pbl 2 tumbang

34
SKENARIO Seorang anak perempuan, umur 6 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan sering mencret sejak 1 bulan terakhir. Riwayat pemberian makan: ASI diberikan sampai 2 bulan, selanjutnya diberi air tajin sampai sekarang. Riwayat kelahiran: BBL 2900 g, PB 48 cm. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : BB 6 kg, PB 60 cm. Telapak tangan tampak pucat. Ditemukan edema pada tungkai bawah dan abdomen. Tampak otore pada telinga kanan dan kiri. Hati teraba 2 cm bawah arkus kosta. Laboratorium: Hb 5 g/dl. KATA SULIT 1. Air Tajin : merupakan cairan putih ketika kita memasak nasi. 2. Otore : sekret/cairan yang keluar dari liang telinga. KATA KUNCI 1. Anak perempuan 6 bulan. 2. Dibawa ke puskesmas dengan keluhan sering mencret sejak 1 bulan terakhir. 3. Pemberian ASI sampai 3 bulan, selanjutnya diberi air tajin sampai sekarang. 4. Riwayat kelahiran : BBL 2900 g, PB 48 cm. 1

Upload: amalia-hendar-pangestuti

Post on 29-Jan-2016

249 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

modul tumbuh kembang

TRANSCRIPT

Page 1: PBL 2 TUMBANG

SKENARIO

Seorang anak perempuan, umur 6 bulan, dibawa ibunya ke Puskesmas dengan

keluhan sering mencret sejak 1 bulan terakhir. Riwayat pemberian makan: ASI

diberikan sampai 2 bulan, selanjutnya diberi air tajin sampai sekarang. Riwayat

kelahiran: BBL 2900 g, PB 48 cm. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : BB 6 kg, PB

60 cm. Telapak tangan tampak pucat. Ditemukan edema pada tungkai bawah dan

abdomen. Tampak otore pada telinga kanan dan kiri. Hati teraba 2 cm bawah arkus

kosta. Laboratorium: Hb 5 g/dl.

KATA SULIT

1. Air Tajin : merupakan cairan putih ketika kita memasak nasi.

2. Otore : sekret/cairan yang keluar dari liang telinga.

KATA KUNCI

1. Anak perempuan 6 bulan.

2. Dibawa ke puskesmas dengan keluhan sering mencret sejak 1 bulan terakhir.

3. Pemberian ASI sampai 3 bulan, selanjutnya diberi air tajin sampai sekarang.

4. Riwayat kelahiran : BBL 2900 g, PB 48 cm.

5. Usia 6 bulan: BB 6 kg, PB 60 cm.

6. Fisis : telapak tangan pucat, edema tungkai dan abdomen, otore pada kedua

telinga, hati teraba 2 cm dibawah arcus costa.

7. Lab : Hb 5 g/dl.

1

Page 2: PBL 2 TUMBANG

PERTANYAAN

1. Bagaimana status gizi pada anak di skenario?

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya Protein Energi Malnutrisi (PEM)?

3. Bagaimana patogenesis gejala yang ada pada skenario?

4. Bagaimana langkah-langkah diagnosis untuk kasus di skenario?

5. Diagnosis banding untuk kasus di skenario?

6. Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada anak di skenario?

7. Apakah upaya pencegahan yang dapat dilakukan?

8. Penatalaksanaan dari gejala yang ada pada skenario?

2

Page 3: PBL 2 TUMBANG

JAWABAN

1. Status Gizi Anak

a. BB saat lahir : 2900 gr

BB usia 6 bulan : 6000 gr dg riwayat udema

Jika makanan adekuat, maka pertambahan BB perbulan :

Trimester 1 : 700-1000gr/bulan

Trimester 2 : 500-600 gr/bulan

Jadi, BB ideal pada usia 6 bulan = 6500 - 7700gr

b. Koreksi udema : 20% x BB saat ini

: 20 % x 6000 gr = 1200 gr

Jadi BB aktual = BB saat ini – koreksi udema

= 4800 gr

c. PB saat lahir : 48 cm

PB usia 6 bulan : 60 cm

Penambahan PB

Trimester 1 : 2,8-4,4 cm

Trimester 2 : 1,9-2,6 cm

Jadi, PB ideal pada usia 6 bulan : 62,1 – 69 cm

3

Page 4: PBL 2 TUMBANG

Gambar 1 : Grafik pertumbuhan Berat Badan menurut Umur (WHO)

Gambar 2: Standar berat badan menurut umur (CDC)

4

Page 5: PBL 2 TUMBANG

Gambar 3 : Standar panjang badan menurut umur (KEMENKES)

2. Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya PEM

Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk yaitu :

1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah

makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang

dibutuhkan karena alasan social dan ekonomi yaitu kemiskinan.

2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi hal ini disebabkan

oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-

zat makanan secara baik.

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu :

1. Factor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat.

2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak.

3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

5

Page 6: PBL 2 TUMBANG

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk

pada balita, yaitu :

1. Keluarga miskin

2. Ketidak tahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak

3. Factor penyakit bawaan pada anak, seperti jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran

pernafasan dan diare

3. Patogenesis terjadinya gejala yang ada pada skenario

Semua gejala yang terjadi sesuai skenario dapat terjadi karena disebabkan

oleh terjadinya malnutrisi (Gizi buruk), malnutrisi dapat disebabkan oleh

beberapa hal, misalnya keadaaan social ekonomi sesorang yang rendah daapat

menyebabkan asupan gizi yang dia dapatkan menurun apalagi jika ditambah

dengan lingkungan yang buruk maka akan sangat mendukung terjadinya

malnutrisi (Gizi buruk), salah satu faktor juga yang mendukung terjadinya

malnutrisi (Gizi Buruk) adalah ketika sistem imun seseorang menurun maka akan

gampang terserang infeksi baik respirasi, gastrointestinal yang menyebabkan

infeksi dan akhirnya terjadi diare berulang, infeksi juga dapat menyebabkan

anorexia.

Malnutrisi (Gizi Buruk) dapat menybabkan berbagai macam gangguan,

dimulai pada saat terjadinya berbagai macam defisiensi seperti yang pertama

yaitu defisiensi karbohidrat menyebabkan metabolisme energi menurun dan

akhirnya menyebabkan cadangan lemak dan protein di otot dipakai maka terjadi

glukoneogenesis maka terjadi atropi otot dan mengakibatkan seorang anak

menjadi kurus. Selanjutnya defisiensi yang kedua yaitu defisiensi mineral (Fe)

vitamin B complex dimana jika terjadi defisiensi Fe menyebabkan pembentukan

HB menurun kemudian menyebabkan anemia oleh sebab itu tangan anak ini

menjadi pucat. Selanjutnya jika terjadi defisiensi lemak maka akan terjadi

gangguan pembentukan lipoprotein B yang menyebabkan gangguan transfer

6

Page 7: PBL 2 TUMBANG

lemak dari hati ke depot lemak sehingga kolesterol tetap di hati maka terjadi

perlemakan hati oleh sebab itu terjadi hepatomegali. Selanjutnya jika terjadi

defisiensi protein maka asam amino dalam serum akan menurun dampaknya

albumin juga akan menurun yang berarti tekanan osmotik kapiler menurun

menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat maka plasma akan keluar ke

jaringan interstitial dampaknya adalah terjadi udem.

4. Langkah–langkah diagnosis

1. Anamnesis: menanyakan identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat).

Apa pekerjaan orang tua? Survei konsumsi makanan. Sejak kapan gejalanya

muncul? Apakah hilang timbul atau menetap? Apakah ada gejala lain yang

7

Sosio ekonomi rendahAsupan gizi kurang

+lingkungan burukMalnutrisi

(gizi buruk)Def.karbohidratMet.ener

gi Cad.lemak&prot diototAtrofi otot

Def.mineral(Fe) &vit,B comppemb.ent

ukan HB

Muka,telapak tangan&kaki pucat

Def.LemakGgn.pembe

ntukan lipoprotein

β

Ggn.transfer lemak dr hati ke

depot lemakPerlemak

an hatiHEPATOM

EGALI

Def.ProteinAs.amino

dlm serum

Albumin Permeabil

itas kapilerPlasma

keluar ke jaringan

EDEMA

- Pretibial

- dorsu

m pedis

- Asite

s

KURUS

INFEKSI

RESPIRASI

GI

Anoreksia

Sistem imun

ANEMIA

Referensi :Buku anak jilid 1&2 fakultas kedokteran UIBuku Ilmu Penyakit dalam

Bakteri

Diare berula

ng

Page 8: PBL 2 TUMBANG

menyertai? Apakah ada riwayat penyakit terdahulu? Apakah ada riwayat

pemakaian obat-obatan? Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam

keluarga?

2. Pemeriksaan fisis:

a) Inspeksi. Melihat keadaan umum (kesadaran), keadaan gizi. Dilakukan

secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota

gerak yaitu kaki. Muka, keadaan rambut, edema, atrofi otot dan jaringan,

kelainan kulit, keadaan gigi dan tulang, hati, darah dan sumsung tulang,

pankreas, jantung, serta gastrointestinal. Dinilai apakah pasien tampak

anemia atau tidak. Ada edema atau tidak. Rambut kepala mudah tercabut

tanpa rasa sakit dan rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan

berubah warna menjadi putih. Kulit cenderung kering dengan garis-garis

kulit yang lebih mendalam dan lebar. Hiperpigmentasi dan persisikan

kulit.

b) Palpasi. Menilai adanya pembesaran hepar.

c) Perkusi. Menilai adanya pembesaran hepar dan cairan berlebih.

d) Auskultasi. Menilai bising usus.

3. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah rutin, kimia darah, urin rutin,

dan protein serum.

4. Pemeriksaan antropometrik: berat badan menurut umur, tinggi badan menurut

umur, berat badan menurut tinggi badan, tebal lipatan kulit, dan lingkar

lengan atas.

5. Pemeriksaan radiologi: melihat densitas tulang, serta kelainan organ-organ

yang dapat disebabkan oleh malnutrisi.

8

Page 9: PBL 2 TUMBANG

5. Diagnosis Banding

PEM (PROTEINENERGIMALNUTRISI)

Suatu keadaan yg disebabkan kekurangan atau kelebihan relatif atau absolut,

satu atau beberapa zat gizi esensial, dalam waktu lama sehingga menimbulkan

keadaan patologik

Bentuk umum malnutrition :

1. Undernutrition: Kekurangan jumlah kalori. Contoh: Starvation, marasmus

2. Defisiensispesifik : Ketidakseimbangan satu jenis zat gizi. Contoh :

kwashiorkor, xeroftalmia, beri-beri, dll

3. Imbalance : Ketidakseimbangan antara berbagai zat gizi. Contoh : protein

dgnVit. A, kaloridgnvit. B kompleks

4. Overnutrition: Kelebihan jumlah kalori dan obesitas

Patogenesispenyakitdefisiensigizi :

1. Primer (diitetik) : Asupan makanan tidak adekuat

2. Sekunder (kondisional) :Adanya faktor yang mengganggu digesti, absorpsi

metabolism. Contohnya :malabsorpsi, kebutuhan, katabolisme, ekskresi

berlebihan, inborn error of metabolism.

A. KWASHIORKOR

DEFINISI

Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi

protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak

mencukupi kebutuhan.

9

Page 10: PBL 2 TUMBANG

ETIOLOGI

Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-3 tahun ,namun dapat

pula terjadi pada bayi .Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah

sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain.

Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor

adalah menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau

tidak seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih ,kwashiorkor dapat muncul bahkan

ketika kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi kebiasaan adat

atau ketidak tahuan (kurang nya edukasi) yang menyebabkan penyimpangan

keseimbangan nutrisi yang baik.

Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain

memepersulit pola-pola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama malnutrisi protein

disebabkan oleh kekurangan pemasukan protein yang mempunyai nilai biologik yang

baik.Bisa juga terdapat gangguan penyerapan protein,misalnya yang dijumpai pada

keadaan diare kronik,kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria

(nefrosis), infeksi,perdarahan atau luka-luka bakar serta kegagalan melakukan sintesis

protein , seperti yanga didapatkan pula pada penyakit hati yang kronis.

INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Kwashiorkor dijumpai terutama pada golongan umur tertentu yaitu bayi pada

masa menyusui dan pada anak prasekolah, 1 hingga 3 tahun yang merupakan

golongan umur yang relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-

baiknya. Sindrom demikian kemudian dilaporkan oleh berbagai negeri terutama

negeri yang sedang berkembang seperti Afrika, Asia, Amerika Tengah, Amerika

Selatan, dan bagian-bagian termiskin di Eropa (1,2). Penyakit ini banyak terdapat anak

dari golongan penduduk yang berpenghasilan rendah. Ini dapat dimengerti karena

10

Page 11: PBL 2 TUMBANG

protein yang bermutu baik terutama pada bahan makanan yang berasal dari hewan

seperti protein, susu, keju, telur, daging, dan ikan. Bahan makanan tersebut cukup

mahal , sehingga tidak terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Akan

tetapi faktor ekonomi bukan merupakan satu-satunya penyebab penyakit ini. Ada

berbagai protein nabati yang bernilai cukup baik, misalnya kacang kedele, kacang

hijau, dan sebagainya, akan tetapi karena tidak diketahui atau tidak disadari, bahan

makanan tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya (2). Pengetahuan yang

kurang tentang nilai bahan makanan, cara pemeliharaan anak, disamping ketakhyulan

merupakan faktor tambahan dari timbulnya penyakit kwashiorkor. Keadaan higiene

yang buruk, sehingga mereka mudah dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan

timbulnya diare mempercepat atau merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini.

PATOGENESIS

Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan

gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang

menyolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang

berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup

dalam dietnya. Namun, kekurangan protein dalam dietnya akan menimbulkan

kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.

Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin

akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah

kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum

merupakan penyebabnya kurang pembentukan albumin oleh hepar, sehingga

kemudian timbul edema.

11

Page 12: PBL 2 TUMBANG

Perlemakan hati disebabkan gangguan pembentukan lipoproteinbeta sehingga

transportasi lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi

akumulasi lemak dalam hepar.

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi dini pada kwashiorkor cukup samar-samar mencakup

letargi,apati, dan iritabilitas. Manifestasi lanjut yang berkembang dapat berupa

pertumbuhan yang tidak memadai, kurangnya stamina, hilangnya jaringan otot,

menjadi lebih peka terhadap serangan infeksi dan edema. Nafsu makan

berkurang ,jaringan bawah kulit mengendor dan lembek serta ketegangan otot

menghilang. Pembesaran hati dapat terjadi secra dini atau kalau sudah lanjut, infiltrasi

lemak lazim ditemukan. Edema biasanya terjadi secara dini,kegagalan mencapai

penambahan BB ini dapat terselubungi oleh edema yang terjadi ,yang kerap kali telah

terdapat pada organ-organ dalam,sebelum ia dapat terlihat pada muka dan anggota

gerak.

1. Wujud Umum

Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada

ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda

moon face dari akibat terjadinya edema.

2. Retardasi Pertumbuhan

Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi

badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.

3. Perubahan Mental

Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium

lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.

4. Edema

12

Page 13: PBL 2 TUMBANG

Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.

Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia,

gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH

5. Kelainan Rambut

Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture),

maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala

yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan

tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu

mata menjadi panjang.

6. Kelainan Kulit

Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang

lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit.

Pada sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit

kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih

atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering

mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan

oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha,

lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak

kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam.

Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak

mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.

7. Kelainan Gigi dan Tulang

Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan

hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.

8. Kelainan Hati

Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang

hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan

13

Page 14: PBL 2 TUMBANG

tanda fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat

defisiensi faktor lipotropik

9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulan

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai

penyakit lain, terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat

dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang

penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat,

B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang

disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga

menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi

defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.

10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain

Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan

usus halus terjadi perlemakan.

11. Kelainan Jantung

Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan

hipokalemi dan hipmagnesemia.

12. Kelainan Gastrointestinal

Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-

kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan

hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar

penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi

usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan

defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu,

konyugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.

Dermatitis juga lazim ditemukan.Penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat yang

mengalami iritasi,namun tidak pada daerah-daerah yang terkena sinar matahari..

Rambutnya biasanya jarang dan halu-halus serta kehilangan elastisitasnya. Pada

anak-anak yang berambut gelap dapat terlihat jalur-jalur rambut berwarna merah atau

14

Page 15: PBL 2 TUMBANG

abu-abu.Otot-otonya tampak lemah dan atrofi,tetapi sesekali dapat ditemukan lemak

dibawah kulit yang berlebihan.

DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat melalui

pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis yang

pertama adalah inspeksi, dapat kita lihatfisik penderita secara umum seperti yang

telah dijelaskan diatas antara lain edema dan kurus, pucat, moon face, kelainan kulit

misalnya hiperpigmentasi, crazy pavement dermatosis. Pada palpasi ditemukan

hepatomegali.

Sementara untuk pemeriksaan laboratorium ada beberapahal yang penting di

perhatikan berupa :

1. tesdarah (Hb, glukosa, protein serum, albumin)

2. kadar enzim pencernaan

3. biopsy hati

4. pem. Tinja & urin

Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam

serum. Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan,

tetapi sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut.

Kadar glukosa darah yang rendah, pengeluaran hidroksiprolin melalui urin,

kadar asam amino dalam plasma dapat menurun,

PENGOBATAN

15

Page 16: PBL 2 TUMBANG

1. Diit etik

Makanan TKTP = 1 ½ x kebutuhan normal

0 - 3 tahun : 150 -175 kcal/kgBB/hari

Bertahap:

Minggu I (Fasestabilisasi) : 75% - 80% Normal

Minggu II (Fasetransisi) : 150% Normal

Minggu III (Faserehabilitasi) : 150% - 200% Normal

Suplementasi vitamin mineral

2. Vitamin:

Vitamin A oral dosistinggi

200.000 SI > 1 tahun

100.000 SI 6 bulan -1 tahun

50.000 SI < 6 bulan

Vitamin D + B kompleks + C

3. Mineral:

KCI :

Minggu I : 2 - 4 mEq/kgBB/hari

Minggu II + III : 1 - 2 mEq/kgBB/hari (1 mEq = 75 mg)

MgCI2 : 2 - 3 mEq/kgBB/hari 2 - 3 minggu

Zn Sulfat : 1 mg/kgBB/hari

Bila ada anemia defisiensi Fe : 3 mg/kgBB/hari. Fe elemental / peroral dimulai

minimal 1 minggu bebas diare.

Cairan ReSoMal

4. Atasi infeksi/infestasi lain:

Saluran napas, THT, saluran kemih, saluran cerna, sepsis, hipotermi, hipoglikemia

5. Penyuluhan gizi + kesehatan

6. Penyebab kematian

- Diare dehidrasi + gangguan keseimbangan elektrolit

16

Page 17: PBL 2 TUMBANG

- Infeksi berat / sepsis

- Hipotermi, hipoglikemia

- Gagal jantung, koma.

PROGNOSIS

Penanganan yang cepat dan tepat pada kasus-kasus gizi seperti kwashiorkor,

umumnya dapat memberikan prognosis yang cukup baik. Penanganan pada stadium

yang lanjut,walaupun dapat meningkatkan kesehatan anak secara umum, namun ada

kemungkinannya untuk memperoleh gangguan fisik permanen dan gangguan

intelektual. Sedangkan bila penanganan terlambat atau tidak memperoleh penanganan

sama sekali, dapat berakibat fatal.

KOMPLIKASI

1. Syok

2. Koma

3. Cacat permanen

PENCEGAHAN

Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat

dari karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori), dan protein (12 % dari total

kalori). Sentiasa mengamalkan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup

karbohidrat, cukup lemak dan protein bisa mencegah terjadinya kwashiorkor. Protein

terutamanya harus disediakan dalam makanan. Untuk mendapatkan sumber protein

yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging,

telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan protein dari protein nabati seperti kacang ijo

dan kacang kedelei.

17

Page 18: PBL 2 TUMBANG

B. MARASMUS

DEFENISI

Marasmus disebabkan oleh kekurangan energi. Marasmus berasal dari bahasa

Yunani yang berarti wasting/merusak.

ETIOLOGI: Defisiensi kalori

GEJALA KLINIK

1. BB sangat rendah

2. Degenerasi hebat jaringan lemak subkutan & atrofi otot (wasting hebat)

3. Ekspresi wajah orang tua (old man’s face)

4. Rasio BB/TB rendah

5. Tidak ada edema

6. Kelainan kulit/rambut ringan & jarang

7. Diare berulang tetapi lebih ringan

8. Resistensi tubuh rendah

LABORATORIUM

1. Protein serum normal/subnormal

2. Anemia tdk ada/ringan. Bila berat ankilostomiasis, amubiasis

3. Kadar enzim pencernaan normal

18

Page 19: PBL 2 TUMBANG

4. Biopsi hati / pancreas tak ada kelainan

PENGOBATAN

1. Prisnsip sama dengan kwashiorkor

2. Bila tak ada diare, TKTP penuh minggu I

3. KCl : mgg I : 2-4 mEq/kgBB/hr

mgg II + III : 1-2 mEq/kgBB/hr

C. MARASMIC-KWAHIORKOR

DEFINISI

Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor dengan

gabungan gejala yang menyertai.

GEJALA KLINIK

- BB penderita hanya berkisar 60 % dari BB normal

- Gejala khas: edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan lain-lain

- Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena menurunnya lemak dan otot

- Kalium dalam tubuh menurun drastis => ganguan metabolic seperti gangguan

pada ginjal dan pancreas.

- Mineral lain dalam tubuh mengalami gangguan.

PENATALAKSANAAN

- Atasi atau cegah hipokalemia

- Atasi atau cegah hipotermi

- Atasi atau cegah dehidrasi

- Atasi atau cegah gangguan elektrolit

- Obati infeksi

- Perbaiki def.mikronutrien (tanpa Fe dan + Fe)

- Makanan stabil & transisi

- Makanan Tumbuh.kejar

19

Page 20: PBL 2 TUMBANG

- Stimulasi

- Siapkan tindak lanjut

6. Komplikasi Pritein Energi Malnutrisi (PEM)

Bahaya komplikasi pada pasien Malnutrisi Energi Protein sangat mudah mendapat

infeksi karena daya tubuhnya rendah. Infeksi yang paling sering adalah

bronkopneumonia dan tuberkulosis. Adanya atrofi usus menyebabkan penyerapan

terganggu mengakibatkan pasien sering diare. Melihat komplikasi tersebut sukar

untuk dicegah yang perlu diperhatikan adalah kebersihan mulut, kulit, diare, dan

hipotermia.

Komplikasi jangka pendek:

1. Hipoglikemia,

2. hipotermia,

3. dehidrasi,

4. gangguan fungsi vital

5. gangguan keseimbangan elektrolit asam basa,

6. infeksi berat,

7. hambatan penyembuhan penyakit penyerta.

Jangka panjang:

1. stunting

2. berkurangnya potensi tumbuh kembang.

3. Kardiovaskuler

7. Upaya Pencegahan

Ada tiga kondisi yang perlu untuk dapat mencegah malnutrisi, yaitu:

1. Ketersediaan makanan bergizi yang adekuat dan seimbang

20

Page 21: PBL 2 TUMBANG

2. Ketersediaan terhadap akses kesehatan yang baik

3. Pelatihan “Adequate Care and Feeding”

Pencegahan PEM :

1. Program promosi ASI

2. Program peningkatan kualitas makanan

3. Program imunisasi dan perbaikan sanitasi lingkungan

4. Deteksi dini dan pengobatan semua penyakit infeksi

5. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat

6. Pemantauan (surveillance) berat badan tiap bulan pada anak balita di daerah

yang endemis kurang gizi

7. Pemberdayaan KADARZI (Keluarga Sadar Gizi)

Perilaku sadar gizi :

1. Menimbang berat badan bayi secara teratur

2. Memberikan makan beraneka ragam setiap hari

3. Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan,

memberikan makanan Pendamping ASI setelah usia 6 bulan, menyusui

diteruskan sampai usia 2 tahun

4. Menggunakan garam beryodium

5. Memberikan suplemen gizi (kapsul vit. A, tablet Fe)

8. Penatalaksanaan

1. Langkah I : Mencegah & mengatasi hipoglikemia

Tujuan:

- Keadaan dimana kadar glukosa sangat rendah ( < 54mg/dl)

- Anak letargis, nadi lemah dan kehilangan kesadaran

- Gejala keringat & pucat jarang dijumpai pd anak gizi buruk

- menyebabkan kematian, dengan tanda hanya mengantuk

21

Page 22: PBL 2 TUMBANG

Tindakan:

- Sadar: segera berikan larutan glukosa atau gula pasir (10%) secara oral/NGT

(bolus) 50 ml

- Tidak sadar/letargis: segera berikan larutan glukosa 10% secara iv (bolus) 5 ml x

kg BB, dilanjutkan larutan glukosa/ gula pasir(10%) secara oral/NGT (bolus) 50

ml

- Renjatan/shock: segera berikan IV: RL & Dextrosa/glukosa 10% perbandingan 1:

1(RLG 5%) : 5 tts / menit / kg BB 1 jam pertama à Larutan glukosa 10% secara

iv (bolus) 5ml x kg BB

2. Langkah II : Mencegah & mengatasi hipotermia

Tujuan:

- Keadaan dimana suhu aksiler < 36,5oC

- Cadangan energi terbatas, sehingga anak tidak mampu mempertahankan suhu

tubuh.

Tindakan:

- Menghangatkan tubuh: selimut mencegah udara

- Tidak dianjurkan memakai air panas dalam botol

3. Langkah III : Mencegah & mengatasi dehidrasi

Tujuan:

- Tubuh lemah, letargis, kaki tangan dingin, nadi cepat & lemah

- Penyebab renjatan: diare, perdarahan, sepsis

Tindakan:

- Memberikan cairan RLG 5% atau “lar. Resomal” (oralit & mineral mix): IV atau

oral/NGT sesuai kondisi anak

4. Langkah IV : Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit

Tujuan:

- Terjadinya edema atau dehidrasi

Tindakan:

22

Page 23: PBL 2 TUMBANG

- Pada edema: jangan diberikan diuretik

- Pada diare pemberian Na dan K, Mg, Zn, Cu

5. Langkah V : Mengobati infeksi

Tujuan:

- Diare, ISPA/pneumonia, parasit/cacing, TBC, malaria

- Dermatosis dan infeksi lain

Tindakan:

- Langsung berikan: cotrimaksasole

- Renjatan: Gentamicin, ampicilin

- Tidak ada perbaikan kloramphenicol

- infeksi lain: antibiotik yang sesuai

6. Langkah VI : Memperbaiki kurang zat gizi mikro

- 2 mg pertama tanpa Fe, selanjutnya berikan Fe

- Berikan vitamin A dosis tinggi (100.000 IU & 200.000 IU)

- Berikan Vitamin C, Asam Folat dan vitamin lain

- Mineral : mineral mix (K, Na, Zn, Mg, Cu)

7. Langkah VII : Memberikan makanan untuk fase stabilisasi dan transisi

Tujuan:

- energi : 80 – 100 Kkal/kg bb/hr, protein: 1 – 1,5 g/kgBB/hr

- cairan : 130 ml/kgBB/hr (edema: 100 ml/kgBB/hr)

- porsi makan kecil dan frekuensi sering

- Hipoosmolar, rendah laktosa dan serat

- F-75, modisco ½ : fase stabilisasi

- energi : 100 – 150 Kkal/kg bb/hr, protein: 2 – 13 g/kgBB/hr, cairan : 150

ml/kgBB/hr

- F- 100, modisco I atau II: fase transisi

- ASI teruskan sampai usia 2 tahun

23

Page 24: PBL 2 TUMBANG

8. Langkah VIII: Memberikan makanan untuk fase rehabilitasi

Tujuan:

- energi : 150 – 220 Kkal/kg bb/hr, protein: 3 – 4 g/kgBB/hr, cairan : 150 - 200

ml/kgBB/hr

- makanan padat

- F-135, modisco lll dan mulai menu makan biasa

- ASI teruskan sampai usia 2 tahun

9. Langkah IX : Stimulasi untuk tumbuh kembang. Anak gizi buruk mengalami

keterlambatan perkembangan mental:

- Kasih sayang

- Lingkungan yang ceria

- Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain, dan sebagainya)

10. Langkah X : Persiapan tindak lanjut dirumah

- Anak sembuh : gejala klinik tidak ada & BB/TB < - 2 SD

Peragakan pada orang tua:

- Pemberian makan yang lebih sering dengan kandungan energi dan zat gizi yg

lebih padat

- Terapi bermain terstruktur

- kontrol kembali : bln I; 1 x/mg, bln ll; 1 x/2 mg, bln lll; 1x/bln

- Bisa dirujuk ke puskesmas/posyandu

- pemeberian imunisasi dasar & booster

- Vitamin A setiap 6 bulan.

24

Page 25: PBL 2 TUMBANG

25