knsep tumbang

24
TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. 2. Etiologi a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas). 3. Manifestasi klinis Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat

Upload: aswatama-ekalaya-setyaka

Post on 05-Aug-2015

45 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: knsep tumbang

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1.      Pengertian

Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih

dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.

Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan

terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya

kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu

kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3

kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir

sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2.      Etiologi

a.       Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi

bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus

(Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T.

hominis) dan jamur (C. albicans).

b.      Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare

seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

c.       Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida

(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang

terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

d.      Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan

tertentu.

e.       Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

3.      Manifestasi klinis

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,

nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi

yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau

gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan

akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih

menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh

deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang

mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi

pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan

tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien

mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium

pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul

oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut

yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

Page 2: knsep tumbang

4.      Pemeriksaan Diagnostik

- Pemeriksaan tinja.

- Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan

menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.

- Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

- Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara

kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

5.      Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien

diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS)

seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan

kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS

baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena

merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah

dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita,

dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah

masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk

mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang

fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi

stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh

(self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba

coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat

membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka

pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti.

Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak

membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

6.      Komplikasi

Menurut Broyles (1997) komplikasi diare  ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia,

disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia,

dan shock hipovolemik.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan

masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji

data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :

1. Identitas klien.

2. Riwayat keperawatan.

· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul

diare.

Page 3: knsep tumbang

· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala

dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit

berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi

encer.

3. Riwayat kesehatan masa lalu.

  Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

4. Riwayat psikososial keluarga.

   Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan

meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari

penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

5. Kebutuhan dasar.

· Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.

· Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.

· Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan

rasa tidak nyaman.

· Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.

· Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi

abdomen.

6. Pemerikasaan fisik.

   a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran  composmentis sampai koma,

suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

   b. Pemeriksaan sistematik :

    · Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan

menurun, anus kemerahan.

    · Perkusi : adanya distensi abdomen.

 · Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

 · Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.

d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.

e. Pemeriksaan penunjang.

f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara

kuantitatip dan kualitatif.

2.      Diagnosa yang Mungkin Muncul

a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas

(mual).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan

peristaltik usus.

c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan

informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

3.      Intervensi dan Rasional

Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta

intake terbatas (mual)

Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Page 4: knsep tumbang

Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi

Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan

Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.

Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.

Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status hidrasi,

elektrolit dan keseimbangan asam basa

Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif

Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan

peningkatan peristaltik usus.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan

Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.

Menurunkan kebutuhan metabolic

Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian

makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan

selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian

makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.

Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi

klien

Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan

mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju

Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.

Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri

Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan

kompres hangat abdomen

Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping

Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit

Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi

Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi

Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat

diberikan sesuai indikasi klinis

Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk

verbal dan non verbal

Page 5: knsep tumbang

Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.

Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme

koping yang tepat.

Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah

Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya

mengalami masalah yang sama

Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang

mengalami masalah yang demikian

Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.

Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan

Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d

pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu

mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan

perawatan anaknya.

Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang

pengetahuan sebelumnya.

Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan

kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.

Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga

dalam proses perawatan klien

Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping

yang mungkin timbul

Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.

Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi

Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru

Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan

Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang

dilakukan

Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan

Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin

Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress

Page 6: knsep tumbang

Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien

Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum

4.      Implementasi

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan

sebelumnya.

5.      Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada

yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian

dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi

maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

TINJAUAN KASUS

A.                Pengkajian1.   Identitas Pasien

Nama               : Anak AryaUmur               : 4 bulanJenis kelamin   : laki-lakiAlamat                        : Kulim Jalan Harapan RayaTanggal Masuk: 23 oktober 2010Diagnosa medis: gastroenteritis

Nama Ayah     : Tuan EndangUmur               :35 tahunPekerjaan         : wiraswastaPendidikan      : SMASuku bangsa    : sundaAlamat                        : Kulim Jalan Harapan Raya

Nama Ayah     : Bu NoviUmur               : 31 tahunPekerjaan         : wiraswastaPendidikan      : SMASuku bangsa    : sundaAlamat                        : Kulim Jalan Harapan Raya

1.      Keluhan UtamaAlas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu.

BAB yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya Bunda.

3.   Keadaan Umum            Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB berlendir dan berdarah serta encer.

Page 7: knsep tumbang

4.   Riwayat kesehatan                              keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali.

Keluhan sudah ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada penyakit menular atau keturunan.

5.   Riwayat Imunisasi     imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi

yang belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.

6.   Psikososial     hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps

tidak ada teman sebaya. karakter periang.

7.   Riwayat Tumbuh Kembangmotorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.

8.   Jenis Kebutuhana.    makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak

diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.

b.   cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.

c.    eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas, jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas, tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x /  hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.

d.   tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,

e.    kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.

9.   Pemeriksaan Fisika.    kepala :  lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut

halus, warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.b.    Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera

putih,m ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..c.    Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung

tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.d.   Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada

peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.e.    Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.f.     Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris,

ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

Page 8: knsep tumbang

g.    Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.

h.    Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan hemoroid.

i.      Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.j.      Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang

belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.

k.    Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.

10. Pemeriksaan Neurologis                 Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting

susu ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.

11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic-  Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 04 Nov. 2010)-  Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 05 Nov. 2010)-  Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 06 Nov. 2010)

12. Terapi Yang Diberikan     02-11-2010 :     Luminal 2 x  15 mg     Oralit 50 mg tiap mencret     Diit ML 700 kkal     IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

   03-11-2010 :     Luminal 2 x  15 mg     Oralit 50 mg tiap mencret     Diit ML 700 kkal     IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

   02-11-2010 :     Luminal 2 x  15 mg     Oralit 50 mg tiap mencret     Diit ML 700 kkal     IVFD Kaen IIIB 28 tts / i

B.                 Analisa DataNo.

Data Fokus Penyebab Masalah

1. DO:      BAB encer, berlendir serta berdarah

Alergi susu Diare

Page 9: knsep tumbang

      KU ps. Lemah      Bising usus 38x/menit      BAB 7-8 Perhari      TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46

x/menitDS:

      Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.

sapi

2. DO:     Warna anus kemerahan     Terdapat lesi disekitar anus     Frekuensi diare 7-8 x/ hari     Daerah sekitar anus lembab

DS:     Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2

hari.

ekskresi/BAB sering

Kerusakan integritas kulit

3. Do:Bayi tampak malas menyusu kepada ibunyaReflek menyusu lemahBB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hariKU lemahPs. Hanya minum susu ASIHb: 9,8 gr%Wajah bayi agak pucat

DS:       Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui

anaknya       Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur

Kelemahan reflek menyusui

Menyusui tidak efektif

C.                Diagnosa Keperawatan Diare b.d Alergi susu sapi

kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Menyusui tidak efektif  b.d Kelemahan reflek menyusui

D.                IntervensiNo Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

(NOC)Intervensi

(NIC)1 Diare b.d Alergi susu

sapiDitandai dengan :

      Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.

      BAB encer, berlendir serta berdarah

      KU ps. Lemah      Bising usus 38x/menit

Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 5 x 24 jam eliminasi BAB dan status hidrasi efektif.

Kriteria hasil:      Tidak ada diare      Konsistensi tidak cair      Ada ampas      Tidak ada tanda-tanda

Fluid management       Timbang popok/pembalut

jika diperlukan       Pertahankan catatan intake

dan output yang akurat       Monitor status hidrasi

(kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan

Page 10: knsep tumbang

      BAB 7-8 Perhari      TTV: Suhu: 36,6 C,

Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit

dehidrasi      TTV dalam batas normal      Bising usus dalam batas

normal

       Monitor vital sign       Monitor masukan makanan /

cairan dan hitung intake kalori harian

       Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV

       Monitor status nutrisi       Dorong masukan oral       Kontrol bising usus       Dorong keluarga untuk

membantu pasien minum susu       Kolaborasi dokter jika tanda

cairan berlebih muncul meburuk

       Berikan oralit sesuai indikasi2 kerusakan integritas

kulit b/d ekskresi/BAB seringDO:

     Warna anus kemerahan     Terdapat lesi disekitar

anus     Frekuensi diare 7-8 x/

hari     Daerah sekitar anus

lembabDS:Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari.

Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 5 x 24 jam membrane mukosa dan kulit kembali efektif

Kriteria Hasil :Integritas kulit yang baik

bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

Tidak ada luka/lesi pada kulitPerfusi jaringan baikMenunjukkan pemahaman

dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

Skin care  Hindari kerutan padaa tempat

tidur  Jaga kebersihan kulit agar tetap

bersih dan kering  Mobilisasi pasien (ubah posisi

pasien) setiap dua jam sekali  Monitor kulit akan adanya

kemerahan  Oleskan lotion atau

minyak/baby oil pada derah yang tertekan

  Monitor status nutrisi pasien  Memandikan pasien dengan

sabun dan air hangat  Jaga kulit tetap kering

3 Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui d.d:Do:

       Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya

Reflek menyusu lemah       BB turun = 6,5 kg – 6

kg dalam 3 hariKU lemah

       Ps. Hanya minum susu ASI

Hb: 9,8 gr%

Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 7 x 24 jam status nutrisi dan menyusui efektif.Kriteria Hasil :

      Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

      malnutrisi      Tidak terjadi penurunan

berat badan yang berarti      Ibu mau menyusui

anaknya dengan teratur      Reflek menyusui anak

Nutrition Management  Kaji BB setiap hari  Kaji adanya kelemahan dan

kelasan bayi dalam menyusui  Kaji kadar Hb  Ajarkan ibu pentingnya

memberi susu secara teratur  Kaji adanya pucat  Beritahu ibu pentingnya ASI

bagi bayi

Page 11: knsep tumbang

Wajah bayi agak pucat

DS:       Ibunya mengatakan

bahwa jarang menyusui anaknya

       Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur

baik      Hb dalam batas normal      Bayi tidak lagi malas

mengisap putting susu      Bayi tidak lagi pucat

E.                 Implementasi dan EvaluasiTanggal/ hari

Jam No. Dx

Implementasi Evaluasi Paraf

04Nov.2010

Kamis

09.0009.1010.00

12.0012.3012.4513.00

I    Mengukur TTV   Mengkaji keadaan umum

ps   Memberikan cairan lewat

infus   Mengukur balance cairan   Mengkaji BAB   Menimbang popok   Mengukur bising usus

S: -O:

berat popok 500 grTTV: S: 36,6 C

        N: 140x/menit        RR:46 X/menit-      IVFD=RL 20 tts / menit  mikro.-      Balance cairan +150 ml-      KU ps lemah-      BAB encer, berlendir, dan berdarah-      Bisisng usus = 38 x / menit

A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan

TTD

04Nov.2010

Kamis

09.0009.10

19.15

10.0012.00

II    Mengkaji adnya lesi   Mengkaji frekuensi diare

setiap 24 jam   Mengobservasi tanda –

tanda kerusakan integritas kulit

   Memandikan ps   Melakukan verbeden

S:        keluaga mengatakan ada lesi

dibagian anusO:

        frekuensi diare 7-8 x/ hari        terdapat kemerahan disekitar anus        verbeden setiap hari        ps. Tamapk tenag setelah

dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan

TTD

04Nov.2010

    Kamis

10.00

12.0012.1

III  mengkaji kekuatan menusui pada bayi

  menimbang BB  Mengkaji turgor kulit  Mengkaji adanya alergi  Mengkaji tingkat kerajinan

S:-O:

-      Ps. Alergi susu sapi-      Diit diberikan sesuai konsultasi ahli

gizi-      BB: 6 kg

TTD

Page 12: knsep tumbang

012.1512.30

12.45

ibu dalam menyusui bayinya.

  Memberiakn diit sesuai indikasi

  Mengukur Hb

-      Turgor kulit jelek-      Lingkungan nyaman selama

pemberian diit-      Tidak ada perubahan pigmen kulit-      Hb 9,8 gr%

A: Menyusui tidak efektif  b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan

Tanggal/ hari

Jam No. Dx

Implementasi Evaluasi Paraf

06Nov.2010

Sabtu

09.0009.1010.00

12.0012.3012.4513.00

I    Mengukur TTV   Mengkaji keadaan umum

ps   Memberikan cairan lewat

infus   Mengukur balance cairan   Mengkaji BAB   Menimbang popok   Mengukur bising usus

S: -O:

berat popok 400 grTTV: S: 36,8 C

        N: 148 x /menit        RR:50 x /menit-      IVFD=RL 20 tts / menit  mikro.-      Balance cairan +170 ml-      KU ps lemah-      BAB encer, berlendir, dan berdarah-      Bisisng usus = 36 x / menit

A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP=Intervensi dilanjutkan

TTD

06Nov.2010

Sabtu

09.0009.10

19.15

10.0012.00

II    Mengkaji adnya lesi   Mengkaji frekuensi diare

setiap 24 jam   Mengobservasi tanda –

tanda kerusakan integritas kulit

   Memandikan ps   Melakukan verbeden

S:        keluaga mengatakan masih ada lesi

dibagian anusO:

        frekuensi diare 6-7 x / hari        terdapat kemerahan disekitar anus        verbeden setiap hari        ps. Tampak tenag setelah

dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan

TTD

06Nov.2010

Sabtu

10.00

12.0012.1012.15

III  mengkaji kekuatan menusui pada bayi

  menimbang BB  Mengkaji turgor kulit  Mengkaji adanya alergi  Mengkaji tingkat kerajinan

ibu dalam menyusui bayinya.

  Memberiakn diit sesuai

S:-O:

-      Ps. Alergi susu sapi-      Diit diberikan sesuai konsultasi ahli

gizi-      BB: 6,1 kg-      Turgor kulit jelek-      Lingkungan nyaman selama

pemberian diit

TTD

Page 13: knsep tumbang

12.30

12.45

13.00

indikasi  Mengukur Hb

-      Tidak ada perubahan pigmen kulit-      Hb 10,2 gr%

A: Menyusui tidak efektif  b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan

Tanggal/ hari

Jam No. Dx

Implementasi Evaluasi Paraf

05Nov.2010

Jumat

09.0009.1010.00

12.0012.3012.4513.00

I    Mengukur TTV   Mengkaji keadaan umum

ps   Memberikan cairan lewat

infus   Mengukur balance cairan   Mengkaji BAB   Menimbang popok   Mengukur bising usus

S: -O:

berat popok 350 grTTV: S: 36,5 C

        N: 140 x /menit        RR: 46 x /menit-      IVFD=RL 20 tts / menit  mikro.-      Balance cairan +170 ml-      KU ps lemah-      BAB encer, berlendir, dan berdarah-      Bising usus = 32 x / menit

A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP=Intervensi dilanjutkan

TTD

05Nov.2010

Jumat

09.0009.10

19.15

10.0012.00

II    Mengkaji adnya lesi   Mengkaji frekuensi diare

setiap 24 jam   Mengobservasi tanda –

tanda kerusakan integritas kulit

   Memandikan ps   Melakukan verbeden

S:        keluaga mengatakan masih ada lesi

dibagian anusO:

        frekuensi diare 5 x / hari        terdapat kemerahan disekitar anus        verbeden setiap hari        ps. Tampak tenag setelah

dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan

TTD

05Nov.2010

Jumat

10.00

12.0012.1012.1512.3

III  mengkaji kekuatan menusui pada bayi

  menimbang BB  Mengkaji turgor kulit  Mengkaji adanya alergi  Mengkaji tingkat kerajinan

ibu dalam menyusui bayinya.

  Memberiakn diit sesuai indikasi

S:-O:

-      Ps. Alergi susu sapi-      Diit diberikan sesuai konsultasi ahli

gizi-      BB: 6,3 kg-      Turgor kulit jelek-      Lingkungan nyaman selama

pemberian diit-      Tidak ada perubahan pigmen kulit

TTD

Page 14: knsep tumbang

0

12.45

13.00

  Mengukur Hb -      Hb 10,7 gr%A: Menyusui tidak efektif  b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan

BAB IVPEMBAHASAN

A.     PengkajianSesuai dengan pengkajian teoritis dibandingkan dengan Pengkajian pada Anak Arya

dengan Gastroenteritis maka didapatkan data senajng sebagai berikut :No.

Data Senjang Penyebab Masalah

1. DO:      BAB encer, berlendir serta berdarah      KU ps. Lemah      Bising usus 38x/menit      BAB 7-8 Perhari      TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46

x/menitDS:

      Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.

Alergi susu sapi

Diare

2. DO:     Warna anus kemerahan     Terdapat lesi disekitar anus     Frekuensi diare 7-8 x/ hari     Daerah sekitar anus lembab

DS:     Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2

hari.

ekskresi/BAB sering

Kerusakan integritas kulit

3. Do:Bayi tampak malas menyusu kepada ibunyaReflek menyusu lemahBB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hariKU lemahPs. Hanya minum susu ASIHb: 9,8 gr%Wajah bayi agak pucat

Kelemahan reflek menyusui

Menyusui tidak efektif

Page 15: knsep tumbang

DS:       Ibunya mengatakan bahwa jarang menyusui

anaknya       Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur

Data senjang diatas sesuai dengan pengkajian teoritis yang telah dibuat.

B.     Diagnosa KeperawatanSecara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6

diagnosa. Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan pada kasus ini. Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:1. Diare b.d Alergi susu sapi

Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.

2. kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Diagnosa ini diangkat karena pada anus pasien sudah terdapat lesi dan warnanya merah muda

3. Menyusui tidak efektif  b.d Kelemahan reflek menyusui

Diagnosa ini diangkat karena bayi tampak malas menyusui dan menyusui tidak teratur

C.     Perencanaan1.      Intervensi Fluid management diangkat  diharapkan  eliminasi BAB  dan status hidrasi bias efektif  

2. Intervensi Skin care diangkat diharapkan membrane mukosa dan kulit kembali efektif

3. Intervensi Nutrition Management diangkat diharapkan status nutrisi dan menyusui efektif.

4. Implementasi

a. Diare b.d Alergi susu sapi

1.      Mengukur TTV2.      Mengkaji keadaan umum ps3.      Memberikan cairan lewat infus4.      Mengukur balance cairan5.      Mengkaji BAB6.      Menimbang popok7.      Mengukur bising usus

b. kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

1.      Mengkaji adnya lesi2.      Mengkaji frekuensi diare setiap 24 jam3.      Mengobservasi tanda – tanda kerusakan integritas kulit4.      Memandikan ps5.      Melakukan verbeden

Page 16: knsep tumbang

c. Menyusui tidak efektif  b.d Kelemahan reflek menyusui

1.      mengkaji kekuatan menusui pada bayi2.      menimbang BB3.      Mengkaji turgor kulit4.      Mengkaji adanya alergi5.      Mengkaji tingkat kerajinan ibu dalam menyusui bayinya.6.      Memberiakan diit sesuai indikasi7.      Mengukur Hb

Dalam asuhan keperawatn hanya implementasi diatas saja yang dilaksanakan, ada beberapa intervensi yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu bagi kelompok untuk mengelola pasien.

E.  Evaluasi            Dalam evaluasi ini tidak semua criteria hasil dapat tercapai karena keterbatasan waktu dari kelompok untuk mengelola asuhan keperawatan pada anak Arya.

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling

berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan

perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua

peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.

Proses tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari konsepsi sampai

dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak. Proses tersebut merupakan

proses interaksi yang terus menerus serta rumit antara factor genetic dan factor lingkungan bio-

fisiko-psikososial.

Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi

biologiknya. Tingkat tercapai potensi biologik seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai factor

yang saling berkaitan yaitu factor genetic, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses

yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan cirri tersendiri pada setiap anak.

Tujuan ilmu tumbuh kembang adalah mengajari berbagai  hal yang berhubungan dengan segala

upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan social.

Juga menegakan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan kemungkinana penanganan

yang efektif, serta mencari penyebab dan mencegah keadaan tersebut.

 

1. DEFINISI

1. Pertumbuhan (Growth)

Berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu yang bias diukur dengan ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang (meter/centimeter)

(Soetjiningsih: 1998)

Perubahan ukuran atau nilai-nilai yang memberikan ukuran tertentu dalam kedewasaan (Richard &

Victor : 1992)

Menurut Whaley dan wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran sel tubuh

yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh ( supartini,

Yupi : 2004)

Page 17: knsep tumbang

 

2.   Perkembangan (Development)

Menurut Whaley dan wong, perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara

bertahap dari tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses

maturasi dan pembelajaran (Supartini, Yupi :2004).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematanagan

(soetjiningsih : 1998)

Mencakup aspek-aspek lain dari deferensiasi bentuk termasuk perubahan emosi atau social yang

sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan (Richard & Victor : 1992)

 

2. Prinsip Tumbuh Kembang

1. Tumbang terjadi dalam batasan dan pola yang dapat dipredisikan secara teratur

2. Mempunyai arah cephalucaudal-proximodistal-differinsiation.

3. Periode optimal dimana perkembangan membutuhkan stimulasi khusus untuk suatu potensi

yang akan capai.

4. Meskipun dapat dipredisikan, irama pertumbuhan individu bervariasi dan dipengaruhi oleh

berbagai factor.

5. tingkah laku dan keterampilan didapat dari proses belajar atau latihan dan pemgalaman.

 

3. Tahap Tumbuh Kembang

1. Infant ( 0-12 Bulan )

a.  Umur 0-6 bulan

1)    Pertumbuhan fisik

pada bayi yang lahir cukup bulan berat badan akan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada

bayi umur 5 bulan.

Berat badan bayi 0-6 bulan setiap minggunya berat badan akan bertambah 140-200 gr. Sedangkan

panjangnya setiap bulannya akan bertambah 2,5 cm/bln.

2)      Perkembangan

a)   Perkembanagan motorik

Telapak tangannya menggenggam tidak kuat kecendrungan tangan kemulut, tangan tidak

mengepal setiap saat, kadang-kadang tangan terbuka, melihat objek yang ada diatas kepalanya,

ingin mendapat objek tersebut tetapi tidak bias mengenggam walaupun sudah ditangan, dan pada

umur 4-6

bulan, bayi akan lebih sering mengguling. Lebih dapat menahan berat badan pada saat didudukan,

mulai mengambil benda tapi sering lepas dengan menggunakan tanagan mengepal, akan

menyokong berat badan pada saat posisi tengkurap.

b)      Perkembangan bahasa

Pada umur 0-3 bulan bayi akan menangis, bermain dengan suara tenggorokan dan mulai belajar

vocal.

Pada umur 3-6 bulan bayi akan mencari suara yang adsa diruangan, mangarahkan pandangan

kepada arah suara.

c)      Perkembangan kognitif

Pada umur 0-3 bulan memiliki refleks dan tingkah laku yang halus, mul;ai mengulang gerakan

yang menyenagkan (menghisap ibu jari).

Page 18: knsep tumbang

Pada umur 3-6 bulan bayi akan mengenali wajah objek yang lama, ketrampilannya akan

bertambah seperti menggenggam dan mengunyah.

b    Umur 6-12 bulan

1). Pertumbuhan fisik

berat badan bayi umur 6-12 bulan menjadi tiga akalidari berat badan bayi waktu lahir dalam satu

tahun pertma, berat badan ini mengfalami pertambahan 85 sampai 140 gr/mgg, sedangkan tingggi

badannya bertambah 1,25 cm ( 0,5 inc/bln).

Panjang bayi akan meningkat kira-kira 50% pada akhir pertumbuhan pertma.

2)      Perkembangan

a)   Perkembangan motorik

Bayi dapat memindahkan objek dari suatu tangan ketangan yang lain, sudah dapat menggapai

objek dan menggenggam dengan baik, dapat berdiri dengan dipegangi, dapt duduk.

Sendiri tanpa dibantu, dapat meranagak, mera,bat, berjalan sambil berpegangan.

b)  Perkembangan bahasa

Bayi dapat tertawa dan berteriak, dia dapat menikmati suaranya sendiri, berbicara dengan mainan,

mengucapkan kata-kata kombinasi (mama,papa)

c)   Perkembangan kognitif

Bayi dapat meniru suara dan gerakan tangan sederhana melihat objek dan tertarik

menjatuhkannya, berkembang kesadaran adanya arti dan akhir dai hubungan, menunjukan

pertambahaan perilaku.

d)     Perkembangan psikososial

Bayi dan tahap oral, sebaiknya kebutuhan dipenuhi dengan segera, untuk membangun

kepercayaan dapat dilakukan sdengan sentuhan, kehangatan dan kelembutan.

Bayi juga dapat bermain dengan orang lain dapat dimotifasi dengan keinginan bersenang-senang

dan mendapatkan kesenangan yang berhubungan dengan oranglain.

Usia 0 – 3 Bulan

Hingga memasuki usia 1 bulan, bayi hanya bisa melakukan gerak refleks (gerakan alami diluar

kesadaran bayi). Seperti refleks hisas, refleks gengam, refleks leher, rooting reflex

Pada bayi bulan ke 2 dan ke 3, gerakan refleks mulai menghilang. Hilangnya gerakan refles ini

akan di ganti tahap demi tahap munculnya gerak motorik kasar. Bayi bisa

menatap,tersenyum,dan bersuara, juga bayi mulai berusaha mengangkat kepala

jika bayi tengkurap.

Usia 4 – 6 bulan

Bermain dengan kedua tangan dan memasukannya kedalam mulutnya.

 Terawa, bergurau

 Tengkurap

 Menggulingkan badan

 berusaha meraih dan menyentuh mainan

 membedakan suara

Page 19: knsep tumbang

 Bertopang pada kedua tangan

 memindahkan mainan dari satu tangan ketangan lain

 Menoleh mencari datangnya suara

Usia 7-9 Bulan

membalikan badan

 bermain dengan tangan dan kaki

 mulai senang mengoceh

 belajar duduk

 memperhatikan gerak – gerik orang lain

 merangkak dan merayap

 dapat berdiri tegak bila dipegang

 Bermain Ciluk Ba!

Usia 10-12 Bulan

Bisa mengucapkan 1 sampai 2 suku kata misa ‘mama’, ‘papa’

 Berayun pada tangan dan lutut

 merangkak dengan cepat

 Belajar berdiri sambil berpegangan

 menjepit benda dengan kedua jari tangan

 belajar berjalan kesamping atau merambat dengan berpegangan

 Atau bisa berjalan sendiri