perbaikan sifat tanah dengan dosis abu 32balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi... ·...
TRANSCRIPT
357
Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah Oxisols
Tia Rostaman, Antonius Kasno, dan Linca Anggria
Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No 12 Cimanggu,
Bogor 16114, email: [email protected]
Abstrak. Abu vulkanik merupakan mineral yang memiliki potensi sebagai penambah
sekaligus berfungsi memperkaya tanah dan memperbaiki sifat fisik. Tiap tanah memiliki
tingkat kesuburan yang berbeda. Penelitian untuk mempelajari pengaruh abu vulkanik
terhadap kesuburan tanah sangat diperlukan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai pemberian dosis abu vulkanik terhadap berbagai jenis tanah. Penelitian
merupakan percobaan pot yang berisikan tanah Oxisols di Rumah Kaca Laladon, Bogor,
Jawa Barat, yang dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2011. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan 6 perlakuan dan 3
ulangan. Dosis abu vulkanik yang diberikan adalah 0, 5, 10, 20, 40, dan 80 t ha-1
. Setiap
perlakuan ditambahkan 300 kg urea ha-1
, 150 kg SP-36 ha-1
, dan 200 kg KCl ha-1
sebagai
pupuk dasar. Tanaman jagung hibrida varietas Pioneer 12 ditanam sebagai tanaman
indikator. Parameter yang diamati hanya pertumbuhan vegetatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kesuburan tanah yang digunakan untuk percobaan ini sedang,
yang ditunjukkan oleh kadar Corganik 2,20%, N-total 0,04%, P terekstrak Bray1 33 mg P2O5
kg-1
, K-dd 0,01 cmol(+) kg-1
, dan KTK 11,76 cmol(+) kg-1
. Tanah yang dicampur abu
vulkanik dengan kandungan bervariasi serta tingkat kesuburan yang berbeda, tidak nyata
meningkatkan tinggi tanaman jagung serta terhadap kesuburan tanah untuk pertanian
maupun perubahan sifat-sifat tanah terutama sifat kimianya.
Kata kunci: Abu vulkanik, dosis pupuk, pertumbuhan
Abstract. Volcanic ash is a mineral that has the potential to function as an enhancer as
well as enrich the soil and improve physical properties. Each land has a different level of
fertility. Research to study the effects of volcanic ash on soil fertility is necessary that
further research is needed regarding the dosing of volcanic ash to various types of soil.
Research is an experimental pot containing Oxisols soil in greenhouse Laladon, Bogor,
West Java, which began in February to April 2011. The study was conducted using a
completely randomized design with 6 treatments and 3 replications. Doses given volcanic
ash were 0, 5, 10, 20, 40, and 80 t ha-1
. Each treatment added 300 kg urea ha-1
, 150 kg
SP-36 ha-1
, and 200 kg KCl ha-1
as basal fertilizer. Pioneer 12 hybrid corn varieties
planted as an indicator. Parameters observed only vegetative growth. The results showed
that the level of fertility of land used for the experiment was shown by C-organic content
of 2.20%, 0.04% N-total, P extracted Bray1 33 mg P2O5 kg-1
, K-dd 0.01 cmol(+) kg-1
, and
11.76 CEC cmol(+) kg-1
. Soils of volcanic ash mixed with varied content and different
levels of fertility, not real high boost maize and on soil fertility for agriculture and
changes in soil properties, especially its chemical properties.
Keywords: Volcanic ash, doses of fertilizer, growth
32
Tia Rostaman et al.
358
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan daerah yang dikelilingi oleh pegunungan berapi paling aktif di
dunia, yang tersebar di berbagai pulau. Pada akhir tahun 2010 yang lalu, meletusnya
gunung Merapi di Magelang, Jawa Tengah telah menimbulkan kerusakan disekitarnya,
tetapi untuk jangka panjang sangat menguntungkan petani karena dapat menyuburkan
tanah.
Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke
udara pada saat terjadi letusan. Secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas Silika
dan Kuarsa (Anda, 2010). Abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah
dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro
lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu (Anda dan
Wahdini 2010). Mineral tersebut berpotensi sebagai penambah cadangan mineral tanah,
memperkaya susunan kimia dan memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat digunakan
sebagai bahan untuk memperbaiki tanah-tanah miskin hara atau tanah yang sudah
mengalami pelapukan lanjut (Sediyarso dan Suping, 1987).
Penelitian mengenai abu vulkanik sebagai amelioran sebelumnya telah dilakukan
oleh Sediyarso dan Suping (1987) yang menggunakan abu Gunung Galunggung sebagai
amelioran. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan abu vulkanik dapat meningkatkan
pH dan Kdd (Ca dan Mg). Menurut Sediyarso, pemberian abu vulkanik dengan dosis
semakin tinggi dapat meningkatkan tinggi tanaman, berat kering bagian atas, dan akar
tanaman jagung.
Tanah marjinal di Indonesia antara lain Ultisol dan Oxisols. Tanah Oxisols
memiliki kandungan liat yang tinggi sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu
kurang dari 16 me 100 g-1
liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al.
Warna tanah cokelat gelap kemerahan (2,5 YR 2,5/4) hingga merah ungu (10R 3/2).
Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan bata-batas horison yang tidak
jelas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tentang pengaruh dosis abu
vulkanik terhadap sifat kimia tanah Oxisols serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan
jagung. Tanah yang bercampur abu vulkanik dengan kandungan bervariasi serta tingkat
kesuburan yang berbeda, diduga nyata berpengaruh, baik terhadap kegunaan tanah untuk
pertanian maupun perubahan sifat-sifat tanah terutama sifat kimia.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah, Laladon, Bogor, pada
bulan Februari-April 2011. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap, 6 perlakuan
Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik
359
dan 3 ulangan. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah Oxisols yang diambil dari daerah
Kecamatan Cigudeg, Bogor Barat, serta menggunakan contoh abu vulkanik yang diambil
dari Dusun Kopeng, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta (07o
36’31” S, 110o27’14” E).
Perlakuan dilakukan dengan penambahan abu vulkanik Gunung Merapi. Dosis abu
vulkanik yang ditambahkan adalah 0; 5; 10; 20; 40, dan 80 t ha-1
. Abu vulkanik yang
digunakan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan berdiameter 600 mikron.
Contoh tanah yang akan digunakan ditumbuk, diayak, dan dianalisis terlebih dahulu kadar
haranya.
Penelitian dilakukan menggunakan 2 kg contoh tanah. Contoh tanah yang telah
dihaluskan dimasukkan ke dalam pot, kemudian ditambah abu vulkanik Gunung Merapi
yang kehalusannya sudah diketahui sesuai dengan dosisnya. Contoh tanah dan abu
vulkanik dicampur sampai homogen. Kemudian disiram sampai pada kapasitas lapang.
Campuran tanah dan abu vulkanik diinkubasi selama 1 minggu.
Selain ditambah abu vulkanik, campuran tanah dan abu vulkanik ditambah dengan
pupuk urea dengan dosis 300 kg ha-1
, 200 kg KCl ha-1
, dan 150 kg SP-36 ha-1
. Selanjutnya
tanah ditanami jagung varietas Pioneer 12 digunakan sebagai tanaman indikator dan
diamati hanya vegetatifnya sampai 42 HST. Jagung ditanam kedalam ember plastik berisi
5 bibit jagung serumpun. Selain itu, dilakukan juga analisis sampel tanah seperti pH, P-
Bray, KTK dan NTK, serta kemasaman dapat ditukar setelah inkubasi 7 hari, 28 dan
setelah 42 hari.
Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 28, 42
hari setelah tanam. Pada saat umur tanaman 42 hari, tanaman diamati berat kering
tanaman. Tanah setelah 42 hari dianalisis pH, P Bray, Ca, Mg, K, Na dan KTK terekstrak
NH4OAc 1N pH 7, dan kemasaman dapat ditukar (Al dan H) terekstrak KCl 1N. Contoh
tanaman dianalisis hara N, P, K.
Untuk mengetahui pengaruh abu vulkanik Gunung Merapi terhadap sifat kimia
tanah, pertumbuhan dan jumlah daun jagung, serapan hara dianalisis menggunakan
ANOVA dan dilanjutkan dengan DMRT dengan tingkat ketelitian 5% dengan
menggunakan program IRRISTAT.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis tanah awal Oxisols yang digunakan untuk percobaan pengaruh dosis abu
vulkanik merapi disajikan pada (Tabel 1).
Tia Rostaman et al.
360
Tabel 1. Hasil analisis tanah awal Oxisols
Sifat Tanah
Satuan Oxisols Cigudeg
pH H2O 4,66
KCl 4,00
Tekstur Pasir % 2
Debu % 8
Liat % 90
Bahan
Organik
C % 2,20
N % 0,04
C/N 60
Ekstrak HCl
25%
P2O5 mg 100 g-1 60,7
K2O mg 100g-1 3
P-Bray 1 P2O5 mg kg-1 33
NTK K cmol(+) kg-1 0,01
Na cmol(+) kg-1 0,02
Ca cmol(+) kg-1 0,20
Mg cmol(+) kg-1 0,06
KTK
cmol(+) kg-1 11,76
Aldd
cmol(+) kg-1 1,83
Hdd
cmol(+) kg-1 0,13
KB % 2
Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis tanah Oxisols yang digunakan untuk percobaan
bertekstur liat, bersifat masam pH dalam air lebih tinggi daripada dalam 1 N KCl, hal ini
menunjukkan bahwa tanah yang digunakan bermuatan negatif sehingga tanah dapat
memegang hara yang ditambahkan melalui pupuk maupun yang ada dalam tanah.
Kandungan Corganik termasuk kategori sedang dan N-total rendah, kandungan P
potensial terekstrak HCl 25% tinggi, dan kandungan K sangat rendah. KTK tanah sedang,
dan kejenuhan basa 2 %, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kation dalam tanah
adalah kation bersifat asam. Menurut Maidhal (1993) Oxisols dicirikan oleh adanya
ketersediaan unsur P dan K di tanah Oxisols sangat rendah, sebagai akibat dari pelapukan
lanjut, dan terikat menjadi bentuk yang tidak tersedia untuk tanaman, yaitu Fe- P, Al-P,
FeAl-P dan bentuk lainnya. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Oxisols
dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Bila lapisan tererosi
maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara. Sedangkan pH tanah sangat
berpengaruh pada ketersediaan hara tanaman dan mikroorganisme. Pada pH rendah kadar
Al, Mn, dan Fe menjadi lebih larut dan dapat bersifat toksik bagi tanaman.
Kandungan P2O5 potensial dan P2O5 tersedia tergolong tinggi dengan kandungan
K2O potensial juga tergolong sangat rendah. Selain itu, diperoleh kandungan Aldd hasil
Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik
361
analisis sebesar 1,83 cmol(+) kg-1
. Rendahnya kandungan Al pada tanah Oxisols juga
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kandungan P2O5 di dalam
tanah. Fosfat dapat diikat kuat oleh Al dan Fe pada tanah-tanah masam sehingga menjadi
tidak tersedia bagi tanaman.
Tabel 2. Analisis abu vulkanik merapi
Parameter Satuan Hasil
pH H2O 5,90
KCl 5,30
Tekstur Pasir % 70
Debu % 26
Liat % 4
Bahan Organik C % 0,21
N % 0,01
C/N 15
Ekstrak HCl 25% P2O5 mg 100g-1 196,3
K2O mg 100g-1 9,6
P-Bray 1 P2O5 mg kg-1 89
NTK K cmol(+) kg-1 0,01
Na cmol(+) kg-1 0,04
Ca cmol(+) kg-1 0,42
Mg cmol(+) kg-1 0,03
KTK cmol(+) kg-1 0,18
KB % >100
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa abu vulkanik merapi bersifat agak
masam dengan tekstur berpasir. Kandungan C dan N sangat rendah dengan nisbah C/N
tergolong sedang. P2O5 potensial dan tersedia tergolong sangat tinggi sedangkan K2O
tergolong sangat rendah. Nilai K termasuk rendah, Na dan Ca masuk kategori rendah,
serta Mg kategori sangat rendah dengan nilai KTK sangat rendah. Nilai kejenuhan basa
abu merapi termasuk sangat tinggi.
Analisis tanah setelah inkubasi 7, 28, dan 42 hari
Tanah setelah inkubasi 7 hari, dilakukan analisis tanah meliputi pH, P-Bray, NTK
dan KTK, serta kemasaman dapat ditukar (Al dan H). Tujuan dari analisis tersebut untuk
mengetahui tingkat kesuburan tanah. Reaksi tanah (pH) perlu diketahui karena setiap
tanaman memerlukan lingkungan pH tertentu. Selain itu, pH juga mempengaruhi
ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
Tia Rostaman et al.
362
Gambar 1. Nilai pH setelah inkubasi 7, 28, dan 42 hari (1a) pH H2O, (1b) pH KCl 1M (
:7,: 28 dan: 42 hari).
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan nilai pH pada tanah
setelah 42 hari dibandingkan setelah inkubasi 7 hari. Berdasarkan hasil analisis, setelah
inkubasi selama 7 hari pada tanah pada berbagai dosis abu nilai pH terus mengalami
kenaikan dengan semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan. Pemberian abu vulkan pada
tanah gambut meningkatkan pH dibandingkan kondisi awal.
Gambar 2. Kadar Al3+
, H+ setelah inkubasi 7, 28 dan 42 hari (1a) Aldd (1b) Hdd ( :7, :28
dan: 42 hari).
Gambar 2 menunjukkan bahwa kadar Al dan H setelah 42 hari menurun
dibandingkan setelah 7 hari inkubasi tetapi pada 28 hari terjadi kenaikan. Berdasarkan
hasil analisis juga menunjukkan bahwa setelah inkubasi 7 hari penurunan kadar Al
dibandingkan tanah awal. Kadar Aldd sangat berhubungan dengan pH tanah. Semakin
rendah pH tanah, semakin tinggi Aldd dan sebaliknya (Rosmarkam dan Yuwono 2002).
Tanah yang mengandung ion Al3+
tinggi menyebabkan tanah mempunyai pH rendah.
Kelarutan Al meningkat pada tanah bereaksi masam.
Ion OH- dapat menarik Al
3+ dari permukaan koloid tanah sehingga terbentuk
Al(OH)3 yang tidak aktif. Kondisi Alumunium yang tidak aktif dapat mengurangi sumber
ion H+ yang disumbangkan dari kelarutan Al
3+. Adanya kemungkinan koloid tanah
Kad
ar H
cm
ol
(+)/
Kg
Dosis pemberian abu vulkanik t.ha-1
H-7
H-28
H-42
Kad
ar A
l cm
ol
(+)/
Kg
Dosis pemberian abu vulkanik t.ha-1
H-7
H-28
H-42
pH
KC
L
Dosis Abu Vulkanik t.ha-1
H-7
H-28
H-42pH
H2O
Dosis Abu Vulkanik t.ha-1
H-7
H-28
H-42
Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik
363
menjerap ion H+ dalam larutan akibat tergantikannya Al
3+ juga dapat mengurangi
kemasaman aktif sehingga pH tanah dapat meningkat (Mahbub dan Suryanto 2010).
Kation-kation Al pada tanah masam dapat juga meningkatkan kemasaman tanah karena
apabila ion-ion Al mengalami hidrolisis akan meningkatkan konsentrasi ion H+ di dalam
tanah sehingga pH tanah menurun (Muzar 2008).
Gambar 3. Kadar P tersedia setelah inkubasi 7, 28 dan 42 hari (: 7,: 28 dan :: 42 hari).
Gambar 3 menunjukkan bahwa kadar P tanah setelah 28 hari cenderung menurun
dibandingkan setelah 7 hari inkubasi, lalu mengalami peningkatan pada saat 42 hari,
Berkurangnya kadar P di dalam tanah salah satunya dikarenakan penyerapan P oleh
tanaman untuk pertumbuhan. Pada dosis rendah, yaitu 0 dan 2,5 t ha-1
kadar P justru
meningkat, berarti meningkatnya kadar P di dalam tanah menunjukkan P tidak diserap
tanaman. Hal ini dapat dilihat pada pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun, pada
dosis tersebut pertumbuhan tanaman tidak terlalu bagus.
Bila dilihat dari kandungan P-tersedia, menunjukkan bahwa setelah inkubasi
selama 7 hari, nilai P2O5 tersedia cenderung naik bila dibandingkan analisis tanah awal
yang hanya 33 mg kg-1
. Kadar P2O5 meningkat seiring dengan meningkatnya dosis abu
yang ditambahkan. Status hara P-tersedia setelah inkubasi maupun setelah panen sudah
tergolong sangat tinggi menurut kriteria analisis tanah.
Bra
y l
P2O
5 m
g/K
g
Dosis Abu Vulkanik t/ha
H-7
H-28
H-42
Tia Rostaman et al.
364
Gambar 4. Analisis KTK tanah setelah 7, 28 dan 42 hari inkubasi (: 7,: 28 dan: 42 hari).
Gambar 4 menunjukkan perbandingan nilai KTK setelah 7 hari inkubasi, 28 dan 42
hari. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa nilai KTK terjadi penurunan setelah
pengamatan 7 hari inkubasi, 28 dan 42 hari. Penurunan yang terjadi sangat drastis. Selain
itu, berdasarkan hasil analisis diketahui pada dosis abu vulkanik 0 dan 5 t ha-1
, nilai KTK
juga cenderung meningkat. Akan tetapi pada dosis abu vulkanik 10, 20, 40 dan 80 t ha-1
baik pada analisis tanah setelah 7 hari inkubasi maupun setelah 42 hari, nilainya menurun
dibandingkan analisis tanah awal.
Gambar 5 menunjukkan bahwa kandungan hara Na, K dan Mg setelah 42 hari
mengalami kenaikkan dibandingkan setelah 7 hari inkubasi, kecuali kadar Ca justru
mengalami penurunan. Kenaikkan kadar hara Na, K dan Mg di dalam tanah salah satunya
dikarenakan sebagian hara sudah dilepaskan tanaman.
Berdasarkan analisis tanah setelah inkubasi, adanya penambahan abu vulkanik
merapi tidak selalu berpengaruh positif terhadap sifat kimia tanah. Abu vulkanik merapi
untuk jangka panjang bermanfaat meningkatkan kesuburan tanah. Akan tetapi, kesuburan
tanah mungkin berpengaruh negatif untuk jangka pendek karena kandungan mineral abu
mungkin tidak tersedia untuk diambil tanaman sehingga perlu dibantu dengan pemupukan
untuk memelihara kesuburan tanah. Dalam jangka panjang, penambahan abu vulkanik
merupakan penambah hara dan cadangan mineral. Dengan berjalannya waktu, pelapukan
mineral-mineral menjadi sumber penambah kation dan anion yang kemudian dapat
dimanfaatkan tanaman.
Kad
ar K
TK
cm
ol
(+)/
Kg
Dosis pemberian abu vulkanik t.ha-1
H-7
H-28
H-42
Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik
365
Gambar 5. Nilai NTK (K, Na, Ca, dan Mg) inkubasi 7, 28 dan 42 hari (: 7, :28 dan: 42
hari)
Analisis jaringan tanaman
Selain analisis tanah dilakukan juga analisis terhadap jaringan tanaman yaitu daun.
Jenis analisis yang dilakukan yaitu kandungan hara seperti N, P dan K.
Gambar 6. Analisis kandungan nitrogen (N) dan fosfat (P) tanaman jagung
Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar nitrogen terdapat
pada daun jagung. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+ dari tanah.
Kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman sekitar 2% berat kering. Tanaman di
Kad
ar K
cm
ol
(+)/
Kg
Dosis Pemberian abu vulkanik t.ha-1
H-7
H-28
H-42
Kad
ar C
a cm
ol
(+)/
Kg
Dosis pemberian abu vulkanik t.ha-1
H-7
H-28
Kad
ar M
g c
mo
l (+
)/K
g
Dosis pemberian abu vulkanik …
H-7
H-28
H-42
Kad
ar N
(%
)
Dosis Pemberian Abu Vulkanik…
0 AV
5 AV
10 AV
20 AV
40 AV
80 AV
Kad
ar N
a cm
ol(
+)/
Kg
Dosis pemberian abu vulkanik t.ha-1
H-7
H-28
H-42
Kad
ar P
(%
)
Dosis Pemberian Abu Vulkanik …
daun
Tia Rostaman et al.
366
lahan kering umumnya menyerap ion nitrat NO3- relatif lebih besar dibandingkan dengan
ion NH4+. Berdasarkan analisis juga diketahui bahwa semakin tinggi dosis abu yang
ditambahkan, kandungan nitrogen pada tanaman cenderung mengalami penurunan.
Pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa kadar optimal fosfor dalam tanaman saat
pertumbuhan vegetatif adalah 0,11%-0,12% dari berat kering tanaman jagung. Tanaman
menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder
(HPO42-
). Kandungan fosfor pada daun jagung tergolong rendah. Menurut Rosmarkam
dan Yuwono (2002) fosfor ditemukan relatif dalam jumlah lebih banyak dalam buah dan
biji tanaman.
Gambar 7. Analisis kandungan kalium (K) tanaman jagung (: daun).
Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa kalium pada daun tergolong sedang.
Umumnya, bila penyerapan K tinggi menyebabkan penyerapan unsur Ca, Na, dan Mg
menurun. Unsur yang mempunyai pengaruh saling berlawanan dan satu sama lain
berusaha saling mengusir.
Berdasarkan hasil analisis hara tanaman diketahui bahwa sebagai besar hara N, P,
dan K yang diserap tanaman kandungan hara bervariasi seiring dengan peningkatan dosis
abu yang ditambahkan. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) penyebaran hara dalam
tanaman tidak merata, artinya kadar suatu unsur pada daun tidak sama dengan kadar unsur
tersebut dalam tangkai daun atau pada kayu.
Pengamatan tanaman
Hasil penambahan dosis abu vulkanik tertera pada Tabel 3, dan menunjukkan
bahwa tinggi tanaman jagung umur 2, 4, dan 6 MST menunjukkan tidak berbeda nyata (P
> 0,05).
Kad
ar K
(%
)
Dosis Pemberian Abu Vulkanik t.ha-1
0 AV
5 AV
10 AV
20 AV
40 AV
80 AV
Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik
367
Tabel 3. Pengaruh dosis abu terhadap tinggi tanaman
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
2 MST 4 MST 6 MST
0 AV 33,200 ab 48,167 a 66,967 a
5 AV 28,733 b 50,400 a 72,067 a
10 AV 32,067 ab 48,667 a 70,000 a
20 AV 36,033 a 50,300 a 73,100 a
40 AV 31,567 ab 49,667 a 72,200 a
80 AV 34,300 a 48,100 a 64,233 a
K.K. 100% 7,1 4,7 6,7
Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan maka
tinggi tanaman juga semakin meningkat, kecuali pada sampel 40 t ha-1
. Pada dosis 40 t ha-
1 nilainya lebih rendah dibandingkan dosis 20 t ha
-1. Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa pengaruh dosis abu terhadap tinggi tanaman tidak berbeda nyata pada minggu ke 2,
4, dan 6 MST.
Tabel 4. Pengaruh dosis abu terhadap jumlah anakan
Perlakuan Jumlah anakan
2 MST 4 MST 6 MST
0 AV 22,67 ab 35,67 ab 36,67 a
5 AV 21,33 b 35,67 ab 36,67 a
10 AV 23,67 a 35,33 b 37,00 a
20 AV 23,33 a 36,33 ab 37,67 a
40 AV 23,33 a 36,33 ab 36,33 a
80 AV 24,33 a 37,67 a 37,00 a
K.K. 100% 3,8 3 3,8
Tabel 4 menunjukkan bahwa, semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan tidak
berpengaruh terhadap jumlah anakan ini bisa dilihat dari hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa pengaruh dosis abu terhadap jumlah anakan tidak berbeda nyata
pada minggu ke 2, 4, dan ke 6 MST. Berdasarkan Tabel 2 dan 3 juga dapat diketahui
bahwa untuk penelitian ini dosis terbaik penambahan abu sebesar 20 t ha-1
.
KESIMPULAN
1. Pada tanah Oxisols pemberian dosis abu vulkanik akan meningkatkan nilai pH tanah,
NTK (K, Na, Ca, dan Mg) dan KTK berdasarkan jumlah dosis yang diberikan. Akan
tetapi, nilainya lebih rendah dibandingkan tanah awal. Abu vulkanik menurunkan
kemasaman (Aldd dan Hdd) pada tanah Oxisols.
Tia Rostaman et al.
368
2. Analisis hara tanaman menunjukkan bahwa sebagian besar hara N, P, dan K yang
diserap tanaman kandungan hara bervariasi seiring dengan peningkatan dosis abu
yang ditambahkan.
3. Penambahan dosis abu vulkanik pada tanah Oxisols tidak berpengaruh nyata
meningkatkan pertumbuhan dan jumlah anakan jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Anda, M. dan W. Wahdini. 2010. Sifat, Komposisi Mineral, dan Kandungan Berbagai
Unsur pada Abu Erupsi Merapi, Oktober-November 2010 [Unpublish]. Bogor:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Mahbub, I.H. dan Suryanto. 2010. Aplikasi Abu Janjang Kelapa Sawit Sebagai Amelioran
Beberapa Sifat Kimia Ultisol. Jambi: Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Jambi.
Maidhal. 1993. Perbandingan sifat fisika tanah lapisan atas Oxisols di dataran tinggi dan
dataran rendah (skripsi). Universitas Andalas Fakultas Pertanian. Padang.
Muzar, A. 2008. Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit terhadap Tanah Ultisol dan
Pengaruhnya pada Tanaman Kedelai. Jurnal Agrivigor 8:224-232.
Rosmarkam, Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Sediyarso, M. dan S. Suping. 1987. Pengaruh Abu Galunggung terhadap Tanah Pertanian.
Bogor: Pusat Penelitian Tanah.