peb

5
Pedoman Rujukan Penyakit Pre Eklamsia Berat A. Pengertian Pre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan di atas 20 minggu yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi spesifik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Tanda utama penyakit ini adanya hipertensi dan proteinuria. Pre-eklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena Pre-eklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah paskapersalinan. Pada pre-eklampsia ringan ditandai adanya peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg dan Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik sedangkan pada pre-eklampsia berat tekanan darah ibu > 160/110 mmHg dan Proteinuria 500 gr/24 jam atau ≥ 2+ dalam pemeriksaan kualitatif, edema, pandangan kabur, nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson), sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat. Keadaan ini harus dicegah agar tidak sampai pada kondisi eklampsia. Perbedaan dengan hipertensi gestasional adalah tekanan darah ≥ 140/90 mmHg namun tanpa disertai adanya proteinuria. B. Tujuan Tujuan dari manual rujukan khusus penyakit PEB ini adalah sebagai kendali mutu dan biaya terhadap pengobatan yang diberikan pada pasien dengan kondisi tersebut, sehingga mendapatkan tatalaksana yang efektif dan efisien. C. Kebijakan dan Prinsip Dasar Kebijakan rujukan kasus pre-eklampsia dari puskesmas ke Rumah Sakit harus sesuai dengan prinsip rujukan yang diatur dalam PMK no 1 tahun 2012 pasal 9, tentang sistem rujukan. Pasal tersebut mengatakan bahwa faskes dapat melakukan rujukan vertikal apabila

Upload: fghj

Post on 27-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Pedoman Rujukan Penyakit Pre Eklamsia Berat

A. PengertianPre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan di atas 20 minggu yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi spesifik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Tanda utama penyakit ini adanya hipertensi dan proteinuria. Pre-eklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena Pre-eklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah paskapersalinan.

Pada pre-eklampsia ringan ditandai adanya peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg dan Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dipstik sedangkan pada pre-eklampsia berat tekanan darah ibu > 160/110 mmHg dan Proteinuria 500 gr/24 jam atau 2+ dalam pemeriksaan kualitatif, edema, pandangan kabur, nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson), sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat. Keadaan ini harus dicegah agar tidak sampai pada kondisi eklampsia. Perbedaan dengan hipertensi gestasional adalah tekanan darah 140/90 mmHg namun tanpa disertai adanya proteinuria.

B. TujuanTujuan dari manual rujukan khusus penyakit PEB ini adalah sebagai kendali mutu dan biaya terhadap pengobatan yang diberikan pada pasien dengan kondisi tersebut, sehingga mendapatkan tatalaksana yang efektif dan efisien.

C. Kebijakan dan Prinsip Dasar Kebijakan rujukan kasus pre-eklampsia dari puskesmas ke Rumah Sakit harus sesuai dengan prinsip rujukan yang diatur dalam PMK no 1 tahun 2012 pasal 9, tentang sistem rujukan. Pasal tersebut mengatakan bahwa faskes dapat melakukan rujukan vertikal apabila pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik dan perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan, tidak berdasarkan indikasi sosial. Rujukan ulangan juga dapat diberikan kembali apabila terapi oleh dokter spesialis di rumah sakit belum selesai.

Puskesmas harus dapat menangani tatalaksana awal kasus Pre Eklampsia Berat, sedangkan untuk kasus pre-eklampsia ringan dapat ditangani secara mandiri sepanjang tidak terdapat salah satu gejala pre-eklampsia berat.

D. Kriteria Rujukan Prinsip dalam pemberian terapi pada pasien pre-eklampsia adalah pengawasan tekanan darah setiap kali ibu hamil berkunjung untuk melakukan pemeriksaan antenatal. Berikut adalah guideline pengobatan Pre-eklamsia sesuai dengan PMK no 5 tahun 2014, mengenai panduan praktek klinis bagi dokter di puskesmas yang dikombinasikan dengan indikasi rujukan.Kondisi dan GejalaHipertensi Gestasional

- TD 140/90 mmHg - tanpa proteinuria

PengobatanKriteria RujukanObat antihipertensi diberikan apabila tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastole 110mmHgRUJUKANTidak diperlukan sepanjang pasien tidak memiliki salah satu gejala dari Pre-Eklampsia BeratPre Eklampsia Ringan

- TD 140/90 mmHg - Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dipstik)Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan antenatal, TD, BB, TB, IMT, ukuran uterus dan gerakan janin. Banyak istirahat, susu & buah - Metildopa 250-500 mg 2 atau 3 kali perhari, max 3g/hari- Nifedipin 10 mg diulang 15-30 menit, max 30 mg- tidak diperlukan obat-obatan seperti diuretik maupun sedatifRUJUKANTidak diperlukan sepanjang pasien tidak memiliki salah satu gejala dari Pre-Eklampsia BeratPre Eklampsia Berat- TD > 160/110 mmHg - Proteinuria 500 gr/24 jam atau 2+ dipstik- Edema, pandangan kabur, nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambatPemberian MgSO4 dosis awal dgn cara ambil 4 mg MgSO4(10 mlMgSO4 40%) dan larutkan dalam 10 ml aquades. Berikan secaraperlahan IV selama 20 menit. Jika akses IV sulit berikan masing-masing5 mg MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan.RUJUKANSegera, dengan tujuan rumah sakit yang memiliki dokter spesialis obstetri dan ginekologi setelah dilakukan tatalaksana Pre-eklampsia berat

E. Tata Cara Pelaksanaan Rujukan Kasus PEBSebelum dirujuk pada fasilitas kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria untuk dirujuk seperti yang tertera pada halaman sebelumnya, seperti memiliki salah satu gejala dari pre eklamsia berat, seperti Tekanan darah yang tinggi, Proteinuria 500 gr/24 jam atau 2+ dipstik maupun Edema, pandangan kabur, nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat.

Setelah kriteria terpenuhi maka dokter di puskesmas harus mengisi surat rujukan sebanyak 3 rangkap yang berisi :

1. Identitas jelas pasien beserta jaminan kesehatan yang digunakan serta tanggal rujukan2. Mencantumkan Nama Rumah Sakit tujuan dan poliklinik yang dituju.Rumah sakit tujuan untuk pasien PEB haruslah RS PONEK yang memiliki dokter spesialis kandungan dan anak serta memiliki layanan operasi caessar darurat serta ruang NICU sehingga pasien yang tiba-tiba membutuhkan pertolongan dapat segera tertangani baik ibu maupun bayinya.

apabila kasus PEB ini ditemukan pada saat jam poliklinik (Hari dan pada Jam kerja) dan stabil maka pasien dirujuk ke poliklinik kebidanan, namun apabila ditemukan saat diluar jam kerja atau dalam kondisi tidak stabil maka pasien segera dirujuk ke UGD RS yang bersangkutan.

3. Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang sudah dilakukan 4. Mencantumkan tindakan serta terapi sementara yang telah diberikan5. Mencantumkan tanda tangan dokter yang merujuk

Pasien tidak perlu didampingi oleh tenaga medis apabila dirujuk ke poliklinik dengan kondisi stabil, namun kondisi pasien PEB ini tidak stabil, maka pasien wajib didampingi oleh tenaga medis dengan ambulan transport yang memadai, setelah sebelumnya dokter menghubungi pihak rumah sakit tujuan, untuk dipastikan pasien tersebut mendapatkan kamar. Petugas kesehatan mengaktifkan sistem SPGDT (Pusdaldukes) untuk menghubungi RS dan mencari ketersediaan kamar.

Apabila rumah sakit tujuan penuh dan tidak memiliki ruang, maka dokter harus mencarikan rumah sakit alternatif lain yang mampu menangani kasus tersebut, tanpa memandang jaminan kesehatan yang digunakan.

Apabila setelah diusahakan dan tetap tidak mendapatkan ruang di 3 rumah sakit tujuan, maka dokter harus menjelaskan kepada seluruh keluarga yang datang untuk menandatangani surat pernyataan untuk dititipkan sementara di puskesmas (yang memiliki ruang rawat inap) tersebut meskipun fasilitas dan tenaga untuk melakukan pengawasan terbatas, sehingga saat terjadi kegawatan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Apabila puskesmas yang merujuk tidak memiliki rawat inap maka pasien dititipkan sementara di puskesmas yang memiliki ranap. Setelah ditandatangani, Dokter dapat melanjutkan penanganan pada pasien lain yang mungkin sudah menunggu sembari sesekali mengecek kondisi pasien. Penting untuk diketahui adalah tidak boleh merujuk tanpa adanya konfirmasi ke rumah sakit tujuan.