pbl 2 bblr

52
Makassar, 22 April 2013 TUTORIAL 2 MODUL BBLR SKENARIO 2 Kelompok 6A 1. 1102100017 Fani Yustia 2. 1102100025 Regina Amaliah 3. 1102100042 Rini Angraeni 4. 1102100054 Tri Arini Putri M 5. 1102100073 Andi Yaumil Aliyah T. 6. 1102100074 Dini Pratiwi N 7. 1102100130 Ainun Rachmi AR 8. 1102100131 Lilis Muliyawati 9. 1102100142 Selvy Dyan Ningsih 10. 1102100143 Hesty Yulanda Tutor : dr. H. Nasruddin A.M, Sp.OG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Upload: lilis-muliawaty

Post on 11-Feb-2015

188 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

.....

TRANSCRIPT

Page 1: PBL 2 BBLR

Makassar, 22 April 2013

TUTORIAL 2

MODUL BBLR SKENARIO 2

Kelompok 6A

1. 1102100017 Fani Yustia

2. 1102100025 Regina Amaliah

3. 1102100042 Rini Angraeni

4. 1102100054 Tri Arini Putri M

5. 1102100073 Andi Yaumil Aliyah T.

6. 1102100074 Dini Pratiwi N

7. 1102100130 Ainun Rachmi AR

8. 1102100131 Lilis Muliyawati

9. 1102100142 Selvy Dyan Ningsih

10. 1102100143 Hesty Yulanda

Tutor : dr. H. Nasruddin A.M, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2013

Page 2: PBL 2 BBLR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik,

dan hidayah-Nya sehingga laporan hasil tutorial Modul II ( BBLR ) Sistem

Reproduksi dengan skenario 2 dari kelompok 6A ini dapat terselesaikan, dan tak

lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam pembuatan laporan ini, khususnya kepada tutor kami dr. H. Nasruddin

A.M, Sp.OG. yang telah membimbing kami selama proses tutorial berlangsung.

Kami menyadari bahwa segala upaya yang telah kami lakukan belumlah

sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu lewat kesempatan

ini mengharapkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun, dapat

diberikan kepada kami demi penyempurnaan laporan yang kami susun, agar

segala yang menjadi tujuan kita semua dapat terwujud “Insya Allah”.

Penyusun

Kelompok 6A

Page 3: PBL 2 BBLR

SKENARIO

Seorang bayi perempuan, dirujuk ke unit gawat darurat RS dengan keterangan

bayi tampak kuning pada wajah dan badannya. Dari alloanamnesis diketahui bayi

tersebut lahir di bidan swasta 3 hari yang lau, dengan berat lahir 1500 gram

dengan usia kehamilan 8 bulan saat bayi di lahirkan.

Kata Kunci

Bayi perempuan

Tampak kuning pada wajah dan badan

Lahir 3 hari yang lalu di bidan praktek swasta

Berat lahir 1500 gram

Usia kehamilan 8 bulan

Pertanyaan:

1. Jelaskan tentang fisiologi janin !

2. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi setelah kelahiran ?

3. Jelaskan tentang BBLR dan klasifikasinya !

4. Jelaskan faktor-faktor penyebab dari BBLR !

5. Jelaskan tentang mekanisme ikerus pada bayi baru lahir !

6. Jelaskan penanganan dan pencegahan bayi baru lahir dengan berat badan

rendah dan ikterus !

7. Jelaskan komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh BBLR !

8. Jelaskan tentang prespektif islam terhadap bayi baru lahir !

Page 4: PBL 2 BBLR

JAWABAN :

1. Fisiologi janin

Perkembangan Konseptus

Sejak konsepsi perkembangan konseptus menjadi sangat cepat

yaitu zigot mengalami pembelhan menjadi morula (terdiri atas 16 sel

blastomer), kemuadian menjadi blastosit yang mencapai uterus, dan

kemuadian sel sel mengelompok, berkembang, menjadi embrio (sampai

minggu ke-7). Setelah minggu ke -10 hasil konsepsi disebut janin.

Perkembangan fungsi janin sesuai usia gestasi

Minggu 6

Pembentukan hidung, palatum, dagu, dan tonjolan paru. Jari-jari

telah terbentuk namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk

sepenuhnya.

Minggu 7

Mata tampak pada wajah. Pembentukan alis dan lidah.

Minggu 8

Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genitalia eksterna.

Sirkulasi mulai tali pusar dimulai. Tulang mulaiu terbentuk.

Minggu 9

Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk ‘muka’ janin;

kelopak mata terbentuk namun tak akan terbuka sampai minggu ke-28.

Minggu 13-16

Janin berukiran 15 cm. ini merupakan awal dari trimester ke-2.

Kulit janin masih transparan, telah mulai terbentuk rambut janin (laguno).

Janin bergerak aktif yaitu menelan dan menghisap air ketuban. Telah

terbentu mekonium (faeses) dalam usus. Jantung berdenyut 120 –

150/menit.

Minggu 17-24

Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh

diliputi oleh verniks kasosa (lemak). Janin memiliki reflex.

Page 5: PBL 2 BBLR

Minggu 25-28

Saat dimulai awal trimester ke-3, dimana terdapat perkebangan

otak yang cepat. System saraf mengendalikan gerak dan fungsi tubuh,

mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada masa ini kan sangat sulit

bila lahir.

Minggu 29-32

Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan bayi hidup (50-70%).

Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan nafas telah regular, suhu

relative stabil.

Minggu 33-36

Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (laguno) mulaui

berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat hidup

tanpa kesulitan.

Minggu 38-40

Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, diaman bayi akan

meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi dalam jumlah

dalam batas normal.

2. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah kelahiran

Sebagai akibat perubahan lingkungan dalm uterus dan keluar uterus,

maka bayi menerimarangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan

termik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubah

metabolik, pernapasan, umum, dan sirkulasi.

1. Gangguan metabolisme karbohidrat.

Oleh karena kadar gula darah tali pusat yang 65 mg/ 100 ml akan

menurun menjadi 50 mg/ 100 mldalam waktu 2 jam sesudah lahir,

energy yang ditambahan yang diperlukan neonates jam-jam pertama

sesudah lahir diambil drai metabolism asam lemak sehingga kadar gula

darah menjadi 120 mg/ 100 ml. Bila oleh karena sesuatu hal perubahan

glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan pada

metabolism asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan

Page 6: PBL 2 BBLR

neonates, maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia,

misalnya terdapat pada bayi BBLR, bayi dari ibu menderita diabetes

mellitus, dan lai-lain.

2. Gangguan umum

Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada ditempat yang suhunya

lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila

dibiarkan saja dalam suhu kamar 25°C maka bayi akan kehilangan

panas melalui evaporasi, konfersi dan radiasi sebanyak 200 kal/kg

BB/menit. Sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi

hanya sepersepuluh daripada yang tersebut diatas, dalam waktu

bersamaan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh

sebanyak 2°C dalam waktu 15 menit. Hal ini sangat berbahay pada

bayi dengan BBLR karena mereka tidak sanggup mengimbangi

penurunan suhu tersebut denagn vasokonstriksi, inulasi dan produksi

panas yang dibuat sendiri. Akibatnya suhu tubuh yang rendah

metabolism jaringan akan m,eninggi dan asidosis metabolic

meningkant kebotuhan oksigen meningkat dapat menyebabkan

hipotermi yang dapat pula menyebabkan hipoglikemia.

3. Perubahan sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik

sedudah kelahiran. Pernapsan ini timbul sebagai aktibat aktivitas

normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibatu dengan beberapa

rangsangan lainnya seperti kemoreseptor carotid yang sangat peka

terhadap kekurangan oksigen; rangsanga hipoksemia, sentuhan dan

perubah suhu di dalam uterus dan diluar uterus.

4. Perubahan sistem sirkulasi

Dengan berkembangya paru-paru, tekanan oksigen di dalam alveoli

meningkat, sebaliknya tekanan carbonmonoksida menurun. Hal-hal

tersebut menyebabkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah

paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini

menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan

Page 7: PBL 2 BBLR

duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteria dan vena

umbilikalis kemuadian dipotongnya tali-pusat, aliran darah dari

plasenta melalui vena cava inferior dan foramen ovalle tertutup. Denga

diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan diatrium

akan meningkat dari pada atrium kanan, hal ini yang menyebabkan

foramen ovalle menutup. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi

bayi normal yang hidup diluar badan ibu.

3. BBLR dan klasifikasinya

Pengertian BBLR

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)

(Prawirohardjo, 2007).

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500

gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat

badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama 2500 gram disebut prematur.

Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat

kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati,

2010).

Klasifikasi BBLR

Bayi BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan dan

berat badan lahir rendah yaitu :

Menurut Sarwono Prawiharjo (2007), diklasifikasikan berdasarkan

berat badan waktu lahir, yaitu:

a) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir

dengan berat lahir 1.500-2.500 gram.

b) 2)   Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi

yang lahir dengan berat lahir <1.500 gram.

Page 8: PBL 2 BBLR

c) 3)   Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi

yang lahir dengan berat lahir <1.000 gram

Menurut Pantiawati (2010), bayi dengan berat badan lahir rendah

dapat dibagi menjadi dua golongan :

1. Prematuritas murni

Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan

kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan

berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus

kurang bulan sesuai masa kehamilan.

2. Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan

kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil pada

kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan bayi

kecil untuk masa kehamilan.

Menurut Wiknjosastro (2007), WHO (1979) membagi umur

kehamilan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Pre-term: kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259

Hari).

2. Aterm: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42

minggu lengkap (259- 293 hari).

3. Post-term: 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau

lebih).

4. Faktor penyebab BBLR

Penyebab BBLR:

1.      Faktor Ibu

Ibu hamil yang kekurangan gizi saat hamil

Kekurangan gizi saat hamil akan berakibat buruk terhadap

janin seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran

mati atau kematian neonatal dini. Penentuan status gizi yang baik

Page 9: PBL 2 BBLR

yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan

kenaikan berat badan selama hamil.

Berat badan ibu yang rendah

Umur ibu hamil <20 tahun atau >35 tahun

Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara fisik dan

emosional belum matang, selain pendidikan yang juga pada

umumnya masih rendah. Kelahiran BBRL lebih tinggi pada ibu-ibu

usia <20 tahun (Doenges, 2001:148).

Pada ibu-ibu yang sudah tua meskipun telah berpengalaman

tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai meurun

sehingga dapat mempengaruhi janin intrauterine dan dapat

menyebabkan BBLR (Setyowati, 1996).

Jarak kehamilan terlalu dekat

Jarak kehamilan <2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan

janin kurang baik, persalinan lama dan pendarahan pada saat

persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik

(Departemen Kesehatan, 1998:33).

Ibu yang jarak kehamilan terlalu dekat <2 tahun akan

mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada

trimester III, termasuk juga karena Placenta previa, anemia, dan

ketuban pecah dini dapat menyebabkan bayi BBLR (Ilyas,

1995:106)

Paritas Ibu

Jumlah anak lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan janin sehingga dapat mengakibatkan BBLR dan

perdarahan saat melahirkan karena keadaan rahim biasanya sudah

lemah (Departemen Kesehatan, 1998:33)

Ibu hamil merokok (baik sebelum hamil atau pada masa

kehamilan)

Penelitian yang dilakukan oleh BMA Tobacco Control

Resource Centre menunjukkan bahwa ibu yang merokok selama

Page 10: PBL 2 BBLR

kehamilan memiliki risiko melahirkan bayi berat lahir rendah

(BBLR) sebesar 1,5-9,9 kali dibandingkan dengan berat badan

lahir bayi dari ibu yang tidak merokok.

Merokok selama hamil mempunyai efek merupakan pada ibu

dan juga janin. Sebuah penelitian eksperimental menggunakan

hewan coba mencit menyimpulkan bahwa paparan asap rokok yang

diberikan selama masa kehamilan hari ke-0 (hari konsepsi), 1 dan 2

menyebabkan retardasi pertumbuhan embrio, sedangkan paparan

asap rokok selama masa kehamilan hari ke-0 hingga hari ke-17

menyebabkan penurunan berat badan fetus. Dalam penelitian ini,

mencit dipapar asap rokok selama 10 menit, 3 kali sehari.

Radikal bebas yang terkandung dalam asap rokok dapat

menyebabkan kerusakan endotel, peningkatan vasokonstriktor, dan

penurunan vasodilator. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok

dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah. Semua hal

tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Hipertensi dapat

menyebabkan penurunan suplai makanan dan oksigen fetus.

Radikal bebas juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru

sehingga dapat terjadi PPOK. PPOK akan menyebabkan penurunan

oksigenasi fetus. Selain itu, radikal bebas juga dapat mengganggu

metabolisme asam folat. Dengan adanya gangguan metabolisme

asam folat berarti nutrisi pertumbuhan fetus akan terganggu dan

juga akan mempengaruhi ekspresi gen fetus. Akibatnya secara

tidak langsung, hipertensi, PPOK, dan defisiensi asam folat akan

menimbulkan gangguan pertumbuhan fetus yang pada akhirnya

akan dapat menyebabkan BBLR.

Peminum alcohol

Ibu hamil yang meminum alcohol maka janin yang

dikandungnya akan beresiko Fetal Alkohol Syndron (FAS) yang

berhubungan dengan masalah gangguan pertumbuhan dan

perkembangan otak dalam masa kehamilannya. Saat ibu yang

Page 11: PBL 2 BBLR

sedang hamil meminum minuman beralcohol maka alcohol

tersebut akan dibawa masuk ke dalam tubuh dan dapat dengan

mudah beredar hingga masuk melalui placenta menuju janin. Janin

tersebut tidak dapat menyingkirkan alcohol yang masuk, akibatnya

janin menjadi subjek penimbunan kadar alcohol yang tinggi untuk

jangka waktu yang lama.

Konsumsi pada awal kehamilan cenderung menyebabkan

kecacatan pada otak atau tubuh. Konsumsi pada akhir kehamilan

cenderung berefek pada penyerapan nutrisi janin dan fungsi

motorik halus otak. Hal ini termasuk perkembangan kepribadian

dan kemampuan untuk belajar. 

Gejala yang ditimbulkan dari FAS yaitu:

a. Bentuk wajah abnormal, termasuk susunan rahang yang buruk

dan bibir atas serta bentuk rahang hidung rata.

b. Masalah tingkah laku, seperti pemusatan perhatian yang kurang

dan hiperaktif.

c. Keterlambatan perkembangan atau retardasi mental.

d. Epilepsy atau serangan kejang.

e. Kegagalan pertumbuhan stsu keterlambatan pertumbuhan fisik.

f. Kesulitan belajar.

g. Lahir BBLR dan ukuran lingkar kepala kecil.

h. Cacat kecil pada tangan dan kaki.

i. Kerusakan organ, termasuk penyakit jantung bawaan.

j. Kurang koordinasi fungsi motorik tubuh.

k. Kurang memiliki kemampuan mengingat-ingat.

l. Kurang dalam hal bersosialisasi dan suka berimajinasi.

Pengguna narkotika

Pernah melahirkan bayi premature sebelumnya

2.      Faktor Kehamilan

Hidroamnion

Page 12: PBL 2 BBLR

Hidroamnion kadang-kadang disebut juga polihihidroamnion

merupakan keadaan cairan amnion yang berlebihan. Hidroamnion

dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu

sehingga dapat menyebabkan kelahiran premature dan

meningkatkan resiko BBLR (Cuningham, 1995:625).

Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak

mampu menahan berat bayi dalam rahim)

Antepartum hemorrhage (perdarahan kehamilan di atas 22 minggu

atau saat persalinan)

Antepartum hemorrhage menyebabkan anemia dan syok

sehingga keadaan ibu memburuk. Keadaan ini memberikan

gangguan pada placenta yang menyebabkan anemia pada janin

bahkan dapat pula terjadi syok intrauterine yang menyebabkan

kematian bayi intrauterine (Wiknjosastro, 1999:365). Apabila janin

dapat diselamatkan dapat terjadi BBLR, sindrom gagal napas, dan

komplikasi asfiksia (Mansjoer, 1999:279).

Komplikasi Selama Kehamilan

a. Pre-eklampasia/Eklampasia

Pre-eklampasia/eklampasia dapat menyebabkan

keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau

IUGR dan kelahiran mati. Hal ini dikarenakan terjadinya

perkapuran di daerah placenta, sedangkan janin

memperoleh makanna dan oksigen dari placenta, dengan

adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan

oksigen yang masuk ke janin berkurang (Ilyas, 1995:5).

b. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya apabila

terjadi sebelum proses persalinan. KPD disebabkan karena

berkurangnya kekuatan membrane yang diakibatkan oleh

infeksi yang berasal dari vagina dan serviks (Mansjoer,

1999:310).

Page 13: PBL 2 BBLR

c. Hipertensi

Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab

penting terjadinya kelahiran mati dan kematian neonatal

(Sukadi, 2000:3). Hipertensi pada ibu hamil akan

menyebabkan terjadinya insufisiensi placenta dan hipoksia

sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi

kelahiran premature (sukadi, 2000:6).

3.      Faktor Janin

Cacat Bawaan (Kelainan congenital)

Kelainan congenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan

struktur janin yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.

Bayi dengan kelainan congenital biasanya akan lahir BBLR atau

janin kecil utnuk masa kehamilannya. Bayi BBLR dengan kelainan

congenital yang mempunyai berat sekitar 20% meninggal dalam

minggu pertama kehidupannya (Wiknjosastro, 1997:723).

Infeksi dalam Rahim

Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari

gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan

metabolism tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin terganggu atau

berkurang. Oleh karena itu, pengaruh hepatitis dapat menyebabkan

abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam

rahim (Manuaba, 1998:277).

Wanita hamil dengan infeksi rubella dapat menyebabkan bayi

BBLR, cacat bawaan, dan kematian janin (Mochtar, 1998:181).

Kehamilan ganda

Berat badan janin pada kehamilan ganda tidak sama, dapat

berbeda antara 50-1000 gram. Hal ini disebabkan pembagian darah

pada placenta untuk kedua janin tidak sama (Wiknjosastro,

1999:391).

Regangan uterus yang berlebihan pada kehamilan ganda

merupakan salah satu factor yang menyebabkan BBLR

Page 14: PBL 2 BBLR

(Departemen Kesehatan, 1996:14). Pada kehamilan ganda, distensi

uterus berlebihan sehingga melewati batas toleransi dan sering

terjadi partus prematus.

Kelainan kromosom

5. Mekanisme ikterus

Ikterus fisiologis

Yaitu ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak

mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang

membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernikterus” dan tidak

menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.

Ikterus patologis

Yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar

bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.

Metabolisme bilirubin

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus

pada neonatus, perlu diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin

dan neonatus. Perbedaan utama metabolisme adalah bahwa pada janin

melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek.

Metabolisme bilirubin mempunyai tingkatan sebagai berikut :

1. Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi

hemoglobin pada sistem retikuloendotelial (RES). Tingkat

penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua. Satu gram hemoglobin dapat

menghasilkan 35 mg bilirubin indirek. Bilirubin indirek yaitu

bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo

(reaksi hymans van den bergh), yang bersifat tidak larut dalam

air tetapi larut dalam lemak.

2. Transportasi

Page 15: PBL 2 BBLR

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim

hepar mempunyai cara yang selektif dan efektif mengambil

bilirubin dari plasma. Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak. Didalam sel

bilirubin akan terikat terutama pada ligandin , glutation S-

transferase B) dan sebagian kecil pada glutation(protein S-

transferase lain dan protein Z. Proses ini merupakan proses dua

arah, tergantung dari konsentrasi dan afinitas albumin dalam

plasma dan ligandin dalam hepatosit. Sebagian besar bilirubin

yang masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam

empedu. Dengan adanya sitosol hepar, ligadin mengikat

bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital

mempertinggi konsentrasi ligadin dan memberi tempat

pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin.

3. Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi

bilirubin diglukosonide. Walaupun ada sebagian kecil dalam

bentuk monoglukoronide. Glukoronil transferase merubah

bentuk monoglukoronide menjadi diglukoronide. Pertama-tama

yaitu uridin di fosfat glukoronide transferase (UDPG : T) yang

mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide.

Sintesis dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran

kanilikulus. Isomer bilirubin yang dapat membentuk ikatan

hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan

langsung kedalam empedu tanpa konjugasi. Misalnya isomer

yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto).

4. Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang

larut dalam air dan di ekskresi dengan cepat ke sistem empedu

kemudian ke usus. Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi; sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi

Page 16: PBL 2 BBLR

bilirubin indirek dan direabsorpsi. Siklus ini disebut siklus

enterohepatis.

Pada neonatus karena aktivitas enzim B glukoronidase yang

meningkat, bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi

urobilin. Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin

indirek meningkat dan tereabsorpsi sehingga siklus

enterohepatis pun meningkat.

Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada

kehamilan 12 minggu, kemudian menghilang pada kehamilan 36-37

minggu. Pada inkompatibilitas darah Rh, kadar bilirubin dalam cairan

amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis. Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus. Bagaimana

bilirubin sampai ke likuor amnion belum diketahui dengan jelas, tetapi

kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas dan saluran cerna.

Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas.

Demikian pula kesanggupannya untuk mengkonjugasi. Dengan demikian

hampir semua bilirubin pada janin dalam bentuk bilirubin indirek dan

mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh hepar ibunya.

Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat

terjadi akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg%. Hal ini menunjukkan

bahwa ketidakmampuan fetus mengolah bilirubin berlanjut pada masa

neonatus. Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh hepar ibunya, tetapi

pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus. Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang

atau bila terdapat gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis

atau bila terdapat kekurangan enzim glukoronil transferase atau

kekurangan glukosa, kadar bilirubin indirek dalam darah dapat meninggi.

Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar

albumin dalam serum. Pada bayi kurang bulan biasanya kadar

Page 17: PBL 2 BBLR

albuminnya rendah sehingga dapat dimengerti bila kadar bilirubin indek

yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya karena bilirubin

indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak. Inilah yang

menjadi dasar pencegahan ‘kernicterus’ dengan pemberian albumin atau

plasma. Bila kadar bilirubin indirek mencapai 20 mg% pada umumnya

kapasitas maksimal pengikatan bilirubin oleh neonatus yang mempunyai

kadar albumin normal telah tercapai.

Ikterus Fisiologis

Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali

pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan

kurang dari 5 mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada

hari ke 2-3, biasanya mencapai puncaknya antara hari ke 2-4, dengan

kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih

rendah dari 2 mg/dl antara lain ke 5-7 kehidupan. Ikterus akibat

perubahan ini dinamakan ikterus “fisiologis” dan diduga sebagai akibat

hancurnya sel darah merah janin yang disertai pembatasan sementara

pada konjugasi dan ekskresi bilirubin oleh hati.

Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum cenderung

sama atau sedikit lebih lambat daripada pada bayi aterm, tetapi

berlangsung lebih lama, pada umumnya mengakibatkan kadar yang lebih

tinggi, puncaknya dicapai antara hari ke 4-7, pola yang akan

diperlihatkan bergantung pada waktu yang diperlukan oleh bayi preterm

mencapai pematangan mekanisme metabolisme ekskresi bilirubin. Kadar

puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai sebelum hari ke 5-7 dan kadang-

kadang ikterus ditemukan setelah hari ke-10.

Diagnosis ikterus fisiologik pada bayi aterm atau preterm, dapat

ditegakkan dengan menyingkirkan penyebab ikterus berdasarkan

anamnesis dan penemuan klinik dan laboratorium. Pada umumnya untuk

menentukan penyebab ikterus jika :

1. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.\

Page 18: PBL 2 BBLR

2. Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5

mg/dl/24 jam.

3. Kadar bilirubin serum lebih besar dari 12 mg/dl pada bayi aterm

dan lebih besar dari 14 mg/dl pada bayi preterm.

4. Ikterus persisten sampai melewati minggu pertama kehidupan, atau

5. Bilirubin direk lebih besar dari 1 mg/dl. (4,5,8).

Ikterus Patologis

Ikterus patologis mungkin merupakan petunjuk penting untuk

diagnosis awal dari banyak penyakit neonatus. Ikterus patologis dalam 36

jam pertama kehidupan biasanya disebabkan oleh kelebihan produksi

bilirubin, karena klirens bilirubin yang lambat jarang menyebabkan

peningkatan konsentrasi diatas 10 mg/dl pada umur ini. Jadi, ikterus

neonatorum dini biasanya disebabkan oleh penyakit hemolitik.

Etiologi

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun

dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi :

1. Produksi yang berlebihan

Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,

misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas

darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD,

piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

2. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar.

Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi

hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya

enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab

lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan

penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.

3. Gangguan transportasi

Page 19: PBL 2 BBLR

Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat

ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi

oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin

menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas

dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.

4. Gangguan dalam ekskresi

Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau

diluar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh

kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi

atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

Ikterus yang berhubungan dengan pemberian air susu ibu.

Diperkirakan 1 dari setiap 200 bayi aterm, yang menyusu,

memperlihatkan peningkatan bilirubin tak terkonjugasi yang cukup

berarti antara hari ke 4-7 kehidupan, mencapai konsentrasi maksimal

sebesar 10-27 mg/dl, selama minggu ke 3. Jika mereka terus disusui,

hiperbilirubinemia secara berangsur-angsur akan menurun dan kemudian

akan menetap selama 3-10 minggu dengan kadar yang lebih rendah. Jika

mereka dihentikan menyusu, kadar bilirubin serum akan menurun dengan

cepat, biasanya kadar normal dicapai dalam beberapa hari.

Penghentian menyusu selama 2-4 hari, bilirubin serum akan

menurun dengan cepat, setelah itu mereka dapat menyusu kembali, tanpa

disertai timbulnya kembali hiperbilirubinemia dengan kadar tinggi,

seperti sebelumnya. Bayi ini tidak memperlihatkan tanda kesakitan lain

dan kernikterus tidak pernah -pregnan-3dilaporkan. Susu yang berasal

dari beberapa ibu mengandung 5 -diol dan asam lemak rantai panjang,

tak-teresterifikasi, yang, 2 secara kompetitif menghambat aktivitas

konjugasi glukoronil transferase, pada kira-kira 70% bayi yang

disusuinya. Pada ibu lainnya, susu yang mereka hasilkan mengandung

lipase yang mungkin bertanggung jawab atas terjadinya ikterus.

Sindroma ini harus dibedakan dari hubungan yang sering diakui, tetapi

kurang didokumentasikan, antara hiperbilirubinemia tak-terkonjugasi,

Page 20: PBL 2 BBLR

yang diperberat yang terdapat dalam minggu pertama kehidupan dan

menyusu pada ibu.

Patofisiologi

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa

keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat

penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal

ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,

polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya

bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi

enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat

menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi

apabila kadar protein Y berkurang atau pada keadaan proten Y dan

protein Z terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau

dengan anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan

peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan

konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoranil transferase) atau bayi yang

menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau

sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatik.

Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak

jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek

yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat

ini memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila

bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi

pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Pada

umumnya dianggap bahwa kelainan pada susunan saraf pusat tersebut

mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.

Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya

tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada

keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar

daerah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas, berat lahir

Page 21: PBL 2 BBLR

rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf

pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi. (7,9).

Manifestasi Klinis

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar

matahari. Bayi baru lahir (BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin

serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro mol/L (1 mg mg/dl = 17,1

mikro mol/L). salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL

secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan penilaian menurut

Kramer (1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-

tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut dan

lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Penilaian

kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan

tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya.

6. Penanganan dan pencegahan bayi baru lahir dengan berat badan

rendah dan ikterus.

1) BBLR

a. Penanganan

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh

yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta

penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus, maka

perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian

makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi,

serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

1) Atur temperatur lingkungan

BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu

suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. Bisa

dengan membersihkan cairan pada tubuh bayi, kemudian

dibungkus. Atau bisa juga dengan meletakkannya di bawah

lampu atau dalam inkubator. Dan bila listrik tidak ada, bisa

Page 22: PBL 2 BBLR

dengan metode kangguru, yaitu meletakkan bayi dalam

pelukan ibu (skin to skin).

2) Cegah sianosis

Cara mencegah sianosis dapat dengan cara

pemberian oksigen agar saturasi oksigen dalam tubuh bayi

dapat dipertahankan dalam batas normal.

3) Cegah infeksi

BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini

disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi

berkurang, relatif belum sanggup untuk membentuk

antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap

peradangan belum baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan

prinsip-prinsip pencegahan infeksi, antara lain mencuci

tangan sebelum dan sesudah memegang bayi,

membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak

dipakai lagi, membersihkan kulit dan tali pusat bayi dengan

baik.

4) Pemberian vitamin K

Dosis 1 mg intra muskular, sekali pemberian.

Pemberian vitamin K pada bayi imatur adalah sama seperti

bayi-bayi dengan berat badan dan maturitas yang normal.

5) Intake harus terjamin

Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan

batuk belum sempurna. Kapasitas lambung masih sedikit,

daya enzim pencernaan, terutama lipase masih kurang.

Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam

agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan

hiperbilirubinemia. Pada umumnya bayi dengan berat lahir

2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi

dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu

mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-

Page 23: PBL 2 BBLR

hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui

sonde lambung.

b. Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/

preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat

dilakukan:

1) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala

minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak

umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,

terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi

BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada

institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu,

2) Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya

selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan

agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang

dikandung dengan baik,

3) Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada

kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun), dan

4) Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut

berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status

ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses

terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi

ibu selama hamil.

2) Bayi Ikterus

Dalam penanganan ikterus, cara – cara yang dipakai ialah

mencegah dan megobati hiperbilirubinemia. Sampai saat ini cara –

cara dapat dibagi dalam 3 jenis usaha, yakni:

1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin

Early feeding

Page 24: PBL 2 BBLR

Pemberian makanan dini pada neonates dapat

mengurangi terjadinya ikterus fisiologik pada

neonates. Hal ini mungkin sekali disebabkan karena

dengan pemberian makanan yang dini itu terjadi

pendorongan gerakan usus, dan mekonium lebih cepat

dikeluarkan, sehingga peredaran enterohepatik

bilirubin berkurang.

Pemberian agar – agar

Pemberian agar – agar per os dapat

mengurangi ikterus fisiologik. Mekanismenya ialah

dengan menghalangi atau mengurangi peredaran

bilirubin enterohepatik.

Pemberian fenobarbital

Ternyata dapat menurunkan kadar bilirubin

tidak langsung dalam serum bayi. Khasiat

fenobarbital ialah mengadakan induksi enzim

mikrososma, sehingga konjugasi bilirubin

berlangsung lebih cepat. Penyelidikan – penyelidikan

menunjukkan bahwa fenobarbital, baik yang

diberikan sesudah anak lahir maupun diberikan

kepada ibunya sebelum anak lahir, dapat mencegah

terjadinya ikterus fisiologik.

Pengalaman di RS Dr. Cipto Mangunkusumo,

Jakarta menunjukkan bahwa pemberian fenobarbital

untuk mengobati hipernilirubinemia pada neonatus

selama 3 hari baru dapat menurunkan bilirubin serum

yang berarti. Bayi premature lebih banyak

memberikan reaksi daripada bayi cukup bulan.

Fenobarbital dapat diberikan dosis 8 mg/kg berat

badan sehari, mula – mula parenteral, kemudian

dilanjutkan secara oral. Keuntungan pemberian

Page 25: PBL 2 BBLR

fenobarbital dibandingkan dengan terapi sinar ialah

bahwa pelaksanaannya lebih mudah. Kerugian ialah

diperlukan waktu paling kurang 3 hari untuk

mendapat hasil yang berarti.

2. Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan

yang dapat dikeluarkan melalui ginjal dan traktus

digestivus, misalnya dengan terapi sinar (phototerapy).

Cremer melaporkan bahwa pada bayi penderita

ikterus yang diberi sinar matahari lebih dari penyinaran

biasa, ikterus lebih cepat menghilang dibandingkan dengan

bayi lain yang tidak disinari. Penyelidikan lain misalnya

Lucey, Gianta, Rath, dll menunjukkan bahwa terapi sinar

dengan menggunakan sinar buatan juga member hasil yang

baik. Dengan terapi sinar bilirubin serum dapat turun

dengan cepat, 1 sampai 4 mg % dalam 24 jam.

Dengan penyinaran bilirubin dipecah menjadi

dipylore yang kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan

traktus digestivus. Hasil perusakan bilirubin ternyata tidak

toksik untuk tubuh dan dapat dikeluarkan dari tubuh dengan

sempurna. Mekanisme utama terapi sinar adalah

fotoisomerisasi. Dengan terapi sinar maka bilirubin diubah

menjadi suatu fotoisomer. Dengan kata lain bilirubin

42,152 sinar bilirubin 42,15 E. bilirubin isomer ini mudah

larut dalam air. Penggunaan terapi sinar untuk mengobati

hiperbilirubinemia harus dilakukan dengan hati – hati

karena jenis pengobatan ini dapat menimbulkan

komplikasi, yaitu dapat menyebabkan kerusakan retina,

dapat meningkatkan kehilangan air tidak terasa (insensible

water losses), dan dapat mempengaruhi pertumbuhan serta

perkembangan bayi, walaupun hal ini masih dapat

dibalikkan. Kalau digunakan terapi sinar, sebaiknya dipilih

Page 26: PBL 2 BBLR

sinar dengan spectrum antara 420 – 480 nannometer; sinar

ultraviolet harus dicegah dengan Plexiglas dan bayi harus

mendapat cairan yang cukup. Kadar bilirubin harus

diperiksa setiap hari dan harus dijaga agar bayi jangan

kepanasan. Di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta terapi

sinar diberikan kalau kadar bilirubin mencapai 15 mg %.

Alat yang dipergunakan terdiri dari 10 lampu neon biru

masing – masing berkekuatan 20 watt. Susunan lampu ini

dimasukkan ke dalam balik yang diberi ventilasi di

sampingnya. Di bawah susunan lampu di pasang plexyglass

setebal 1,5 cm untuk mencegah sinar ultraviolet. Alat terapi

sinar diletakkan 45 cm di atas permukaan bayi. Terapi sinar

diberikan selama 72 jam atau sampai kadar bilirubin

mencapai 7,5 mg %. Selama terapi sinar mata bayi dan alat

kelamin ditutupi dengan bahan yang dapat memantulkan

sinar.

3. Mengeluarkan bilirubin dari peredaran darah, yaitu dengan

transfusi tukar darah

Cara yang paling tepat untuk mengobati

hiperbilirubinemia pada neonatus ialah transfusi tukar

darah. Dalam beberapa hal terapi sinr dapat menggantikan

transfusi tukar darah, akan tetapi pada penyakit hemolitik

neonatus transfusi tukar darah merupakan tikdakan yang

paling tepat.

Transfusi tukar darah di RS Dr. Cipto

Mangunkusumo, Jakarta, diberikan dalam kasus – kasus

berikut:

1) Diberikan kepada semua kasus ikterus dengan kadar

bilirubin tidak langsung yang lebih dari 20 mg%,

Page 27: PBL 2 BBLR

2) Pada bayi premature transfusi tukar darah dapat

diberikan walaupun kadar albumin kurang dari 3,5

gr/100ml,

3) Pada kenaikan yang cepat bilirubin tidak langsung

serum bayi pada hari pertama (0,3 – 1 mg% per jam).

Hal ini terutama terdapat pada inkompatibilitas

golongan darah,

4) Anemia yang berat pada neonatus dengan tanda –

tanda dekompensasi jantung, dan

5) Bayi menderita ikterus dan kadar hemoglobin darah

tali pusat kurang dari 14 mg% dan Coombs test

langsung positif.

7. Komplikasi dari BBLR

1. Gangguan pernapasan

a. Sindroma gangguan pernapasan

Sindroma gangguan pernapasan pada bayi BBLR adalah

perkembangan immatur sistem pernapasan atau tidak adekuatnya

surfaktan pada paru-paru. Surfaktan adalah zat endogen yang

terdiri dari fosfolipid, lipid dan protein yang membentuk lapisan

diantara permukaan alveolar dan mengurangi kolaps alveolar

dengan cara menurunkan tegangan permukaan didalam alveoli.

Gejala gangguan pada sistem pernapasan yaitu :

Takipnea (>60 kali/menit)

Gerakan cuping hidung

Sianosis sekitar mulut dan ujung jari

Pucat dan kelelahan

Apnea dan pernapasan tidak teratur

Mendengkur

Pernapasan dangkal

Penurunan suhu tubuh

Page 28: PBL 2 BBLR

b. Asfiksia

Adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan

dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan

meningkatkan karbon dioksida.

c. Aspirasi mekonium

Merupakan penyakit paru yang berat ditandai dengan

pneumonitis kimiawi dan obstruksi mekanis jalan napas. Penyakit

ini akibat inhalasi cairan amnion yang tercemar mekonium

peripartum sehingga terjadi peradangan jaringan paru dan

hipoksia.

2. Gangguan metabolik

a. Hipotermi

Bayi BBLR dan bayi prematur akan dengan cepat

kehilangan panas tubuh dan dan menjadi hipotermia, karena pusat

pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,

metabolisme yang rendah dan luas permukaan tubuh yang relatif

luas dan lemak yang masih sedikit.\

b. Hipoglikemia

Pada BBLR hipoglikemia terjadi karena cadangan glukosa

yang rendah dan aktifitas hormonal untuk glukoneogenesis yang

belum sempurna.

c. Masalah pemberian ASI

Hal ini terjadi karena ukuran tubuh bayi yang kecil, kurang

energi, lemah dan lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap.

Bayi BBLR sering mendapatkan asi dengan bantuan,

membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi

sering.

3. Gangguan Imunitas

a. Gangguan imunologik

Page 29: PBL 2 BBLR

Daya tahan tubuh berkurang karena rendahnya kadar IgG

maupun gamma globulin. IgG pada saat awal kelahiran sebagian

besar didapat dari ibu dimulai sekitar minggu ke-16 dan paling

tinggi empat minggu sebelum kelahiran. Dengan demikian, bayi

BBLR relatif kurang mendapat antibodi ibu belum sanggup

membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap

infeksi belum baik, karena kekebalan tubuh bayi juga belum

matang.

b. Ikterus

Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput

lendir dan berbagai jaringan karena tingginya zat warna empedu.

Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada

bayi baru lahir. Biasanya bersifat fisiologis, tapi dapat juga

patologis, dikarenakan fungsi ginjal yang belum matang

menyebabkan gangguan pemecahan bilirubin dan menyebabkan

hiperbilirubinemia. Bayi yang mengalami ikterus yang patologis

ditandai dengan :

Kuningnya timbul 24 jam pertama setelah lahir.

Jika dalam sehari kadar bilirubin meningkat pesat dan

progresif.

Jika bayi tampak tidak aktif, tidak mau menyusu.

Cenderung banyak tidur disertai suhu tubuh yang mungkin

meningkat atau turun.

Urin seperti teh

4. Gangguan sistem peredaran darah

a. Masalah perdarahan

Perdarahan pada neonatal mungkin dapat disebabkan

karena kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi

pembekuan darah yang abnormal karena imaturisasi sel.

b. Anemia

Page 30: PBL 2 BBLR

Anemia fisiologi pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi

eritropoiesis pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta

bertambah besarnya volume darah akibat pertumbuhan yang lebih

cepat.

c. Gangguan jantung

Patent Ductus Arteriosus (PDA) biasanya dicatat dalam

beberapa minggu pertama atau bulan kelahiran. PDA yang

menetap sampai bayi berumur 3 hari sering ditemui pada bayi

BBLR. Defek septum ventrikel banyak pada bayi dengan berat

badan <2500 gram dan masa genstasinya kurang dari 34 minggu.

d. Perdarahan pada otak

Intraventrikular hemorrhage, perdarahan intrakranial otak

pada neonatus. Bayi mengalami masalah neurologis, seperti

gangguan mengendalikan otot (cerebral palsy), keterlambatan

perkembangan dan kejang.

5. Gangguan cairan elektrolit

a. Gangguan eliminasi

Kerja ginjal yang masih imatur, kemampuan mengatur

pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna.

Ginjal imatur baik secara anatomis maupun fungsinya, produksi

urin sedikit, urea clearance yang rendah tidak mampu mengurangi

kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah

terjadi edema dan asidosis metabolik.

b. Distensi abdomen

Terjadi akibat motilitas usus berkurang, volume lambung

yang kecil sehingga waktu pengosongan lambung bertambah,

daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak berkurang.

Kerja dari sfingter gastroesofagus yang belum sempurna

memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus

mudah terjadi aspirasi.

c. Gangguan pencernaan

Page 31: PBL 2 BBLR

Saluran pencernaan yang belum berfungsi sempurna

membuat penyerapan makanan lemah dan kurang baik. Aktifitas

otot pencernaan masih belum sempurna, mengakibatkan

pengosongan lambung lambat.

d. Necrotizing Enterocolitis (NEC)

Terjadi 2-3 minggu setelah lahir. Hal ini menyebabkan

kesulitan makan, komplikasi perut bengkak dan lainnya.

6. Gangguan pada mata

a. Retinopati prematuritas (ROP)

Adalah pertumbuhan abnormal dari pembuluh darah di

mata yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Hal ini

terjadi terutama pada bayi yang lahir sebelum 32 minggu

kehamilan.

8. Prespektif islam terhadap bayi baru lahir

‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami

akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-

An’am: 151)

Mengazankan/mengiqamatkan padatelinga kanan/kiri bayi, langsung

setelah lahir dan dimandikan (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dari

Asmaa binti Abu Bakar).

Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,

yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah:

233)

Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban

orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama,

memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-

Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.”       

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan

‘aqiqahnya. Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang

ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh

Page 32: PBL 2 BBLR

Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy,

hadits dari Samurah )

Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan kemuliaan

bagi anak perempuan (cf. H.R. Ahmad dan Baihaqy dari Syaddaad bin

Aus)

‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami

akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-

An’am: 151)

Mengazankan/mengiqamatkan padatelinga kanan/kiri bayi, langsung

setelah lahir dan dimandikan (cf. H.R. Bukhari dan Muslim dari

Asmaa binti Abu Bakar).

Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,

yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah:

233)

Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban

orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama,

memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-

Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa.”       

Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan

‘aqiqahnya. Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang

ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh

Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy,

hadits dari Samurah )

Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan kemuliaan

bagi anak perempuan (cf. H.R. Ahmad dan Baihaqy dari Syaddaad bin

Aus)

Page 33: PBL 2 BBLR

DAFTAR PUSTAKA

1) Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka

2) Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika

3) Proverawati, Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Yogyakarta: Nuha Medika

4) http://nutrisionista-viertame.blogspot.com/2010/10/faktor-penyebab-bblr-

dan-pencegahannya.html

5) Hanifa Wiknjosastro. Editor. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002. Hal. 762-5

6) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam :

Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-

313.

7) Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi

bayi. Avaliable from : :http://www.IDAI.or.idLast Update : 2006. [diakses

pada tanggal 19 Desember 2013].

8) Respository.usu.ac.id/…/chapter%2011.pdf

9) Behrman, Kliegman Arvin, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran ECG. Edisi 15.