pbl 2.doc

7
III. Analisis Masalah 1. Anatomi n.fasialis Nervus fasialis mempunyai dua radix, yaitu: a. Radix motorik, yang mempunyai nukleus motorik berguna untuk mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, m.auricularis, m.stapedius, m.venter posterior, m.digastricus dan m.stylohyoideus. b. Radix sensoris, yang mempunyai nukleus sensorik berguna untuk mempersarafi serabut-serabut pengecap dari 2/3 anterior lingua, dasar mulut dan pallatum. (Marjono, Mahar. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat) 2. Patofisiologi Merot Etiologine kan macem-macem, aku nulis yang penyebabya inflamasi ya tu. Inflamasi nervus fasialis ↑ diameter nervus fasialis, yang apabila keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang berbentuk corong dan menyempit

Upload: restu-tri-gusti

Post on 31-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bell's palsy

TRANSCRIPT

Page 1: pbl 2.doc

III. Analisis Masalah

1. Anatomi n.fasialis

Nervus fasialis mempunyai dua radix, yaitu:

a. Radix motorik, yang mempunyai nukleus motorik berguna untuk

mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, m.auricularis, m.stapedius,

m.venter posterior, m.digastricus dan m.stylohyoideus.

b. Radix sensoris, yang mempunyai nukleus sensorik berguna untuk

mempersarafi serabut-serabut pengecap dari 2/3 anterior lingua, dasar

mulut dan pallatum.

(Marjono, Mahar. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat)

2. Patofisiologi Merot

Etiologine kan macem-macem, aku nulis yang penyebabya inflamasi ya tu.

Inflamasi nervus fasialis

↑ diameter nervus fasialis, yang apabila keluar dari tulang temporal

melalui kanalis fasialis yang berbentuk corong dan menyempit

Kompresi dari saraf tersebut

Selain inflamasi, terjadi demielinisasi dan iskemik

Gangguan konduksi

Page 2: pbl 2.doc

Impuls motorik yang dihantarkan oleh n.fasialis bisu mendapat gangguan

di lintasan supranuklear, nuclear atau infranuklear

Nervus fasialis sembab

Terjepit di dalam foramen stylomasoideus dan menimbulkan kelumpuhan

fasialis LMN

Patofisiologi terjadinya kelumpuhan n.fasialis (Marjono, 2010)

3. Tu, yang lagoftalmus gak usah ditulis ya. Anu salah, hehe

4. Miastenis gravis

a. Definisi

Kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu kelemahan abnormal

dan progresif pada otot eksraokular, dan disertai dengan kelelahan saat

beraktivitas dan biasanya berkurang dengan istirahat (James, 2008).

b. Epidemiologi

Miastenia gravis merupakan penyakit yang jarang ditemui. Angka

kejadiannya 20 dalam 100.000 populasi. Biasanya penyakit ini lebih

sering tampak pada umur diatas 50 tahun. Wanita lebih sering

menderita penyakit ini dibandingkan pria dan dapat terjadi pada

berbagai usia. Pada wanita, penyakit ini tampak pada usia yang lebih

muda, yaitu sekitar 28 tahun, sedangkan pada pria, penyakit ini sering

terjadi pada usia 60 tahun (James, 2008).

Page 3: pbl 2.doc

c. Patofisiologi

Pada orang yang terkena miastenia gravis, terjadi ikatan antibodi

reseptor asetilkolin pada reseptor asetilkolin yang akan

mengakibatkan terhalangnya transmisi neuromuskular melalui

beberapa cara, antara lain : ikatan silang reseptor asetilkolin terhadap

antibodi anti-reseptor asetilkolin dan mengurangi jumlah reseptor

asetilkolin pada neuromuscular junction dengan cara menghancurkan

sambungan ikatan pada membran post sinaptik, sehingga mengurangi

area permukaan yang dapat digunakan untuk insersi reseptor-reseptor

asetilkolin yang baru disintesis (James, 2008).

d. Gejala klinis

Gejala klinis miastenia gravis antara lain menurut (James, 2008);

1. kelemahan pada otot ekstraokular atau ptosis

2. pada tahap lanjut kelumpuhan otot okular kedua belah sisi akan

melengkapi ptosis miastenia gravis

3. sewaktu-waktu dapat pula timbul kelemahan dari otot masseter

sehingga mulut penderita sukar untuk ditutup

4. dapat pula timbul kesukaran menelan dan berbicara akibat

kelemahan dari otot faring, lidah, pallatum molle, dan laring

sehingga timbullah paresis dari pallatum molle yang akan

menimbulkan suara sengau, selain itu bila penderita minum air,

mungkin air itu dapat keluar dari hidungnya

e. Penatalaksanaan

Antikolinesterase (asetilkolinesterase inhibitor) dan terapi

imunomudulasi merupakan penatalaksanaan utama pada miastenia

gravis. Antikolinesterase biasanya digunakan pada miastenia gravis

yang ringan. Sedangkan pada pasien dengan miastenia gravis

generalisata, perlu dilakukan terapi imunomudulasi yang rutin (James,

2008).

Page 4: pbl 2.doc

1. Plasma Exchange (PE)

PE paling efektif digunakan pada situasi dimana terapi jangka

pendek yang menguntungkan menjadi prioritas. Dasar terapi

dengan PE adalah pemindahan anti-asetilkolin secara

efektif.Respon dari terapi ini adalah menurunnya titer antibodi.

2. Intravena Immunoglobulin (IVIG)

Mekanisme kerja dari IVIG belum diketahui secara pasti, tetapi

IVIG diperkirakan mampu memodulasi respon imun. Salah satu

imonomodulasi yang digunakan adalah Intravena

Metilprednisolone (IVMp), IVMp diberikan dengan dosis 2 gram

dalam waktu 12 jam. Bila tidak ada respon, maka pemberian dapat

diulangi 5 hari kemudian. Jika respon masih juga tidak ada, maka

pemberian dapat diulangi 5 hari kemudian. Sekitar 10 dari 15

pasien menunjukkan respon terhadap IVMp pada terapi kedua,

sedangkan 2 pasien lainnya menunjukkan respon pada terapi

ketiga. Efek maksimal tercapai dalam waktu sekitar 1 minggu

setelah terapi.

3. Antikolinesterase

Antikolinesterase yang dapat digunakan bermacam-macam

Pyridostigmine bromide (Mestinon), Neostigmine (Prostigmine).

Berikut dosis neostigmine berdasarkan usia yang diberikan secara

per oral.

Neonatus: 1-5 mg tiap 4 jam setengah jam sebelum menyusui

Anak - 6 th: mula-mula 7, 5 mg

Anak 6-12 th: mula-mula 15 mg; dosis total per hari 15-90 mg

Dewasa: 15-30 mg oral diulang pada interval yang sesuai dengan

kebutuhan; dosis total per hari 75-300 mg

James F.H. 2008. Epidemilogy and Pathophysiology dalam

Myasthenia Gravis A Manual For Health Care Provider. Amerika