1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus mengalami
pertambahan yang sangat pesat, hal ini akan berdampak pada peningkatan kebutuhan
akan tempat tinggal. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju dan
sejalan dengan ketentuan Garis – Garis Besar Haluan Negara, maka dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat, di samping penyediaan papan dan sandang pada
tingkat harga yang wajar pembangunan perumahan rakyat merupakan sasaran yang
penting. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan suatu kawasan perumahan atau
permukiman yang dapat menunjang kebutuhan untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Menurut UU RI No 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman
menyebutkan bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana
dan prasarana. Selain itu, perumahan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia selain sandang dan pangan. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
perumahan ini merupakan salah satu titik strategis dalam pembangunan manusia
seutuhnya dan merupakan pintu masuk kedunia yang menjanjikan pemenuhan
kebutuhan dasar lainnya. Selain itu, pembangunan perumahan juga dapat
memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi dan juga perluasan lapangan
pekerjaan (Batubara, 1994 dalam Budiharjo, 1998).
Kebutuhan rumah akan selalu ada dan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan
penduduk yang cukup pesat didaerah perkotaan maka akan mengakibatkan
kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan juga semakin meningkat, terutama
kebutuhan akan perumahan (Panudju,1999). Hal ini akan menimbulkan
permasalahan baru, antara lain ketersediaan lahan yang semakin terbatas karena
kepadatan penduduk yang terus bertambah, sementara lahan yang ada bersifat tetap.
Masalah utama yang menghambat pembangunan perumahan adalah kurangnya tanah
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
yang tersedia untuk dibangun dan terus meningkatnya harga tanah yang terlalu tinggi
serta kesulitan dalam proses pembebasan tanah untuk perumahan (Batubara, 1982
dalam Budihardjo, 1998).
Masalah perumahan dan permukiman tidak dapat dilihat sebagai
permasalahan fisik semata, namun harus dikaitkan dengan masalah sosial, ekonomi
serta budaya masyarakat. Penyediaan perumahan dan fasilitasnya menjadi penting
karena ketersediaan tersebut merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan merupakan kontribusi bagi
pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan sebagai penyedia lapangan
kerja serta pendorong pembentukan modal yang besar. Pembangunan perumahan
akan membuka peluang usaha bagi para pengembang yang akan menyerap tenaga
kerja. Secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat
pengangguran, serta peningkatan pendapatan masyarakat dan akan berpengaruh
positif bagi proses pembangunan pada umumnya.
Pelaksanaan pembangunan perumahan dibutuhkan adanya ketersediaan lahan
yang tidak sedikit, khususnya lahan yang belum terbangun dan lahan yang telah
diperuntukan bagi perumahan. Perencanaan pembangunan ini diharapkan dapat
memberikan keseimbangan sosial. Pembangunan perumahan membutuhkan lahan
yang memenuhi beberapa kriteria nilai fisik maupun nilai ekonomi. Kriteria fisik
harus sesuai untuk konstruksi bangunan, dan kriteria sosial ekonomi harus memenuhi
persyaratan seperti : aksesibilitas baik, adanya sarana dan prasarana lingkungan
(Suharyadi, 1996).Ketersediaan lahan didaerah Kecamatan Jetis yang semakin
terbatas, sementara kebutuhan akan tempat tinggal terus bertambah seiring laju
pertumbuhan penduduk, sehingga menyebabkan banyak terjadinya masalah
permukiman di kecamatan Jetis.
Pemilihan lokasi untuk kawasan perumahan mempunyai arti penting dalam
aspek keruangan, karena hal ini akan menentukan keawetan bangunan, nilai
ekonomis, dan dampak permukiman terhadap lingkungan disekitarnya (Sutikno,
1982). Selama ini pembangunan kawasan permukiman hanya berorientasi pada
aspek ekonomisnya saja tanpa memperhatikan penataan lingkungan masyarakat
setempat. Perencanaan dan pembangunan perumahan perlu mempertimbangkan
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
kesesuaian tata ruang dan tata guna lahan bagi wilayah yang bersangkutan, agar
dapat mempertahankan kualitas lingkungan serta terhindar dari masalah bencana
seperti erosi, banjir, ataupun longsor lahan.Proses pemilihan letak perumahan
memerlukan data dan informasi yang bersifat keruangan. Teknik penginderaan jauh
dapat diterapkan dalam kegiatan penentuan letak perumahan karena mampu
menyediakan informasi yang lengkap, akurat dan cepat dengan tingkat ketelitian
yang tinggi sehingga dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya (Sutanto, 1989).
Penggunaan citra penginderaan jauh merupakan cara yang tidak dapat ditinggalkan
dalam proses inventarisasi dan analisis bagi para perencana. Salah satu produk hasil
teknologi penginderaan jauh yang relatif baru yaitu citra Ikonos. Citra Ikoknos ini
memiliki resolusi spasial dan temporal yang lebih baik dibandingkan FU, selain itu
juga dapat menyajikan data keruangan yang berkaitan dengan letak, persebaran dan
kualitas obyek secara nyata. Kemampuan Citra Ikonos dalam menyadap informasi
keruangan secara rinci dapat digunakan untuk mengkaji permasalahan perumahan
secara mendetail.
Dalam pengolahan data penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan
sistem yang mampu mengolah dan menyajikan data secara spasial, yaitu Sistem
Informasi Geografi (SIG). Sistem Informasi Geografi (SIG) ini dapat digunakan
meneliti dan mengambil keputusan dalam pemecahan masalah, menentukan pilihan
dan kebijakan melalui metode analisis keruangan (Dulbahri, 1990). Pengolahan data
menggunakan SIG telah banyak diterapkan dalam pemetaan dan analisis masalah
keruangan. Sistem Informasi Geografi merupakan salah satu sistem yang dapat
dimanfaatkan untuk pengolahan, penyimpanan, dan analisis data dalam jumlah yang
besar dengan cepat dan mudah. Salah satu contohnya dalam pengolahan dan
pengembangan suatu wilayah yang melibatkan data geografi, SIG berperan sebagai
alat untuk membantu membuat keputusan dan kebijakan dalam rangka mengatur
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap tujuan pengembangan wilayah tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat mengakibatkan tekanan
pada lahan yang semakin besar terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
perumahan. Ketersediaan sumber daya lahan yang terbatas atau lahan yang bersifat
tetap sedangkan kebutuhan perumahan yang terus meningkat dapat mengakibatkan
persaingan yang sangat kompetitif dalam mendapatkan lahan. Hal tersebut
dikhawatirkan akan terjadi konversi (perubahan) penggunaan lahan tertentu seperti
konversi yang terjadi pada penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian.
Karena itu, dalam penentuan lokasi untuk pengembangan perumahan dibutuhkan
perencanaan dan pengolahan yang baik.
Lahan yang dicadangkan untuk pengembangan perumahan luasnya relatif
terbatas, dan dari luas yang terbatas tersebut tidak seluruhnya sesuai untuk
konstruksi bangunan. Sedangkan untuk pengembangan perumahan /permukiman
dibutuhkan lahan yang memenuhi beberapa kriteria. Kriteria fisik harus sesuai untuk
konstruksi bangunan, dan kriteria sosial ekonomi harus memenuhi persyaratan lahan
permukiman lainnya, seperti : adanya fasilitas dan utilitas kota, aksesibilitas baik,
dan jarak dari tempat bekerja masih dalam jangkauan.
Adanya perbedaan yang mencolok antara besarnya permintaan lahan untuk
perumahan dan terbatasnya lahan yang ada, menyebabkan banyak dijumpai adanya
perumahan yang dibangun pada lokasi yang kurang sesuai secara fisik maupun non
fisik. Perumahan yang dibangun pada kondisi yang kurang sesuai akan menyebabkan
terancamnya penghuni dari beberapa bencana alam, dan beberapa hambatan yang
berkaitan dengan kenyamanan untuk betempat tinggal.
Evaluasi lahan diperlukan untuk menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan
tertentu, dalam hal ini penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan. Selain itu
pertimbangan mengenai kedekatan dengan sarana umum juga penting untuk dinilai
termasuk faktor akses yang merupakan sarana penghubung lokasi perumahan dengan
wilayah lain. Faktor akses merupakan faktor yang menentukan dalam hal
pengembangan perumahan, karena kecenderungan konsumen dalam memilih
perumahan lebih mengutamakan perumahan yang dekat dengan jalan dan dekat
dengan sarana umum.
Menurut Karmono (1985 dalam Sutanto, 1987), Teknik penginderaan jauh
merupakan salah satu usaha untuk mempercepat pengumpulan data dan informasi
sumberdaya lahan, disamping itu pemetaan dengan menggunakan data penginderaan
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
jauh disertai uji lapangan dapat memberi keuntungan dalam hal biaya dan waktu.
Selain itu pemanfaatan teknik penginderaan jauh dan sistem analisis keruangan
untuk penentuan lokasi perumahan dengan menggunakan SIG, diharapkan dapat
membantu dalam mengambil keputusan yang tepat dan sesuai sehingga dapat
memecahkan masalah yang ada dalam menentukan lokasi yang sesuai untuk
pengembangan perumahan. Paduan antara penginderaan jauh dan sistem informasi
geografi inventarisasi data sumberdaya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
perencanaan pengembangan wilayah dalam memberikan sistem informasi yang baik.
Proses pemilihan lokasi perumahan yang berwawasan lingkungan
memerlukan pengetahuan yang memadai tentang lahan yang ada sekarang beserta
penggunaan lahan dan potensinya secara rinci serta aktual. Untuk itu diperlukan
teknik yang sesuai yang dapat menyajikan data secara rinci dan cepat. Citra Ikonos
sebagai salah satu produk penginderaan jauh yang mampu menyajikan data
keruangan secara nyata. Data tersebut berkaitan dengan letak, persebaran, dan
kualitas obyek. Pengolahan data tersebut membutuhkan suatu sistem yang sesuai dan
efisien agar data yang tersedia dapat menghasilkan informasi yang diinginkan. Data
yang diperoleh melalui citra tersebut masih perlu dilengkapi dengan data yang harus
diperoleh secara langsung dengan cara kerja lapangan. Selain itu, kerja lapangan juga
dilakukan menguji ketelitian data hasil interpretasi citra Ikonos. Data hasil dari
interpretasi citra dengan dilengkapi data lapangan perlu diolah lebih lanjut untuk
menghasilkan informasi baru baik berupa tabel, grafik, deskripsi maupun peta.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini, yaitu :
1. Sejauh mana pemanfaatan Citra Ikonos dapat digunakan dalam menyadap
informasi parameter fisik lahan dalam membantu menentukan lokasi untuk
perumahan ?
2. Bagaimana memilih lokasi perumahan yang sesuai sehingga secara teknis
memenuhi syarat dan menguntungkan secara ekonomis ?
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan
judul : Penentuan Lokasi Perumahan Berdasarkan Interpretasi Citra Ikonos dan
Sistem Informasi Geografi Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul.
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kemampuan Citra Ikonos dalam menyadap parameter fisik
lahan dalam membantu menentukan lokasi untuk pembangunan perumahan.
2. Menentukan lokasi yang strategis untuk pengembangan perumahan.
1.4 Sasaran Penelitian
1. Pembuatan peta bentuk lahan, peta kemiringan lereng, peta penggunaan
lahan, peta kedalaman muka air tanah, peta daya dukung tanah, peta
drainase permukaan yang semuanya merupakan peta fisik lahan.
2. Pembuatan peta jarak terhadap jalan utama dan peta jarak terhadap pusat
kota yang merupakan aksesibilitas.
3. Mengolah data dengan melakukan overlay terhadap parameter fisik lahan
dan parameter jarak untuk menentukan lokasi untuk pengembangan
perumahan.
4. Pemilihan lokasi perumahan sesuai dengan parameter fisik lahan.
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu geografi khususnya dalam
bidang penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi.
2. Dapat digunakan sebagai referensi oleh peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian – penelitian lain yang menggunakan PJ dan SIG
khususnya dalam hal merencanakan lokasi perumahan sehingga diperoleh
hasil yang lebih baik.
3. Hasil yang diperoleh dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak baik pihak
pemerintah maupun pengembang dalam merencanakan dan
mempertimbangkan lahan untuk pengembangan perumahan agar
pemanfaatan lahan yang ada lebih fungsional.
1.6 Tinjauan Pustaka
1.6.1. Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
suatu obyek, daerah, atau fenomena dipermukaan bumi melalui analisis data yang
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau
fenomena yang dikaji (Lilliesand & Kiefer, 1990). Salah satu jenis data penginderaan
jauh adalah citra. Sistem penginderaan jauh digambarkan dalam gambar 1.1.
Gambar 1.1.Sistem penginderaan jauh
(Lilliesand dan Kiefer 1990)
Sumber tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh adalah tenaga
elektomagnetik. Energi elektromagnetik adalah salah satu bentuk energi yang hanya
dapat diamati dari hasil interaksinya dengan obyek. Gelombang elektromagnetik
dipandang sebagai suatu energi, sehingga mempunyai materi yang dapat diukur dan
dideteksi. Ketika energi elektromagnetik terpantulkan dari suatu obyek dan diterima
sensor, menyebabkan perubahan kenampakan fisik yang dapat diamati dan diukur.
Dalam penginderaan jauh, besar energi yang diterima sensor terekam dalam data
(data digital/visual). Pengoperasian sensor dalam wilayah target mempunyai suatu
resolusi spasial. Hal ini ditangkap sebagai suatu ukuran sinyal. Besarnya radiasi
materi tergantung sifat materi itu sendiri (Aronof, 1989). Energi elektromagnetik
dapat dideteksi hanya bila berinteraksi dengan bahan atau sensor. Apabila energi
gelombang elektromagnetik yang kemudian dinamakan cahaya mengenai
obyek/bahan, akan mengalami reaksi sesuai sifat bahan yang dikenai. Reaksi tersebut
adalah pemantulan, pembiasan, pembauran dan penyerapan.
Sistem penginderaan jauh terdiri atas beberapa komponen dan interaksi antar
komponen (Sutanto, 1994). Serangkaian komponen dalam system penginderaan jauh
tersebut meliputi :
1. Sumber Tenaga
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Data penginderaan jauh harus ada sumber tenaga, baik sumber tenaga alamiah
(system pasif) maupun sumber tenaga buatan (system aktif). Tenaga ini
berinteraksi dengan obyek dipermukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke
sensor.
2. Atmosfer
Sebelum mengenai obyek, energi yang dihasilkan sumber tenaga merambat
melewati atmosfer. Atmosfer ini berperan sebagai media penghantar tenaga
yang berasal dari matahari dan penyampai sinyal yang ditransmisikan atau
dipantulkan oleh obyek dipermukaan bumi. Pengaruh atmosfer merupakn fungsi
panjang gelombang dan bersifat selektif terhadap panjang gelombang.
3. Interaksi antara Tenaga dan Obyek
Tiap obyek mempunyai karakteristik tertentu dalam memantulkan atau
memancarkan tenaga ke sensor. Pengenalan obyek pada dasarnya dilakukan
dengan menyidik karakteristik spektral obyek yang tergambar pada citra.Obyek
yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat cerah pada citra, sedangkan
obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra.
4. Sensor
Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi dan berfungsi
sebagai alat perekam tenaga alam system penginderaan jauh. Tiap sensor
memiliki resolusi spektral, yaitu kepekaan sensor terhadap bagian spektrum
elektromagnetik tertentu dan resolusi spasial yang berbeda. Perbedaan kedua hal
ini sangat berpengaruh terhadap kualitas citra PJ yang dihasilkan. Semakin kecil
obyek yang dapat direkam oleh sensor semakin baik kualitas sensor itu dan
semakin baik resolusi spasial dari citra.
5. Perolehan Data dan Penggunaan Data
Perolehan data dapat dilakuakn secara manual yaitu dengan interpretasi secara
visual, maupun dengan cara digital yaitu dengan menggunakan komputer.
Pengguna data merupakan komponen paling penting dalam penginderaan jauh
karena komponen ini menentukan dapat diterima atau tidaknya hasil
penginderaan jauh untuk suatu aplikasi.
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
1.6.2. Interpretasi Citra Penginderaan Jauh
Interpretasi citra adalah pembuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut
(Estes dan Simonnet,1975 dalam Sutanto, 1994). Menurut Lintz Jr Simonnet (1976)
dalam Sutanto (1994), ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan dalam
pengenalan obyek yang tergambar pada citra, yaitu
1. Deteksi, adalah pengamatan adanya suatu obyek.
2. Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan
menggunakan keterangan yang cukup.
3. Analisis, adalah tahap mengumpulkan keterangan lebih lanjut
Pengenalan obyek dalam citra penginderaan jauh dilakukan dengan cara
mengidentifikasi karakteristik obyek dengan memperhatikan kunci – kunci
interpretasi. Unsur – unsur interpretasi citra terdiri dari :
a. Rona dan warna
Rona ialah tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada citra. Adapun
warna adalah wujud yang tampak oleh mata. Rona ditunjukkan dengan gelap
putih. Rona dibedakan atas lima tingkat, yaitu putih, kelabu putih, kelabu, kelabu
hitam, dan hitam.
Karakteristik obyek yang mempengaruhi rona, permukaan yang kasar
cenderung menimbulkan rona yang gelap, warna obyek yang gelap cenderung
menimbulkan rona yang gelap, obyek yang basah atau lembab cenderung
menimbulkan rona gelap.
b. Bentuk
Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat
dikenali berdasarkan bentuknya saja, seperti bentuk memanjang, lingkaran, dan
segi empat.
c. Ukuran
Ukuran yaitu merupakan atribut obyek yang terdiri dari tinggi, lereng, luas
, jarak, dan volume. Ukuran dapat mencirikan obyek sehingga menjadi pembeda
dengan obyek sejenis yang lain. Ukuran obyek yang ada pada foto udara dapat
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
diketahui dengan membandingkan skala foto udara, sehingga ukuran ini selalu
berkaitan dengan skalanya.
d. Tekstur
Tekstur yaitu frekuensi perubahan rona pada citra atau halus kasarnya
obyek pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual. Tekstur dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu
halus, sedang, dan kasar. Contohnya hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur
sedang, sedangkan semak-semak bertekstur halus.
e. Pola
Pola yaitu susunan keruangan dan merupakan ciri – ciri yang memadai
bagi banyak obyek bentukan manusia ataupun beberapa obyek alamiah. Pola
aliran sungai sering menandai bagi struktur geologi dan jenis tanah.
f. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan obyek secara langsung yang berada
didaerah gelap. Bayangan dapat digunakan untuk obyek yang memiliki
ketinggian, seperti obyek bangunan, patahan, dan menara.
g. Situs
Situs ialah letak suatu obyek terhadap obyek lain disekitarnya. Situs juga
diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu obyek di
rawa, dipuncak bukit yang kering dan sebagainya. Situs bukan merupakan ciri
obyek secara langsung, tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar.
h. Asosiasi
Asosiasi yaitu keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang
lainnya. Karena adanya keterkaitan tersebut maka terlihatnya suatu obyek pada
citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Misalnya stasiun kereta
api berasosiasi dengan rel kereta api yang jumlahnya bercabang, lapangan sepak
bola selain bentuknya persegi panjang ditandai dengan situsnya yang berupa
gawang.
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
1.6.3. Karakteristik Ikonos
Perkembangan penginderaan jauh satelit ini ditunjukkan dengan
beroperasinya satelit Ikonos yang menghasilkan citra beresolusi spasial sangat tinggi
(4 meter untuk multispektral dan 1 meter untuk pankromatik) dengan perekaman
data yang dapat dilakukan setiap hari.
Satelit Ikonos diluncurkan pada tanggal 24 September 1999 di Vandenberg
Air Force Base, California, Amerika Serikat (Space Imaging, 2002), sebagai fase
baru dari perkembangan teknologi satelit komersial yang beresolusi spasial sangat
tinggi. Satelit Ikonos memiliki resolusi spasial 1 m pada mode pankromatik, dimana
waktu pencitraan dilakukan secara serempak. Ikonos memiliki resolusi temporal
yang cukup singkat, yaitu antara 1,5 sampai 3 hari.
Satelit Ikonos yang tergolong jenis polar sinkronous matahari ini beredar
mengelilingi bumi diketinggian 364 mil, 14 kali sehari. Kepekaan kamera
pankromatiknya mampu memotret segala macam obyek dibumi hingga yang
berdiameter satu meter sekalipun, sedangkan sensor multispektralnya peka pada
obyek hingga yang berukuran 3,28 meter. Kepekaan ini di dapat karena Ikonos
memiliki teleskop optis khusus.
Kualitas piktorial citra Ikonos sangat baik, yaitu setara dengan foto udara
skala 1 : 10.000 dan memiliki beberapa keuntungan dibanding foto udara diantaranya
: a) wahana yang lebih stabil, b) kemampuan untuk melakukan perekaman ulang, dan
c) harga relatif lebih murah.
Citra Ikonos didesain untuk digunakan pada berbagai macam bidang aplikasi.
Melihat karakter resolusi spasialnya yang sangat baik, beberapa aplikasi yang
menggunakan citra satelit Ikonos antara lain : penentuan batas bidang, identifikasi
jaringan jalan, transportasi, dan identifikasi bangunan (Transavia Informatika
Pratama, 2000). Untuk menggunakan citra Ikonos pada suatu bidang aplikasi harus
diperhatikan kondisi citra, dalam hal ini terkait erat dengan tingkat pengolahan dan
harga.
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
Tabel 1.1. Karakteristik Citra Ikonos
Elemen Keterangan Tanggal peluncuran 24 September 1999 di Vandenberg Air
force, california Usia operasi Lebih dari 7 tahun Orbit 98.1 derajat, sun synchronous Kecepatan orbit 7.5 kilometer (4.7 mil) perdetik Kecepatan diatas tanah 6.8 kilometer (4.2 mil) perdetik Jumlah evolusi 14.7 setiap 24 jam Waktu orbit mengelilingi bumi 98 menit Resolusi Spasial Nadir : 0.82 meter panchromatic, 3.2
meter multispektral, off-nadir : 1.0 meter pankromatik, 4.0 meters multispektral
Lebar swath 11.3 killometer (7.0 mil) pada nadir 13.8 kilometer (8.6 mil) pada 26 off nadir
Waktu melewati ekuator Sekitar jam 10:30 a.m. solar time Waktu revisit Sekitar 3 jam pada resolusi 1-meter, 40
L Dynamic range 11 bits perpiksel Jumlah band Pankkromatik, R, G, B, dan NIR
Sumber : Space Imaging, 2012
Space Imaging (2012) menyebutkan tingkat Citra Ikonos, yaitu geo, standard
ortho, reference, pro, precision, dan precision plus. Faktor yang membedakan antar
tingkat produk adalah ketelitian posisinya. Semakin tinggi tingkatnya maka ketelitian
posisi semakin tinggi, tetapi dengan konsekuensi harga yang juga semakin mahal.
Tingkat (level) geo adalah tingkatan terendah dengan karakteristik ketelitian posisi
sekitar 15 m (standar CE 90).
1.6.4. Sistem Informasi Geografi
Sitem Informasi Geografi merupakan kumpulan terorganisir dari perangkat
keras komputer, perangkat lunak data geografi dan personil yang dirancang secara
efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis,
dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis (ESRI, dalam
Prahasta, 2002). Sementara itu, menurut Linden (1987, dalam Suharyadi, 1992),
mengemukakan bahwa Sistem Informasi Geografi merupakan system untuk
pengolahan , penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan penayangan
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
data, yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan permukaan
bumi.
Sistem informasi geografi mampu untuk mengelola data spasial maupun
atribut secara efektif dan efisien sehingga dapat menjawab pertanyaan pertanyaan
spasial maupun atribut dengan baik dan juga mampu untuk membantu dalam
menentukan pengambilan keputusan yang tepat.
Menurut Star dan Estes (1990), Sistem informasi Geografi harus mempunyai
5 elemen yang essensial, yaitu :
1. Akuisisi data merupakan proses identifikasi dan pengumpulan data yang
dibutuhkan dalam aplikasi, biasanya terdiri dari pengumpulan data baru dan
pengumpulan data dari peta atau citra.
2. Pra pemrosesan merupakan manipulasi data sehingga data tersebut dapat
dimasukkan dalam SIG, manipulasi ini misalnya konversi format digital dan
identifikasi lokasi obyek pada data asli.
3. Manajemen data merupakan proses input data, update, pengubahan, dan
penghapusan data.
4. Manipulasi dan analisis merupakan proses yang melibatkan operator untuk
memanipulasi dan menganalisis data yang telah ada sehingga menghasilkan
data baru sesuai dengan aplikasinya.
5. Generasi produk merupakan output yang dihasilkan dari SIG, output ini dapat
berbentuk softcopy maupun hardcopy.
Sistem informasi geografis memiliki beberapa subsistem (Prahasta,2002)
yaitu input, manipulasi, managemen data, query, analisis, dan visualisasi.
1. Input
Merupakan proses identifikasi dan pengumpulan data yang
dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Data yang digunakan harus dikonversi
menjadi format digital yang sesuai.
2. Manipulasi
Penyesuaian terhadap data masukan untuk proses lebih lanjut,
misalnya penyamaan skala, pengubahan sitem proyeksi, generalisasi.
3. Managemen Data
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
Managemen data meliputi semua kegiatan operasional penyimpanan,
pengaktifan, pengorganisasian, dan pengolahan data.
4. Query
Merupakan penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer dapat
memberikan informasi untuk analisis dan memperoleh data yang diinginkan.
5. Analisis
Kemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh informasi
baru. Salah satu fasilitas yang banyak dipakai adalah analisis tumpang susun
peta (overlay).
6. Visualisasi
Penyajian hasil berupa informasi baru atau basis data yang ada baik dalam
bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam bentuk : peta, table,
grafik, dan yang lainnya.
Apliasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentinngan selama data yang
diolah memiliki referensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena
atau obyek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan.
Sejalan dengan pemikiran diatas Edy Prahasta (2005), menyimpulkan bahwa
Sistem Informasi Geografi terdiri dari beberapa subsistem yaitu: data input, data
output,data management, data manipulasi dan analisis.
Gambar 1.2. Subsistem SIG
(Edy Prahasta, 2005)
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
1.6.5. Teori Perumahan Dan Permukiman
Pengertian tentang perumahan dan permukiman masih sering mengalami
kerancuan dalam penggunaanya. Perbedaan arti dari permukiman dan perumahan
terletak pada skala bahasan maupun dari segi skala wilayah. Secara arti permukiman
manusia (hunian settlement) adalah semua bentukan secara buatan maupun secara
alami dengan segala perlengkapannya, yang dipergunakan oleh manusia baik secara
individual maupun kelompok, untuk bertempat tinggal sementara maupun menetap,
dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya (Yunus, 1996).
Dalam UU RI No.4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, termuat
istilah rumah, perumahan, dan permukiman. Rumah menurut undang-undang
tersebut adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
prasarana dan sarana lingkungan. Permukiman dikatakan sebagai bagian dari
lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Berkaitan dengan pembedaan makna istilah perumahan dan permukiman
tersebut, Yunus (1987) lebih menekankan pada pemaknaan perumahan dan
permukiman dari lingkup skala bahasan maupun dari segi skala wilayah. Secara luas
permukiman manusia diartika sebagai semua bentukan secara buatan maupun alami
dengan segala perlengkapannya, yang diperlukan oleh manusia baik secara individu
maupun kelompok, untuk bertempat tinggal sementara maupun menetap, dalam
rangka menyelenggarakan kehidupannya. Istilah perumahan dimaknai sebagai
kelompok bangunan rumah dengan segala kelengkapannya, yang digunakan sebagai
tempat tinggal secara menetap maupun sementara, dalam rangka menyelenggarakan
kehidupannya.
Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan
sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib, juga
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
merupakan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan
sebagai penyedia lapangan kerja serta pendorong pembentukan modal yang besar.
Dalam perkembangannya ada beberapa hal yang mempengaruhi corak
maupun tipe perumahan diantaranya :
1. Faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada seperti aksesibilitas lokasi
dengan pusat-pusat pelayanan umum, jaringan jalan, sungai, dan lain-lain
2. Tingkat perekonomian masyarakat ditandai dengan pendapatan yang dimiliki,
tersedianya bahan-bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan dan atau dibeli
3. Kemajuan teknologi yang dimiliki terutama teknologi pembangunan seperti
perkembangan dunia arsitektur
4. Kebijakan pemerintah tentang perumahan yang menyangkut tata guna lahan,
program perumahan yang dimiliki
Menurut Mirhad (1983, dalam Budiharjo, 1984) disampaikan tentang
pengadaan perumahan bagi berbagai tingkat pendapatan dan penentuan lokasi
permukiman yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Ditinjau dari aspek teknis pelaksanaanya
a. Mudah mengerjakannya dalam arti tidak banyak pekerjaan gali dan urug,
pembongkaran tonggak kayu, dan sebagainya.
b. Bukan merupakan daerah banjir, daerah gempa, daerah angin ribut, dan
bukan daerah rayapan.
c. Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti.
d. Kondisi tanah baik, sehingga konstruksi bangunan direncanakan semurah
mungkin.
e. Mudah mendapatkan sumber air bersih, listrik, pembuangan air limbah
f. Mudah mendapatkan bahan-bahan bangunan.
g. Mudah mendapatkan tenaga kerja.
2. Ditinjau dari aspek tata guna tanah
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
a. Tanah yang secara ekonomis sukar dikembangkan secara produktif.
b. Tidak merusak lingkungan yang telah ada bahkan kalau dapat
memperbaikinya.
c. Sejauh mungkin mempertahankan tanah yang berfungsi sebagai reservoir
air tanah, dan penampung air hujan.
3. Ditinjau dari aspek kesehatan
a. Lokasinya sebaiknya jauh dari lokasi pabrik yang dapat mendatangkan
polusi.
b. Lokasinya sebaiknya tidak terlalu terganggu oleh kebisingan.
c. Lokasinya sebaiknya dipilih yang udaranya masih sehat.
d. Lokasinya sebaiknya mudah mendapatkan air minum
e. Lokasinya sebaiknya mudah dicapai dari tempat kerja para penghuni
4. Ditinjau dari aspek ekonomis
a. Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat
sekelilingnya
b. Dapat merupakan suatu contoh bagi masyarakat sekelilingnya untuk
membangun rumah dan lingkungan yang sehat
c. Mudah menjualnya karena lokasinya disukai oleh calon pembeli dan
mendapatkan keuntungan yang wajar.
Budiharjo (1991), menyatakan bahwa dalam pengembangan permukiman
masih sering terabaikannya sarana dan prasarana lingkungan bagi kelayakan hidup
manusia. Sarana lingkungan tersebut meliputi : pelayanan sosial antara lain (sekolah,
klinik, puskesmas, atau rumah sakit yang umumnya disediakan oleh pemerintah) dan
fasilitas sosial antara lain (tempat peribadatan, makam, gedung pertemuan, lapangan
olah raga, ruang terbuka, pasar, pertokoan, warung kaki lima). Sedangkan prasarana
lingkunngan meliputi : jalan dan jembatan, air brsih, listrik, telepon, saluran
pembuangan.
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
1.6.6. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Penentuan lokasi yang optimal sesuai dengan daya dukungnya dapat
dilakukan apabila tersedia informasi sumberdaya lahan termasuk informasi
kesesuaian lahan. Untuk itu diperlukan evaluasi kesesuaian lahan. Sitorus (1985),
mengemukakan evaluasi lahan merupakan penilaian daya guna lahan untuk tipe
penggunaan tertentu. Serta mengemukakan tujuan dari eveluasi lahan adalah
memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan
penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan
alternatif pilihan penggunaan yanng dapat diharapkan berhasil. Hasil akhir dari
evaluasi lahan adalah kepuasan bagi penggunaan lahan yang optimum, baik dalam
bentuk usaha pribadi ataupun untuk kepentingan umum.
Manfaat mendasar dari evaluasi lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan
bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari
perubahan-perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Penggunaan lahan
untuk berbagai aktivitas pada umumnya ditentukan oleh kemampuan lahan atau
kesesuaian lahan dalam wilayah tersebut dan kesesuaian lahan bagi suatu areal dapat
digunakan sebagai pegangan dalam pemanfaatan wilayah tersebut (Sitorus, 1985).
Menurut FAO kegiatan utama dalam evaluasi lahan meliputi :
1. Konsultasi pendahuluan yang meliputi penetapan yang jelas tentang tujuan
evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang digunakan dalam evaluasi
daerah penelitian, serta intensitas dan skala survei.
2. Penjabaran dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan
persyaratan-persyaratan yang diperlukan
3. Deskripsi peta satuan lahan dan kualitas lahan berdasarkan persyaratan yang
diperlukan untuk penggunaan lahan tertentu pembatas-pembatasnya
4. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada
5. Hasil dari butir keempat adalah klasifikasi kesesuaian lahan
6. Penyajian hasil evaluasi
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
Sutikno (1992), menyatakan bahwa salah satu konsep dasar yang perlu
dipegang dalam pemanfaatan lahan adalah apabila tidak ada kesesuaian antara
kualitas lahan dengan peruntukkannya akan menimbulkan degradasi lingkungan.
Banyak kegiatan yang menunjukkan akibat dari ketidaksesuaian antara kualitas lahan
dengan pemanfaatannya yang menimbulkan masalah lingkungan, seperti tanah
longsor dan banjir.
1.7. Penelitian Sebelumnya
Dibyosaputro Sunarto (1990), melakukan penelitian evaluasi lahan untuk
perkembangan permukiman di Kota Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Parameter –parameter yang digunakan adalah : kedalaman
alur, kerapatan, kemiringan lereng, proses- proses geomorfologi, serta penggunaan
lahan yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman
dengan pendekatan geomorfologis. Metode yang digunakan adalah kualitatif empiris
dengan teknik pengharkatan terhadap parameter geomorfologi pada setiap satuan
lahan. Hasilnya terdiri dari 5 kelas kesesuaian lahan permukiman. Dari hasil
penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa foto udara dapat digunakan untuk
menyadap data parameter lahan yang diperlukan untuk evaluasi lahan permukiman
dan menentukan kesesuaian lahan untuk permukiman.
Sardjono (1993), mengadakan penelitian evaluasi sumberdaya lahan yang
digunakan untuk pengembangan permukiman di Kota Sukoharjo dan sekitarnya
dengan menggunakan foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 5000 dengan
bantuan peta tematik dan uji lapangan. Pada penelitian ini parameter lahan yang
digunakan antara lain : kemiringan lereng, jumlah dan kerapatan alur sungai, tingkat
erosi, gerak massa batuan, lama penggenangan akibat banjir, daya dukung tanah,
keadaan pengatusan, tingkat pelapukan batuan dan kekuatan batuan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui ketelitian dan kemampuan foto udara
pankromatik hitam putih skala 1 : 5000 dalam identifikasi parameter kesesuaian
lahan dan melakukan evaluasi lahan untuk perencanaan pengembangan permukiman.
Metode yang digunakan adalah kualitatif empiris dengan pengharkatan terhadap
parameter lahan. Satuan pemetaaan adalah unit lahan yang disusun berdasarkan
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
bentuk lahan, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Dari penelitian tersebut didapatkan
kesimpulan bahwa foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 5000 mempunyai
ketelitian yang baik dan dapat digunakan untuk mendapatkan parameter lahan yang
sangat diperlukan dalam menentukan keseuaian lahan untuk permukiman.
Mustakim (2003), melakukan penelitian penggunaan foto udara untuk
penentuan lokasi perumahan menengah di Kota Pekalongan dengan menggunakan
foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 10.000. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan lokasi yang paling sesuai bagi pembangunan perumahan kelas
menengah. Parameter yang digunakan dalam menilai kesesuaian lahan meliputi :
kemiringan lereng, bentuk lahan, penggunaan lahan, drainase tanah, jarak dari jalan
utama, jarak dari fasilitas umum, jarak dari lokasi industri, kedalaman air tanah,
kualitas air tanah, kerawanan bencana banjir, dan jarak dari jaringan air minum,
listrik, dan telepon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
empiris dengan pengharkatan terhadap parameter – parameter lahan. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini berupa peta prioritas perumahan menengah berdasarkan
fisik lahan dan jarak.
Prihatna (2004) melakukan evaluasi penggunaan lahan untuk permukiman di
Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
persebaran lahan yang sesuai bagi pengembangan permukiman. Data yang diperoleh
pada penelitian tersebut adalah dari citra Ikonos dimana citra tersebut digunakan
untuk menyadap data penggunaan lahan dan bentuk lahan, dibantu dengan peta rupa
bumi dan data sekunder untuk mengumpulkan informasi parameter – parameter yang
digunakan penilaian kesesuaian lahan. Metode yang digunakan dalam pengolahan
data adalah dengan pengharkatan pada masing – masing parameter lahan. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini berupa peta kelas kesesuaian lahan untuk permukiman.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya maka dapat
diambil kesimpulan :
a. Citra penginderaan jauh memiliki kemampuan dapat digunakan sebagai
sumber data untuk indentifikasi parameter fisik lahan dalam melakukan
penelitian untuk penentuan lokasi perumahan.
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
b. Metode penelitian, khususnya kuantitatif empiris dengan metode
pengharkatan terhadap parameter sangat efektif dan efisien untuk diterapkan.
Tabel 1.2. Perbandingan dengan penelitian sebelumnya
No Peneliti Tahun Lokasi Tujuan/Pokok bahasan
Metode Hasil penelitian
1 Suprapto Dibyosaputro & Sunarto
1990 Wates, Kulonprogo
Evaluasi kesesuaian lahan pemukiman dengan pendekatan geomrfologis
Interpreasi FU,kuantitatif empiris, dengan pengharkatan terhadap parameter geomorfologi pada setiap satuan lahan
Peta kelas kesesuaian lahan untuk permukiman
2 Sardjono 1993 Kota Sukoharjo dan sekitarnya
Evaluasi sumberdaya lahan untuk pengembangan permukiman
Interpretasi FU; parameter lahan dengan metode penilaian kuantitatif empiris
Peta kesesuaian lahan untuk permukiman
3 Mustakim 2003 Kota Pekalongan
Penentuan prioritas lokasi untuk perumahan menengah
Interpretasi FU ,kuantitatif empiris, dengan pengharkatan parameter lahan
Peta prioritas perumahan menengah berdasarkan fisik lahan dan jarak
4 Doni Prihatna 2004 Tasik Malaya, Jawa Barat
Evaluasi lahan untuk menentukan lahan persebaran lahan yang sesuai bagi pengembangan permukiman
Uji ketelitian hasil interpretasi Ctra Ikonos, pengharkatan parameter lahan
Peta kelas kesesuaian lahan untuk permukiman
5 Henny Indriana
2013 Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul
Penentuan lokasi pengembangan perumahan berdasarkan aspek fisik dan non fisik
Interpretasi citra Ikonos, pengharkatan parameter fisik lahan dan parameter aksesibilitas
Peta prioritas lokasi perumahan
Sumber : Telaah Pustaka Tahun 2011
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
1.8. Kerangka Penelitian
Daerah perkotaan memiliki masyarakat yang sangat kompleks dan
permasalahan yang terjadi juga sangat banyak, antara lain pertumbuhan penduduk
yang tinggi sehingga mengakibatkan kebutuhan lahan untuk perumahan juga
semakin meningkat. Pembangunan perumahan tersebut membutuhkan lahan tidak
sedikit, khususnya lahan yang belum terbangun. Sementara itu ketersediaan lahan
ataupun ruang didaerah perkotaan semakin terbatas. Keterbatasan lahan yang ada
dapat mengancam keberadaan lahan dimasa mendatang, apabila dalam
pemanfaatannya tidak sesuai dengan potensi atau daya dukung lahan.
Pembangunan suatu kawasan perumahan seringkali menghadapi banyak
kendala yang mendasar, seperti : ketersediaan dan harga lahan yang tidak sesuai,
pembiayaan serta sarana dan prasarana untuk perumahan. Hal tersebut menjadikan
pemilihan suatu lokasi perumahan sebagai bagian penting dalam perencanaan
pembangunan perumahan.
Penentuan lokasi perumahan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan
penilaian dan pertimbangan terhadap beberapa parameter yang digunakan, baik
parameter fisik lahan maupun parameter aksesibilitas. Parameter fisik lahan yang
digunakan meliputi : kemiringan lereng, penggunaan lahan, bentuk lahan, daya
dukung tanah, drainase tanah, kedalaman muka air tanah. Jarak terhadap jalan utama
dan jarak terhadap pusat kota merupakan parameter aksesibilitas yang berpengaruh
terhadap penyediaan fasilitas sarana umum.
Informasi lahan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan
memanfaatkan keunggulan data penginderaan jauh berupa citra, karena hal ini akan
menghemat banyak waktu, tenaga, dan biaya bila dibandingkan dengan cara
terestrial. Citra yang digunakan adalah citra Ikonos daerah Kecamatan Jetis
Kabupaten Bantul tahun perekaman 2006. Pengumpulan data dan informasi lahan
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan memanfaatkan data
penginderaan jauh yaitu Citra Ikonos sebagai sumber data utama. Data yang
diperoleh dari citra tersebut dilakukan dengan cara interpretasi terhadap parameter
yang berpengaruh dalam penentuan lokasi perumahan berdasarkan kunci – kunci
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
23
interpretasi maupun pendekatan – pendekatan informasi kenampakn lain pada citra
tersebut.
Kerja lapangan untuk menguji kebenaran hasil interpretasi melakukan
pengukuran atau mengambil data yang tidak dapat disadap secara langsung dari Citra
Ikonos seperti daya dukung tanah. Uji ketelitian hasil interpretasi tersebut dilakukan
dengan membandingkan hasil interpretasi dengan keadaan sebenarnya dilapangan.
Kerja lapangan ini sangat perlu dilakukan agar data dan informasi yang diperoleh
benar – benar dapat dipercaya sehingga dapat digunakan pada tahap selanjutnya.
Data yang telah diperoleh dari hasil interpretasi citra Ikonos dan kerja lapangan
tersebut diolah dengan bantuan SIG. SIG ini berperan sebagai alat untuk membantu
proses pengolahan data / parameter yang digunakan agar cepat dan hasil yang
diperoleh lebih tepat.
Penentuan lokasi perumahan dilakukan dengan menilai masing-masing
parameter yang mempengaruhi pemilihan lokasi perumahan yaitu salah satunya
dengan pembobotan. Pembobotan dilakukan pada setiap parameter, baik parameter
fisik lahan maupun parameter aksesibilitas, kemudian dilakukan penilaian yang telah
ditentukan, sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan. Tahap selanjunya dilakukan
tumpang susun kedua peta tersebut untuk memperoleh prioritas lokasi perumahan.
Diharapkan dengan cara ini dapat tercapai optimalisasi pemanfaatan lahan dan
kelestarian sumberdaya alam.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah peta prioritas lokasi
perumahan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul.
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
24
Gambar 1.3. Diagram alir kerangka pemikiran
1.8 Batasan Operasional
Aksesibilitas : adalah kemudahan bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam
suatu wilayah yang erat sangkut pautnya dengan jarak. (Bintarto, 1979)
Bentuk Lahan : adalah bentuk dan sifat dari kenampakan tertentu pada permukaan
bumi yang telah mengalami berbagai proses dalam jangka waktu tertentu.
(Suharsono, 1988)
Citra (image) : (1) gambaran obyek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan
sinar yang difokuskan oleh lensa atau cermin. (2) gambaran rekaman obyek
Penggunaan Citra Ikonos
Parameter fisik lahan a. Kemiringan lereng b. Penggunaan lahan c. Bentuk lahan d. Daya dukung tanah e. Drainase tanah f. Kedalaman muka air
tanah
Parameter Aksesibilitas a. Jarak terhadap jalan
utama b. Jarak terhadap pusat
kota
Pengolahan Dan
Analisis data
Prioritas Lokasi untuk
Perumahan
Kerja Lapangan
Daerah Perkotaan
Kebutuhan Perumahan Meningkat
Pertumbuhan Penduduk
Ruang/Lahan Terbatas
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
25
yang dibentuk dengan cara optik, elektro-optik, optik-mekanik, dan elektronik,
yang biasanya dalam bentuk gambaran foto (Sutanto, 1986).
Daya Dukung Tanah : adalah kemampuan suatu bidang tanah untuk menahan beban
yang berada diatasnya tanpa terjadi keruntuhan akibat menggeser. (Wesley,
1977)
Interpretasi Citra : adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingya obyek yang
tergambar pada citra atau foto tersebut. (Sutanto, 1994)
Jalan : adalah suatu ruang dimana gerakan transportasi dapat terjadi. (Morlok, 1985)
Lahan : adalah bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian lingkungan fisik
termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, bahkan keadaan vegetasi alami yang
kesemuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
(FAO, 1976)
Lahan Potensial : adalah lahan yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang sanggup mendukung suatu penggunaan lahan tertentu diatasnya.
(Suharsono, 1986)
Penentuan Lahan ( site selection ) : adalah survey untuk menentukan alternatif yang
paling menguntungkan di dalam pemanfaatan lahan dan untuk mengurangi
resiko yang bisa ditimbulkan karena pemanfaatan lahan tersebut. (de Bruijn,
1987)
Penggunaan lahan : adalah segala bentuk campur tangan manusia baik secara
permanen maupun siklik terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan di sebut lahan dengan tujuan
untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun
kebutuhan kedua-duanya. (Malingreu, 1982)
Penginderaan Jauh : adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
obyek, daerah, atau fenomena dipermukaan bumi melalui analisis data yang
diperoleh dengan menggunakan suatu alat tanpa kontak langsung terhadap
obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji. (Lilliesand dan Kiefer, 1990)
Perumahan : adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
26
serta perumahan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain
sandang dan pangan. (UU No 4 Tahun 1992)
Sistem Informasi Geografi : adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras
komputer, perangkat lunak data geografis, dan personil yang dirancang secara
efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi
geografis. (Prahasta, 2002)
Wilayah : adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis serta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional. (UU RI No 24 Tahun 1992)
PENENTUAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKANINTERPRETASI CITRA IKONOS DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFI DI KECAMATAN JETISKABUPATEN BANTULHENNY INDRIANAUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/