laporan praktikum kesuburan tanah

37
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH Oleh : EDI NUGROHO 11011025 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2013

Upload: edhie-noegroho

Post on 19-Jan-2015

2.281 views

Category:

Education


15 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH

Oleh :

EDI NUGROHO

11011025

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH

Di susun oleh :

Edi Nugroho

11011025

Laporan tersebut telah di terima sebagai persyaratan

yang di perlukan untuk menempuh praktikum

Kesuburan Tanah

Yogyakarta, 23 Juni 2013

Mengetahui / Menyetujui

Dosen Pengampu

Ir.Bambang Sriwijaya, M.P.

Page 3: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada praktikan, sehingga praktikan berhasil

menyelesaikan Laporan Praktikum Kesuburan Tanah ini. Laporan ini akan

praktikan gunakan sebagai Laporan akhir Praktikum Kesuburan Tanah.

Dengan laporan ini kita bisa mengetahui bagai mana tentang pengomposan

dengan dua macam probiotik, Keasaman, Temperatur, dan juga Identifikasi Pupuk

An-0rganik. Diharapkan laporan ini dapat memberikan banyak informasi untuk

kita semua khususnya di bidang pertanian. Tidak lupa, praktikan mengucapkan

terimakasih khususnya kepada Bpk. Ir. Bambang Sriwijaya,M.P. selaku dosen

pengampu mata kuliah Praktikum Kesuburan Tanah

Praktikan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu

praktikan harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, praktikan sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Yogyakarta,06 Juni 2013

Praktikan

Edi Nugroho/11011025

Page 4: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………. iii

DAFTAR ISI …………………………………..…... iv

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………. v

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………....………. 1

1.1. Latar Belakang ……..……………………................. 1

1.2. Maksud dan Tujuan ……………………………………..... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………..... 3

2.1. Kompos ………………………………………. 3

2.2. Keasaman ………………………………………. 7

2.3. Temperatur ………………………………………. 8

2.4. Identifikasi Pupuk An-0rganik …………………............…... 8

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM ………………….…… 10

3.1. Waktu Dan Tempat ……….………………………………. 10

3.2. Alat Dan Bahan ……….…………………….......……. 10

3.3. Cara Kerja ………………………………………. 12

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………. 18

4.1. Hasil

A. Kompos ………………………………………. 17

B. Keasaman ………………………………………. 19

C. Temperatur ………………………………………. 20

D. Identifikasi Pupuk An-0rganik ……...………………. 21

4.2. Pembahasan

A. Kompos ………………………………………. 21

B. Keasaman ………………………………………. 25

C. Temperatur ………………………………………. 26

D. Identifikasi Pupuk An-0rganik ...........………………. 27

BAB V. KESIMPULAN ……………………………………..... 29

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Page 5: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

v

DAFTAR LAMPIRAN

(GAMBAR, TABEL DAN GRAFIK)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. Kompos ………………………………………… 17

Gambar 1. Probiotik ………………………………………… 17

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil titrasi kadar C-organik ………………………… 18

Tabel 2. Hasil titrasi kadar N Total ………………………… 18

Tabel 3. Hasil perhitungan Rasio C/N ………………………… 19

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Pengamatan harian derajat keasaman (pH) ………………... 19

Grafik 2. Pengamatan harian temperature / suhu ………………... 20

Grafik 4.Pengamatan tingkat kelarutan ………………………... 20

Grafik 3.Pengamtan higroskopisitas ………………………... 21

Page 6: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesuburan tanah suatu lahan pertanian berbeda-beda, tergantung dari

bahan organik yang terkandung di dalam setiap lapisan tanah, topografi, tekstur,

struktur, solum dan juga aktifitas mikroorganisme dalam tanah. Kesuburan tanah

ini mempunyai arti yang sangat penting sebab tanah subur adalah tanah yang

mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk dapat menyediakan unsur hara bagi

tanaman dengan jumlah tepat sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal

(Indranada, 1994).

Tanah memang diciptakan untuk terus menerus dikelola, namun karena

adanya pengelolaan tanah yang terus menerus sehingga mengakibatkan tingkat

kesuburan tanah dapat menurun. Menurunnya tingkat kesuburan suatu tanah

menyebabkan berkurangnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah sehingga

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Tidak semua jenis tanah mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan

bagi perkembangan tanaman. Akibat yang dapat ditimbulkan jika suatu tanah

kekurangan unsur hara adalah tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, sehingga

akan dapat menurunkan produksinya (Poerwidodo, 1992).

Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah di

daerah pertanian adalah penggunaan pupuk secara benar. Pupuk sendiri dibedakan

menjadi dua macam yaitu pupuk organic (kompos) dan pupuk an-organik (kimia)

yang keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan hara

bagi tanaman.

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,

kimia, biologi, tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.

Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud

untuk meningkatkan pH tanah yang asam dan pemberian – pemberian benah tanah

untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dalam pengertian yang khusus pupuk dalah

suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. (Afandie dan Nasih

Widya, 2002).

Page 7: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

2

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,

seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat

berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada

kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk

kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut

kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan

limbah kota (sampah).

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk

dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya

urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen)

(Lingga dan Marsono, 2000).

Pada praktikum ini dilakukan cara pembuatan pupuk organik

(pengomposan) dengan dua macam probiotik yaitu pembuatan kompos dengan

Bahan probiotik urin sapi dan bahan probiotik kotoran sapi. Dan juga dilakukanya

identifikasi pupuk anorganik.

1.2. Maksud dan Tujuan

1. Membandingkan hasil pengomposan dengan dua macam probiotik

berdasarkan data pengamatan yang diperoleh.

2. Dalam membandingkan boleh menggunakan uji yang sudah diperoleh dalam

pelajaran rancangan percobaan.

3. Memberikan bahasan dari hasil pembandingan tersebut.

4. Mengamati kadar C-organik kompos pada proses pengomposan.

5. Mengamati kadar N kompos pada proses pengomposan.

6. Mengamati rasio C/N pada proses pengomposan.

7. Mengamati suhu dan keasaman kompos dalam pengomposan.

8. Mengamati kemampuan pupuk anorganik dalam menyerap air pada kondisi

suhu kamar.

9. Mengamati pupuk untuk larut dalam air.

Page 8: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kompos

A. Probitik

Probiotik merupakan organisme yang dapat dimanfaatkan untuk

membantu mempercepat digradasi limbah organic. Dengan menambahkanya pada

limbah yang akan dikomposkan dapatmempercepat proses pengomposan. Adanya

probiotik akan membantu masyarakat untuk mengelola limbah yang dihasilkan,

kususnya limbah organic menjadi kompos. (anonym,2011).

Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol biologis pada sistem budi daya

adalah Menekan pertumbuhan bakteri pathogen, Mempercepat degradasi bahan

organik dan limbah, Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial, Meningkatkan

aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal

Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat, Memfiksasi nitrogen,

Mengurangi pupuk dan pestisida.

Dengan adanya probiotik maka proses degradasi bahan organik akan

lancar, sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan. Bahan

organik yang mengalami mineralisasi oleh jasad pengurai (probiotik) akan diubah

menjadi bahan anorganik seperti nitrat dan pospat.

Probiotik dapat dibagi 2 kelompok yaitu ; bentuk cair merupakan

mikroba dalam bentuk suspensi (inokulan tunggal maupun multikultur) antara lain

Lactobacillus, Bacillus sp, Nitrobacteria dan bentuk padat yaitu mikroba

diinokulasi (tunggal atau multikultur) dalam media carier. (Simarmata, 2006).

Prebiotik dapat di gunakan untuk berbagai keperluan di kehidupan

manusia seperti Pupuk Organik pada tanah perkebunan dan pertanian,

Dekomposer/Pengurai Sampah, Penghilang bau WC dan anti sedot WC ,

Pembersih porselen/keramik, Mikroba yang membantu pencernaan manusia dan

hewan, Bahan pembantu Planter Tambak dan Pengendali Amdal/IPAL.

(Murbandono,1992).

Page 9: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

4

B. Pengomposan

Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam

dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses

pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk

mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-

teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang,

maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan

didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami.

Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat

berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi

sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik,

seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik

industri, serta limbah pertanian dan perkebunan. (Murbandono,1992).

Kompos merupakan humus yang prosesnya diperpecat, dengan

pengaturan bahan-bahan kompos sehingga kandungan hara yang dikandung pun

lebih tinggi di banding dengan humus. Sedangkan pengomposan itu sendiri adalah

penguraian bahan organik oleh sejumlah besar mikroorganisme dalam lingkungan

yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir berupa humus. Keunggulan

kompos dibandingkan dengan pupuk kimia adalah kompos yang tidak merusak

tanah, tidak menurunkan pH tanah, dan kompos menggemburkan tanah.

Kandungan haranya menetap pada tanah, tidak terlarut air sehingga dosis

penggunaan pada masa musim penanaman kedepan kemungkinan besar dapat

diturunkan tergantung pada sifat tanah dan pengisapan hara oleh

tanaman.(Anonim,2001).

Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan

mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikrobia

tersebut adalah bakteri, fungi, dan jasad renik lainnya.(Afandie dan Nasih Widya,

2002).

Faktor-faktor yang penting dalam pembuatan kompos adalah

perbandingan karbon-nitrogen, ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran

bahan, kelembaban, aerasi, suhu, macam dan kemampuan jasad renik yang

Page 10: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

5

terlibat, penggunaan inokulan, penambahan bahan fosfat dan destruksi dari jasad

renik patogen.

Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini

berarti bahwa peran mikroorganisme pengurai sangat besar. Kegunaan kompos

sendiri yaitu sebagai penyubur di lahan pertanian atau perkebunan, dapat

memperbaiki struktur tekstur tanah, memberikan kandungan unsur hara yang

diperlukan tanaman, dapat digunakan dalam usaha reklamasi lahan bekas galian

tambang, atau penyubur di daerah rawa-rawa, peningkatan kadar pH di daerah

lahan asam. (Tchobanoglous et al.1993).

Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan

meliputi :

a. Kebutuhan Nutrisi

Untuk perkembangbiakan dan pertumbuhannya, mikroorganisme

memerlukan sumber energi, yaitu karbon untuk proses sintesa jaringan

baru dan elemen-elemen anorganik seperti nitrogen, fosfor, kapur,

belerang dan magnesium sebagai bahan makanan untuk membentuk sel-sel

tubuhnya. Selain itu, untukmemacu pertumbuhannya, mikroorganisme

juga memerlukan nutrien organik yang tidak dapat disintesa dari sumber-

sumber karbon lain. Nutrien organik tersebut antara lain asam amino,

purin/pirimidin, dan vitamin.

b. Mikroorganisme

Mikroorganisme pengurai dapat dibedakan antara lain berdasarkan kepada

struktur dan fungsi sel, yaitu:

1. Eucaryotes, termasuk dalam dekomposer adalah eucaryotes bersel

tunggal, antara lain: ganggang, jamur, protozoa.

2. Eubacteria, bersel tunggal dan tidak mempunyai membran inti,

contoh: bakteri. Beberapa hewan invertebrata (tidak bertulang

belakang) seperti cacing tanah, kutu juga berperan dalam pengurai

sampah. Ideal Efektivitas proses pembuatan kompos sangat

tergantung kepada mikroorganisme pengurai.

Page 11: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

6

Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan

mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikrobia

tersebut adalah bakteri, fungi,dan jasad renik lainnya. Bahan organik untuk bahan

baku kompos ialah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan ternak

dan sebagainya. (Afandie dan Nasih Widya, 2002).

C. Kadar C-organik

Pada dasarnya tanaman memerlukan berbagai unsur hara baik itu unsur

mikro, ataupun unsur makro. Unsur C dan N merupakan unsur yang paling

penting dalam tanaman. Maka dari itu sebelum orang akan memupuk tanman

budidayanya pastilah orang tersebut menghitung keperluan pupuk atau unsur yang

diperlukan. (Murbandono,1992.).

C-organik bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika,

maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organic dilakukan

berdasarkan jumlah c-oraganik. (anonymous,2011).

Sumber utama CO2 di alam berasal dari dekomposisi bahan organik

berupa sisa-sisa tanaman ataupun hewan dan dari respirasi invertebrata, bakteri

serta fungi. Keperluan seluruh tanaman yang hidup diperkirakan sekitar 80 x 109

ton karbon/tahun. Dengan perediaan CO2 dalam udara sebesar 0,03% volume,

maka CO2 tersebut akan habis diserap tanaman dalam waktu beberapa dekade

saja. Berkat adanya daur (siklus) yang menghasilkan CO2, maka kadar gas

tersebut relatif stabil (Konova, 1966).

D. Kadar N total

Nitrogen merupakan unsure hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5%

bobot tanaman yang berfungsi terutama dalam pembentukan protein.

(hanafiah,2005).

Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk

pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3 –

atau NH4+ dari tanah. Kadar Ntrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah

2% - 4% berat kering. Dalam tanah, kadar Nitrogen sangat bervariasi, tergantung

pada pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut. Tanah hutan berbeda dengan

tanah perkebunan dan tanah peternakan. Tanaman di lahan kering umumnya

Page 12: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

7

menyerap ion nitrat NO3 – relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion

NH4+. Ada dugaan bahwa senyawa organik, misalnya asam nukleat dan asam

amino larut, dapat diserap langsung oleh tanaman (Tisdale, 1985).

E. Rasio C/N

Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan

membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang

rendah (telah melapuk) (Hasibuan, 2006).

Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah,

dapat langsung digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus

didekomposisikan dulu sehingga melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12

(Rinsemo, 1993).

Pembuatan kompos pada hakekatnya ialah menguraikan bahan – bahan

organik menjadi bahan – bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah

sebelum digunakan sebagai pupuk. C/N Rasio dari bahan organik merupakan

faktor yang sangat penting dalam proses pengomposan. Mikroorganisme

membutuhkan karbon untuk pertumbuhan dan nitrogen untuk sintesis protein. C/N

Rasio antara 26 – 35 sangat efisien untuk pengomposan. Jika bahan organik

miskin akan nitrogen atau dengan kata lain C/N Rasio terlalu tinggi maka aktivitas

mikroorganisme dalam mendegradasikan bahan organik akan menurun, sehingga

pengomposan akan berjalan lambat (Gaur, 1980). Semakin rendah nilai C/N Rasio

bahan, waktu yang dibutuhkan untuk pengomposan semakin singkat (Indriani,

1999). Bahan organik yang memiliki C/N Rasio tinggi dapat dikurangi dengan

menambahkan bahan – bahan yang merupakan sumber nitrogen seperti sisa – sisa

legume, gulma air, limbah rumah tangga, daun – daunan legume dan limbah

kotoran.

2.2. Keasaman

Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara

aerobik berkisar pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan pH yang dibutuhkan

tanaman. Pada proses awal, sejumlah mikroorganisme akan mengubah sampah

organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan selalu

menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman akan meningkat secara

Page 13: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

8

bertahap yaitu pada masa pematangan, karena beberapa jenis mikroorganisme

memakan asam-asam organik yang terbentuk tersebut.

Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses

pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila : pH terlalu tinggi (unsur N akan

menguap menjadi NH3. NH3 yang terbentuk akan sangat mengganggu proses

karena bau yang menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat

memusnahkan mikroorganisme. pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi

asam dan dapat menyebabkan kematian jasad renik.(Wiki,2011).

2.3. Temperatur

Suhu yang tinggi selama pengomposan merupakan indikator laju proses

pengomposan dan kegiatan mikroba. Pada suhu diatas 400 C mikroorganisme

mesolifik digantikan dengan mikroorganisme termolifik dan pada tahap termolifik

inilah laju dekomposisi yang terjadi sangat tinggi (Gaur, 1980). Sedangkan Sibuca

et. al. (1993) melaporkan bahwa peningkatan suhu mencapai 650 – 70

0C pada

awal pengomposan telah dapat mencegah atau mengurangi nematode, insekta,

jamur dan bakteri patogen, tetapi dipihak lain juga dapat menurunkan populasi

mikroba mesolifik, oleh karena itu peningkatan suhu tinggi yang terlalu lama

perlu dicegah agar tidak menghambat proses pengomposan.

Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang

sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan

produk yang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan temperatur

dalam tumpukan sampah bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme.

Pada awal pengomposan, temperatur mesofilik, yaitu antara 25 – 45o

C

akan terjadi dan segera diikuti oleh temperatur termofilik antara 50 – 65o

C.

Temperatur termofilik dapat berfungsi untuk a) mematikan bakteri/bibit penyakit

baik patogen maupun bibit vektor penyakit seperti lalat; b) mematikan bibit

gulma.

2.4. Identifikasi Pupuk An-0rganik

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,

kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.

Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu

Page 14: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

9

atau lebih hara tanaman.Berbicara tentang tanaman tidak akan lepas dari masalah

pupuk. Dalam pertanian modern, penggunaan materi yang berupa pupuk adalah

mutlak untuk memacu tingkat produksi tanaman yang diharapkan.Seperti telah

diketahui bersama bahwa pupuk yang diproduksi dan beredar dipasaran sangatlah

beragam, baik dalam hal jenis, bentuk, ukuran, maupun kemasannya. Pupuk–

pupuk tersebut hampir 90% sudah mampu memenuhi kebutuhan unsur hara bagi

tanaman, dari unsur makro hingga unsur yang berbentuk mikro. Menurut hasil

penelitian setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur (ada yang

menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal. Dari ke 16 unsur tersebut, tiga

unsur (Carbon, Hidrogen, Oksigen) diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur lagi

tersedia oleh tanah adalah Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K), Calsium (Ca),

Magnesium (Mg), Sulfur atau Belerang (S), Klor (Cl), Ferum atau Besi (Fe),

Mangan (Mn), Cuprum atau Tembaga (Cu), Zink atau Seng (Zn), Boron (B), dan

Molibdenum (Mo). Tanah dikatakan subur dan sempurna jika mengandung

lengkap unsur-unsur tersebut diatas. Ke-13 unsur tersebut sangat terbatas

jumlahnya di dalam tanah. Terkadang tanah pun tidak mengandung unsur-unsur

tersebut secara lengkap. Hal ini dapat diakibatkan karena sudah habis tersedot

oleh tanaman saat kita tidak henti-hentinya bercocok tanam tanpa diimbangi

dengan pemupukan. Kalau dilihat dari jumlah yang disedot tanaman, dari ke-13

unsur tersebut hanya 6 unsur saja yang diambil tanaman dalam jumlah yang

banyak. Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak tersebut disebut unsur

makro. Ke-6 jenis unsur makro tersebut adalah N, P, K, S, Ca, dan Mg.

(Marsono.2001).

Berdasarkan senyawanya,pupuk digolongkan menjadi : 1).pupuk organic

( kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, guano), dan 2). Pupuk anorganik ( contoh

: ZA, Urea, TSP, KCl atau MOP). berdasarkan pembuatannya, pupuk digolongkan

menjadi 2 yaituPupuk alam (contoh : ppuk kandang ,Guano, rock phosphate/RP

atau batuan fosfat) dan Pupuk anorganik (contoh urea,ZA,KCl ).berdasrkan

kandungan menjadi : Pupuk N, yaitu pupuk yang mengandung nitrogen. Pupuk P

yaitu pupuk yang mengandung fosfor dan Pupuk K yaitu pupuk yang

mengandung kalium.

Page 15: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

10

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat

Praktikum kesuburan tanah acara Pengomposan, Keasaman, Temperatur

dan Identifikasi Pupuk An-0rganik ini dilakukan atau dilaksanakan pada tanggal

09 april s/d 29 mei 2013 di Laboratorium Tanah, Fakultas Agroindustri,

Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat-alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah

sebagai berikut :

A. Pengomposan

a. Alat

1. Ember plastic

2. Autoklaf

3. Gelas ukur 1 liter

4. Gelas ukur 10,50, 100ml

5. Timbangan analitik

6. Thermometer dan pH meter

7. Beker glass

8. Labu takar 50 ml

9. Pipet ukur 10 dan 5 ml

10. Labu erlemeyer 250 ml

11. Buret

12. Botol pemancar air

13. Botol timbangan

14. Gelas piala 100 ml

15. Gelas arloji

16. Oven

17. Labu kjeldhal 100 ml

18. Kalkulator dan Alat tulis. Urin sapi / pupuk kandang

Page 16: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

11

b. Bahan

1. Bekatul

2. Terasi

3. Tetes tebu / gula jawa

4. Air

5. Probiotik

6. Sampah organic

7. Abu dapur

8. Air suling

9.

10.

11. 85 %

12. Indicator Diphelamine

13.

14.

15.

16.

17. Indicator Methyl Red

18. Data hasil pengukuran C-organik

19. Data hasil pengukuran N total.

B. Identifikasi Pupuk An-0rganik

a. Alat

1. Timbangan analitik

2. Sendok

3. Bak plastic

4. Alat tulis

5. Kertas label

b. Bahan

1. Pupuk anorganik ZA, SP36, KCL, UREA, PONSKA

2. Kantong plastic

Page 17: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

12

3.3. Cara Kerja

A. Kompos

1. Probiotik

a. Bekatul 0,75 kg, terasi 0,125 kg, dan tetes tbu 50 ml (gula jawa 5 ons)

direbus dengan air 5 liter sampai mendidih ( ) atau disterilisasi

menggunakan autoklaf (1 atm selama 15-20 menit).

b. Hasil rebusan (sterilisasi) didinginkan.

c. Menyiapkan urin sapi sebanyak 5oo ml (pupuk kandang 500 gr).

d. Setelah hasil rebusan (sterilisasi) dingin, kemudian dimasukkan kedalam

ember plastic dan tambahkan 500 ml urin sapi (pupuk kandang 500 gr)

sambil diaduk sampai rata.

e. Campuran selanjutnya dibiarkan selama 3 hari dan setiap harinya diadakan

pengadukan.

f. Probiotik siap digunakan.

2. Pengomposan

a. Mengambil sampah organic sebanyak 5 kg yang telah dipisahkan dari

bahan-bahan anorganik.

b. Sampah organic dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 5 cm.

c. Potongan sampah dicampur secara merata dengan probiotik sebanyak 0,5

liter.

d. Sambil diaduk-aduk ditambahkan air sampai dicapai kelembaban kurang

lebih 30% (jika dikepal tidak keluar air tetapi kepalan dibuka akan berurai

lagi).

e. Selanjutnya dimasukkan kedalam ember dibagi 3 lapis.

f. Masing-masing lapisan ditaburi dengan abu dapur (total yang diperlukan

o,5 kg) kemudian ember ditutup.

g. Setiap hari dilakukan pengukuran pH dan suhu pengomposan sampai

sampah menjadi kompos (C/N 20).

Page 18: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

13

3. Kadar C-organik

a. Ditimbang bahan kompos kering 0,1g, dimasukkan kedalam labu takar.

b. Ditambahkan sebanyak 10 ml dengan pipet ukur,

c. Ditambahkan 10 ml dengan gelas ukur, dan dikocok dengan

gerakan memutar.

d. Warna harus tetap merah jingga, apabila warna menjadi hijau atau biru

ditambah dan (jumlah penambahan dicatat),

didiamkan lebih kurang 30 menit sampai larutan dingin.

e. Dtambahkan 5 ml 85% dan 1 ml indicator diphenylamine,

f. Ditambahkan air suling sampai volumenya 50 ml,

g. Dikocok dengan membolak balikkan sampai homogeny dan mengendap,

h. Diambil dengan pipet ukur 5 ml larutan jernih , kemiudian dimasukkan

kedalam labu Erlenmeyer dan ditambahkan air suling 15 ml,

i. Larutan dititrasi dengan , sehingga warna menjadi kehijau-

hijauan,

j. Langkah ini diulang tanpa sempel untuk keperluan blangko.

4. Kadar N total

Destruksi

a. Ditimbang kompos dengan gelas arloji (kertas) yang bersih dan

keringseberat 250 mg. ditimbang juga analisis kadar air.

b. Dimasukkan kedalam labu kjeldal 100 ml dan ditambahkan

2,5 ml.

c. Dikocok sampai merata dan setelah itu dipanaskan dengan hati-hati

sampai asapnya hilang dan warna larutan menjadi putih kehijauan atau

tidak berwarna (pemanasan dalam almari asam) kemudian didinginkan.

Destilasi

a. setelah larutan didalam tabung kjeldal dingin ditambahkan air

suling 25-50 ml, kemudian larutan ditambahkan kedalam labu

destilasi, cara memasukkan larutan dengan menuangkan

Page 19: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

14

beruang-ulang dengan air (dalam hal ini diusahakan butir-butir

tanah tidak mask).

b. diambil gelas piala 100-150 ml dan diisi dengan 0,1 N

10 ml, diberi 2 tetes indkator methilhingga warna menjadi

merah.

c. Gelas piala ini (b) ditemptkan dibawah alat pendingin destilasi

sedemikian rupa hingga ujung alat pendingin tersebut tercelup

diatas permukaaan asam.

d. Ditambahkan dengan hati-hati (dengan gelas ukur) 20 ml

NaOH pekat (penmbahan NaOH ini diusahakan melalui

dinding labu destilasi). Pekerjaan ini digunakan menjelang saat

sebelum destilasi dimulai (tidak boleh lama).

e. Setelah itu didestilasidimulai dan dijaga supaya larutan yang

ada didalam gelas tetap berwarna merah, kalau warna berubah

hilang segera ditambah lagi 0,1 N dengan jumlah yang

diketahui. Estilasi berlangsung selama sekitar 30 menit (dilihat

nilai larutan itu mendidih).

f. Setelah larutan didestilasi, gelas piaa diambi (ingat api baru

boleh dipadamkan kalau gelas piala sudah diambil)

g. Bilas ir suling uung atas bawah alat pendingin (air suling ini

juga dmasukkan dalam gelas piala)

Titrasi

a. Larutan dalam gelas piala dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai

warna hampir hilang

b. Pekerjaan 1s/d 3 dilakukan juga untuk blangko, yaitu tanpa

memakai sampel.

5. Rasio C/N

a. Menghitung perbandingan antara C-organik dengan N total.

b. Apabila nilai C/N sudah memenuhi syarat untuk dipergunakan sebagai

pupuk (rasio C/N kompos 20), maka proses pengomposan di

hentikan.

Page 20: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

15

B. Temperatur dan Keasaman

Pengamatan temperature dan pH dilakukan setiap hari sampai sampah

menjadi kompos (C/N ).

1. Pengukuran temperature

a. Menyiapkan alat ukur temperature (thermometer).

b. Memasukkan (menancapkan) thermometer kebagian tengah-tengah

pengomposan ( 15 cm dari permukaan)

c. Setelah 5 menit thermometer diambil dan dicatat temperaturnya.

d. Pengukuran dilakukan dengan cara yang sama pada bagian tengah antara

tepid an tengah gundukan (diambil 2 tempat).

e. Tiga hasil pengukuran dibuat rata-rata.

2. Derajat keasaman (pH)

a. Mengambil contoh kompos 10 g dimasukkan kdalam beker glas 50 ml.

b. Menambahkan air suling sebanyak 25 ml kedalam beker glas.

c. Mengaduk air dalam beker glas sampai kompos menjadi larut.

d. Lartan dibiarkan mengendap selama kurang lebih 30 menit.

e. Setelah mengendap dilakukan pengukuran ph dengan ph meter (kertas

lakmus).

f. Menyambung eektroda paaz meterannya.

g. Elektroda diclupkan pada larutan penyangga ph 7 dan ditekan tombol pada

tanda “ON” disesuaikan dengan keadaan tombol “TEMP” pada angka

temperature larutan penyangga pH 7, dan atur tombol “CALIB” hingga

terbaca pada angka 7,00 pada llayar pH meter.

h. Elektroda dicuci pada pancaran air suling dibagian bawahnya sampai

bersih.

i. Elektroda diclupkan pada larutan penyangga pH 4 dan tekan tombol pada

anda “ON” disesuaikan dngan keadaan tombol “TEMP” pada angka

temperature larutan penyangga pH 4 dan diatur tombol “SLOPE” hingga

terbaca angka 4,00 pada layar ph meter.

j. Elaktroda di cuci dengan pancaran air sulling samai bersih

Page 21: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

16

k. Dengan mengikut angkah f s/d j maka pH yag diteliti siap diamati.

l. Elektroda diclupkan pada arutan kompos, kemudian diamati dan dicatat

angka pada monitor menunjukan pada ph meter.

m. Pengukuran diulang sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata-rata.

B. Identifikasi Pupuk An-0rganik

1. Higroskopisitas

a. Menimbang sampel pupuk seberat 10 g.

b. Menimbang kantong plastik tempat pupuk.

c. Pupuk dimasukkan dalam kantong plastik yang terbuka.

d. Kantong plastik berisi pupuk disimpan di tempat yang aman dan di biarkan

terbuka.

e. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan cara menimbang

pupuk bersama kantong plastiknya.

f. Pengamatan dilakukan selama 4 minggu.

2. Tingkat kelarutan

a. Menimbang sampel pupuk seberat 10 g.

b. Memasukkan pupuk ke dalam gelas ukur.

c. Menambahkan air ke dalam gelas ukur dengan volume 2 kali lipat volume

pupuk.

d. Setelah 1 jam larutan pupuk di saring dengan kertas saring.

e. Kertas saring dan endapan pupuk diangin-anginkan hingga kering.

f. Setelah kering pupuk dan kertas saringnya di timbang.

g. Endpan pupuk dibersihkan dan kertas saring ditimbang.

h. Dari hasil penimbangan kita dapat mengetahui berapa endapan yang

diperoleh.

i. Mengitung persentase kelarutan.

Page 22: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

A. Kompos

a. Probiotik

Dari praktikum dan pengamatan pada acara probiotik yang telah

dilakukan dapat diperoleh hasil gambar sebagai berikut :

Gambar 1. Probiotik

b. Pengomposan

Dari praktikum dan pengamatan pada acara pengomposan yang telah

dilakukan dapat diperoleh hasil gambar sebagai berikut

Gambar 2. Kompos

Page 23: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

18

c. Kadar C-organik

Dari praktikum dan perhitungan pada acara kadar C-organik yang telah

dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

Rumus mencari C-organik :

( )

( )

Tabel 1. Hasil titrasi kadar C-organik

Perlakuan Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4

Blanko (B) 6,6 ml 6,6ml 6,6 ml 6,6 ml

Sampel (A) 1,0 ml 2,5 ml 3,7 ml 1,7 ml

Kadar C-organik 38,97 % 32,48 % 25,97 % 37,67 %

Kadar bahan organik 67,18% 56 % 44,77 % 67,94 %

d. Kadar N total

Dari praktikum dan perhitungan pada acara kadar N total yang telah dilakukan

dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

Rumus mencari N-total :

( )

( )

Tabel 2. Hasil titrasi kadar N Total

Perlakuan Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4

Blanko (B) 0,1 ml 78,4 ml 0,5 ml 0,5 ml

Sampel (A) 0,1 ml 52,5 ml 0,3 ml 0,4 ml

Kadar N Total 0,19 % 14,61 % 0,54 % 0,11 %

e. Rasio C/N

Dari praktikum dan perhitungan pada acara Rasio C/N yang telah dilakukan

dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 24: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

19

Rumus mencari C/N rasio :

C/N

Tabel 3. Hasil perhitungan Rasio C/N

Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4

C 38,97 % 32,48 % 25,97 % 37,67 %

N 0,19 % 14,61 % 0,54 % 0,11 %

C/N 205,97 2,22 48,09 342,45

B. Keasaman

Dari praktikum dan pengamatan pada acara keasaman (pH) yang telah

dilakukan ini diperoleh hasil grafik sebagai berikut :

Grafik 1. Pengamatan harian derajat keasaman (pH)

6

6.5

7

7.5

8

8.5

9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

pH

Hari pengamatan

Pengamatan Derajat Keasaman (pH)

Kel 1

Kel 2

Kel 3

Kel 4

Page 25: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

20

C. Temperatur

Dari praktikum dan pengamatan pada acara suhu/temperatur yang telah

dilakukan ini diperoleh hasil gambar sebagai berikut :

Grafik 2. Pengamatan harian temperature / suhu

D. Identifikasi Pupuk An-0rganik

a. Higroskopisitas

Dari praktikum dan pengamatan pada acara higroskopisitas yang telah

dilakukan ini diperoleh hasil gambar dan tabel sebagai berikut :

Grafik 3.Pengamtan higroskopisitas

25

27

29

31

33

35

37

39

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Tem

pe

ratu

r /

suh

u (

celc

ius)

Hari pengamatan

Pengamatan temperatur / suhu Kel 1

Kel 2

Kel 3

Kel 4

9

10

11

12

13

14

15

kel 1 kel 2 kel 3 kel 4

Ra

ta-r

ata

hig

rosk

op

isit

as

Kelompok

Pengamatan Higroskopisitas

ZA

SP36

UREA

PONSKA

KCL

Page 26: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

21

b. Tingkat kelarutan

Dari praktikum dan pengamatan pada acara tingkat kelarutan yang telah

dilakukan ini diperoleh hasil gambar dan tabel sebagai berikut :

Grafik 4.Pengamatan tingkat kelarutan

4.2. Pembahasan

A. Kompos

Kompos merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik yang

penting dan banyak dibutuhkan tanaman. Kompos terbuat dari bagian-bagian

tanaman yang telah mengalami penguraian oleh mikroorganisme. Pada

awalnya, kompos tersedia berlimpah dihutan dan ladang pertanian (bekas

tebangan hutan). Kompos berasal dari dedaunan dan ranting pohon yang

mengalami pembusukan secara alami oleh bakteri pengurai dan jamur.

Kompos kemudian menjadi penyubur kawasan hutan an kadang-kadang

dimanfaatkan oleh penduduk sekitar hutan. Kadang-kadang penduduk

disekitar hutan sengaja membakar habis hutan untuk membuka lahan

pertanian, dan memanfaatkan kompos alami atau humus sebagai pupuknya.

(anonym,2011).

Pengomposan dari bahan tanaman lebih lama dibandingkan dari kotoran

hewan. Kotoran hewan banyak mengandung selulosa yang lebih mudah

0

20

40

60

80

100

kel 1 kel 2 kel 3 kel 4

% k

ela

ruta

n

kelompok

pengamatan tingkat kelarutan

ZA

SP36

UREA

PONSKA

KCL

Page 27: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

22

terdekomposisi, sedangkan sisa tanaman walaupun juga mengandung selulosa

namun juga mengandung lignin maupun polifenol yang lebih sulit

terdekomposisi (Brady, 1990).

Pembuatan pupuk kompos sendiripun terdiri dari bermacam-macam

bahan diantaranya: bekas kotoran hewan ternak atau yang sering disebut

sebagai pupuk kandang selain itu ada lagi pupuk hijau yaitu bahan kompos

terdiri dari sisa-sisa tanaman misalnya jerami dan daun daunan. (Murbandono,

1992).

Pada praktikum pengomposan kali ini digunakan bahan urin sapi dan

juga kotoran sapi sebagai probiotik yang membantu proses pembusukan.

Praktikum pengomposan ini terdiri dari bermacam-macam bahan diantaranya:

pupuk hijau yaitu bahan kompos terdiri dari sisa-sisa tanaman misalnya jerami

dan daun-daun tumbuhan.

Pada acara probiotik atau pembuatan starter kali ini mengggunakan dua

macam bahan yang berbeda yaitu urin sapi dan kotoran sapi. Dimana pada

proses pembuatan probiotik ini berlangsung selama 3 hari dan setiap harinya

dilakukan pengadukan pada waktu yang sama, agar nantinya probiotik

menjadi dan dapat digunakan dalam proses pembuatan kompos selanjutnya.

Dimana disini pada saat proses penyaringan yaitu terdapat perbedaan antara

probiotik berbahan urin sapi dengan probiotik berbahan kotoran sapi yaitu

lebih banyaknya pengendapan pada probiotik berbahan kotoran sapi dan

setelah proses penyaringan pun probiotik berbahan urin sapi terlihat lebih

jernih (tidak terlalu banyak endapan).

Acara yang kedua yaitu pengomposan dimana pada proses

pengomposan ini bahan-bahan yang akan digunakan yaitu daun-daun tanaman,

sebelum dilakukan pengomosan daun-daun tanaman ini dipotong-potong

(dicincang) kecil-kecil guna nantinya pada saat proses pengomposan supaya

kompos lebih cepat matang dan cepat terurai sehingga proses pengomposan

tidak terlalu lama.

Secara garis besar pengomposan dapat dilakukan bebrapa cara

tergantung pada keadaan tempat pembuatan, budaya orang, mutu yang

Page 28: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

23

diinginkan, jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia dan

selera pembuat kompos itu sendiri.

Yang perlu diperhatikan atau diamati dalam proses pengomposan

adalah sebagai berikut:

1. Kelembaban timbunan bahan kompos: Kegiatan dan kehidupan

mikrobia sangat dipengaruhi oleh kelembaban yang cukup , tidak terlalu

kering dan tidak terlalu basah atau tergenang.

2. Aerasi timbunan: Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila

teralau anaerob, mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja,

mikrobia aerob mati atau trhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila

terlalu aerob udara bebas masuk kedalam timbunan bahan yang

dikomposkan sehingga mengakibatkan hilangnya nitrogen relatif banyak

karena menguap berupa NH3.

3. Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 500 C).

Selama pengomposan selalu timbul panas sehingga bahan organik yang

dikomposkan temperaturnya akan naik bahkan sering mencapai 600.

4. Suasana: Proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam

organik sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan

mempunyai dampak netralisasi keasaman.

5. Netralisasi keasaman : Netralisasi keasaman sering dilakukan dengan

menambah bahan pengapuran misalnya dengan kapur, dolomit, atau abu.

Dalam praktikum kali ini mahasiswa dibagi menjadi empat

kelompok dimana kelompok 1 dan 3 membuat kompos dengan bahan

probiotik urin sapi sedang kan kelompok 2 dan 4 membuat kompos

dengan bahan probiotik yang sama dan nantinya bertujuan untuk

membandingkan hasil antara kompos dengan bahan probiotik urin sapi

dengan probiotik kotoran sapi. Pada saat proses pengomposan daun-daun

tanaman yang sudah di potong-potong kemudian di timbang / dibagi rata

disetiap kelompok dan mulai dilakukan proses pencampuran bahan daun-

daun tanaman sebanyak 5 kg dengan probiotik 0,5 liter kemudian diaduk

Page 29: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

24

hingga rata dengan kelembaban kurang lebih 30 %. Kemudian bahan

kompos yang sudah dicampur rata dimasukkan dalam ember dan di bagi

menjadi tiga lapisan setiap lapisan ditabuti dengan abu guna untuk

meningkatkan dan menjaga derajat keasaman (pH). kompos ditutup rapat

dengan plastik kemudian dilakukan pengamatan suhu dan derajat

kesaman (pH) setiap hari hingga kompos sudah menjadi dan siap pakai

unuk memupuk tanaman.

Pada acara praktikum kadar C-organik dan juga N total yang telah

dilakukan yaitu dengan cara mengambil sampel kemudian dilakukan

analisis dalam laboratorium. Dan di dapatkan kadar C-organik pada

kompos dengan bahan probiotik urin sapi yaitu kelompok 1 dan 3

berturut-turut 38,97 % dan 25,97 % dan untuk kompos ber bahan

probiotik kotoran sapi kelompok 2 dan 4 berturut-turut diperoleh 32,48 %

dan 37,67 % untuk kandungan bahan organiknya yaitu kelompok 1 dan 3

adalah 67,18% dan 44,77 % sedangkan untuk kelompok 2 dan 4 adalah

56 % dan 67,94 % dan untuk kadar N total yang diperoleh kelompok 1

dan 3 adalah 0,19 % dan 0,54 % sedangkan yang diperoleh untuk

kelompok 2 dan 4 adalah 14,61 % dan 0,11 %. Dari data yang didapatkan

dapat dilihat bahwa hampir semua kadar N total dalam setiap perlakuan

pemberian probiotik mempunyai kadar N yang rendah dan untuk

kelompok 2 memeroleh kadar N tinggi dikarenakan pada saat titrasi

larutan yang digunakan yaitu H2SO4 dan untuk kelompok lainnya

menggunakan HCL 0,01 N. sedangkan untuk kadar C-organik pada

masing masing kelompok diperoleh data ysng tinggi, sehingga dari data

yang ada diperoleh rasio C/N yaitu kelompok 1 dan 3 adalah 205,97 dan

48,09 dan untuk kelompok 2 dan 4 adalah 2,22 dan 342,45.

Yang meyebabkan kadar N pada kompos tersebut rendah bisa

disebabkan oleh beberapa faktor misalnya aja disebabkan karena kurang

rapatnya saat menutup kompos pada proses dekomposisi sehingga kadar

N yang terkandung di dalam kompos mengalami penguapan dan bisa saja

di sebabkan oleh faktor lingkungan misalnya saja suhu dan kelembaban

Page 30: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

25

lingkungan tersebut. Dan menurut beberapa pustaka dalam proses

dekomposisi bahan organik, C digunakan oleh mikroorganisme sebagai

sumber energi dan bersama N digunakan sebagai penyusun selnya. Oleh

karena itu hasil analisis C, N, S menunjukkan terjadinya penurunan kadar

C dan peningkatan kadar N selama proses pengomposan. Kandungan N

dalam kompos meningkat selama proses pengomposan, karena terjadi

mineralisasi N-organik menjadi N-mineral oleh mikroorganisme. Akan

tetapi, pada kompos sampah sayuran terjadi penurunan kandungan N.

Penurunan kadar N pada kompos sampah sayuran disebabkan oleh proses

dekomposisi anaerob yang terjadi pada minggu ke-1 dan ke-2.

Dekomposisi N-organik secara anaerob menghasilkan gas amoniak

(NH3) yang menguap menyebabkan bau menyengat pada saat

pengomposan. Setelah dianalisis dengan uji t pada rasio C/N maka

diperoleh :

nilai t hitung = 0,013

Ho ditolak jika – t α/2 < t hitung < t α/2

jadi diperoleh data sehasil sebagai berikut : -6,314<0,013<6,314

berati Ho ditolak, maka tidak ada beda nyata antara kompos yang terbuat

dari bahan probiotik urin sapi dan kotoran sapi.

B. Keasaman

Pada acara keasaman ini setiap kelompok mengamati derajat keasaman

setiap hari selama proses pengomposan dimana pada masing masing

kelompok atau perlakuan diperoeh rata-rata sebagai berikut untuk kelompok

dengan bahan probiotik urin sapi yaitu kelompok 1 dan 3 adalah 7.97 dan 7.94

sedangkan kelompok dengan bahan probiotik kotoran sapi kelompok 2 dan 4

adalah 8.01 dan 8.04. dapat dilihat bahwa pH pada pengomposan dengan

bahan probiotik kotoran sapi lebih tinggi dibandingkan dengan ph pada

pengomposan dengan bahan probiotik urin sapi sedangkan untuk data per hari

derajad keasaman (pH) dapat dilihat pada tabel 1. Dimana dapat dilihat bahwa

pH pada setiap kelompok mengalami naik turun untuk kenaikan dan

penurunan pH hal ini bisa di karenakan kurang ratanya sampel dalam

Page 31: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

26

pengambilan sampel dan takaran atau berat sampel yang sedikit berbeda,

kemudian yang paling penting yaitu sewaktu pengadukan yang tidak merata,

sehingga mengakibatkan pH berubah – ubah. Tetapi dapat dilihat pada grafik

1. bahwa selisih perubahan pH tidak begitu signifikan. Pada awalnya pH juga

rendah dan semakin hari pH semakin naik hingga menjadi 8. pH naik terjadi

setelah dilakukanya pengadukan secara merata sehingga disini dapat

disimpulkan bahwa setelah abu disama ratakan atau diadukmaka pH menjdi

naik.

C. Temperatur

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara

peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan

semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses

dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan

kompos. Temperatur yang berkisar antara 30-60o

C menunjukkan aktivitas

pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60o C akan membunuh

sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap

bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba

patogen tanaman dan benih-benih gulma.

Pada praktikum pembuatan kompos ini diperoleh rata-rata suhu yaitu

pada perlakuan pengomposan dengan bahan probiotik urin sapi kelompok 1

dan 3 adalah 31.810 Cdan 29.90

0C, sedangkan pada perlakuan pengomposan

dengan bahan probiotik kotoran sapi kelompok 2 dan 4 adalah 31.460 C dan

29.900 C. dan untuk data harian dapat dilihat pada grafik 2. Terjadi naik

turunya yang tidak selalu tepat (berubah-ubah) dikarenakan berbagai factor

misalnya factor lingkungan pengomposan tempat yang terkena sinar matahari

cukup banyak sehingga mengakibatkan suhu juga meningkat dan jam

pengamatan yang tidak selalu tetap (berubah-ubah). Selain penyebab naik

turunnya suhu di karenakan itu juga pada pertengahan pengamatan suhu rata –

rata 320 C hal ini di karenakan proses pengomposan itu sedang berlangsung.

Dari beberapa perlakuan tentu keadaan suhu dan pH juga berbeda – beda

mungkin hal ini juga disebabkan oleh faktor-faktor yang sama.

Page 32: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

27

D. Identifikasi Pupuk An-0rganik

Pertanian pada dasarnya menambang unsur hara melalui hasil panen

yang diangkut, baik berupa bagian vegetatif maupun bagian generatif. Selain

hilang karena terikut hasil panen, unsur hara juga berkurang karena adanya

erosi terutama akibat terbawa oleh aliran permukaan (run off). Karena hal

tersebut maka unsur hara didalam tanah semakin berkurang, dan

memengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman.

Semakin besarnya permintaan terhadap hasil pertanian dan bahan

pangan, maka tanaman telah dipacu agar dapat memberikan hasil yang

setinggi-tingginya. Hal tersebut membawa konsekuensi semakin terkurasnya

unsur hara. Penggunaan varietas unggul yang mampu memberikan hasil yang

unggul mampu memberikan hasil yang tinggi, memerlukan unsur hara yang

memadai agar sifat unggulnya muncul. Disatu sisi hasil yang diperoleh dari

hasil panen sangat menguntungkan dengan semakin tingginya hasil; tetapi

disisi lain juga berarti semakin banyak unsur hara yang berkurang.

Upaya untuk mengimbangi kebutuhn tanaman tersebut amaka pelu

dilakukannya penambahan unsur hara (pemupukan). Dimana pemberian

pupuk ini diharapkan dapat membperbaiki an memberikan hasil produksi

yang memadai. Oleh karna itu pemberian pupuk harus sesuai dengan

kebutuhannya. Dan diprerlukan nya identifikasi pupuk yang akan digunakan

tersebut misalnya saja higroskopisitas dan tingkat kelarutan.

Dalam praktikum ini mahasiswa diperkenalkan dengan barbagai macam

jenis pupuk yang sering digunakan oleh petani seperti ZA, SP36, UREA,

PONSKA, KCL. Masing-masing pupuk tersebut memiliki tingkat

higrospisitas yang berbeda seperti dapat dilihat pada grafik 3. dimana pupuk

PONSKA persentase rata-rata higroskopisitasnya paling tinggi pada masing-

masing kelompok berturut-turut yaitu 13,731 ; 12,987 ; 14.387 dan 14.242.

kemudian untuk persentase rata-rata ke dua yaitu pupuk UREA dan diikui

pupuk KCL, ZA dan yang terakhir SP36 yang persentse rata-rata tingkat

Higroskopisitas terendah yaitu K1 10,648; K210,751; K311.012; K410.668.

Tinggi rendahnya persentase higroskopisitas dapat dipengaruhi oleh beberapa

Page 33: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

28

factor misalnya saja bentuk dari pupuk tersebut misalnya butiran halus lebih

besar tingkat higroskopisitasnya dibanding dengan pupuk yang berbentuk

butiran kasar, kandungan dalam pupuk tersebut, keadaan lingkungan

misalnya suhu/temperature, kelembababn udara dan lain-lain.

Pada acara tingkat kelarutan diperoleh hasil rata-rata persentase

kelarutannya yaitu ada pupuk ZA diperoleh rata-rata semua kelompok 96,1 %

, sedangkan untuk pupuk SP36 diperoleh rata-rata kelompok adalah 18,7%,

sedangkan untuk UREA diperoleh rata-rata kelompok adalah 97,75 %, untuk

PONSKA diperoleh rata rata kelompok adalah 74,67% dan untuk pupuk KCL

diperoleh rata-rata kelompok adalah 82,62 %. Sehingga diperoleh rata-rata

persentase tingkat kelarutan paling rendah adalah SP36, dan persentase yang

paling tinggi adalah UREA. Tinggi rendahnya persen kelarutan dipengaruhi

oleh beberapa faktor dari bentuk fisik misalnya bentuk butiran lebih lembut

maka tingkat kelarutan pada pupuk tersebut akan lebih cepat terlarut

dibandingkan dengan yang memiliki bentuk butiran yang lebih kasar

(besar).misalnya saja pada pupuk urea memiliki bentuk fisik kristal dan untuk

SP36 memiliki bentuk fisik butiran kasar.

Page 34: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

29

BAB V

KESIMPULAN

1. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia,

biologi, tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman

2. Faktor yang mepengaruhi pengomposan yang paling utama yaitu temperatur

dan pH.

3. Unsur N dan C merupakan unsur makro yang diperlukan bagi tanaman,

sehingga N dan C sangat dibutuhkan bagi tanaman. Kadar N dan C/N rasio

sebelum melakukan pemupukan perlu diketahui terlebih dulu hal ini

dilakukan karena agar kita dapat mengetahui dosis pemupukan.

4. Setiap melakukan pengomposan harus atau wajib bagi seorang peneliti

menganalisis kadar unsur yang ada didalam kompos tersebut.

5. Dari semua perlakuan dapat dilihat bahwa semua perlakuan probiotik

berbahan urin sapi dan kotoran sapi tidak memiliki beda nyata.

6. Bentuk pupuk yang butiran lembut akan mudah mengalami hiroskopis.

7. Pupuk yang berbentuk butiran kasar tidak mengalami higroskopis

8. Pupuk SP36 memiliki persentase tingkat kelarutan paling rendah sedangkan

untuk yang paling tinggi tingkat kelarutannya adalah UREA.

Page 35: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

30

DAFTAR PUSTAKA

Afandie,R..dan Nasih Widya Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.

Yogyakarta.

Anonim, 1984. Fertilizer and Plant Nutrition Guide. FAO. Rome. 176 h.

Anonim, 2005. www.google(biogenonline).com Pengomposan Menggunakan

Jerami dan Sisa Produksi Pertanian. Diakses Tanggal 20 Juli 2010.

Anonim, 2007. www.google(biogenonline).com Kompos dan Pupuk Organik

Untuk Tanaman Budidaya. Diakses Tanggal 20 Juli 2010.

Anonim, 2010. Petunjuk Praktilum Kesuburan Tanah. Universitas Mercu Buana

Yogyakarta.

Buringh,P . 1993.Pengantar pengajian tanah-tanah wilayah Tropika dan sub

tropika.terjemahan : tejoyuwono N. Gadjah Mada Univ.press. :

Yogyakarta

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press

Harcourt Brace Jovanovich, Publisher. London.

Mengel, K. , and E. Kirby. 1987. Principles of Plant Nutrition. International

Potash Inst. Bern Switzerland.

Murbandono, L. 1992. Membuat Kompos. Penebar Swadaya

Notohadiprawiro,T.,Soekodarmodjo,S dan E. Sukana,1997. Pengelolaan

Kesuburan Tanah dan peningkatan Efesiensi

pemupukan.Bull.Fak.Pertanian UGM : Yogyakarta

Rinsema,W.T.1983.Pupuk dan cara pemupukan.Bhratara Karya Aksara : Jakarta

Tisdale, S.L. , Nelson & J.D. Beaton. Soil Fertility and Fertilizers. MacMillan

Pub. Co. New York. Xiv + 754h.

Yoshida, A, and S. Yoshida. 1970. Nutritional Disorder of Rice Plant in Asia. Int.

Rice Res. Int. Techology Bulletin.

Page 36: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

31

Gambar praktikum

Page 37: Laporan Praktikum Kesuburan Tanah

32