eco-industrial network (EIN)- sekelompok perusahaan di suatu daerah yang bekerja

sama untuk meningkatkan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi Konsep dasar

dalam pengembangan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi ekologi

industri, produksi bersih, perencanaan kota, aristektur, dan konstruksi berkelanjutan

Beberapa dasar ekologi industri yang dipakai untuk mengembangkan Kawasan Industri

Berwawasan Lingkungan meliputi :

1.Memadukan suatu perusahaan ke dalam ekosistem industri, menggunakan pendekatan

¨ Lingkar tertutup melalui pakai ulang dan daur ulang

¨ Memaksimalkan efisiensi pemakaian bahan dan energi

¨ Meminimisasi timbulan limbah

¨ Memanfaatkan semua limbah sebagai produk-produk potensial dan mencari pasar

limbah

2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran ke dalam kapasitas ekosistem alam

3. Mengurangi beban lingkungan yang diakibatka oleh adanya pelepasan energi dan

bahan ke lingkungan

4. Merancang antarmuka industri dengan alam terkait dengan karakteristik dan

sensitivitas (kepekaan) alam

5. Menghindari atau meminimisasi penciptaan dan transportasi bahan-bahan berbahaya

dan beracun, dengan membuatnya secara lokal bila diperlu

6. Merekayasa ulang (re-engineer) pemakaian energi dan bahan-bahan untuk

keperluan industri.

7. Merancang ulang proses untuk mengurangi pemakaian energi

8. Mengganti teknologi dan desain produk untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan

yang penyebarannya kurang memungkinkan untuk dilakukan pungut ulang

(recapture)

9. Membuat produk menggunakan bahan sesedikit mungkin (Dematerialisasi)

10. Penyesuaian kebijakan industri dengan perspektif jangka panjang dari evolusi sistem

Industri.

11. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan sosial dan ekonomi

masyarakat lokal

12. Mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan kesempatan kerja

12

13. Memperkecil dampak pembangunan industri pada sistem regional melalui berbagai

investasi dalam program-program masyarakat

Dasar-dasar Desain dan Konstruksi Berkelanjutan yang diterapkan mulai dari

pengembangan, perencanaan, desain, konstruksi, operasi, dan dekonstruksi. Aspek yang

perlu dipertimbangkan meliputi sumberdaya energi, air, bahan baku, dan tanah. Prinsip-

prinsip yang dipakai meliputi : konservasi (conservation), pakai ulang (reuse), dapat

diperbarui/daur ulang (renew/recycle), perlindungan alam (protect nature), tidak

beracun (non-toxic) dan perpaduan (integrasi).

1. Konservasi (Conservation): Meminimasi pemakaian sumberdaya

¨ Merancang efisiensi energi untuk desain bangunan, sistem pemanasan, ventilasi,

air conditioning, dan penerangan

¨ Menggunakan penerangan sinar matahari pada siang hari

2. Pakai Ulang (Reuse) :

- Memilih bahan-bahan yang dapat didesain tahan lama.

- Memaksimalkan pemakaian ulang sumber daya

¨ Mengembangkan wilayah yang sudah ada daripada membuka lahan baru

¨ Menggunakan kembali bahan-bahan, produk-produk bangunan

¨ Melakukan pengolahan air sehingga dapat dipakai ulang

3. Dapat diperbarui /Daur ulang (Renew/Recycle) :

- Menggunakan sumberdaya yang dapat diperbarui dan dapat didaur ulang

¨ Menggunakan bahan-bahah bangunan yang mengandung bahan yang dapat diadaur

ulang

¨ Menggunakan kayu-kayu dari hutan berkelanjutan

4. Perlindungan Alam (Protect Nature) : Melakukan perlindungan terhadap alam

¨ Meminimasi kerusakan lingkungan pada saat persiapan dan pembangunan

¨ Memilih bahan-bahan yang mempunyai dampak lingkungan reandah pada saat

pengambilan dan pemrosesan

5. Tidak-Beracun (Non-toxic) :

-Menciptakan lingkungan yang sehat,bebas dari bahan-bahan beracun

¨ Memilih material dan peralatan yang tidak beracun

13

¨ Menyediakan udara segar bagi semua penghuni

6. Perpaduan (Integrasi) :

-Memadukan desain bangunan dan infrastruktur ke dalam lingkungan alam dan

Perencanaan tata ruang dengan memanfaatkan danau, lahan basah yang telah ada

dan tanam-tamanan asli daerah untuk menangkap limpahan air.

¨ Mengembangkan untuk mengurangi dampak dari pengembangan sistem

transportasi masyarakat.

2.2 Penerapan Produksi Bersih Pada Industri

Penerapan Produksi Bersih pada industri secara individual merupakan salah satu

langkah dalam mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Tahapan

penerapan meliputi : perencanaan dan organisasi, kajian produksi bersih, penentuan

prioritas dan analisis kelayakan, implementasi, monitoring dan evaluasi, dilanjutkan

dengan keberlanjutan.

Langkah 1 : Perencanaan dan Organisasi

Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi produksi

bersih. Sasaran peluang Produksi Bersih yang dikaitkan dengan bisnis dan adanya

komitmen dari manajemen puncak. Pihak industri juga melakukan identifikasi

hambatan dan penyelesaiannya, identifikasi sumber daya luar yang menyediakan

informasi dan ahli Produksi Bersih. Program yang kaan dijalankan dikomunikasikan ke

semua karyawan dilanjutkan dengan pembentukan im yang menangani produksi bersih.

Langkah 2 : Kajian dan Identifikasi Peluang

Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk

memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi peluang

peluang Produksi Bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan lapangan

berupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas, pencegahan dan

pengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya. Akar permasalahan yang

menyebabkan tidak efisien dan adanya timbulan limbah dicari penyebabnya sehingga

dapat memilih tindakan dan teknik untuk memecahkan masalah dengan

mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin.

Langkah 3 : Analisis Kelayakan dan Penentuan Prioritas

14

Menentukan pilihan Produksi Bersih, berdasarkan keuntungan (biaya yang dikeluarkan

dan pendapatan / penghematan yang diperoleh), resiko yang dihadapi, tingkat

komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan ekonomi. Analisis

kelayakan ekonomi dilakukan secara rinci bagi peluang yang memerlukan investasi

besar. Agar industri tertarik untuk mengimplementasikan Produksi Bersih, dicari

peluang berdasarkan urutan kebutuhan biaya yaitu tanpa biaya (no cost), biaya rendah

(low cost) dan biaya tingi (high cost)

Langkah 4 : Implementasi

Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket dan rencana tindakan yang

dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan dan mengalokasikan

sumberdaya yang diperlukan. Selanjutnya melaksanakan program dan menekankan

pada para karyawan bahwa Produksi Bersih sebagai bagian dari pekerjaan, mendorong

inisiatif dari mereka sebagai umpan balik pelaksanaan. Agar implemetasi dapat dipantau

kemajuannnya maka perlu dikembangkan indikator kinerja efisiensi, lingkungan, dan

kesehatan dan keselamatan kerja.

Langkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, Modifikasi

Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan Produksi

Bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai, apakah sesuai dengan

rancangan ataukah tidak. Kelemahan pencatatan data yang kurang seringkali

menghambat pengukuran kinerja, sehingga pelaporan peningkatan efisiensi dan

penurunan timbulan limbah tidak dapat dihitung dengan tepat. Pada saat pemantauan

dilakukan pendokumentasian program. Melakukan tinjauan ulang secara periodik

pelaksanaan Produksi Bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis.

Langkah 6 : Perbaikan Berkelanjutan

Hal yang tak kalah penting adalah merayakan keberhasilan, mempertahankan target

telah dicapai, dan selanjutnya mengimplementasikan untuk peluang lainnya. Produksi

Bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program sehingga

industri akan melakukan perbaikan berkelanjutan. Keberhasilan penerapan Produksi

Bersih pada industri sudah cukup banyak, baik pada industri skala kecil, menengah

maupun besar untuk berbagai jenis produk industri.

Sebagai contoh keberhasilan penerapan produksi bersih dapat disampaikan sebagai

berikut :

15

1. Industri elektroplating di Sidoarjo :

- menata ulang peralatan proses dapat menghemat pemakaian energi listrik sampai 25

persen

- penggantian bahan baku beracun senyawa sianida dengan senyawa asam

menurunkan biaya produksi sebesar 10 persen.

2. Industri cor besi di Ceper Klaten

- Penggantian dapur tungkik menjadi dapur kupola mengurangi pemakaian cokes dari

1/7 menjadi 1/12 (bag cokes/bag besi scrap)

- Pemakaian dapur induksi meningkatkan kualitas produk, penurunan biaya produksi,

dan pengurangan emisi gas serta limbah padat

- Daur ulang pasir cetakan mengurangi pemakaian bahan baku pasir

2.3 Produksi Bersih Dan Simbiose Industri

Produksi Bersih yang diterapkan secara individual pada industri di suatu kawasan

memberikan manfaat besar yang dirasakan oleh industri tersebut. Manfaat yang dapat

dirasakan berupa peningkatan efisiensi pemakaian bahan baku dan energi, penurunan

timbulan limbah dan peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan kesehatan dan

keselamatan kerja. Beberapa hal terkait dengan keberhasilan penerapan Produksi Bersih

di industri, dapat diambil contoh, pemakaian air menjadi berkurang sehingga industri

mempunyai kelebihan pasokan air, peningkatan efisiensi energi sehingga industri

mempunyai daya yang berlebih yang masih dapat dimanfaatkan, adanya limbah industri

yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku, kapasitas instalasi pengolah air limbah

dan insinerator berlebih karena adanya penurunan timbula limbah cair maupun padat.

Kerjasama antar industri di suatu kawasan akan memberi manfaat yang jauh lebih besar

daripada industri menerapkan Produksi Bersih secara sendiri-sendiri. Beberapa

kerjasama dalam bentuk simbiose industri yang saling menguntungkan dapat dilakukan,

seperti :

- pemanfaatan kelebihan pasokan air dan energi

- penyediaan instalasi pengolah limbah bagi industri lain

- pertukaran produk samping

- pemanfaatan limbah sebagai bahan baku bagi industri lain (waste to product)

- pembentukan industri jasa reparasi peralatan

16

- pembentukan forum untuk saling tukar menukar informasi

- penelitian dan pengembangan

Sebagai ilustrasi keberhasilan simbiose industri sebagai berikut :

1. Sentra Industri Cor Logam.

Produk samping pemesinan (gram) cor besi semula tidak dimanfaatkan dengan baik.

Dengan adanya industri yang menggunakan dapur induksi, gram dari beberapa industri

cor dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan baku. Gram yang telah dilakukan

pengecoran digunakan sebagai salah satu bahan baku cor.

2. Jejaring Industri

Pabrik gula menggunakan batubara sebagai bahan bakan menimbulkan limbah cokes

yang mempunyai kadar karbon tinggi. Limbah cokes dimanfaatkan oleh industri cor

logam.

3. Kawasan Industri

Bidang K3LH industri-industri di Kabupaten Semarang membentuk forum pertukaran

informasi terkait dengan K3 dan lingkungan. Penerapan PB di salah satu industri tekstil

telah mengurangi pemakaian air dan menurunkan timbulan limbah. Merencanakan

untuk mengoptimalkan IPAL dan incinerator bagi industri-industri di sekitarnya.

Menyediakan layanan pengolahan bagi IKM bila mendapat dukungan dari pemerintah.

Model ini banyak dijumpai pada berbagai kawasan industri di Indonesia.

17

BAB III

ISI

3.1 Gambaran Umum Nata de coco

Nata de coco adalah makanan yang terbuat dari bahan-bahan seperti air kelapa, sari

nanas dan sari buah lainnya, dengan adanya pertolongan bakteri Acetobacter xylinum

(Brown), maka komponen gula yang terdapat di dalam substrat diubah menjadi suatu

bahan yang menyerupai gel dan terbentuk dipermukaan medium.

Nata de coco berasal dari Filipina. Hal ini bias dipahami karena Filipina merupakan

salah satu Negara penghasil kelapa yang cukup besar di dunia. Filipina termasuk Negara

yang paling banyak mendapatkan devisanya dari produk kelapa.

Nata de coco merupakan suatu pertumbuhan yang menyerupai gel yang terapung pada

permukaan medium yang mengandung gula dan asam yang dihasilkan mikroorganisme

Acetobacter xylinum. Nata de coco merupakan makanan rendah kalori yang cocok

untuk penderita diabetes. Nata de coco adalah selulosa bacterial yang mengandung air

kurang lebih 98% dengan tekstur yang agak kenyal.

Bahan baku pembuatan nata de coco adalah air kelapa yang sudah tua, air kelapa yang

akan dijadikan nata de coco jangan tercampur dengan benda lain. Jika bercampur

dengan air, kualitas nata de coco yang dihasilkan akan rendah. Jika bercampur dengan

garan, tidak akan terbentuk nata de coco karena bakteri Acetobacter xylinum tidak bias

tumbuh dalam media yang asin. Air kelapa bias diperoleh dari pabrik-pabrik kopra,

pasar tradisional dan tempat-tempat pemarutan kelapa. Setiap satu liter akan

menghasilkan 1 kg nata.

Proses pembuatan nata de coco pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Air kelapa disaring dengan menggunakan kain penyaring kemudian dimasak

selama kurang lebih 1 jam dan didinginkan,

2. Mencampurkan gula pasir, asam cuka, ZA dan cairan bibit kedalam air kelapa

yang telah dimasak dan kemudian diaduk,

18

3. Masukkan campuran tersebut (media fermentasi) kedalam baki (cetakan)

kemudian ditutup dengan kertas Koran yang diikat dengan tali karet,

4. Dan setelah 7 hari nata de coco siap dipanen

19

- Diagram alir proses pembuatan nata de coco

20

Cara penerapan opsi produksi bersih diatas akan dijelaskan dalam bentuk tabel dibawah

ini, yaitu:

No.Opsi Produksi

BersihCara Pelaksanaannya

Manfaat

bagi

Lingkungan

1 Pemanfaatan kotoran

hasil penyaringan,

perebusan dan limbah

pembersihan kulit

untuk pembuatan

pupuk organik serta

Kumpulkan semua kotoran (limbah)

tersebut dalam satu wadah, lalu campur

dengan kapur tohor (100 kg hasil panen

yang gagal dicampur dengan 10 kg kapur

tohor). Fungsi kapur tohor adalah untuk

menetralkan pH bahan pupuk. Setelah

Mengurangi

pencemaran

karena

limbah padat

dan semi

21

biogas tercampur rata, biarkan selama ± 2 jam,

pupuk tersebut sudah siap digunakan.

Untuk biogas dijelaskan pada subbab 3.2

padat

2 Pemanfaatan kembali

sisa cairan fermentasi

Kumpulkan semua sisa cairan fermentasi

dalam dandang, kemudian direbus

kembali, dimasukkan kedalam botol,

didinginkan, lalu tambahkan biakan

murni, setelah itu dilakukan pemeraman

selama satu minggu, maka starter (bibit)

sudah dapat digunakan.

Mengurangi

pencemaran

karena

limbah cair

3 Pemanfaatan kembali

air sisa rendaman, air

pembersihan kulit dan

pencucian, sisa air

perendam potongan

nata serta air

perebusan potongan

nata

Air sisa dari berbagai proses tersebut

diendapkan, kemudian dituangkan ke

drum penyaringan yang sudah berisi

bahan penyaringan (pasir, kerikil, ijuk,

arang, batu bata, ijuk). Air hasil

penyaringan ini bisa digunakan kembali.

Mengurangi

pencemaran

karena

limbah cair

4 Pemanfaatan sisa

potongan nata untuk

pembuatan minuman

jelly drink

Sisa potongan nata direbus hingga hilang

baunya dan bersih (berwarna putih),

kemudian diblender sampai halus. Hasil

blenderan ini direbus kembali dengan air,

ditambahkan gula dan flavour. Kemudian

dikemas dalam kemasan gelas plastik.

Mengurangi

pencemaran

karena

limbah semi

padat

5 Pemanfaatan sisa

potongan nata untuk

pembuatan pupuk

organik

Kumpulkan semua kotoran (limbah)

tersebut dalam satu wadah, lalu campur

dengan kapur tohor (100 kg hasil panen

yang gagal dicampur dengan 10 kg kapur

tohor). Fungsi kapur tohor adalah untuk

menetralkan pH bahan pupuk. Setelah

tercampur rata, biarkan selama ± 2 jam,

pupuk tersebut sudah siap digunakan.

Mengurangi

pencemaran

karena

limbah semi

padat

22

6 Menjual sisa plastik

pengemasan

Kumpulkan semua sisa plastik dalam

kantong, kemudian jual ke tempat

penjualan yang telah ada

Mengurangi

pencemaran

karena

limbah padat

3.2 Opsi Aplikasi Produksi bersih

Pada proses produksi nata de coco dihasilkan limbah cair berupa sisa cairan fermentasi

dan sisa penggunaan air selama proses produksi. Limbah semi padat berasal dari

kotoran berbentuk lendir dari hasil perebusan, lapisan kulit nata dan sisa potongan nata

de coco serta hasil panen nata yang gagal (jika terjadi kegagalan panen). Sedangkan

limbah padat berasal dari kotoran pada waktu penyaringan, Koran penutup Loyang atau

botol yang sudah tidak terpakai dan plastik penutup kemasan gelas plastik/cup.

Berdasarkan dari data hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengelolaan limbah

padat di lokasi yaitu kota Bogor, tepatnya limbah padat yang dikaji berada didaerah

Pesantren Darul Fallah, Ciampea dan di kota Padang . Opsi produksi bersih yang bisa

dilakukan adalah pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan, dan pembersihan

kulit untuk pembuatan pupuk, pemanfaatan kembali air sisa selama proses, pemanfaatan

sisa potongan nata untuk pembuatan jelly drink, pemanfaatan sisa potongan nata untuk

pembuatan pupuk dan menjual sisa plastik pengemasan.

Adapun teknik pelaksanaan untuk beberapa opsi produksi bersih adalah :

1. Pembuatan pupuk

a. Semua kotoran hasil penyaringan air kelapa, lapisan kulit nata, sisa potongan dan nata

yang tidak bisa terpakai (hasil panen yang gagal) dikumpulkan dalam baskom.

b. Setiap 100 kg limbah berupa kotoran hasil penyaringan air kelapa, sisa potongan dan

nata yang tidak bisa terpakai dicampur dengan 10 kg kapur tohor. Fungsi kapur tohor

adalah untuk menetralkan pH bahan pupuk.

c. Setelah tercampur rata, biarkan selama ± 3 jam, pupuk tersebut sudah siap digunakan.

2. Pembuatan jelly drink nata, adapun tahapannya adalah :

23

a. Mencuci sisa potongan nata minimum tiga kali, bisa juga diikuti dengan pengepresan

untuk menghilangkan bau

b. Merebus sisa potongan nata dalam air mendidih lebih kurang 20 menit. Tujuannya

agar sisa potongan nata tersebut menjadi kenyal. Sesudah direbus, air rebusan

dibuang.

c. Untuk membuat jelly drink nata, sebanyak 250 gram sisa potongan nata ditambahkan

dengan 100 ml air, kemudian diblender sampai halus.

d. Hasil sisa potongan nata yang sudah diblender, dituangkan ke dalam panci,

tambahkan gula dan esense sucukupnya, jika ingin memberikan pengawet,

tambahkan benzoate, kemudian rebus kembali hingga mendidih. Setelah itu bisa

diangkat dan dikemas. Pengemasan bisa menggunakan cup ukuran 240 ml atau 120

ml.

Aspek penanganan limbah padat

penanganan limbah pada suatu industri sangat penting dilakukan,karena dapat

menghindari atau mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Berdasarkan hasil

survey diperoleh data hanya 13,33% industri kecil nata de coco yang memanfaatkan

kembali limbah padat nata de coco yang dihasilkannya, sedangkan industri nata de coco

yang lainnya hanya membuang limbah.

Pada umumnya limbah yang dihasilkan merupakan limbah padat yang berasal dari

pengupasan atau yang gagal (bentuk tidak sempurna atau terserang jamur). Jumlah

limbah padat yang dihasilkan, baik yang berasal dari proses pembuatan dan pengupasan

berkisar antara 5% sampai dengan 10% dari total produksi.

Pemilik industri kecil nata de coco pada umumnya belum memiliki tempat khusus

untuk menampung limbah padat. Limbah padat nata de coco pada umumnya dibuang ke

sungai atau kesaluran air yang terletak disekitar lokasi industri. Cara lain untuk

menampung limbah padat adalah dengan membuat lubang atau bak-bak tertutup yang

dibuat di bawah permukaan tanah. Pembuatan penampungan limbah dapat dilakukan

dengan beberapa cara, yaitu:

24

1. Limbah padat nata de coco dimasukkan kedalam lubang di tanah dan bila sudah

penuh ditutup kembali dengan tanah.

2. Limbah padat dimasukkan kedalam lubang dengan ukuran kedalaman 3 m, panjang

dan

lebar 2 m, kemudian ditutup dengan seng.

3. Limbah padat nata de coco dimasukkan dalam lubang tertutup dalam tanah, seperti

tangki septik.

4. Limbah padat nata de coco ditampung dalam bak-bak terbuka.

Dampak yang paling dirasakan dengan adanya limbah padat nata de coco yang tidak

ditangani dengan baik adalah masalah bau yang ditimbulkan oleh limbah padat tersebut.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghilangkan bau tersebut, seperti dengan cara

memberikan EM4 dan kapur pertanian, akan tetapi masalah bau tersebut masih sulit

teratasi.

Pada beberapa produsen industri kecil nata de coco telah dilakukan proses pemanfaatan

kembali limbah padat nata de coco yang dihasilkan. Limbah padat nata de coco dapat

dimanfaatkan sebagai pakan, pupuk, ataupun minuman berserat. Pemanfaatan limbah

sebagai pakan diberikan pada ternak ayam dan budidaya ikan lele.

25

Pemanfaatan sebagai pupuk dilakukan dengan cara limbah padat ditampung dalam

ember selama kurang lebih 2 minggu, kemudian setelah membusuk diletakkan pada

tempat pemasukan air di sawah sebagai pupuk tanaman padi sawah.

Pemanfaatan limbah padat sebagai minuman berserat dilakukan dengan cara limbah

padat nata de coco diblender hingga halus dan kemudian dicampur dalam air untuk

minuman berserat dengan nama Vit Orange . produk tersebut dalam 1 bulan hanya

diproduksi selama 5 hari dengan tingkat produksi 400 kardus per hari (24 gelas per

kardus), sehingga dalam 1 bulan diproduksi 2000 kardus.

Alternatif lain dalam pemanfaatan limbah padat nata de coco pada percobaan yang

dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah padat nata de coco sebagai penghasil

energi alternatif (gas bio) dan pupuk organik cair. Dalam pemanfaatan limbah nata de

coco sebagai penghasil gas bio dan pupuk organik diperlukan bahan baku lainnya, yaitu

kotoran hewan (kotoran sapi). Untuk dapat menghasilkan gas bio dan pupuk organik

diperlukan sumber bahan baku yang kontinu.

Pembuatan gas bio dilakukan dengan mencampurkan limbha padat dan kotoran sapi

sesuai dengan perlakuan yang diberikan (T1, T2, T3, dan T4). Bahan baku diproses

dalam pencerna anaerobik selama 30 hari. Penambahan bahan baku sesuai dengan

perlakuan yang diberikan dan dilakukan apabila api sudah dapat dinyalakan. Jumlah gas

bio dan waktu yang dibutuhkan untuk memasak 1 liter air sampai mendidih dicatat.

Gas bio merupakan salah satu energi alternatif terbaharukan yang ramah lingkungan

yang dapat dihasilkan dari berbagai macam limbah organik, seperti limbah padat nata

de coco dan kotoran sapi. Energi yang dihasilkan dari proses pembuatan gas bio dapat

dimanfaatkan sebagai energi untuk bahan bakar untuk keperluan memasak.

Pemanfaatan limbah padat nata de coco sebagai energi alternatif (gas bio) dapat

diaplikasikan pada industri nata de coco, sehingga terjadi proses daur ulang yang dapat

menguntungkan bagi industri kecil nata de coco dan bagi kelestarian lingkungan.

26

Limbah padat nata de coco setelah diproses dalam pencerna anaerobik tidak hanya

menghasilkan energi alternatif (gas bio), tetapi dihasilkan juga pupuk organik cair yang

berasal dari limbah gas bio. Proses produksi dengan menggunakan gas bio dengan

menggunakan pencerna biologis merupakan sebuah cara yang sangat menguntungkan

karena mampu memanfaatkan alam tanpa merusaknya, sehingga siklus ekologis tetap

terjaga. Manfaat yang paling besar dari penggunaan pencerna biologis adalah

menghasilkan pupuk alami untuk tanaman secara teratur dan berkelanjutan.

Gas bio yang dihasilkan jika dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada proses pembuatan

nata de coco, yaitu dapat digunakan pada proses perebusan nata de coco. Pemanfaatan

limbah padat nata de coco sebagai bahan bakar dalam proses produksi nata de coco

sangat menguntungkan bagi industri nata de coco, karena dapat mengurangi biaya

produksi dan dapat mencegah pencemaran lingkungan.

3.3 Keuntungan Adanya Aplikasi Produksi Bersih Pada Industri Nata De

Coco

Keuntungan adanya aplikasi produksi bersih pada industri nata de coco, yaitu:

1. Mengurangi limbah yang dihasilkan dari produksi nata de coco, sehingga

pencemaran lingkungan dapat diminimalisir

2. Dan meningkatkan pendapatan bagi pengusaha industri kecil nata de coco dengan

kegiatan pengolahan limbah yang dilakukan, dan dalam pengolahan tersebut ada

yang bersifat ekonomis (dapat dijual) maupun digunakan kembali oleh industri nata

de coco tersebut untuk bahan bakar.

27

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

proses pembuatan nata de coco diawali dengan pembuatan bibit dengan tahapan

proses adalah penyaringan, pencampuran, perebusan, penuangan larutan

kedalam botol, pendinginan, penambahan biakan murni dan pemeraman.

Sedangkan proses pembuatan nata de coco adalah penyaringan, pencampuran,

perebusan, penempatan dalam wadah fermentasi, pendinginan, penambahan

bibit, fermentasi (pemeraman), permanenan, pembersihan kulit, pemotongan,

perebusan, dan pengemasan.

Pada produksi nata de coco dihasilkan limbah semi padat yang berasal dari

kotoran berbentuk lendir dari hasil perebusan, lapisan kulit nata, dan sisa

potongan nata de coco serta hasil panen yang gagal (jika terjadi kegagalan

panen). Dan limbah padatnya berasal dari kotoran hasil dari proses penyaringan,

Koran penutup loyang atau botol yang sudah tidak terpakai dan plastik sisa

penutup kemasan gelas plastik/cup.

Opsi aplikasi produksi bersih pada industri nata de coco adalah pemanfaatan

sisa potongan nata untuk pembuatan jelly drink, menjual sisa plastik

pengemasan, pembuatan biogas sebagai energi alternatif dan pembuatan pupuk

cair.

Keuntungan yang diperoleh dengan adanya aplikasi produksi bersih pada

industri nata de coco adalah mengurangi limbah yang dihasilkan dari produksi

nata de coco dan meningkatkan pendapatan pengusaha industri kecil nata de

coco dengan kegiatan pengolahan limbah yang dilakukan.

28

4.2 Saran

Perusahaan nata de coco yang ada sekarang diharapkan untuk dapat menerapkan

produksi bersih pada industrinya agar limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat

diminimalisir sekecil mungkin selain itu juga mengurangi beban biaya industri dalam

melakukan sebuah aktivitas produksi karena limbah yang dihasilkan didaur ulang

kembali, dengan menggunakan beberapa opsi aplikasi poduksi bersih yang teklah

disebutkan dalam makalah ini.

29

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Daddy Dkk. -. Penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production) pada Industri Nata de Coco. Jurnal Teknik Mesin dan Agribisnis Universitas Andalas.

Hakimi, Rini Dkk. 2006. Penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production) pada Industri Nata de Coco. Jurnal Teknik Mesin Vol 3, No 2, Desember 2006

Purwanto. 2005. Penerapan Produksi Bersih di Kawasan Industri. Disampaikan pada Seminar Penerapan Program Produksi Bersih Dalam Mendorong Terciptanya Kawasan Eco-industrial di Indonesia, diselenggarakan oleh Asisten Deputi Urusan Standardisasi dan Teknologi di Jakarta 3 Juni 2005.

Zaitun. 2004. Pengelolaan Limbah Padat Industri Kecil Nata de Coco Melalui Teknologi Produksi Gas Bio dan Pemanfaatannya Sebagai Pupuk Organik Cair. Jurnal Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

30