makalah kesuburan tanah

Download MAKALAH KESUBURAN TANAH

If you can't read please download the document

Upload: djewer-ghazali

Post on 28-Nov-2015

1.072 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

uuuuuuuu

TRANSCRIPT

MAKALAH KESUBURAN TANAH ...ur Setiadi (Lee kin-fu)

MAKALAHKESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKANPENINGKATAN PRODUKTIFITAS KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PASIR PANTAII. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya populasi manusia dan perluasan lahan kota dari perdesaan bahkan lahan hutan lindung yang dijadikan lokasi perumahan dan lokasi industri sehingga membuat luasan lahan untuk pertanian makin sempit dalam usaha budidaya pertanian arti luas. Alternatif yang dapat dikembangkan untuk menciptakan area tanam yang cukup maksimal adalah dengan memanfaatkan lahan sebaik-baiknya dan dengan luasan yang sempit namun menghasilkan panen atau hasil yang kualitas dan kuantitasnya mampu melebihi lahan-lahan produktif, salah satu tanah yang mampu dikelola dan dikembangkan adalah tanah pasir di pinggiran pesisir pantai, yang diduga mampu memberikan asupan hara yang cukup bagi tanaman jika di kelola terlebih dahulu sebelum penanaman. Walaupun hasil-hasil penelitian, bahwa lahan pesisi pantai miskin unsur hara, namun salah satu yang menjadikan lahan pasir pantai untuk usaha pertanian adalah Tanah pasir pantai memiliki satu kelebihan yang sangat kompleks dimana lahan pasir pantai mendapatkan pencahayaan matahari yang kualitasnya lebih tinggi dibandingkan lahan-lalah pada tanah yang produktif untuk pertanian, sehingga dengan banyaknya pasokan cahaya matahari memungkinkan tanaman mampu menghasilkan produksi yang baik dan menguntungkan bagi usaha pertanian. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah kesuburan tanah dan pemupukan tentang peningkatan produktifitas kesuburan tanah pada lahan pasir pantai adalah: a.Agar mahasiswa mengetahui upaya-upaya dalam usaha peningkatan peran tanah pasir untuk lahan pertanian b.Agar mahasiswa mampu memanfaatkan lahan miskin hara menjadi lahan yang banyak hara dengan cara atau metode aplikasi bahan-bahan tertentu ke lahan yang miskin hara.

II. PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PASIR PANTAI 2.1 Pengertian dan kandungan hara tanah pasir Tanah pasir merupakan suatu fraksi dalam tanah yang memiliki struktur butiran-butiran kecil dengan konsistensi lepas, sangat porous, sehingga daya sangga air dan sangga pupuk sangat rendah (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994). Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas rendah. Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan efisiensi penggunaan air rendah (Kertonegoro, 2001; Al-Omran, et al., 2004). Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, KPK, tekstur dan warna. Menurut Syukur (2005) lahan pasir pantai memiliki kemampuan menyediakan udara yang berlebihan, sehingga mempercepat pengeringan dan oksidasi bahan organik. Namun lahan pasir pantai memiliki potensi yang besar untuk mendukung pengembangan sektor agribisnis. Lahan pasir pantai memiliki beberapa kelebihan untuk lahan pertanian yaitu luas, datar, jarang banjir, sinar matahari melimpah, dan kedalaman air tanahnya dangkal (selain itu persiapan lahan pasir pantai cukup sederhana hanya dengan membuat bedengan tidak dibuat parit-parit yang dalam, sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan tanah. Kandungan hara dalam tanah pasir adalah sebagia berikut: No Sifat-Sifat Tanah Nilai dan Harkat 1. Kadar air kering angin (%) 0,68 2. pH (H2O)(1 : 2,5) 6,7 (netral) 3. Daya Hantar Listrik (DHL)(mS) 0,20 (sangat rendah) 4. Kadar C-organik tanah (%) 0,23 (sangat rendah) 5. Bahan Organik Tanah (%) 0,40 (sangat rendah) 6. N-total (%) 0,02 (sangat rendah) 7. P-tersedia (ppm) 16,67 (tinggi) 8. K-tersedia (me/100g) 0,03 (sangat rendah) 9. Ca-tersedia (me/100g) 0,63 (sangat rendah) 10. Na-tersedia (me/100 g) 0,29 (rendah) 11. Mg-tersedia (me/100 g) 0,18 (sangat rendah) 12. Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) (me/100 g) 3,81 (sangat rendah) 13. Fraksi pasir (%) 98,5 14. Fraksi debu (%) 1,5 15. Fraksi lempung (%) 0,0 16. Kelas tekstur tanah (USDA) Pasir

2.2 Permasalahan tanah pada lahan pasir pantai Sangat kompleks permasalah pada tanah pasir, dimana pada tanah pasir tidak mampu menyimpan air dalam jumlah besar, kandungan unsur hara yang rendah, koloidal tanah yang rendah, pencucian unsur hara yang tinggi, tingkat erodibilitas yang tinggi dan produktivitas lahan yang tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman dan tekstur pasiran, struktur lepas-lepas, kemampuan menukar kation rendah, suhu tanah disiang hari sangat tinggi, kecepatan angin dan laju evaporasi sangat tinggi 2.3 Upaya Peningkatan Produktifitas Kesuburan Tanah Pada Lahan Pasir Pantai Upaya dalam peningkatan produktifitas kesuburan tanah pasir pantai untuk mengantisipasi permasalah yang sering ditemukan di lahan tersebut, dapat dilakukan tindak pengolahan tanah pasir yang mengarah pada pertanian berkelanjutan, yaitu: 1. Pemanfaatan Biocar Alternatif yang sedang dikembangkan dalam dunia pertanian yang ramah lingkungan adalah pemanfaatan biocar untuk peningkatan produktifitas tanah pasir pantai. Menurut Wiyono (2009), biocar atau sisa-sisa hasil panen dari tanaman dapat memperbaiki sifat-sifat tanah pada lahan pasir, yang pada dasarnya memanfaatkan pembakaran hasil panen dimana akan menjadikan hasil pembakaran tersebut menjadi arang. Pemanfaatan biocar dari pembuatan arang ditujukan sebagai bahan penjerap yang mampu menaikkan daya simpan dan lepas terhadap unsur hara dan lengas dalam tanah, salah satu biocar yang sedang dikembangkan terbuat dari pembakaran batok kelapa. 2. Pemanfaatan Bahan Halus Penggunaan bahan halus di lahan pasir pantai dapat memanfaatkan tanah lempung, abu vulkanik, endapan saluran sungai atau kolam waduk (lumpur). Penggunaan bahan halus bertujuan untuk meningkatkan jumlah koloid dalam tanah, khususnya penambahan fraksi lempung. Peningkatan jumlah bahan halus dalam tanah akan bermanfaat terhadap peningkatan hara dan air pada lahan pasir pantai. Sehingga kaitannya dimana tanah pasir sulit untuk mengikat air, dengan adanya penambahan bahan-bahan halus akan meningkatkan dya ikat tanah pasir terhadap air, dampaknya akan meningkatkan unsur hara dalam tanah, karena fraksi lempung yang akan memperbaiki fungsi kolid tanah dalam melakukan pertukaran sifat-sifat kimia tanah.

3. Pemanfaatan Penggunaan Pembenah Tanah Bahan pembenah tanah alami adalah emulsi aspal, lateks, skim lateks, kapur pertanian, batuan fosfat alam, blotong, dan zeolit (Dariah, 2007), tanah lempung (Grumusol dan Latosol) (Kertonegoro, 2000), lumpur sungai dan limbah karbit (Rajiman, 2010). Tujuan penggunaan bahan pembenah tanah adalah : a. Memperbaiki agregat tanah, b. Meningkatkan kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), c. Meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah dan d. Memperbaiki ketersediaan unsur hara tertentu. Pemanfaatan pembenah tanah harus memprioritaskan pada bahan-bahan yang murah, bersifat insitu, dan terbarukan. Pada kesempatan ini, pembenah tanah yang akan dibicarakan banyak menyangkut bahan alami. Pembenah tanah secara alami dapat diambil dari lingkungan sekitar lahan atau dari daerah lain. Pembenah tanah yang biasa digunakan di lahan pasir pantai berupa bahan berlempung dan atau bahan organik.

2. Pemanfaatan Penggunaan Lapisan Kedap

Penggunaan lapisan kedap bertujuan untuk menghalagi infiltrasi air, sehingga air lebih lama tertahan dalam tanah pasir pantai. Laspisan kedap dapat memanfaatkan lembaran plastik, aspal, bitumen, lempung, pemampatan, semen. Lapisan kedap dibuat dengan cara menggali tanah terlebih dahulu kemudian lapisan dihamparkan,selanjutnya diatas lapisan kedap diberi tanah.

3. Pemanfaatan Pemberian Bahan Organik

Bahan organik yang dapat diberikan di lahan pasir pantai dapat berupa pupuk kandang (sapi, kambing/domba dan unggas), kompos, pupuk hijau, dan blotong. Pemberian bahan organik dapat dilakukan dengan cara mencampur bahan organik ke dalam tanah atau pemberian bahan organik di permukaan tanah di sekitar tanaman. Bahan organik dapat diberikan ke lahan dalam kondisi sudah matang atau mentah. Pemberian bahan organik dalam kondisi mentah bertujuan untuk mengurangi pelindian, sehingga dekomposisi bahan organik mentah akan terjadi sinkronisasi pelepasan hara dengan kebutuhan hara bagi tanaman. Kebutuhan bahan organik pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan konvensional yaitu sekitar 15 20 ton. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton dapat menekan penggunaan NPK menjadi 200 kg/ ha (Putri, 2011). Pemanfaatan Pemulsaan

Penggunaan mulsa pada permukaan tanah bertujuan untuk mengurangi kehilangan air dari tanah. Mulsa permukaan tanah dapat menggunakan lembaran plastik, jerami padi atau sisa-sisa tanaman lainnya. Pemasangan mulsa plastik di lahan pasir pantai berbeda dari pemasangan mulsa di lahan sawah. Pemasangan mulsa di lahan pasir dengan bentuk cekung ditengah. Bentuk cekung bertujuan agar air hujan atau penyiraman masuk ke dalam tanah. Penggunaan mulsa ini sangat penting dilahan pantai karena dapat menghemat lengas tanah sehngga kebutuhan lengas untuk tanaman terutama pada musim kemarau diharapkan dapat tercukupi. Dari hasil penelitian pemberian mulsa glerecidea dan jerami padi sebanyak 20-30 ton dapat meningkatkan hasil pada tanaman jagung di lahan pantai, selain itu pemberian mulsa berupa pangkasan tanaman ternyata juga lebih efektif sebagai mulsa dibadingkan dengan pemerian pupuk hijau (Putri, 2011). Gambar 3. Pemberian Pemulsaan di Lahan Pasir Pesisir Pantai (Sumber: Rajiman, 2012) 5. Penanaman Sistem Lorong

Alternatif lain dalam teknologi budidaya yang dapat diterapkan untuk lahan pantai adalah sistem penanaman lorong(alley cropping). Sistem penanaman lorong merupakan sistem penanaman dengan menanam pohon-pohon kecil dan semak dalam jalur-jalur yang agak lebar dan penanaman tanaman semusim di antara jalur-jalur tersebut sehingga membentuk lorong-lorong. Tanaman lorong biasanya merupakan tanaman pupuk hijau atau legume tree. Di lahan pantai, budidaya lorong diterapkan untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti: intensitas matahari, erosi permukaan oleh angin, dan laju evapotranspirasi. Selain itu, dapat juga berfungsi sebagai pematah angin sehingga mereduksi kecepatannya.

6. Pemanfaatan Penanaman Pemecah Angin

Penanaman pohon pada zona terdekat dengan pantai (sempadan laut) perludilaksanakan serentak sepanjang kawasan pantai (0-200 m). Pilih pohon perintis yang cepat besar, misalnya talok (kersen, Muntingia calabura) atau trembesi (Albizia saman) untuk menghasilkan biomassa sehingga kelak menjadi sumber bahan organik tanah, memperbaiki iklim mikro dan mengatasi angin dari laut, konservasi air, menjaga diversitas biota tanah, menjadi habitat burung, lebah dan kelelawar, dan wahana rekreasi. Pohon yang baru ditanam tersebut perlu dirawat dan dibekali dengan pupuk dan air yang cukup selama 2-3 tahun, perhatian penuh perlu diberikan pada saat tanam (musim penghujan) dan musim kemarau berikutnya, banyak program penghijauan gagal pada tahap ini. Setelah pohon perintis tumbuh dengan rindang, dapat diganti sebagian dan secara bertahap dengan pohon lain yang lebih kuat dan bermanfaat misalnya mahoni (Swietenia mahagony) atau jambu mete (Anacardium occidentale). Mikrobia yang hidup pada wilayah perakaran (risosfer), mampu menambat N dari udara, melarutkan P dan unsur hara lain dari mineral, serta mempercepat proses pembentukan tanah sehingga media tersebut lebih sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan Air Irigasi dan Hidrologi

Ketersediaan air irigasi di lahan pantai yang terbatas mengakibatkan perlunya upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan air irigasi sehingga dapat mengurangi pemborosan dalam penggunaan air irigasi. Irigasi dilahan pantai selama ini dilakukan dengan cara penyiraman dan penggunaan sumur renteng . Sedangkan untuk mengurangi kehilangan air siraman dan mempertahankan lengas, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan lembaran plastik yang ditanam pada jeluk 30 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu lapisan kedap guna mencegah atau menghambat agar air irigasi yang diberikan dapat ditahan oleh lapisan tersebut sehingga efisiensi pemanfaatan air oleh tanaman dapat ditingkatkan. Dalam pengelolaan lahan pantai selain harus menggunakan berbagai teknologi untuk memanipulasi lahan, kita juga harus memperhatikan pula kelestarian lingkungan di lahan pantai, hal ini dilakukan terutama terhadap sumber daya air tawar yang sangat penting bagi pertanian lahan pantai. Jangan sampai menggunakan air tanah secara berlebihan karena dapat menyebabkan intrusi air laut ke daratan, untuk itu manajemen untuk mempertahankan kelengasan sangat penting terutama dalah hal untuk mengawetkan keberadaan sumber air tawar di pantai. Selain itu dalam pelaksanaan pertanian lahan pantai harus pula memperhatikan kehidupan sosial para warganya, jangan sampai cara-cara budidaya yang ada bertentangan dengan adat istiadat warga sekitarnya (Putri, 2011).

PENUTUP

3.1 Kesimpulan Lahan pasir merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas rendah. Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan efisiensi penggunaan air rendah Upaya yang dapat meningkatkan produktifitas kesuburan tanah pasir pada lahan pasir adalah pemanfaatan biocar, pemanfaatan bahan halus, pemanfaatan penggunaan pembenah tanah, pemanfaatan penggunaan lapisan kedap, pemanfaatan pemberian bahan organik, pemanfaatan pemulsaan, penanaman sistem lorong, dan pemanfaatan air irigasi dan hidrologi. 3.2 Saran Diupayakan dalam pemanfaatan lahan untuk pertanian harus mengarah pada usaha pertanian berkelanjutan, karena dengan pertanian berkelanjutan berdampak baik bagi sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap tanaman, serta pemanfaatan lahan untuk pertanian harus maksimal dan menjadi perhatian bersama.