pengaruh dosis dolomit dan pupuk sp 36 terhadap ...repository.utu.ac.id/574/1/bab i_v.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN PUPUK SP 36 TERHADAPPERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
SKRIPSI
Oleh
ROSNAWATI08C10407020
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARAT
2013
PENGARUH DOSIS DOLOMIT DAN PUPUK SP 36 TERHADAPPERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
SKRIPSI
Oleh :
ROSNAWATI08C10407020
Skripsi Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada
Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARAT
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Dosis Dolomit dan Pupuk SP 36 TerhadapPertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachishypogaea L.)
Nama Mahasiswa : ROSNAWATI
NIM : 08C10407020
Jurusan : Agroteknologi
Menyetujui,Komisi pembimbing
Ketua Anggota
Muhammad Jalil, S.P., M.P. Ir. RizalNIDN.0115068302
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agroteknologi
Diswandi Nurba, S.TP., M.Si. Jasmi, S.P., M.Sc.NIDN.0128048202 NIDN.0127088002
Tanggal Lulus : 29 Agustus 2013
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman pangan berupa
semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia.
Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika).
Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari
Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17,
dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis (Rukmana, 1995).
Kacang tanah termasuk famili Leguminosaceae yang umumnya
mempunyai bintil akar yang mampu melakukan fiksasi nitrogen. Kacang tanah
dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai sayur, saus, kacang
gorengan atau rebusan. Selain itu kacang tanah juga dapat digunakan sebagai
bahan industri antara lain untuk bahan mentah keju, mentega, sabun dan minyak.
Daun kacang tanah dapat digunakan untuk pakan ternak, sedangkan bungkilnya
dapat dijadikan oncom dengan bantuan fermentasi jamur (Marzuki, 2007).
Mengingat arti penting kacang tanah dalam perekonomian Indonesia dan
manfaatnya yang besar bagi kesehatan tubuh manusia sudah sepantasnya
pembudidayaan kacang tanah dilaksanakan secara intensif. Usaha yang ditempuh
adalah dengan melaksanakan program ekstensifikasi yang didukung oleh usaha
intensifikasi. Sumarno (1986) menyatakan bahwa, ditinjau dari aspek agroklimat
Indonesia sangat potensial untuk dibudidaya kacang tanah, demikian juga dari
aspek teknis, ekonomi dan sosial sangat mendukung.
Selama tahun 1969-1991 produksi dan produktivitas kacang tanah nasional
terus meningkat, namun laju permintaannya masih lebih besar dari pada
2
ketersediaan produksi 1.33 ton/ha. permintaan kacang tanah nasional pada tahun
2015 diproyeksikan 1,99 juta ton. Sehingga masih banyak kekurangan produksi
kacang tanah (Rukmana, 1995).
Tanaman kacang tanah memerlukan tanah yang strukturnya ringan,
berdrainase baik dan cukup unsur hara NPK, Ca dan unsur mikro. Tanah yang
berstekstur lempung berpasir, pasir berlempung sangat cocok untuk kacang tanah.
Tingkat kemasaman tanah yang optimal untuk pertumbuhan kacang tanah adalah
anatara pH 6,0- 6,5. Kacang tanah termasuk tanaman yang paling toleran terhadap
tanah masam dibandingkan tanaman yang lainnya yang termasuk polong-
polongan. Kacang tanah mempunyai daerah adaptasi yang cukup luas, karena ia
mampu hidup pada tanah yang kurang subur, sedikit masam, dan juga agak kering
(AAK, 1989).
Banyak upaya telah ditempuh untuk meningkatkan produksi kacang tanah
antara lain dengan memperbaiki sistem budidaya salah satunya dengan pemberian
kapur dolomit dengan dosis yang sesuai.Dolomit merupakan kapur yang berasal
dariendapan mineral sekunder yang banyak mengandungunsur Ca dan Mg dengan
rumus kimia CaMg(CO3)2. Pupuk dolomit di samping menambah Cadan Mg
dalam tanah juga memperbaiki keasamantanah serta meningkatkan ketersediaan
unsur yanglain misalnya M0 dan P (Wibowo, 1983).
Pengapuran berpengaruh baik terhadap agregasi partikel tanah, aerasi, dan
perkolasi. Humus yang berinteraksi dengan kapur akan lebih meningkatkan
granulasi dan memperkokoh ikatan antar partikel tanah (Sarief, 1986 dalam
Hardian, 1999).Pengapuran dilakukan dengan menggunakan dolomit sebanyak
400 kg/ha untuk tanah ber pH rendah (pH<6) ( BPTP Sulawesi Tenggara, 2010).
3
Untuk pertumbuhannya tanaman kacang tanah memerlukan zat makanan
(hara) yang terdiri atas hara makro dan mikro. Jika salah satu unsur hara yang
diperlukan tanaman kacang tanah tidak terpenuhi, maka tanaman kacang tanah
akan mengalami pertumbuhan yang tidak terpenuhi, maka tanaman kacang tanah
akan mengalami pertumbuhan yang tidak normal, sehingga hasil yang diperoleh
akan menurun. Oleh karena itu untuk melengkapi unsur hara pada tanaman
kacang tanah diperlukan pemupukan (Winarso, 2001).
Jenis pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk organik seperti pupuk
kandang dan pupuk anorganik seperti Urea, SP36 dan KCl.Tanaman kacang tanah
menduduki rangkingpertama dari tanaman kacang-kacangan yang lainyang sangat
peka terhadap kekurangan Ca, Mgdan P (Somaatmadja, 1983).Tanda tanaman
kekurangan P adalah tanaman menjadi kerdil, bentuk daun tidak normal dan
apabila defisiensi ada bagian- bagian daun, buah, dan batang yang mati. Daun-
daun tua akan terpengaruh lebih dulu dibandingkan dengan daun-daun muda.
Defisiensi P dapat menyebabkan penundaan kemasakan, tanaman biji-bijian yang
tumbuh pada tanah menyebabkan pengisian biji berkurang (Winarso, 2005).
Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial tanaman. Di dalam unsur hara
esensial tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam
tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup
untuk pertumbuhannya secara normal. Fungsi fosfor di dalam tanaman yaitu
dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer, dan penyimpanan energi,
pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman
lainnya(Winarso, 2005).
4
Suprapto (1994) menyatakan bahwa, fosfat sangat diperlukan untuk
pertumbuhan generatif, terutama untuk pertumbuhan bunga dan bagian-bagian
sehingga pembentukan polong dan biji lebih baik. Tanaman yang cukup
mengabsorsi hara fosfat disamping dapat memperbanyak jumlah polong dan biji
juga dapat mempercepat dan menyeragamkan kemasakan.
Lingga (1998), kandungan P2O5 pada pupuk fosfat SP36 adalah 26-36 %.
Kegunaan dari pupuk fosfat adalah untuk mendorong pertumbuhan akar,
pertumbuhan bunga dan biji, memperbesar persentase terbentuknya bunga
menjadi biji, menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit, serta memperbaiki struktur hara tanah. Pupuk fosfat dibutuhkan lebih
banyak dibandingkan pupuk nitrogen untuk kacang-kacangan. Pemberiannya
dilakukan bersamaan dengan waktu tanam dengan dosis berkisar 50-75 kg
P2O5/ha atau setara 139-208 kg SP-36/ha (Marzuki, 2007).
Pupuk fosfat sangat diperlukan untuk pertumbuhan generatif, terutama
untuk pertumbuhan bunga dan bagian-bagian lainnya yang selanjutnya akan
menjadi polong dan biji. Tanaman yang cukup mengabsorbsi hara fosfat
disamping dapat memperbanyak polong dan biji juga dapat mempercepat masak
dan seragamnya masa panen (Rinsema, 1986).
Penggunaan pupuk fosfat yang berlebihan menyebabkan efek negatif bagi
tanaman seperti terhambatnya pertumbuhan vegetatif dan mempercepat fase
generatif tanaman sehingga hasil akan berkurang, tanaman tidak mencapai
vegetatif yang optimum. Sebaliknya penggunaan pupuk fosfat yang kurang tidak
akan efektif untuk mendorong pertumbuhan akar, bunga, dan biji. Untuk itu
diperlukan dosis pupuk fosfat yang optimum untuk setiap tanaman
(Mulyani, 1994).
5
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka perlu
diketahui tentang pengaruh dosis dolomit dan pupuk SP36 yang tepat sehingga
diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang optimum.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis dolomit
danpupuk SP 36 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah, serta
nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.3 Hipotesis
1. Dosis dolomit berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah.
2. Dosis Pupuk 36 berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang tanah.
3. Terdapat interaksi antara dosis dolomit dan pupuk SP 36 terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Kacang Tanah
2.1.1. Sistematika
Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), dalam Ritonga et al. (2008),
sistematika tanaman kacang tanah dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathopyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dikotiledon
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
2.1.2. Morfologi
a. Akar
Akar tanaman memiliki akar tunggang, dan akar-akar ini memiliki akar-akar
cabang yang lurus yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat pengisap
unsur hara. Pada varietas tipe menjalar yang mana masing-masing cabang yang
buku-bukunya menyentuh tanah, akan tumbuh akar liar yang juga berfungsi
sebagai alat pengisap (Rukmana, 1995).
b. Daun
Daun tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk bersirip genap.
Setiap helai terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daun sedikit berbulu,
7
berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Pada daun
terjadi gerakan Nyctitropic yang merupakan aktivitas daun sebagai persiapan diri
untuk menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya (AAK, 1989).
c. Bunga
Tanaman kacang tanah mulai berbunga kira-kira pada umur 4-6 minggu
setelah tanam. Rangkaian yang berwarna kuning orange muncul pada setiap ketiak
daun. Setiap bunga Posisi bunga biasa menggantung. Warna mahkota bunga putih
dan memiliki 5-6 kelopak bunga. Panjang bunga 1-1,5 cm, dan lebarnya 0,5 cm
dan panjang tangkai bunga 1-2 cm. Mahkota kacang tanah berwarna kuning dan
standar mahkota bunga pada bagian pangkal bergaris merah atau merah tua.
Sedangkan benang sari, bakal buah kacang tanah terletak didalam tepat pada
pangkal tabung kelopak bunga di ketiak daun (AAK, 1989).
d. Buah
Buah kacang tanah berbentuk polong terdapat dalam tanah, berisi 1-4 biji,
umumnya 2-3 biji per polong. Bentuk polong ada yang berujung tumpul ada yang
runcing. Polong tua ditandai oleh lapisan warna hitam pada kulit polong bagian
dalam (Rukmana, 1995).
2.2. Syarat TumbuhTanaman Kacang Tanah
2.2.1. Iklim
Kacang tanah memerlukan iklim yang lebih panas dibandingkan tanaman
kedelai dan jagung. Suhu harian antara 25oC - 35oC tanaman kacang tanah
tumbuh lambat, umurnya lebih lama. Kelembaban udara yang tinggi (lebihdari
80%) kurang menguntungkan bagi pertumbuhan kacang tanah, karena akan
memberikan lingkungan yang sangat baik bagi pertumbuhan penyakit bercak daun
8
dan karat. Tanah yang terlalu lembab disamping menghambat pertumbuhan
tanaman, juga mendorong pertumbuhan cendawan pembusuk akar. Tanaman yang
memerlukan sinar matahari penuh (100%). Adanya naungan yang menghalangi
sinar matahari lebih dari 30% akan menurunkan hasil (Arsyad dan Asadi, 1993).
2.2.2. Tanah
Tanaman kacang tanah lebih menghendaki tanah yang bertekstur lempung
berpasir, liat berpasir atau lempung liat berpasir. Persyaratan sifat fisik dan kimia
tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah dipengaruhi
oleh kesamaan tanah (pH), kandungan bahan organik, struktur tanah, dan
kandungan unsur hara merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan hasil kacang tanah. Kacang tanah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah,
asalkan tanah dapat menyerap air dengan baik dan dapat mengalirkan kembali
dengan lancar. Struktur yang remah pada tanah lapisan atas dapat menyuburkan
pertumbuhan kacang tanah, disamping itu pembentukan polong-polongnya akan
lebih mudah (Anonymous, 1989).
2.3. Kapur Dolomit (CaMg (CO3)2)
Pertumbuban tanaman sangat dipengaruhi oleh pH tanah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada pH rendah Ca, Mg, dan P kurang tersedia
sedangkan unsur mikro tersedia, tetapi unsure Al yang meracun sangat tinggi.
Tanah yang ber- pH rendah (pH<6) diklasifikasikan sebagai tanah masam. Tanah
masan didunia hampir seluruh nya terpusat diwilayah tropika basah(Hakim et al.,
1986dalam Hardian, 1999).
Kemasaman tanah menunjukan tinggi rendahnya kadar ion H+ didalam
tanah dan biasa disebut pH tanah. Masalah tanah masam antara lain adalah kurang
9
tersedianya unsur P,Ca, Mg, Dan Mo dan fiksasi N terhambat,kelebihan unsur AI,
Fe, dan Mn sehingga meracun bagi tanaman. Kemasaman yang tinggi (pH rendah)
dapat diperbaiki dengan pemberian kapur ataupengapuran (Pangudijatno,
1988dalamHardian, 1999).
Pengapuran berpengaruh baik terhadap agregasi partikel tanah, aerasi, dan
perkolasi. Humus yang berinteraksi dengan kapur akan lebih meningkatkan
granulasi dan memperkokoh ikatan antar partikel tanah
(Sarief, 1986 dalam Hardian, 1999).
Adapun manfaat pemberian kapur pada tanah masam dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu Mengurangi alumunium dan keracunan
metal lainnya, dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi fisik tanah,
merangsang aktivitas mikrobiologi di dalam tanah, meningkatkan KTK tanah
melalui peningkatan muatan negatif tanah yang dapat berubah- ubah atau muatan
tergantung pH, meningkatkan ketersediaan unsur hara tertentu khususnya P,
menyuplai Ca dan Mg untuk tanaman, dan meningkatkan fiksasi N secara
simbiotik oleh tanaman leguminose (Winarso, 2005)
2.4. Peranan Pupuk SP 36
Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial tanaman yang keberadaannya
tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam
tanaman,sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup
untuk pertumbuhannya secara normal. Fungsi fosfor di dalam tanaman yaitu
dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer, dan penyimpanan energi,
pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya.
10
Oleh karena P dibutuhkan tanaman cukup besar maka disebut unsur hara makro
selain N dan K.
Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan kacang
tanah dalam jumlah relatif banyak dibandingkan unsur lainnya karena hara fosfor
diserap sepanjang masa pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rinsema(1986) yang menyatakan bahwa, fosfat sangat diperlukan untuk
pertumbuhan generatif, terutama untuk pertumbuhan bunga dan bagian-bagian
lainnya yang selanjutnya akan menjadi polong dan biji. Tanaman yang cukup
mengabsorbsi hara fosfat disamping dapat memperbanyak polong dan biji juga
dapat mempercepat masak dan seragamnya masa panen.
Fosfor sangat diperlukan untuk pertumbuhan generatif terutama untuk
pertumbuhan bunga dan bagian - bagian lainnya, selanjutnya akan menjadi polong
dan biji. Tanaman cukup mengasorbsi hara fosfor dapat memperbanyak polong
dan biji juga dapat mempercepat masak dan seragamnya masa panen, pemupukan
fosfor dalam dosis yang rendah tidak efektif tujuan pemupukan, sedangkan dalam
dosis yang tinggi akan mengalami pemakaian berlebihan dan menyebabkan
keracunan bagi tanaman (Marzuki, 2007).
Tanda tanaman kekurangan P adalah tanaman menjadi kerdil. Bentuk daun
tidak normal dan apabila defisiensi ada bagian- bagian daun, buah, dan batang
yang mati. Daun - daun tua akan terpengaruh lebih dulu dibandingkan dengan
daun - daun muda.Defisiensi P juga dapat menyebabkan penundaan kemasakan.
Tanaman biji-bijian yang tumbuh pada tanah menyebabkan pengisian biji
berkurang (Winarso, 2005).
11
2.5. Mekanisme Penyerapan Unsur Hara Bagi Pertumbuhan Tanaman
Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (plant
nutrient). Tanaman membutuhkan bahan organik untuk mendapatkan energi dan
pertumbuhannya, dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus
hidupnya. Fungsi hara tidak dapat digantikan dengan oleh unsur lain dan apabila
terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau
berhenti (Rosmarkum dan Yuwono, 2002).
Unsur hara N dan K menentukan berlangsungnya metabolism di dalam
tanaman. Jika kekurangan hara tersebut tanaman akan terhambat pertumbuhannya
dan peranan unsur hara tersebut tidak dapat digantikan oleh unsur hara lainnya.
Unsur hara N dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar untuk penyusun purines
dan pirimidin, komponen asam amino penyusun protein, pembentukan asam
nukleat, unit structural dari butir hijau daun (klorofil), penyusun propirin dalam
metabolism klorofil sebagai katalisator dalam pembentukan senyawa-senyawa
organik lainnya. Unsur hara K berfungsi sebagai katalisator dalam pembentukan
protein, activator enzim, pengatur turgor daun, menetralkan reaksi dalam sel
terutama asam organik hasil metabolism, mengatur berbagai kegiatan unsur
mineral, meningkatkan pertumbuhan jaringan meristem, memperkuat tegaknya
batang, memperkuat perkembanagan akar, dan meningkatkan kadar karbohidrat
sehingga biji tanaman berisi lebih padat (Salisbury dan Ross, 1995).
Berdasarkan tanaman hidup terdiri atas bahan organik 27 %, air 70% dan
mineral 3%. Analisis kimia menunjukkan bahwa pada tubuh tanaman adanya
berbagai unsur mineral dan beberapa faktor. Faktor tersebut adalah perbandingan
12
akan unsur hara yang berbeda, ketersediaan dalam medium yang berbeda dan juga
tergantung pada organ tanaman dan umur tanaman (Samekto, 2008).
12
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percontohan BPP Pulo Ie Kecamatan
Kuala Kabupaten Nagan Raya mulai dari tanggal 20 Desember 2012 sampai
dengan 22 Maret 2013.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
a. Benih
Benih kacang tanah yangdigunakan dalam penelitian ini adalah benih
unggul varietas Gajah yang diperoleh dari penelitian uji adaptasi pada lahan
gambut di kebun percobaan Universitas Teuku Umar.
b. Kapur Dolomit (CaMg(CO3)2)
Kapur dolomit yang digunakan dalam penelitian ini disediakan sebanyak
2,4 kg yang diperoleh dari depot pertanian dengan kandungan Ca Mg.
c. Pupuk SP 36
Pupuk SP 36 yang digunakan dalam penelitian ini disediakan sebanyak
607,5 gram. Pupuk dasar yang digunakan adalah Pupuk Urea dan KCl.
d. Pestisida.
Untuk pengendalian hama dan penyakit digunakan insektisida Decis2,5
EC1 mlair-1.Disemprotkan pada daun yang terkena serangan ulat daun.
3.2.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cangkul, parang, cangkul
kecil, tudor spayer, timbangan, meteran, skrop, tali rafia dan alat- alattulis.
13
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan 3ulangan.Faktor yang
teliti adalah faktor dosis dolomit dan pupuk SP 36.
Faktordosisdolomit (D) yang terdiri atas 3taraf yaitu :
D1 = 200 kg ha-1 ( 45 gr plot-1)
D2 = 400 kg ha-1 ( 90gr plot-1)
D3 = 600 kg ha-1 ( 135gr plot-1)
Faktor pupuk SP 36 (P) yang terdiri atas 3taraf yaitu :
P1 = 50 kg ha-1 ( 11,25gr plot-1)
P2 = 100 kg ha-1 ( 22,5gr plot-1)
P3 = 150 kgha-1 ( 33,75gr plot-1)
Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan,
maka terdapat 27 unit percobaan. Susunan kombinasi perlakuan antara dosis
dolomit dan pupuk SP 36 dapat dilihat pada Tabel1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Dosis Dolomit dan PupukSP 36
No Kombinasi Perlakuan Dosis Dolomit(kg ha-1)
Pupuk SP 36(kgha-1)
123
D1P1
D1P2
D1 P3
200400600
50100150
456
D2 P1
D2 P2
D2 P3
200400600
50100150
789
D3 P1
D3 P2
D3 P3
200400600
50100150
14
Model matematis yang digunakan adalah :
Yijk = + i + Dj + Pk + (DP)jk + ijk
Dimana :
Yijk = Hasil pengamatan untuk dosis dolomit (D) pada taraf ke-j dan pupukSP 36 (P) pada taraf ke-k pada ulangan ke-i.
= Rata-rata umum
i = Pengaruh kelompok ke-i (i =1, 2 dan 3)Dj = Pengaruh faktor dosis dolomit (D) taraf ke-j (j=(1,2 dan 3).Pk = Pengaruh faktor dosis pupuk SP 36(P) taraf ke-k (k=1,2 dan 3)(DP)jk = Pengaruh interaksi faktor dosis dolomittaraf ke-j dan faktor pupuk
SP 36taraf ke-k.ijk = Galat percobaan
Bila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji lanjut BNJ pada level 5% (BNJ0.05)
BNJ0,05 = q0.05 (p;dbg)
Keterangan :
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada level 5 %q0.05 (p;dbg) = Nilai baku q pada level 5 %; (jumlah perlakuan p dan derajat
bebas galat )KT g = Kuadrat Tengah Galatr = Jumlah Ulangan
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. PengolahanLahan
Pengolahan lahandilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu dengan
mencangkul tanah sedalam 30cm, sisa - sisa tanaman dibersihkan. Setelah
pengolahan tanah kemudian dilakukan pembuatan plot dengan ukuran panjang
150 cm x lebar150 cm, jarak antar blok 50 cmdan jarak antar bedengan 30 cm.
15
3.4.2. Pemupukan
Pemberian dosis dolomit dan pupuk SP36 diberikan sesuai dengan
perlakuan, diberikan setelah terbentuk plot-plot penelitian dengan cara disebar
kemudiandiaduk secara merata. Pemberian pupuk KCl danUreamasing-masing
sebanyak 100 kg ha-1 (22,5 gr plot-1), diberikan1 hari sebelum tanam masing-
masing diberikan setengah dosis sebagai pupuk dasar dan setengah dosisnya
diberikan sebagai pupuk susulan yang diberikan 30 HST.
3.4.3. AplikasiDolomit dan Pupuk SP 36
Dolomitdiaplikasikan 15 hari sebelum tanam dan pupuk SP 36
diaplikasikan pada saat 1 hari sebelum tanam
3.4.4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dan ditanam 1 bibit per lubang
tanam dengan jarak tanam 30 cm x 15 cm.Tanaman yang diambil sebagai
gambaran sampel 5 tanaman dalam satu plot percobaan.
3.4.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kacang tanah yang dilakukan meliputi :
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sekali, penyiraman dilakukan pada pagi dan
sore hari, sesuai dengan lingkungan setempat.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada umur 1 minggu setelah tanam (MST), dengan
bibit yang sama pada tanaman yang mati.
c. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma dilakukan terhadap rumput-rumput liar yang tumbuh
disekitar tanaman kacang tanah, Penyiangan gulma dilakukan dengan cara
16
mencabut rumput-rumput menggunakan tangan atau cangkul kecil. Penyiangan
dilakukan 2 kali yaitu pada umur 21 HST dilakukan penyiangan pertama sekaligus
dengan pembumbunan dan pada umur 40 HST dilakukan penyiangan ke 2.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kacang tanah dilakukan
dengan menggunakan insektisida decis.
3.4.6. Panen
Pemanenan dilakukan pada umur100 HST yang ditandai sebagian besar
daun pada pertanaman mulai mengering.
3.5. Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi
tanaman dari pangkal batang hingga titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan
meteran dalam satuan cm, pengamatan dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST.
2. Jumlah Cabang (buah)
Pengukuran jumlah cabang dilakukan dengan cara menghitung seluruh
cabang perumpun dari setiap tanaman sampel pada umur 15, 30 dan 45 HST.
3. Persentase Polong Bernas dan Hampa (%).
Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh
polong bernas dan polong hampa pada setiap plot,dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Persentase Polong Bernas = 100%xPolongSeluruhJumlah
BernasPolongJumlah
17
PersentasePolong Hampa = x100%PolongSeluruhJumlah
HampaPolongJumlah
4. Bobot 100 Biji Kering(gr)
Pengamatan dilakukan dengan menimbang 100 biji kering yang sudah
dikeringkan, penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik.
5. Berat Polong Keringper Plot Netto (gr)
Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik yang
dilakukan terhadap biji kering per plot netto dari setiap unit percobaan.
6. Rendemen (%)
Rendemen dihitung dengan menimbang biji dari sampel polong dari setiap
plot percobaan dan dikonversikan dengan persamaan sebagai berikut :
Persentase Rendemen = x100%PolongBerat
BijiBerat
7. Produksi per Hektar (ton)
Perhitungan produksi per hektar dilakukan dengan cara mengkonversikan
berat polong per plot netto kedalam hektar dalam satuan ton.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Pengaruh Dosis Dolomit
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai24)
menunjukkan bahwa dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanamanumur 45 HST, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
umur15 dan 30 HST, berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang umur 15,
30 dan 45 HST, persentase polong bernas, persentase polong hampa, bobot 100
biji kering, berat polong kering per plot netto,rendemen dan produksi per hektar.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST, namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur15 dan 30 HST.Rata-rata
tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai dosis dolomit umur 15,30 dan 45
HSTsetelah diuji dengan BNJ0,05disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis DolomitUmur 15, 30 dan 45 HST.
Dosis Kapur Dolomit Tinggi Tanaman (cm)Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
D1 200 7.28 15.51 38.24 bD2 400 6.98 14.58 34.29 aD3 600 7.43 15.68 37.27ab
BNJ0,05 - - 3,46Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom sama berbeda tidak
nyata pada taraf 5% (uji BNJ ).
Tabel 2 menunjukkan tanamantertinggi umur 15 dan 30 HST ditunjukkan
pada dosis dolomit 600 kg ha-1(D3) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan dosis kapur dolomit 200 kgha-1(D1) dan400
kgha-1(D2). Sedangkan pada umur 45 HST tanaman tertinggi ditunjukkan pada
19
dosis dolomit 200 kgha-1(D1),yang berbeda nyata dengan dosis kapur dolomi t400
kg ha-1(D2).namun berbeda tidak nyata dengan dosis kapur dolomit 600 kg ha-
1(D3).
Hubungan antara tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai dosis
dolomit umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit Umur15, 30 dan 45 HST
2. JumlahCabang (buah)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang umur 15,
30 dan 45 HST.Rata-rata jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai
dosis dolomit umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah pada BerbagaiDosisDolomit Umur 15, 30 dan 45 HST.
Dosis Dolomit Jumlah Cabang (buah)Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
D1 200 2.91 5.56 7.22D2 400 2.56 5.11 7.09D3 600 2.71 5.49 6.82
7.28 6.98 7.43
15.51 14.58 15.68
38.2434.29
37.27
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
200 400 600
Tin
ggi T
anam
an (c
m)
Dosis Dolomit (kg ha-1)
15 HST
30 HST
45 HST
20
Tabel 3 menunjukkan jumlah cabang terbanyak umur 15, 30 dan 45
HSTdijumpai pada dosis dolomit 200 kg ha-1(D1)meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan dosis kapur dolomit 400 kg ha-1
(D2) dan 600 kg ha-1(D3).
3. PersentasePolong Bernas dan Hampa (%)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14 dan 16) menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong bernas dan
hampa. Rata-rata persentase polong bernas dan hampa pada berbagai dosis
dolomit disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa Tanaman Kacang Tanahpada Berbagai Dosis Dolomit
Dosis Dolomit Persentase PolongBernas
Persentase PolongHampa
Simbol kg ha-1 (%) Arcsin √× (%) Arcsin √×D1 200 59.69 53.76 30.32 24.39D2 400 61.86 55.94 28.14 22.22D3 600 62.03 56.11 27.97 22.05
Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase polong bernas tertinggi
ditunjukkan pada dosis dolomit 600 kg ha-1(D3) dan persentase polong hampa
tertinggi ditunjukkan pada dosisdolomit 200 kg ha-1(D2) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
4. Bobot 100 Biji Kering (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering. Rata-rata bobot
100 biji kering pada berbagai dosis dolomit disajikan pada Tabel 5.
21
Tabel 5. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah pada Berbagai DosisDolomit
Dosis DolomitBobot 100 Biji Kering (g)
Simbol kg ha-1
D1 200 65.40D2 400 66.57D3 600 70.13
Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi ditunjukkan
pada dosis dolomit 600 kg ha-1(D3) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan dosis dolomit 200 kg ha-1(D1) dan 400 kg ha-1
(D2).
5. Berat Polong Kering per Plot Netto (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 20) menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per plot netto.
Rata-rata berat polong kering per plot netto pada berbagai dosis dolomit disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Berat Polong Kering Tanaman Kacang Tanah pada BerbagaiDosis Dolomit
Dosis Dolomit Berat Polong Kering per Plot Netto(g)Simbol kg ha-1
D1 200 723.04D2 400 743.84D3 600 745.60
Tabel 6 menunjukkan bahwa berat polong kering plot netto tertinggi
ditunjukkan pada dosis dolomit 600 kg ha-1(D3) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
22
6. Rendemen (%)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 22) menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen polong kering kacang
tanah. Rata-rata rendemen polong kering kacang tanah pada berbagai dosis
dolomit disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Rendemen Polong Kering Kacang Tanah pada Berbagai DosisDolomit
Dosis Dolomit RendemenSimbol kg ha-1 (%) Arcsin √×
D1 200 49.44 42.37D2 400 55.43 48.36D3 600 51.98 44.91
Tabel 7 menunjukkan bahwa rendemen polong kering tertinggi kacang
tanag ditunjukkan pada dosis dolomit 400 kg ha-1(D2), meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
7. Produksi per Hektar (ton)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 24) menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar kacang tanah.
Rata-rata produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis dolomit disajikan
pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Produksi per Hektar Kacang Tanah pada Berbagai DosisDolomit
Dosis Dolomit Produksi per Hektar(ton)Simbol kg ha-1
D1 200 5.62D2 400 5.45D3 600 5.48
23
Tabel 8 menunjukkan bahwa produksi per hektar kacang tanah
ditunjukkan pada dosis dolomit 200 kg ha-1(D1) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
4.1.2. Pengaruh Dosis Pupuk SP 36
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 24)
menunjukkan bahwa dosispupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanamandan jumlah cabang umur 15, 30 dan 45 HST, persentase polong bernas,
persentase polong hampa, bobot 100 biji kering, berat polong kering per plot
netto, rendemendanproduksi per hektar.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur15, 30
dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai
dosispupukSP36 umur 15,30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis PupukSP 36 Umur 15, 30 dan 45 HST.
Dosis Pupuk SP 36 Tinggi Tanaman (cm)Simbol kgha-1 15 HST 30 HST 45 HST
P1 50 7.18 15.17 35.24P2 100 6.84 14.58 36.92P3 150 7.67 16.02 37.63
Tabel 8 menunjukkan tanaman tertinggi umur 15 dan 30 HST ditunjukkan
pada dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
24
2. JumlahCabang (buah)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang umur
15, 30 dan 45 HST. Rata-rata jumlah cabang tanaman kacang tanah pada berbagai
dosispupuk SP 36 umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah pada Berbaga iDosisPupuk SP 36 Umur 15, 30 dan 45 HST.
DosisPupuk SP 36 Jumlah Cabang (buah)Simbol kgha-1 15 HST 30 HST 45 HST
P1 50 8.13 16.53 21.60P2 100 8.20 15.93 21.33P3 150 8.20 16.00 20.47
Tabel 9 menunjukkan jumlah cabang terbanyak umur 15 HST dijumpai
pada dosis pupuk SP 36100 kg ha-1(P2) dan 150 kg ha-1(P3). Jumlah cabang
terbanyak umur 30 dan 45 HST dijumpai pada dosis pupuk SP 36 50 kg ha-1(P1)
meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
3. PersentasePolong Bernas dan Hampa (%)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 14 dan 16) menunjukkan bahwa
dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong bernas dan
hampa. Rata-rata persentase polong bernas dan hampa pada berbagai dosispupuk
SP 36 disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Persentase Polong Bernas dan Hampa Tanaman KacangTanah pada Berbagai Dosis Pupuk SP 36
Dosis Pupuk SP 36Persentase Polong
BernasPersentase Polong
HampaSimbol kg ha-1 (%) Arcsin √× (%) Arcsin √×
P1 50 61.49 55.57 28.51 22.58P2 100 62.61 56.69 27.39 21.47P3 150 59.47 53.54 30.53 24.61
25
Tabel 10 menunjukkan bahwa persentase polong bernas tertinggi
ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 100 kg ha-1(P2) dan persentase polong hampa
tertinggi ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
4. Bobot 100 Biji Kering (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering. Rata-rata
bobot 100 biji kering pada berbagai dosis pupuk SP 36 disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata Bobot 100 Biji Kering Kacang Tanah pada Berbagai DosisPupuk SP 36
Dosis Pupuk SP 36Bobot 100 Biji Kering (g)
Simbol kgha-1
P1 50 200.19P2 100 197.67P3 150 208.45
Tabel 11 menunjukkan bahwa bobot 100 biji kering tertinggi ditunjukkan
pada dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
5. Berat Polong Kering per Plot Netto (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 20) menunjukkan bahwa
dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong kering per plot
netto. Rata-rata berat polong kering per plot netto pada berbagai dosis pupuk SP
36 disajikan pada Tabel 12.
26
Tabel 12. Rata-rata Berat Polong Kering Tanaman Kacang Tanah pada BerbagaiDosis Pupuk SP 36
Dosis Pupuk SP 36 Berat Polong Kering per Plot Netto(g)Simbol kgha-1
P1 50 718.07P2 100 744.60P3 150 749.81
Tabel 12 menunjukkan bahwa berat polong kering per plot netto tertinggi
ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
6. Rendemen (%)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 22) menunjukkan bahwa
dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen polong kering
kacang tanah. Rata-rata rendemen polong kering kacang tanah pada berbagai dosis
pupuk SP 36 disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata Berat Rendemen Polong Kering Tanaman Kacang Tanah padaBerbagai Dosis Pupuk SP 36
Dosis Pupuk SP 36 Rendemen (%)Simbol kgha-1 (%) Arcsin √×
P1 50 53.16 46.09P2 100 50.94 43.87P3 150 52.75 45.68
Tabel 13 menunjukkan bahwa berat rendemen polong kering ditunjukkan
pada dosis pupuk SP 36 50 kg ha-1(P1), meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
27
7. Produksi per Hektar (ton)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 24) menunjukkan bahwa
dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar kacang
tanah. Rata-rata produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis pupuk SP
36 disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-rata Produksi per Hektar Kacang Tanah pada Berbagai DosisPupuk SP 36
Dosis Pupuk SP 36 Produksi per Hektar(ton)Simbol kgha-1
P1 50 5.40P2 100 5.83P3 150 5.32
Tabel 14 menunjukkan bahwa produksi per hektar kacang tanah
ditunjukkan pada dosis pupuk SP 36 100 kg ha-1(P2) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
4.1.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomorgenap 2 sampai 24)
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara dosis dolomit dan pupuk
SP 36 terhadaptinggi tanaman umur 45 HST.
Tinggi Tanaman
Rata-rata tinggi tanaman umur 45 HST pada berbagai dosis dolomit dan
dosis pupuk SP 36 setelah di uji BNJ0.05 dapat disajikan pada Tabel 15.
28
Tabel 15. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomitdan Dosis Pupuk SP 36 Umur 45 HST.
Dosis Dolomit (kg ha-1)Dosis Pupuk SP 36 (kg ha-1)
BNJ0,0550 (P1) 100 (P2) 150 (P3)D1 200 39,17 ab 35,83 ab 39,73 b
8,14D2 400 31,43 a 38,00 ab 33,43 abD3 600 35,15 ab 35,93 ab 39,73 b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom berbedatidaknya pada taraf 5 % (uji BNJ)
Tabel 15 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 45 HST dijumpai
pada dosis dolomit 200 kg ha-1 (D1) dan dosis pupuk SP 36 50 kg ha-1 (P1) yang
berbeda nyata dengan dosis dolomit 400 kg ha-1 (D2) dan dosis pupuk SP 36 50 kg
ha-1 (P1) namun tidak berbeda nyata dengan dosis dolomit 600 kg ha-1 (D3) dan
dosis pupuk SP 36 50 kg ha-1 (P1).
Tanaman tertinggi dijumpai pada dosis dolomit 400 kg ha-1(D2) dan dosis
pupuk SP 36 100 kg ha-1 (P2) namun tidak berbeda nyata dengandosis dolomit 200
kg ha-1 (D1) dan 600 kg ha-1(D3) dengan dosis pupuk SP 36 100 kg ha-1 (P2).
Sedangkan pada tanaman tertinggi selanjutnyadijumpai pada dosis dolomit 200 kg
ha-1 (D1) dan dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1 (P3) yang berbeda nyata dengan dosis
dolomit 400 kg ha-1(D2) dan dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1(P3) namun tidak
berbeda nyata dengan dosis dolomit 600 kg ha-1(D2) dan dosis pupuk SP 36 150
kg ha-1(P3).
Hubungan antara tinggi tanaman kacang tanah umur 45 HST pada
berbagai dosis dolomit dandosis pupuk SP 36 dapat dilihat pada Gambar 2.
29
Gambar 2. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit danDosis Pupuk SP 36 Umur 45 HST.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Dosis Dolomit
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa
dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST,namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST,dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang, persentase polong
bernas, persentase polong hampa, bobot 100 biji kering, berat polong kering per
plot netto, rendemen dan berat polong kering per hektar.
Dari berbagai dosis dolomit yang dicobakan menunjukan bahwa tanaman
tertinggi dijumpai pada dosis kapur dolomit 200 kg ha-1.Hal ini disebabkan karena
respon tanaman kacang tanah terhadap tambahan Ca dan Mg yang telah mencapai
nilai optimum.Pemberian dolomit disamping menambah unsur hara Ca dan Mg
juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur harayang lain serta memperbaiki sifat
39.17
35.83
39.73
31.43
38.00
33.43
35.1535.93
39.73
30.0
32.5
35.0
37.5
40.0
42.5
45.0
50 (P1) 100 (P2) 150 (P3)
Tin
ggi T
anam
an U
mur
45
HST
Dosis Pupuk SP 36 (kg ha-1)
200 (D1)
400 (D2)
600 (D3)
30
fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsurhara dan sifat fisik tanah maka
pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (Sumaryo dan Suryono, 2000).
Meningkatnya pertumbuhan tanaman kacang tanah karena pemberian
dolomit dapat menganalisir unsur Al dan dapat memperbaiki pH serta agregat
tanah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Buckman dan Brady (1982) menjelaskan
bahwa pengapuran pada tanah masam dapat memperbaiki kesuburan tanah sebab
akan mengggiatkan kehidupan jasad renik dan unsur hara makro menjadi lebih
tersedia bagi tanaman. Absorpsi unsur-unsur Mo, p dan Mg akan meningkat
dengan adanya pengapuran pada tanah masam dan pada waktu yang bersamaan
akan menurunkan dengan nyata konsentrasi Fe, Al dan Mn yang dalam keadaan
sangat masam dapat mencapai konsentrasi yang bersifat racun bagi tanaman.
Membaiknya pertumbuhan tanaman akibat pemberian dolomit dapat
dijelaskan oleh pendapat Leiwakabessy dan Sutandi (2004) mengungkapkan
bahwa pengapuran bertujuan untuk menekan kejenuhan Al yang sangat tinggi
sehingga pH tanah dapat meningkat dan tanaman dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik. Oleh karna itu, perkembangan akar tanaman menjadi optimum
akibat pengapuran.
Dephut (1991) menyebutkan bahwa dolomit juga berpengaruh baik pada
tanah dan aerasi. Humus yang berinteraksi dengan dolomit akan lebih
meningkatkan dan memperkokoh ikatan antar partikel tanah. Pengapuran telah
menyebabkan perubahan reaksi kimia, keadaan mikroba tanah yang
menguntungkan tanaman. Akan tetapi kondisi yang tercipta oleh kapur untuk
meningkatkan serapan hara sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman
menjadi lebih baik akan tetapi tergantung pada tanaman dalam menyesuaikan
terhadap lingkungan.
31
4.2.2. Pengaruh Dosis Pupuk SP 36
Dari hasil penelitian yang dicobakan pemberian dosis pupuk SP 36 tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,jumlah cabang, persentase polong
bernas, persentase polong hampa, bobot 100 biji kering, berat polong kering per
plot netto, rendemen dan produksi per hektar. Hal ini disebabkan peranan dari
pupuk SP 36 yang telahdiberikan tidak mencapai nilai optimum, sehingga
perkembangan akar dan penyerapan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman tidak
terpenuhi secara maksimal.
Meningkatnya dosis pupuk SP 36 justru menurunkan hasilbiji,karena
tidak terjadinya keseimbangan hara tanah. Hasil penelitan lainnya menunjukkan
bahwa meningkatnya kecukupan salah satu hara yang tidak diikuti oleh
meningkatnya kecukupan hara lainnya maka keseimbangan hara akan terganggu,
menyebabkan pertumbuhan dan produksi menurun (Surendran et al., 2005).
Terbatasnya penyediaan N ditanah, berdampak menghambat atau
menghentikan pertumbuhan tanaman (Prawiranataet al., 1988). Oleh karena itu,
kebutuhan pupuk N yang diperlukan oleh tanaman kacang tanah perlu diketahui
untuk mengoptimalkan produktivitas tanaman.
Pemupukan Nitrogen, Fosfor dan Kalium sangat perlu dilakukan pada
tanah dengan kandungan hara rendah, karena ketiga unsur hara ini merupakan
hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman. Selanjutnya Suprapto (1994)
mengatakan bahwa hara P akan mendorong pertumbuhan akar permulaan
sehingga akan meningkatkan penyerapan unsur hara dan air oleh tanaman kacang
tanah. Dengan meningkatnya serapan hara dan air akan meningkatkan laju
fotosintensis, selanjutnya hasil fotosintesis berupa karbohidrat diubah menjadi
organ-organ tanaman seperti batang, daun dan lain-lain. Berdasarkan hasil
penelitian Hartatik et al. (1995) bahwa tinggi tanaman meningkat dengan
meningkatnya takaran P. Sedangkan hasil penelitian Pasaribu dan Suprapto
32
(1985), pemberian Fosfor dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah cabang,
sedangkan pada pertumbuhan akhir secara nyata sangat terpengaruhi oleh
pemberian SP-36 yang tercermin pada berat polong kering (Sumaryo dan
Suryono, 2000).
4.2.3. Interaksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara
dosis dolomit dan pupuk SP 36 terhadap tinggi tanaman umur 45 HST. Dari
berbagai dosis yang dicobakan tanaman kacang tanah tertinggi dijumpai pada
dosis dolomit 200 kg ha-1 dengan dosis pupuk SP 36 150 kg ha-1, hal ini
menunjukkan bahwa pemberian dolomit dan SP 36 pada dosis tersebut telah dapat
meningkatkan nilai P-tersedia, peningkatan P-tersedia berhubungan dengan
penurunan derajat kemasaman tanah sehingga memberikan respon pertumbuhan
tanaman yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang
menyebutkan bahwa peningkatan pH dapat menyebabkan kenaikan P-tersedia
tanah.
Hardjono (1988) menambahkan bahwa fosfor yang tersedia dalam jumlah
yang cukup dapat memacu pertumbuhan, perkembangan perakaran dan
pembentukan sistem perakaran yang baik pada tanaman. Sunanto (1994),
Menambahkan bahwa tanaman yang kekurangan P akan menyebabkan laju
pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi menurun, karena laju
fotosintesis menjadi terhambat.
Fosfor merupakan unsur yang paling kritis dibandingkan unsur-unsur
lainnya bagi tanaman. Kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan tanaman
tidak mampu menyerap unsur lainnya, meskipun jumlah unsur fosfor yang
diangkut tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan fosfor dari
pupuk sangat penting (Rosliani, 1997).
33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST.
Namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanamanumur 15 dan 30
HST. Namun berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang, persentase
polong bernas, persentase polong hampa, berat polong kering per plot netto,
rendemen dan produksi per hektar. Pertumbuhan dan produksi tanaman
kacang tanah terbaik dijumpai pada dosis dolomit 200 dan 600 kg ha-1.
2. Dosis pupuk SP 36 berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman,jumlah
cabang, persentase polong bernas, persentase polong hampa, berat polong
kering per plot netto, rendemen dan produksi per hektar. Pertumbuhan dan
produksi tanaman kacang tanah terbaik dijumpai pada dosis pupukSP 36 150
kg ha-1.
3. Terdapat interaksi yang nyata antara dosis dolomit dandosis pupukSP 36
terhadap tinggi tanaman kacang tanah umur 45 HST.Pertumbuhan tanaman
kacang tanah terbaik dijumpai pada dosis dolomit 200 kg ha-1 dengan pupuk
SP 36 50 kg ha-1
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan dosis dolomit
dan pemberian dosis pupuk SP 36lainnya untuk dapat meningkatkan petumbuhan
tanaman kacang tanah terutama pada lahan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1989. Kacang Tanah. Kanisius, Jakarta
Anonymous, 1989. Dharmasi 5EC Zat Pengatur Tumbuh. PT Dharma Niaga,Jakarta
Arsyad, D.M. dan Asadi, 1993. Progress Report on Legumes Varietal Selectionfor Condition Afterlowland Rice and for Acid Soils. Cent. Rest. Inst. ForFood Crops. 154p.
Balitjas. BPTP Sultra. 2010. Teknologi Budidaya Kacang Tanah. Agro Inovasi,Bogor.
Buckman, H.O. dan N.C.Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan. Bharata KaryaAksara, Jakarta.
Departemen Kehutanan. 1991. Teknik Pembuatan Tanaman Kayu Merah(Plerocarpus indicus Willd). Direktorat Jenderal. Reboisasi danRehabilitasi Lahan. Jakarta.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Hardian. 1999. Pengaruh Kapur Dolomit, Pupuk Kandang, Pupuk TSP, dan PupukNPK Terhadap Beberapa Jenis Tanaman Reboisasi Di Pulau Bintan.Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Hardjono, A. 1988. Efektivitas Pupuk Fosfat Untuk Tanaman Kakao padaTanaman Masam. Menara perkebunan 56 (2) : 38-41.
Hartatik, W., P. Kabar dan J.Sri Adiningsih. 1995. Pembandingan efektivitaspupuk P. Prosiding pertemuan teknis penelitian tanah dan agroklimat.Bidang kesuburan dan produktivitas tanah. Cisarua, Bogor 10-12 Januari1995
Leiwakabesy, F.M., A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan Tanah. JurusanTanah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulyani, 1994. Tenknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT Melton Putra.
Pasaribu, D dan S. Suprapto. 1985. Pemupukan NPK pada kedelai. Balaipenelitian tanaman Bogor. Bogor
Purwono. Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penebar Swadaya,Jakarta.
Prawiranata, W.S. Haran dan T. PIN. 1988. Dasar-dasar Fisiologi TumbuhanDepartemen Botani, Fakultas Pertanian, IPB. 117p.
Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan (Terjemahan H.M. Saleh).Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Kacang Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Rosliani, R. 1997. Pengaruh Pemupukan dengan Pupuk Majemuk MakroBerbentuk Tablet terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. J. Hort.7(3) : 773-780.
Rosmarkum, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. PenerbitKanisius,Yogyakarta.
Sadikin Somaatmadja. 1983. Kacang Tanah. Yasaguna, Jakarta. 45 h.
Salisbury, F.B and C. W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Penerbit ITBBandung.
Samekto R, 2008. Pemupukan. PT. Citra Aji Parama Yogyakarta.Kanisius.Yogyakarta.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian IPB.
Somaatmadja. 1983. Kacang Tanah. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
Sri setyadi Haryadi. 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Sumarno, 1986. Kajian Macam Pupuk Organik dan Dosis Pupuk P terhadap HasilKacang Tanah (Arachis hypogaea, L.) di Tanah Entisol. Sains Tanah. 1 (1): 1-6.
Sumaryo, dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 terhadapJumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah di Tanah Latosol.Agrosains vol.2: 54-58. Bogor.
Suprapto, H.S. 1994. Bertanam kacang tanah. Penebar swadaya, Jakarta
Surendran, U., V. Murugappan, A. Bhaskaran, and R. Jagadeeswaran. 2005.Nutrient budgeting using Nutmon-toolbox in an irrigated farm of semiarid tropical region in India - A micro and meso level modelingstudy. World Journal of Agrc. Sci. 1(1):89-97.
Wibowo, Z.S., 1983. Pengaruh Mg Tanah dan Pemupukan Mg TerhadapPertumbuhan Tanaman. Hasil Penelitian Pertanian Indonesia. Februari1985. Vol. m. (Abstr).
Widura Ritonga, Arya., 2008. Laporan Praktek Usaha Pertanian Produksi BenihKacang Tanah Varietas Gajah. Departemen Agronomi dan HortikulturaFakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Winarso, S. 2001. Keseburan Tanah. Gava Media. Jogyakarta.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah; Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. GavaMedia, Jogyakarta.