pengaruh amelioran lokal dan inteval...
TRANSCRIPT
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 1
PENGARUH AMELIORAN LOKAL DAN INTEVAL PENYIRAMAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL KORO PEDANG EFFECT OF LOCAL AMELIORANT AND WATERING INTERVAL ON SWORD BEAN
GROWTH AND RESULT
Sri Endah Prasetyowati; Yacobus Sunaryo; Rosanna Christiningsih
Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
ABSTRACT
Study dealing with the use of local ameliorant in combination with the interval of
watering on the growth and quality of sword bean (Canavalia ensiformis L.) in sandy beach
area was conducted from May until September 2014 in Depaok Beach Parangtritis, Bantul
Yogyakarta. The experiment was arranged in Split Plot Desidn with three replications. The
main plot was watering interval consisting of two levels: watering every day and watering
every two days. The sub plot was the combination between the kind of organic matter and
the clay doses application. The kindof organic matter consisting of four levels: chicken
manure, goat manure, cow manure, and green leaves of gliriside. The clay doses consisting
of two levels: clay dosage 10 tons ha-1 and clay dosage 20 tons ha-1. Results of the
experiment indicate that the watering every day in combination with the application of
green leaves of gliriside resultes plant height, leaves number, root nonules better than the
other applications. The application of green leavesof gliriside in combination with the clay
dosage 20 tons ha-1. Results pod number and the weight of 100seeds higher than the other
application. He application of manure can create better soil structure of coastal sandy land.
I. PENDAHULUAN
Program Pemerintah mencanangkan Swasembada Pangan 2014, salah satu dari
pangan tersebut adalah kedelai. Sampai saat ini pemerintah baru mampu menghasilkan
kedelai kurang lebih 20% dari seluruh kebutuhan, untuk mencukupi kebutuhan tersebut
pemerintah masih mengandalkan impor kedelai dari beberapa negara. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan dalam negeri agar dapat terpenuhi , maka salah satu jalan yang harus
dilakukan adalah melalui perluasan lahan yang dperkirakan membutuhkan 5000 ha lahan
produktif. Sementara ini lahan produktif telah mengalami penyusutan, sedangkan lahan
yang tersedia adalah lahan marginal yang tingkat produktivitasnya rendah. Oleh karena itu
diperlukan suatu usaha agar lahan marginal yang tersedia dapat dimanfaatkan budidaya
tanaman, dengan memberikan bahan-bahan pembenah tanah (ameliorant).
Kebutuhan kedelai yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, sementara
kemampuan produksi semakin menurun, maka perlu diusahakan alternatif tanaman yang
dapat dimanfaatkan sebagai substitusi tanaman kedelai yaitu tanaman legume yang lain,
salah satunya adalah tanaman kacang koro panjang (pedang). Tanaman kacang koro ini
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 2
merupakan diversified crop, kedudukannya sebagai sumber gizi nabati banyak
kegunaannya dan mempunyai potensi agroindustri yang cerah karena banyak digunakan
untuk keperluan bahan pangan sebagai tempe, susu, tepung untuk bahan kue/snack. Hasil
vegetatif tanaman bermanfaat untuk pakan ternak / sapi karena mengandung nilai protein
yang tinggi, selain itu juga mengandung unsur Kalium, dan Phosphor yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Dari hasil analisis gizi dalam 100 g biji mengandung
389 kalori; protein 23,8 – 27,6 %; lemak 2,9 – 3,9%; karbohidrat 45,2 – 56,9%; serat kasar
4,9 – 8,0% dan mineral 2,27 – 4,20%. Berdasarkan hasil analisis tersebut kacang koro
pedang digolongkan ke dalam tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Indonesia
merupakan negara pengekspor baik dalam bentuk biji kering ataupun minyak. Sementara
itu, meningkatnya kualitas hidup masyarakat yang diikuti dengan meningkatnya pola dan
kesadaran untuk hidup sehat memberikan dampak terhadap kebutuban bahan pangan dan
industri yang salah satunya berbahan dasar kacangan akan terus meningkat. Berdasarkah
hal tersebut maka prospek pengembangan kacang koro pedang memiliki potensi besar.
Jumlah penduduk, khususnya di Indonesia dirasakan semakin bertambah sejalan
dengan bergulirnya waktu sehingga kebutuhan hidup juga meningkat, terutarna kebutuhan
pangan, disamping kebutuhan lain seperti kebutuhan lahan untuk pemukiman, industri,
perkantoran, sarana pendidikan dan lain-lain, yang pada gilirannya akan mendesak lahan
pertanian. Berkurangnya lahan pertanian akan berakibat pada turunnya produksi pangan.
Pemecahannya, yakni dengan memanfaatkan lahan marginal/lahan kurang potensial
misalnya lahan pasir pantai. Selama ini, lahan pasir pantai belum dimanfaatkan masyarakat
untuk kegiatan pertanian karena dinilai tak layak sebagai media tanam. Kandungan
lempung, debu, dan zat hara serta bahan organik yang sangat rendah menyebabkan tanah
pasir mudah mengalirkan air, yaitu sekitar 150 cm/jam. Sebaliknya, kemampuan tanah
pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3 % dari total air yang tersedia. Kecepatan angin
bergaram relatif tinggi, bisa mencapai 50 km/jam. Kondisi wilayah pantai khususnya pada
siang hari, sinar matahari bersinar cerah (109,960 lux), kandungan lengas tanah yang
rendah menyebabkan suhu udara dapat meningkat. Kecepatan angin yang tinggi
menyebabkan tingginya evapotranspirasi tanaman. Suhu tanah harian lahan pasiran pantai
mencapai kisaran 26,9 dan 31,50 C bahkan pada musim hujan suhu tanah lahan pasir pantai
dapat mencapai 33,10 C, struktur tanah lepas-lepas, infiltrasi dan evaporasi yang tinggi dan
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 3
tingkat kesuburan tanah yang rendah. Secara alami, lahan pasir pantai tidak sesuai untuk
budidaya tanaman, karena tingkat kesuburan fisika, kimia dan biologinya rendah dan
memerlukan perlakukan khusus apabila akan digunakan budidaya tanaman pada
umumnya, dan khususnya bagi tanaman kacang koro.
Salah satu upaya untuk mengatasi lahan marginal tersebut dengan rehabilitasi lahan
menerapkan ameliorasi (Sri-Hartono, 2004). Ameliorasi merupakan suatu tindakan
perbaikan kondisi media tanam/di lahan pasir salah satunya melalui pemberian bahan
organik sebagai salah satu upaya, untuk mengubah lahan marginal menjadi media tumbuh.
Bahan organik adalah jumlah total semua substansi yang mengandung karbon organik di
dalam tanah, dan terdiri dari campuran residu tanarnan maupun hewan dalam berbagai
tahap dekomposisi, tubuh mikroorganisme dan hewan kecil yang masih hidup maupun
yang sudah mati, dan sisa-sisa hasil dekomposisi yang secara fisik, kimia dan biologis
memperbaiki kondisi tanah.
Dengan demikian permasalahan kompleks pada lahan pasir pantai dapat menjadi
faktor pembatas dalam budidaya pertanian, sehingga memerlukan teknologi budidaya
secara efisien, dan berbasis kearifan lokal dengan menerapkan teknologi spesifik lokasi
guna, meningkatkan kesuburan tanah tersebut. Oleh karena perlu penelitian yang
mendalam tentang ameliorasi melalui pemanfaatan pupuk organik (pupuk kandang ayam,
sapi, kambing dan pupuk hijau), lempung, zeolit, dan mikorisa terhadap hasil serta kualitas
kacang koro panjang di lahan pasir pantai sangat diperlukan.
Produksi kedelai Indonesia saat ini hanya mencukupi 20% dari seluruh kebutuhan kedelai,
maka perlu mencari alternatif tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan substitusi
kedelai, sehingga dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pemanfaatan tanaman kacang koro
panjang yang toleran terhadap kondisi lahan marginal (tercekam) baik hara maupun air
merupakan paket tehnologi yang paling murah dan tersedia dibanding dengan komponen
teknologi lainnya. Hal itu karena. pemanfaatan tanaman kacang koro pedang yang berdaya
hasil tinggi, tahan atau toleran terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) tertentu,
toleran terhadap cekaman lingkungan, dan cocok untuk ekoregional tertentu, sehingga
dapat menjamin produksi yang tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan serangkaian
kegiatan penelitian yang dapat untuk memperbaiki media tanam lahan pasir pantai dengan
sumber daya alam yang bersifat lokal, berupa ameliorant pupuk organik, lempung/zeolit,
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 4
dan mikorisa. Dengan penggunaan amelioran berupa pupuk kandang ayam, kambing, sapi,
pupuk hijau, lempung merupakan sumber daya lokal, penggunaan zeolit dapat lebih
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan, demikian juga penggunaan
mikorisa dapat menguraikan senyawa sulfat yang terikat, sehingga segera dapat lebih
dimanfaatkan tanaman. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah penelitian untuk
menentukan respon tanaman kacang koro panjang, yang selama ini belum dibudidayakan
secara intensif dan sekaligus memberikan informasi bahwa lahan pasir pantai dapat
berdaya hasil tinggi dan responsif terhadap ameliorasi sehingga berpotensi sebagai lahan
subur, sehingga hasil penelitian dapat dipublikasikan secara nasional maupun internasional
sekaligus sebagai pengkayaan materi bahan ajar.
II. METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan percobaan lapangan dengan judul Kajian Macam Pupuk Organik
dan Dosis Lempung serta Interval Penyiraman terhadap Hasil dan Kualitas Kacang Koro
Pedang (Canavalia ensiformis L.) di Lahan pasir pantai yang dilakukan mulai bulan Mei
hingga November 2014
A. Penelitian Tahun Pertama (Mei - November 2014):
Penjaringan jenis-jenis pupuk kandang (ayam, kambing, sapi, hijauan) dan dosis
lempung (7,5; 15,0 ton/ha) serta interval penyiraman ( 1, dan 2 hari sekali ). Pupuk organik
dan lempung dapat digunakan sebagai amelioran pada tanah pasir pantai yang dapat
diterapkan dalam teknologi budidaya tanaman kacang koro pedang. Penelitian bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian macam bahan. organik sebagai amelioran dan
efisiensi air dalam budidaya koro pedang lahan pasir pantai. Target : diperoleh bahan
organik terbaik dan lempung sebagai amelioran dan respon terhadap penyiraman pada
budidaya kacang koro. Penelitian dilakukan di Lahan Pasir pantai Depok, Parangtritis
Kabupaten Bantul. Penelitian disusun dalam Rancangan Petak Terbagi, dengan 3 kali
ulangan. Faktor utama interval penyiraman (P), sub-faktor pertama macam bahan organik
(B), sub-faktor kedua dosis lempung (L). Interval Penyiraman meliputi:
P1 = Penyiraman satu hari sekali P2 = Penyiraman dua hari sekali
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 5
Faktor Macam Bahan Organik dengan dosis 5 ton/ha, meliputi:
B1 = Pupuk kandang ayam B2 = Pupuk kandang kambing
B3 = Pupuk kandang sapi B4 = Pupuk daun gliriside
Faktor Dosis Lempung meliputi :
L1 = Dosis lempung 7,5 ton/ha L2 = Dosis Lempung 15,0 ton/ha
Dari tiga faktor penelitian tersebut diperoleh 16 unit perlakuan, dengan 3 ulangan.
B. Variabel yang diamati
Sebelum perlakuan dimulai dilakukan uji tanah untuk mendapatkan informasi valid
mengenai sifat fisik, kimia dan biologi tanah sebagai dasar dan pcrencanaan penentuan
pemupukan pada tahapan penelitian selanjutnya sekaligus untuk dibandingkan dengan
hasil pengaruh perlakuan yang nanti akan diterapkan. Uji tanah yang dimaksud adalah
untuk mengetahui kadar lengas tanah (%),pH,BO,N tot,Ptsd,Ktsd,Ca tsd dan
KPK.Sedangkan untuk tanaman variable yang diamati sebagai berikut :
1. Variabel mikroklimat berupa suhu tanah dan udara diukur dengan termometer.
2. Variabel agronomis dan analisis pertumbuhan tanaman meliputi: tinggi tanaman,
jumlah bunga, umur berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah biji
per polong, bobot segar dan kering biji, bobot segar brangkasan, kandungan gizi
(kadar air, protein, lemak, karbohidrat, mineral Ca, Fe, P), dilakukan analisis di
laboratorium Bioteknologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Untuk mengetahui respon tanaman terhadap penyiraman dilakukan pengamatan
terhadap bukaan stomata, kadar prolin dan asam absisat.
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 6
a. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diamati setelah tanaman berumur tujuh hari sampai minggu ke 12
minggu dengan cara mengukur tinggi tanaman dari leher akar sampai titik tumbuh
terakhir dari 5 tanaman sampel
b. Jumlah bunga
Jumlah bunga diamati setelah tanaman berumur sembilan minggu sampai minggu
ke 15 setelah tanam dan dilakukan seminggu sekali dari 5 tanaman sampel
c. Umur berbunga
Umur berbunga diamati pada tanaman sampel setelah tanaman berbunga mencapai
80% dari seluruh tanaman
d. Jumlah polong per tanaman
Jumlah polong per tanaman diperoleh dengan menghitung jumlah polong per
tanaman dari tanaman sampel.
e. Jumlah biji per polong
Jumlah biji per polong diperoleh dengan menghitung jumlah biji setiap polong dari
tanaman sampel
f. Bobot segar biji
Bobot segar biji diperoleh dengan menimbang berat biji yang sudah dilepas dari
polong setiap tanaman sampel
g. Bobot kering biji
Bobot kering biji diperoleh dengan menimbang berat biji yang sudah dikeringkan
dengan menggunakan oven
h. Bobot segar brangkasan
Bobot segar brangkasan diperoleh dengan menimbang brangkasan dari tanaman
sampel.
i. Kandungan gizi meliputi kadar air, protein, lemak, karbohidrat, dilakukan analisis
laboratorium Bioteknologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah
Mada.
j. Kandungan mineral Ca, Fe, P, dilakukan analisis di laboratorium Bioteknologi
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 7
III. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan diperoleh data penelitian sampai pada saat ini kami baru
mendapatkan data mentah untuk variable agronomis dan analisis pertumbuhan (ada
dalam lampiran)
Analisis data: Data yang diperoleh akan dianalisis dengan sidik ragam pada jenjang 5%,
bila ada beda nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada jenjang 5%
1. Tinggi Tanaman
Gambar 1. Grafik tinggi tanaman (cm) pada berbagai macam perlakuan bahan organik
(B), dosis lempung (L), dan interval penyiraman (P). P1 = Penyiraman satu hari sekali
B1 = Pupuk kandang ayam, B2 = Pupuk kandang kambing, B3 = Pupuk kandang sapi
B4 = Pupuk daun gliriside, L1 = Dosis lempung 7,5 ton ha-1 , L2 = Dosis Lempung
15,0 ton ha-1, garis vertical bar menunjukkan standar error.
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 8
Gambar 2. Grafik tinggi tanaman (cm) pada berbagai macam perlakuan bahan organik
(B), dosis lempung (L), dan interval penyiraman (P). P2 = Penyiraman dua hari sekali
B1 = Pupuk kandang ayam, B2 = Pupuk kandang kambing, B3 = Pupuk kandang sapi
B4 = Pupuk daun gliriside, L1 = Dosis lempung 7,5 ton ha-1 , L2 = Dosis Lempung
15,0 ton ha-1, garis vertical bar menunjukkan standar error.
2. Jumlah Polong
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 9
Gambar 3. Grafik jumlah polong pada berbagai macam perlakuan bahan organik
(B), dosis lempung (L), dan interval penyiraman (P). P1 = Penyiraman satu hari sekali
B1 = Pupuk kandang ayam, B2 = Pupuk kandang kambing, B3 = Pupuk kandang sapi
B4 = Pupuk daun gliriside, L1 = Dosis lempung 7,5 ton ha-1 , L2 = Dosis Lempung
15,0 ton ha-1, garis vertical bar menunjukkan standar error.
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 10
Gambar 4. Grafik jumlah polong pada berbagai macam perlakuan bahan organik
(B), dosis lempung (L), dan interval penyiraman (P). P2 = Penyiraman dua hari sekali
B1 = Pupuk kandang ayam, B2 = Pupuk kandang kambing, B3 = Pupuk kandang sapi
B4 = Pupuk daun gliriside, L1 = Dosis lempung 7,5 ton ha-1 , L2 = Dosis Lempung
15,0 ton ha-1, garis vertical bar menunjukkan standar error.
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. INFO TEKNIS Vol 1 no 2 September 2007. Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Anonim, 2009. Petunjuk Tehnis Penanaman Koro Bedog/Pedang. Perum Perhutani KPH
Purwodadi Jawa Tengah.
Anonim, 2012. Kelayakan dan Tehnologi Budidaya koro Pedang (Canavalia ensiformis L.).
Balai Penelitian Tanaman Kacangan dan Umbian.
Ai- Dariah, 2007. Bahan pembenah Tanah, Prospek dan Kendala Pemanfaatannya
Al- Jabri, M. Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Dengan Pembenah Tanah Zeolit. Balai
Penelitian Tanah. Badan Litbang Pertanian.
Anceno, T. 2009. Philippine Council for Agricultural Forestry and natural Resources Research
and Development PCARRD Message Board/ Effective Soil Conditioner. Diambil 27
September 2009.
Anonim, 2010. Soil Conditioners Home Improvement Advice and Ideas Lawn Advice. Garden
Proyects Ace harwareb Corporation.
Awal, M. A. T and Ikeda, 2002. Recovery Strategy Following The Imposition of Episodic soil
moisture Deficit in Stands of Peanut (Arachis hypogaea L.) j. Agron & Crop Sci 188:
185 – 192.
Chaves, M.M., J.S. Pereira, J. Maroco, M.L. Rodrigues, C.P.P. Ricardo, M.L. Osorio, j.
Carvalho, T. Faria, and C. Pinheiro. 2002. How Plant cope With water Stress in the
Field Photosynthesis and growth. Ann.of Bot. 89: 907 -916.
Franzluebbers, A. J. and J. A. Stuedermann, 2005. Respone of Corn to Organic Matter
Quantity and Distribution in Soil USDA Agricultural Research Service.
Hendrata, R. Tri Martini, Fatcurrochim, M. Endang Wisnumurti dan Supriyadi, 2004. Upaya
Penerapan Tehnologi Budidaya Cabai Merah di Lahan Pasir Pesisir Selatan
Yogyakarta. Prosed Penerapan dan Inovasi Tehnologi Dalam Agribisnis. 28 Agustus
2004.
Herpperly, P., D. Letter, C. Z. Ulsh, R. Seidel and C. Reider, 2009. Compost, Manure and
Synthetic Fertilizer Influences Crop Yield, Soil Properties, Nitrate Leaching and Crop
Nutrient Content. Compost Science Utilization 17(2): 117 – 126.
http://www.donlitter.net//CSU-CUT.compost-pdf diakses 22 Desember 2009.
Indradewa, D. 2001. Gatra Agronomis dan Fisiologis Pengaruh Genangan dalam Parrit pada
Tanaman Kedelai. Disertasi Universitas gadjah Mada Yogyakarta, 302 h.
Jumin, H.S. 2002. Agroekologi. Suatu Pendekatan Fisiologis. P.T. Raja Grafindo Persad
Jakarta. 105 – 126.
Lengi, L. -. Kompos Kotoran Ternak Sebagai Bahan Pembenah Tanah.
Lizana, C., M. Wentworth, J.P. Martinez, D. Villegas, R. Meneses, E.H. Murchie, C. Pastenes,
B. Lercari, P. Horton and M. Pinto,2006. Differential Adaptation of Two Varieties of
common Bean to Abiotic Stress. Research paper J. Exp. Botany 57(3): 685 – 697.
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 12
Mc Grath, S., R. O. Magure, B. F. Tracy and J. H. Fike, 2009. Improving Soil Nutrition with
Poultry Litter Aplication in Low Input Forage System. Agronomy Journal 102: 48 – 54
http://www.agronomy.org/content/volume102/issue9/48 diakses 22 Des 2009
Nyiraneza, J. M. H. Chantiquy, A. N. Dayegamiye and M. R. Laverdiere. 2009. Dairy Cattle
Manure Improves Soil Productivity in Low Residue Rotation Systems. Agronomy
Journal 101: 207-214 http://agron.scijournal.org/content/vol101/issue1/207. Diakses 22
Desember 2009.
Prawiranata, W., H. Said dan P. Tjondronegoro, 1981. Dasar Dasar fisiologi Tumbuhan.
Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB Bogor hal. 15 – 25.
Premsekhar, M. and V. Rajashree, 2009. Influence of Manures on Growth Yield and Quality
of Okra. American-Eurasian Journal Sustain Agricultur 3 (1): 6-8. ISSN: 1995-0748
http://www.gensi.org/gejsa/2009/6 – 9 pdf - diakses 22 Desember 2009.
Pritchard, S.G. and J.S.Amthor, 2005. Crop and environmental Change. An Intoduction to
effect of Global Warning Increasing Atmospheric CO2 and O2 Concentration and Soil
Salinization on Crop physiology and yield. Food product Press, New York 423 p.
Smith, S. E. 2003. What Is Soil Conditioner ? Copyright 2003 – 2010 Conjecture
Corporation.http://www.wiregeek.com/what- is- conditioner-htm., diakses 29
September 2009.
Sri-Hartono, Sukresno, Andy Cahyono, Eko Priyanto, Gunarti.2004. “Pengembagan Teknik
Rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir Untuk meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”,
dalam prosiding Ekspose W2TPDAS-IBB Surakarta. Hal 25
Sunaryo, Y. and M. Th. Darini (2010). Crop Cultivation Strategis in Coastal Sandy Area
Especially in Yogyakarta. The International Seminar on Development of Coastal
Sandy Area Toward Sustainable Agriculture. The Join International Seminar Between
Faculty Agriculture UGM and Faculty of agriculture UPM. Yogyakarta February 13 –
14, 2010.
Supriyadi, R. Hendrata, Tri Martini, C. Prasetiyono dan Fatchurochim, 2004. Pengaruh
Pemberian Limbah Kandang dan Tanah Liat Terhadap daya Adaptasi Beberapa Jenis
Tanaman empon- Empon Di Lahan Pasir Pantai D. I. Yogyakarta. Prosed. Penerapan
Dan Inovasi Tehnologi Dlam Agribisnis, 28 Agustus 2004.
Sutardi, A. Musofie, N. K. Wardani, E. Winarti dan Soeharsono, 2004. Penggunaan Pupuk
Guano, Pengaruhnya terhadap Pertanaman Semangka di lahan Pasir Pantai. Prosed.
Penerapan dan Inovasi Tehnologi Agribisnis, 28 Agustus 2004.
Tejada, M. and J. L. Gonzales, 2009. Applications of Two Vermicomposts on a Rice Crop.
Effect on Soil Biological Properties and Rice Quality and Yield. Agronomy Journal
101: 336-334. http://agrom.scijournal.org/content/vol101/issue2/336. Diakses 30
Desember 2009
Tejada, M., J. L. Gonzalez, A. M. Garcia-Martinez and J. Parrado, 2008. Effects of Different
Green Manures on Soil Biological Properties and Maize Yield. Bioresource
Technology Journal 99: 1758 – 1767. .
Published in AGROS Scientific Journal of Agricultural Science. Vol. 16 No.2, Juli 2014: 228-293. ISSN 1411-0172. Page 13
Tenny, S., E. Sari, dan K. Usri, 2005. Penggunaan Daun lidah buaya (Aloe vera ) untuk
Pengobatan Stomatis Aftosa ( sariawan ) di desa Ciburial Kec. Cimenyan Kab.
Bandung. Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Padjajaran.
Todd, W.; Andraski and G. B. Harry, 2005. Cover Crop Effect on Yield Response to Nitrogen
on an Irigated Sandy Soil. Agronomy Journal 97: 1239 – 1244.
Utami, S. N. H., B. H. Purwanto, A. Maas dan S. M. Wahyuningsih, 2010. Effect of Humic
Urea Fertlizer on the Absorption by Sugarcane in the Samas Bantul Regency. The Joint
Intern Seminar Between Faculty Agriculture GMU and PMU, Yogyakarta. February
13 – 14 2010.
Wang, G., W. Klassen, Y. Li and M. Codallo, 2009. Cover Crop and Organic Mulc to Improve
Tomato Yield and Soil Fertility. Agron J. 101: 345 – 351.
Winarni, W. W. and H. Supriyo, 2010. Effect of Mulch, Organic and Anorganic Fertilizers on
the Growth of Cassuarina equesetifolia on the Coastal Sandy Area of Slili Gunung
Kidul. The Join International Seminar Between Faculty Agriculture UGM and Faculty
of agriculture UPM. Yogyakarta February 13 – 14, 2010.
Zeidan, M. S. 2007. Effect of Organic Manure and Phosphorus Fertilizer on Growth, Yield
and Quality of Lentil Plant in Sandy Soil. Journal Research of Agriculture and
BiologIcal Sceince 3(6): 748 – 752.
http://www.insipub.com/rjabs/2007/748 -752 , diakses 22 Desember 2009.
Yudono, P., B. D. Kertonegoro, D. Kastono, S. Purwanti, Tri Harjoko, R. Witjaksono dan S.
Hardiastuti, 2010. Plenary. Research and Development of Coastal Sandy Lands for
Sustainable Agriculture in South Coast of Central Java : A Sceintific Review. The Joint
International Seminar Faculty of Agriculture UGM and UPM, Yogyakarta, February,
13- 14, 2010.