penentuan lokasi perumahan berdasarkan...

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus mengalami pertambahan yang sangat pesat, hal ini akan berdampak pada peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju dan sejalan dengan ketentuan Garis – Garis Besar Haluan Negara, maka dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, di samping penyediaan papan dan sandang pada tingkat harga yang wajar pembangunan perumahan rakyat merupakan sasaran yang penting. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan suatu kawasan perumahan atau permukiman yang dapat menunjang kebutuhan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Menurut UU RI No 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman menyebutkan bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana. Selain itu, perumahan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, perumahan ini merupakan salah satu titik strategis dalam pembangunan manusia seutuhnya dan merupakan pintu masuk kedunia yang menjanjikan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Selain itu, pembangunan perumahan juga dapat memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi dan juga perluasan lapangan pekerjaan (Batubara, 1994 dalam Budiharjo, 1998). Kebutuhan rumah akan selalu ada dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat didaerah perkotaan maka akan mengakibatkan kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan juga semakin meningkat, terutama kebutuhan akan perumahan (Panudju,1999). Hal ini akan menimbulkan permasalahan baru, antara lain ketersediaan lahan yang semakin terbatas karena kepadatan penduduk yang terus bertambah, sementara lahan yang ada bersifat tetap. Masalah utama yang menghambat pembangunan perumahan adalah kurangnya tanah PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL HENNY INDRIANA Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: nguyendien

Post on 07-Aug-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus mengalami

pertambahan yang sangat pesat, hal ini akan berdampak pada peningkatan kebutuhan

akan tempat tinggal. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju dan

sejalan dengan ketentuan Garis – Garis Besar Haluan Negara, maka dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan rakyat, di samping penyediaan papan dan sandang pada

tingkat harga yang wajar pembangunan perumahan rakyat merupakan sasaran yang

penting. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan suatu kawasan perumahan atau

permukiman yang dapat menunjang kebutuhan untuk berinteraksi dengan lingkungan

sekitarnya. Menurut UU RI No 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman

menyebutkan bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana

dan prasarana. Selain itu, perumahan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia selain sandang dan pangan. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,

perumahan ini merupakan salah satu titik strategis dalam pembangunan manusia

seutuhnya dan merupakan pintu masuk kedunia yang menjanjikan pemenuhan

kebutuhan dasar lainnya. Selain itu, pembangunan perumahan juga dapat

memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi dan juga perluasan lapangan

pekerjaan (Batubara, 1994 dalam Budiharjo, 1998).

Kebutuhan rumah akan selalu ada dan terus meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan

penduduk yang cukup pesat didaerah perkotaan maka akan mengakibatkan

kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan juga semakin meningkat, terutama

kebutuhan akan perumahan (Panudju,1999). Hal ini akan menimbulkan

permasalahan baru, antara lain ketersediaan lahan yang semakin terbatas karena

kepadatan penduduk yang terus bertambah, sementara lahan yang ada bersifat tetap.

Masalah utama yang menghambat pembangunan perumahan adalah kurangnya tanah

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

2

yang tersedia untuk dibangun dan terus meningkatnya harga tanah yang terlalu tinggi

serta kesulitan dalam proses pembebasan tanah untuk perumahan (Batubara, 1982

dalam Budihardjo, 1998).

Masalah perumahan dan permukiman tidak dapat dilihat sebagai

permasalahan fisik semata, namun harus dikaitkan dengan masalah sosial, ekonomi

serta budaya masyarakat. Penyediaan perumahan dan fasilitasnya menjadi penting

karena ketersediaan tersebut merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan merupakan kontribusi bagi

pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan sebagai penyedia lapangan

kerja serta pendorong pembentukan modal yang besar. Pembangunan perumahan

akan membuka peluang usaha bagi para pengembang yang akan menyerap tenaga

kerja. Secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat

pengangguran, serta peningkatan pendapatan masyarakat dan akan berpengaruh

positif bagi proses pembangunan pada umumnya.

Pelaksanaan pembangunan perumahan dibutuhkan adanya ketersediaan lahan

yang tidak sedikit, khususnya lahan yang belum terbangun dan lahan yang telah

diperuntukan bagi perumahan. Perencanaan pembangunan ini diharapkan dapat

memberikan keseimbangan sosial. Pembangunan perumahan membutuhkan lahan

yang memenuhi beberapa kriteria nilai fisik maupun nilai ekonomi. Kriteria fisik

harus sesuai untuk konstruksi bangunan, dan kriteria sosial ekonomi harus memenuhi

persyaratan seperti : aksesibilitas baik, adanya sarana dan prasarana lingkungan

(Suharyadi, 1996).Ketersediaan lahan didaerah Kecamatan Jetis yang semakin

terbatas, sementara kebutuhan akan tempat tinggal terus bertambah seiring laju

pertumbuhan penduduk, sehingga menyebabkan banyak terjadinya masalah

permukiman di kecamatan Jetis.

Pemilihan lokasi untuk kawasan perumahan mempunyai arti penting dalam

aspek keruangan, karena hal ini akan menentukan keawetan bangunan, nilai

ekonomis, dan dampak permukiman terhadap lingkungan disekitarnya (Sutikno,

1982). Selama ini pembangunan kawasan permukiman hanya berorientasi pada

aspek ekonomisnya saja tanpa memperhatikan penataan lingkungan masyarakat

setempat. Perencanaan dan pembangunan perumahan perlu mempertimbangkan

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

3

kesesuaian tata ruang dan tata guna lahan bagi wilayah yang bersangkutan, agar

dapat mempertahankan kualitas lingkungan serta terhindar dari masalah bencana

seperti erosi, banjir, ataupun longsor lahan.Proses pemilihan letak perumahan

memerlukan data dan informasi yang bersifat keruangan. Teknik penginderaan jauh

dapat diterapkan dalam kegiatan penentuan letak perumahan karena mampu

menyediakan informasi yang lengkap, akurat dan cepat dengan tingkat ketelitian

yang tinggi sehingga dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya (Sutanto, 1989).

Penggunaan citra penginderaan jauh merupakan cara yang tidak dapat ditinggalkan

dalam proses inventarisasi dan analisis bagi para perencana. Salah satu produk hasil

teknologi penginderaan jauh yang relatif baru yaitu citra Ikonos. Citra Ikoknos ini

memiliki resolusi spasial dan temporal yang lebih baik dibandingkan FU, selain itu

juga dapat menyajikan data keruangan yang berkaitan dengan letak, persebaran dan

kualitas obyek secara nyata. Kemampuan Citra Ikonos dalam menyadap informasi

keruangan secara rinci dapat digunakan untuk mengkaji permasalahan perumahan

secara mendetail.

Dalam pengolahan data penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan

sistem yang mampu mengolah dan menyajikan data secara spasial, yaitu Sistem

Informasi Geografi (SIG). Sistem Informasi Geografi (SIG) ini dapat digunakan

meneliti dan mengambil keputusan dalam pemecahan masalah, menentukan pilihan

dan kebijakan melalui metode analisis keruangan (Dulbahri, 1990). Pengolahan data

menggunakan SIG telah banyak diterapkan dalam pemetaan dan analisis masalah

keruangan. Sistem Informasi Geografi merupakan salah satu sistem yang dapat

dimanfaatkan untuk pengolahan, penyimpanan, dan analisis data dalam jumlah yang

besar dengan cepat dan mudah. Salah satu contohnya dalam pengolahan dan

pengembangan suatu wilayah yang melibatkan data geografi, SIG berperan sebagai

alat untuk membantu membuat keputusan dan kebijakan dalam rangka mengatur

berbagai aspek yang berpengaruh terhadap tujuan pengembangan wilayah tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat mengakibatkan tekanan

pada lahan yang semakin besar terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

4

perumahan. Ketersediaan sumber daya lahan yang terbatas atau lahan yang bersifat

tetap sedangkan kebutuhan perumahan yang terus meningkat dapat mengakibatkan

persaingan yang sangat kompetitif dalam mendapatkan lahan. Hal tersebut

dikhawatirkan akan terjadi konversi (perubahan) penggunaan lahan tertentu seperti

konversi yang terjadi pada penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian.

Karena itu, dalam penentuan lokasi untuk pengembangan perumahan dibutuhkan

perencanaan dan pengolahan yang baik.

Lahan yang dicadangkan untuk pengembangan perumahan luasnya relatif

terbatas, dan dari luas yang terbatas tersebut tidak seluruhnya sesuai untuk

konstruksi bangunan. Sedangkan untuk pengembangan perumahan /permukiman

dibutuhkan lahan yang memenuhi beberapa kriteria. Kriteria fisik harus sesuai untuk

konstruksi bangunan, dan kriteria sosial ekonomi harus memenuhi persyaratan lahan

permukiman lainnya, seperti : adanya fasilitas dan utilitas kota, aksesibilitas baik,

dan jarak dari tempat bekerja masih dalam jangkauan.

Adanya perbedaan yang mencolok antara besarnya permintaan lahan untuk

perumahan dan terbatasnya lahan yang ada, menyebabkan banyak dijumpai adanya

perumahan yang dibangun pada lokasi yang kurang sesuai secara fisik maupun non

fisik. Perumahan yang dibangun pada kondisi yang kurang sesuai akan menyebabkan

terancamnya penghuni dari beberapa bencana alam, dan beberapa hambatan yang

berkaitan dengan kenyamanan untuk betempat tinggal.

Evaluasi lahan diperlukan untuk menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan

tertentu, dalam hal ini penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan. Selain itu

pertimbangan mengenai kedekatan dengan sarana umum juga penting untuk dinilai

termasuk faktor akses yang merupakan sarana penghubung lokasi perumahan dengan

wilayah lain. Faktor akses merupakan faktor yang menentukan dalam hal

pengembangan perumahan, karena kecenderungan konsumen dalam memilih

perumahan lebih mengutamakan perumahan yang dekat dengan jalan dan dekat

dengan sarana umum.

Menurut Karmono (1985 dalam Sutanto, 1987), Teknik penginderaan jauh

merupakan salah satu usaha untuk mempercepat pengumpulan data dan informasi

sumberdaya lahan, disamping itu pemetaan dengan menggunakan data penginderaan

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

5

jauh disertai uji lapangan dapat memberi keuntungan dalam hal biaya dan waktu.

Selain itu pemanfaatan teknik penginderaan jauh dan sistem analisis keruangan

untuk penentuan lokasi perumahan dengan menggunakan SIG, diharapkan dapat

membantu dalam mengambil keputusan yang tepat dan sesuai sehingga dapat

memecahkan masalah yang ada dalam menentukan lokasi yang sesuai untuk

pengembangan perumahan. Paduan antara penginderaan jauh dan sistem informasi

geografi inventarisasi data sumberdaya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

perencanaan pengembangan wilayah dalam memberikan sistem informasi yang baik.

Proses pemilihan lokasi perumahan yang berwawasan lingkungan

memerlukan pengetahuan yang memadai tentang lahan yang ada sekarang beserta

penggunaan lahan dan potensinya secara rinci serta aktual. Untuk itu diperlukan

teknik yang sesuai yang dapat menyajikan data secara rinci dan cepat. Citra Ikonos

sebagai salah satu produk penginderaan jauh yang mampu menyajikan data

keruangan secara nyata. Data tersebut berkaitan dengan letak, persebaran, dan

kualitas obyek. Pengolahan data tersebut membutuhkan suatu sistem yang sesuai dan

efisien agar data yang tersedia dapat menghasilkan informasi yang diinginkan. Data

yang diperoleh melalui citra tersebut masih perlu dilengkapi dengan data yang harus

diperoleh secara langsung dengan cara kerja lapangan. Selain itu, kerja lapangan juga

dilakukan menguji ketelitian data hasil interpretasi citra Ikonos. Data hasil dari

interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu diolah lebih lanjut untuk

menghasilkan informasi baru baik berupa tabel, grafik, deskripsi maupun peta.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini, yaitu :

1. Sejauh mana pemanfaatan Citra Ikonos dapat digunakan dalam menyadap

informasi parameter fisik lahan dalam membantu menentukan lokasi untuk

perumahan ?

2. Bagaimana memilih lokasi perumahan yang sesuai sehingga secara teknis

memenuhi syarat dan menguntungkan secara ekonomis ?

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan

judul : Penentuan Lokasi Perumahan Berdasarkan Interpretasi Citra Ikonos dan

Sistem Informasi Geografi Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul.

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

6

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kemampuan Citra Ikonos dalam menyadap parameter fisik

lahan dalam membantu menentukan lokasi untuk pembangunan perumahan.

2. Menentukan lokasi yang strategis untuk pengembangan perumahan.

1.4 Sasaran Penelitian

1. Pembuatan peta bentuk lahan, peta kemiringan lereng, peta penggunaan

lahan, peta kedalaman muka air tanah, peta daya dukung tanah, peta

drainase permukaan yang semuanya merupakan peta fisik lahan.

2. Pembuatan peta jarak terhadap jalan utama dan peta jarak terhadap pusat

kota yang merupakan aksesibilitas.

3. Mengolah data dengan melakukan overlay terhadap parameter fisik lahan

dan parameter jarak untuk menentukan lokasi untuk pengembangan

perumahan.

4. Pemilihan lokasi perumahan sesuai dengan parameter fisik lahan.

1.5 Kegunaan Penelitian

1. Mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu geografi khususnya dalam

bidang penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi.

2. Dapat digunakan sebagai referensi oleh peneliti selanjutnya untuk

melakukan penelitian – penelitian lain yang menggunakan PJ dan SIG

khususnya dalam hal merencanakan lokasi perumahan sehingga diperoleh

hasil yang lebih baik.

3. Hasil yang diperoleh dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak baik pihak

pemerintah maupun pengembang dalam merencanakan dan

mempertimbangkan lahan untuk pengembangan perumahan agar

pemanfaatan lahan yang ada lebih fungsional.

1.6 Tinjauan Pustaka

1.6.1. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang

suatu obyek, daerah, atau fenomena dipermukaan bumi melalui analisis data yang

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

7

diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau

fenomena yang dikaji (Lilliesand & Kiefer, 1990). Salah satu jenis data penginderaan

jauh adalah citra. Sistem penginderaan jauh digambarkan dalam gambar 1.1.

Gambar 1.1.Sistem penginderaan jauh

(Lilliesand dan Kiefer 1990)

Sumber tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh adalah tenaga

elektomagnetik. Energi elektromagnetik adalah salah satu bentuk energi yang hanya

dapat diamati dari hasil interaksinya dengan obyek. Gelombang elektromagnetik

dipandang sebagai suatu energi, sehingga mempunyai materi yang dapat diukur dan

dideteksi. Ketika energi elektromagnetik terpantulkan dari suatu obyek dan diterima

sensor, menyebabkan perubahan kenampakan fisik yang dapat diamati dan diukur.

Dalam penginderaan jauh, besar energi yang diterima sensor terekam dalam data

(data digital/visual). Pengoperasian sensor dalam wilayah target mempunyai suatu

resolusi spasial. Hal ini ditangkap sebagai suatu ukuran sinyal. Besarnya radiasi

materi tergantung sifat materi itu sendiri (Aronof, 1989). Energi elektromagnetik

dapat dideteksi hanya bila berinteraksi dengan bahan atau sensor. Apabila energi

gelombang elektromagnetik yang kemudian dinamakan cahaya mengenai

obyek/bahan, akan mengalami reaksi sesuai sifat bahan yang dikenai. Reaksi tersebut

adalah pemantulan, pembiasan, pembauran dan penyerapan.

Sistem penginderaan jauh terdiri atas beberapa komponen dan interaksi antar

komponen (Sutanto, 1994). Serangkaian komponen dalam system penginderaan jauh

tersebut meliputi :

1. Sumber Tenaga

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

8

Data penginderaan jauh harus ada sumber tenaga, baik sumber tenaga alamiah

(system pasif) maupun sumber tenaga buatan (system aktif). Tenaga ini

berinteraksi dengan obyek dipermukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke

sensor.

2. Atmosfer

Sebelum mengenai obyek, energi yang dihasilkan sumber tenaga merambat

melewati atmosfer. Atmosfer ini berperan sebagai media penghantar tenaga

yang berasal dari matahari dan penyampai sinyal yang ditransmisikan atau

dipantulkan oleh obyek dipermukaan bumi. Pengaruh atmosfer merupakn fungsi

panjang gelombang dan bersifat selektif terhadap panjang gelombang.

3. Interaksi antara Tenaga dan Obyek

Tiap obyek mempunyai karakteristik tertentu dalam memantulkan atau

memancarkan tenaga ke sensor. Pengenalan obyek pada dasarnya dilakukan

dengan menyidik karakteristik spektral obyek yang tergambar pada citra.Obyek

yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat cerah pada citra, sedangkan

obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra.

4. Sensor

Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi dan berfungsi

sebagai alat perekam tenaga alam system penginderaan jauh. Tiap sensor

memiliki resolusi spektral, yaitu kepekaan sensor terhadap bagian spektrum

elektromagnetik tertentu dan resolusi spasial yang berbeda. Perbedaan kedua hal

ini sangat berpengaruh terhadap kualitas citra PJ yang dihasilkan. Semakin kecil

obyek yang dapat direkam oleh sensor semakin baik kualitas sensor itu dan

semakin baik resolusi spasial dari citra.

5. Perolehan Data dan Penggunaan Data

Perolehan data dapat dilakuakn secara manual yaitu dengan interpretasi secara

visual, maupun dengan cara digital yaitu dengan menggunakan komputer.

Pengguna data merupakan komponen paling penting dalam penginderaan jauh

karena komponen ini menentukan dapat diterima atau tidaknya hasil

penginderaan jauh untuk suatu aplikasi.

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

9

1.6.2. Interpretasi Citra Penginderaan Jauh

Interpretasi citra adalah pembuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan

maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut

(Estes dan Simonnet,1975 dalam Sutanto, 1994). Menurut Lintz Jr Simonnet (1976)

dalam Sutanto (1994), ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan dalam

pengenalan obyek yang tergambar pada citra, yaitu

1. Deteksi, adalah pengamatan adanya suatu obyek.

2. Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan

menggunakan keterangan yang cukup.

3. Analisis, adalah tahap mengumpulkan keterangan lebih lanjut

Pengenalan obyek dalam citra penginderaan jauh dilakukan dengan cara

mengidentifikasi karakteristik obyek dengan memperhatikan kunci – kunci

interpretasi. Unsur – unsur interpretasi citra terdiri dari :

a. Rona dan warna

Rona ialah tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada citra. Adapun

warna adalah wujud yang tampak oleh mata. Rona ditunjukkan dengan gelap

putih. Rona dibedakan atas lima tingkat, yaitu putih, kelabu putih, kelabu, kelabu

hitam, dan hitam.

Karakteristik obyek yang mempengaruhi rona, permukaan yang kasar

cenderung menimbulkan rona yang gelap, warna obyek yang gelap cenderung

menimbulkan rona yang gelap, obyek yang basah atau lembab cenderung

menimbulkan rona gelap.

b. Bentuk

Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat

dikenali berdasarkan bentuknya saja, seperti bentuk memanjang, lingkaran, dan

segi empat.

c. Ukuran

Ukuran yaitu merupakan atribut obyek yang terdiri dari tinggi, lereng, luas

, jarak, dan volume. Ukuran dapat mencirikan obyek sehingga menjadi pembeda

dengan obyek sejenis yang lain. Ukuran obyek yang ada pada foto udara dapat

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

10

diketahui dengan membandingkan skala foto udara, sehingga ukuran ini selalu

berkaitan dengan skalanya.

d. Tekstur

Tekstur yaitu frekuensi perubahan rona pada citra atau halus kasarnya

obyek pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk

dibedakan secara individual. Tekstur dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu

halus, sedang, dan kasar. Contohnya hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur

sedang, sedangkan semak-semak bertekstur halus.

e. Pola

Pola yaitu susunan keruangan dan merupakan ciri – ciri yang memadai

bagi banyak obyek bentukan manusia ataupun beberapa obyek alamiah. Pola

aliran sungai sering menandai bagi struktur geologi dan jenis tanah.

f. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan obyek secara langsung yang berada

didaerah gelap. Bayangan dapat digunakan untuk obyek yang memiliki

ketinggian, seperti obyek bangunan, patahan, dan menara.

g. Situs

Situs ialah letak suatu obyek terhadap obyek lain disekitarnya. Situs juga

diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu obyek di

rawa, dipuncak bukit yang kering dan sebagainya. Situs bukan merupakan ciri

obyek secara langsung, tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar.

h. Asosiasi

Asosiasi yaitu keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang

lainnya. Karena adanya keterkaitan tersebut maka terlihatnya suatu obyek pada

citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Misalnya stasiun kereta

api berasosiasi dengan rel kereta api yang jumlahnya bercabang, lapangan sepak

bola selain bentuknya persegi panjang ditandai dengan situsnya yang berupa

gawang.

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

11

1.6.3. Karakteristik Ikonos

Perkembangan penginderaan jauh satelit ini ditunjukkan dengan

beroperasinya satelit Ikonos yang menghasilkan citra beresolusi spasial sangat tinggi

(4 meter untuk multispektral dan 1 meter untuk pankromatik) dengan perekaman

data yang dapat dilakukan setiap hari.

Satelit Ikonos diluncurkan pada tanggal 24 September 1999 di Vandenberg

Air Force Base, California, Amerika Serikat (Space Imaging, 2002), sebagai fase

baru dari perkembangan teknologi satelit komersial yang beresolusi spasial sangat

tinggi. Satelit Ikonos memiliki resolusi spasial 1 m pada mode pankromatik, dimana

waktu pencitraan dilakukan secara serempak. Ikonos memiliki resolusi temporal

yang cukup singkat, yaitu antara 1,5 sampai 3 hari.

Satelit Ikonos yang tergolong jenis polar sinkronous matahari ini beredar

mengelilingi bumi diketinggian 364 mil, 14 kali sehari. Kepekaan kamera

pankromatiknya mampu memotret segala macam obyek dibumi hingga yang

berdiameter satu meter sekalipun, sedangkan sensor multispektralnya peka pada

obyek hingga yang berukuran 3,28 meter. Kepekaan ini di dapat karena Ikonos

memiliki teleskop optis khusus.

Kualitas piktorial citra Ikonos sangat baik, yaitu setara dengan foto udara

skala 1 : 10.000 dan memiliki beberapa keuntungan dibanding foto udara diantaranya

: a) wahana yang lebih stabil, b) kemampuan untuk melakukan perekaman ulang, dan

c) harga relatif lebih murah.

Citra Ikonos didesain untuk digunakan pada berbagai macam bidang aplikasi.

Melihat karakter resolusi spasialnya yang sangat baik, beberapa aplikasi yang

menggunakan citra satelit Ikonos antara lain : penentuan batas bidang, identifikasi

jaringan jalan, transportasi, dan identifikasi bangunan (Transavia Informatika

Pratama, 2000). Untuk menggunakan citra Ikonos pada suatu bidang aplikasi harus

diperhatikan kondisi citra, dalam hal ini terkait erat dengan tingkat pengolahan dan

harga.

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

12

Tabel 1.1. Karakteristik Citra Ikonos

Elemen Keterangan Tanggal peluncuran 24 September 1999 di Vandenberg Air

force, california Usia operasi Lebih dari 7 tahun Orbit 98.1 derajat, sun synchronous Kecepatan orbit 7.5 kilometer (4.7 mil) perdetik Kecepatan diatas tanah 6.8 kilometer (4.2 mil) perdetik Jumlah evolusi 14.7 setiap 24 jam Waktu orbit mengelilingi bumi 98 menit Resolusi Spasial Nadir : 0.82 meter panchromatic, 3.2

meter multispektral, off-nadir : 1.0 meter pankromatik, 4.0 meters multispektral

Lebar swath 11.3 killometer (7.0 mil) pada nadir 13.8 kilometer (8.6 mil) pada 26 off nadir

Waktu melewati ekuator Sekitar jam 10:30 a.m. solar time Waktu revisit Sekitar 3 jam pada resolusi 1-meter, 40

L Dynamic range 11 bits perpiksel Jumlah band Pankkromatik, R, G, B, dan NIR

Sumber : Space Imaging, 2012

Space Imaging (2012) menyebutkan tingkat Citra Ikonos, yaitu geo, standard

ortho, reference, pro, precision, dan precision plus. Faktor yang membedakan antar

tingkat produk adalah ketelitian posisinya. Semakin tinggi tingkatnya maka ketelitian

posisi semakin tinggi, tetapi dengan konsekuensi harga yang juga semakin mahal.

Tingkat (level) geo adalah tingkatan terendah dengan karakteristik ketelitian posisi

sekitar 15 m (standar CE 90).

1.6.4. Sistem Informasi Geografi

Sitem Informasi Geografi merupakan kumpulan terorganisir dari perangkat

keras komputer, perangkat lunak data geografi dan personil yang dirancang secara

efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis,

dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis (ESRI, dalam

Prahasta, 2002). Sementara itu, menurut Linden (1987, dalam Suharyadi, 1992),

mengemukakan bahwa Sistem Informasi Geografi merupakan system untuk

pengolahan , penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan penayangan

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

13

data, yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan permukaan

bumi.

Sistem informasi geografi mampu untuk mengelola data spasial maupun

atribut secara efektif dan efisien sehingga dapat menjawab pertanyaan pertanyaan

spasial maupun atribut dengan baik dan juga mampu untuk membantu dalam

menentukan pengambilan keputusan yang tepat.

Menurut Star dan Estes (1990), Sistem informasi Geografi harus mempunyai

5 elemen yang essensial, yaitu :

1. Akuisisi data merupakan proses identifikasi dan pengumpulan data yang

dibutuhkan dalam aplikasi, biasanya terdiri dari pengumpulan data baru dan

pengumpulan data dari peta atau citra.

2. Pra pemrosesan merupakan manipulasi data sehingga data tersebut dapat

dimasukkan dalam SIG, manipulasi ini misalnya konversi format digital dan

identifikasi lokasi obyek pada data asli.

3. Manajemen data merupakan proses input data, update, pengubahan, dan

penghapusan data.

4. Manipulasi dan analisis merupakan proses yang melibatkan operator untuk

memanipulasi dan menganalisis data yang telah ada sehingga menghasilkan

data baru sesuai dengan aplikasinya.

5. Generasi produk merupakan output yang dihasilkan dari SIG, output ini dapat

berbentuk softcopy maupun hardcopy.

Sistem informasi geografis memiliki beberapa subsistem (Prahasta,2002)

yaitu input, manipulasi, managemen data, query, analisis, dan visualisasi.

1. Input

Merupakan proses identifikasi dan pengumpulan data yang

dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Data yang digunakan harus dikonversi

menjadi format digital yang sesuai.

2. Manipulasi

Penyesuaian terhadap data masukan untuk proses lebih lanjut,

misalnya penyamaan skala, pengubahan sitem proyeksi, generalisasi.

3. Managemen Data

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

14

Managemen data meliputi semua kegiatan operasional penyimpanan,

pengaktifan, pengorganisasian, dan pengolahan data.

4. Query

Merupakan penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer dapat

memberikan informasi untuk analisis dan memperoleh data yang diinginkan.

5. Analisis

Kemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh informasi

baru. Salah satu fasilitas yang banyak dipakai adalah analisis tumpang susun

peta (overlay).

6. Visualisasi

Penyajian hasil berupa informasi baru atau basis data yang ada baik dalam

bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam bentuk : peta, table,

grafik, dan yang lainnya.

Apliasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentinngan selama data yang

diolah memiliki referensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena

atau obyek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan.

Sejalan dengan pemikiran diatas Edy Prahasta (2005), menyimpulkan bahwa

Sistem Informasi Geografi terdiri dari beberapa subsistem yaitu: data input, data

output,data management, data manipulasi dan analisis.

Gambar 1.2. Subsistem SIG

(Edy Prahasta, 2005)

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

15

1.6.5. Teori Perumahan Dan Permukiman

Pengertian tentang perumahan dan permukiman masih sering mengalami

kerancuan dalam penggunaanya. Perbedaan arti dari permukiman dan perumahan

terletak pada skala bahasan maupun dari segi skala wilayah. Secara arti permukiman

manusia (hunian settlement) adalah semua bentukan secara buatan maupun secara

alami dengan segala perlengkapannya, yang dipergunakan oleh manusia baik secara

individual maupun kelompok, untuk bertempat tinggal sementara maupun menetap,

dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya (Yunus, 1996).

Dalam UU RI No.4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, termuat

istilah rumah, perumahan, dan permukiman. Rumah menurut undang-undang

tersebut adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan

sarana pembinaan keluarga. Perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi

prasarana dan sarana lingkungan. Permukiman dikatakan sebagai bagian dari

lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun

perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Berkaitan dengan pembedaan makna istilah perumahan dan permukiman

tersebut, Yunus (1987) lebih menekankan pada pemaknaan perumahan dan

permukiman dari lingkup skala bahasan maupun dari segi skala wilayah. Secara luas

permukiman manusia diartika sebagai semua bentukan secara buatan maupun alami

dengan segala perlengkapannya, yang diperlukan oleh manusia baik secara individu

maupun kelompok, untuk bertempat tinggal sementara maupun menetap, dalam

rangka menyelenggarakan kehidupannya. Istilah perumahan dimaknai sebagai

kelompok bangunan rumah dengan segala kelengkapannya, yang digunakan sebagai

tempat tinggal secara menetap maupun sementara, dalam rangka menyelenggarakan

kehidupannya.

Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan

sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib, juga

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

16

merupakan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan

sebagai penyedia lapangan kerja serta pendorong pembentukan modal yang besar.

Dalam perkembangannya ada beberapa hal yang mempengaruhi corak

maupun tipe perumahan diantaranya :

1. Faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada seperti aksesibilitas lokasi

dengan pusat-pusat pelayanan umum, jaringan jalan, sungai, dan lain-lain

2. Tingkat perekonomian masyarakat ditandai dengan pendapatan yang dimiliki,

tersedianya bahan-bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan dan atau dibeli

3. Kemajuan teknologi yang dimiliki terutama teknologi pembangunan seperti

perkembangan dunia arsitektur

4. Kebijakan pemerintah tentang perumahan yang menyangkut tata guna lahan,

program perumahan yang dimiliki

Menurut Mirhad (1983, dalam Budiharjo, 1984) disampaikan tentang

pengadaan perumahan bagi berbagai tingkat pendapatan dan penentuan lokasi

permukiman yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Ditinjau dari aspek teknis pelaksanaanya

a. Mudah mengerjakannya dalam arti tidak banyak pekerjaan gali dan urug,

pembongkaran tonggak kayu, dan sebagainya.

b. Bukan merupakan daerah banjir, daerah gempa, daerah angin ribut, dan

bukan daerah rayapan.

c. Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti.

d. Kondisi tanah baik, sehingga konstruksi bangunan direncanakan semurah

mungkin.

e. Mudah mendapatkan sumber air bersih, listrik, pembuangan air limbah

f. Mudah mendapatkan bahan-bahan bangunan.

g. Mudah mendapatkan tenaga kerja.

2. Ditinjau dari aspek tata guna tanah

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

17

a. Tanah yang secara ekonomis sukar dikembangkan secara produktif.

b. Tidak merusak lingkungan yang telah ada bahkan kalau dapat

memperbaikinya.

c. Sejauh mungkin mempertahankan tanah yang berfungsi sebagai reservoir

air tanah, dan penampung air hujan.

3. Ditinjau dari aspek kesehatan

a. Lokasinya sebaiknya jauh dari lokasi pabrik yang dapat mendatangkan

polusi.

b. Lokasinya sebaiknya tidak terlalu terganggu oleh kebisingan.

c. Lokasinya sebaiknya dipilih yang udaranya masih sehat.

d. Lokasinya sebaiknya mudah mendapatkan air minum

e. Lokasinya sebaiknya mudah dicapai dari tempat kerja para penghuni

4. Ditinjau dari aspek ekonomis

a. Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat

sekelilingnya

b. Dapat merupakan suatu contoh bagi masyarakat sekelilingnya untuk

membangun rumah dan lingkungan yang sehat

c. Mudah menjualnya karena lokasinya disukai oleh calon pembeli dan

mendapatkan keuntungan yang wajar.

Budiharjo (1991), menyatakan bahwa dalam pengembangan permukiman

masih sering terabaikannya sarana dan prasarana lingkungan bagi kelayakan hidup

manusia. Sarana lingkungan tersebut meliputi : pelayanan sosial antara lain (sekolah,

klinik, puskesmas, atau rumah sakit yang umumnya disediakan oleh pemerintah) dan

fasilitas sosial antara lain (tempat peribadatan, makam, gedung pertemuan, lapangan

olah raga, ruang terbuka, pasar, pertokoan, warung kaki lima). Sedangkan prasarana

lingkunngan meliputi : jalan dan jembatan, air brsih, listrik, telepon, saluran

pembuangan.

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

18

1.6.6. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Penentuan lokasi yang optimal sesuai dengan daya dukungnya dapat

dilakukan apabila tersedia informasi sumberdaya lahan termasuk informasi

kesesuaian lahan. Untuk itu diperlukan evaluasi kesesuaian lahan. Sitorus (1985),

mengemukakan evaluasi lahan merupakan penilaian daya guna lahan untuk tipe

penggunaan tertentu. Serta mengemukakan tujuan dari eveluasi lahan adalah

memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan

penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan

alternatif pilihan penggunaan yanng dapat diharapkan berhasil. Hasil akhir dari

evaluasi lahan adalah kepuasan bagi penggunaan lahan yang optimum, baik dalam

bentuk usaha pribadi ataupun untuk kepentingan umum.

Manfaat mendasar dari evaluasi lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan

bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari

perubahan-perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Penggunaan lahan

untuk berbagai aktivitas pada umumnya ditentukan oleh kemampuan lahan atau

kesesuaian lahan dalam wilayah tersebut dan kesesuaian lahan bagi suatu areal dapat

digunakan sebagai pegangan dalam pemanfaatan wilayah tersebut (Sitorus, 1985).

Menurut FAO kegiatan utama dalam evaluasi lahan meliputi :

1. Konsultasi pendahuluan yang meliputi penetapan yang jelas tentang tujuan

evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang digunakan dalam evaluasi

daerah penelitian, serta intensitas dan skala survei.

2. Penjabaran dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan

persyaratan-persyaratan yang diperlukan

3. Deskripsi peta satuan lahan dan kualitas lahan berdasarkan persyaratan yang

diperlukan untuk penggunaan lahan tertentu pembatas-pembatasnya

4. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada

5. Hasil dari butir keempat adalah klasifikasi kesesuaian lahan

6. Penyajian hasil evaluasi

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

19

Sutikno (1992), menyatakan bahwa salah satu konsep dasar yang perlu

dipegang dalam pemanfaatan lahan adalah apabila tidak ada kesesuaian antara

kualitas lahan dengan peruntukkannya akan menimbulkan degradasi lingkungan.

Banyak kegiatan yang menunjukkan akibat dari ketidaksesuaian antara kualitas lahan

dengan pemanfaatannya yang menimbulkan masalah lingkungan, seperti tanah

longsor dan banjir.

1.7. Penelitian Sebelumnya

Dibyosaputro Sunarto (1990), melakukan penelitian evaluasi lahan untuk

perkembangan permukiman di Kota Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Istimewa Yogyakarta. Parameter –parameter yang digunakan adalah : kedalaman

alur, kerapatan, kemiringan lereng, proses- proses geomorfologi, serta penggunaan

lahan yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman

dengan pendekatan geomorfologis. Metode yang digunakan adalah kualitatif empiris

dengan teknik pengharkatan terhadap parameter geomorfologi pada setiap satuan

lahan. Hasilnya terdiri dari 5 kelas kesesuaian lahan permukiman. Dari hasil

penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa foto udara dapat digunakan untuk

menyadap data parameter lahan yang diperlukan untuk evaluasi lahan permukiman

dan menentukan kesesuaian lahan untuk permukiman.

Sardjono (1993), mengadakan penelitian evaluasi sumberdaya lahan yang

digunakan untuk pengembangan permukiman di Kota Sukoharjo dan sekitarnya

dengan menggunakan foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 5000 dengan

bantuan peta tematik dan uji lapangan. Pada penelitian ini parameter lahan yang

digunakan antara lain : kemiringan lereng, jumlah dan kerapatan alur sungai, tingkat

erosi, gerak massa batuan, lama penggenangan akibat banjir, daya dukung tanah,

keadaan pengatusan, tingkat pelapukan batuan dan kekuatan batuan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui ketelitian dan kemampuan foto udara

pankromatik hitam putih skala 1 : 5000 dalam identifikasi parameter kesesuaian

lahan dan melakukan evaluasi lahan untuk perencanaan pengembangan permukiman.

Metode yang digunakan adalah kualitatif empiris dengan pengharkatan terhadap

parameter lahan. Satuan pemetaaan adalah unit lahan yang disusun berdasarkan

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

20

bentuk lahan, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Dari penelitian tersebut didapatkan

kesimpulan bahwa foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 5000 mempunyai

ketelitian yang baik dan dapat digunakan untuk mendapatkan parameter lahan yang

sangat diperlukan dalam menentukan keseuaian lahan untuk permukiman.

Mustakim (2003), melakukan penelitian penggunaan foto udara untuk

penentuan lokasi perumahan menengah di Kota Pekalongan dengan menggunakan

foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 10.000. Penelitian ini bertujuan untuk

menentukan lokasi yang paling sesuai bagi pembangunan perumahan kelas

menengah. Parameter yang digunakan dalam menilai kesesuaian lahan meliputi :

kemiringan lereng, bentuk lahan, penggunaan lahan, drainase tanah, jarak dari jalan

utama, jarak dari fasilitas umum, jarak dari lokasi industri, kedalaman air tanah,

kualitas air tanah, kerawanan bencana banjir, dan jarak dari jaringan air minum,

listrik, dan telepon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

empiris dengan pengharkatan terhadap parameter – parameter lahan. Hasil yang

diperoleh dari penelitian ini berupa peta prioritas perumahan menengah berdasarkan

fisik lahan dan jarak.

Prihatna (2004) melakukan evaluasi penggunaan lahan untuk permukiman di

Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan

persebaran lahan yang sesuai bagi pengembangan permukiman. Data yang diperoleh

pada penelitian tersebut adalah dari citra Ikonos dimana citra tersebut digunakan

untuk menyadap data penggunaan lahan dan bentuk lahan, dibantu dengan peta rupa

bumi dan data sekunder untuk mengumpulkan informasi parameter – parameter yang

digunakan penilaian kesesuaian lahan. Metode yang digunakan dalam pengolahan

data adalah dengan pengharkatan pada masing – masing parameter lahan. Hasil yang

diperoleh dari penelitian ini berupa peta kelas kesesuaian lahan untuk permukiman.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya maka dapat

diambil kesimpulan :

a. Citra penginderaan jauh memiliki kemampuan dapat digunakan sebagai

sumber data untuk indentifikasi parameter fisik lahan dalam melakukan

penelitian untuk penentuan lokasi perumahan.

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 21: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

21

b. Metode penelitian, khususnya kuantitatif empiris dengan metode

pengharkatan terhadap parameter sangat efektif dan efisien untuk diterapkan.

Tabel 1.2. Perbandingan dengan penelitian sebelumnya

No Peneliti Tahun Lokasi Tujuan/Pokok bahasan

Metode Hasil penelitian

1 Suprapto Dibyosaputro & Sunarto

1990 Wates, Kulonprogo

Evaluasi kesesuaian lahan pemukiman dengan pendekatan geomrfologis

Interpreasi FU,kuantitatif empiris, dengan pengharkatan terhadap parameter geomorfologi pada setiap satuan lahan

Peta kelas kesesuaian lahan untuk permukiman

2 Sardjono 1993 Kota Sukoharjo dan sekitarnya

Evaluasi sumberdaya lahan untuk pengembangan permukiman

Interpretasi FU; parameter lahan dengan metode penilaian kuantitatif empiris

Peta kesesuaian lahan untuk permukiman

3 Mustakim 2003 Kota Pekalongan

Penentuan prioritas lokasi untuk perumahan menengah

Interpretasi FU ,kuantitatif empiris, dengan pengharkatan parameter lahan

Peta prioritas perumahan menengah berdasarkan fisik lahan dan jarak

4 Doni Prihatna 2004 Tasik Malaya, Jawa Barat

Evaluasi lahan untuk menentukan lahan persebaran lahan yang sesuai bagi pengembangan permukiman

Uji ketelitian hasil interpretasi Ctra Ikonos, pengharkatan parameter lahan

Peta kelas kesesuaian lahan untuk permukiman

5 Henny Indriana

2013 Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul

Penentuan lokasi pengembangan perumahan berdasarkan aspek fisik dan non fisik

Interpretasi citra Ikonos, pengharkatan parameter fisik lahan dan parameter aksesibilitas

Peta prioritas lokasi perumahan

Sumber : Telaah Pustaka Tahun 2011

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 22: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

22

1.8. Kerangka Penelitian

Daerah perkotaan memiliki masyarakat yang sangat kompleks dan

permasalahan yang terjadi juga sangat banyak, antara lain pertumbuhan penduduk

yang tinggi sehingga mengakibatkan kebutuhan lahan untuk perumahan juga

semakin meningkat. Pembangunan perumahan tersebut membutuhkan lahan tidak

sedikit, khususnya lahan yang belum terbangun. Sementara itu ketersediaan lahan

ataupun ruang didaerah perkotaan semakin terbatas. Keterbatasan lahan yang ada

dapat mengancam keberadaan lahan dimasa mendatang, apabila dalam

pemanfaatannya tidak sesuai dengan potensi atau daya dukung lahan.

Pembangunan suatu kawasan perumahan seringkali menghadapi banyak

kendala yang mendasar, seperti : ketersediaan dan harga lahan yang tidak sesuai,

pembiayaan serta sarana dan prasarana untuk perumahan. Hal tersebut menjadikan

pemilihan suatu lokasi perumahan sebagai bagian penting dalam perencanaan

pembangunan perumahan.

Penentuan lokasi perumahan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan

penilaian dan pertimbangan terhadap beberapa parameter yang digunakan, baik

parameter fisik lahan maupun parameter aksesibilitas. Parameter fisik lahan yang

digunakan meliputi : kemiringan lereng, penggunaan lahan, bentuk lahan, daya

dukung tanah, drainase tanah, kedalaman muka air tanah. Jarak terhadap jalan utama

dan jarak terhadap pusat kota merupakan parameter aksesibilitas yang berpengaruh

terhadap penyediaan fasilitas sarana umum.

Informasi lahan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan

memanfaatkan keunggulan data penginderaan jauh berupa citra, karena hal ini akan

menghemat banyak waktu, tenaga, dan biaya bila dibandingkan dengan cara

terestrial. Citra yang digunakan adalah citra Ikonos daerah Kecamatan Jetis

Kabupaten Bantul tahun perekaman 2006. Pengumpulan data dan informasi lahan

yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan memanfaatkan data

penginderaan jauh yaitu Citra Ikonos sebagai sumber data utama. Data yang

diperoleh dari citra tersebut dilakukan dengan cara interpretasi terhadap parameter

yang berpengaruh dalam penentuan lokasi perumahan berdasarkan kunci – kunci

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 23: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

23

interpretasi maupun pendekatan – pendekatan informasi kenampakn lain pada citra

tersebut.

Kerja lapangan untuk menguji kebenaran hasil interpretasi melakukan

pengukuran atau mengambil data yang tidak dapat disadap secara langsung dari Citra

Ikonos seperti daya dukung tanah. Uji ketelitian hasil interpretasi tersebut dilakukan

dengan membandingkan hasil interpretasi dengan keadaan sebenarnya dilapangan.

Kerja lapangan ini sangat perlu dilakukan agar data dan informasi yang diperoleh

benar – benar dapat dipercaya sehingga dapat digunakan pada tahap selanjutnya.

Data yang telah diperoleh dari hasil interpretasi citra Ikonos dan kerja lapangan

tersebut diolah dengan bantuan SIG. SIG ini berperan sebagai alat untuk membantu

proses pengolahan data / parameter yang digunakan agar cepat dan hasil yang

diperoleh lebih tepat.

Penentuan lokasi perumahan dilakukan dengan menilai masing-masing

parameter yang mempengaruhi pemilihan lokasi perumahan yaitu salah satunya

dengan pembobotan. Pembobotan dilakukan pada setiap parameter, baik parameter

fisik lahan maupun parameter aksesibilitas, kemudian dilakukan penilaian yang telah

ditentukan, sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan. Tahap selanjunya dilakukan

tumpang susun kedua peta tersebut untuk memperoleh prioritas lokasi perumahan.

Diharapkan dengan cara ini dapat tercapai optimalisasi pemanfaatan lahan dan

kelestarian sumberdaya alam.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah peta prioritas lokasi

perumahan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul.

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 24: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

24

Gambar 1.3. Diagram alir kerangka pemikiran

1.8 Batasan Operasional

Aksesibilitas : adalah kemudahan bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam

suatu wilayah yang erat sangkut pautnya dengan jarak. (Bintarto, 1979)

Bentuk Lahan : adalah bentuk dan sifat dari kenampakan tertentu pada permukaan

bumi yang telah mengalami berbagai proses dalam jangka waktu tertentu.

(Suharsono, 1988)

Citra (image) : (1) gambaran obyek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan

sinar yang difokuskan oleh lensa atau cermin. (2) gambaran rekaman obyek

Penggunaan Citra Ikonos

Parameter fisik lahan a. Kemiringan lereng b. Penggunaan lahan c. Bentuk lahan d. Daya dukung tanah e. Drainase tanah f. Kedalaman muka air

tanah

Parameter Aksesibilitas a. Jarak terhadap jalan

utama b. Jarak terhadap pusat

kota

Pengolahan Dan

Analisis data

Prioritas Lokasi untuk

Perumahan

Kerja Lapangan

Daerah Perkotaan

Kebutuhan Perumahan Meningkat

Pertumbuhan Penduduk

Ruang/Lahan Terbatas

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 25: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

25

yang dibentuk dengan cara optik, elektro-optik, optik-mekanik, dan elektronik,

yang biasanya dalam bentuk gambaran foto (Sutanto, 1986).

Daya Dukung Tanah : adalah kemampuan suatu bidang tanah untuk menahan beban

yang berada diatasnya tanpa terjadi keruntuhan akibat menggeser. (Wesley,

1977)

Interpretasi Citra : adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan

maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingya obyek yang

tergambar pada citra atau foto tersebut. (Sutanto, 1994)

Jalan : adalah suatu ruang dimana gerakan transportasi dapat terjadi. (Morlok, 1985)

Lahan : adalah bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik

termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, bahkan keadaan vegetasi alami yang

kesemuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

(FAO, 1976)

Lahan Potensial : adalah lahan yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang sanggup mendukung suatu penggunaan lahan tertentu diatasnya.

(Suharsono, 1986)

Penentuan Lahan ( site selection ) : adalah survey untuk menentukan alternatif yang

paling menguntungkan di dalam pemanfaatan lahan dan untuk mengurangi

resiko yang bisa ditimbulkan karena pemanfaatan lahan tersebut. (de Bruijn,

1987)

Penggunaan lahan : adalah segala bentuk campur tangan manusia baik secara

permanen maupun siklik terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan

sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan di sebut lahan dengan tujuan

untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun

kebutuhan kedua-duanya. (Malingreu, 1982)

Penginderaan Jauh : adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu

obyek, daerah, atau fenomena dipermukaan bumi melalui analisis data yang

diperoleh dengan menggunakan suatu alat tanpa kontak langsung terhadap

obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji. (Lilliesand dan Kiefer, 1990)

Perumahan : adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 26: PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/65228/potongan/S1-2013-167486-chapter1.pdf · interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu

26

serta perumahan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain

sandang dan pangan. (UU No 4 Tahun 1992)

Sistem Informasi Geografi : adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras

komputer, perangkat lunak data geografis, dan personil yang dirancang secara

efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi,

menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi

geografis. (Prahasta, 2002)

Wilayah : adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis serta segenap unsur

terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan atau aspek fungsional. (UU RI No 24 Tahun 1992)

PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/