pengaruh berbagai jenis dan dosis amelioran …
TRANSCRIPT
PENGARUH BERBAGAI JENIS DAN DOSIS AMELIORAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
KANGKUNG (Ipomea reptans Poir)
(Skripsi)
Oleh:
SUTRIYONO
16110044
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
DHARMA WACANA METRO
2019
PENGARUH BERBAGAI JENIS DAN DOSIS AMELIORAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
KANGKUNG (Ipomea reptans Poir)
Oleh:
SUTRIYONO
16110044
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
DHARMA WACANA METRO
2019
ABSTRAK
PENGARUH BERBAGAI JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL KANGKUNG (Ipomea reptans Poir)
Oleh
Sutriyono
Tanaman kangkung (Ipomoea reptans Poir) adalah tanaman semusim yang
memiliki sumber gizi yang baik bagi masyarakat. Tanaman kangkung dapat
tumbuh hampir pada semua jenis tanah, namun pada pH tanah yang rendah perlu
adannya penambahan amelioran untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman kangkung. Penambahan amelioran dapat berupa amelioran organik
seperti pupuk kandang maupun amelioran anorganik seperti dolomit. Oleh karena
itu perlu dikaji lebih lanjut tentang jenis dan dosis amelioran terhadap
peningkatan produksi kangkung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh berbagai jenis dan dosis
amelioran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung. (2) Pertumbuhan
dan hasil tanaman kangkung terbaik akibat pemberian berbagai jenis dan dosis
amelioran. Penelitian akan dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma
Wacana Metro, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro.
Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAKL), yang diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan terdiri dari:
tanpa amelioran, pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 2 ton/ha, pupuk kandang
30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha, pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 2 ton/ha, Pupuk
kandang 20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha, pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit
4 ton/ha, pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha. Data hasil penelitian yang
diperoleh, diolah dengan analisis ragam, homogenitas data diuji dengan uji Bartlet
dan ketidakaditifannya diuji dengan uji Tuckey. Untuk melihat pengaruh rata-rata
perlakuan dilakukan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf signifikan
5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penggunaan berbagi jenis dan dosis
amelioran memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kangkung.
Dosis pupuk kandang 30 ton/ha + dosis dolomit 2 ton/ha memberikan hasil
tertinggi yang didukung oleh peubah tinggi tanaman, bobot per tanaman dan
bobot tanaman tanpa akar. (2) Penggunaan dosis pupuk kandang 30 ton/ha + dosis
dolomit 2 ton/ha memberikan hasil terbaik yaitu 1055,07 gr/petak atau
10,99 ton/ha.
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Pengaruh Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kangkung (Ipomea
reptana Poir)
Nama Mahasiswa : Sutriyono
NPM : 16110044
Jurusan : Agroteknologi
MENYETUJUI,
1. KOMISI PEMBIMBING :
PEMBIMBING I,
Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M. Si.
NIP. 196803171994032003
PEMBIMBING II,
Krisnarini, S.P M. Si.
NIK. 003011035A
KETUA JURUSAN
AGROTEKNOLOLOGI,
Priyadi, SP, M.Si
NIK. 003027283A
HALAMAN PENGESAHAN
1. Tim Penguji
1. Tim Penguji :
Ketua Penguji : Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M. Si.
.............................
Penguji Utama : Ir. Yatmin, M.T.A .............................
Anggota Penguji : Krisnarini, S.P M. Si.
.............................
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro,
Ir. Rakhmiati, M.T.A
NIP. 196302161990031003
Tanggal Lulus Ujian : 30 November 2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti
Kabupaten Lampung Timur pada tangal 11 November 1995.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga saudara dari
pasangan bapak Jarum dan ibu Darmini.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2008 di SD N 1
Mulyosari, Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur, selanjutnya
meneruskan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP N 1 Pasir Sakti,
Kabupaten Lampung Timur, lulus pada tahun 2011. Kemudian melanjutkan
pendidikan di SMK PGRI Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur, lulus pada
tahun 2014. Pada tahun 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro pada jurusan/program study
Agroteknologi.
MOTTO
Berusahalah selagi mampu, karena apa yang kamu
dapatkan adalah apa yang kamu usahakan
Merelakan bukan berarti menyerah, tapi menyadari
bahwa ada hal yang tidak boleh dipaksakan
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Saya persembahkan karya sederhana ini
Kepada :
“Kedua orang tua saya”
Karna do’a dan jerih payahnya
Saya dapat menyelesaikan semuanya
“Kepada 2 mbak saya”
Yang selalu mendukang dalam hal-hal yang positif
“Para sahabat saya”
Yang selalu bersama baik susah maupun senang.
“Mbak bos”
Yang selalu memberi suport
(TERIMA KASIH UNTUK KALIAN SEMUA)
KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Allah SWT. karena atas segala hidayah dan inayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi penelitian. Skripsi ini dibuat
sebagai syarat kelelulusan dari Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Metro.
Penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terselesainya penulisan skripsi ini. Rasa terima kasih
penulis ucapkan kepada :
1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Dharma Wacana Metro.
2. Ibu Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M. Si. selaku dosen pembimbing I, atas
nasihat, arahan dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Krisnarini, S.P., M. Si. selaku dosen pembimbing II, atas nasihat, arahan
dan dukungannya dalam penyususnan skripsi ini.
4. Bapak Priyadi, S.P., M.Si. selaku ketua jurusan Agroteknologi Sekolah
Tinggi Dharma Wacana Metro
5. Bapak dan ibu dosen STIPER Dharma Wacana Metro yang telah memberikan
dukungan dan ilmu selama perkuliahan.
6. Orang tua serta keluarga yang selalu mendukung dan memberi motivasi untuk
mendorong tercapainya cita-cita.
7. Teman-teman seperjuangan STIPER Dharma Wacana Metro yang telah
membantu dalam memberi solusi.
Penulis menyadari masih begitu banyak kekurangan dalam penulisan, oleh sebab
itu diperlukan kritik dan sarannya. Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya banyak
membantu dan berguna bagi saya dan bagi semua yang membaca.
Metro, November 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan..................................................................................... 3
1.3 Dasar Hipotesis ...................................................................... 3
1.4 Hipotesis ................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
2.1 Botani Kangkung.................................................................... 6
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung...................................... 7
2.3 Amelioran ............................................................................... 8
III. METODE PELAKSANAAN ........................................................ 11
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 11
3.2 Bahan dan Alat ....................................................................... 11
3.3 Metode Penelitian ................................................................... 11
3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 12
3.4.1 Persiapan lahan ............................................................ 12
3.4.2 Penanaman ................................................................... 12
3.4.3 Pemupukan ................................................................. 13
3.4.4 Pemeliharaan .............................................................. 14
3.4.5 Panen ........................................................................... 14
3.5 Peubah yang Diamati ............................................................. 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 17
4.1 Hasil ....................................................................................... 17
4.1.1 Tinggi Tanaman ......................................................... 17
4.1.2 Jumlah Daun ............................................................... 18
4.1.3 Bobot per Tanaman .................................................... 19
4.1.4 Bobot Tanpa Akar ...................................................... 20
4.1.5 Hasil per Petak ............................................................ 21
4.1.6 Bobot Layak Jual ........................................................ 22
4.1.7 Rasio Tajuk Akar ........................................................ 22
4.1.8 Asumsi per Hektar ...................................................... 23
4.2 Pembahasan ............................................................................ 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 29
5.1 Kesimpulan............................................................................. 29
5.2 Saran ....................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 30
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tinggi Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan Dosis
Amelioran Pada Umur 25 Hst ............................................................ 17
2. Jumlah Daun Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan Dosis
Amelioran Pada Umur 25 Hst ............................................................ 19
3. Bobot per Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan Dosis
Amelioran ......................................................................................... 19
4. Bobot Tanpa Akar Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan
Dosis Amelioran ............................................................................... 20
5. Hasil per Petak Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan
Dosis Amelioran ............................................................................... 21
6. Hasil Layak Jual Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan
Dosis Amelioran ............................................................................... 22
7. Rasio Tajuk Akar Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan
Dosis Amelioran ............................................................................... 22
8. Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis
dan Dosis Amelioran ......................................................................... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Deskripsi Tanaman Kangkung ........................................................... 33
2. Tata Letak Percobaan ......................................................................... 34
3. Tata Letak Petak Percobaan ............................................................... 35
4. Hasil Analisis Tanah .......................................................................... 36
5. Jadwal Kegiatan ................................................................................. 37
6. Rekapitulasi Hasil Uji BNT .............................................................. 38
7. Data Rata-rata Tinggi Tanaman Kangkung Umur 5 – 25 Hst ........... 39
8. Data Tinggi Tanaman Kangkung Umur 25 Hst Akibat Perlakuan
Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................................. 40
9. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kangkung Umur 25 Hst Akibat
Perlakuan Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................ 40
10. Data Jumlah Daun Tanaman Kangkung Umur 25 Hst Akibat
Perlakuan Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................ 41
11. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Kangkung Umur 25 Hst
Akibat Perlakuan Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran .................... 41
12. Data Bobot per Tanaman Kangkung Akibat Perlakuan Berbagai
Jenis dan Dosis Amelioran ................................................................. 42
13. Analisis Ragam Bobot per Tanaman Kangkung Akibat Perlakuan
Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................................. 42
14. Data Bobot Tanpa Akar Tanaman Kangkung Akibat Perlakuan
Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................................. 43
15. Analisis Ragam Bobot Tanpa Akar Tanaman Kangkung Akibat
Perlakuan Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................ 43
16. Data Hasil per Petak Tanaman Kangkung Akibat Perlakuan
Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................................. 44
17. Analisis Ragam Hasil per Hektar Tanaman Kangkung Akibat
Perlakuan Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................ 44
18. Data Hasil Layak Jual Tanaman Kangkung Akibat Perlakuan
Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................................. 45
19. Analisis Ragam Hasil Layak Jual Tanaman Kangkung Akibat
Perlakuan Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................ 45
20. Data Rasio Tajuk Akar Tanaman Kangkung Akibat Perlakuan
Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................................. 46
21. Analisis Ragam Rasio Tajuk Akar Tanaman Kangkung Akibat
Perlakuan Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................ 46
22. Data Asumsi Hasil per Hektar Tanaman Kangkung Akibat
Perlakuan Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran ................................ 47
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tanaman Kangkung ........................................................................... 33
2. Grafik Pertumbuhan Tanaman ........................................................... 18
3. Pengolahan Tanah .............................................................................. 48
4. Petakan Percobaan ............................................................................. 48
5. Penimbangan Amelioran (dolomit) .................................................... 49
6. Hasil Ayakan Pupuk Kandang ........................................................... 49
7. Penimbangan Pupuk Kandang ........................................................... 50
8. Penaburan Amelioran ......................................................................... 50
9. Penanaman ......................................................................................... 51
10. Penjarangan Tanaman ........................................................................ 51
11. Pengamatan ....................................................................................... 52
12. Penyiangan Tanaman ......................................................................... 52
13. Pupuk Gandasil D .............................................................................. 53
14. Aplikasi Pupuk Gandasil .................................................................... 53
15. Panen .................................................................................................. 54
16. Penimbangan Berat Berangkasan Basah ............................................ 54
17. Penimbangan Bobot Tanpa Akar ....................................................... 55
18. Perbandingan Pertumbuhan Tanaman Kangkung .............................. 55
19. Pengopenan Berangkasan .................................................................. 56
20. Penimbangan Berangkasan Kering .................................................... 56
xii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kangkung (Ipomoea reptans Poir) adalah tanaman semusim yang
merupakan sayuran daun yang penting di kawasan Asia Tenggara dan Asia
Selatan. Sayuran kangkung mudah dibudidayakan, berumur pendek dan harga
relatif murah. Oleh karena itu, kangkung merupakan sumber gizi yang baik bagi
masyarakat secara umum. Konsumsi kangkung mulai digemari oleh masyarakat
terbukti dengan sadarnya masyarakat peduli dengan gizi yang terkandung
disayuran kangkung. Kandungan gizi yang terdapat pada sayuran kangkung terdiri
dari 89,7 gr air, 3,0 gr protein, o,3 gr lemak, 5,4 gr karbohidrat, 29 mg kalori,
73 mg kalsium, 50 mg potassium, 2,5 mg besi, 32 mg vitamin C, 6300 S.I vitamin
A dan 0,07 mg vitamin B (Abidin dkk, 1990 dalam Yanto dan Sitawati, 2017)
Pertumbuhan produksi tanaman kangkung di kota Metro dari tahun 2016-2018
secara berturut-turut adalah 5,1 ton, 6,1 ton, dan 8,6 ton (BPS, 2016). Peningkatan
produksi tanaman kangkung juga diikuti dengan peningkatan luas panen yaitu
57 ha, 72 ha, dan 83 ha. Tanaman kangkung dapat tumbuh hampir pada semua
jenis tanah dengan elevansi 50-500 m dpl, pH 5,5-6,0 dengan aerase tanah yang
baik dan mendapat sinar matahari secara langsung (Wahyudi, 2010).
2
Tanah yang sifatnya masam maka perlu adanya pemberian bahan amelioran
sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
kangkung. Penambahan amelioran dapat berupa amelioran organik maupun
amelioran anorganik. Bahan amelioran organik salah satunya adalah pupuk
kandang. Pupuk kandang ialah olahan kotoran hewan ternak yang diberikan pada
lahan pertanian untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Zat hara yang
dikandung pupuk kandang tergantung dari sumber kotoran bahan bakunya. Pupuk
kandang ternak besar kaya akan nitrogen, dan mineral logam, seperti magnesium,
kalium, dan kalsium.
Menurut Prihmantoro dan Indriani (2017), kandungan dalam pupuk kandang
padat yang berasal dari sapi mengandung unsur hara nitrogen 0,40%, fosfor
0,20%, kalium 0,10 % dan air 85%.Pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih
baik dibandingkan dengan pupuk alam lainnya dan pupuk buatan. Walaupun cara
kerjanya dibandingkan dengan pupuk buatan lebih lambat karena harus
mengalami proses perubahan terlebih dahulu sebelum dapat diserap oleh tanaman
(Suyatno, 2004 dalam Hadiyati dkk, 2015).
Pupuk organik sangat berpengaruh dan menentukan sifat fisik, kimia dan biologi
tanah, yang kemudian akan menentukan tingkat kesuburan tanah. Karakteristik
umum yang dimiliki pupuk organik adalah kandungan unsur hara yang rendah dan
sangat bervariasi, penyediaan unsur hara terjadi sangat lambat, menyediakan hara
dalam jumlah terbatas.
3
Selain amelioran organik juga terdapat amelioran anorganik. Bahan amelioran
anorganik dapat berupa dolomit. Dolomit merupakan pupuk yang berasal dari
endapan mineral sekunder yang banyak mengandung unsur kalsium oksida dan
magnesium oksida 47% serta kalsium karbonat dan magnesium karbonatnya 85%
(Lingga dan Marsono, 2004). Dolomit yang digunakan sebagai bahan pengapur
selain meningkatkan pH tanah juga mengurangi keracunan Fe, Al, dan Mn serta
meningkatkan ketersediaan unsur hara yang lebih baik (Sutejo, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh berbagai jenis dan dosis amelioran terhadap pertumbuhan dan
hasil kangkung (Ipomea reptana poir).
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh berbagai jenis dan dosis amelioran terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kangkung
2. Pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung terbaik akibat pemberian berbagai
jenis dan dosis amelioran
1.3 Dasar Hipotesis
Pupuk kandang merupakan salah satu bahan organik yang potensial untuk bahan
pembenah tanah (amelioran). Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk kimia, karena pupuk yang berasal dari kotoran hewan
yang tercampur dengan sisa makanan dan urin yang didalamnya mengandung
unsur hara N, P, dan K (Novizan, 2005). Pupuk kandang mempunyai komposisi
4
kandungan unsur hara yang lengkap tetapi jumlah tiap unsur hara tersebut rendah,
sedangkan bahan organiknya tinggi. Salah satu pupuk kandang yang bisa
digunakan adalah pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapi adalah sumber
potensial ketersediaan kalium karena kandungan kalium di dalam pupuk kandang
sapi mencapai 90% yang berasal dari pakan, terutama jerami padi (Nahudi, 2010).
Hasil penelitian Syukur (2008) dalam Hadiyati dkk, (2015), perlakuan pupuk
kandang sapi berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kangkung darat. Dosis
pupuk kandang sapi 2,5 ton/ha belum menunjukkan peningkatan nyata pada
panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, dan panen. Hasil penelitian
Hadiyati dkk., (2015), menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang sapi dan
pupuk nitrogen meningkatkan hasil pada panjang tanaman umur 30 dan 42 Hst,
jumlah daun umur 25 HST, indeks panen. Hasil bobot segar konsumsi lebih tinggi
pada perlakuan pupuk kandang sapi 5 ton/ha + urea 150 kg N/ha.
Pembenah tanah anorganik dari bahan-bahan alami sebagian sudah dikenal seperti
kapur pertanian, dolomit, dan zeolit. Pemberian dolomit ke dalam tanah dapat
mengendapkan Al3+
menjadi Al(OH)3 sehingga Al tidak aktif dalam
meningkatkan kemasaman tanah. Dolomit mengandung 30% CaO dan 18% MgO.
dolomit digunakan pada tanah-tanah masam dan juga mengalami kekurangan Mg,
sehingga selain menurunkan kemasam juga mampu menambah hara Mg. Sebagai
salah satu contoh untuk tanah-tanah Ultisol yang bersifat masam, agar
memperoleh hasil yang lebih baik sebaiknya ditambahkan dolomit. Dosis dolomit
untuk setiap hektar lahan pertanian berkisar dari 0,5 ton sampai 2,0 ton atau lebih,
5
tergantung peningkatan pH yang diinginkan. Makin tinggi peningkatan pH makin
banyak dolomit yang dibutuhkan (Dariah dkk., 2015).
Menutut Novizan (2004) dalam Nopiyanto dan Sulhaswardi (2014), keuntungan
pemberian dolomit adalah adanya kandungan hara Ca yang berpengaruh nyata
terhadap menekan sifat toksit pada unsur Al dan Fe yang bersifat racun bagi
tanaman. Sedangkan hara Mg pada dolomit berpengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan daun tanaman yang akan meningkatkan proses fotosintesis tanaman
sehingga proses penyediaan dan transfortasi hara keseluruh bagian tanaman
berjalan dengan lancar sehingga pertumbuhan menjadi optimal.
Pertumbuhan tanaman kangkung selain menambahkan amelioran perlu adanya
penambahan pupuk anorganik seperti pupuk daun. Pemupukan gandasil D
dianjurkan mengunakan dosis 10-30 gr/10 liter air atau 1-3 gr/liter air. Pemupukan
dilakukan secara kocor dengan rekomendasi volume pengocoran 2 liter/m2.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Berbagai jenis dan dosis amelioran yang berbeda memberikan pengaruh
berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung
2. Terdapat hasil dan pertumbuhan tanaman kangkung terbaik akibat pemberian
berbagai jenis dan dosis amelioran yang berbeda
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Kangkung
Kangkung (Ipomea reptans Poir) adalah tanaman berdaun panjang dengan ujung
runcing dan bewarna hijau keputih-putihan. Kangkung ini mudah dibedakan
dengan kangkung air dari bunganya yang putih bersih. Kangkung umumnya dijual
dengan kangkung cabutan tanaman bersama dengan akarnya. Maka itu, di pasaran
kangkung diistilahkan dengan kangkung cabut (Haryoto, 2009).
Klasifikasi tanaman kangkung menurut Rukmana (1994) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatohyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : dikotyledoneae
Ordo : Convovulales
Famili : Convolvulacae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomea aquatica
Tanaman kangkung dicirikan dengan batang berlubang didalamnya dan bergetah.
Pada ruas-ruas batang membentuk akar tunjang. Tanaman ini berakar tunggang
dengan banyak akar samping. Daun tunggal kangkung-kangkungan lebar dan
bergetah. Bunganya berbentuk terompet. Warna buanga umumnya putih keunguan
7
atau putih. Buahnya bulat kecil dengan biji di dalamnya terdapat empat ruang
buah masing-masing terdapat dua biji. Biji berbentuk lonjong. Bila tua berwarna
abu-abu atau coklat kehitaman (Sunarjono, 2015).
Ada 2 jenis kangkung yaitu kangkung darat (Ipomoea reptans L. Poir) dan
kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk). Kangkung darat berdaun panjang,
berujung runcing, dan berwarna hijau keputih-putihan. Bunganya berwarna putih.
Sementara itu, jenis kangkung air berdaun panjang, tetapi ujungnya agak tumpul
dan berwarna hijau kelam. Bunganya berwarna kekuning-kuningan atau ungu.
Varietas kangkung darat di antaranya sutera dan bangkok. Adapun varietas
kangkung air di antaranya sukabumi dan biru (Sunarjono, 2015).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung
a. Tanah
Tanaman kangkung umumnya menghendaki iklim panas dan lembab, juga tanah
yang kaya akan bahan organik dengan pH 5,5 – 6,5 dan suhu 320C. Kangkung
darat menghendaki tanah basah tetapi tidak tergenang air, sebaliknya kangkung air
harus tergenang air dangkal 10 cm (Hukum dkk, 1990).
b. Iklim
Tanaman kangkung mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap kondisi iklim
di daerah tropis, sehingga dapat ditanam (dikembangkan) diberbagai daerah atau
wilayah di Indonesia. Persyarat tumbuh yang harus diperhatikan dalam
perencanaan budidaya kangkung antara lain jumlah curah hujan dan temperatur
udara. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman kangkung
berkisar antara 500 - 5.000 mm per tahun, sedangkan temperatur udara
8
dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Setiap naik 100 meter tinggi tempat, maka
temperatur udara turun 10C. Di permukaan laut temperatur rata-rata sekitar 28
0C
dan di dataran tinggi (pegunungan) ± 2.000 meter dari permukaan laut (dpl)
(Rukmana, 1994).
2.3 Amelioran
Jenis amelioran yang diberikan ke dalam tanah dapat berbentuk amelioran organik
seperti pupuk kandang, biochar dan berbagai limbah pertanian maupun amerlioran
anoganik seperti kapur dan zeolit. Pengapuran merupakan salah satu cara untuk
mengatasi masalah tanah masam, yang sampai sekarang masih dianggap tindakan
korektif yang efektif dan efisien. Bahan kapur yang dapat digunakan untuk
mengatasi tanah masam beragam. Kapur yang umumnya dipakai petani adalah
kalsium karbonat (CaCO3). Dosis kapur yang dibutuhkan tergantung dari berbagai
faktor, antara lain pH, kadar Aldd, bahan organik, dan jenis tanaman yang
diusahakan. Pengapuran bertujuan meningkatkan pH tanah (melalui penurunan
aktivitas Al dan Fe) serta kadar hara esensial Ca dan Mg. Kapur kalsit
mengandung Ca, sedangkan dolomit mengandung Ca dan Mg. Kedua jenis bahan
kapur ini dapat melepaskan ion OH yang berpengaruh terhadap peningkatan pH
tanah (Mukhlis dkk., 2011).
Menurut Trubus (2002), dolomit (CaMg (C03)2) adalah jenis kapur yang
mengandung unsur hara kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium karbonat
(MgCO3). Dimana kapur dolomit berisi antara lain CaO (30,4%), CO2 (47,7%),
MgO (21,9%) dan sedikit senyawa besi, mangan, silica, serta senyawa lain (0,05%
9
Pupuk kandang merupakan olahan kotoran hewan ternak yang diberikan pada
lahan pertanian untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Zat hara yang
dikandung pupuk kandang tergantung dari sumber kotoran bahan bakunya. Pupuk
kandang ternak besar kaya akan nitrogen, dan mineral logam, seperti magnesium,
kalium, dan kalsium. Namun demikian, manfaat utama pupuk kandang adalah
mempertahankan struktur fisik tanah sehingga akar dapat tumbuh secara baik
(Neltriana, 2015).
Pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk
alam lainnya dan pupuk buatan. Walaupun cara kerjanya dibandingkan dengan
pupuk buatan lebih lambat karena harus mengalami proses perubahan terlebih
dahulu sebelum dapat diserap oleh tanaman (Suyatno, 2004 dalam
Hadiyati dkk., 2015). Pupuk kandang di dalam tanah mempunyai pengaruh yang
baik terhadap sifat fisik tanah. Pupuk kandang yang diberikan secara teratur ke
dalam tanah, akan lebih banyak mengandung bahan organik dan mampu menahan
banyak air sehingga terbentuk air tanah yang bermanfaat untuk tanaman, karena
akan memudahkan akar-akar tanaman menyerap zat-zat makanan bagi
pertumbuhan dan perkembangannya (Sari, 2011).
Pupuk kandang sapi adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan sapi dan
mempunyai fungsi yaitu menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman dan
tanah. Pupuk kandang sapi diperlukan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah (Utomo, 2015). Pemberian pupuk kandang sapi ke suatu tanaman
harus dilakukan secara tepat dan sesuai, karena apa bila tanaman kelebihan unsur
hara maka akan mengalami keracunan. Sehingga berdampak pada pertumbuhan
10
dan perkembangan tanaman. Sedangkan tanaman apabila kekurangan unsur hara
akan menyebabkan kematian pada tanaman. Pupuk kandang sapi mempunyai
kadar serat yang tinggi dan mempunyai banyak manfaat yaitu menyediakan unsur
hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki
struktur tanah, meningkatkan porositas dan memudahkan pertumbuhan akar
tanaman (Irawati, 2010).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana
Metro, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro.
Ketianggian tempat 60 m dpl, pH 6,02 dan jenis tanah podzolik merah kuning.
Waktu Penelitian dilaksanakan pada September 2019.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: Benih kangkung cap
panah merah Bangkok LP-1, Ameliorant (dolomit, pupuk kandang sapi), pupuk
daun gandasil D. Sedangkan alat yang digunakan adalah: Alat tulis, meteran,
wangkil, cutter, timbangan digital, kamera, tali rafia dan gembor.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian disusun dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL), yang diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan terdiri dari:
c. Tanpa amelioran
d. Pupuk kandang20 ton/ha + dolomit 2 ton/ha
e. Pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha
f. Pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 2 ton/ha
12
g. Pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha
h. Pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha
i. Pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha
Data hasil penelitian yang diperoleh, diolah dengan analisis ragam, homogenitas
data diuji dengan uji Bartlet dan ketidakaditifannya diuji dengan uji Tuckey.
Untuk melihat pengaruh rata-rata perlakuan dilakukan dengan uji beda nyata
terkecil (BNT) pada taraf signifikan 5%.
3.4 Pelaksanaan
3.4.1 Persiapan Lahan
Sebelum tanah diolah, dibersihkan terlebih dahulu dari sisa tanaman, kotoran yang
menggangu dan gulma. Pengolahan tanah menggunakan bajak singkal untuk
menggemburkan tanah dan membuat tanah menjadi lebih halus, kemudian
membetuk petak percobaan yang berukuran 140cm x 100 cm, jarak antar petak
50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm dengan alat bantu cangkul sebanyak 21
petak. Kemudian diberi ameloran secara merata. Pemberian amelioran sesuai
dengan perlakuan yaitu:
Tanpa amelioran (a)
Pupuk kandang 20 ton/ha (20 ton/10.000 x 1,5 m2 = 3 kg/plot) + dolomit
2 ton/ha (2 ton/10.000 x 1,5 m2 = 0,3 kg/plot) (b)
Pupuk kandang 30 ton/ha (30 ton/10.000 x 1,5 m2 = 4,5 kg/plot) + dolomit
2 ton/ha (2 ton/10.000 x 1,5 m2 = 0,3 kg/plot) (c)
Pupuk kandang 40 ton/ha (40 ton/10.000 x 1,5 m2 = 6 kg/plot) + dolomit
2 ton/ha (2 ton/10.000 x 1,5 m2 = 0,3 kg/plot) (d)
13
Pupuk kandang 20 ton/ha (20 ton/10.000 x 1,5 m2 = 3 kg/plot) + dolomit
4 ton/ha (4 ton/10.000 x 1,5 m2 = 0,6 kg/plot) (e)
Pupuk kandang 30 ton/ha (30 ton/10.000 x 1,5 m2 = 4,5 kg/plot) + dolomit
4 ton/ha (4 ton/10.000 x 1,5 m2 = 0,6 kg/plot) (f)
Pupuk kandang 40 ton/ha (40 ton/10.000 x 1,5 m2 = 6 kg/plot) + dolomit
4 ton/ha (4 ton/10.000 x 1,5 m2 = 0,6 kg/plot (g)
3.4.2 Penanaman
Biji kangkung ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan. Buat lubang tanam
dengan jarak 15 cm x 10 cm, tiap lubang tanamkan diisi 2 biji kangkung
kemudian pada umur 5 Hst dilakukan penjarangan dengan menyisakan 1 tanaman
saja. Sistem penanaman mengunakan tugal kemudian diisi dan ditutup kembali,
dengan luas plot 1,5 m2. Penyulaman dilakukan pada umur 3 Hst.
3.4.3 Pemupukan
Pupuk diberikan dengan cara dikocorkan dengan gembor secara merata. Pupuk
yang digunakan pupuk daun gandasil D yang telah dilarutkan dengan air yaitu
30 gr/ 10 liter air setiap plotnya dikocorkan dengan larutan gandasil sebanyak
1 liter. Aplikasi dilakukan pada saat tanaman umur 7 Hst dan dilakukan
pemupukan setiap satu minggu sekali selama tiga kali, dilakukan pada pagi hari.
14
3.4.4 Pemeliharaan
Adapun pemeliharaan yang dilakukan meliputi
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau menyesuaikan dengan curah hujan yang
turun pada saat penelitian. Penyiraman dilakukan pada saat pagi dan sore hari.
Penyiraman menggunakan gembor dengan takaran 1 gembor per petak.
2. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan gulma yang ada di antara tanaman
agar tanaman tumbuh dengan baik. Penyiangan dilakukan dengan ngikuti
perkembangan gulma menggunakan koret.
3.4.5 Panen
Panen dilakukan setelah berumur 25 hari setelah tanam, dengan cara mencabut
tanaman sampai akarnya kemudian akar dibersihkan menggunakan air bersih dan
ditempatkan pada tempat yang teduh untuk menjaga kesegaran tanaman.
3.5 Peubah yang Diamati
Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman sampel setiap petak perlakuan,
pengambilan sampel dilakukan secara acak, adapun pengamatan yang diamati
anatara lain:
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tanaman yaitu di ukur dari permukaan tanah tanaman sampai titik
tumbuh tanaman. Pengamatan di lakukan pada 10 tanaman sempel pada umur
5 Hst, 10 Hst, 15 Hst, 20 Hst dan 25 Hst.
15
2. Jumlah daun (helai)
Perhitungan jumlah daun di ambil dari daun yang sudah sempurna dan di
lakukan pada tanaman sempel pengamatan jumlah daun di lakukan pada
5 Hst, 10 Hst, 15 Hst, 20 Hst dan 25 Hst.
3. Bobot per tanaman (gr)
Penimbangan bobot pertanaman dilakukan dengan cara menimbang
10 tanaman sampel kemudian dibagi 10, yang sebelumnya tanaman sudah
dibersihkan dari kotoran (tanah). Penimbangan dilakukan dengan
menggunakan timbangan digital.
4. Bobot basah tanaman tanpa akar (gr)
Penimbangan bobot basah tanaman tanpa akar dilakukan dengan cara
menimbang 10 tanaman sampel, yang sebelumnya tanaman sudah
dibersihkan dari kotoran (tanah) dan sudah dipisahkan dari akarnya dengan
cara memotong pada bagian pangkal akar. Penimbangan dilakukan dengan
menggunakan timbangan digital.
5. Hasil per petak (gr)
Hasil perpetak di peroleh dengan cara menimbang seluruh tanaman pada
petak panen. Hasil perpetak di lakukan pada saat panen dengan luas petak
panen. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital.
6. Hasil layak jual (gr)
Hasil layak jual dilakukan setelah penimbangan hasil per petak. Tanaman
yang telah ditimbang untuk hasil per petak dibersihkan dengan membuang
daun yang sudah menguning dan membuang tanaman yang upnormal.
Kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital.
16
7. Rasio tajuk akar (gr)
Penimbangan bobot kering akar dan bobot kering tajuk. Kemudian data
dijumlah dengan menggunakan rumus:
Rasio = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑗𝑢𝑘
8. Asumsi per hektar
Asumsi per hektar diperoleh dengan menggunakan rumus:
Asumsi per hektar = 𝐿𝑢𝑎𝑠 1 ℎ𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑒𝑛× 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis dan dosis
amelioran berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 25 Hst (lampiran 9).
Tabel 1. Tinggi Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran
Pada Umur 25 Hst
Perlakuan Rata-rata
…………………….. cm ……………………..
a = tanpa amelioran 18,92 A
b = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 20,05 B
c = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 23,27 D
d = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 20,51 B
e = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 18,73 A
f = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 19,23 A
g = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 21,38 C
BNT 5% = 0,77
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
uji BNT 5%
Berdasarkan uji BNT (Tabel 1) menunjukkan bahwa tinggi tanaman kangkung
perlakuan pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha memberikan hasil lebih
tinggi 18,69% dibandingkan tanpa amelioran.
18
Kurva pertumbuhan tinggi tanaman kangkung umur 5 – 25 Hst dapat dilihat pada
gambar.
Gambar 2. Grafik Tinggi Tanaman Kangkung
Berdasarkan (Gambar 2) menujukkan bahwa tinggi tanaman kangkung tertinggi
dihasilkan oleh perlakuan pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
Sedangkan tinggi tanaman terrendah dihasilkan oleh perlakuan pupuk kandang
20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha.
4.1.2 Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis dan dosis
amelioran berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun umur 25 Hst
(lampiran 11).
0
5
10
15
20
25
Tin
ggi
Tan
am
an
(cm
)
a
b
c
d
e
f
g
0 5 10 15 20 25
Umur Tanaman (Mst)
19
Tabel 2. Jumlah Daun Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan Dosis Amelioran
Pada Umur 25 Hst
Perlakuan Rata-rata
…………………….. helai ……………………..
a = tanpa amelioran 15,83
b = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 18,27
c = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 18,73
d = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 17,50
e = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 15,97
f = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 17,50
g = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 17,57
Berdasarkan (Tabel 2) menunjukkan bahwa tanaman kangkung yang diberi
perlakuan berbagai jenis dan dosis amelioran berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah daun.
4.1.3 Bobot per Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis dan dosis
amelioran berpengaruh nyata terhadap bobot per tanaman (lampiran 13).
Tabel 3. Bobot per Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan Dosis
Amelioran
Perlakuan Rata-rata
…………………….. gr ……………………..
a = tanpa amelioran 139,40 A
b = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 184,00 BC
c = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 216,33 E
d = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 176,33 B
e = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 171,53 B
f = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 193,23 CD
g = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 207,47 DE
BNT 5% = 21,29
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
uji BNT 5%
20
Berdasarkan uji BNT (Tabel 3) menunjukkan bahwa bobot per tanaman tanaman
kangkung perlakuan pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha memberikan
hasil lebih tinggi 21,57% dibandingkan tanpa amelioran.
4.1.4 Bobot Basah Tanpa Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis dan dosis
amelioran berpengaruh nyata terhadap bobot basah tanpa akar (lampiran 15).
Tabel 4. Bobot Basah Tanpa Akar Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan
Dosis Amelioran
Perlakuan Hasil per petak
…………………….. gr ……………………..
a = tanpa amelioran 110,07 A
b = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 156,93 BC
c = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 185,40 D
d = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 148,20 B
e = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 146,73 B
f = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 167,13 CD
g = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 177,53 D
BNT 5% = 19,44
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada
uji BNT 5%
Berdasarkan uji BNT (Tabel 4) menunjukkan bahwa bobot basah tanpa akar
tanaman kangkung perlakuan pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha tidak
berbeda dengan perlakuan pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha. Namun
perlakuan pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha memberikan hasil lebih
tinggi 40,63% dibandingkan tanpa amelioran.
21
4.1.5 Hasil per Petak
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis dan dosis
amelioran berpengaruh tidak nyata terhadap hasil per petak (lampiran 17).
Tabel 5. Hasil per Petak Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan Dosis
Amelioran
Perlakuan Hasil per petak
…………………….. gr ……………………..
a = tanpa amelioran 672,47
b = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 885,87
c = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 1055,07
d = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 927,00
e = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 952,00
f = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 910,20
g = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 1044,47
Berdasarkan (Tabel 5) menunjukkan bahwa tanaman kangkung yang diberi
perlakuan berbagai jenis dan dosis amelioran berpengaruh tidak nyata terhadap
hasil per petak.
4.1.6 Hasil Layak Jual
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis dan dosis
amelioran berpengaruh tidak nyata terhadap hasil layak jual (lampiran 19).
22
Tabel 6. Hasil Layak Jual Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan Dosis
Amelioran
Perlakuan Hasil per petak
…………………….. gr ……………………..
a = tanpa amelioran 612,00
b = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 816,20
c = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 956,33
d = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 827,33
e = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 856,73
f = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 839,93
g = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 970,00
Berdasarkan (Tabel 6) menunjukkan bahwa tanaman kangkung yang diberi
perlakuan berbagai jenis dan dosis amelioran berpengaruh tidak nyata terhadap
hasil layak jual.
4.1.7 Rasio Tajuk Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis dan dosis
amelioran berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar (lampiran 21).
Tabel 7. Rasio Tajuk Akar Tanaman Kangkung Akibat Berbagai Jenis dan Dosis
Amelioran
Perlakuan Hasil per petak
…………………….. gr ……………………..
a = tanpa amelioran 6,83
b = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 5,33
c = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 7,50
d = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 5,23
e = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 9,00
f = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 10,27
g = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 6,33
23
Berdasarkan (Tabel 7) menunjukkan bahwa tanaman kangkung yang diberi
perlakuan berbagai jenis dan dosis amelioran berpengaruh tidak nyata terhadap
rasio tajuk akar.
4.1.8 Asumsi per Hektar
Data asumsi hasil per hektar tanaman kangkung akibat berbagai jenis dan dosis
amelioran (lampiran 22).
Tabel 8. Asumsi per hektar tanaman kangkung akibat berbagai jenis dan dosis
amelioran
Perlakuan Hasil per petak
…………………….. ton ……………………..
a = tanpa amelioran 7,00
b = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 9,23
c = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 10,99
d = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 2 ton/ha 9,66
e = pupuk kandang 20 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 9,92
f = pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 9,48
g = pupuk kandang 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha 10,88
Berdasarkan (Tabel 8) menunjukkan bahwa tanaman kangkung yang diberi
perlakuan pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha memberikan hasil lebih
tinggi 36,31% dibandingkan tanpa amelioran.
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis dan dosis amelioran
memberikan pengaruh nyata pada peubah tinggi tanaman, bobot per tanaman dan
bobot tanpa akar tanaman kangkung. Hasil uji BNT menunjukkan bahwa
pemberian amelioran dengan jenis dan dosis yang berbeda memberikan hasil lebih
24
tinggi dari pada tanpa amelioran pada peubah tinggi tanaman, bobot per tanaman
dan bobot tanpa akar tanaman kangkung. Hal ini diduga pemberian pupuk
kandang disertai dolomit mampu memperbaiki struktur tanah sehingga perakaran
berkembang dengan baik dan dapat menyerap unsur hara yang tersedia di dalam
tanah seperti unsur hara N, P, dan K. Pupuk kandang juga dapat meningkatkan
jumlah dan aktivitas microorganisme dalam tanah. Menurut Sutedjo (2010),
penggunaan pupuk kandang selain dapat menambah unsur hara didalam tanah,
juga dapat menambah bahan organik. Pupuk kandang mempunyai pengaruh baik
terhadap sifat fisik, kimia, biologi dan kehidupan jasad-jasad renik di dalam tanah.
Sehingga penggunaan pupuk kandang dapat menyediakan sebagian unsur hara
yang hilang selama berlangsungnya proses produksi dilahan pertanian.
Selain itu pemberian dolomit menyertai pupuk kandang mengakibatkan
peningkatan pH tanah yang berdampak pada peningkatan ketersediaan unsur hara
untuk tanaman. Menurut Lingga dan Marsono (2004), Keuntungan pemberian
kapur di tanah asam yaitu: (1) Struktur tanah menjadi baik dan kehidupan
mikroorganisme dalam tanah lebih giat. Akibatnya daya melapukan bahan organik
menjadi humus berjalan lebih cepat. (2) Kelarutan zat-zat yang bersifat meracuni
tanaman menjadi menurun dan unsur lain tidak banyak terbuang. (3) Di tempat
yang diberi kapur akan lebih mudah ditanami berbagai jenis tanaman.
Menurut Marsono (2004), jumlah hara yang sesuai kebutuhan tanaman
menyebabkan proses fisiologi didalam tubuh tanaman berjalan lebih baik apabila
tersedianya unsur hara N yang berfungsi meransang pertumbuhan vegetatif
tanaman seperti tinggi tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman kangkung didukung
25
juga dengan keadaan suhu dan pH yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
kangkung.
Tanpa pemberian amelioran pertumbuhan tanaman kangkung memberikan hasil
lebih rendah jika dibandingkan dengan pemberian pupuk kandang 30 ton/ha +
dolomit 4 ton/ha. Jika dibandingkan pemberian pupuk kandang 20 - 40 ton/ha +
dolomit 2 ton/ha pertumbuhan tanaman kangkung terbaik dengan pelakuan pupuk
kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha. Sedangkan pemberian pupuk kandang
20 - 40 ton/ha + dolomit 4 ton/ha pertumbuhan tanaman kangkung terbaik dengan
pelakuan pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha. Pemberian dosis pupuk
kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha meningkatkan hasil lebih tinggi pada
peubah tinggi tanaman, bobot per tanaman, bobot tanpa akar. Tapi penambahan
dosis pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 4 ton/ha memberikan hasil lebih rendah
dari dosis pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha. Hal ini diduga bahwa
pemberian dosis yang berlebih dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan
persedian unsur hara akan berkurang. Pemberian kapur dengan dosis yang
berlebihan maka tanaman akan tumbuh kurang baik dan persedian unsur hara
seperti besi, magan, tembaga dan seng dalam tanah akan berkurang bahkan hilang
(Lingga dan Marsono, 2004).
Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang penting untuk merangsang
pertumbuhan vegetatif tanaman, terutama unsur hara N. Unsur hara nitrogen
berfungsi untuk pembentukan asimilat, terutama karbohidrat, protein dan
penyusun klorofil yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Menurut
Syarif (1985) dalam Yohanes (2013), adanya nitrogen yang cukup pada tanaman
26
maka proses pembelahan sel akan berjalan dengan baik. Nitrogen mempunyai
peran utama untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya
pertumbuhan batang sehingga memacu pertumbuhan tinggi tanaman.
Hasil penelitian Niat (2018), menunjukkan pemberian pupuk kandang kotoran
sapi dosis 20 ton/ha memberikan hasil tertinggi untuk semua parameter
pengamatan tanaman kangkung darat yaitu tinggi tanaman (31,33 cm), jumlah
daun (13,15 helai), luas daun (18,65 cm2), ratio tajuk akar (9,12 g), berat kering
per tanaman (5,15 g) kecuali berat segar per tanaman (21,75 g).
Pemberian kapur berupa dolomit yang menyertai pupuk kandang juga berperan
dalam peningkatan tinggi tanaman, bobot per tanaman, dan bobot tanpa akar.
Hasil uji BNT pada peubah tinggi tanaman, bobot per tanaman dan bobot tanpa
akar pemberian pupuk kandang 30 ton/ha + dolomit 2 ton/ha memberikan hasil
lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa amelioran. Hal ini diduga kapur juga
dapat meningkatkan pH tanah sehingga unsur hara di dalam tanah dapat tersedia
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung. Selain itu pengapuran juga
dapat mencegah kerusakan akar dan mampu merangsang aktivitas
mikroorganisme dalam tanah.
Bobot tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot akar.
Semakin tinggi tanaman maka semakin banyak jumlah daun maka semakin besar
pula bobot tanaman, begitu juga dengan akar semakin berat bobot akar maka
semakin besar bobot tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saragi (2008),
bahwa tanaman mengalami pemberlahan dan pemanjangan sel dan penebalan
jaringan akan mengembangkan batang, tinggi tanaman jumlah dan panjang daun,
27
yang menyebabkan terjadinnya penambahan biomasa tanaman. Sedangkan
menurut Wijaya (2008) dalam Yohanes (2013), menyatakan tanaman yang cukup
mendapat suplay N akan membentuk daun yang luas dengan kandungan klorofil
tinggi, sehingga tanaman mampu menghasilkan karbohidrat dalam jumlah yang
cukup untuk pertumbuhan vegetatif tanaman seperti panjang tanaman dan
pembentukan daun baru, sehingga dengan begitu bobot tanaman akan meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis dan dosis amelioran
memberikan pengaruh tidak nyata pada peubah jumlah daun, hasil per petak,
bobot layak jual, dan rasio tajuk akar. Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk
kandang dan dolomit berpengaruh pada hasil tanaman musim tanam selanjutnya.
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), pemberian kapur dengan cara
menaburkan dipermukaan tanah, maka pengapuran pada saat itu baru terlihat pada
tahun ke-10 sampai ke-14. Anjuran pemberian kapur sebaiknya dilakukan dengan
cara mencampurkan dengan tanah pada saat olah tanah. Pengapuran dengan cara
ini memiliki reaksi yang relatif jauh lebih cepat dibandingkan dengan pengapuran
dengan cara hanya menaburkan di atas permukaan tanah tanpa diolah pada saat
olah tanah. Pengapuran dilakukan dengan cara mencampurkan dengan tanah pada
saat oleh tanah pengaruhnya sudah dapat dilihat pada saat hasil tanaman ditanam
saat itu.
Selain itu dari hasil analisis tanah (Lampiran 4) menunjukkan bahwa pH tanah
yang digunakan dalam penelitian ini mencapai 6,02. Pupuk kandang merupakan
bahan organik yang memiliki prospek yang baik sebagai pupuk organik. Menurut
Prihmantoro dan Indriani (2017), keunggulan pupuk organik yaitu memperbaiki
28
struktur tanah, menaikan daya serap tanah terhadap air, menaikan kondisi
kehidupan di dalam tanah, dan sumber makanan bagi tanaman. Pada hasil analisis
tanah juga dapat dilihat bahwa kandungan unsur hara nitrogen dalam tanah
jumlahnya sangat sedikit dari pada unsur hara phosfor dan kalium. Hal ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif tanaman
teutama daun. Jumlah daun tanaman juga dapat dipengaruhi oleh banyaknya
jumlah cabang tanaman tersebut. Nitrogen yang cukup akan mendorong
pertumbuhan organ-organ tanaman yang berkaitan dengan fotosintesis yaiu daun
dan batang. Nitrogen dapat diserap tanaman dalam bentuk ion NO-3 atau NH4
+
dalam tanah (Mahdiannor, 2012).
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan berbagi jenis dan dosis amelioran memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan tanaman kangkung. Dosis pupuk kandang 30 ton/ha +
dosis dolomit 2 ton/ha memberikan hasil tertinggi yang didukung oleh peubah
tinggi tanaman, bobot per tanaman dan bobot tanaman tanpa akar.
2. Penggunaan dosis pupuk kandang 30 ton/ha + dosis dolomite 2 ton/ha
memberikan hasil terbaik yaitu 1055,07 gr/petak atau 10,99 ton/ha.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian dosis pupuk kandang 30 ton/ha + 2 ton/ha memberikan hasil
pertumbuhan terbaik untuk itu dianjurkan untuk melakukan budidaya tanaman
kangkung perlu adanya penambahan amelioran dengan dosis tersebut.
30
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Tanaman Kangkung 2016-2018. Kota
Metro. Lampung
Dariah, A., S. Sutono, N. L. Nurida, W. Hartatik, dan E. Pratiwi. 2015. Pembenah
Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian. Jurnal
Sumberdaya Lahan Vol (9). Bogor
Hadiyati, U.M., T.Islami, dan H. Thamrin. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Sapi dan Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kangkung Darat (Ipomoea reptans. Poir). Fakultas Pertanian. Universitas
Brawijaya.
Hukum, R., S. Kuntarsih, dan Simanjutak. 1990. Bercocok Tanaman Sayuran.
Gramedia Jakarta. 220 hlm.
Irawati, S. Z.. 2010. Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat dengan Pemberian
Pupuk Organik Kotoran Kelinci. Jurnal Bioedukatika. 1 (1) : 17-24.
Kartono, R.2010. Katalog Produk Pupuk Dolomid A100 lulus 96%. Sumatra
Utara. (http://agrounited.wordpress.com/about/). Diakses 25Agustus 2019.
Mahdiannor. 2012. Efektifitas Pemberian Trchodema spp. dan Dosis Pupuk
Kandang Ayam pada Lahan Rawa Lebak Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kacang Panjang (Vignasinensi L.). Ziraa’ah, 33(1);91-98.
Marsono. 2004. Pupuk Akar dan Jenis Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mukhlis, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2011. Kimia Tanah. Medan (ID): USU press.
Neltriana N. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar. Skipsi Universitas Andalas.
31
Niat A. T., dan Adiwirman. 2018. Respon Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea
reptans Poir) Terhadap Pemberian Pupuk Kotoran Sapi. Fakultas Pertanian,
Universitas Riau
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Nopiyanto, D. dan Sulhaswardi.2014. Pengaruh Penggunaan Dosis Dolomit dan
Pemberian Amelioran Kca Pada Berbagai Jenis Media Terhadap
Pertumbuhan Mini Cutting. Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau
Nugroho, B. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk Organik. Jurnal Ilmu Pertanian,
11(03): 38-49.
Riani E. 2018. Respons Tanaman Selada Berbagai Komposisi Media Organik.
Jurnal Universitas Mataram. Agro.
Rukmana. 1994. Budidaya Tanaman Kangkung. Yogyakarta Kanisius.
Rosmaskam. A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta.
Kanisius
Sari, D.N. 2011. Produksi Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Pada Berbagai
Macam Pupuk Kandang dan Dosis NPK. Agriwarta 9(11):330-338.
Sunarjono, H. 2015. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutedjo, M.M. 1995. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta. Reneka Cipta.Jakarta.
Tim Redaksi Trubus. 2002. Mengapur Tanah Asam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Utomo, S, P. 2015. Pengaruh Pupuk Urea dan Jumlah Benih per Lubang Tanam
Terhadap Pertumuhan dan Produksi Tanaman Kangkung Darat Varietas
Bangkok LP 1. Jurnal Cendekia. 13 (1) : 65-73.
Prihmantoro, H. dan Indriani, Y. H. (2017). Petunjuk Praktis Memupuk Tanaman
Sayur. Jakarta. Penebar Swadaya.
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Jakarta. Agro Media
Pustaka.
Yanto H. W. dan Sitawati. 2017. Respon Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea
Reptans Poir) dengan Interval Penyiraman pada Pipa Vertikal. Fakultas
Pertanian. Universitas Brawijaya.
32
Yohanes. 2013. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Ayam dan Sapi Terhadap
Pertumbuhan dan Serapan N tanaman Kangkung Darat (Ipomea reaptan
Poir). Skripsi Prodi Agroteknologi. Fakultas Pertanian dan Perternakan.
Universitas Islam Negeri Sultan Syaif Kasim Riau. Pekan Baru.