475 faktor dominan pengelolaan tambak yang (erna ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal,...

12
475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang... (Erna Ratnawati) FAKTOR DOMINAN PENGELOLAAN TAMBAK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK KABUPATEN BERAU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Erna Ratnawati dan Akhmad Mustafa Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jalan Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur dimana perikanan budidayanya termasuk budidaya tambak cukup menjanjikan untuk diusahakan dan dikembangkan adalah Kabupaten Berau. Namun demikian belum ada informasi tentang pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya di kabupaten tersebut. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor pengelolaan tambak yang mempengaruhi produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung Kabupaten Berau . Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survei untuk mendapatkan data primer dari produksi dan pengelolaan tambak yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner kepada responden secara terstruktur. Sebagai peubah tidak bebas adalah produksi total tambak dan peubah bebas adalah faktor pengelolaan tambak yang terdiri dari 35 peubah. Analisis regresi berganda dengan peubah boneka digunakan untuk memprediksi produktivitas tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung Kabupaten Berau , Provinsi Kalimantan Timur sebesar 213 kg/ ha/musim yang merupakan produksi total dari udang windu yang dipolikulturkan dengan ikan bandeng. Ada 12 peubah pengelolaan tambak yaitu: lama pengeringan, dosis pestisida saponin awal, dosis kapur dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama pemeliharaan, dosis pupuk urea susulan, dosis pupuk super organik susulan, dosis kapur dolomit susulan, lama pemeliharaan udang windu dan lama pemeliharaan ikan bandeng yang mempengaruhi produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung. Hal ini menunjukkan bahwa produksi total tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung masih dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak dengan meningkatkan lama pengeringan dasar tambak dan tinggi air selama pemeliharaan serta dosis pupuk urea, TSP/SP-36 dan kapur atau melaksanakan remediasi tanah dasar tambak sebelum persiapan tambak. KATA KUNCI: pengelolaan, produktivitas, tambak, Kabupaten Berau PENDAHULUAN Salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur dimana sektor perikanannya cukup menjanjikan untuk diusahakan dan dikembangkan adalah Kabupaten Berau. Perikanan budidaya yang selama ini diusahakan di Kabupaten Berau adalah: budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya laut dan budidaya tambak. Budidaya tambak di Kabupaten Berau terdapat pada enam kecamatan yaitu: Kecamatan Pulau Derawan, Talisayan, Biatan, Tabalar, Sambaliung dan Gunung Tabur. Sampai pada tahun 2009 pembudidaya tambak di Kabupaten Berau berjumlah 438 RTP yang memiliki luas sebesar 3.710,7 ha dengan jumlah produksi sebesar 309,2 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 7.448.100.000,- (Anonim, 2010). Dengan demikian, produktivitas tambak Kabupaten Berau termasuk rendah yaitu sekitar 85 kg/ha/tahun. Produktivitas tambak yang rendah ini masih dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak yang tepat. Pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya sangat bervariasi. Pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya tambak di Sulawesi Selatan telah dilaporkan oleh berbagai peneliti terdahulu. Di Kabupaten Pangkep telah dilaporkan oleh Nessa (1985) dan Mustafa et al . (2010). Hanafi (1990) telah melakukan hal yang sama di tambak di Kabupaten Maros, Takalar, dan Bulukumba. Pengelolaan budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya di tambak Kabupaten Pinrang (Provinsi Sulawesi Selatan) telah diteliti oleh Mustafa dan Ratnawati (2007) dan di Kabupaten Bulukumba oleh Ratnawati et al. (2009). Khusus tambak di Kalimantan termasuk di Kabupaten Berau (Provinsi

Upload: vanbao

Post on 10-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang... (Erna Ratnawati)

FAKTOR DOMINAN PENGELOLAAN TAMBAK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITASTAMBAK KABUPATEN BERAU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Erna Ratnawati dan Akhmad MustafaBalai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jalan Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur dimana perikanan budidayanya termasuk budidayatambak cukup menjanjikan untuk diusahakan dan dikembangkan adalah Kabupaten Berau. Namun demikianbelum ada informasi tentang pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya di kabupaten tersebut.Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor pengelolaan tambak yangmempengaruhi produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung Kabupaten Berau .Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survei untuk mendapatkan data primer dari produksidan pengelolaan tambak yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner kepada responden secara terstruktur.Sebagai peubah tidak bebas adalah produksi total tambak dan peubah bebas adalah faktor pengelolaantambak yang terdiri dari 35 peubah. Analisis regresi berganda dengan peubah boneka digunakan untukmemprediksi produktivitas tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas tambak diKecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung Kabupaten Berau , Provinsi Kalimantan Timur sebesar 213 kg/ha/musim yang merupakan produksi total dari udang windu yang dipolikulturkan dengan ikan bandeng.Ada 12 peubah pengelolaan tambak yaitu: lama pengeringan, dosis pestisida saponin awal, dosis kapurdolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal,tinggi air selama pemeliharaan, dosis pupuk urea susulan, dosis pupuk super organik susulan, dosis kapurdolomit susulan, lama pemeliharaan udang windu dan lama pemeliharaan ikan bandeng yang mempengaruhiproduktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung. Hal ini menunjukkan bahwa produksitotal tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung masih dapat ditingkatkan melalui pengelolaantambak dengan meningkatkan lama pengeringan dasar tambak dan tinggi air selama pemeliharaan sertadosis pupuk urea, TSP/SP-36 dan kapur atau melaksanakan remediasi tanah dasar tambak sebelum persiapantambak.

KATA KUNCI: pengelolaan, produktivitas, tambak, Kabupaten Berau

PENDAHULUAN

Salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur dimana sektor perikanannya cukup menjanjikanuntuk diusahakan dan dikembangkan adalah Kabupaten Berau. Perikanan budidaya yang selama inidiusahakan di Kabupaten Berau adalah: budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya laut danbudidaya tambak. Budidaya tambak di Kabupaten Berau terdapat pada enam kecamatan yaitu:Kecamatan Pulau Derawan, Talisayan, Biatan, Tabalar, Sambaliung dan Gunung Tabur. Sampai padatahun 2009 pembudidaya tambak di Kabupaten Berau berjumlah 438 RTP yang memiliki luas sebesar3.710,7 ha dengan jumlah produksi sebesar 309,2 ton dengan nilai produksi sebesar Rp7.448.100.000,- (Anonim, 2010). Dengan demikian, produktivitas tambak Kabupaten Berau termasukrendah yaitu sekitar 85 kg/ha/tahun. Produktivitas tambak yang rendah ini masih dapat ditingkatkanmelalui pengelolaan tambak yang tepat.

Pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya sangat bervariasi. Pengelolaan tambakyang dilakukan oleh pembudidaya tambak di Sulawesi Selatan telah dilaporkan oleh berbagai penelititerdahulu. Di Kabupaten Pangkep telah dilaporkan oleh Nessa (1985) dan Mustafa et al. (2010).Hanafi (1990) telah melakukan hal yang sama di tambak di Kabupaten Maros, Takalar, dan Bulukumba.Pengelolaan budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya di tambak Kabupaten Pinrang (ProvinsiSulawesi Selatan) telah diteliti oleh Mustafa dan Ratnawati (2007) dan di Kabupaten Bulukumbaoleh Ratnawati et al. (2009). Khusus tambak di Kalimantan termasuk di Kabupaten Berau (Provinsi

Page 2: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 476

Kalimantan Timur) belum pernah dilaporkan hasil penelitian mengenai pengelolaan yang dilakukanoleh pembudidaya tambak. Di tambak udang vaname intensif di Kabupaten Pontianak (ProvinsiKalimantan Barat) telah dilaporkan oleh Utojo et al. (2010). Pengetahuan faktor pengelolaan yangberpengaruh terhadap produktivitas tambak diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalamupaya peningkatan produktivitas tambak. Pengelolaan tambak merupakan faktor penting setelahpenentuan kesesuaian lahan budidaya tambak dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuandan budidaya tambak berkelanjutan (Karthik et al., 2005). Identifikasi dari peubah faktor pengelolaantambak yang tidak mempengaruhi produktivitas tambak perlu diketahui supaya dapat diikuti olehpembudidaya untuk mengefektifkan biaya produksi tanpa mempengaruhi produktivitas tambak. Olehkarena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dominan pengelolaantambak yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Berau, Provinsi KalimantanTimur.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di kawasan pertambakan Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur(Gambar 1) yaitu di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung. Untuk mendapatkan informasi awalmengenai kegiatan budidaya tambak di Kabupaten Berau, maka dilakukan pertemuan dengan stafDinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau di Tanjung Redeb. Tambak terpilih ditentukan secaraacak dari Peta Mapping Unit (Satuan Pemetaan) yaitu gabungan Peta Landscape (Bentuk Lahan) danLand Use (Penggunaan Lahan). Pembudidaya tambak dari tambak terpilih menjadi responden dalampenelitian ini. Titik-titik pengamatan ditentukan posisinya dengan Global Positioning System (GPS).Peta yang menunjukkan titik-titik pengamatan dibuat dengan bantuan teknologi penginderaan Jauh(Inderaja) dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Citra satelit yang digunakan ada 4 scene citra ALOSAVNIR-2 dengan masing-masing akuisisi 16 Mei 2008 (2 scene), 17 September 2009 (1 scene) dan 16Oktober 2009 (1 scene).

Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survei, termasuk untuk mendapatkan dataprimer dari produksi dan pengelolaan tambak yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner kepadaresponden secara terstruktur (Wirartha, 2006). Sebagai peubah tergantung atau peubah tidak bebasatau peubah respon dalam penelitian ini adalah produksi total tambak. Produksi total tambakmerupakan total produksi udang windu dan ikan bandeng (Hanafi, 1990), sebab tambak yang terpilihsemuanya melakukan budidaya secara polikultur antara udang windu dan ikan bandeng. Peubahbebas atau peubah prediktor adalah pengelolaan tambak yang terdiri atas 35 peubah. Sebagai peubahboneka dalam penelitian ini adalah: perlakuan remediasi terhadap tanah dasar tambak, keduk teplok,perbaikan pematang, sumber benih, adaptasi terhadap suhu dan salinitas, waktu penebaran benih,sistem pergantian air, serangan penyakit serta jenis hama dan penyakit.

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum (minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi) dari data yang ada. Matriks korelasi digunakan untuk mengetahui adanyagejala multikolinearitas. Grafik plot PP (Probabilitas harapan dan Probabilitas pengamatan) digunakanuntuk menguji kenormalan distribusi data. Scatterplot regresi digunakan untuk mengetahui adanyagejala heteroskedastisitas. Uji DW (Durbin-Watson) digunakan untuk mendeteksi adanya gejalaautokorelasi. Dalam memilih persamaan regresi ganda ‘terbaik’ maka digunakan metode langkahmundur (backward) (Draper dan Smith, 1981).

Uji R2 yang disesuaikan (adjusted R2) digunakan untuk mengetahui besarnya peubah bebasmenjelaskan peubah tidak bebas. Uji F atau analisis ragam digunakan untuk menguji signifikansimodel regresi. Model persamaan regresi berganda yang diuji adalah (Sokal dan Rohlf, 1981; Tabachnickdan Fidell, 1996):

Y = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn (Persamaan 1)

dimana :Y = produksi total tambaka = koefisien konstantab

1,b

2…b

n= koefisien regresi

X1,X

2,…X

n= peubah bebas yaitu pengelolaan tambak.

Page 3: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

477 Faktor dominan pengelolaan tambak yang... (Erna Ratnawati)

Seluruh data dianalisis dengan bantuan Program Statistical Product and Service Solution (SPSS)versi 15,0 (SPSS, 2006; Coakes et al., 2008).

HASIL DAN BAHASAN

Secara umum, tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung Kabupaten Berau dibangunpada lahan mangrove dimana lahan tersebut mungkin sangat mudah dikuasai oleh pembudidayatambak. Sebagai akibatnya, luas petakan tambak tergolong cukup luas dari 4,0 ha sampai 60,0 hadengan rata-rata 17,2 ha. Sebagai perbandingan dengan tambak di Sulawesi Selatan seperti diKabupaten Pangkep adalah rata-rata luas petakan 2,44 ha (Mustafa et al., 2010), Kabupaten Maros2,53 ha (Ratnawati et al., 2010b); Kabupaten Pinrang 1,80 ha (Mustafa & Ratnawati, 2007), LuwuUtara 1,94 ha (Mustafa et al., 2009) dan Kabupaten Bone 3,67 ha (Ratnawati et al., 2010a) yangmenunjukkan luas petakan tambak di Kabupaten Berau lebih luas dari pada tambak di SulawesiSelatan.

Produktivitas total tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung berkisar antara 4,17dan 620,00 kg/ha/musim dengan produktivitas rata-rata 212,96 kg/ha/musim (Tabel 1). Produktivitastambak ini lebih rendah daripada produktivitas tambak di Sulawesi Selatan. Produktivitas tambak diKabupaten Pangkep, Maros, Pinrang dan Bone berturut-turut: 622, 632, 499, dan 292 kg/ha/musim(Mustafa & Ratnawati, 2007; Mustafa et al., 2010; Ratnawati et al., 2010a,b). Salah satu penyebabrendahnya produktivitas tambak diduga sebagai akibat petakan tambak yang cukup luas. Hal inidapat dimengerti bahwa semakin luas tambak yang dikelola oleh seorang pembudidaya tambak,maka semakin berkurang tingkat pengelolaan yang dilakukan karena pembudidaya tambak dibatasioleh tenaga dan waktu serta kemungkinan dana. Dengan ukuran tambak yang lebih kecil cenderungpembudidaya tambak memaksimalkan penggunaan sumberdaya lahan tersebut untuk memperolehproduksi rumput laut (Gracilaria verrucosa) yang lebih banyak dibandingkan dengan tambak yanglebih luas di Kabupaten Luwu (Mustafa & Ratnawati, 2005). Islam et al. (2005) dan Milstein et al.(2005) menyatakan bahwa tambak yang lebih kecil akan lebih mudah dikelola dan produktivitasnyauntuk udang windu lebih tinggi daripada yang berukuran lebih luas di Bangladesh.

Gambar 1. Lokasi penelitian di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung, KabupatenBerau, Provinsi Kalimantan Timur

Page 4: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 478

Produksi yang dilaporkan dalam penelitian ini merupakan produksi total yaitu produksi udangwindu dan ikan bandeng yang dipolikulturkan di tambak Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung.Udang windu dan ikan bandeng adalah komoditas yang dapat dipolikulturkan di tambak(Ranoemihardjo et al., 1979; Eldani & Primavera, 1981). Kedua komoditas tersebut secara umummenuntut kondisi lingkungan yang relatif sama, tetapi menempati relung ekologi yang berbedadalam tambak. Perbedaan habitat makanan dari kedua komoditas tersebut yang menyebabkan tidakterjadi kompetisi di antaranya (Eldani & Primavera, 1981). Konsep dasar dari polikultur adalah jikadua atau lebih spesies ikan yang cocok dipelihara secara bersama-sama akan meningkatkan produksi(Reich, 1975 dalam Eldani & Primavera, 1981; Shang, 1986). Produktivitas tambak tersebut masihdapat ditingkatkan seperti dijelaskan pada bagian selanjutnya.

Pengelolaan tambak yang dilakukan pembudidaya tambak Kabupaten Berau relatif beragam. Ada35 peubah pengelolaan tambak yang dilakukan pembudidaya tambak di Kecamatan Pulau Derawandan Sambaliung yang telah diidentifikasi. Setelah dilakukan analisis matriks korelasi, ternyata banyakpeubah pengelolaan budidaya tambak yang memiliki gejala multikolinearitas, sehingga hanya ada25 peubah pengelolaan tambak yang dipilih untuk analisis lebih lanjut. Peubah pengelolaan budidayatambak yang dipilih adalah peubah yang lebih mudah diukur. Hasil analisis juga menunjukkan bahwadata berdistribusi normal (Gambar 2) dimana titik-titik mengikuti haris linier dan tidak ada gejalaheteroskedastisitas (Gambar 3) dimana titik-titik tersebar tidak beraturan di sekitar 0 dari sumbu y.

Pada Lampiran 1 terlihat bahwa R2 yang disesuaikan (adjusted R2) tertinggi (0,546) dan standargalat estimasi (standard error of estimate) terendah (130,48984) didapatkan pada Model 13. Dalamhal ini Model 13 lebih baik dalam menjelaskan peubah bebas memprediksi peubah tidak bebas.Selain itu, karena standar galat estimasi lebih kecil dari standar deviasi produksi total tambak yangbesarnya 193,7645 kg/ha/musim (Tabel 1), maka model regresi lebih baik dalam bertindak sebagaiprediktor produksi total tambak daripada rata-rata produksi tambak itu sendiri. Selanjutnya darihasil analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan Model 13 dapat digunakan untuk memprediksi produksitambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (P = 0,002).

Telah disebutkan sebelumnya bahwa R2 yang disesuaikan tertinggi adalah 0,546. Hal ini berartibahwa 54,6% produksi total tambak dapat dijelaskan oleh peubah pengelolaan tambak yang meliputi:lama pengeringan, dosis pestisida saponin awal, dosis kapur dolomit awal, dosis pupuk urea awal,dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama pemeliharaan,dosis pupuk urea susulan, dosis pupuk super organik susulan, dosis kapur dolomit susulan, lamapemeliharaan udang windu dan lama pemeliharaan ikan bandeng, sedangkan sisanya (45,4%)dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.

Hasil analisis lebih lanjut didapatkan nilai koefisien konstanta dan koefisien regresi dari persamaanregresi (Tabel 2) yang terpilih dan selanjutnya digunakan untuk memprediksi produksi total tambakdi Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung. Peubah pengelolaan tambak yang berperan dalammenentukan produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung digambarkan dalampersamaan regresi sebagai berikut:

Y = 705,043 – 3,225X1 + 13,212X2 + 4,378X3 – 3,386X4 – 8,905X5 + 5,227X6 + 0,522X7 +0,699X8 + 10,523X9 + 109,791X10 + 43,215X11 + 23.720 X12 (Persamaan 2)

dimana :Y = produksi total tambak (kg/ha/musim)X

1= lama pemeliharaan udang windu (hari) (P = 0,003)

X2

= lama pengeringan (hari) (P = 0,014)X

3= tinggi air selama pemeliharaan (cm) (P = 0,027)

X4

= dosis pupuk urea awal (kg/ha) (P = 0,033)X

5= dosis pupuk super petroganik awal (kg/ha) (P = 0,033)

X6

= dosis pupuk TSP/SP-36 awal (kg/ha) (P = 0,092)X

7= dosis kapur dolomit awal (kg/ha) (P = 0,112)

X8

= lama pemeliharaan ikan bandeng (hari) (P = 0,135)X

9= dosis pupuk urea susulan (kg/ha) (P = 0,170)

X10

= dosis kapur dolomit susulan (kg/ha) (P = 0,187)X

11= dosis pupuk super organik susulan (kg/ha) (P = 0,193)

X12

= dosis pestisida saponin awal (mg/L) (P = 0,287)

Page 5: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

479 Faktor dominan pengelolaan tambak yang... (Erna Ratnawati)

Dari 25 peubah faktor pengelolaan tambak yang dikaji dalam penelitian ini ternyata hanya 12peubah yaitu: lama pengeringan, dosis pestisida saponin awal, dosis kapur dolomit awal, dosispupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selamapemeliharaan, dosis pupuk urea susulan, dosis pupuk super organik susulan, dosis kapur dolomitsusulan, lama pemeliharaan udang windu dan lama pemeliharaan ikan bandeng (Persamaan 2) yangmerupakan peubah pengelolaan budidaya yang berpengaruh secara nyata dalam menentukanproduktivitas total tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung. Tiga belas peubahpengelolaan tambak lainnya yaitu: perbaikan pematang, dosis kapur pertanian awal, dosis pupuksuper organik awal, lama pengangkutan benih, padat penebaran udang windu, padat penebaranikan bandeng, volume pergantian air, frekuensi pergantian air, dosis pupuk TSP/SP-36 susulan, dosissuper petroganik susulan, terjadi serangan penyakit, jenis penyakit dan waktu terjadi penyakit.

Tabel 1. Statistik deskriptif semua peubah yang diamati dalam penentuan peubah pengelolaantambak yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawandan Sambaliung, Provinsi Kalimantan Timur (n = 34)

Peubah Minimum Maksimum Rata-rataStandar deviasi

Produksi total (kg/ha/musim) 4,17 620 212,96 193,7645Luas (ha) 4 60 17,2 12,33Lama pengeringan (hari) 0 21 7,8 5,33

Perbaikan pematanga) 0 1 0,8 0,43Dosis pestisida saponin awal 0 25 10,5 1,2926Dosis kapur dolomit awal (kg/ha) 0 1000 55,83 211,23Dosis kapur pertanian awal (kg/ha) 0 50 3,21 10,6844Dosis pupuk urea awal (kg/ha) 0 300 19,43 52,3289Dosis pupuk TSP/SP-36 awal (kg/ha) 0 100 12,03 21,221Dosis pupuk super petroganik awal (kg/ha) 0 30 1,47 6,0964Dosis pupuk super organik awal (kg/ha) 0 10 0,79 2,3016Lama pengangkutan benih (jam) 1 8 3,06 1,9336Padat penebaran udang windu (ekor/ha) 3333 80000 13607 15046,55Padat penebaran ikan bandeng (ekor/ha) 0 13333 2218 2427,44Tinggi air selama pemeliharaan (cm) 10 70 41,4 15,34Volume pergantian air (%) 10 50 28,4 7,83Frekuensi pergantian air (kali/bulan) 1 2 1,97 0,171Dosis pupuk urea susulan (kg/ha) 0 100 7,84 19,5755Dosis pupuk TSP/SP-36 susulan (kg/ha) 0 50 4,51 9,8391Dosis super petroganik susulan (kg/ha) 0 20 0,74 3,5102Dosis super organik susulan (kg/ha) 0 50 1,63 8,5959Dosis kapur dolomit susulan (kg/ha) 0 20 0,59 3,43

Terjadi serangan penyakitb) 0 1 0,7 0,45

Jenis penyakitc) 0 1 0,7 0,45Waktu terjadi penyakit (hari) 0 75 41,8 26,39Lama pemeliharaan udang windu (hari) 90 180 114,9 24,5Lama pemeliharaan ikan bandeng (hari) 0 210 154,5 68,06a) 0 = Tidak; 1 = Ya

b) 0 = Tidak; 1 = Ya

c) 0 = Tidak terjadi serangan penyakit; 1 = WSSV

Page 6: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 480

Dari Persamaan 2 terlihat bahwa koefisien konstanta sebesar 705,043 yang berarti produktivitastotal tambak dapat diprediksi mencapai 705,043 kg/ha/musim kalau tidak ada kontribusi dari peubahpengelolaan tambak. Hal ini menunjukkan bahwa peubah pengelolaan tambak yang meliputi: lamapengeringan, dosis pestisida Saponin awal, dosis kapur dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosispupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama pemeliharaan, dosispupuk urea susulan, dosis pupuk super organik susulan, dosis kapur dolomit susulan, lamapemeliharaan udang windu dan lama pemeliharaan ikan bandeng berpengaruh besar terhadapproduktivitas total tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung.

Pengeringan tambak yang dilakukan pembudidaya tambak di Kecamatan Pulau Derawan danSambaliung sangat bervariasi, dari ada pembudidaya tambak yang tidak melakukan pengeringansampai melakukan pengeringan dasar tambak selama 21 hari dengan rata-rata 7,8 hari. Dari Persamaan2 dan Tabel 2 terlihat bahwa koefisien regresi dari lama pengeringan dasar tambak adalah sebesar13,212 yang menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 hari lama pengeringan dasar tambak akanmeningkatkan produktivitas total tambak sebesar 13,212 kg/ha/musim. Dalam hal ini, pengeringan

Gambar 2. Grafik PP (Probabilitas harapan dan Probabilitas pengamatan)normal dari standar regresi sisa untuk menguji kenormalandistribusi data

Gambar 3. Grafik pencar regresi untuk mengetahui adanya gejalaheteroskedastisitas

Page 7: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

481 Faktor dominan pengelolaan tambak yang... (Erna Ratnawati)

tanah dasar tambak yang baik dapat menyebabkan terjadinya proses oksidasi tanah, mempercepatproses dekomposisi bahan organik dan mengurangi senyawa toksik seperti H2S dan CH4, sehinggakondisi tanah dasar tambak menjadi lebih baik. Tanah tambak di Kecamatan Pulau Derawan danSambaliung tergolong tanah sulfat masam dan tanah gambut ang dicirikan dengan kandungan piritdan bahan organik yang tinggi. Pengeringan tanah dasar tambak dapat meningkatkan proses oksidasitanah sehingga dapat mempercepat proses penguraian bahan organik yang berdampak pada kondisitanah yang lebih baik. Namun demikian, pengeringan dasar tambak yang terlalu lama dalam kondisicuaca cerah dapat berdampak pada perubahan struktur tanah yang menjadi berdebu. Seperti dikata-kan oleh Stevenson (1982 dalam Meagaung et al., 2000) bahwa pengeringan tanah dalam waktulama akan mempercepat rusaknya struktur tanah, sehingga mikroorganisme tanah tidak dapatmelakukan proses dekomposisi bahan organik secara optimum. Akibatnya, kelekap yang tumbuhpada saat budidaya banyak yang terlepas dan membusuk yang dapat menurunkan kualitas air.

Walaupun ada berbagai pestisida anorganik yang digunakan oleh pembudidaya tambak diKecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung, tetapi pestisida organik masih dominan digunakan sepertisaponin. Rata-rata pembudidaya tambak di Kabupaten Berau hanya mengaplikasikan saponin dengandosis sekitar 10 mg/L. Biji tanaman teh mengandung 10-15% saponin yang efektif dalam mematikanhama ikan yang tidak diinginkan, namun tidak mematikan udang. Di tambak Kabupaten Pesawaran,Provinsi Lampung, para pembudidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) mengaplikasikan sapo-nin dengan dosis 20 mg/L pada salinitas tambak lebih rendah dari 20 ppt dan saponin dengan dosis15 mg/L pada salinitas lebih besar 20 ppt (Mustafa et al., 2010). Oleh karena itu, peningkatan dosissaponin dalam pemberantasan hama awal secara nyata berpengaruh terhadap peningkatanproduktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung. Menurut Primavera (1993) danShariff et al. (2000), saponin tidak hanya mematikan hama ikan yang tidak diinginkan, tetapi jugadapat merangsang pergantian kulit dalam budidaya udang. Saponin dosis 2-3 mg/L selama 24 jamdiaplikasikan untuk merangsang pergantian kulit pada udang windu dan saponin dosis 20-30 mg/Ldirekomendasikan untuk pembasmian penyakit bintik hitam (blackspot disease) pada udang (Shariff etal., 2000). Saponin dosis 5-25 mg/L telah digunakan dalam pembasmian infeksi protozoa di tambak(Baticados & Paclibare, 1992). Saponin dapat juga berfungsi sebagai pupuk organik yang dapatmerangsang pertumbuhan alga di tambak (Liao et al., 2000).

Tabel 2. Koefisien konstanta dan keofisien regresi peubah bebas dalam penentuan faktorpengelolaan yang mempengaruhi produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawandan Sambaliung, Provinsi Kalimantan Timur

BStandar

Galat(Konstan) 705,043 176,226 4,001 0,001Lama pengeringan (hari) 13,212 4,914 2,688 0,014Dosis pestisida Saponin awal (mgL) 23,72 21,695 1,093 0,287Dosis kapur dolomit awal (kg/ha) 0,522 0,315 1,658 0,112Dosis pupuk Urea awal (kg/ha) 3,386 1,484 2,282 0,033Dosis pupuk TSP/SP-36 awal (kg/ha) 5,227 2,958 1,767 0,092Dosis pupuk Super Petroganik awal (kg/ha) -8,905 3,912 -2,28 0,033Tinggi air selama pemeliharaan (cm) 4,378 1,836 2,385 0,027Dosis pupuk Urea susulan (kg/ha) 10,523 7,402 1,422 0,17Dosis pupuk Super Organik susulan (kg/ha) 43,215 32,113 1,346 0,193Dosis kapur Dolomit susulan (kg/ha) 109,791 80,475 1,364 0,187Lama pemeliharaan udang windu (hari) -3,225 0,98 -3,29 0,003Lama pemeliharaan ikan bandeng (hari) 0,699 0,45 1,554 0,135

Model Peubah

Koefisien yang Tidak

t Signifikansi

13

Page 8: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 482

Dari Persamaan 2 dan Tabel 2 terlihat bahwa banyak sarana produksi tambak yang terkait dengantanah dan air tambak seperti pupuk dan kapur memberikan pengaruh terhadap produktivitas tambakKecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau). Hal ini sangat terkait dengan tanahtambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung yang tergolong tanah sulfat masam dan tanahgambut. Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah gambut juga menyebabkan rasio C:Ntanah yang tinggi. Untuk menurunkan rasio C:N tanah yang tinggi ini, maka penambahan pupukyang mengandung N seperti Urea menjadi penting agar mineralisasi bahan organik olehmikroorganisme dapat lebih baik. Oleh karena itu, penambahan dosis pupuk urea dapat meningkatkanproduktivitas tambak Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung. Apalagi pembudidaya tambak diKecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung hanya mengaplikasikan pupuk urea sebesar 19,43 kg/ha,suatu dosis yang tergolong rendah untuk budidaya tambak dengan teknologi sederhana pada tanahbermasalah.

Pada tanah sulfat masam dan tanah gambut kandungan fosfor sangat rendah, disampingketersediaannya yang juga rendah karena terikat oleh Fe (besi) dan Al (aluminium) tanah. Sebaliknyafosfor merupakan unsur penting bagi semua aspek kehidupan terutama dalam transformasi energimetabolik (Kuhl, 1974). Unsur P juga merupakan penyusun ikatan pirofosfat dari ATP (adenosinetrifosfat) yang kaya energi dan merupakan bahan bakar untuk semua kegiatan biokimia di dalam selhidup serta merupakan penyusun sel yang penting (Noggle & Fritz, 1986). Oleh karena itu,penambahan dosis pupuk TSP/SP-36 dapat meningkatkan produktivitas tambak di Kecamatan PulauDerawan dan Sambaliung. Dalam hal ini peningkatan 1 kg pupuk TSP/SP-36 dapat meningkatkanproduktivitas tambak sebesar 5,227 kg/ha (Tabel 2, Persamaan 2) Kecamatan Pulau Derawan danSambaliung.

Dari Persamaan 2 dan Tabel 2 terlihat juga bahwa penambahan dosis kapur dolomit awal dansusulan dapat juga meningkatkan produksi total tambak. Dari Tabel 1 terlihat bahwa rata-ratapembudidaya tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung hanya mengaplikasikan kapurdolomit awal dan susulan dengan dosis masing-masing 55,83 dan 0,59 kg/ha. Dosis ini jauh lebihrendah dibandingkan dengan dosis yang diaplikasikan oleh pembudidaya tambak di beberapakabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung sebagiantergolong tanah sulfat masam dan tanah gambut yang memiliki derajat kemasaman yang tinggi danunsur toksik yang juga tinggi. Oleh karena itu, tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliungmembutuhkan upaya remediasi baik berupa pengeringan dan pembilasan tanah dasar tambak maupundengan pengapuran. Dengan demikian, pengapuran dapat menyebabkan peningkatan produksitambak, sebab pengapuran dapat memperbaiki kualitas tanah berupa peningkatan pH dan penurunanunsur toksik.

Tinggi air tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung berkisar dari 0,10 sampai 0,70m dengan rata-rata 0,41 m. Rata-rata tinggi air dalam tambak tergolong rendah untuk budidayaudang windu, seperti dikatakan oleh Chiang et al. (1989) bahwa kedalaman optimum untuk udangwindu pada saat penebaran adalah 0,30-0,60 m dan selanjutnya kedalaman air meningkat mencapai1,00-1,20 m. Sebaliknya, kedalaman air tambak tersebut tidak bermasalah dalam budidaya ikanbandeng, sebab ikan bandeng dapat dipelihara pada tambak dangkal (0,30-0,40 m) (Padlan et al.,1975; Chiang et al., 2004).

KESIMPULAN

Rata-rata produksi total tambak Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur sebesar 213 kg/ha/musim yang merupakan produksi total dari udang windu yang dipolikulturkan dengan ikan bandeng.Ada 12 peubah pengelolaan tambak yaitu: lama pengeringan, dosis pestisida saponin awal, dosiskapur dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganikawal, tinggi air selama pemeliharaan, dosis pupuk urea susulan, dosis pupuk super organik susulan,dosis kapur dolomit susulan, lama pemeliharaan udang windu dan lama pemeliharaan ikan bandengyang mempengaruhi produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung. Hal inimenunjukkan bahwa produksi total tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung masihdapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak dengan meningkatkan lama pengeringan dasar tambak

Page 9: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

483 Faktor dominan pengelolaan tambak yang... (Erna Ratnawati)

dan tinggi air selama pemeliharaan serta dosis pupuk urea, TSP/SP-36 dan kapur atau melaksanakanremediasi tanah dasar tambak sebelum persiapan tambak.

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2010. Laporan Tahunan 2009. Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Kabupaten Berau,Tanjung Redeb. 70 hlm.

Baticados, M.C.L. and Paclibare, J.O. 1992. The use of chemotherapeutic agents in aquaculture in thePhilippines. In: Shariff, M., Subasinghe, R.P. and Arthur, J.R. (eds.), Diseases in Asian Aquaculture I.Fish Health Section, Asian Fisheries Society, Manila. pp. 531-546.

Chiang, F. –S., Sun, C. –H. and Yu, J. –M. 2004. Technical efficiency analysis of milkfish (Chanoschanos) production in Taiwan- an application of the stochastic frontier production function. Aquac-ulture 230, 99-116.

Coakes, S.J., Steed, L. and Price, J. 2008. SPSS: Analysis without Anguish: Version 15.0 for Windows. JohnWiley & Sons Australia, Ltd., Milton, Qld. 270 pp.

Draper, N.R. and Smith, H. 1981. Applied Regression Analysis. Second Edition. John Wiley & Sons, NewYork. 709 pp.

Eldani, A. and Primavera, J.H. 1981. Effect of different stocking combination of growth, productionand survival rate of milkfish (Chanos chanos Forskal) and prawn (Penaeus monodon Fabricius) inpolyculture in brackishwater ponds. Aquaculture 23: 59-72.

Flegel, T.W. 1996. A turning point for sustainable aquaculture: the white spot virus crisis in Asiashrimp culture. Aquaculture Asia 1: 29-34.

Hanafi, A. 1990. Socio-economic and managerial profiles of brackishwater aquaculture in SouthSulawesi. Jurnal Perikanan Budidaya Pantai 6(2): 97-114.

Islam, M. S., Milstein, A., Wahab, M. A., Kamal, A. H. M. and Dewan, S. 2005. Production and eco-nomic return of shrimp aquaculture in coastal ponds of different management regimes. Aquacul-ture International 13, 489-500.

Karthik, M., Suri, J., Saharan, N. and Biradar, R.S. 2005. Brackish water aquaculture site selection inPalghar Taluk, Thane district of Maharashtra, India, using the techniques of remote sensing andgeographical information system. Aquacultural Engineering 32: 285-302.

Kuhl, A. 1974. Phosphorus. In Stewart, W.D.P. (ed.). Algal Physiology and Biochemistry. Botanical Mono-graphs. Volume 10. Blackwell Scientific Publication, Oxford, London, Edinburgh, Melbourne. pp.636-654.

Leung, P.S., Tran, L.T. and Fast, A.W. 2001. A logistic regression of risk factors for disease occurrenceon Asian shrimp farms. In: Leung, P.S. and Sharma, K.R. (eds.), Economics and Management ofShrimp and Carp Farming in Asia: A Collection of Research Papers based on the ADB/NACA FarmPerformance Survey. Network of Aquaculture Centres in Asia-Pasific, Bangkok. pp. 113-128.

Liao, I.C., Guo, J.-J. and Su, M.-S. 2000. The use of chemicals in aquaculture in Taiwan, Province ofChina. In: Arthur, J.R., Lavilla-Pitogo, C.R. and Subasinghe, R.P. (eds.), Use of Chemicals in Aquacul-ture in Asia. Southeast Asian Fisheries Development Center Aquaculture Department, Tigbauan,Iloilo, Philippines. pp. 193-205.

Meagaung, W.M., Nessa, M.N., Hanafi, A. dan Jalaluddin, M.N. 2000. Faktor-faktor dominan yangberpengaruh terhadap akumulasi bahan organik pada tambak udang intensif. Lingkungan &Pembangunan 20(1): 43-51.

Milstein, A., Islam, M.S., Wahab, M.A., Kamal, A.H.M. and Dewan, S. 2005 Characterization of waterquality in shrimp ponds of different size and with different management regimes using multivari-ate statistical analysis. Aquaculture International 13, 501-518.

Mustafa, A. dan Ratnawati, E. 2005. Faktor pengelolaan yang berpengaruh terhadap produksi rumputlaut (Gracilaria verrucosa) di tambak tanah sulfat masam (Studi kasus di Kabupaten Luwu, PropinsiSulawesi Selatan). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia II(7): 67–77.

Mustafa, A. dan Ratnawati, E. 2007. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi produktivitas tambakdi Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Jurnal Riset Akuakultur 2(1): 117-133.

Page 10: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 484

Mustafa, A., Sapo, I. dan Paena, M. 2010. Studi penggunaan produk kimia dan biologi pada budidayaudang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. JurnalRiset Akuakultur 5(1): 115-133.

Mustafa, A. Ratnawati, E. dan Sapo, I. 2010. Faktor pengelolaan yang mempengaruhi produktivitastambak Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Laporan Penelitian. Balai Riset PerikananBudidaya Air Payau, Maros. 16 hlm.

Mustafa, A., I. Sapo dan E. Ratnawati. 2009. Survei penggunaan produk kimia pada berbagai sistembudidaya di tambak Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2009:Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, SekolahTinggi Perikanan, Jakarta. hlm. 54-65.

Nessa, M.N. 1985. Pengaruh Faktor Pengelolaan dan Lingkungan terhadap Daya Hasil Tambak (KasusKabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan). Disertasi S3 Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,Bogor. 213 hlm.

Noggle, G.R. and G.J. Fritz. 1986. Introduction to Plant Physiology. Second edition. Prentice-Hall ofIndia, Private Ltd., New Delhi.

Padlan, P. G., Poernomo, A. and Alikunhi, K. H. 1975. Year-round, multiple cropping to increase pro-duction of milkfish, Chanos chanos, from shallow brackish water ponds. Bulletin of Shrimp CultureResearch Centre I(2), 79-98.

Primavera, J.H. 1993. A critical review of shrimp pond culture in the Philippines. Rev. Fish. Sci. 1: 151-201.

Ranoemihardjo, B.S., Kahar, A. and Lopez, J.V. 1979. Results of polyculture of milkfish and shrimp atthe Karanganyar provincial demonstration ponds. Bulletin of Brackishwater Aquaculture Develop-ment Center 5(1&2): 334-350.

Ratnawati, E., Mustafa, A. dan Rachmansyah. 2008. Faktor status pembudidaya, kondisi dan pengelolaantambak yang berpengaruh terhadap produksi rumput laut (Gracilaria verrucosa) di tambak tanahsulfat masam Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Riset Akuakultur 3(2): 275-287.

Ratnawati, E., Mustafa, A. dan Utojo. 2009. Faktor pengelolaan yang mempengaruhi produksi udangwindu di tambak Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam: Prosiding SeminarNasional Perikanan 2009: Teknologi Penangkapan Ikan, Permesinan Perikanan, Teknologi PengolahanHasil Perikanan, Sosial Ekonomi Perikanan. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, SekolahTinggi Perikanan, Jakarta. hlm. 617-626.

Ratnawati, E., Mustafa, A. dan Utojo. 2009. Faktor status pembudidaya, kondisi dan pengelolaantambak yang berpengaruh terhadap nilai produksi total tambak di Kabupaten Lampung Selatan,Provinsi Lampung. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2009: Teknologi PenangkapanIkan, Permesinan Perikanan, Teknologi Pengaolahan Hasil Perikanan, Sosial Ekonomi Perikanan.Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta. hlm. 627-634.

Shang, Y.C. 1986. Pond production systems: stocking practices in pond fish culture. In: Lannan, J.E.,Smitherman, R.O. and Tchobanoglous, G. (eds.), Principles and Practices of Pond Aquaculture. Or-egon State University Press, Corvallis, Oregon. pp. 85-96.

Shariff, M., Nagaraj, G., Chua, F.H.C. and Wang, Y.G. 2000. The use of chemicals in aquaculture inMalaysia and Singapore. In: Arthur, J.R., C.R. Lavilla-Pitogo, C.R. and Subasinghe, R.P. (eds.), Use ofChemicals in Aquaculture in Asia. Southeast Asian Fisheries Development Center Aquaculture De-partment, Tigbauan, Iloilo, Philippines. pp. 127-141.

Sokal, R.R. and Rohlf, F.J. 1981. Biometry: The Principles and Practice of Statistics in Biological Research.Second edition: W.H. Freeman and Co., New York. 859 pp.

SPSS (Statistical Product and Service Solution). 2006. SPSS 15.0 Brief Guide. SPSS Inc., Chicago. 217pp.

Tabachnick, B.G. and Fidell, L.S. 1996. Using Multivariate Statistics. Third edition. Harper Collins Col-lege Publishers, New York. 880 pp.

Wirartha, I M. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Andi, Yogyakarta. 383 hlm.

Page 11: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

485 Faktor dominan pengelolaan tambak yang... (Erna Ratnawati)

Lampiran 1. Ringkasan model dalam penentuan faktor pengelolaan yang mempengaruhiproduktivitas tambak di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur

Model R R2 R2 yang Disesuaikan

Standar Galat

Estimasi

Durbin-Watson

1 0,864a 0,746 0,07 186,8662 0,864b 0,746 0,163 177,2883 0,864c 0,746 0,239 169,0554 0,863d 0,745 0,299 162,2635 0,863e 0,744 0,351 156,1136 0,862f 0,743 0,395 150,6667 0,861g 0,742 0,432 146,0318 0,860h 0,739 0,462 142,1379 0,858i 0,737 0,489 138,466

10 0,857j 0,734 0,512 135,35811 0,849k 0,722 0,516 134,75612 0,844l 0,713 0,526 133,44713 0,843m 0,711 0,546 130,4914 0,834n 0,695 0,542 131,06815 0,818o 0,67 0,526 133,37516 0,814p 0,663 0,537 131,839 1,909

m. Prediktor: (Konstan), lama pemeliharaan ikan bandeng, dosis pestisida saponin awal, lama pengeringan , tinggi air selama pemeliharaan, lama pemeliharaan udang windu, dosis pupuk urea awal, dosis kapur dolomit awal, dosis pupuk super petroganik awal, dosis kapur dolomit susulan, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk urea susulan, dosis pupuk super organik susulan.

Page 12: 475 Faktor dominan pengelolaan tambak yang (Erna Ratnawati) · dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 486

Lampiran 2. Analisis ragam dalam penentuan faktor pengelolaan yang mempengaruhiproduktivitas tambak di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur

Jumlah KuadratDerajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Signifikansi

13 Regresi 881394,684 12 73449,557 4,314 0,002m

Sisa 357579,553 21 17027,598Total 1238974,238 33

Model

m. Prediktor: (Konstan), lama pemeliharaan ikan bandeng, dosis pestisida saponin awal, lama pengeringan, tinggi air selama pemeliharaan, lama pemeliharaan udang windu, dosis pupuk urea awal, dosis kapur dolomit awal, dosis pupuk super petroganik awal, dosis kapur dolomit susulan, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk urea susulan, dosis pupuk super organik susulan