pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk kalium terhadap …
TRANSCRIPT
PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KALIUM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)
(SKRIPSI)
Oleh
DEDE ABDURRAHMAN
15110024
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
DHARMA WACANA METRO
2019
PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KALIUM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)
Oleh
DEDE ABDURRAHMAN
15110024
Skripsi
Sebagai Salah Satu Untuk Mencapai Gelar (S1)
Sarjana Pertanian
Pada Jurusan Agroteknilogi
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
DHARMA WACANA METRO
2019
ABSTRAK
PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KALIUM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)
Oleh
DEDE ABDURRAHMAN
Ubi jalar memegang peranan penting di dalam posisi lumbung pangan dan
perekonomian nasional, karena merupakan salah satu makanan pokok bagi
sekelompok penduduk Indonesia. Upaya peningkatan hasil produksi ubi jalar
salah satunya dengan mengatur jarak tanam yang optimum serta memenuhi
kebutuhan unsur hara terutama unsur hara kalium. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: (1) pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar
(2) pengaruh dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar
(3) interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan
dan hasil ubi jalar.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,
Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian tempat
60 mdpl dan jenis tanah Podzolik Merah Kuning. Penelitian berpola Faktorial
dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 3 ulangan. Sebagai
faktor pertama adalah Jarak Tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf tanpa yaitu : 70 cm
x 20 cm (j1), 70 cm x 30 cm (j2), 70 cm x 40 cm (j3). dan Pupuk Kalium (K) dalam
bentuk KCl sebagai faktor kedua yang terdiri dari 3 taraf yaitu : 45 kg/ha (k1), 90
kg/ha (k2), 135 kg/ha (k3). Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan
membandingkan F.hitung dengan F.Tabel dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5%, sebelumnya dilakukan uji kehomogenan ragam
data dengan uji Bartlet dan ke tak-aditifan data dengan uji Tuckey.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penggunaan berbagai jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar kecuali
pada peubah asumsi per hektar pada jarak tanam 70 x 20 cm. (2) Perlakuan
berbagai dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman ubi jalar. (3) Tidak terdapat interaksi antara berbagai jarak tanam
dan dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kalium
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L).
Nama Mahasiswa : Dede Abdurrahman
NPM : 15110024
Jurusan : Agroteknologi
MENYETUJUI,
1. KOMISI PEMBIMBING :
PEMBIMBING I,
Krisnarini, S.P, M.Si.
NIK. 003011035A
PEMBIMBING II,
Windu Mangiring , S.Pt,
M.P.
NIK. 003023272A
KETUA JURUSAN
AGROTEKNOLOLOGI,
Priyadi, SP, M.Si
NIK. 003027283A
HALAMAN PENGESAHAN
1. Tim Penguji
1. Tim Penguji :
Ketua Penguji : Krisnarini, S.P, M.Si.
..................................
Penguji Utama : Ir. Yatmin, M.T.A. ..................................
Anggota Penguji : Windu Mangiring , S.Pt, M.P.
..................................
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro,
Ir. Rakhmiati, M.T.A.
NIP. 196302161990031003
Tanggal Lulus Ujian : 4 November 2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis tinggal di Desa Labuhan ratu v Kecamatan
Labuhan ratu. Kabupaten Lampung Timur. Lahir di
Desa Labuhan ratu v. pada 11 November 1995, anak ke
Dua dari Tiga bersaudara dari pasangan Bapak A.dardiri
dan Ibu Ila.w. Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1
Labuhan ratu v lulus tahun 2008 pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP PGRI 4 Labuhan ratu lulus tahun 2011, dan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Labuhan ratu lulus tahun
2014
Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan studi Strata Satu (S1) jurusan
Agroteknologi di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana
Metro Lampung.
MOTTO
Kejujuran adalah kebijakan yang paling baik
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Saya persembahkan karya sederhana ini
Kepada :
Kedua orang tua saya
(Bapak A. Dardiri dan Ibu Ila W)
Karena do’anyalah saya dapat menyelesaikan semuanya
yang telah membiayai semua kuliah saya
Sahabat-sahabat saya
yang menjadi keluarga ke-2 saya
yang selalu ada baik susah maupun senang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kalium Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Ibu Ir. Rakhmiati, MTA. Sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Dharma Wacana Metro.
2. Ibu Krisnarini, S.P, M.Si. Sebagai Wakil Ketua I dan sebagai dosen
pembimbing I, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan
penuh kesabaran dalam membimbing penulisan skripsi ini.
3. Ibu Windu Mangiring, S.Pt, M.P. sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan penuh kesabaran dalam
membimbing penulisan skripsi ini.
4. Bapak. Ir. Yatmin, M.T.A. selaku penelaah yang telah memberikan arahan
dan dukungannya dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen STIPER dan Staf Dharma Wacana Metro yang selalu
memberikan dukungan dan ilmu yang telah diberikan.
6. Bpk. Priyadi, SP, M.Si., selaku ketua jurusan Agroteknologi yang telah
banyak membantu selama menyelesaikan proposal ini.
7. Kedua orang tua saya yaitu Ibu Ila W dan Bapak A. Dardiri yang selalu
mendoakan demi keberhasilan dan kesuksesan saya.
8. Semua pihak yang telah memberi dorongan dan membantu menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi masih ada kekurangan, kritik dan
saran yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Metro, Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan..................................................................................... 4
1.3 Dasar Hipotesis ...................................................................... 4
1.4 Hipotesis ................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Ubi Jalar ...................... 7
2.1.1 Taksonomi tanaman ubi jalar ...................................... 7
2.1.2 Morfologi tanaman ubi jalar ........................................ 8
2.2 Syarat tumbuh tanaman ubi jalar ............................................. 9
2.2.1 Tanah ........................................................................... 10
2.2.2 Iklim ............................................................................ 10
2.3 Jarak Tanam ........................................................................... 11
2.4 Pupuk Kalium ......................................................................... 12
III. METODE PENELITIAN .............................................................. 14
3.1 Tempat dan Waktu ................................................................. 14
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 14
3.3 Metode Penelitian ................................................................... 15
3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 15
3.4.1 Pengolahan Tanah ....................................................... 15
3.4.2 Penanaman ................................................................... 15
3.4.3 Penyulaman ................................................................. 16
3.4.4 Pemupukan .................................................................. 16
3.4.5 Pemeliharaan ............................................................... 16
3.4.6 Panen ........................................................................... 17
3.5 Peubah yang Diamati .............................................................. 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 20
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 20
4.1.1 Panjang Sulur............................................................... 20
4.1.2 Jumlah Cabang ............................................................ 22
4.1.3 Jumlah Umbi ............................................................... 23
4.1.4 Bobot Umbi per Tanaman ........................................... 24
4.1.5 Bobot per Umbi ........................................................... 25
4.1.6 Bobot Berangkasan Basah ........................................... 27
4.1.7 Bobot Berangkasan Kering.......................................... 28
4.1.8 Asumsi per Hektar ....................................................... 29
4.2 Pembahasan ............................................................................ 30
V. KESIMPULAN dan SARAN ........................................................ 36
5.1 Kesimpulan............................................................................. 36
5.2 Saran ....................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 37
LAMPIRAN ............................................................................................. (40-64)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Panjang Sulur Tanaman 11 Mst ......................................................... 20
2. Jumlah Cabang ................................................................................... 22
3. Jumlah Umbi ...................................................................................... 24
4. Bobot Umbi ........................................................................................ 25
5. Bobot per Umbi .................................................................................. 26
6. Berat Berangkasan Basah................................................................... 27
7. Berat Berangkasan Kering ................................................................. 28
8. Hasil Uji BNT Asumsi per Hektar ..................................................... 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kurva Pertumbuhan Panjang Sulur Tanaman Umur 3 MST,
5 MST, 7 MST, 9 MST, dan 11 MST ................................................ 20
2. Pengolahan Lahan .............................................................................. 57
3. Penaburan Pupuk Kandang ................................................................ 57
4. Persiapan Penanaman ......................................................................... 58
5. Pemupukan Pertama ........................................................................... 58
6. Pemotongan Cabang .......................................................................... 59
7. Pembumbunan .................................................................................... 59
8. Penimbangan Pupuk ........................................................................... 60
9. Pengukuran Tinggi Tanaman ............................................................. 60
10. Pengamatan Jumlah Cabang .............................................................. 61
11. Pemupukan Kedua ............................................................................. 61
12. Pengamatan Panjang Sulur................................................................. 62
13. Panen .................................................................................................. 62
14. Penimbangan Bobot Umbi ................................................................. 63
15. Penimbangan Umbi per Petak ............................................................ 63
16. Penimbangan Berangkasan Basah ..................................................... 64
17. Penimbangan Berangkasan Kering .................................................... 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tata Letak Penelitian ......................................................................... 40
2. Tata Letak Tanaman Jarak Tanam 70 x 20 cm .................................. 41
3. Tata Letak Tanaman Jarak Tanam 70 x 30 cm .................................. 42
4. Tata Letak Tanaman Jarak Tanam 70 x 40 cm .................................. 43
5. Deskripsi Ubi Jalar Ungu ................................................................... 44
6. Analisis Tanah Kebun Percobaan Dharma Wacana Metro ................ 45
7. Jadwal Pelaksanaan ............................................................................ 46
8. Rekapitulasi Analisis Ragam dan Uji BNT ....................................... 47
9. Data Rata-rata Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar ............................. 48
10. Data Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar Umur 11 MST Akibat
Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 49
11. Analisis Ragam Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar Umur
11 MST Akibat Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu
Pembalikan Batang ............................................................................ 49
12. Data Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Pupuk
Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ............................................. 50
13. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar Akibat
Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 50
14. Data Jumlah Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Pupuk
Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ............................................. 51
15. Analisis Ragam Jumlah Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat
Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 51
16. Data Bobot Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Pupuk
Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ............................................. 52
17. Analisis Ragam Bobot Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat
Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 52
18. Data Bobot per Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Pupuk
Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ............................................. 53
19. Analisis Ragam Bobot per Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat
Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 53
20. Data Berat Berangasan Basah Tanaman Ubi Jalar Akibat
Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................. 54
21. Analisis Ragam Berat Berangkasan Basah Tanaman Ubi Jalar
Akibat Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan ................. 54
22. Data Berat Berangkasan Kering Tanaman Ubi Jalar Akibat
Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang ................ 55
23. Analisis Ragam Berat Berangkasan Kering Tanaman Ubi Jalar
Akibat Perlakuan Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan
Batang ................................................................................................ 55
24. Data Asumsi per Hektar Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan
Pupuk Kalium dan Waktu Pembalikan Batang .................................. 56
25. Analisis Ragam Asumsi per Hektar Tanaman Ubi Jalar Akibat
Perlakuan Pupuk Kalium Dan Waktu Pembalikan Batang ................ 56
26. Foto Kegiatan ..................................................................................... 57
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) atau ketela rambat berasal dari Hindia Barat atau
Amerika Selatan, merupakan bahan makanan tambahan atau pengganti beras yang
telah mendapat perhatian masyarakat. Ubi jalar memegang peranan penting di
dalam posisi lumbung pangan dan perekonomian nasional, karena merupakan
salah satu makanan pokok bagi sekelompok penduduk Indonesia. Ubi jalar
memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, selain itu juga memiliki nilai jual
yang cukup baik (Suparman, 2007).
Ubi jalar segar mentah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu 49 mg
kalium, 107 mg, 1,8 g protein, lemak 0,7 g, karbohdrat 27,9 g, mineral 1,1 g,
vitamin A 2310 mg, dan 20 mg vitamin C dalam tiap 100 gram. Selain untuk yang
konsumsi orang sehat ternyata ubi jalar dapat dijadikan makanan alternatif bagi
pasien rumah sakit karena kandungan gizi yang sangat tinggi. Terutama ubi jalar
berwarna merah, sangat kaya kandungan pro vit A atau retinol (BPTPJ, 2015).
Berdasarkan data dari BPS (2015), provinsi Lampung memiliki produksi ubi jalar
pada tahun 2015 sebesar 28.494 ton dengan luas areal panen sebesar 2.958 ha.
Kebutuhan ubi jalar yang semakin meningkat sebagai bahan konsumsi dan bahan
2
baku industri yang memiliki prospek cerah, sehingga dibutuhkan berbagai upaya
untuk meningkatkan produksinya.
Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu diperhatikan kebutuhan unsur hara
dan pengaturan jarak tanamnya, agar tidak terjadi kompetisi antar tanaman yang
bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Hal ini berkaitan dengan
adanya persaingan dalam penggunaan hara, air, cahaya dan ruang tumbuh.
Menurut Sugito (1999), setiap tanaman menghendaki tingkat kerapatan tanam
yang berbeda-beda. Jarak tanam diatur berdasarkan sifat tanaman dan disesuaikan
dengan faktor lingkungan yang ada sehingga diperoleh jumlah produksi yang
semaksimal mungkin, pada umumnya produksi per satuan luas dapat ditingkatkan
dengan cara penambahan kepadatan tanam sampai batas optimum, sedangkan
penambahan kepadatan tanam di atas optimum akan menurunkan produksi
tanaman.
Selain dengan mengatur jarak tanam yang tepat, penggunaan pupuk anorganik
perlu dilakukan, hal ini akan memberikan kelengkapan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Ketersediaan unsur hara yang dapat di serap oleh
tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Pupuk adalah
suatu bahan yang di gunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah
sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman (Permentan, 2007 dalam
Lesmana, 2016).
Selain dengan menggunakan jarak tanam, pemberian pupuk perlu dilakukan, hal
ini akan memberikan kelengkapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Salah satu pupuk buatan (anorganik) yang dapat digunakan yaitu pupuk kalium
3
(K). Pemupukan kalium diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi dan kualitas ubi. Pertumbuhan dan produksi ubi demikian pula kualitas
ubi sangat tergantung pada jenis tanah, ketersediaan K dalam tanah dan
banyaknya K diabsopsi, juga jumlah K dalam tanah yang dapat dipertukarkan dan
takaran K yang diberikan melalui pemupukan (Purwo, 2007).
Kalium merupakan hara makro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman ubi jalar, sebagai tanaman penghasil umbi unsur kalium banyak
dibutuhkan tanaman ubi jalar karena berperan penting dalam meningkatkan
fotosintesis terutama pada periode pembentukkan umbi. Menurut Sumayku dan
Paulus (2006) kalium diperlukan untuk meningkatkan aktivitas kambium dalam
akar yang menyimpan pati di dalamnya dan juga untuk meningkatkan aktivitas
sintesis pati dalam umbi, kombinasi pupuk organik dan KCl akan meningkatkan
serapan hara, terutama kalium karena unsur K sangat berperan dalam pembesaran
umbi dan kualitas umbi tanaman ubi jalar.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan
dan hasil ubi jalar.
4
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
2. Pengaruh dosis pupuk K terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
3. Interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk K terhadap pertumbuhan dan
hasil ubi jalar.
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis
Kebutuhan unsur hara dan pengaturan jarak tanam perlu diperhatikan agar
pertumbuhan tanaman tidak terganggu karena adanya persaingan dalam
penggunaan air, hara, cahaya, dan ruang tumbuh (Abadi dkk., 2013). Pengaturan
jarak tanam dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena tanaman dapat
dengan mudah melakukan proses fotosintesis dan mudah dalam meyerap unsur
hara dan air (Purnama dkk., 2013). Pengaturan jarak tanam sangat penting
dilakukan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara bagi tanaman. Jarak
tanam yang belum optimal menyebabkan persaingan dalam penggunaan unsur
hara, air, dan sinar matahari sehingga akan mempengaruhi produksi tanaman
(Panggabean dkk., 2014). Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu teknik
budidaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi
(Purnama dkk., 2013).
Menurut Penelitian Abadi dkk, (2013) menjelaskan bahwa ubi jalar yang ditanam
dengan jarak tanam 70 cm x 30 cm menghasilkan jumlah produksi dan bobot
segar tanaman yang lebih tinggi dari jarak tanam 70 cm x 20 cm. Hasil tersebut
5
menunjukkan bahwa jarak tanam yang lebih lebar memberikan hasil yang lebih
baik karena dapat memaksimalkan penggunaan air, hara, dan cahaya karena
sedikit kompetisi antar tanaman.
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya untuk
meningkatkan produktifitas tanaman. Pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan
untuk menambah atau mempertahankan kesuburan tanah. Kesuburan tanah dinilai
berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik hara makro maupun
hara mikro secara berkecukupan dan berimbang (Bustami dkk., 2012).
Pemupukan merupakan komponen budidaya yang sangat berperan dalam pencapai
hasil panen, akan tetapi penggunaan pupuk yang tidak cukup atau berlebih akan
berdampak pada hasil panen, efisiensi usaha tani dan lingkungan
(Syafruddin, 2015).
Menurut Yasir dan Ariani (2017) pemberian pupuk organik dan pupuk KCl
berpengaruh nyata terhadap diameter umbi, berat umbi segar/tanaman, berat umbi
segar/m, jumlah umbi/plot, indeks hasil dan berpengaruh tidak nyata terhadap
panjang batang, jumlah cabang primer/tanaman dan panjang umbi. Kombinasi
pupuk kompos 10 ton/ha dan pupuk KCl 100 kg/ha dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. Sedangkan menurut hasil penelitian
Neltriana (2015) pupuk kandang kotoran sapi dosis 15 ton/ha memberikan
pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
Fungsi utama kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium
juga berperan memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak
mudah gugur. Kalium merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam
6
menghadapi kekeringan dan penyakit. Untuk tanah yang liat kalium yang
ditaburkan terikat oleh komponen tanah sehingga hanya 1/4 hingga 1/3 dosis yang
dapat terserap tanaman. Untuk tanah berpasir dimana pori-pori tanah cukup besar
maka pupuk kalium mudah tercuci dan terbawa aliran air.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pemupukan kalium dosis K2O 90 kg/ha relatif
menghasilkan pertumbuhan optimal dan hasil ubi maupun kadar pati lebih tinggi
(Hariyanto, 2004).
1.4 Hipotesis
1. Jarak tanam yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
2. Dosis pupuk K yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
3. Terdapat interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk K terhadap
pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Ubi Jalar
2.1.1 Taksonomi Tanaman Ubi Jalar
Sistematika tanaman ubi jalar dalam Rukmana (1997) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiosperma
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Convolvulales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomoea batatas (L.).
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di hara dalam tanah dan akar
lumbung atau ubi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat
untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk ubi. Kedalaman
tanah akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen dari seluruh akarnya
yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang tumbuh agak
dangkal. Ukuran ubi meningkat selama daun masih aktif (Sonhaji, 2007).
8
2.1.2 Morfologi Tanaman Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian yang tergolong tanaman semusim
sehingga ubi jalar hanya dapat berproduksi satu kali setiap musim tanam.
Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar, merambat, dan agak tegak pada permukaan
tanah tergantung varietasnya (Juanda dan Cahyono, 2000). Ubi jalar memiliki
batang yang lunak dan bulat. Batang ubi jalar beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi
akar, tunas, dan daun. Ukuran diameter batang ubi jalar bervariasi tergantung
varietasnya. Diameter batang besar dimiliki oleh varietas ubi jalar merambat dan
diameter batang sedang serta batang kecil dimiliki oleh varietas ubi jalar agak
tegak (Juanda dan Cahyono, 2000). Diameter batang besar memiliki kemampuan
hidup dan tumbuh lebih baik dari diameter batang kecil. Menurut Juanda dan
Cahyono (2000), warna batang ubi jalar bervariasi tergantung varietasnya, ada
hijau dan ungu.
Ubi Jalar merupakan salah satu tanaman yang memiliki jumlah daun banyak dan
susunan daun horizontal. Daun ubi jalar yang bersifat tumpang tindih
menyebabkan hasil asimilat tidak maksimal (Rahmiana dkk., 2015). Bentuk daun
ubi jalar bervariasi tergantung varietasnya, diantaranya bulat hati, bulat lonjong,
dan bulat runcing. Ukuran daun ubi jalar pun bervariasi tergantung varietasnya.
Ubi jalar dengan diameter batang besar memiliki ukuran daun yang besar, ubi
jalar dengan diameter batang sedang memiliki ukuran daun yang sedang, dan
diameter batang kecil memiliki ukuran daun yang kecil. Produktivitas ubi jalar
berdaun lebar lebih tinggi daripada ubi jalar berdaun kecil karena daun yang lebar
9
dapat berfotosintesis lebik baik dan efektif daripada daun yang kecil (Juanda dan
Cahyono, 2000).
Tanaman ubi jalar mulai membentuk umbi saat berumur 3 minggu setelah tanam.
Bentuk umbi biasanya bulat sampai lonjong dengan bobot ideal antara 200 gram
sampai 250 gram (Rukmana, 1997). Menurut Sulistyowati (2010), kriteria umbi
yang dapat dipasarkan antara lain, memiliki bobot umbi lebih dari 150 gram serta
tidak terserang hama dan penyakit umbi, sedangkan kriteria umbi yang tidak dapat
dipasarkan antara lain, umbi afkir, memiliki bobot umbi kurang dari 150 gram,
serta terserang hama dan penyakit khususnya hama boleng (Cylas formicarius).
Menurut Rukmana (1997), varietas ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah
cenderung tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas formicarius). Ubi jalar
memiliki warna daging putih, kuning, dan ungu. Ubi jalar berkadar tepung tinggi
memiliki rasa yang cenderung manis.
2.2 Syarat Tumbuh Ubi Jalar
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran, bobot, dan volume dari
waktu ke waktu. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu
faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik berkaitan dengan pewarisan
sifat, sedangkan faktor lingkungan berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana
tanaman itu tumbuh. Setiap varietas tanaman memiliki kemampuan yang berbeda
dalam memanfaatkan sarana tumbuh dan adaptasi dengan lingkungan sekitar. Dua
faktor tersebut juga akan mempengaruhi potensi hasil tanaman
(Anggraini dkk., 2013).
10
Ubi jalar dapat berproduksi secara maksimal jika memenuhi persyaratan tumbuh
sebagai berikut.
2.2.1 Tanah
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genotipe dan faktor lingkungan
(Yetti dan Ardian, 2010). Tanah sebagai salah satu faktor lingkungan perlu
dipertimbangkan karena merupakan faktor utama penyedia unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman. Tanah yang cocok untuk tanaman ubi jalar adalah tanah
yang mengandung pasir, kadar lempungnya sedikit dan longgar serta kondisinya
gembur, sehingga udara dan air dalam tanah dapat saling berganti dengan lancar.
Kondisi tanah yang berat juga dapat ditanami ubi jalar namun harus diolah dan
diberi campuran pasir, kompos, dan pupuk organik supaya tanah menjadi longgar
(Suparman, 2007). Kandungan unsur hara dan air yang terkandung di dalam tanah
sangat menentukan kandungan gizi tanaman (La Karimuna dkk., 2009). Menurut
Januwati dkk., (1996), ketersediaan hara dalam tanah mempengaruhi
pembentukan senyawa hormon untuk pertumbuhan.
2.2.2 Iklim
Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian yang mudah ditemui di berbagai
wilayah di Indonesia tanpa mengenal musim (Balitbangtan, 2008). Tanaman ubi
jalar dapat tumbuh sepanjang tahun asalkan berada di lahan terbuka dan tidak
tergenang air sehingga iklim tropis sangat cocok untuk pertumbuhan ubi jalar.
Pertumbuhan ubi jalar saat musim hujan pun akan tetap baik dengan syarat tanah
11
tidak kelebihan air karena daerah yang banyak air tidak cocok bagi pertumbuhan
ubi jalar. Ubi jalar cocok tumbuh pada daerah dengan penyinaran yang cukup,
curah hujan yang rendah, dan pada suhu sekitar 20 0C sampai 26
0C dengan
kondisi tidak terlalu lembap (Suparman, 2007). Menurut Usman dan Aziz, (2013),
pertumbuhan dan produksi tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah unsur
hara yang diterima tetapi faktor iklim juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi. Tanaman yang ditanam pada kondisi iklim yang tidak sesuai, sering
kali pertumbuhan dan produksinya tidak seperti yang diharapkan.
2.3 Jarak Tanam
Pengaturan jarak tanam pada dasarnya untuk memberikan ruang tumbuh pada
tanaman agar tidak mengalami persaingan sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik (Sutapradja, 2008). Pengaturan jarak tanam mempengaruhi jumlah
tanaman per satuan luas. Semakin banyak jumlah tanaman per satuan luas
menyebabkan persentase cahaya yang diterima oleh bagian tanaman menjadi lebih
sedikit. Berkurangnya cahaya pada tanaman akan menyebabkan terhambatnya
proses fotosintesis sehingga hasil per tanaman menurun. Jarak tanam yang lebih
lebar akan memberikan ruang tumbuh yang lebih luas karena populasi tanaman
lebih sedikit, oleh karena itu tanaman dengan jarak tanam lebar akan mampu
mengoptimalkan faktor lingkungan seperti air, cahaya, dan unsur hara
(Patola, 2008). Jarak tanam rapat berakibat pada pemanjangan ruas karena
sedikitnya jumlah cahaya yang mengenai bagian tubuh tanaman
(Yudianto dkk., 2015). Menurut Marliah dkk., (2012), jarak tanam lebar akan
12
mengakibatkan perubahan iklim mikro (suhu dan kelembapan) yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Menurut Mayadewi (2007), Jarak tanam lebar memberikan keuntungan bagi
pertumbuhan gulma karena cahaya tidak terhalang tanaman dan dapat masuk
mengenai gulma melalui sela-sela tanaman, sebaliknya jika jarak tanam sempit
pertumbuhan gulma terhambat karena cahaya terhalangi tajuk tanaman yang
sudah menutupi tanah.
Menurut Penelitian Abadi dkk., (2013) menjelaskan bahwa ubi jalar yang ditanam
dengan jarak tanam 70 cm x 30 cm menghasilkan pertumbuhan tanaman yang
lebih tinggi dari jarak tanam 70 cm x 20 cm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
jarak tanam yang lebih lebar memberikan hasil yang lebih baik karena dapat
memaksimalkan penggunaan air, hara, dan cahaya karena sedikit kompetisi antar
tanaman
2.4 Pupuk Kalium
Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman.
Peranan utama kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim.
Dengan adanya kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan: ketegaran
tanaman terjamin, merangsang pertumbuhan akar, tanaman lebih tahan terhadap
hama dan penyakit, memperbaiki kualitas bulir, dapat mengurangi pengaruh
kematangan yang dipercepat oleh posfor, mampu mengatasi kekurangan air pada
tingkat tertentu (Paulus, 2006).
13
Tanaman kekurangan kalium berakibatkan : pertumbuhan kerdil, daun kelihatan
kering dan terbakar pada sisi-sisinya, menghambat pembentukan hidrat arang
pada biji, permukaan daun memperlihatkan gejala klorotik yang tidak merata,
munculnya bercak coklat mirip gejala penyakit pada bagian yang berwarna hijau
gelap. Sedangkan kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua
sebagai akibat kadar magnesium daun dapat menurun, kadang-kadang menjadi
tingkat terendah sehingga aktifitas fotosintesa terganggu (Paulus, 2006).
Kalium mempunyai fungsi antara lain : membentuk dan mengangkut karbohidrat,
sebagai katalisator dalam pembentukan protein, menetralkan reaksi dalam sel
terutama dari asam organik, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem,
memperkuat tegaknya batang sehingga tidak roboh. Selain hal-hal di atas kalium
juga berperan meningkatkan kualitas ubi, mengaktifkan enzim baik secara
langsung maupun tidak langsung dan membantu perkembangan akar (Rosmarkam
dan Yuwono, 2001).
Unsur kalium diperlukan tanaman untuk pembentukan karbohidrat didalam ubi,
untuk kekuatan daun, dan pembesaran daun. Tetapi pengaruhnya terhadap
pertumbuhan vegetatif tidak begitu nyata. Disamping itu unsur kalium
berpengaruh nyata terhadap peningkatan daya serap air pada tanaman sehingga
ketahanan terhadap hama dan penyakit, memperbesar ubi dan meningkatkan daya
simpan ubi (Paulus, 2006).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,
Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian tempat
60 mdpl dan jenis tanah Podzolik Merah Kuning. Penelitian di laksanakan pada
bulan Januari sampai bulan April 2019.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tugal, cangkul, golok, pisau,
ember, selang, gunting, meteran, tali rafia, bambu, paku, tangki spayer, timbangan
elektrik tipe Nagata LCS-3000, timbangan duduk, Oven, kantung plastik, gelas
ukur, kamera digital, pena, penggaris, buku, dan spidol.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bibit ubi jalar ungu , pupuk
kandang sapi, pupuk KCl, pupuk N berupa urea, pupuk P berupa SP-36, Herbisida
(Round Up) dan air.
15
3.3 Metodologi Penelitian
Penelitian berpola Faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)
dengan 3 ulangan. Sebagai faktor pertama adalah Jarak Tanam (J) yang terdiri dari
3 taraf tanpa yaitu : 70 cm x 20 cm (j1), 70 cm x 30 cm (j2), 70 cm x 40 cm (j3).
dan Pupuk Kalium (K) dalam bentuk KCl sebagai faktor kedua yang terdiri dari 3
taraf yaitu : 45 kg/ha (k1), 90 kg/ha (k2), 135 kg/ha (k3)masing-masing diulang 3
kali sehingga diperoleh 27 kombinasi perlakuan.
Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan membandingkan F hitung dengan
F Tabel dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%,
sebelumnya dilakukan uji kehomogenan ragam data dengan uji Bartlet dan
ketidakaditifan data dengan uji Tuckey.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengolahan Tanah
Lahan dibersihkan dari gulma kemudian tanah diolah secara sempurna dengan
bajak kedalaman 20 cm. Tanah dibiarkan kering angin selama 4 hari. Selanjutnya
dibuatkan petakan-petakan dengan ukuran petakan 2,8 m x 3,6 m.
3.4.2 Penanaman
Bahan tanam ubi jalar berupa stek pucuk sepanjang 20 - 25 cm dengan jumlah
mata tunas 4-5. Stek ditanam sedikit miring diatas guludan dengan cara ½ bagian
dari bibit dibenam dalam tanah. Setelah stek ditanam, tanah di sekitarnya agak
16
dipadatkan. Jarak tanam yang digunakan sesuai dengan perlakuan, yaitu 70 cm x
20 cm (72 tanaman per petak), 70 cm x 30 cm (48 tanaman per petak), dan 70 cm
x 40 cm (36 tanaman per petak) kemudian tanah dipadatkan dekat dengan pangkal
stek. Penanaman dilakukan pada pagi hari.
3.4.3 Pemupukan
Dosis pupuk yang diberikan untuk setiap satuan percobaan sesuai perlakuan yaitu
KCl 45 kg/ha (45,36 gr/petak) untuk perlakuan k1, KCl 90 kg/ha (90,72 gr/petak)
untuk perlakuan k2 ,KCl 135 kg/ha (136,08 gr/petak) untuk perlakuan k3. Pupuk
diberikan secara tugal pada jarak 7 cm dari tanaman dengan kedalaman 5 cm.
Selain pupuk KCl, juga terdapat pupuk Urea dan pupuk SP-36 yang diberikan
bersamaan dengan pemberian pupuk KCl. Pemberian pupuk dilakukan dua kali
yaitu 1/3 dosis pada setiap perlakuan diberikan pada saat tanam dan 2/3 dosis
diberikan pada saat tanaman berumur 30 HST.
3.4.4 Pemeliharaan
Adapun pemeliharaan yang dilakukan meliputi
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau menyesuaikan dengan curah hujan
yang turun pada saat penelitian. Penyiraman dilakukan pada saat pagi dan sore
hari.
17
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang ada di pertanaman.
Dilakukan pada saat tanaman berumur 14 HST dan 30 HST dilakukan secara
manual dengan koret.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dua kali yaitu pada umur 14 HST dan 30 HST
bersamaan pada saat penyiangan. Dilakukan dengan cara manual
menggunakan cangkul.
4. Pembalikan Batang
Pembalikan batang dilakukan pada saat tanaman berumur 40 HST dan
60 HST. Dilakukan pada saat sore hari dengan menggunakan tangan.
3.4.5 Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen apabila daun dan batang sudah menguning
(matang fisiologis). Umur panen ubi jalar 90 HST. Pemanenan dilakukan secara
serentak dengan cara menggali ubi pada setiap tanaman menggunakan cangkul.
3.5 Peubahan yang Diamati
Peubah yang diamati dan cara pengamatan dalam percobaan ini 5 tanaman sampel
meliputi :
1. Panjang Sulur (cm)
Tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh terpanjang dalam
kondisi tanaman diluruskan. Pengukuran panjang sulur ini menggunakan
18
meteran dan dilakukan pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 10
MST.
2. Jumlah Cabang per Tanaman (buah)
Dihitung sebagai cabang bila telah keluar sedikitnya dua helai daun membuka
sempurna. Jumlah cabang dilakukan dengan menghitung cabang yang
menghasilkan bunga pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 10
MST.
3. Bobot Basah Berangkasan per Tanaman (gram)
Sebanyak dua tanaman destruktif dicabut pada saat panen. Kemudian
dibersihkan selanjutnya tanaman ditimbang. Setelah itu kemudian
dikeringkan.
4. Bobot Kering Berangkasan per Tanaman (gram)
Sebanyak dua tanaman destruktif dicabut pada saat panen lalu dikering
ovenkan hingga bobotnya konstan, selanjutnya tanaman di timbang.
5. Jumlah Ubi per Tanaman Sampel (buah)
Jumlah ubi diperoleh dengan cara menghitung seluruh ubi per tanaman pada
seluruh tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada saat panen.
6. Bobot Ubi per Tanaman Sampel (gram)
Bobot per ubi diperoleh dengan cara menimbang ubi per tanaman sampel yang
sudah dibersihkan pada saat panen.
7. Bobot per Umbi (gram)
Bobot per ubi diperoleh dengan cara menghitung bobot umbi dibagi dengan
jumlah umbi, maka data bobot per umbi dilakukan pada saat panen.
19
8. Asumsi per hektar (ton)
Asumsi hasil per hektar diperoleh dengan cara menimbang hasil umbi per
petak panen, kemudian dihitung menggunakan rumus:
𝐴𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝐻𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟 =𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛× ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Panjang Sulur Tanaman
Data rata-rata pengamatan panjang sulur tanaman ubi jalar umur 3 MST, 5 MST,
7 MST, 9 MST dan 11 MST dapat dilihat pada (Lampiran 9). Data pengamatan
panjang sulur tanaman ubi jalar umur 11 MST akibat perlakuan berbagai jarak
tanam dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada (Lampiran 10). Hasil analisis
ragam panjang sulur tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan dosis
pupuk kalium yang berbeda dapat dilihat pada (Lampiran 11). Dari analisis sidik
ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan berbagai jarak tanam dan dosis pupuk
kalium berpengaruh tidak nyata terhadap panjang sulur dan tidak terdapat
interaksi antara kedua faktor tersebut.
Panjang sulur tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk
kalium yang berbeda disajikan pada (Tabel 1).
21
Tabel 1. Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Jarak
Tanam dan Dosis Pupuk Kalium yang Berbeda
Jarak Tanam (J) Dosis Pupuk Kalium (K)
Rata-rata 45 kg/ha 90 kg/ha 135 kg/ha
…..…….………..cm……………..…….
70 x 20 cm 3,15 3,95 3,34 3,48
70 x 30 cm 4,12 4,08 5,12 4,44
70 x 40 cm 3,73 4,33 3,51 3,86
Rata-rata 3,67 4,12 3,99
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberikan perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata pada
panjang sulur tanaman. Namun penggunaan jarak tanam 70 x 30 cm menunjukkan
sulur lebih panjang 27,58% dan 15,03% dibandingkan dengan jarak tanam
70 x 20 cm dan 70 x 40 cm. Penggunaan dosis pupuk kalium 90 kg/ha
menunjukkan pajang sulur terpanjang 14,99% dan 5,76% dibandingkan dengan
dosis pupuk kalium 45 kg/ha dan 135 kg/ha.
Gambar 1. Grafik pertumbuhan tanaman ubi jalar
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Tin
ggi
Tan
am
an
(cm
)
jarak tanam
70 x 20 cm
jarak tanam
70 x 30 cm
jarak tanam
70 x 40 cm
0 3 5 7 9 11
Umur Tanaman (Mst)
22
Dari (Gambar 1) menunjukkan bahwa panjang sulur terpanjang dihasilkan oleh
perlakuan jarak tanam 70 x 30 cm dengan panjang 149,42 cm. Sedangkan hasil
yang terendah adalah tanaman dengan perlakuan jarak tanam 70 x 20 cm dengan
panjang 142,30.
4.1.2 Jumlah Cabang
Data pengamatan jumlah cabang tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai
jarak tanam dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada (Lampiran 12). Hasil
analisis ragam jumlah cabang tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan
dosis pupuk kalium yang berbeda dapat dilihat pada (Lampiran 13). Dari analisis
sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan berbagai jarak tanam dan dosis
pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang dan tidak terdapat
interaksi antara kedua faktor tersebut.
Jumlah cabang tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk
kalium yang berbeda disajikan pada (Tabel 2).
Tabel 2. Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Jarak
Tanam dan Dosis Pupuk Kalium yang Berbeda
Jarak Tanam (J) Dosis Pupuk Kalium (K)
Rata-rata 45 kg/ha 90 kg/ha 135 kg/ha
…..……...…..buah……………..…
70 x 20 cm 2,80 3,13 2,73 2,89
70 x 30 cm 3,13 2,80 2,93 2,96
70 x 40 cm 2,67 2,80 2,67 2,71
Rata-rata 2,87 2,91 2,78
23
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberikan perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata pada
jumlah cabang tanaman. Namun penggunaan jarak tanam 70 x 30 cm
menunjukkan jumlah cabang lebih banyak 2,42% dan 9,23% dibandingkan
dengan jarak tanam 70 x 20 cm dan 70 x 40 cm. Penggunaan dosis pupuk kalium
90 kg/ha menunjukkan jumlah lebih banyak 1,39% dan 4,68% dibandingkan
dengan dosis pupuk kalium 45 kg/ha dan 135 kg/ha.
4.1.3 Jumlah Umbi
Data pengamatan jumlah umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai jarak
tanam dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada (Lampiran 14). Hasil analisis
ragam jumlah umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan dosis
pupuk kalium yang berbeda dapat dilihat pada (Lampiran 15). Dari analisis sidik
ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan berbagai jarak tanam dan dosis pupuk
kalium berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi dan tidak terdapat interaksi
antara kedua faktor tersebut.
Jumlah umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk
kalium yang berbeda disajikan pada (Tabel 3).
24
Tabel 3. Jumlah Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Jarak
Tanam dan Dosis Pupuk Kalium yang Berbeda
Jarak Tanam (J) Dosis Pupuk Kalium (K)
Rata-rata 45 kg/ha 90 kg/ha 135 kg/ha
…..……...…..buah……………..…
70 x 20 cm 2,33 3,00 2,33 2,56
70 x 30 cm 2,40 2,27 2,60 2,42
70 x 40 cm 2,40 2,87 2,47 2,58
Rata-rata 2,38 2,71 2,47
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberikan perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata pada
jumlah umbi tanaman. Namun penggunaan jarak tanam 70 x 40 cm menunjukkan
jumlah umbi lebih banyak 0,78% dan 6,61% dibandingkan dengan jarak tanam
70 x 20 cm dan 70 x 30 cm. Penggunaan dosis pupuk kalium 90 kg/ha
menunjukkan jumlah umbi lebih banyak 13,87% dan 9,72% dibandingkan
dengan dosis pupuk kalium 45 kg/ha dan 135 kg/ha.
4.1.4 Bobot Umbi per Tanaman Sampel
Data pengamatan bobot umbi per tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai
jarak tanam dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada (Lampiran 16). Hasil
analisis ragam bobot umbi per tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam
dan dosis pupuk kalium yang berbeda dapat dilihat pada (Lampiran 17). Dari
analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan berbagai jarak tanam dan
dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbiper tanaman dan
tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.
25
Bobot umbi per tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk
kalium yang berbeda disajikan pada (Tabel 4).
Tabel 4. Bobot Umbi per Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Jarak
Tanam dan Dosis Pupuk Kalium yang Berbeda
Jarak Tanam (J) Dosis Pupuk Kalium (K)
Rata-rata 45 kg/ha 90 kg/ha 135 kg/ha
…..……...…..gr……………..…
70 x 20 cm 289,59 346,41 288,92 308,31
70 x 30 cm 289,85 301,27 323,83 304,98
70 x 40 cm 318,17 359,92 340,85 339,65
Rata-rata 299,20 335,87 317,87
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberikan perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata pada bobot
umbi per tanaman. Namun penggunaan jarak tanam 70 x 40 cm menunjukkan
bobot umbiper tanaman lebih banyak 10,17% dan 11,37% dibandingkan dengan
jarak tanam 70 x 20 cm dan 70 x 30 cm. Penggunaan dosis pupuk kalium 90
kg/ha menunjukkan bobot lebih tinggi 15,60% dan 5,66% dibandingkan dengan
dosis pupuk kalium 45 kg/ha dan 135 kg/ha.
4.1.5 Bobot per Umbi
Data pengamatan bobot per umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai
jarak tanam dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada (Lampiran 18). Hasil
analisis ragam bobot per umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan
dosis pupuk kalium yang berbeda dapat dilihat pada (Lampiran 19). Dari analisis
26
sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan berbagai jarak tanam dan dosis
pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap bobot per umbi dan tidak terdapat
interaksi antara kedua faktor tersebut.
Bobot per umbi tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk
kalium yang berbeda disajikan pada (Tabel 5).
Tabel 5. Bobot per Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Jarak
Tanam dan Dosis Pupuk Kalium yang Berbeda
Jarak Tanam (J) Dosis Pupuk Kalium (K)
Rata-rata 45 kg/ha 90 kg/ha 135 kg/ha
…..……...…..gr……………..…
70 x 20 cm 124,47 130,45 131,45 128,79
70 x 30 cm 124,48 151,06 132,76 136,10
70 x 40 cm 136,99 141,02 138,67 138,90
Rata-rata 128,65 140,85 134,29
Dari tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberikan perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata pada bobot
per umbi tanaman. Namun penggunaan jarak tanam 70 x 40 cm menunjukkan
bobot umbi lebih tinggi 7,87% dan 2,06% dibandingkan dengan jarak tanam
70 x 20 cm dan 70 x 30 cm. Penggunaan dosis pupuk kalium 90 kg/ha
menunjukkan bobot umbi lebih tinggi 9,48% dan 4,88% dibandingkan dengan
dosis pupuk kalium 45 kg/ha dan 135 kg/ha.
27
4.1.6 Berat Berangkasan Basah
Data pengamatan berat berangkasan basah tanaman ubi jalar akibat perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada (Lampiran 20).
Hasil analisis ragam berat berangkasan basah tanaman ubi jalar akibat perlakuan
jarak tanam dan dosis pupuk kalium yang berbeda dapat dilihat pada
(Lampiran 21). Dari analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap
berat berangkasan basah dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.
Berat berangkasan basah tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan dosis
pupuk kalium yang berbeda disajikan pada (Tabel 6).
Tabel 6. Berat Berangkasan Basah Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai
Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kalium yang Berbeda
Jarak Tanam (J) Dosis Pupuk Kalium (K)
Rata-rata 45 kg/ha 90 kg/ha 135 kg/ha
…..……...…..gr……………..…
70 x 20 cm 619,80 721,67 771,13 704,20
70 x 30 cm 526,13 746,67 688,07 653,62
70 x 40 cm 670,93 792,33 780,40 747,89
Rata-rata 605,62 753,56 746,53
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberikan perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata pada berat
berangkasan basah tanaman. Namun penggunaan jarak tanam 70 x 40 cm
menunjukkan berat berangkasan basah lebih tinggi 6,20% dan 14,42 dibandingkan
dengan jarak tanam 70 x 20 cm dan 70 x 30 cm. Penggunaan dosis pupuk kalium
28
90 kg/ha menunjukkan berat berangkasan basah lebih tinggi 24,43% dan 0,94%
dibandingkan dengan dosis pupuk kalium 45 kg/ha dan 135 kg/ha.
4.1.7 Berat Berangkasan Kering
Data pengamatan berat berangkasan kering tanaman ubi jalar akibat perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada (Lampiran 22).
Hasil analisis ragam berat berangkasan kering tanaman ubi jalar akibat perlakuan
jarak tanam dan dosis pupuk kalium yang berbeda dapat dilihat pada
(Lampiran 23). Dari analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap
berat berangkasan kering dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.
Berat berangkasan kering tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan
dosis pupuk kalium yang berbeda disajikan pada (Tabel 7).
Tabel 7. Berangkasan kering Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Jarak
Tanam dan Dosis Pupuk Kalium yang Berbeda
Jarak Tanam (J) Dosis Pupuk Kalium (K)
Rata-rata 45 kg/ha 90 kg/ha 135 kg/ha
…..……...…..gr……………..…
70 x 20 cm 394,80 413,27 342,20 383,42
70 x 30 cm 283,80 443,60 366,20 364,53
70 x 40 cm 375,87 417,93 435,27 409,69
Rata-rata 351,49 424,93 381,22
29
Dari tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar yang diberikan perlakuan
berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata pada berat
berangkasan kering tanaman. Namun penggunaan jarak tanam 70 x 40 cm
menunjukkan berat berangkasan kering lebih tinggi 6,85% dan 11,02%
dibandingkan dengan jarak tanam 70 x 20 cm dan 70 x 30 cm. Penggunaan dosis
pupuk kalium 90 kg/ha menunjukkan berat berangkasan kering lebih tinggi
20,89% dan 11,47% dibandingkan dengan dosis pupuk kalium 45 kg/ha dan 135
kg/ha.
4.1.8 Asumsi per Hektar
Data pengamatan asumsi per hektar tanaman ubi jalar akibat perlakuan berbagai
jarak tanam dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada (Lampiran 24). Hasil
analisis ragam asumsi per hektar tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam
dan dosis pupuk kalium yang berbeda dapat dilihat pada (Lampiran 25). Dari
analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan berbagai jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap asumsi per hektar. Namun dosis pupuk kalium
berpengaruh tidak nyata terhadap asumsi per hektar dan tidak terdapat interaksi
antara kedua faktor tersebut.
Asumsi per hektar tanaman ubi jalar akibat perlakuan jarak tanam dan dosis
pupuk kalium yang berbeda disajikan pada (Tabel 8).
30
Tabel 8. Asumsi per Hektar Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Berbagai Jarak
Tanam dan Dosis Pupuk Kalium yang Berbeda
Jarak Tanam (J) Dosis Pupuk Kalium (K)
Rata-rata 45 kg/ha 90 kg/ha 135 kg/ha
…..……...…..kg……………..…
70 x 20 cm 20,68 24,74 20,65 22,02 B
70 x 30 cm 13,79 14,34 15,40 14,51 A
70 x 40 cm 11,36 12,85 12,17 12,13 A
Rata-rata 15,27 17,31 16,07
BNT J = 2,62
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji
BNT 5%
Dari hasil uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa jarak tanam 70 x 20 cm
menghasilkan asumsi per hektar tanaman ubi jalar lebih baik dibandingkan
dengan jarak tanam 70 x 30 cm dan 70 x 40 cm. Sedangkan dosis pupuk kalium
45 kg/ha, 90 kg/ha, dan 135 kg/ha menghasilkan asumsi per hektar tanaman ubi
jalar yang sama.
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai jarak tanam memberikan pengaruh
nyata pada peubah asumsi per hektar tanaman ubi jalar. Hasil uji BNT pada
peubah asumsi per hektar menunjukkan penggunaan jarak tanam 70 x 20 cm
memiliki hasil lebih baik dibandingkan penggunaan jarak tanam 70 x 30 cm dan
70 x 40 cm. Hal ini diduga pengaturan jarak tanam yang tepat mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman karena tanaman dapat dengan mudah
melakukan proses fotosintesis dan mudah dalam meyerap unsur hara dan air.
31
Menurut Panggabean dkk. (2014), pengaturan jarak tanam sangat penting
dilakukan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara bagi tanaman. Jarak
tanam yang belum optimal menyebabkan persaingan dalam penggunaan unsur
hara, air, dan sinar matahari sehingga akan mempengaruhi produksi tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jarak tanam 70 x 20 cm
menghasilkan asumsi per hektar terbaik yaitu 22,02 kg/petak. Penggunaan jarak
tanam dapat mempengaruhi jumlah populasi tanaman, semakin sempit jarak
tanam maka akan semakin banyak jumlah populasi tanaman. Jika hasil tanaman
pada setiap populasi semakin banyak maka semakin banyak populasi semakin
banyak hasil tanaman. Maddoni dkk (2006), mengatakan bahwa jarak tanam yang
sempit dapat meningkatkan produksi yang lebih besar. Pada dasarnya
pengaplikasian jarak tanam yang rapat bertujuan untuk meningkatkan hasil,
dengan syarat faktor pembatas dapat dihindari sehingga tidak terjadi persaingan
antar tanaman satu sama lain (Waxn dan Stoller, 1987). Jarak tanam yang
optimum akan memberikan pertumbuhan bagian atas tanaman yang baik sehingga
dapat memanfaatkan lebih banyak cahaya matahari dan pertumbuhan bagian
bawah tanaman yang juga baik sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak unsur
hara (Sohel dkk. 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai jarak tanam berpengaruh tidak
nyata pada peubah panjang sulur, jumlah cabang, jumlah umbi, bobot umbi, bobot
per umbi, berat berangkasan basah dan berat berangkasan kering. Hal ini diduga
adanya persaingan dalam penggunaan unsur hara, air, dan sinar matahari. Semakin
lebar jarak tanam maka semakin lebar celah untuk tempat gulma tumbuh sehingga
32
tanaman ubi jalar dalam menyerap unsur hara dalam tanah terjadi persaingan
dengan gulma yang tumbuh. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), pengaturan
kerapatan atau populasi tanaman merupakan salah satu cara menciptakan faktor-
faktor yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara merata bagi setiap individu
tanaman dan untuk mengoptimalkan penggunaan faktor lingkungan yang tersedia.
Jarak tanam yang sempit akan mempengaruhi jumlah tanaman per petak sehingga
populasi tanaman lebih banyak, sedangkan pada jarak tanam yang lebar populasi
tanaman akan semakin sedikit sehingga hal tersebut akan mempengaruhi bobot
dan jumlah umbi per petak. Penggunaan jarak tanam pada dasarnya untuk
memberikan ruang sekitar pertumbuhan tanaman yang baik tanpa mengalami
persaingan antar tanaman (Sutapradja, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai pemberian pupuk kalium
berpengaruh tidak nyata pada peubah panjang sulur, jumlah cabang, jumlah umbi,
bobot umbi, bobot per umbi, berat berangkasan basah, berat berangkasan kering,
dan asumsi per hektar. Hal ini berarti pemberian pupuk KCl dosis 45 kg/ha,
90 kg/ha dan 135 kg/ha memberikan pertumbuhan dan hasil yang tidak berbeda.
Hal tersebut terjadi karena unsur kalium yang diberikan belum mencukupi
kebutuhan tanaman. Unsur kalium yang diberikan diduga larut ke dalam mineral
tanah sehingga tidak tersedia untuk tanaman. Pada saat penelitian bertepatan pada
musim hujan sehingga unsur kalium yang diberikan larut bersama air hujan
melalui pori-pori tanah.
Unsur kalium merupakan salah satu hara esensial yang diperlukan tanaman dalam
proses fisiologis tanaman terutama dalam sintesis asam amino dan protein dari
33
ion-ion ammonium, sehingga dapat merangsang pembentukan organ-organ
tanaman. Jika unsur kalium dalam tanah belum tersedia untuk tanaman maka
proses fisiologis tanaman akan terganggu serta produktivitas tanaman kurang
optimal. Hal ini terkait dengan ion K+ yang dapat meningkatkan tekanan turgor
dan menurunkan tekanan osmotik, sehingga sel penjaga menyerap air dan stomata
membuka untuk mengambil CO2 sebagai bahan baku fotosintesis (Singh dkk,
2014). Selain itu, kalium berperan dalam menjaga tetap tegaknya batang sehingga
kontinyuitas aliran air, nutrisi dan fotosintat ke seluruh tubuh tanaman terjaga. Hal
ini karena kalium berperan dalam pembentukan dinding sel (Fageria dkk. 2015).
Rendahnya ketersediaan kalium bagi tanaman menyebabkan asimilat yang
dihasilkan rendah, sehingga energi yang dihasilkan juga rendah. Energi akan
digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, rendahnya energi yang
dihasilkan menyebabkan kemampuan tanaman dalam berdiferensiasi rendah yang
akan berdampak pada panjang sulur, jumlah cabang, jumlah umbi, bobot umbi,
bobot per umbi, berat berangkasan basah, berat berangkasan kering, dan asumsi
per hektar.
Selain itu pembentukan umbi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Menurut
Hahn dan Hozyo (1996), pembentukan umbi sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
struktur tanah yang jelek akan dapat menghambat pembelahan dan pembesaran sel
dalam perkembangan umbi dan pembentukan umbi yang baru. Jumlah umbi yang
dihasilkan tanaman ubi jalar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan
akar (Ardianto dan Indarto, 2004). Selain itu, kalium juga berperan dalam
pembentukan dan translokasi karbohidrat tanaman (Tisdale dan Nelson, 1985).
Menurut Sarief (1986), tersedianya unsur K yang cukup akan meningkatkan
34
aktifitas metabolisme tanaman sehingga proses pemanjangan dan diferensiasi sel
akan lebih baik. yang akhirnya dapat mendorong peningkatan ukuran umbi.
Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk
kalium berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati. Hal ini
diduga jarak tanam yang diaplikasikan belum menentukan dosis pupuk yang
diberikan,demikian pada sebaliknya. Penggunaan dosis pupuk belum menentukan
jarak tanam yang diaplikasikan. Pengaplikasian jarak tanam dan dosis pupuk
kalium memberikan pengaruh tersendiri dan tidak saling berinteraksi. Perlakuan
penggunaan jarak tanam dengan pupuk kalium terhadap tanaman ubi jalar tidak
terdapat hubungan yang saling mempengaruhi dalam meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman. Selanjutnya dinyatakan oleh Gomez dan Gomez (1995) bahwa
dua faktor perlakuan dikatakan berinteraksi apabila pengaruh suatu faktor
perlakuan berubah pada saat perubahan taraf faktor perlakuan lainnya.
Meskipun hasil sidik ragam interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. Hal ini diduga karena range antar dosis
penelitian yang rendah, jika range antar dosis di naikan diduga akan terjadi
interaksi.namun hasil rekapitulasi penelitian (Tabel 4) memperlihatkan adanya
kecenderungan bahwa pada jarak tanam 70 x 40 cm yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk kalium 90 kg/ha menghasilkan bobot umbi per tanaman yang lebih
baik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lain. Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan jarak tanam dan pemberian pupuk kalium berperan dalam memperbaiki
pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar. Menurut Gardner dkk. (1991)
bahwa selain faktor genetis tanaman, faktor lingkungan yang berpengaruh antara
35
lain cahaya matahari (penyinaran), kelembaban dan kesuburan tanah.
Keterbatasan faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman. Selanjutnya dikemukakan oleh Dwijoseputro (1991) bahwa
cahaya matahari sangat diperlukan dalam proses fotositesis, dengan banyaknya
cahaya yang diterima tanaman maka hasil fotosintesis juga semakin banyak.
Selanjutnya akan menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik.
Peranan pupuk kalium yaitu membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai
katalisator dalam pembentukan protein, menetralkan reaksi dalam sel terutama
dari asam organik, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem, memperkuat
tegaknya batang sehingga tidak roboh. Selain hal-hal di atas kalium juga berperan
meningkatkan kualitas ubi, mengaktifkan enzim baik secara langsung maupun
tidak langsung dan membantu perkembangan akar (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002).
Pemberian pupuk kalium pada tanaman ubi jalar untuk meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman sebaiknya diberikan dengan dosis 100 kg/ha.
Berdasarkan hasil penelitian Yasir dan Ariani (2017) menyatakan bahwa
pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik KCl dengan kombinasi pupuk
kompos 10 ton/ha dan pupuk KCl 100 kg/ha dapat meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman ubi jalar ungu, serta mampu menghasilkan umbi yang baik
yaitu 2,06 kg berat umbi segar/m2 atau setara dengan 20,6 ton/ha. Setiap
peningkatan dosis pupuk kalium 100 kg/ha dapat meningkatkan produktivitas
tanaman ubi jalar.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan berbagai jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar kecuali pada peubah asumsi per
hektar pada jarak tanam 70 x 20 cm.
2. Perlakuan berbagai dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.
3. Tidak terdapat interaksi antara berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.
5.2 Saran
Saat melakukan budidaya tanaman ubi jalar sebaiknya menggunakan jarak tanam
yang baik 70 x 20 cm tetapi perlu penambahan pupuk kalium yang lebih tinggi
untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil yang maksimum.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi I.J., Sebayang H.T. dan Widaryanto E. 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan
Teknik Pengendalian Gulma Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L.). http://protan.studentjournal.ub.ac.id. Diakses
11 Desember 2018
Andrianto, T. T. dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan analisis usaha tani ubi jalar
- kentang. Absolut. Yogyakarta.
Anggraini F., Suranto A. dan Aini N. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada
Tanaman Padi sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal
Produksi Tanaman 1(2):52-60.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Cilembu.
http://Pangan.Litbang.Pertanian.go.id/Varietas-137.Html Diakses 11
Desember 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2015. Ubi Jalar Sebagai Herbal.
jakarta. litbang.pertanian.co.id. Diakses 07 Januari 2019
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Lampung dalam Angka. Provinsi Lampung.
Dwijoseputro, D. 1991. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Gardner, F.P.,R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya.
Gomez, K.A. dan A.A Gomez, 1995 Prosedur Statistik Untuk Penelitian
PertanianFageria, N. K., M. P. B. Filho dan J. H. C. Dacosta. 2017.
Potassium In The Use Of Nutrients In Crop Plants. Crc Press Taylor and
Francis Group London. New York.
Gunawan, I., 2015 Pengaruh Penggunaan Jenis Mulsa dan Jarak Tanam
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Stiper Dharma Wacana
Metro
Hahn, S. K., dan Y. Hozyo. 1996. Ubi Manis dalam Fisiologi Tanaman Budidaya
Tropik. Gajah Mada UniversityPress. Hal. 725-746.
37
Hariyanto, B. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Ubi Jalar Pada
Berbagai Dosis K Di Tanah Regosol. Thesis. Program Pascasarjana.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Januwati M, Pitono J. dan Ngadimin. 1996. Pengaruh Pemangkasan Terhadap
Pertumbuhan dan Produksiterna Tanaman Sambiloto. Balai Penelitian
Tanaman Rernpah dan Obat, Bogor 3(1):20-21.
Juanda D. dan Cahyono B. 2000. Budidaya dan Analisis Usahatani Ubi Jalar.
Kanisius, Yogyakarta.
La Karimuna, Safitri dan Sabaruddin L.O. 2009. Pengaruh Jarak Tanam dan
Pemangkasan terhadap Kualitas Silase Dua Varietas Jagung (Zea mays
L.). Agripet Vol 9(1).
Lesmana N.D. 2016. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.). Sekolah Tinggi
Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro – Lampung.L Nico Dwi - 2016 -
eprints.stiperdharmawacana.ac.id. Diakses 12 Desember 2018
Marliah A., Hidayat T. dan Husna N. 2012. Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam
terhadap Pertumbuhan Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Agrista.
16(1):22-28.
Mayadewi N.A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam
terhadap Gulma dan Hasil Jagung Manis. Agritrop 26(4):153-159.
Neltriana. N. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Sapi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomea Batatas L.). Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Andalas. Padang
Panggabean F.Dm., Mawami L. dan Nissa T.C. 2014. Respon Pertumbuhan dan
Produksi Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urban) Terhadap Waktu
Pemangkasan dan Jarak Tanam. Jurnal Agroekologi 2(2):702 711
Patola E. 2008. Analisis Pengaruh Dosis Pupuk Urea Dan Jarak Tanam
Terhadap Produktivitas Jagung Hibrida P-21 (Zea mays L.). Jurnal
Inovasi Pertanian 7(1):51-65.
Paulus, J. M. 2006. Peranan Kalium Terhadap Kualitas Umbi Beberapa Varietas
Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam.). Eugenia 12 (2):76-85.
Purnama R.H., Santosa S.J. dan Hardiatmi S. 2013. Pengaruh Dosis Pupuk Eceng
Gondok dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Sawi. Innofarm 12(2):95-107. http://ejurnal.unisri.ac.id. Diakses 10
Desember 2018
Purwo. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta
38
Pusdati Kementan. 2016. Outlook Komuditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi
Jalar. Issn : 1907 – 1507. Bidang Data Komoditas. Kementerian Pertanian
Republik Indonesia. http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id. Diakses 14
Desember 2018
Rahmiana E.A., Tyasmoro S.T. Dan Suminarti N.E. 2015. Pengaruh
Pengurangan Panjang Sulur Dan Frekuensi Pembalikan Batang Pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.).
http://protan.studentjournal.ub.ac.id. Diakses 15 Desember 2018
Rukmana R. 1997. Ubi Jalar: Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.
Rosmarkam, A. dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius.Yogyakarta.
Sarief, E. S 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Bandung
Singh, R., S. Chaurasia, A. D. Gupta, A. Mishra dan P. Soni. 2014. Comparative
Study of Transpiration Rate in Mangifera indica and Psidium guajawa
Affect by Lantana camara Aqueous Extract. Journal of Environmental
Science, Computer Science and Engineering and Technology. 3 (3): 1228-
1234.
Sonhaji, A. 2007. Mengenal dan Bertanam Ubi Jalar. Gaza Publishing. Bandung.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.
Malang.
Sulistyowati D.D. 2010. Pengaruh Klon dan Generasi Bibit terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar. Skripsi. Program Studi Agronomi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suparman, 2007. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutapradja H.J. 2008. Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola Untuk Bibit. J. Hort.
18(2): 155-159.
Sohel M.A.T., Siddique M.A.B., Asaduzzaman M., Alam M.N. and Karim M.M.
2009. Varietal performance of transplant aman rice under different hill
densities. Bangladesh J. Agril. Res. 34(1):33 – 39.
Syafruddin, 2015. Managemen Pemupukan Nitrogen Pada Tanaman
Jagung.Balai Penelitian Tanaman Serelia.Maros. J. Litbangpert. Vol. 34
No. 3 September 2015: 105-116. ejurnal.litbang.pertanian.go.id. Diakses
11 Desember 2018.
39
Usman I.R. dan Aziz A. 2013. Analisis Pertumbuhan dan Produksi Kacang Koro
Pedang (Canavalia enziformis) Pada Berbagai Konsentrasi Pupuk
Organik Cair dan Pemangkasan. Jurnal Galung Tropika 2(2):85-96.
Yasir, M dan Ariani, E. 2017. Pengaruh Pupuk Organik Dan Pupuk KCl terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas Poir). Fakultas
Pertanian Universitas Riau.
Yetti H. dan Ardian. 2010, Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Ir 42
Dengan Metode Sri. Sagu 9(1):21-27.
Yudianto A.A., Fajrin S. dan Aini N. 2015. Pengaruh Jarak Tanam dan
Pembumbunan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Garut
(Marantha arundinaceae L.). Jurnal Produksi Tanaman 3(2):172-181.