oke

152
1 RELASI PONDOK PESANTREN DENGAN MASYARAKAT (STUDI TERHADAP PERAN PONDOK PESANTREN AL-HASAN DALAM PEMBINAAN KEBERAGAMAAN REMAJA DUSUN BANYU PUTIH TIMUR, SIDOREJO LOR, SIDOREJO, SALATIGA) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : WAHYU NUGROHO _______________________________________ NIM : 111 09 060 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2014

Upload: yeahrightskripsi

Post on 22-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

oke

TRANSCRIPT

Page 1: oke

1

RELASI PONDOK PESANTREN DENGAN

MASYARAKAT

(STUDI TERHADAP PERAN PONDOK PESANTREN AL-HASAN DALAM

PEMBINAAN KEBERAGAMAAN REMAJA DUSUN BANYU PUTIH

TIMUR, SIDOREJO LOR, SIDOREJO, SALATIGA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

WAHYU NUGROHO _______________________________________

NIM : 111 09 060

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2014

Page 2: oke

MOTTO

Hanya orang yang memiliki kemauan yang keras,

yang bisa bertindak cerdas.

Dalam hidup menjadi juara tidak harus jadi yang

nomor satu.

Berbuatlah dengan hati berkreasi dengan rasa.

Page 3: oke

ABSTRAKSI

Nugroho, Wahyu. 2014. Relasi Pondok Pesantren dengan Masyarakat (Studi

Terhadap Peran Pondok Pesantren Al-Hasan dalam Pembinaan

Keberagamaan Remaja Dusun Banyu Putih Timur, Sidorejo Lor, Sidorejo,

Salatiga). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam

Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing. Achmad Maimun, M.Ag.

Kata kunci: Relasi pondok pesantren dengan masyarakat dan pembinaan

keberagamaan

Penelitian ini berupaya menggali lebih dalam dalam tentang relasi masyarakat

dengan pondok pesantren dan peran pondok pesantren dalam pembinaan

keberagamaan remaja. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini

adalah bagaimana perilaku keberagamaan remaja?, bagaimana peran pondok

pesantren dalam meningkatkan perilaku keberagamaan?, apa problematika

pembinaan keberagamaan remaja?.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2013 di pondok Al-Hasan.

Responden dalam penelitian ini terdiri atas, pengasuh, pengurus dan santri serta

remaja sekitar. Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara dan observasi.

Setelah melakukan analisis, di peroleh hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa keberagamaan remaja yang beragam dan agak minim. Peran pondok yang

dijalankan sebagai fasilitator, mobilisasi, sumber daya manusia, agent of development

dan agen of excellence kurang berjalan maksimal. Pembinaan yang dilakukan kurang

berjalan maksimal karena di pengaruhi berbagai faktor salah satunya kurang

komunikasi antara remaja dengan pondok pesantren.

Page 4: oke

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

GAMBAR LOGO STAIN SALATIGA .................................................................... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................ v

MOTTO ..................................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii

ABSTRAKSI ............................................................................................................. x

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………..1

B. Fokus Penelitian……………………………………………………………..6

Page 5: oke

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………….6

D. Kegunaan Penelitian…………………………………………………………7

E. Penegasan Istilah…………………………………………………………….8

F. Metode Penelitian……………………………………………………………9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian……………………………………..9

2. Kehadiran Peneliti………………………………………………….10

3. Lokasi dan Objek Penelitian……………………………………….10

4. Sumber Penelitian dan Informan…………………………………..11

5. Prosedur Pengumpulan Data………………………………………12

6. Analisis Data………………………………………………………13

7. Pengecekan Keabsahan Data……………………………………...14

8. Tahap-tahap Penelitian…………………………………………….15

G. Sistematika Penelitian……………………………………………………..18

BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………..20

A. Pondok Pesantren Di Indonesia……………………………………………20

1. Pengertian Pondok Pesantren………………………………………20

2. Sejarah Pondok Pesantren………………………………………….21

3. Tipologi Pondok Pesantren………………………………………...23

4. Elemen-elemen Pondok Pesantren…………………………………26

5. Peran Pondok Pesantren dan Permasalahan Umum yang di Hadapi

Pondok Pesantren ………………………………………………….32

Page 6: oke

B. Keberagamaan Remaja……………………………………………………..36

1. Perilaku Keberagamaan…………………………………………….36

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan Remaja………..43

3. Fungsi Agama Bagi Manusia……………………………………….48

4. Peran Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Perilaku Keberagamaan

Remaja………………………………………………………………54

5. Problematika pembinaan keberagamaan remaja…………………….57

BAB III RELASI PONDOK PESANTREN DENGAN MASYARAKAT………..63

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren………………………………………..63

1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren………………………………….63

2. Visi dan Misi………………………………………………………..64

3. Letak Geografis……………………………………………………..65

4. Keadaan Sarana dan Prasarana……………………………………...66

5. Struktur Organisasi………………………………………………….67

6. Keadaan Santri dan ustadz………………………………………….68

B. Program Pendidikan………………………………………………………...75

1. Program Harian……………………………………………………..75

2. Program Mingguan dan Bulanan…………………………………...77

3. Program Tahunan…………………………………………………...78

C. Kondisi Remaja di Sekitar Pondok Pesantren……………………………....78

1. Pendidikan………………………………………………………….78

Page 7: oke

2. Keberagamaan……………………………………………………...79

3. Organisasi…………………………………………………………..80

D. Pola Hubungan dengan Masyarakat………………………………………..81

1. Hubungan Individu………………………………………………...81

2. Hubungan Kelembagaan…………………………………………...82

3. Hubungan Timbal Balik……………………………………………83

BAB IV PEMBINAAN KEBERAGAMAAN DAN PROBLEMATIKA………..84

A. Program Pembinaan………………………………………………………..84

B. Peran Pondok Pesantren …………………………………………………..88

C. Problematika……………………………………………………………….93

D. Solusi………………………………………………………………………97

BAB V PENUTUP………………………………………………………………...99

A. Kesimpulan…………………………………………………………………99

B. Saran………………………………………………………………………103

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….105

Page 8: oke

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Sarana dan Prasarana ......................................................................... 66

Tabel 2: Struktur Organisasi ............................................................................ 67

Tabel 3: Data Santri Putra dan Putri ................................................................ 69

Tabel 4: Keadaan Ustadz ................................................................................. 74

Tabel 5: Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ................................................ 75

Page 9: oke

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak awal kelahirannya pesantren tumbuh dan berkembang di

berbagai daerah di Indonesia yang sangat kental sebagai lembaga keislaman

yang memiliki nilai-nilai strategis dalam pengembangan masyarakat Indonesia

yang ditunjukkan dengan realitas sebagian penduduknya terdiri dari umat

Islam yang prosentasenya mencapai 80%. Pesantren telah hidup sejak ratusan

tahun lalu yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat muslim, dan telah

diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut mencerdaskan kehidupan

bangsa.

Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada

dalam masyarakat mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, pendidikan pesantren tidak saja memberikan

pengetahuan dan keterampilan teknis tetapi yang jauh lebih penting adalah

menanamkan nilai-nilai moral dan agama. Filosofi pendidikan pesantren

didasarkan atas hubungan yang bermakna antara manusia, ciptaan atau

makhluk, dan Allah SWT. Hubungan tersebut baru bermakna jika bermuatan

atau menghasilkan keindahan dan keagungan. Ibadah yang dijalani oleh

semua guru dan santri di pondok pesantren diutamakan dalam hal mencari

Page 10: oke

ilmu, mengelola pelajaran, mengembangkan diri, mengembangkan kegiatan

bersama santri dan masyarakat (M. Dian Nafi‟, dkk, 2007: 9).

Sama halnya dengan pondok Al-Hasan yang berdiri pada tahun 1960an

oleh Bapak Isom yang awalnya seorang pengajar jama‟ah pengajian di Desa

Bancaan, Salatiga. Karena beliau ikut berpindah ke tempat istri mudanya yang

berada di Dusun Banyu Putih sehingga para jama‟ah yang dulunya belajar

mengaji di Desa Bancaan juga mengikuti sang ustadz pindah dan meneruskan

kegiatan di sana. Seiring dengan perkembangannya kini Al-Hasan telah

menjadi pondok pesantren ternama di daerahnya. Nama Al-Hasan yang

diambil dari sebuah nama masjid di dekat beliau tinggal dan mengajarkan

pengajian hingga sekarang yang telah memasuki generasi ketiga yang diasuh

oleh Bapak KH. Ichsanudin, MZ. Santri di Pondok Pesantren Al-Hasan yang

dulunya diprakarsai oleh generasi tua, kini para remaja dan anak-anak usia

sekolah yang lebih mendominasi. Hal tersebut bukan menjadi suatu hambatan

bagi pengasuh pondok Al-Hasan untuk mengembangkan visi misinya.

Menurutnya, remaja memiliki peranan yang besar bagi perubahan zaman.

Usia remaja merupakan fase perkembangan yang sangat dinamis, masa

remaja adalah masa peralihan yang ditempuh seseorang dari anak-anak

menuju dewasa, karena pada fase inilah remaja mulai mencari jati dirinya.

Remaja-remaja seringkali menarik diri dari masyarakat, acuh tak acuh

terhadap lingkungan sekitar, bahkan kadang-kadang mereka tampak

Page 11: oke

menentang adat kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut masyarakat sekitar, hal

ini biasanya karena mereka tidak mendapat tempat kedudukan yang jelas

dalam masyarakat, dipandang masih seperti anak-anak, pendapatnya dan

keinginannya kurang didengar, karena dipandang kurang matang saja.

Sikap atau perlakuan masyarakat yang kurang memberikan kedudukan

yang jelas pada remaja sering mempertajam konflik yang sebenarnya telah

ada pada diri remaja. Mereka lebih memilih bergabung dan bersenang-senang

dengan teman sebayanya ketika menghadapi sebuah masalah dibandingkan

dengan melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan religiusitasnya, karena

bagi mereka religiusitas menjadi barang mewah dan langka. Sama halnya

dengan remaja Dusun Banyu Putih Timur, Sidorejo Lor, Salatiga. Di sana

jarang sekali ditemui anak-anak usia remaja yang aktif di kegiatan-kegiatan

keagamaan. Hanya beberapa saja dari mereka yang aktif itupun remaja usia

sekitar 13-15 tahun atau mereka yang masih duduk di bangku Sekolah

Menengah Pertama (SMP). Selebihnya, mereka memiliki berbagai kegiatan di

luar dan jarang mengikuti kegiatan yang bersifat keberagamaan.

Seharusnya, remaja usia sekolah mendapatkan perhatian yang lebih

tentang perilaku keberagamaan atau religiusitasnya. Karena kehidupan di luar

rumah yang sangat beragam baik kegiatan positif maupun negatif harus

direfleksikan kembali kepada agama. Sedangkan tingkat religiusitas seseorang

dalam hal ini remaja usia sekolah dapat dilihat dari perilaku keberagamaannya

Page 12: oke

sehari-hari. Sikap keberagamaan seseorang dapat dilihat dari berbagai

dimensi. Glock dan Stark mengatakan bahwa sikap keberagamaan manusia

dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu: ideological, ritual, mistikal, intelektual,

dan sosial. Sedangkan menurut Zakiah Daradjat (1996:35) agama seseorang

ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan pelatihan-pelatihan yang dilalui

semasa kecilnya dulu, seorang yang semasa kecilnya tidak pernah

mendapatkan pendidikan agama maka pada saat dewasa nanti, ia kurang

merasakan pentingnya akan agama dalam hidupnya, terutama pada anak usia

remaja.

Seperti halnya dengan sebuah aliran empirisme yang di cetuskan oleh

John Locke yang mana aliran ini memandang bahwa perkembang manusia

ditentukan oleh pengalaman dari lingkungannya (Lilik Sriyanti,2009:19).

Misalkan seseorang yang berada pada lingkungan yang baik akan tumbuh

menjadi pribadi yang baik pula. Pondok pesantren Al-Hasan merupakan salah

satu solusi bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja dan ingin

mengenalkan lebih jauh tentang agama kepada anak-anaknya. Hubungan

antara warga pesantren di satu pihak dan masyarakat di lain pihak meliputi

berbagai aspek kehidupan, salah satunya yang bersifat pendidikan. Pihak

warga pesantren terutama para kyai dan mubalig berperan sebagai pemberi

informasi (komunikator), baik yang bersifat agama (melalui pesantren),

maupun ilmu pengetahuan umum melalui lembaga-lembaga pendidikan

Page 13: oke

formal yang ada di lingkungan pesantren. Sedangkan warga masyarakat

khususnya remaja usia sekolah berperan sebagai penerima informasi ( Sindu

Galba, 1995: 65-66).

Namun hal ini kurang berlaku bagi sebagian remaja di Dusun Banyu

Putih Timur, Desa Sidorejo Lor, Kota Salatiga, meskipun tinggal di area

pondok pesantren yang masyarakatnya identik memiliki sikap keberagamaan

yang tinggi, sebagian remaja di daerah tersebut kurang berminat dengan

kegiatan keagamaan baik yang dilakukan oleh masyarakat sekitar maupun

agenda pondok pesantren tersebut. Mereka memilih kegiatan yang cenderung

berimplikasi negatif. Misalnya, mereka memilih menonton konser musik

dibanding ikut kegiatan pengajian rutin hari minggu atau touring dengan klub

motor yang diikutinya dan sibuk dengan hobinya daripada harus mengikuti

jama‟ah sholat di masjid. Hal tersebut mecerminkan merosotnya nilai-nilai

kehidupan rohani dan terdegradasinya moral.

Berdasarkan alasan tersebut peneliti ingin meneliti tentang relasi

pondok pesantren dengan masyarakat (studi terhadap peran yang di hadapi

Pondok Pesantren Al-Hasan dalam pembinaan keberagamaan remaja Dusun

Banyu Putih Timur, Sidorejo Lor, Sidorejo, Salatiga).

Page 14: oke

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka fokus penelitian ini

sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku keberagamaan remaja sekitar ponpes Al-Hasan,

Dusun Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota

Salatiga?

2. Bagaimana peran pondok pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan

perilaku keberagamaan remaja Dusun Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo

Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga ?

3. Apa problematika pembinaan keberagamaan remaja di lingkungan pondok

pesantren Al-Hasan, Dusun Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo Lor,

Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perilaku keberagamaan remaja di sekitar pondok

pesantren Al-Hasan, Dusun Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo Lor,

Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui peran pondok pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan

perilaku keberagamaan remaja Dusun Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo

Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.

Page 15: oke

3. Untuk mengetahui problematika pembinaan keberagamaan remaja di

lingkungan pondok pesantren Al-Hasan, Dusun Banyu Putih Timur, Desa

Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teori

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan bagi

pembaca umumnya dan mahasiswa STAIN Salatiga pada khususnya, serta

dapat menambah pengetahuan bagi remaja.

2. Secara praktis

a. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan panduan bahwa

keberadaan pondok pesantren memiliki peran penting dalam

meningkatkan perilaku keberagamaan remaja di lingkungan

sekitarnya.

b. Penelitian ini juga dapat dijadikan panduan bagi orang tua dalam

membimbing remaja agar memiliki religiusitas yang tinggi.

c. Bagi remaja, dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan agar

dapat meningkatkan perilaku keberagamaannya.

Page 16: oke

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai maksud dari judul

penelitian ini, maka peneliti merasa perlu memberikan pengertian istilah-

istilah yang ada pada judul tersebut sebagai berikut:

1. Relasi pondok pesantren dengan masyarakat

Relasi menurut KBBI (2007:934) adalah hubungan, pertalian, atau

perhubungan. Sedangkan masyarakat merupakan sejumlah manusia

dalam arti yang seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang

mereka anggap sama (KBBI, 2007:721). Sedangkan relasi yang di

maksud dalam penelitian ini adalah hubungan pondok pesantren Al-

Hasan dengan masyarakat atau orang-orang di lingkungan pondok

pesantren.

2. Peran Pembinaan keberagamaan remaja di lingkungan pondok pesantren

Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh

orang yang berkedudukan dalam masyarakat (KBBI,2007:854).

Pembinaan berasal dari kata bina yang mendapat imbuhan pe-an. Kata

bina berarti membangun atau mengusahakan agar mempunyai kemajuan

lebih. Keberagamaan menurut Mudzar dapat dilihat dari lima dimensi

yaitu: scripture atau naskah-naskah, penganut, ritus-ritus atau ritual, alat-

alat seperti masjid, gereja, lonceng, dan organisasi keagamaan

(Suprayogo,2001:21).

Page 17: oke

Lingkungan adalah daerah atau kawasan yang terdapat

didalamnya (KBBI,2007:675). Sedangkan pondok pesantren adalah

tempat berkumpulnya para santri atau asrama tempat mengkaji ilmu

agama Islam (Nurcholis Majid,1997:5). Jadi peran pembinaan

keberagamaan remaja dilingkungan pondok pesantren yang penulis

maksud dalam penelitian ini ialah upaya yang dilakukan pondok

pesantren Al-Hasan dalam mengalami masalah aktivitas keberagamaan

remaja terutama ritual keberagamaan remaja yang tinggal di kawasan

pondok pesantren dalam mengkaji ilmu agama Islam dan ilmu

pengetahuan umum.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field

research), dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara

langsung di lapangan, yakni suatu penelitian tentang studi yang

mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga

menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai unit

sosial tersebut.

Sedangkan penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha

Page 18: oke

menemukan makna dari sebuah situasi atau kondisi. Metode penelitian

ini berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang memandang

realitas sosial sebagai suatu yang utuh, komplek, dinamis dan penuh

makna serta bersifat interaktif dan hasil penelitiannya lebih

menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2011:8). Dalam

penelitian ini peneliti mencoba mencari tahu bagaimana sikap

keberagamaan remaja pada lingkungan pondok pesantren.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif menggunakan human instrument

yaitu peneliti sebagai intrumen penelitian itu sendiri. Kehadiran

peneliti di lapangan untuk melakukan pengamatan, wawancara, serta

melakukan berbagai kegiatan secara mendalam untuk mendapat data

dan informasi yang digunakan sebagai data penelitian. Dalam hal ini

peneliti akan terjun langsung kelapangan tanpa mewakilkan

kehadirannya kepada orang lain agar data dan informasi yang di dapat

lebih akurat.

3. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini di lakukan di pondok pesantren Al-Hasan, Dusun

Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota

Salatiga. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah pondok

pesantren Al-Hasan.

Page 19: oke

4. Subjek Penelitian dan Informan

Pemilihan informan merupakan hal yang sangat berguna untuk

kelangsungan proses penelitian. Subyek penelitian adalah orang dari

lokasi penelitian yang dianggap paling mengetahui masalah penelitian

guna memperoleh data-data penelitian. Informan adalah orang dari

lokasi penelitian yang paling mengetahui permasalahan dan bersedia

dijadikan sumber informasi, bersedia bekerja sama, mau diajak diskusi

membahas hasil penelitian (Kasiram, 2010: 283). Dalam penelitian ini

yang menjadi subyek penelitian adalah pondok pesantren Al-Hasan,

Dsn Banyu Putih Timur, Desa Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo,

Kota Salatiga.

Fungsi dari subyek penelitian dan informan adalah membantu

peneliti dalam waktu yang relatif singkat dapat memperoleh data yang

banyak dan yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung. Cara

yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari informan yang

dapat dipertanggung jawabkan, dapat melalui wawancara. Untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan maka peneliti berpedoman

pada informasi yang diberikan oleh pengurus pondok pesantren Al-

Hasan, para santri, dan remaja sebagai informan.

Page 20: oke

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

dalam mencari data dan informasi penelitian adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,

2011:231). Dalam hal ini penulis berpedoman pada informasi yang

diberikan oleh pengasuh pondok pesantren, pengurus dan remaja

Dusun Banyu Putih, Desa Sidorejo Lor.

b. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

mengamati secara langsung tentang kegiatan, keadaan umum

kejadian-kejadian yang ada dalam obyek penelitian dengan secara

sistematis.

Secara umum, observasi berarti pengamatan, penglihatan.

Sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian, observasi

adalah mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab,

mencari bukti terhadap fenomena social keagamaan (perilaku,

kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan symbol-simbol tertentu)

selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang di

Page 21: oke

observasi, dengan mencatat, merekam, mempotret fenomena

tersebut guna penemuan data analisis (Suprayogo dan Tabroni,

2001:167). Metode observasi dalam penelitian ini dimanfaatkan

untuk mengamati kondisi remaja Dusun Banyu Putih Timur yang

diharapkan dapat membantu untuk melengkapi data yang

diperlukan dengan cara mengamati aktivitas kehidupan sehari-hari

remaja tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan metode penelitian yang berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang

(Sugiyono, 2011:240). Peneliti menggunakan metode ini untuk

mendapat data tentang kondisi dan keadaan Dusun Banyu Putih

Timur, agamanya, dan sarana prasarana yang dimiliki dalam

kegiatan keagamaan.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data

penelitian kualitatif bersifat iterative (berkelanjutan) dan

dikembangkan sepanjang program. Dengan menganalisis data sambil

Page 22: oke

mengumpulkan data, maka peneliti dapat mengetahui kekurangan data

yang harus dikumpulkan.

Tahap analisis data dalam penelitian ini secara umum dimulai

sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data merupakan proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan

(Imam Suprayogo, 2001:192-193). Pada proses ini peneliti dapat

melakukan penggolongan, dan membuang yang tidak diperlukan.

Setelah datanya terpilih maka dilakukan penyajian data yang didapat

melalui informan dan data yang diperoleh dilapangan selama

penelitian berlangsung. Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan

informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sehingga setelah

penyajian data dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh di

lapangan peneliti melakukan beberapa upaya, di samping menanyakan

kepada obyek secara langsung, peneliti juga berusaha mencari jawaban

dari sumber lain.

Page 23: oke

Dalam melakukan pengecekan keabsahan data didasarkan pada

beberapa kriteria. Kriteria tersebut terdiri dari credibility (derajat

kepercayaan), transferability (validitas eksternal), dependability

(reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas). Masing-masing teknik

tersebut menggunakan cara pemeriksaan sendiri-sendiri. Untuk kriteria

derajat kepercayaan dalam memeriksa data maka peneliti

memperpanjang keikutsertaannya, ketekunan dalam mengamati segala

sesuatu objek di lapangan, triangulasi (teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada), diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif dan membercheck atau pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data (Sugiyono, 2011:270).

8. Tahap-tahap Penelitian Kualitatif

Tahap-tahap yang dimaksudkan dalam penelitian kualitatif di

bagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan

lapangan, dan tahap analisis data (Moleong, 2009:127-148)

a. Tahap Pra-lapangan

Tahap pra-penelitian adalah sebelum berada di lapangan.

Sebagaimana yang di kutip Moleong, ada enam kegiatan yang harus

dilakukan oleh peneliti. Dalam tahap ini di tambah satu pertimbangan

yang perlu dipahami yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan

Page 24: oke

pertimbangan antara lain: pertama, menyusun rancangan penelitian,

kedua, memilih lapangan penelitian, ketiga, mengurus perizinan,

keempat, menjajaki dan menilai lapangan, kelima, memilih dan

memanfaatkan informan, keenam, menyiapkan perlengkapan

penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini merupakan tahap penelitian yang sebenarnya.

Tahap ini di bagi atas tiga bagian, yaitu: pertama, memahami latar

penelitian dan persiapan diri, kedua, memasuki lapangan, ketiga,

berperan serta sambil mengumpulkan data.

c. Tahap Analisis Data

Analisis data adalah tahap kegiatan sesudah kembali dari

lapangan. Pada tahap ini analisis data yang sudah tersedia dari sumber

yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam

catatan lapangan, dokumen pribadi dan sebagainya.

Dalam analisis data, terdapat beberapa alur kegiatan yang

terjadi secara bersamaan, yaitu:

1) Pengumpulan Data

Adalah kegiatan analisis yang mengantisipasi kegiatan atau

dilakukan sebelum penelitian lapangan, ketika penelitian di rancang.

Page 25: oke

2) Reduksi Data

Adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data merupakan

bagian dari analisis.

3) Penyajian Data

Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dengan melihat data kita akan memahami apa yang sedang

terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk lebih jauh menganalisis

atau mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang di dapat

dari penyajian tersebut.

4) Kesimpulan atau Verifikasi Data

Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan atau

verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis

kualitatif mencari makna, penjelasan, dan sebab akibat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan dalam

penelitian ini adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai dari

tahap pra-penelitian, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap pasca

penelitian. Namun walau demikian, sifat dari kegiatan yang dilakukan

Page 26: oke

pada masing-masing tahap tersebut tidaklah bersifat ketat, melainkan

sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hasil penelitian ini dibagi dalam 5 bab, setiap bab

terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan ini meliputi: latar belakang masalah, masalah penelitian,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian

dan sistematika penelitian.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini pokok pembahasan diantaranya pondok pesantren di Indonesia

yang meliputi pengertian pondok pesantren, sejarah pondok pesantren,

tipologi pondok pesantren, elemen-elemen pondok pesantren, upaya pondok

pesantren dan permasalahan umum yang dihadapi pondok pesantren.

Keberagamaan remaja yang terdiri dari pengertian perilaku keberagamaan,

faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan remaja, dan fungsi agama

bagi manusia dan upaya pondok pesantren dalam meningkatkan perilaku

keberagamaan remaja, problematika pembinaan keberagamaan remaja.

Page 27: oke

BAB III: RELASI PONDOK PESANTREN DENGAN MASYARAKAT

Pada bab ini terdiri dari : gambaran umum objek penelitian yang terdiri dari

sejarah singkat pesantren, visi dan misi pesantren, letak geografis pesantren,

keadaan sarana dan prasarana, struktur organisasi , keadaan santri dan ustad,

Program pendidikan meliputi program harian, program mingguan dan

bulanan, progam tahunan, kondisi remaja di sekitar meliputi pendidikan,

keberagamaan dan organisasi, pola hubungan dengan masyarakat sekitar

pondok pesantren meliputi hubungan individu, hubungan kelembagaan dan

hubungan timbal balik.

BAB IV: PERAN PONDOK DALAM PEMBINAAN KEBERAGAMAAN

Dalam bab ini meliputi: Program pembinaan, peran pondok pesantren,

problematika dan solusi.

BAB V: PENUTUP

Penutup merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 28: oke

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pondok Pesantren di Indonesia

1. Pengertian Pondok Pesantren

Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an

yang berarti tempat tinggal para santri, Profesor Jhons berpendapat bahwa

istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji,

sedangkan C.C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari

istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tau buku-buku

suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu

( Zamakhsyari Dhofier,1983:18).

Sedangkan pondok pesantren menurut Nurcholis Majid (1997:5)

adalah tempat berkumpulnya para santri atau asrama tempat mengkaji

ilmu agama Islam, di mana santri mempunyai image sebagai seorang

yang mengerti lebih jauh mengenai perihal agama di banding masyarakat

umum. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaaan yang

mempunyai ciri khasnya sendiri dibanding dengan lembaga pendidikan

lainnya. Sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di

Indonesia, pesantren berhasil membina dan mengembangkan kehidupan

beragama masyarakat.

Page 29: oke

Pondok pesantren merupakan sarana untuk menyiapkan para santri

sebagai mutafaqqih fi ad-din (mengkaji ilmu agama) yang mampu

mencetak kader-kader ulama‟ dan pendakwah menyebarkan agama Islam,

serta pembentukan akhlak. Selain itu, pondok pesantren juga

dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana mengembangkan kepercayaaan

Islam, dan khususnya untuk mengembangkan kemampuan menafsirkan

inti ajaran Islam.

2. Sejarah Pondok Pesantren

Menelusuri tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga

pendidikan keagamaan Islam di Indonesia, termasuk awal berdirinya

pondok pesantren tidak terlepas dari hubungannya dengan sejarah

masuknya Islam di Indonesia. Pendidikan Islam di Indonesia bermula

ketika orang-orang yang masuk Islam ingin mengetahui lebih banyak

tentang isi ajaran Islam yang baru dipeluknya, baik mengenai cara

beribadah, membaca Al-Qur‟an dan pengetahuan Islam yang lebih luas

dan mendalam. Mereka biasanya belajar di rumah, masjid, langgar atau

surau.

Dalam perkembangannya, keinginan untuk lebih memperdalam

ilmu-ilmu agama telah mendorong tumbuhnya pesantren yang merupakan

tempat untuk melanjutkan belajar agama setelah tamat belajar di surau,

Page 30: oke

langgar atau masjid. Sejarah pendidikan Indonesia mencatat, bahwa

pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di

Indonesia. Lembaga ini telah berkembang khususnya di Jawa selama

berabad-abad. Maulana Malik Ibrahim salah satu spiritual father

Walisongo yang meninggal tahun 1419 di Gresik dalam masyarakat Jawa

biasanya dipandang sebagai gurunya guru tradisi pesantren di tanah Jawa.

Dalam catatan sejarah, pondok pesantren dikenal di Indonesia sejak

zaman Walisongo. Ketika itu pula Sunan Ampel mendirikan sebuah

padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di

Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut

ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan

Talo, Sulawesi.

Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-

pesantren di tanah air. Sebab para santri setelah menyelesaikan studinya

merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-

masing. Maka di dirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti

pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel.

Mengenai pendirian dan pelembagaan pesantren pertama kali, baru

muncul pada pertengahan abad ke-18 M. Dari pesantren-pesantren kuno

yang terlacak, pesantren Tegalsari Panaraga yang didirikan tahun 1742

adalah pesantren paling tua. Pada akhir abad 18 M, lembaga pesantren di

Page 31: oke

Jawa semakin bertambah dan mengalami perkembangan pesat. Hal itu

terjadi pada rentang abad ke-19 M. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa pesantren muncul pada abad ke-18 M dan melembaga pada abad

ke-19 M (Depag RI, 2003: 7-8).

3. Tipologi Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah sebuah sistem yang unik, bukan hanya

dalam pendekatan pembelajarannya tapi juga pandangan hidup dan tata

nilai yang dianut, masing-masing pondok pesantren mempunyai

keistimewaan tersendiri, secara garis besar pondok pesantren dapat

dikategorikan dalam tiga kategori:

a. Pondok Pesantren Salafiyah

Salaf artinya lama, dahulu atau tradisional. Pondok pesantren

Salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan

pemebelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana yang

berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran ilmu-ilmu agama

Islam dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi pada

kitab-kitab klasik berbahasa Arab, penjenjangan tidak didasarkan pada

waktu tetapi berdasarkan tamatnya (khatam) kitab yang di pelajari.

Dengan selesai satu kitab tertentu maka santri dapat naik jenjang dengan

mempelajari kitab yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Pendekatan ini

Page 32: oke

sejalan dengan prinsip pendidikan modern yang di kenal dengan sistem

belajar tuntas. Dengan cara ini, santri dapat lebih intensif mempelajari

suatu cabang ilmu.

b. Pondok Pesantren Khalafiyah (A’shriyah)

Khalaf artinya kemudian, atau belakang. Sedangkan ashri artinya

sekarang atau modern. Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok

pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan

pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal baik madrasah

atau sekolah umum, tetapi dengan pendekatan klasikal. Pembelajaran

pada pondok pesantren ini, dilakukan secara berjenjang dan

berkesinambungan, dengan satuan program didasarkan pada satuan

waktu, seperti catur wulan, semester, tahun atau kelas dan seterusnya.

Pada pondok pesantren tipe ini pondok lebih banyak berfungsi sebagai

asrama dan memberikan lingkungan yang kondusif untuk pendidikan

agama.

c. Pondok Pesantren Campuran/Kombinasi

Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan di

atas adalah salafiyah dan khalafiyah dalam bentuknya yang ekstrim.

Barangkali kenyataan di lapangan tidak ada atau sedikit sekali pondok

pesantren salafiyah atau khalafiyah dengan pengertian tersebut. Sebagian

besar yang ada sekarang adalah pondok pesantren yang berada di antara

Page 33: oke

rentangan dua pengertian di atas. Sebagian besar pondok pesantren yang

mengaku atau menanamkan diri pesantren salafiyah, pada umum

menyelenggarakan pendidikan secara klasikal dan berjenjang, walaupun

tidak dengan nama madrasah atau sekolah. Demikian juga pesantren

khalafiyah pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan dengan

pendekatan pengajian kitab klasik sebagai salah satu identitas pondok

pesantren.

Di samping tipologi pesantren berdasarkan model pendekatan

pendidikan yang dilakukan, ada juga tipologi berdasarkan konsentrasi

ilmu-ilmu agama yang diajarkan yang di kenal dengan pesantren Al-

Qur‟an yang lebih berkonsentrasi pada pendidikan Al-Qur‟an, mulai

qira‟ah sampai tahfizh. Ada pesantren hadits yang lebih berkonsentrasi

pada pembelajaran hadits. Ada pesantren fiqh, pesantren ushul fiqh,

pesantren tashawwuf (Departemen Agama RI, 2003: 28-31).

Ada tipologi lain di buat berdasarkan penyelenggaraan fungsinya

sebagai lembaga pengembangan masyarakat melalui program-program

pengembangan usaha, seperti pesantren pertanian, pesantren

keterampilan, pesantren agribisnis dan sebagainya. Maksudnya pesantren

ini selain juga menyelenggarakan pendidikan agama juga

mengembangkan pertanian, keterampilan, dan agribisnis tertentu.

Page 34: oke

Dilihat dari berbagai tipologi pesantren di atas, menunjukkan bahwa

eksistensi pesantren dari masa ke masa semakin berkembang melalui

berbagai macam evaluasi. Sehingga pesantren tidak lagi di pandang

sebagai lembaga pendidikan Islam yang kuno, dan alumni pondok

pesantren hanya bisa menguasai pendidikan Islam saja melainkan mereka

mampu bersaing dengan lembaga pendidikan umum yang sarat dengan

teknologi modern.

4. Elemen-elemen Pondok Pesantren

Sebuah pondok pesantren biasanya mempunyai elemen-elemen

yang mendukung eksistensi pondok pesantren tersebut. Elemen-elemen

pondok pesantren setidaknya terdiri atas (Dhofier,1983: 44-55) adalah:

a. Pondok

Sebuah pesantren pada dasarnyaadalah sebuah asrama pendidikan

Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar di

bawah bimbingan seseorang (atau lebih) guru yang lebih di kenal dengan

sebutan ” kyai”. Asrama untuk para santri biasanya berada di lingkungan

komplek pesantren di mana kyai bertempat tinggal yang menyediakan

sebuah tempat ibadah dan ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan

keagamaan yang lain. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi dengan

Page 35: oke

tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Sistem pondok bukan saja elemen yang paling penting dari tradisi

pesantren, tetapi juga penopang utama bagi pesantren untuk dapat terus

berkembang. Meskipun keadaan pondok sangat sederhana namun anak-

anak muda yang pertama meninggalkan desanya untuk melanjutkan

pelajaran di suatu wilayah yang baru tidak perlu mengalami kesukaran

dalam tempat tinggal atau penyesuaian diri dengan lingkungan sosial

yang baru.

b. Masjid

Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan

pesantren dan di anggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik

santri, terutama dalam praktek-praktek keberagaamaan misalnya, shalat

lima waktu, khotbah, dan pengajaran kitab-kitab klasik. Kedudukan

masjid yang sangat penting sebagai pusat pendidikan dalam tradisi

pesantren yang merukan manivestasi universalisme dari sistem

pendidikan Islam tradisional.

Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam

dan mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat

pendidikan, dan sebagainya. Bahkan di zaman sekarang seringkali kita

temukan para ulama penuh pengabdian menggunakan masjid sebagai

Page 36: oke

tempat mengajar murid-muridnya, memberikan nasehat dan apa saja yang

berhubungan dengan ilmu pendidikan.

Serang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren,

biasanya akan mendidrikan masjid di dekat rumahnya. Langkah ini

biasanya di ambil atas perintah gurunya yang telah menilai bahwa ia akan

sanggup memimpin sebuah pesantren.

c. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik

Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik terutama di

kalangan-kalangan ulama yang mengandung paham syafi‟iyah merupakan

satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan

pesantren. Pengajaran ini sering diterapkan bagi para santri yang tinggal

di pesantren dalam jangka waktu pendek (kurang dari satu tahun) yang

bertujuan untuk mencari pengalaman dalam hal pengalaman perasaan

keagamaan. Adapun santri yang ingin mengembangkan keahliannya

dalam berbahasa Arab melalui sistem sorogan dalam pengajian sebelum

pergi ke pesantren mengikuti sistem bandongan.

Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di sebuah pesantren

biasanya dapat digolongkan menjadi 8 macam meliputi: nahwu dan saraf,

fiqh, usul fiqh, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf dan etika, dan cabang-

cabang lain seperti balaghah dan tarikh. Kesamaan kitab yang diajarkan

Page 37: oke

dan sistem pengajarannya akan menghasilkan homogenitas pandangan

hidup, kultural, dan praktik kaberagamaan di kalangan para santri.

Meskipun sekarang kebanyakan pesantren telah memasukkan

pengajaran umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan

pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap diberikan

sebagai tradisi yang merupakan ciri khas dan upaya meneruskan tujuan

utama pesantren dalam mendidik santri yang sesuai faham Islam

tradisional.

d. Santri

Sesuai dengan pengertian yang dipakai oleh lingkungan orang-

orang pesantren, seorang kyai apabila memiliki pesantren dan santri yang

tinggal dalam pesantren dan mempelajari kitab-kitab Islam klasik, maka

dari itu santri merupakan elemen penting dalam lembaga pesantren.

Dengan demikian sesuai tradisi pesantren, santri dapat dikelompok

menjadi 2 macam; pertama santri mukim yaitu murid-murid yang berasal

dari daerah jauh dan menetap dalam kelompok pesantren, dan santri yang

telah lama bermukim atau tinggal di pesantren biasanya memegang

tanggung jawab dan mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari. Kedua

santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa sekitar

pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren dan hanya

Page 38: oke

mengikuti proses pembelajarannya saja, mereka bolak balik(nglaju) dari

rumahnya sendiri.

Biasanya perbedaan antara santri mukim dan santri kalong dapat di

lihat dari besarnya sebuah pesantren, dengan kata lain apabila semakin

besar sebuah pesantren maka santri mukimnya juga akan semakin banyak

jumlah pula sedangkan sebuah pesantren yang kecil maka akan terlihat

lebih banyak santri kalongnya.

e. Kyai

Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren,

sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren sangat bergantung

kepada kemampuan pribadi kyainya. Kebanyakan orang beranggapan

bahwa suatu pesantren diibaratkan sebagai suatu kerajaan kecil di mana

kyai merupakan sumber mutlak dari kekuasaan dan kewenangan (power

and authority) dalam kehidupan lingkungan pesantren.

Meskipun kebanyakan kyai berasal dari pedesaan, mereka

merupakan bagian dari kelompok elite dalam struktur sosial. Para kyai

dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya tentang pengetahuan dalam

Islam, seringkali di lihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami

keagungan Tuhan dan rahasia alam sehingga dengan demikian mereka di

anggap memiliki kedudukan yang tak terjangkau terutama bagi orang

awam, dan ditunjukkan dengan berbagai kekhususan dalam bentuk-

Page 39: oke

bentuk berpakaian yang merupakan simbol kealiman yang dilengkapi

dengan kopiah dan surban.

Masyarakat biasanya mengharapkan seorang kyai dapat

menyelesaikan persoalan-persoalan keagamaan praktis sesuai dengan

kedalaman pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi kitab-kitab

yang di pelajari dan diajarkan, maka ia akan semakin dikagumi juga dapat

diharapkan dapat menunjukkan kepemimpinannnya, kepercayaannya dan

kemampuannya karena banyak orang yang datang meminta nasehat serta

bimbingan dalam berbagai hal. Ia juga diharapkan untuk rendah hati,

menghormati semua orang tanpa memandang tinggi rendahnya kelas

sosial, kekayaan dan pendidikannya dan penuh pengabdian kepada

Tuhan. Serta tidak berhenti memberikan kepemimpinannya dalam hal

keagamaan seperti memimpin sholat lima waktu, memberikan khutbah

dan menerima undangan perkawinan, kematian.

Dari kelima elemen diatas merupakan faktor yang begitu penting

dan berjalan secara berkesinabungan dengan demikian beberapa uraian

tentang elemen-elemen umum pesantren, yang pada dasarnya merupakan

syarat dan gambaran kelengkapan elemen sebuah pondok pesantren yang

terklasifikasi asli meskipun tidak menutup kemungkinan berkembang

atau bertambah seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan

masyarakat.

Page 40: oke

5. Peran Pondok Pesantren dan Permasalahan Umum yang dihadapi

Pondok Pesantren

a. Peran Pondok Pesantren

Masyarakat dan pemerintah mengharapkan pondok pesantren memiliki

peranan yang besar terhadap pendidikan Islam di Indonesia, karena pondok

pesantren dinilai memiliki peranan penting di dunia pendidikan di antaranya:

1) Peran Instrumental dan Fasilitator

Hadirnya pondok pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan

dan keagamaan, tetapi juga sebagai lembaga pemberdayaan umat

menunjukkan bahwa pondok pesantren menjadi sarana bagi pengembangan

potensi dan pemberdayaan umat.

2) Peran Mobilisasi

Pondok pesantren merupakan lembaga yang berperan dalam

memobilisasi masyarakat dalam perkembangan mereka, artinya lembaga ini

dibangun atas dasar kepercayaan masyarakat bahwa pondok pesantren adalah

tempat yang tepat untuk menempa akhlak dan budi pekerti yang baik.

3) Peran Sumber Daya Manusia

Dalam system pendidikan yang dikembangkan oleh pondok pesantren

sebagai upaya mengoptimalkan potensi yang dimiliki, pondok pesantren

memberikan pelatihan khusus atau tugas magang dibeberapa tempat yang

sesuai dengan pengembangan yang akan dilakukan di pondok pesantren.

Page 41: oke

4) Sebagai Agent of Development

Pondok pesantren dilahirkan untuk memberikan respon terhadap

situasi dan kondisi sosial di masyarakat yang tengah dihadapkan pada

runtuhnya sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang diharapkan.

5) Sebagai Center of Excellence

Institusi pondok pesantren berkembang sedemikian rupa akibat

persentuhan-persentuhannya dengan kondisi dan situasi zaman yang selalu

berubah. Untuk itu pondok pesantren mengembangkan perannya dari sekedar

lembaga keagamaan dan pendidikan menjadi lembaga pengembangan

masyarakat (Depag RI, 2003: 93-94).

b. Permasalahan Umum yang dihadapi Pondok Pesantren

Kesadaran yang mulai tumbuh mengenai sebuah pesantren sering

disertai dengan apresiasi yang secukupnya, misalnya dengan memberikan

sebuah penilaian bahwa sistem pesantren merupakan sesuatu yang bersifat asli

atau indigenous Indonesia, sehingga dengan sendirinya bernilai positif dan

harus dikembangkan. Penilaian tersebut menempatkan dunia pesantren pada

pengakuan yang mempunyai peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan

pendidikan nasional namun peranan dan sumbangan pesantren pada sistem

pendidikan nasional dinilai belum mampu menandingi organisasi-organisasi

pendidikan lainnya.

Page 42: oke

Menurut Nurcholish Madjid(1997: 104-105) pesantren dalam melihat

dirinya, sebagai lembaga pendidikan di bagi dalam empat kelompok. Pertama

yang merupakan bagian terbesar, yaitu kelompok pesantren yang tidak

menyadari dirinya, apakah bernilai baik atau kurang baik, mereka

menganggap bahwa apa yang terjadi adalah terjadi begitu saja tanpa ada

persoalan serius yang perlu dipikirkan. Kedua fanatik karena dengan

kefanatikan tersebut sering membuat penilaian yang kurang obyektif. Ketiga

kelompok yang kehinggapan rasa rendah diri, sehingga mereka merasa

menganggap identitas pesantrennya tidak perlu lagi dipertahankan. Keempat

pesantren-pesantren yang sepenuhnya menyadari dirinya baik dari segi-segi

positif maupun negatif, sanggup dengan jernih melihat mana yang harus

diteruskan dan mana yang harus ditinggalkan. Kalau kita telusuri secara

historis keberadaan pesantren, maka kita akan menemukan kenyataan yang tak

terbantah bahwa pesantren lahir pada zaman yang tepat, pada saat itu

pesantren sangat fungsional memberi jawaban terhadap tantangan zaman,

misalnya dalam menghadapi penetrasi asing kolonial baik di bidang politik

maupun sosial budaya. Tetapi peranan pesantren masa kini dan masa

mendatang adalah peranan dalam menjawab tantangan yang membuatnya

berada pada persimpangan jalan, yang harus menyesuaikan diri dengan

keadaan dan keikutsertaan sepenuhnya dalam arus pengembangan ilmu

pengetahuan(modern), termasuk di dalamnya bagian yang merupakan ciri

Page 43: oke

utama kehidupan abad ini, yaitu tekhnologi. Akan sangat janggal jika

dikatakan bahwa pesantren tidak sepenuhnya mampu mengemban tugas

keilmuan, mungkin persoalan yang dihadapi bisa dikategorikan menjadi dua

yaitu:

1) Primer yaitu persoalan bagaimana menyuguhkan kembali isi pesan

moral yang diembannya itu kepada masyarakat abad ini begitu rupa

sehingga tetap relevan dan mempunyai daya tarik. Tanpa relevansi dan

daya tarik keampuhan atau efektifitasnya tidak dapat diharapkan.

2) Sekunder yaitu persoalan yang memungkinkan jika pesantren hanya

memilih peranan moral moral saja, dengan tidak disertai dengan usaha

meningkatkan mutu penyuguhan (ini pun bertolak dari sisi segi isi

sudah tidak ada persoalan lagi). Sehingga yang akan terjadi adalah

semakin lemahnya hak hidup pesantren di tengah kehidupan abad ini,

untuk kemudian tidak diakui sama sekali dan lenyap. Maka dari itu,

idealnya yang dapat dilakukan pesantren adalah dengan mengambil

posisi sebagai amanat ganda (duo mission), yaitu amanat keagamaan

atau moral dan amanat ilmu pengetahuan.

Page 44: oke

Tuntutan utama pelaksanaan amanat ganda ini adalah efisiensi yang

menyangkut;

1) Penggunaan waktu, dana, dan daya (juga ruang) dengan sebaik-

baiknya. Kalau bias faktor-faktor itu harus dipergunakan dua kali lebih

efektif daripada yang ada sekarang ini.

2) Mungkin “streamlining” apa yang diperlukan sebagai pengetahuan.

Barangkali hal ini tidak perlu mengenai isi atau materi, tetapi metode

atau cara penyampaian dalam pengajaran misalnya. Juga menyangkut

pengintesifan segi-segi yang bersifat pembentukan watak dari

penciptaan suasana keagamaan.

3) Mungkin pula pemilihan yang tepat tentang ilmu pengetahuan yang

terdekat dalam jangkauan penguasaan. Lebih-lebih desakan keperluan

ini relatif mudah dideteksi, yaitu tinggal lebih melihat dan membaca

kondisi masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu (Nurcholis

Madjid,1997:103-108)

B. Keberagamaan Remaja

1. Pengertian Perilaku Keberagamaan

Perilaku menurut KBBI (2007:859) adalah tanggapan atau reaksi

individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan keberagamaan

adalah fenomena sosial yang diakibatkan oleh agama, fenomena ini bisa

Page 45: oke

berupa struktur sosial, pranata sosial, dan perilaku sosial. Glock dan R.

Stark mengatakan bahwa perilaku keberagamaan seseorang dapat dilihat

dari lima dimensi, yaitu: ideological, ritual, mistikal, intelektual, dan

social (Muhammad Fauzi,2007:65).

a. Dimensi ideologis (ideological dimension) atau popular dikenal

dengan sebagai keyakinan beragama (religious belife). Hal ini

berkaitan dengan pengakuan dan penerimaan terhadap sesuatu Zat

yang sakral, yang Maha Besar sebagai suatu kebenaran. Keyakainan

beragama ini meliputi dua aspek, yaitu religius dan kosmologi. Nilai

religius berkaitan dengan konsepsi tentang apa yang dipersepsikan

sesuatu yang baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau

tidak benar, dan tepat atau tidak tepat dalam sebuah agama.

Sedangkan kosmologi berkaitan dengan penerimaan atau pengakuan

tentang penjelasan mengenai devinitas, alam ghaib, termasuk

kehidupan, kematian, syurga, neraka, dan lain-lainya yang bersifat

dogmatik.

b. Dimensi ritual (ritual involvement), setiap pemeluk agama

berkewajiban untuk menjalankan sebuah ritual sebagai bentuk

ketaatan terhadap agama yang diyakininya, misalnya seorang muslim

diharuskan melaksanakan ritual seperti; sholat, puasa, membayar

zakat, berdo‟a, mambaca kitab suci, dan pergi ke masjid. Perilaku ini

Page 46: oke

bersifat aktif dan dapat diamati sebagai indikasi bahwa orang tersebut

sebagai orang yang beragama.

c. Dimensi mistikal (experimental involvement) atau keterlibatan

pengalaman yang meliputi perasaan dan persepsi tentang proses

kontaknya dengan apa yang diyakininya sebagai” The Ultimate

Reality” yang berisikan pengalaman yang unik dan spektakuler yang

datang dari tuhan.

d. Dimensi intelektual (intellectual involvement), dimensi ini

menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap doktrin dan

dogma suatu agama yang dipeluknya, artinya orang beragama

memiliki pengetahuan yang berkaitan dangan agama yang

dipeluknya.

e. Dimensi sosial (consequential involvement) atau keterlibatan

konsekuensial. Dimensi ini merupakan manifestasi ajaran agama dan

kemudian sikap itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Apakah

dai menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial seperti;

apakah dia mengunjungi tetangga yang sedang sakit, bershodaqoh,

membantu fakir miskin, menyumbangkan uangnya untuk

membangun tempat ibadah.

Dimensi-dimensi di atas dapat digunakan untuk mengukur tingkat

religiusitas seseorang. Hal ini merupakan konsep yang ideal perilaku

Page 47: oke

keberagamaan secara integral, apabila salah satu tidak terpenuhi maka

dapat mengidentifikasikan masih rendahnya tingkat keberagamaan

seseorang.

Masing-masing individu memiliki pengalaman keagamaan yang

berbeda-beda, perilaku keberagamaan sebagai realitas kehidupan sosial

ditandai sedikitnya oleh tiga corak pengungkapan yang universal;

pertama, pengungkapan teoretik berwujud system kepercayaan (belief

sistem), kedua, pengungkapan praktiknya sebagai system persembahan

(belief of workship), ketiga, serta pengungkapan sosiologinya sebagai

suatu system hubungan masyarakat (sistem of social relation).

Religiusitas sesungguhnya merupakan suatu pandangan hidup yang harus

diterapkan dalam kehidupan setiap orang (Muhammad Fauzi,2007:77).

Secara garis besar arti agama bagi anak remaja dewasa ini menjadi

kompleks, sebab agama sesuai dengan fungsi dan tujuannya memang

multi dimensional. Anak-anak remaja yang merupakan bagian yang harus

menerima agama sesuai dengan fitrahnya, yakni merupakan suatu subjek

yang memiliki dua kondisi yaitu jasmaniah dan rohaniah. Maka dari itu

agama dalam perwujudannya mencangkup dua segi: memperbaiki,

meluruskan serta mengharmoniskan sifat tabiat, watak manusia kearah

tujuan yang benar, sedangkan sisi lain agama menyinggung segi

jasmaniah. Anak remaja yang sehat mental, moral dan spiritualnya dalam

Page 48: oke

arti sebenar-benarnya, maka jasmaninya akan sehat pula (Sudarsono,

2004:120).

Keberagamaan dan juga perilaku beragama tidak hanya menjadi

bagian sistem kesadaran, tetapi juga menjadi bagian integral sistem sosial.

Cakupan lingkup keberagamaan dalam Islam yang demikian utuh

mencakup seluruh segi kehidupan manusia, dan pengaruh lingkungan

yang sangat beragam. Perilaku keberagamaan seseorang memerlukan

akurasi sosok dimensi yang konkret (Muslim A.Kadir, 2003:278).

Istilah fundamental untuk ritual Islam adalah ibadah,

penghambaan dari yang lebih rendah kepada Yang Maha Agung. Semua

kewajiban resmi dalam Islam terangkum dalam ibadah: lima rukun

menjadi kategori utama ritual Islam. Hari Islam termasuk salah satu

makna ritual. Di luar ibadah resmi ada banyak ibadah local dan popular

seperti peringatan atas orang suci. Misalnya sholat lima waktu

memberikan kesaksian atas dominannya ritual dalam kehidupan sehari-

hari, Idul Fitri berperan sebagai penutup puasa ramadhan, dan sebagainya,

dalam sebuah agama tentunya sudah mengenal adanya ritual yang

mengharuskan para pemeluknya melaksanakan sebuah ritual tersebut

(Richard C.Martin, 2002:94).

Seperti halnya dalam Islam nama lain dari ritual ialah ibadah yang

tertuang sesuai QS adz-Dzariyat 56 yang berbunyi

Page 49: oke

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.

Yang menjelaskan tentang tugas hidup manusia ialah beribadah, dalam

agama islam ibadah mencangkup berbagai macam antara lain; sholat,

puasa, zakat dan lain-lain. Di antara ibadat dalam Islam, sholatlah yang

membawa manusia dekat kepada Tuhan, karena di dalamnya terdapat

dialog antara manusia dengan Tuhannya. Dialog ini wajib dilakukan lima

kali sehari guna memohon pensucian roh. Puasa juga merupakan

pensucian roh, karena dalam puasa seseorang berusaha menahan hawa

nafsu dan amarah, dalam hal ini puasa melatih jasmani dan rohani bersatu

dalam usaha mensucikan roh manusia. Zakat juga ikut mengambil bagian

sebagai alat pensucian roh, di sini roh dilatih untuk menjauhi dari sifat

kerakusan pada harta dan memupuk rasa persaudaraan, rasa kasih dan

suka menolong sesame anggota masyarakat yang berada dalam

kekurangan (Harun Nasution, 1985:37).

Perilaku keberagamaan seseorang dapat di nilai dari berbagai

aspek, diantaranya aspek ibadah atau ritual keberagamaannya. Ibadah

dalam Islam sangat bermacam-macam bentuknya, maka dari itu islam

membagi jenis-jenis pelaksanaan ibadah, seperti ibadah harian yang

Page 50: oke

meliputi sholat lima waktu yang dalam QS al-Ankabut:45 dinyatakan

mempunyai fungsi mencegah perbuatan mungkar (Abu Yasid, 2004:45).

Artinya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar”.

Dan juga ibadah yang dilakukan mingguan yaitu sholat jum‟at seperti

yang terkandung dalam (QS al-Jumu‟ah: 9)

Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan

shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan

tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu

mengetahui”.

Dan ada pula ibadah tahunan seperti puasa ramadhan yang sangat efektif

untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, sesuai dengan bunyi (QS

al-Baqarah: 183) :

Page 51: oke

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar

kamu bertakwa”.

Perilaku keberagamaan akan melahirkan berbagai kreasi budaya dengan

nilai kepercayaan yang dikandungnya, manusia dan agama merupakan

dua sisi yang tak dapat dilepaskan bagaikan sebuah koin mata uang logam

yang saling berpengaruh. Sebagai unsur yang berpengaruh bagi manusia,

agama dapat memberikan layanan psikologi yang dibutuhkannya.

Sementara manusia disisi lain juga memberikan kontribusi yang

signifikan dalam proses perubahan nilai yang banyak dipengaruhi oleh

agama dalam membentuk tatanan dalam masyarakat.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberagamaan Remaja

Perkembangan agama seseorang terjadi melalui pengalaman

dalam hidupnya yang dialami sejak kecil dalam lingkungan mulai dari

kelurga, masyarakat dan lingkungan sekolah. Semakin banyak

pengalaman yang dialami khususnya yang bersifat agama maka setiap

tindakan dan perilaku serta cara menghadapi sesuatu dalam hidupnya

sehari-hari sesuai dengan ajaran agamanya.

Menurut Zakiah Darajat (1996:68-90) faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan agama pada remaja antara lain:

Page 52: oke

a. Pertumbuhan mental remaja

Agama merupakan sebuah faktor penting yang memegang peranan

dalam menentukan kehidupan remaja, sebenarnya masa remaja

merupakan masa peralihan, yang di tempuh oleh seseorang kanak-

kanak menuju masa dewasa. Pada dasarnya dasar-dasar dan pokok-

pokok agama seseorang telah di terima pada masa kecilnya, dan akan

berkembang apabila remaja dalam menganut kepercayaan itu tidak

mendapat kritikan-kritikan. Pertumbuhan tentang ide-ide agama

sejalan dengan pertumbuhan kecerdasannya, remaja-remaja yang

mendapat didikan agama dengan cara tidak memberi kesempatan

berfikir logis dan mengeritik pendapat-pendapat yang tidak masuk

akal disertai pula oleh kehidupan lingkungan dan orang tua yang

menganut agama yang sama, maka kebimbangan pada masa remaja

itu agak berkurang, remaja-remaja akan merasa gelisah dan kurang

aman apabila agama atau keyakinannya berlainan dari kepercayaan

orang tuanya.

Sebagian besar kebimbangan itu terjadi akibat pertumbuhan

keinginan mengembalikan penilaian apa yang telah dipelajari remaja

pada waktu kecilnya. Ia melihat dengan mata terbuka disertai dengan

keheranan yang sangat, dan kecondongan baru kepada teman-teman

dan keluarganya serta kedudukannya dalam masyarakat dan

Page 53: oke

kepercayaan agamanya. Kebimbangan remaja adalah bukti bahwa dia

bersedia untuk memikirkan permasalahan hidunya yang rumit dan

penting, terkadang kebimbangan beragama pada banyak remaja

menyebabkan keguncangan kejiwaan, remaja yang telah percaya

kepada Tuhan akan melihat keindahan alam dan keharmonisan segala

sesuatu sehingga bertumbuhlah kekaguman dan rasa keindahan alam

yang kemudian diserahkannya pula sifat tersebut kepada Tuhan.

Gambaran remaja tentang Tuhan merupakan gambarannya terhadap

alam, dan hubungan yang komplek terjalin melalui alam.

b. Masalah mati dan kekelan

Pada masa remaja dapat dipahami bahwa mati itu adalah sesuatu

yang hak dan tidak dapat dihindari bahkan merupakan fenomena

yang alami. Kendatipun pengertian mati itu telah meningkat namun

remaja tidak menghilangkan kegelisahannya dalam bentuk

terputusnya hubungan emosi dengan keluarga, orang yang

dicintainya dan rasa dosa. Maka takut neraka dan harap akan surga

dalam ajaran agama memerankan peran penting dalam mengurangi

kegelisahan akan mati.

c. Emosi dan pengaruhnya terhadap kepercayaan agama

Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam

perasaan yang terkadang bertentangan satu sama lain, emosi

Page 54: oke

memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama sering kali

kita melihat remaja terombang ambing dalam gejolak emosi yang

tidak terkuasainya sehingga memunculkan konflik pada remaja dalam

kehidupannya. Konflik yang membingungkan dan menggelisahkan

remaja ialah jika mereka merasa atau mengetahui adanya

pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan.

Masa tidak stabilnya emosi tumbuh di mana perasaan sering tidak

tentram dan keyakinannya akan terlihat maju-mundur, dan

pandangan terhadap sifat Tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan

keadaan emosinya pada waktu tertentu, itulah sebabnya agama pada

remaja sering dilihat adanya perasaan maju-mundur dalam beriman.

d. Perkembangan moral dan perkembangannya dengan agama

Pembinaan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan

kebiasaan, yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua yang dimulai

dengan pembiasaan hidup sesuai dengan nilai-nilai moral, yang

ditirunya dari orang tua dan mendapat latihan untuk itu. Dalam

pembinaan moral agama mempunyai peranan yang penting, karena

nilai-nilai moral datang dari agama tetapi tidak berubah-ubah oleh

waktu dan tempat. Jika kita mengambil nilai-nilai moral dari agama

maka tidak akan ada perbedaan dari suatu masyarakat. Agama

mempunya peranan penting dalam pengendalian moral seseorang,

Page 55: oke

tetapi harus diingat bahwa pengertian tentang agama tidak otomatis

sama dengan bermoral. Betapa banyak orang yang mengerti agama,

tetapi moralnya merosot, dan tidak sedikit pula orang yang tidak

mengerti agama sama sekali tetapi moralnya cukup baik. Dengan itu

dapat ditegaskan bahwa Tuhan bagi remaja adalah keharusan moral.

Tuhan lebih menonjol sebagai penolong moral daripada sandaran

emosi.

e. Kedudukan remaja dalam masyarakat dan pengaruhnya terhadap

keyakinannya

Dalam menjalankan aktivitas-aktivitas agama, beribadah biasanya

remaja sangat dipengaruhi oeh teman-temannya. Remaja yang sering

menarik diri dari masyarakat dan acuh tak acuh kepada agama

biasanya disebabkan karena perlakuan dan sikap masyarakat yang

kurang memberikan kedudukan yang jelas seringkali mempertajam

konflik yang ada pada diri remaja. Sehingga timbul kelompok-

kelompok yang sikap dan tindakannya menentang nilai-nilai yang

dianut masyarakat dan tak jarang yang menjadi sasaran adalah agama

dan lembaga keagamaan. Jika lembaga keagamaan dapat memberi

penghargaan dan menolong menyelesaikan masalah yang dihadapi

remaja, maka remaja akan ikut aktif dan bekerja giat di bidang

agama.

Page 56: oke

3. Fungsi Agama bagi Manusia

Agama merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan

seseorang, hal ini tidak lepas dari peranan sebuah agama yang

menentukan orientasi kehidupan manusia, baik individu maupun

masyarakat. Agama bagi kehidupan manusia merupakan suatu aturan

yang digunakan sebagai pedoman dalam hidupnya.

Seyyid Hossein Nasr mengatakan bahwa agama itu sangat penting

bagi manusia, tanpa agama manusia belum menjadi manusia seutuhnya.

Hanya turut serta dalam tradisi yang berupa petunjuk Tuhan tentang cara

hidup dan berfikir dapat membawa manusia pada kesadaran tentang arti

diri dan hidupnya (Muhammad Fauzi,2007:25).

Dapat disaksikan betapa besar perbedaan antara orang yang

beriman yang hidup dengan menjalankan agamanya dan orang yang acuh

tak acuh kepada agamanya. Pada orang yang hidup beragama mereka

senantiasa bathinnya merasa tentram dan sikapnya selalu tenang, mereka

merasa tidak mudah gelisah atau cemas, kelakuannya dan perbuatannya

tidak akan ada yang menyengsarakan orang lain. Beda halnya dengan

orang yang hidup terlepas dari ikatan agama, mereka biasanya mudah

terganggu oleh perubahan suasana apabila terjadi suasana yang mungkin

mengancam maka akan terjadi kepanikan dan kebingungan pada diri

seseorang.

Page 57: oke

Maka dari itu agama memiliki pengaruh yang begitu besar bagi

manusia, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan keluarga, atau

dikalangan masyarakat umum. Karena itu dapat dikatakan bahwa agama

mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa

agama manusia tidak mungkin merasakan kebahagiaan dan ketenangan

hidup, dan mustahil dapat membina suasana aman, tentram dalam

masyarakat.

Menurut Zakiah Darajat (1994:56-62) agama begitu ampuh dan

memiliki arti yang besar dalam kehidupan manusia antara lain:

a. Agama memberikan bimbingan dalam hidup.

Pengendalian utama pada kehidupan manusia adalah

kepribadiannya yang mencangkup segala unsur meliputi pengalaman,

pendidikan, dan keyakinan yang di dapat semasa kecil. Apabila dalam

pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian harmonis yang

dapat menentramkan bathin maka seseorang dalam menghadapi

kebutuhannya yang bersifat jasmani maupun rohani mampu

mengendalikan dirinya tanpa menyusahkan orang lain. Sedangkan

sebaliknya apabila pertumbuhan seseorang terbentuk dari situasi

kurang baik maka sikap dan tingkah lakunya dapat merugikan orang

lain. Agama yang ditanamkan sejak dini kepada anak-anak maka akan

terus terbawa sampai remaja atau bahkan sampai tua, seiring dengan

Page 58: oke

bertambahnya pengalaman yang bersifat keagamaan maka

keberagamaan seseorang akan semakin matang pula dalam

menjalankan aktifitas yang sesuai dengan ajaran agama yang

dianutnya. Sebagai contoh jika kita menjadi orang tua yang

mempunyai keterunan maka akan terdorong untuk membesarkan anak-

anaknya dengan pendidikan dan asuhan sesuai dengan apa yang di

ridhoi oleh Allah, maka tidak akan membiarkan anak-anaknya

melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma agama.

Maka dari itu betapa pentingnya peranan agama yang mampu

memberikan bimbingan dalam hidup manusia. Agama mengakui

adanya dorongan-dorongan dan keinginan yang perlu dipenuhi oleh

tiap individu dalam kebutuhan jasmaninya. Namun dalam memenuhi

semua kebutuhan itu ada ketentuan-ketentuan agama yang akan

memelihara orang agar jangan sampai mengganggu ketentraman

bathinnya.

b. Menolong dalam menghadapi kesukaran.

Kesukaran yang paling sering dirasakan seseorang adalah

kekecewaan, apabila perasaan ini sering dialami maka akan membawa

orang dalam perasaan rendah diri, pesimis, dan apatis dalam hidupnya

yang akan sangat menggelisahkan bathinnya. Lain halnya dengan

orang yang benar-benar menjalankan agamanya, setiap kekecewaan

Page 59: oke

yang menimpanya tidak akan merasa putus asa dan akan dihadapinya

dengan tenang dan sabar. Dengan ketenangan bathin maka ia akan

cepat mengingat Allah dan menganalisa penyebab dari kekecewaannya

sehingga dapat menghindari gangguan perasaan yang mengakibatkan

kekecewaan itu, dan tidak akan mudah putus asa atau pesimis dalam

hidupnya. Bagi orang yang beragama, kesukaran atau cobaan sebesar

apapun harus dihadapinya dengan sabar karena dia merasa bahwa

cobaan itu merupakan bagian dari ujian dalam hidupnya yang

diberikan Allah kepada hamba-Nya dan menganggap akan terdapat

harapan-harapan di balik cobaan yang menimpanya.

c. Menentramkan bathin.

Belakangan ini banyak kita lihat suasana rumah tangga yang

tegang, mungkin juga kerena persoalan anak-anak yang sedang

menginjak usia remaja, dimana orang tua menyangka anaknya sulit di

atur, nakal dan tidak mau mendengarkan nasehat orang tua. Begitu

juga sebaliknya anak-anaknya kebingungan dan merasa menderita

mempunyai orang tua yang kurang memperhatikan perasaan mereka

yang sedang bergejolak tumbuh dengan segala persoalan.

Ketika kita berbicara tentang agama bagi anak remaja, sebenarnya

akan lebih tampak betapa gelisahnya anak-anak remaja yang tidak

pernah menerima didikan agama, karena pada usia remaja itu adalah

Page 60: oke

usia di mana jiwa sedang mengalami gejolak, penuh dengan

kegelisahan dan pertentangan batin yang mengakibatkan kegelisahan.

Maka dari itu agama bagi anak remaja mempunyai fungsi penentram

dan penenang jiwa.

Menurut Ishomuddin (2002:54) fungsi agama dalam masyarakat

antara lain sebagai berikut:

a. Fungsi Edukatif

Para pemeluk agama berpendapat bahwa ajaran agama yang

dianut memberikan ajaran–ajaran harus dipatuhi dan secara yuridis

berfungsi menyuruh dan melarang.

b. Fungsi Penyelamat

Dimana pun manusia berada selalu menginginkan keselamatan

atas dirinya, dalam ajaran agama keselamatan yang diberikan

kepada penganutnya meliputi keselamatan dunia dan akhirat.

c. Fungsi Sebagai Perdamaian

Apabila seseorang melakukan perbuatan dosa maka dia

melakukan tobat maka rasa berdosa dan bersalah akan hilang.

Melalui sebuah agama pula seseorang dapat mencapai kedamaian

bathin.

Page 61: oke

d. Fungsi Sebagai Kontrol

Setiap penganut ajaran agama maka secara otomatis akan terikat

oleh agama yang dianutnya, yang dianggap sebagai norma.

Sehingga setiap pemeluk suatu agama harus berusaha mentaatinya

sebagai pengawasan sosial.

e. Fungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas

Penganut suatu agama yang sama secara psikologi akan merasa

memiliki kesamaan dan akan membina rasa solidaritas yang tinggi

karena dianggap sebagai satu kesatuan iman dan kepercayaan.

f. Fungsi Transformatif

Agama mampu mengubah kepribadian seseorang atau kelompok

menjadi kehidupan baru sesuai ajaran agama yang dianutnya.

g. Fungsi Kreatif

Ajaran agama mendorong dan mengajak para pengikutnya untuk

bisa bekerja produktif bagi kepentingan diri sendiri maupun orang

lain.

h. Fungsi Sublimatif

Ajaran agama mengkhuduskan segala usaha manusia, bukan saja

yang bersifat ukhrowi tetapi juga yang bersifat duniawi. Karena

semua usaha manusia yang dilakukan dangan niatan yang tulus

merupakan ibadah.

Page 62: oke

4. Upaya Pondok Pesantren dalam Meningkatkan Perilaku

Keberagamaan Remaja.

Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang sekaligus

berkontribusi sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan,

kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan simpul budaya. Pesantren

merupakan tempat berkumpulnya para santri, dimana santri mempunyai

image sebagai seorang yang mengerti lebih jauh mengenai perihal agama

di banding masyarakat umum, terutama masalah agama.

Keberadaan (eksistensi) pesantren beserta perangkatnya sebagai

lembaga pendidikan dan dakwah serta lembaga kemasyarakatan yang

telah memberikan warna di daerah-daerah serta tumbuh dan berkembang

bersama mayarakatnya sejak berabad-abad. Oleh karena itu tidak hanya

secara kultural lembaga ini bisa diterima, bahkan telah ikut serta

memberikan corak nilai kehidupan masyarakat yang senantiasa tumbuh

dan berkembang. Latar belakang pesantren yang paling patut diperhatikan

adalah peranannya sebagai alat transformasi kultural yang menyeluruh

dalam masyarakat (Zamakahsyari Dhofier, 2000:16).

Seiring berkembangnya IPTEK dan maraknya westernisasi yang

mengakibatkan berkurangnya intensitas keberagamaan masyarakat

terutama remaja maka, pesantren hadir guna mengantisipasi merosotnya

nilai-nilai moral dan kehidupan rohani, sehingga pesantren diharapkan

Page 63: oke

mampu mengimbangi atau bahkan bisa membentengi dampak yang

ditimbulkan dari bentuk implikasi negatif sebuah perkembangan zaman.

Era global kini telah merambah ke segala aspek kehidupan, baik

ekonomi, sosial, politik, juga agama. Perkembangan yang ada juga telah

dinikmati oleh semua kalangan mulai anak-anak, remaja, bahkan

kalangan dewasa. Masalah yang sangat kompleks dirasakan bagi orang

tua yang memiliki anak-anak usia remaja, mereka mengeluhkan bahkan

bersusah hati karena anak-anak yang menginjak usia remaja mulai sulit

diatur dan semaunya sendiri, hal ini tedorong oleh berbagai kesibukan

orang tuanya. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang

sangat pesat mengalahkan segalanya. Kebanyakan anak-anak usia remaja

sering banyak menghabiskan waktunya untuk berlama-lama dengan

bersosial media yang tak jarang mereka sering mengabaikan praktik

keberagamaannya seperti sholat berjamaah, dan mengikuti kegiatan yang

dapat meningkatkan spiritualitasnya.

Jika sudah demikian, pondok pesantren menjadi salah satu pilihan

yang tepat bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja. Perilaku anak

dapat di lihat salah satunya dengan intensitas keberagamaannya. Di

pondok-pondok pesantren, anak-anak akan mendapatkan bekal

spiritualitas yang lebih sehingga dapat meningkatkan perilaku

keberagamaan anak.

Page 64: oke

Profesor Mastuhu menjelaskan bahwa tujuan utama pesantren

ialah untuk mencapai hikmah atau wisdom (kebijaksanaan) berdasarkan

pada ajaran Islam dan meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan

serta realisasi dari peran-peran dan tanggung jawab sosial, dari

keterangan ini para alumni pesantren diharapkan mempunyai kompetensi

keilmuan yang memadai, integritas yang tinggi, dan mampu mentransfer

ilmu yang telah diperoleh kedalam kehidupan masyarakat terutama

dibidang keagamaan (M. Dian Nafi‟,2007:49).

Pondok pesantren merupakan salah satu solusi dalam menghadapi

masalah kontemporer yang dihadapi oleh masyarakat muslim masa kini.

Masalah yang tengah berkembang saat ini, terlebih mengenai perilaku

keberagamaan remaja sudah dapat dicarikan solusinya bersama-sama

dengan cara dikembalikan pada syari‟at hukum yang hakiki yaitu Al

Qur‟an dan Hadits.

Dalam meningkatkan perilaku keberagamaan remaja, pondok

pesantren yang berkembang saat ini memiliki beberapa upaya dan

langkah-langkah yang konkret selain menggunakan Al-Qur‟an dan

Sunnah sebagai sumber dalam menghadapi berbagai permasalahan yang

ada. Berbagai metode dan cara belajar juga telah dikembangkan dari masa

ke masa. Bahkan pondok pesantren modern saat ini telah memanfaatkan

berbagai macam teknologi yang sedang berkembang di masyarakat

Page 65: oke

sebagai sarana dakwah dan menarik perhatian pemuda muslim untuk

tetap mempelajari ilmu agama. Dengan demikian, tekhnologi tidak

dijadikan kambing hitam merosotnya moral keberagamaan remaja

manakala terdapat seorang yang mengarahkannya ke hal-hal yang positif.

Selain memanfaatkan tekhnologi yang ada, pondok pesantren masa kini

lebih banyak memberikan pelajaran yang bersifat empiris. Tujuannnya,

setelah mereka keluar dari lingkungan pondok pesantren, dan terjun di

lingkungan masyarakat mereka telah memiliki bekal yang cukup.

5. Problematika Pembinaan Keberagamaan Remaja

Masalah remaja sebenarnya bukanlah masalah baru, dan bukan

pula masalah satu bangsa pula melainkan setiap manusia pernah melalui

masa yang disebut remaja. Masalah tersebut menyangkut keseluruhan

aspek kehidupan mulai dari aspek jasmani sampai kepada aspek rohani

dan sosial. Hanya saja segi yang menonjol pada seseorang atau

masyarakat berbeda satu sama lain. Masalah tersebut diantaranya:

a. Masalah yang menyangkut jasmani

Pada permulaan masa remaja kira-kira umur 13-16 tahun,

terjadi pertumbuhan jasmani yang cepat. Remaja mengalami

perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa, tubuhnya segera

menyerupai tubuh orang dewasa dalam masa yang relatif singkat.

Page 66: oke

Pertumbuhan jasmani yang cepat tersebut membawa kegoncangan

bagi remaja terutama ketita perubahan-perubahan yang dialami tidak

dapat dipahami sehingga menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan

dan kebingungan.

b. Masalah agama dan akhlak

Para remaja menghadapi pula problema yang menyangkut

agama dan budi pekerti atau akhlak. Masa remaja adalah masa di

mana remaja mulai ragu-ragu terhadap kaidah-kaidah akhlak dan

ketentuan agama. Ketegangan-ketegangan emosi, peristiwa-peristiwa

yang menyedihkan dan keadaan yang tidak menyenangkan

mempunyai pengaruh besar dalam sikap remaja terhadap masalah

agama dan akhlak (Zakiah,1978:172).

Masa remaja adalah masa keragu-raguan, goncangnya iman

remaja terhadap Tuhan merupakan hal yang wajar, di lain pihak

remaja merupakan masa bersemangatnya terhadap agama.

Kebimbangan remaja terhadap agama bersifat tidak tetap.

Kepercayannya terhadap tuhan kadang-kadang ikut terganggu,

kadang-kadang ia sangat rajin beribadah, kadang-kadang mogok dan

lalai solah-olah ia kurang percaya kepada Tuhan.

Page 67: oke

c. Masalah sosial

Remaja terutama yang telah berada pada bagian akhir masa

remaja yaitu umur 17-21 tahun, perhatian terhadap kedudukan dalam

masyarakat lingkungannya terutama kalangan remaja sangat besar. Ia

ingin di terima oleh kawan-kawannya, ia merasa sedih kalau di pencil

dari kelompok teman-temannya. Karena itu ia meniru segala sesuatu

yang ada pada kelompoknya. Kadang-kadang remaja di hadapkan

pada pilihan yang sangat berat. Apakah ia mematuhi orang tua dan

meninggalkan teman-temannya, ataukah hanyut dalam pergaulan

teman yang menyenangkan dan meninggalkan orang tua. Tak jarang,

pilihannya jatuh kepada kawan, jika hubungan dengan orang tua

dengan serasi.

Semakin banyak pengalaman remaja, semakin bertambah

kesadaran terhadap problem sosial. Mula-mula ia merasakan

tanggung jawab terhadap kelompoknya, kemudian meluas pada

masalah kecil dan selanjutnya masyarakat yang lebih luas. Kadang-

kadang remaja merasa bahwa problem orang lain seolah-olah adalah

problemnya sendiri sehingga berusaha untuk memberikan

pertolongan (Zakiah, 1978:179).

Untuk membantu remaja dalam melalui masa yang sangat berat

itu dengan selamat, berbagai usaha pembinaan di lakukan antara lain:

Page 68: oke

a. Meningkatkan pengertian remaja akan dirinya

Pertumbuhan jasmani yang cepat, tidak stabil dan kurang

serasi, hendaknya di pahami oleh remaja dan orang tuanya. Sehingga

remaja tidak cemas dan orang tua tidak melemparkan ucapan-ucapan

atau tindakan-tindakan yang menyebabkan kecemasan bertambah.

Kalau remaja telah mengerti apa sebenarnya yang telah terjadi pada

dirinya maka hal-hal yang di sangkanya kelainan dapat di terima

sebagai hal yang wajar. Apabila orang tua dan gurunya dapat

meyakinkan bahwa jalan pertumbuhan yang di laluinya seperti itu

adalah kehendak Tuhan.

b. Menciptakan hubungan baik dengan orang tua

Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak akan

membantu pembinaan remaja. Apabila saling pengertian antara remaja

dan orang tua maka ia akan dapat mencurahkan berbagai masalah

dengan terbuka. Sikap terbuka itu akan memudahkan bimbingan dan

pembinaan bagi remaja, tetapi jika hubungannya dengan orang tua

kurang baik maka ia akan mencari jalan penyaluran dari kecemasan

dan kegoncangan jiwanya, mungkin mereka akan mencari teman-

teman senasibnya.

Page 69: oke

c. Pendidikan agama

Pendidikan agama yang di terima oleh remaja sejak kecil, dari

orang tua, guru dan lingkungannya akan menimbulkan dalam

pribadinya unsur-unsur agama. Hal itu sangat membantu bagi remaja

dalam menghadapi berbagai kesukaran, kegoncangan, dan kekecewaan

yang di lalui pada usia remaja.

Pendidikan agama merupakan alat pembinaan yang sangat

ampuh bagi remaja. Agama yang tertanam dan bertumbuh secara

wajar dalam jiwa remaja itu, akan dapat di gunakan untuk

mengendalikan kinginan-keinginan dan dorongan yang kurang baik

serta membantu dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan pada

umumnya. Dengan hidup dan matangnya keyakinan agama dalam diri

remaja akhlaknya dengan sendirinya akan baik karena kontrol datang

dari dalam bukan dari luar.

d. Bimbingan ke arah hari depan yang baik

Sistem pendidikan banyak sekali memberi pengaruh dalam

pembinaan remaja. Pendidikan hendaknya mendorong remaja untuk

dapat hidup dan mencari hidup dengan kekuatan sendiri, jangan

hendaknya selalu menyangka bahwa ia dapat mencari nafkah dan

hidup baik dengan menjadi pegawai, karena remaja terpengaruh oleh

Page 70: oke

keadaan emosinya ia belum dapat berfikir objektif dan menilai secara

rasional.

e. Bimbingan hidup bermasyarakat

Setiap remaja merasa ingin dirinya berguna dan berharga

dalam masyarakat lingkungannya. Untuk itu harus di bantu

mengembangkan dan menonjolkan segi-segi keistimewaannya dalam

berbagai bidang, baik guru, maupun orang tua bahkan masyarakat

hendaknya membantunya.

Karena itu hendaknya remaja di ikutkan dalam kegiatan sosial

sehingga ia tidak menjadi penonton tapi menjadi pelaku yang aktif dan

di terima dalam masyarakat, dalam hal ini mereka dapat digerakkan

dalam berbagai aktifitas sosial yang cocokdengan bakat dan

kemampuannya (Zakiah,1976:118-120).

Page 71: oke

BAB III

RELASI PONDOK PESANTREN DENGAN MASYARAKAT

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Hasan

Keunikan pondok pesantren dibandingkan lembaga formal salah

satunya dapat dilihat dari sejarah berdirinya, di mana pada waktu itu

datang sejumlah santri untuk menyantri kepada kyai. Dalam proses

perkembangannya, santri benar-benar merasa memiliki tali persaudaraan

dan adanya ikatan emosional yang kuat antara santri dan kyai. Kita sering

menjumpai bagaimana seorang santri alumni yang sering silaturahmi

kepada kyainya, sehingga pondok pesantren mempunyai jaringan yang

luas di berbagai lapisan masyarakat.

Pondok pesantren Al-Hasan berdiri pada tahun 1960-an oleh Bapak

Isom seorang pengajar jama‟ah pengajian di Desa Bancaan, Salatiga.

Pondok pesantren Al-Hasan mulai berpindah ke Desa Banyu Putih kerena

Bapak Isom selaku pengajar berpindah ke desa tersebut. Nama Al-Hasan

yang diambil dari sebuah nama masjid di dekat beliau tinggal.

Sekitar tahun 1973 jama‟ah pengajian yang Al-Hasan pengasuhan di

lanjutkan oleh Bapak KH. Ichsanudin MZ seorang murid jama‟ah

pengajian yang didirikan Bapak Isom. Seiring bertambahnya waktu,

Page 72: oke

jama‟ah pengajian yang menempati sebuah masjid mulai membangun

tempat untuk mereka berkumpul. Bukan sekedar berkumpul, mereka juga

mengembangkan kajian ilmunya dan merambah mempelajari kitab-kitab

dan mendalami Al-Qur‟an.

Jama‟ah pengajian yang menempati sebuah gedung baru kini mulai

dapat disebut pondok pesantren. Kurikulum mulai di kenalkan dan jumlah

santri dari kehari juga semakin bertambah. Tidak hanya dari golongan tua

yang merupakan pemrakarsa, tatapi kini anak-anak usia sekolah mulai

mendominasi.

2. Visi dan Misi Pesantren

Visi dan misi pondok pesantren Al-Hasan adalah sebagai berikut:

Visi:

a. Kokoh dalam Iman dan Taqwa

b. Mumpuni dalam Ilmu Agama (Islam)

c. Maju dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Misi:

Page 73: oke

a. Menerapkan dan mengamalkan ajaran Agama Islam dalam

kehidupan sehari-hari untuk membentuk mental spiritual dan

kepribadian yang kokoh.

b. Menjadikan ilmu agama Islam sebagai sarana dan prasarana

tercapainya tujuan untuk keselamatan dan kemaslahatan dunia

dan akhirat.

c. Melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai

iman dan taqwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Letak Geografis Pesantren

Pondok pesantren Al-Hasan beralamat di Jl. Imam Bonjol, Dusun

Sidorejo Lor, Desa Sidorejo, Kota Salatiga, 50714. Secara geografis

pondok pesantren Al-Hasan terletak di tengah pemukiman padat

penduduk. Sebelah utara berbatasan dengan Jl. Gang Buntu, Dusun

Sinoman Lor. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Cabean, batas

sebelah barat berdampingan dengan Dusun Banyu Putih Barat dan

sebelah timur berbatasan dengan Dusun Sinoman.

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Tabel 1

Sarana dan Prasarana

Page 74: oke

No. Sarana Prasarana Jumlah

1. Luas tanah 500 m2

2. Luas bangunan 500 m2

3. Ruang asrama putrid 15

4. Ruang asrama putra 11

5. Ruang mengaji 2

6. Ruang pengurus 1

7. Toilet santri putra 3

8. Toilet santri putrid 6

9. Koperasi 1

10. Ruang administrasi 1

11. Sumber penerangan PLN

12. Gedung TPA 1

5. Struktur Organisasi

Tabel 2

Struktur Organisasi

Page 75: oke

6. Keadaan Santri dan Ustadz

a. Keadaan Santri

PENGASUH

BPK. IKHSANUDIN MZ

SEKRETARIS

SYIFA FITRI C

BENDAHARA

M. KHOIRUL UMAM

LURAH

M. ZAENAL ARIFIN

WAKIL LURAH

ZAENAL ARIFIN

SIE. KEGIATAN

M. ARIS FAISOL

SIE. KEBERSIHAN

ANDI NAY

SIE KEAMANAN

SYAMSUL MA‟ARIF

SIE. MADING

EZAR

SIE. MEDIS

M. ARIF

SIE. PERLENGKAPAN

TAUFIQ NUR A

SIE. HUMAS

YETNA YUONO

Page 76: oke

Hingga tanggal 17 September 2013, terdapat 93 santri yang

berstatus santri mukim di pondok pesantren Al-Hasan yang terdiri dari

58 santri putri dan 35 santri putra. Semuanya merupakan remaja usia

sekolah mulai SMP hingga perguruan tinggi. Rata-rata santri yang

mondok adalah dari keluarga menengah ke bawah, orang tuanya

berpenghasilan rata-rata Rp700.000,00 sampai Rp1.500.000,00 per

bulan. Oleh karena itu pondok pesantren Al-Hasan tidak memungut

biaya apapun bagi santri, mereka hanya membayar living cost sebesar

Rp20.000,00 bagi mereka yang tidak menggunakan laptop, dan

Rp25.000,00 bagi mereka yang menggunakan fasilitas tambahan

berupa laptop per bulannya. (Dokumentasi Pondok Pesantren Al-

Hasan).

Tabel 3

Data Santri Putri dan Putra

Pondok Pesantren Al-Hasan

Page 77: oke

Tahun 2013-2014

NO. NAMA TTL ALAMAT

1. Arifah Wulandari Semarang, 16-03-1993 Krajan, Suruh

2. Miftakhul Nurul Grobogan, 03-07-1993 Kedungjati, Grobogan

3. Nurus sa‟adah Magelang, 03-11-1993 Ngablak, Magelang

4. Dewi Uswatun Semarang, 02-04-1994 Rejosari, Semarang

5. Risalatul Mufidah Grobogan, 13-11-1991 Kluwan,Grobogan

6. Umi Khoirotun Nisa‟ Magelang, 03-12-1992 Secang, kab Magelang

7. Anisa Khomsiyah Semarang, 08-11-1992 Bulu, dadap ayam Suruh

8. Inni Nadhiroh Semarang, 04-01- 1996 Pabelan, Kab. Semarang

9. Siti Aisyah Gunungrejo,28-12-1992 Pasawaran, Lampung

10. Aisyah Mirani. W. Semarang, 09-06-1996 Sumowono, Semarang

11. Vivi Lutfiatul Amalia Semarang, 27-12-1996 Krajan, Suruh

12. Ima Yunita Papanrejo, 08-05-1992 Bringin, Semarang

13. Intan Pratiwi Boyolali, 28-11-1996 Wonosegoro, Boyolali

14. Dewi Inayati Boyolali, 20-09-1995 Ampel, Boyolali

15. Nurunnisa Innafi‟ah Purworejo, 30-08-1991 Bener, Purworejo

16. Fitria Widayanti Semarang, 26-02-1996 Bancak, Semarang

17. Purwati Semarang, 01-07-1996 Baran, Ambarawa

18. Maudina Agustin S. Kendal, 26-08-1997 Banyubiru, Semarang

19. Wafiratul Laila Semarang, 24-06-1997 Bandungan, Semarang

Page 78: oke

20. Lestika Semarang, 20-11-1999 Bandungan, Semarang

21. Reggi Novita Sari Papanrejo, 26-05-1997 Lampung Utara

22. Ani Mantikhotul Semarang, 26-12-1996 Gondoriyo, Bergas

23. Siti Fatimah Grobogan, 31-08-1997 Kedung jati, Grobogan

24. Nur Vita Isnaini Semarang, 27-06-1998 Bandungan, Semarang.

25. Aghnia Mustaghfiroh Semarang, 06-11-1996 Pringapus, Semarang

26. Nuryana Wahyuni Semarang, 19-02-1997 Karangjati, Semarang

27. Cholifah Azizah A Kendal, 25-03-1998 Kendal

28. Qieqy Khalidatul Jazil Kendal, 18-07-1997 Singaraja, Kendal

29. Khisna Faizatul Muna Pringapus, 18-11-1996 Pringapus, Semarang

30. Shofie Maulani Salatiga, 02-10-1997 Gedangan, Semarang

31. Khusna Maulida

Temanggung,

28-07-1995

Wonoboyo, Temanggung

32. Ana Ardiyani Magelang, 01-08-1995 Mangunsari, Magelang

33. Damara Qonita Semarang, 23-12-2000 Rembes, Semarang

34. Nur Afifah Nabilah Boyolali, 02-10-2000 Karanggede, Boyolali

35. Nur Asma Azizah Boyolali, 27-06-1998 Karanggede, Boyolali

36. Lusi Eka Permatasari Semarang, 06-06-1995 Bergas, Semarang

37. Ririh Annasa Etikasari Semarang, 11-06-1999 Mendiro, Ungaran Timur

38. Firda Aprilia Ariyanti Semarang, 28-04-1998 Bergas, Semarang

39. Penti Dahlina

Gunung rejo,

20-11-1998

Pesawaran, Lampung

Page 79: oke

40. Esa Puspitasari Magelang, 16-08-1995 Windusari, Magelang

41. Nur Fatikah Sari Grobogan, 17-02-1998 Karangrayung, Grobogan

42. Nafida Alfi Faeruza Semarang, 16-12-1997 Candi, Bandungan

43. Ayu Permatasari Jakarta, 16-09-1993 Mranggen, Sukoharjo

44. Indah Nurul Hamidah Demak, 26-01-1995 Mranggen, Demak

45. Alifah Amri Mirfaqoh Salatiga, 21-05-1995 Pabelan, Salatiga

46. Istinganatun Nafi‟ah Magelang, 14-06-1994 Tegalrejo, Magelang

47. Siti Kholisoh Magelang, 20-06-1994 Ungaran Timur

48. Arihatul Laili Kendal, 06-05-1994 Bulak Rowosari, Kendal

49. Isnadziya Sumowono, 18-03-1995 Sumowono, Semarang

50. Septi Arum Melati Grobogan, 08-09-1999 Kedungjati, Grobogan

51. Nuriya Wafiroh Magelang, 27-05-1994 Tempuran, Magelang

52. Arina Sa‟diyah Semarang, 06-08-1997 Gunungpati, Semarang

53. Enggar Ayu Ning tyas Semarang, 16-09-1993 Spakung, Banyubiru

54. Viva Hedia Jaty K Semarang, 26-04-1999 Spakung, Banyubiru

55. Lailya N.U Semarang, 19-03-1998 Palagan, Ambarawa

56. Dian Anugrah S. Grobogan, 20-11-1994 Kluwan, Purwodadi

57. Rahmat Dewi. H Magelang, 23-06-1993 Kajoran, Kab, Magelang

58. Cinta Amalia Kasih Salatiga, 20-05-1997 Kauman Kidul, Salatiga

N

O NAMA TTL ALAMAT

Page 80: oke

1 M. Sukron Boyolali, 23-06-1991 Karanggede, Boyolali

2 M. Fahrurrozi Magelang, 08-07-1991 Ngablak, Magelang

3 M. Taslim Boyolali, 10-12-1993 Wonosegoro, Boyolali

4 M. Arisfaisol Demak, 21-07-1991 Guntur, Demak

5 Taufiq N. A. Semarang, 15-01-1998 Jambu, Semarang

6 M. Bagus M. Boyolali, 12-06-1992 Klego, Boyolali

7 M. fikri S. Demak, 21-09-1996 Bintoro, Demak

8 M. zaenal A. Magelang, 20-09-1994 Banjarsari, Magelang

9 Andi Nafi Alamul Y Grobogan, 19-07-1997 Kuwaron, grobogan

10 Raynald Asvan S. Boyolali, 22-01-1996 Ampel, Boyolali

11 M. Khanafi Demak, 13-09-1996 Turirejo, Demak

12 Syifa Fitri Choirullah Grobogan, 31-01-1998 Kedungjati, Grobogan

13 Muhammad Arif Semarang, 08-09-1996 Banyubiru, Semarang

14 Saifuddin Semarang, 14-01-1996 Jambu, Semarang

15 Riky Rivaldi Pratama Boyolali, 10-05-1997 Wonosegoro, Boyolali

16 Aditya M. Semarang, 01-07-2000 Bandungan, Semarang

17 M. Abdul Ghofur Semarang, Banyubiru, Semarang

18 Abi Hidayat Boyolali, 25-09-1997 Karanggede, Boyolali

19 Firdan Thoriq Faza Boyolali, 28-05-1998 Karanggede, Boyolali

20 M. Mujiburrohman Jayapura, 04-04-1995 Karangmulya, Nabire

21 M. Musthafa Ezar Jayapura, 25-06-1998 Karangmulya, Nabire

22 Ahmad Bahrul Grobogan, 23-08-1998 Kedungjati, Grobogan

Page 81: oke

b. Keadaan Ustadz

Ustadz di pondok pesantren Al-Hasan berjumlah tiga orang.

Beliau adalah Bapak Ma‟arif, Bapak Khusnul, dan Ibu Kamalah Isom,

23 Muhammad Rexsa Boyolali, 08-05-1999 Klego, Boyolali

24 Faris Mahendra Tama Karanganyar,

05-05 1999

Kauman, Salatiga

25 Alfian Muzadi Semarang, 05-04-2000 Bancar, Semarang

26 Condro Mukti Grobogan, 18-09-1996 Kedungjati, Grobogan

27 Khakim Slamet Temanggung, 19-07-

1996

Kaloran, Temanggung

28 Yitna Yuono Magelang, 07-03-1991 Candimulyo, Magelang

29 Tri Murdiyanto Palembang, 04-06-1995 Muba, Palembang

30 Avif Irwansyah Boyolali, 14-11-1996 Karanggede, Boyolali

31 M.C. Umam Semarang, 02-09-1995 Pringapus, Semarang

32 Zainal Arifin Kendal, 14 -01-1994 Merangin, Jambi

33 Elfa Rahmananda S. Salatiga, 28-09-2000 Suruh, Semarang

34 Samsul Ma‟arif Demak, 12-03-1992 Guntur, Demak

35 Lia Pundhi Tahwoto Boyolali, 04-03-1997 Karanggede, Boyolali

Page 82: oke

S.E dan empat orang pengajar TPA. Semua pengajarnya menetap di

wilayah sekitar pondok. Berikut data ustadz pondok pesantren dan

pengajar TPA Al-Hasan:

Table 4

Data Ustadz Pondok Pesantren Al-Hasan

No. Nama Kedudukan Pendidikan Terakhir

1. Ma‟arif Ustadz SMA

2. Khusnul Kirom, S.Ag Ustadz/ pengajar

TPA S-1

3. Khamalah Isom, S.E Ustadzah S-1

4. Istiqomah Pengajar TPA SMA

5. Haniatul Anisah, S.Pd.I Pengajar TPA S-1

6, Ambar Dewi M, A.M.d Pengajar TPA D-3

7. Amanatun, S.Ag Pengajar TPA S-1

Tabel 5

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Hasan

No. Program Pendidikan Metode Pembelajaran

Page 83: oke

1. Al-Qur‟an Sorogan

2. Fiqih Bandongan

3. Pasolatan Bandongan

4. Nahwu Sorof Sorogan dan Bandongan

5. Qoroibul Qiro‟ah Bandongan

6. Subul Iman Bandongan

7. Mar‟ah Sholikhah Bandongan

8. Yasinan Bandongan

9. Dibak Sorogan (hafalan)

10. Manakib Sorogan (hafalan)

B. Program Pendidikan

1. Program Harian

Program harian yang di laksanakan pondok pesantren Al-Hasan adalah

sebagai berikut:

a. Kajian Al-Qur‟an binnadhor dilaksanakan oleh semua santri putra

setiap hari setelah shalat subuh. Sedangkan bagi santri putri,

dilaksanakan setiap hari setelah shalat maghrib, sementara santri

putra membaca suratul yasin di waktu yang sama.

b. Kajian kitab safinah dilaksanakan setiap hari pukul 17.00 oleh

semua santri baik putra maupun putri. Metode yang digunakan

Page 84: oke

dalam kajian ini adalah bandongan, di mana seluruh santri

mempelajari kitab sesuai penjelasan ustadz. Kemudian melakukan

tanya jawab seputar materi yang di pelajari.

c. Pasolatan khusus bagi santri baru yang dilaksanakan sebelum

kajian Al-Qur‟an. Metode yang digunakan adalah metode

sorogan. Biasanya santri baru di minta untuk setoran surat-surat

pendek Al-Qur‟an, bacaan shalat, dan sebagainya.

d. Kajian dziba‟ dilakukan bagi santri yang telah menyelesaikan

semua studi di pondok pesantren. Kajian ini hanya diwajibkan

satu kali selama belajar di pondok.

e. Kajian manaqib, kajian ini dilaksanakan bagi santri yang telah

menjalankan kajian Dziba‟ dan dinyatakan lulus kajian. Biasanya

kegiatan ini dilaksanakan pada pagi hari setelah shalat subuh. Di

sini santri harus mengatamkan sebelas kali kajian manaqib

sebelum dinyatakan selesai studinya.

f. Qoroibul Qira‟ah kajian ini diikuti baik santri putra maupun putri

yang dilaksanakan setelah shalat isya khusus bagi santri kelompok

ula, sedangkan kelompok wusto belajar kajian nahwu sorof serta

subul iman.

2. Program Mingguan dan Bulanan

Page 85: oke

Program Mingguan dan Bulanan pondok pesantren Al-Hasan adalah

sebagai berikut:

a. Kajian fiqh dilaksanakan dua kali seminggu yaitu setiap hari senin

dan kamis oleh semua santri putra maupun putri.

b. Kajian Mar‟ah Sholihah yang dilaksanakan setiap hari kamis

malam. Kajian ini di khususkan bagi santri putri. Selain itu juga

dilaksanakan kajian Qiro‟atul Qur‟an

c. Qiyamullail dilaksanakan setiap hari Jum‟at bagi santri putra dan

putri.

d. Pada hari sabtu minggu terakhir setiap bulan dilakasanakan rapat

pengurus, membahas evaluasi program kerja.

e. Khitobah dilakukan setiap malam Sabtu bagi semua santri.

f. Mujahadah dilakukan setiap seminggu sekali pada waktu yang

sesuai situasi dan kondisi.

3. Program Tahunan

Program tahunan yang dilaksanakan di pondok pesantren Al-Hasan

adalah sebagai berikut:

Page 86: oke

a. Penerimaan santri baru

b. Kegiatan Masa Orientasi Santri

c. Ziarah ke makam-makam sunan

d. Kemah santri

e. Akhirusanah

f. Khotmil Qur‟an

C. Kondisi Remaja di Sekitar Pondok Pesantren

1. Pendidikan

Remaja Dusun Banyu Putih Timur berjumlah 59 orang.

Sedangkan remaja di sekitar pondok pesantren dan aktif mengikuti

kegiatan berjumlah 24 orang. Latar belakang pendidikan remaja sekitar

sangat beragam. Mayoritas masih duduk di bangku SMA dan sebagian

dari mereka sedang dalam proses pendidikan di perguruan tinggi.

Meskipun demikian ada beberapa dari anggota remaja yang tamat

Sekolah Dasar (Dokumentasi Karang Taruna Dusun Banyu Putih Timur).

2. Keberagamaan

Remaja di lingkungan pondok pesantren Al-Hasan mayoritas anak

usia sekolah, sehingga kegiatan keberagamaan yang ada di dominasi oleh

anak usia sekolah.

Page 87: oke

“…kalau yang ikut kegiatan itu mayoritas anak usia sekolah, kalau

remaja yang senior sedikit karena udah pada pergi merantau…”,ujar

MZA selaku lurah putra pondok pesantren Al-Hasan.

Masyarakat juga mengakui bahwa sebenarnya pondok pesantren

Al-Hasan sudah menyediakan tempat bagi remaja yang ingin

mengembangkan pengetahuan agamanya. Mereka juga mengakui

keberadaan pondok pesantren Al-Hasan sebagai salah satu tempat yang

potensial bagi mempersiapkan generasi penerus yang Islami. Namun,

keinginan masyarakat masih terhalang bermacam faktor. Remaja yang

aktif di kegiatan pondok adalah mereka yang berusia sekolah saja,

biasanya setelah mereka lulus sekolah mereka merasa malu belajar

mengaji di pondok dan memilih meninggalkan forum pengajian.

Takmir masjid bekerja sama dengan pihak pondok pesantren Al-

Hasan juga telah berupaya membentuk sebuah forum kegiatan yang

khusus diperuntukkan bagi remaja Islam masjid sekitar, namun pada

pelaksanaannya kurang maksimal karena kesadaran dalam hal keagamaan

masih belum sesuai dengan harapan.

“… untuk sekarang sulit mencari bibit-bibit baru yang mau ikut

bergabung dengan kegiatan pondok. Meskipun sudah di bentuk sebuah

kegiatan yang dikhususkan bagi remaja, namun dalam pelaksanaannya

Page 88: oke

kurang berjalan karena satu dan lain hal” ujar KY selaku ketua takmir

masjid.

Remaja yang aktif melaksanakan shalat berjama‟ah di masjid juga

kebanyakan anak usia sekolah yang ikut mengaji di pondok pesantren.

Hingga saat ini, pondok pesantren dan takmir masjid bersama-sama

melakukan pembinaan terhadap mereka yang bergabung di organisasi

Remaja Islam Masjid (Remas). Remas dijadikan sebagai perantara bagi

mereka dalam membina remaja di lingkungan pondok pesantren Al-

Hasan yang mayoritas beragama Islam.

3. Organisasi

Organisasi yang ada di lingkungan sekitar pondok pesantren Al-

Hasan adalah remaja masjid dan karang taruna. Agenda remaja salah

satunya rapat bulanan guna membahas program kerja yang akan

dijalankan. Sedangkan agenda kegiatan yang lain diakui kurang berjalan

karena berbagai macam kendala, di antaranya:

a. Kurangnya koordinasi antara pengurus dengan anggota.

b. Minimnya generasi penerus, sehingga menciptakan jarak antara remaja

senior dan junior.

c. Tidak ada agenda yang pasti.

d. Kesadaran akan berorganisasi remaja kurang.

Page 89: oke

D. Pola Hubungan dengan Masyarakat

1. Hubungan Individu

Secara personal antara pondok pesantren Al-Hasan dengan

masyarakat tidak ada masalah yang berarti. Mereka sedapat mungkin

menjalin komunikasi yang baik. Meskipun, ada beberapa masyarakat yang

merasa kurang puas dengan komunikasi yang terjalin antara santri dengan

remaja pada khususnya. Menurutnya remaja dan santri era sekarang

terdapat jarak dan kurang komunukasi. Seperti di paparkan RZ seorang

remaja sekitar pondok pesantren bahwa:

“… kalau remaja dulu sekitar tahun 2008-an sregep-sregep, tapi

sekarang remaja sini kurang sosialnya cenderung individual jadi terlihat

kaya ada jarak padahal sebenarnya pihak pondok sudah ngasih tempat

untuk sosialisasi.”

Meskipun demikian, pihak pondok pesantren berupaya untuk

dekat dengan remaja sekitar pondok pesantren sebagai suatu bentuk

menjalin komunikasi di antara keduanya. Misalkan dengan di agendakan

kegiatan pertemuan setiap sebulan sekali merupakan salah satu upaya

pondok pesantren membangun komunikasi.

Pandangan masyarakat terhadap kyai dan pengasuh pondok

pesantren Al-Hasan juga sangat baik. Dibuktikan dengan adanya

permintaan masyarakat untuk diadakan kajian atau pencerahan seperti

pengajian setiap malam Jum‟at yang dilakukan kyai pondok pesantren Al-

Hasan untuk meningkatkan keimanan. Mereka beralasan pada fitrahnya

Page 90: oke

manusia membutuhkan agama dan segala sesuatu akan di kembalikan

pada tuntunan agama. Kyai dan pengasuh pondok pesantren Al-Hasan

dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan spiritualnya.

2. Hubungan Kelembagaan

Selain hubungan personal antar individu, terjalin juga hubungan

kelembagaan antara pondok pesantren Al-Hasan dengan masyarakat

terutama remaja sekitar pondok pesantren. Seperti halnya dituturkan oleh

KH sebagai berikut:

“… selama ini remaja merespon dengan baik kegiatan yang di agendakan

pondok pesantren untuk remaja, meskipun hanya pada waktu-waktu

tertentu seperti PHBI.”

Selain keterangan KH, terdapat juga keterangan dari KD sebagai berikut:

“…saling mendukung antara pondok pesantren dan remaja terutama

remaja masjid.”

Selain itu, remaja juga sering disertakan dalam berbagai kegiatan

yang diagendakan pondok pesantren. Hal ini menunjukkan adanya

komunikasi yang baik terjalin antara lembaga pondok pesantren Al-Hasan

dengan masyarakat sekitar terutama kalangan remaja.

3. Hubungan Timbal Balik

Bukan hanya pondok pesantren Al-Hasan saja yang berupaya

membangun komunikasi dengan masyarakat, melainkan juga dari pihak

masyarakat. Masyarakat di sekitar pondok pesantren mengakui keberadaan

Page 91: oke

santri pondok dan menganggap mereka merupakan bagian dari

masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan berbagai macam kegiatan

kemasyarakatan yang juga disosialisasikan dengan pihak pondok.

Misalnya, jika ada acara hajatan di lingkungan sekitar pondok, masyarakat

mengikutsertakan remaja bersama santri pondok pesantren Al-Hasan

dalam acara tersebut.

Bukan hanya itu, masyarakat juga sering mengundang santri pondok

untuk menghadiri acara-acara syukuran yang diadakan warga sekitar.

Sama halnya dengan masyarakat, pihak pondok pesantren juga

mengagendakan acara tahunan berupa santunan kepada anak yatim piatu

di sekitar pondok pesantren Al-Hasan sebagai timbal balik.

Page 92: oke

BAB IV

PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PEMBINAAN KEBERAGAMAAN

A. Program Pembinaan

Dari hasil wawancara peneliti kepada informan tentang program yang

dilakukan PPAH dalam meningkatkan keberagamaan remaja sekitar,

dikemukakan bahwa tidak ada pembinaan yang khusus dari pondok pesantren

untuk remaja. Seperti dipaparkan beberapa informan di antaranya sebagai

berikut:

“ Pembinaan remaja secara langsung itu tidak ada. Tetapi dalam

praktiknya apabila ada remaja yang ikut mengaji atau di undang rapat

ketakmiran atau kegiatan lain maka secara tidak langsung masyarakat

dan pondok pesantren sudah ikut membina remaja”, ujar KH (5

Desember 2013, 04.45 WIB).

Hal tersebut di perkuat juga dengan penuturan T,

“kalau pembinaan remaja tidak ada, tetapi setiap mengadakan acara

apa saja pasti antara santri pondok dengan remaja saling membantu

dalam melaksanakan kegiatan tersebut” (25 Desember 2013, 19.00

WIB).

Page 93: oke

Dari kedua informan tersebut dapat digambarkan bahwa tidak terdapat

program pembinaan yang khusus diadakan bagi remaja sekitar pondok

pesantren. Meskipun demikian, pembinaan secara tidak langsung tetap

dilaksanakan dan diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan di antaranya

sebagai berikut:

a. Akhirusanah

Sebagian Pondok Pesantren mengadakan akhirusanah menjelang akhir

tahun ajaran, di mana kegiatan ini melibatkan masyarakat sekitar pondok

pesantren terutama. Begitu pula dengan Pondok Pesantren Al-Hasan yang

juga mengadakan kegiatan yang sama. Bapak KH menjelaskan bahwa:

“…melalui kegiatan akhirusanah pondok pesantren melibatkan remaja

sekitar dengan harapan terjalin komunikasi antara keduanya…”

Hal tersebut menandakan bahwa ada upaya kongkrit dari pondok

pesantren dalam meningkatkan keberagamaan remaja sekitar.

b. Peringatan Hari Besar Islam

Peringatan hari besar di Dusun Banyu Putih Timur biasanya di isi

dengan tabligh pengajian misalnya pengajian Isro‟ Mi‟roj, halal bi halal,

maulid Nabi dan sebagainya. Pondok pesantren Al-Hasan juga

menyelenggarakan kegiatan yang sama dengan melibatkan masyarakat sekitar

khususnya remaja sebagai pelaksana acara. Seperti dijelaskan oleh RO yang

menginformasikan bahwa:

Page 94: oke

“… ketika peringatan hari besar Islam yang acaranya diadakan di

masjid maka remaja dengan senang hati ikut membantu jalannya

kegiatan…”

Dengan diadakannya peringatan hari besar Islam diharapkan intensitas

pertemuan antara santri pondok pesantren dengan remaja sekitar semakin

bertambah. Sehingga tetap terjalin komunikasi yang baik antara keduanya.

Melalui kegiatan-kegiatan yang beragam pula pembinaan keberagamaan

remaja Dusun Banyu Putih Timur dapat berjalan secara tidak langsung.

c. Hari Raya Qurban

Hari Raya Qurban merupakan salah satu sarana menjalin hubungan

yang baik antara para santri dengan masyarakat sekitar terutama remaja.

Seperti dipaparkan oleh RO sebagai ketua remaja yang mengatakan bahwa:

“…saya dan rekan-rekan merasa senang ketika di ikut sertakan dalam

sebuah kegiatan seperti ketika hari raya idul Qurban kemarin selain

menambah ilmu agama bagi kami juga dapat menjalin tali silaturahmi

antara remaja dengan santri di pondok pesantren Al-Hasan…”

Hal tersebut di perkuat juga oleh penuturan MAF yang mengatakan bahwa:

“…ketika malam Idul Adha itu mengadakan takbir keliling bersama

santri dan masyarakat sekitar…”

RD juga memaparkan bahwa:

“…Paling pas malam Idul Adha itu sama pas menyembelih hewan

qurban…”

Idul Adha dijadikan sebagai salah satu sarana menjalin relasi yang

baik antara pondok pesantren dan remaja sekitar lingkungan pondok

Page 95: oke

pesantren. Melalui kegiatan ini juga pihak pondok pesantren berkesempatan

memberikan pembinaan baik moral maupun spiritual kepada remaja sekitar.

d. TPA

TPA merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang disediakan

pondok pesantren Al-Hasan bagi masyarakat. Mereka yang memiliki anak

usia sekolah dapat menitipkan anaknya belajar di TPA Al-Hasan. Berikut

penjelasan dari R mengakatan:

“…setiap sore kami mengadakan TPA bagi anak-anak usia sekolah

dasar. Sebenarnya kami mengharapkan remaja untuk membantu

mengajar di TPA…”

Penuturan ini ditegaskan oleh pendapat KH yang mengatakan:

“… kami bersama pengurus takmir juga memberi kesempatan bagi

remaja terutama bagi yang menguasai ilmu agama untuk menyalurkan

bakat yang dimiliki untuk membantu mengajar anak-anak TPA agar

bisa memanfaatkan ilmu yang dimilikinya...”

Hal ini diperkuat juga dengan penuturan KD yang mengatakan:

“…Kami pihak takmir menginginkan anak pondok mau membantu

kegiatan TPA. Karena menurut kami, santri pondok memiliki bekal

keagamaan yang lebih…”

Dari beberapa keterangan informan di atas dapat disimpulkan bahwa

program pembinaan yang diadakan oleh pondok pesantren Al-Hasan terhadap

keberagamaan remaja kurang berjalan maksimal. Hal ini dikarenakan berbagai

faktor baik dari internal maupun eksternal. Dari faktor internal menurut

keterangan beberapa remaja sekitar, pondok pesantren Al-Hasan kurang

variatif dalam mengemas kegiatan, sehingga kaum remaja enggan untuk

Page 96: oke

mengikuti kegiatan yang diadakan. Selain itu kesadaran masyarakat dalam

pembinaan keberagamaan remaja masih rendah hal ini dibuktikan dengan

keberadaan organisasi baik remaja masjid maupun karang taruna tidak dapat

berkembang sehingga agenda rutin remaja seringkali terbengkelai dengan

berbagai alasan, di sisi lain faktor ekonomi keluarga sering di sebut-sebut

menjadi faktor utama kurangnya pembinaan keberagamaan remaja.

Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan dan berkembangnya

ilmu pengetahuan dan teknologi. Lingkungan menduduki posisi tertinggi

terhadap rendahnya spiritual dan religiusitas remaja. Dari lingkungan di mana

mereka bersosialisasi pengaruh apapun dapat masuk ke dalam kepribadian

remaja. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin hari semakin

berkembang memicu rendahnya sosialisasi remaja. Dengan demikian,

pembinaan berupa apapun sulit untuk disampaikan.

B. Peran Pondok Pesantren

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di lapangan dan teori

yang di paparkan pada bab sebelumnya, maka peran pondok pesantren Al-

Hasan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai Fasilitator

Keberadaan pondok pesantren Al-Hasan dapat dijadikan sebagai salah

satu sarana untuk menambah pengalaman keagamaan masyarakat sekitar.

Page 97: oke

Dalam hal ini pondok pesantren Al-Hasan sudah berupaya memberikan

fasilitas dan pelayanan bagi terpenuhinya kebutuhan keberagamaan

masyarakat sekitar. Sebagian remaja sekitar pondok pesantren telah

memanfaatkan sarana yang tersedia untuk mengembangkan pengetahuan

agamanya. Sehingga program pembinaan yang dijalankan pondok

pesantren tidak hanya memprioritaskan penggunaan sarana dan prasarana

bagi santrinya, meskipun bersifat insindental dan kurang terjadwal.

Kalaupun ada, pembinaan yang dilakukan hanya pada waktu-waktu

tertentu, salah satunya peringatan hari besar Islam itupun hanya

membantu kelancaran acara. Dengan demikian, pondok pesantren

berharap nilai-nilai moral keberagamaan dapat tersampaikan sehingga

mempengaruhi berkembangnya perilaku keberagamaan sebagian remaja

yang tinggal di sekitar pondok pesantren.

2. Peran Mobilisasi

Berbagai kegiatan yang diagendakan pondok pesantren tidak lain

bertujuan untuk memberikan pembinaan kepada masyarakat. Pondok

pesantren Al-Hasan juga melakukan hal yang sama. Ada beberapa

kegiatan yang diperuntukkan bagi masyarakat khususnya remaja sekitar

pondok pesantren. Kegiatan tersebut umumnya dilakukan dalam rangka

membina akhlaq dan perilaku keberagamaan remaja. Kegiatan yang rutin

dilakukan diantaranya TPA dan peringatan hari besar Islam. Dalam

Page 98: oke

perjalanannya pondok pesantren mengutamakan pembentukan akhlak

remaja yang religius dan berbudi pekerti luhur. Misalnya, kegiatan rutin

TPA, dikhususkan bagi anak-anak usia sekolah saja. Sehingga pembinaan

yang diberikan terbatas kepada anak-anak usia sekolah yang mengikuti

kegiatan TPA. Meskipun demikian pondok pesantren membuka peluang

bagi remaja yang ingin berpartisipasi sekaligus mengembangkan ilmu

pengetahuan agama untuk turut serta membantu pelaksanaan kegiatan

TPA di pondok pesantren Al-Hasan.

3. Peran Sumber Daya Manusia

Dengan melibatkan masyarakat khususnya remaja di sekitar pondok

pesantren dalam bidang pendidikan dan keagamaan, diharapkan mampu

menambah pengalaman keberagamaan masyarakat. Sehingga perjalanan

keberagamaan masyarakat didasarkan pada ilmu yang telah dikajinya.

Namun, hal tersebut kurang berlaku bagi masyarakat yang tinggal di

sekitar pondok pesantren Al-Hasan. Sebagian masyarakat khususnya

remaja kurang terpengaruh dengan adanya pondok pesantren. Kurangnya

komunikasi dan intensitas interaksi menyebabkan minimnya informasi

mengenai agama kepada remaja. Sebenarnya pondok pesantren telah

menjalankan perannya sebagai pembentuk Sumber Daya Manusia.

Namun hal tersebut bukan menjadi masalah utama, kesadaran remaja

terhadap pentingnya ilmu agama yang masih minim juga menjadi salah

Page 99: oke

satu faktor pendukung. Sehingga, pembinaan remaja kurang berjalan

maksimal. Hal tersebut berimbas kepada kualitas sumber daya remaja

sekitar. Di sana akan jarang di temui remaja yang memiliki religiusitas

yang tinggi. Jika ada, mungkin hanya beberapa itupun dari asal usul

keluarga yang religius. Mayoritas remaja hanya memiliki tingkat

religiusitas yang sedang atau bahkan rendah.

4. Sebagai Agent of Development

Keberadaan pondok pesantren Al-Hasan diharapkan dapat dijadikan

sebagai kontrol sosial keberagamaan masyarakat. Misalnya masyarakat

khususnya remaja sekitar pondok pesantren Al-Hasan akan berperilaku

baik ketika berada di dalam lingkungan, meskipun notabene beberapa

orang tersebut di pandang sebagai sekelompok remaja yang sering

melakukan kegiatan yang menyimpang, atau ada beberapa remaja yang

mengaku bahwa kebiasaan pondok pesantren yang melibatkan remaja

sekitar dalam beberapa kegiatan peringatan hari besar agama,

menciptakan suasana akrab bagi remaja dan santri sehingga sesekali

waktu mereka akan saling memberikan informasi yang positif. Bukan

hanya itu, meskipun jarang dilakukan, namun masyarakat yang telah

menganggap santri pondok pesantren Al-Hasan sebagai bagian dari

anggotanya, juga tidak segan memberikan barbagai nasehat ataupun

Page 100: oke

masukan bagi kegiatan pondok pesantren bahkan bagi kepribadian

individu para santri.

5. Sebagai Agent of Excellence

Seiring dengan perkembangan zaman, pondok pesantren Al-Hasan

bukan hanya berperan sebagai transfer ilmu agama tetapi juga ilmu

pengetahuan umum. Sehingga pondok pesantren Al-Hasan berupaya

menambahkan berbagai model pendidikan. Pondok pesantren Al-Hasan

mengembangkan metode belajar yang sering di sebut dengan kajian

diniyah. Kajian ini terdiri dari beberapa kelas di mana masing-masing

kelas memiliki tingkatan yang berbeda satu sama lain, dalam hal materi

yang di ajarkan. Meskipun demikian, model pembelajaran yang

dikembangkan di pondok pesantren ini oleh masyarakat khususnya di

nilai kurang variatif, sehingga masyarakat sekitar pondok kurang tertarik

dengan pembelajaran pondok pesantren Al-Hasan. Sehingga kebanyakan

santri berasal dari luar daerah. Dari pihak pondok pesantren juga

mengakui hal tersebut. Menurutnya, pondok pesantren Al-Hasan telah

memberikan fasilitas bagi siapapun yang tertarik memperdalam ilmu

agama. Meskipun mereka yang tertarik berasal dari kalangan orang tua.

Page 101: oke

C. Problematika

Dimensi praktik agama mencangkup perilaku pemujaan pelaksanaan

ritual formal keagamaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan seseorang untuk

menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Di sini ditemukan

bahwa banyak remaja yang kurang memperhatikan ajaran-ajaran agama,

khususnya bagi para santri yang sering kurang memperhatikan waktu sholat

karena disibukkan dengan berbagai hal sehingga apabila waktu sholat sudah

iqomah masih banyak para santri yang belum bersiap-siap ke masjid untuk

melaksanakan sholat berjama‟ah bahkan ada yang tidak ikut berjama‟ah.

Sama halnya dengan santri pondok pesantren Al-Hasan, keberagamaan

remaja di sekitar pondok pesantren terutama dalam kegiatan berjama‟ah

kurang intensif. Mereka yang berjamaah di masjid dan aktif berjama‟ah

karena jarak rumah yang dekat dengan masjid dan masih memiliki ikatan

darah dengan kyai, mereka beralasan jika tidak sholat berjama‟ah di masjid

mereka merasa malu. Meskipun hanya sekali dalam lima waktu, mereka tetap

berjama‟ah dan biasanya masjid akan dipenuhi jama‟ah remaja ketika shalat

maghrib. Remaja sekitar banyak yang tidak tertarik dengan kegiatan masjid

karena dipengaruhi berbagai faktor. Orang tua menjadi faktor utama

minimnya keberagamaan remaja sekitar.

Kehidupan ekonomi masyarakat yang sebagian besar menengah ke

bawah juga menjadi pemicu minimnya keberagamaan remaja sekitar. Orang

Page 102: oke

tua yang sibuk dengan pekerjaannya maka secara tidak langsung berimbas

pada anak. Akibatnya sekarang banyak anak remaja yang lebih mementingkan

kegiatan perekonomian guna memenuhi kebutuhan jasmaniahnya tanpa

mengimbanginya dengan kebutuhan spiritualnya.

Kondisi ekonomi masyarakat yang seperti itu, tidak dapat dijadikan

alasan untuk saling menyalahkan. Kebutuhan ekonomi merupakan kebutuhan

pokok masing-masing individu, sedangkan religiusitas seseorang merupakan

hak tiap-tiap individu pula. Tokoh masyarakat setempat tidak dapat menuntut

banyak tentang religiusitas remajanya, mereka berprinsip yang terpenting

remaja masih bisa dikendalikan dengan kegiatan-kegiatan yang positif karena

berdampingan dengan lingkungan pondok pesantren. Dari berbagai ritual

keberagamaan yang di alami remaja masih telihat adanya perilaku remaja

yang kurang begitu taat dalam mengamalkan ajaran agama, seharusnya remaja

mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari agar pemahaman

tentang keagamaannya sedikit-sedikit dapat bertambah, atau bahkan bisa

melaksanakan sholat wajib tepat pada waktunya dan tidak menunda-nundanya

lagi.

Pondok pesantren dapat dimanfaatkan untuk memperdalam ilmu

keagamaan yang merupakan kebutuhan pokok spiritual masyarakat.

Kemudian pengetahuan yang di dapat dari pondok harus bisa diamalkan

Page 103: oke

dalam kehidupan sehari-hari agar bermanfaat sehingga orang tersebut dapat

merasakan akan pentingnya ajaran agama.

Pengalaman keagamaan seseorang akan mampu mendorong dirinya

untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan yang diwujudkan dalam perilaku

keberagamaannya. Hal tersebut terlihat pada beberapa remaja yang

mengalami pengalaman spiritual sehingga menjadikan mereka lebih baik

daripada sebelumnya, walaupun masih ada sebagian dari mereka yang acuh

tak acuh terhadap pelaksanaan ritual agama. Selain itu ada berbagai

problematika yang di alami remaja sekitar pondok pesantren di antaranya:

a. Bagi anak usia sekolah tingkat lanjut kadang merasa malu untuk

belajar di pesantren karena merasa sudah besar.

Menurut informasi yang diberikan MA (29 September 2013, 20.37

WIB) yang menyatakan bahwa:

“… sebenarnya sudah diupayakan tetapi biasanya kalau sudah

ikut sekolah tingkat SMP bahkan tingkat lebih tinggi sudah

banyak kegiatan di luar jadinya jarang ikut mengaji dengan

alasan malu karena sudah besar…”

b. Remaja merasa minder untuk berkumpul jadi satu dengan anak

pondok.

Remaja sekitar pondok pesantren sebagian besar tamatan SMA

atau sederajatnya. Namun, ada beberapa dari mereka pendidikan

terakhirnya SMP. Sedangkan mayoritas santri di pondok pesantren Al-

Hasan adalah mahasiswa yang pengalaman pendidikannya lebih luas.

Page 104: oke

Seringkali remaja yang hanya berpendidikan dasar akan merasa

minder, atau kurang nyaman ketika berkumpul dengan santri pondok

pesantren. Sepert pemaparan NA (25 Desember 2013,19.56 WIB)

yang menyatakan bahwa:

“….mayoritas remaja menarik diri dari santri pondok karena

merasa minder jika berkumpul bersama…”

c. Lingkungan yang kurang mendukung

Pondok pesantren Al-Hasan yang berlokasi di tengah-tengah

lingkungan masyarakat, seharusnya dijadikan sarana guna

mengembangkan pengetahuan keagamaan. Namun hal tersebut kurang

berlaku bagi sebagian besar remaja di lingkungan sekitar pondok

pesantren. Kegiatan yang dilakukan pondok pesantren sebenarnya

ditujukan untuk pembinaan keberagamaan remaja, tetapi kebanyakan

dari mereka menganggap pondok pesantren adalah tempat

berkumpulnya kaum intelektual muslim. Jadi ketika remaja sekitar

sering mengadakan kegiatan, dan di hadiri oleh ustadz pondok

pesantren, mereka menjadi enggan untuk berkumpul, bukannya

menyambut dengan pikiran yang lapang. Sehingga pembinaan

keberagamaaan remaja semakin terhambat.

Page 105: oke

D. Solusi

Sesuai dengan keterangan yang penulis dapat dilapangan maka sebagai

solusi dari problematika pembinaan remaja ialah:

1. Mengadakan pertemuan rutin setiap sebulan di minggu pertama atau

kedua.

Guna menjalin komunikasi baik intern remaja maupun antara

remaja dengan pondok pesantren, pembina kegiatan remaja

mengadakan pertemuan rutin setiap bulan di minggu pertama atau ke

dua. Pada prinsipnya pertemuan rutin hanya ditujukan untuk

mengumpulkan remaja yang jarang bersosialisasi pada hari-hari biasa.

Dengan diadakannya pertemuan rutin tersebut, pembinaan

keberagamaan remaja sedikit demi sedikit dapat disampaikan.

Sehingga religiusitas remaja di sekitar pondok pesantren menjadi

meningkat.

2. Mengikutsertakan remaja dalam berbagai kegiatan pondok pesantren

Pondok pesantren sebagai sarana meminimalisir masuknya

pengaruh negatif terhadap perilaku keberagamaan remaja, sedapat

mungkin mengikutsertakan remaja dalam berbagai kegiatan yang

dilakukan oleh pondok pesantren. Berikut keterangan R (Kamis, 05

Desember 2013, 19.51 WIB)

“…kami berharap pengurus pondok pesantren terus

meningkatkan dan memperbanyak acara keagamaan agar

Page 106: oke

masyarakat dapat belajar untuk menambah wawasan ilmu

agama dan memperbaiki diri”.

Keterangan diatas diperkuat dengan peryataan U (Rabu, 25 Desember

2013, 19.30)

“…kalau pondok mau mengadakan sebuah kegiatan pengurus

bisa mengajak remaja, kami merasa senang jika diminta

bantuannya, terutama kegiatan yang bersifat keagamaan”.

Hal tersebut dimaksudkan agar terjalin komunikasi yang

harmonis antara remaja sekitar dengan santri pondok pesantren. Jika

komunikasi antara keduanya dapat terjalin, maka pembinaan remaja

dapat disampaikan melalui sosialisasi tersebut.

3. Pendekatan dengan orang tua

Salah satu upaya yang dilakukan pondok pesantren bersama

dengan tokoh masyarakat dalam membina keberagamaan remaja

adalah melakukan pendekatan dengan orang tua. Keluarga merupakan

faktor utama terbentuknya pribadi anak, terutama perkembangan

keberagamaan pada anak. dengan alasan tersebut, pondok pesantren

bersama dengan tokoh masyarakat memberikan sarana

mengembangkan religiusitas anak, melalui program TPA. Orang tua

yang memiliki anak usia sekolah disarankan untuk mengikutkan putra

putrinya belajar di TPA, sehingga pembinaan keberagamaan remaja

dapat ditanamkan sejak dini.

Page 107: oke

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Keberagamaan remaja sekitar pondok pesantren

Kehidupan ekonomi masyarakat yang sebagian besar

menengah ke bawah juga menjadi pemicu minimnya keberagamaan

remaja sekitar. Tokoh masyarakat setempat tidak dapat menuntut

banyak tentang religiusitas remajanya, mereka berprinsip yang

terpenting remaja masih bisa dikendalikan dengan kegiatan-kegiatan

yang positif karena berdampingan dengan lingkungan pondok

pesantren

2. Peran pondok pesantren dalam meningkatkan perilaku keberagamaan

remaja

a. Peran Fasilitator

Keberadaan pondok pesantren sedikit banyak memberikan peran

bagi masyarakat khususnya para remaja sekitar pondok pesantren

Al-Hasan. Sebagian remaja telah memanfaatkan sarana yang

disediakan sebagai tempat mengembangkan ilmu agama dan

Page 108: oke

bertukar informasi kepada santri. Sehingga diharapkan program

pembinaan berjalan secara maksimal.

b. Peran Mobilisasi

Kegiatan yang diadakan oleh pondok pesantren Al-Hasan belum

menyentuh semua lapisan masyarakat. Tetapi pondok pesantren

telah berupaya memberikan pembinaan remaja melalui TPA.

c. Sebagai Sumber Daya Manusia

Kurangnya kesadaran dan komunikasi antara masyarakat

(khususnya remaja) dengan pondok pesantren Al-Hasan

menjadikan terputusnya informasi keberagamaan yang akan

disampaikan. Hal tersebut berimbas pada kualitas sumber daya

manusia remaja sekitar pondok pesantren Al-Hasan.

d. Sebagai Agent of Development

Pondok pesantren Al-Hasan secara tidak langsung menjalankan

perannya sebagai kontrol sosial. Meskipun kurang berjalan secara

maksimal, namun pondok pesantren bersama-sama masyarakat

berupaya mengutamakan perkembangan akhlak remaja.

e. Sebagai Agent of Excellence

Masyarakat sekitar pondok pesantren kurang tertarik dengan

kegiatan yang dilakukan pondok pesantren Al-Hasan. Mereka

beralasan kegiatan yang diadakan kurang variatif. Meskipun

Page 109: oke

demikian pondok pesantren Al-Hasan berupaya memberikan

sarana dan pelayanan bagi masyarakat yang ingin memperdalam

ilmu agamanya.

3. Problematika pembinaan keberagamaan remaja

Problematika keberagamaan yang terjadi di remaja sekitar pondok

pesantren Al-Hasan

a. Bagi anak usia sekolah tingkat lanjut kadang merasa malu untuk

belajar di pesantren karena merasa sudah besar.

b. Remaja merasa minder untuk berkumpul jadi satu dengan anak

pondok.

c. Lingkungan yang kurang mendukung.

4. Relasi pondok pesantren Al-Hasan dengan masyarakat sekitar pondok

pesantren terjadi dalam tiga hal:

1) Hubungan secara individu

Secara personal antara pondok pesantren Al-Hasan dengan

masyarakat tidak ada masalah yang berarti. Mereka sedapat

mungkin menjalin komunikasi yang baik.

2) Hubungan kelembagaan

Remaja sering disertakan dalam berbagai kegiatan yang

diagendakan pondok pesantren. Hal ini menunjukkan adanya

Page 110: oke

komunikasi yang baik terjalin antara lembaga pondok pesantren Al-

Hasan dengan masyarakat sekitar terutama kalangan remaja.

3) Hubungan timbal balik

Bukan hanya pondok pesantren Al-Hasan saja yang berupaya

membangun komunikasi dengan masyarakat, melainkan juga dari

pihak masyarakat. Masyarakat di sekitar pondok pesantren

mengakui keberadaan santri pondok dan menganggap mereka

merupakan bagian dari masyarakat.

5. Pembinaan yang dilakukan pondok pesantren Al-Hasan terhadap

problematika keberagamaan remaja

Pembinaan secara langsung yang dilakukan oleh pondok

pesantren tidak ada, namun ada berbagai program yang diadakan

pondok pesantren yang secara tidak langsung memberikan pembinaan

terhadap keberagamaan remaja sekitar di antaranya:

a. Akhirusannah

b. Peringatan hari besar Islam

c. Hari raya Qurban

d. TPA

Dalam menghadapi problematika yang ada, pondok pesantren

bersama masyarakat melakukan beberapa upaya di antaranya:

Page 111: oke

1) Mengadakan pertemuan rutin setiap sebulan di minggu pertama

atau kedua.

2) Mengikutsertakan remaja dalam berbagai kegiatan pondok

pesantren.

3) Pendekatan dengan orang tua.

B. Saran

Dari penelitian yang dilakukan penulis memiliki saran saran sebagai

berikut:

a. Bagi pondok pesantren Al-Hasan

1) Santri pondok pesantren Al-Hasan hendaknya dapat memberikan

contoh mengenai ritual keberagamaan, misalnya disiplin dalam

melaksanakan shalat fadhu berjama‟ah.

2) Santri pondok pesantren Al-Hasan hendaknya lebih meningkatkan

interaksi dengan masyarakat terutama dengan remaja sekitar agar

hubungan antara keduanya semakin akrab.

3) Pondok pesantren Al-Hasan sedapat mungkin memberikan

program pembinaan keberagamaan yang khusus bagi remaja

sekitar dan menjalankan program pembinaan yang ada dengan

rutin.

Page 112: oke

b. Bagi remaja sekitar pondok pesantren

1) Intensitas remaja dalam berkumpul dan bersosialisasi lebih

ditingkatkan agar terjalin komunikasi yang baik antar sesama

remaja.

2) Remaja hendaknya mulai akrab dengan kegiatan kerohanian yang

diadakan baik oleh takmir masjid atau dari pondok pesantren agar

ilmu pengetahuan dan agamanya agar siap terjun ke dalam

masyarakat.

3) Remaja masjid dan karang taruna sebaiknya mengagendakan

kegiatan rutin yang di ikuti oleh seluruh remaja agar pembinaan

remaja sedikit demi sedikit dapat disampaikan.

Page 113: oke

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1996.

Darajat, Zakiah, Pembinaan Remaja, PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1976.

Darajat, Zakiah, Peran Agama dalam Kesehatan Mental, CV. Haji Masagung,

Jakarta, 1994.

Darajat, Zakiah, Problematika Remaja di Indonesia, PT. Bulan Bintang, Jakarta,

1978.

Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan

dan Perkembangannya, Depag RI, Jakarta,2003.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta,

2007.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,

LP3ES, Jakarta, 1983.

Fauzi, Muhammad, Agama dan Realitas Sosial Renungan dan Jalan Menuju

Kebahagiaan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Galba, Sindu, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, PT Rineka Cipta, Jakarta,

1995.

Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.

Kadir, Muslim A., Ilmu Islam Terapan Menggagas Paradigma Amali dalam

Agama Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003.

Kasiram, Moh, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, UIN-Maliki Press,

Yogyakarta, 2010.

Page 114: oke

Madjid Nurcholish, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Paramadina,

Jakarta, 1997.

Martin, Richard C, Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Agama, Muhammadiah

University Press, Surakarta, 2002.

Moleong, M. A, Prof. Dr. Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja

Rosda Karya, Bandung, 2009.

Mu‟tasim, Radjasa, Perlawanan Santri Pinggiran, PT. Bintang Pustaka Abadi,

Yogyakarta, 2010.

Nafi‟, Dian, M, dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren, Instite for Training and

Development Amherst MA, Yogyakarta, 2007

Nasution, Harun, Islam ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Universitas Indonesia

Press, Jakarta, 1985.

Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Alfabeta,

Bandung, 2011.

Suprayogo, Imam dan Tabroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung, 2001.

Sriyanti, Lilik, dkk, Teory-Teory Belajar, STAIN Salatiga, Salatiga, 2011.

Tim, Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir, STAIN Salatiga, Salatiga, 2009.

Yasid, Abu, Islam Akomodatif, LKiS, Yogyakarta, 2004.

Page 115: oke

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 116: oke

Lampiran.1: Daftar Riwayat Hidup

WAHYU NUGROHO

DATA PRIBADI

Tempat, tanggal

lahir : Temanggung, 12 Mei 1990

Jenis kelamin : Laki-Laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat

: Digelan II RT 02 RW 06, Desa Soropadan, Kecamatan

Pringsurat, Kabupaten Temanggung.

Telepon : 085640573236

PENDIDIKAN

RA Al-Falah, Soropadan, Kab.Temanggung Lulus Tahun 1997

MI Al-Falah, Soropadan, Kab. Temanggung, Lulus Tahun 2002

MTsN Grabag, Kab. Magelang, Lulus Tahun 2005

MAN 1 Kota Magelang, Magelang Lulus Tahun 2009

Page 117: oke

Lampiran: 6

PEDOMAN WAWANCARA

A. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hasan.

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Hasan?

2. Apa visi, misi, dan tujuan Pondok Pesantren Al-Hasan?

3. Bagaimana letak geografis Pondok Pesantren Al-Hasan?

4. Bagaimana hubungan Pondok Pesantren Al-Hasan dengan remaja

sekitar?

5. Bagaimana remaja menanggapi keberadaan Pondok Pesantren Al-

Hasan?

B. Pengurus dan Ustadz Pondok Pesantren Al-Hasan.

1. Apakah ada kegiatan pembinaan remaja yang di lakukan oleh pondok

pesantren, jika ada apa saja?

2. Bagaimana cara pengurus dan ustadz Pondok Pesantren Al-Hasan

dalam upaya meningkatkan perilaku keberagamaan Remaja sekitar?

3. Apa saja yang dilakukan pengurus dan ustadz Pondok Pesantren Al-

Hasan untuk meningkatkan perilaku keberagamaan Remaja sekitar?

4. Bagaimana Remaja merespon kegiatan yang diadakan pengurus dan

ustadz Pondok Pesantren Al-Hasan?

Page 118: oke

5. Adakah kendala yang dihadapi pengurus dan ustadz Pondok Pesantren

Al-Hasan dalam meningkatkan perilaku keberagamaan Remaja?

6. Bagaimana usaha pengurus dan ustadz Pondok Pesantren Al-Hasan

untuk menarik minat Remaja dalam mengikuti kegiatan di Pondok

Pesantren?

C. Remaja Sekitar Pondok Pesantren Al-Hasan.

1. Bagaimana perilaku keberagamaan remaja sekitar pondok pesantren

Al-Hasan?

2. Bagaimana tanggapan masyarakat ketika pengurus pondok pesantren

Al-Hasan akan melaksanakan sebuah kegiatan?

3. Apa yang memotivasi remaja mengikuti kegiatan yang dilaksanakan

pengurus pondok pesantren Al-Hasan?

4. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap figur kyai pondok

pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan perilaku keberagamaan

remaja sekitar pondok pesantren?

5. Adakah saran yang ingin remaja sampaikan untuk pengurus pondok

pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan perilaku keberagamaan

remaja?

Page 119: oke

Lampiran: 7

PROFIL INFORMAN

1. MZA merupakan lurah putra pondok pesantren Al-Hasan. MZA juga

mahasiswa STAIN Salatiga yang kini baru semester 3 progdi Pendidikan

Agama Islam, selain sebagai pengurus pondok ia juga disibukkan dengan

kegiatan organisasi ukm di kampus.

2. KD merupakan ketua takmir di masjid Al-Hasan yang berprofesi sebagai

penjaga di sebuah pabrik celana di dekat rumah beliau.

3. KH adalah ustadz sekaligus ketua pengurus TPA di lingkungan pesantren dan

juga merupakan anak menantu dari pengasuh PPAH, beliau bertempat tinggal

tidak jauh dari pesantren. Keseharian KH selain mengajar di pondok beliau

juga bekerja di kantor Kemenag Salatiga.

4. R adalah remaja di Dusun Banyu Putih Timur, meskipun masih duduk di

bangku sekolah menengah pertama ia merupakan remaja yang aktif mengikuti

kegiatan PPAH.

5. RD merupakan santri dan juga menjabat sebagai lurah santri putri PPAH, ia

merupakan Mahasiswa STAIN Salatiga Progdi Pendidikan Agama Islam

semester 5.

Page 120: oke

6. MAF merupakan santri yang berasal dari Demak dia dipercaya sebagai

pengurus PPAH, ia merupakan Mahasiswa STAIN Salatiga Progdi

Pendidikan Agama Islam semester 7.

7. MS merupakan seorang remaja di Dusun Banyu Putih Timur yang sekarang

mengemban tugas sebagai ketua karang taruna, kesibukan sehari-hari dia

adalah sebagai karyawan sebuah pabrik di salatiga,

8. T yang merupakan mantan lurah PPAH. Ia berasal dari Boyolali dan juga

merupakan Mahasiswa STAIN Salatiga Progdi Pendidikan Agama Islam

semester 5.

9. U merupakan remaja di sekitar pondok yang sering mengikuti kegiatan

mengaji di pondok pesantren Al-Hasan, yang kini masih duduk di bangku

SMK Saraswati.

10. NA adalah tokoh masyarakat dan sekaligus menjadi ketua RW di Dusun

Banyu Putih Timur, kesibukan sahari-hari beliua sebagai penjual gorengan.

11. Y adalah santri PPAH dan juga merupakan Mahasiswa STAIN Salatiga

Progdi Pendidikan Agama Islam semester 7.

Page 121: oke

Lampiran 9.

Foto Bangunan Fisik Pondok Pesantren Al-Hasan

Lampiran 10.

Foto Kegiatan Mengaji Pondok Pesantren Al-Hasan

Page 122: oke
Page 123: oke

Lampiran 11

Foto Kegiatan Wawancara Dengan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hasan

Lampiran 12

Foto Kegiatan Wawancara Dengan Pengurus Pondok Pesantren Al-Hasan

Page 124: oke

Lampiran 13

Foto Kegiatan Wawancara Dengan Ketua Takmir Masjid

Lampiran 14

Foto Kegiatan Wawancara Dengan Ketua Remaja

Page 125: oke

Lampiran 15

Foto Kegiatan Wawancara Dengan Perwakilan Remaja

Lampiran 16

Foto Kegiatan Wawancara Dengan Tokoh Masyarakat

Page 126: oke

Lampiran 17

Kegiatan Remaja: Kerja Bakti

Lampiran 18

Kegiatan Remaja: Peringatan Maulid Nabi

Page 127: oke

PONDOK PESANTREN PUTRA-PUTRI

AL - HASAN

Sekretaruat: Jl. Imam Bonjol, Banyuputih Timur, Sidorejo Lor, Sadorejo, Salatiga

No :PPAH/XXVII/XII/2013

Lamp :-

Hal : Surat Pernyataan Penelitian

Kepada Yth.

Kepala STAIN Salatiga

Di Tempat

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan ini pengasuh pondok pesantren Al-Hasan menyatakan bahwa mahasiswa di bawah

ini:

Nama : Wahyu Nugroho

NIM : 11109060

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Benar-benar telah melakukan penelitian di pondok pesantren Al-Hasan mulai tanggal 27

November sampai 27 Desember 2013 sebagai bahan penyusunan skripsi.

Page 128: oke

Demikian surat pernyataan ini, agar dipergunakan sebaik-baiknya dan sebagai mana

mestinya.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Mengetahui:

Salatiga,27 Desember 2013

Pengasuh Pondok Ketua Pengurus

KH. Ichsanudin MZ M. Zaenal Arifin

Page 129: oke

Lampiran: 8

TRANSKRIP WAWANCARA

Hari/tanggal : Jum‟at, 29 November 2013

Pukul : 20.55 WIB

Responden : MZA (Pengurus)

Lokasi : Pesantren

P : Apakah ada kegiatan pembinaan remaja yang di

lakukan oleh pondok pesantren, jika ada apa saja?

I :“Pembinaan yang khusus itu tidak ada mas, paling-paling

pas Peringatan Hari Besar Islam itu, masalahnya di sini

ketemu,e jarang sih mas karena sudah punya kesibukan

sendiri-sendiri paling itu semisal ada acara hajatan dan

tasyakuran anak pondok sering untuk di suruh membantu”.

P : Bagaimana cara pengurus dan ustadz Pondok Pesantren

Al-Hasan dalam upaya meningkatkan perilaku

keberagamaan Remaja sekitar?

I : “Ya kita sebagai pengurus pelan-pelan berusaha memberi

contoh dulu, agar remaja sekitar tergerak dengan sendirinya

walaupun masih ada para santri bahkan pengurus kurang

memperhatikan untuk sholat berjama‟ah di masjid”.

P : Apa saja yang dilakukan pengurus dan ustadz Pondok

Pesantren Al-Hasan untuk meningkatkan perilaku

keberagamaan Remaja sekitar?

I : “Berusaha untuk menjemput bola mas istilahnya, kita

berusaha menyrawungi dan menyapa dulu agar lebih akrab,

tetapi juga ada sebagian remaja yang memandang remeh anak

pondok, tapi juga ada yang terbuka dan mau mengobrol

dengan santri”.

P : Bagaimana Remaja merespon kegiatan yang diadakan

pengurus dan ustadz Pondok Pesantren Al-Hasan?

Page 130: oke

I : “Selama ini remaja merespon dengan baik mas, tetapi

namanya juga orang banyak sih ada yang merespon dengan

baik ada juga yang acuh tak acuh”.

P : Adakah kendala yang dihadapi pengurus dan ustadz

Pondok Pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan

perilaku keberagamaan Remaja?

I : “Pasti ada ya mas, karena kurangnya komunikasi

menjadikan adanya jarak antara santri dan remaja sekitar,

sehingga semisal mau duduk berdua untuk sharing merasa

sungkan”.

P : Bagaimana usaha pengurus dan ustadz Pondok

Pesantren Al-Hasan untuk menarik minat Remaja dalam

mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren?

I : “Kami mengharapkan saling keterbukaan antara santri

dengan remaja biar terjalin komunikasi dan keakraban

diantara keduanya”.

Catatan :

Pembinaan keberagamaan remaja secara langsung tidak ada

Kurang komunikasi antara remaja dengan pondok pesantren

Berharap ada saling terbuka dan pengerian antara remaja dan

santri

Page 131: oke

Hari/tanggal : Kamis, 05 Desember 2013

Pukul : 04.45 WIB

Responden : KH (Ustadz)

Lokasi : Rumah Ustadz

P : Apakah ada kegiatan pembinaan remaja yang di

lakukan oleh pondok pesantren, jika ada apa saja?

I : “Kalau pembinaan remaja secara langsung dalam arti secara

terjadwal itu tidak ada, tetapi dalam praktiknya apabila ada

remaja yang ikut mengaji dan ikut acara rapat yang diadakan

pengurus ketakmiran, maka secara tidak langsung masyarakat

dan pihak pondok sudah ikut membina remaja walaupun

cuma itu-itu saja yang hadir”.

P : Bagaimana cara pengurus dan ustadz Pondok Pesantren

Al-Hasan dalam upaya meningkatkan perilaku

keberagamaan Remaja sekitar?

I : “Dengan cara yaitu mas, apabila remaja yang ikut mengaji

ke pondok maka secara tidak langsung akan dapat pembinaan

atau arahan yang dijadikan sebagai kontrol dalam diri remaja

dan apabila ada acara sering diikutkan terutama yang

pelaksanaannya dilakukan di masjid agar terjalin suatu

komunikasi yang baik”.

P : Apa saja yang dilakukan pengurus dan ustadz Pondok

Pesantren Al-Hasan untuk meningkatkan perilaku

keberagamaan Remaja sekitar?

I : “Sebagai contoh seperti kegiatan Peringatan Hari Besar

Islam dan acara lain yang bersifat keagamaan sebagai bukti

kongkritnya seperti pada waktu bulan ramadhan yang mana

para santri dan remaja sekitar mengadakan tadarus Al-Qur‟an

bersama-sama terutama di awal bulan tanggal 1-15

Ramadhan, dan juga di ikuti sama bapak-bapak dan anak-

anak tetapi hanya waktunya yang berbeda”.

Page 132: oke

P : Bagaimana Remaja merespon kegiatan yang diadakan

pengurus dan ustadz Pondok Pesantren Al-Hasan?

I : “Selama ini remaja merespon dengan baik, akan tetapi ya itu

mas, hanya pada waktu-waktu tertentu saja, seperti pas acara

Peringatan Hari Besar Islam”.

P : Adakah kendala yang dihadapi pengurus dan ustadz

Pondok Pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan

perilaku keberagamaan Remaja?

I : ”Kendala yang dihadapi terdiri dari beberapa faktor mas, ada

dari internal dan juga eksternal. Yang agak mencolok itu

karena orang tua yang kurang mendukung, tuntutan akademik

yang tinggi dan dari pribadinya yang merasa malu karena

sudah besar dan faktor lingkungan”.

P : Bagaimana usaha pengurus dan ustadz Pondok

Pesantren Al-Hasan untuk menarik minat Remaja dalam

mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren?

I : “Kami selalu terbuka dengan masyarakat. Misalnya

apabila ada masyarakat sekitar mengadakan musyawarah

dengan tokoh masyarakat terutama pihak takmir dan meminta

perwakilan dari pengurus pondok untuk datang maka sebisa

mungkin pengurus akan mengirim perwakilan untuk

menghadirinya. Dan kami juga memberi kesempatan bagi

remaja terutama bagi yang menguasai ilmu agama untuk

menyalurkan bakat yang dimiliki untuk membantu mengajar

anak-anak TPA agar bisa memanfaatkan ilmu yang

dimilikinya”.

Catatan :

Pembinaan remaja dilakukan secara tidak langsung

dengan mengikut sertakan remaja dalam berbagai

kegiatan pondok pesantren

TPA merupakan salah satu upaya pondok pesantren

melakukan pembinaan terhadap remaja dan anak-anak

Page 133: oke

Hari/tanggal : Jum‟at, 06 Desember 2013

Pukul : 19.45 WIB

Responden :RD (Pengurus)

Lokasi : Aula Pesantren

P : Apakah ada kegiatan pembinaan remaja yang di

lakukan oleh pondok pesantren, jika ada apa saja?

I : “Tidak ada mas paling pas malam Idul Adha itu sama pas

menyembelih hewan qurban”.

P : Bagaimana cara pengurus dan ustadz Pondok Pesantren

Al-Hasan dalam upaya meningkatkan perilaku

keberagamaan Remaja sekitar?

I : “Belum terpikirkan mas, meh ngadain acara apa juga

bingung sudah sibuk sendiri mas. Paling ketemu pada waktu-

waktu tertentu saja seperti pada waktu warga ada yang punya

hajatan para santri di suruh membantu”.

P : Apa saja yang dilakukan pengurus dan ustadz Pondok

Pesantren Al-Hasan untuk meningkatkan perilaku

keberagamaan Remaja sekitar?

I : “Seperti keterangan saya tadi di atas mas, mungkin nanti

pengurus lain ada yang punya masukan mas. kalau menurut

saya remajanya kurang greget trus juga terlalu sendiri-sendiri,

jadi sini juga kurang bisa berbaur dengan mereka”.

P : Bagaimana Remaja merespon kegiatan yang diadakan

pengurus dan ustadz Pondok Pesantren Al-Hasan?

I : “Sebenarnya respon remaja juga baik, tetapi karena hanya

sedikit yang sering jadi satu paling cuma pas ngaji saja”.

Page 134: oke

P : Adakah kendala yang dihadapi pengurus dan ustadz

Pondok Pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan

perilaku keberagamaan Remaja?

I : “Kurangnya komunikasi dan kurang akrab diantara remaja

dan para santri, kebanyakan remaja sini kalau sudah khatam

Al-Qur‟an jarang ikut mengaji lagi dan minimnya generasi

penerus, banyak remaja yang pergi merantau, hal ini

menyebabkan terputusnya komunikasi”.

P : Bagaimana usaha pengurus dan ustadz Pondok

Pesantren Al-Hasan untuk menarik minat Remaja dalam

mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren?

I : “Kalau kegiatannya diadakan di masjid kami dari pihak

pondok berusaha untuk ikut agar bisa terjalin keakraban dan

terjadi komunikasi”.

Catatan :

Remaja merespon baik kegiatan yang diadakan oleh pondok

pesantren

Kurang komunikasi antara remaja dengan santri

Page 135: oke

Hari/tanggal : Sabtu, 07 Desember 2013

Pukul : 09.36 WIB

Responden : MAF (Pengurus)

Lokasi : Pesantren

P : Apakah ada kegiatan pembinaan remaja yang di

lakukan oleh pondok pesantren, jika ada apa saja?

I : “Masalah pembinaan seperti mengaji bagi remaja, agar bisa

membaca Al-Qur‟an dalam rangka untuk kepentingan

bersama. Karena di sini pondok Al-Qur‟an”.

P : Bagaimana cara pengurus dan ustadz Pondok Pesantren

Al-Hasan dalam upaya meningkatkan perilaku

keberagamaan Remaja sekitar?

I : “Masalah tadarus Al-Qur‟an pada bulan Ramadhan yang

dilakukan remaja dan santri, memberikan santunan kepada

anak yatim, khotmil Qur‟an yang diselenggarakan pengurus

takmir dan pengurus santri dan melibatkan banyak pihak”.

P : Apa saja yang dilakukan pengurus dan ustadz Pondok

Pesantren Al-Hasan untuk meningkatkan perilaku

keberagamaan Remaja sekitar?

I : “Gini mas, ketika pas malam Idul adha itu kita bersama

remaja dan masyarakat sekitar mengadakan takbiran keliling

tapi ini acara yang tahunan. Kalau masalah yang rutin semisal

seminggu sekali atau sebulan sekali masih dipertimbangkan

karena berbagai kendala”.

P : Bagaimana Remaja merespon kegiatan yang diadakan

pengurus dan ustadz Pondok Pesantren Al-Hasan?

Page 136: oke

I : “Selama ini remaja sekitar merespon dengan positif dan

saling mendukung, dan juga dapat menambah keakraban”.

P : Adakah kendala yang dihadapi pengurus dan ustadz

Pondok Pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan

perilaku keberagamaan Remaja?

I : “Selama ini yang jadi kendalanya mas, jarang ketemu karena

sudah punya kesibukan sendiri, kurangnya sikap sosial

terhadap masyarakat, masih minimnya program dalam rangka

untuk mempererat hubungan dengan remaja dan masyarakat

terutama dalam hal keagamaan”.

P : Bagaimana usaha pengurus dan ustadz Pondok

Pesantren Al-Hasan untuk menarik minat Remaja dalam

mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren?

I : “Ketika ada masyarakat sekitar yang sedang punya hajat,

santri ikut membantu agar besok ketika pondok punya acara

masyarakat juga mau membantu, istilahnya timbal balik gitu

mas”.

Catatan :

Pembinaan yang masih aktif dilakukan adalah TPA

Masyarakat mengakui keberadaan pondok pesantren Al-Hasan

sebagai sarana pembinaan remaja

Page 137: oke

Hari/tanggal : Rabu, 04 Desember 2013

Pukul : 19.47 WIB

Responden : KD (Ketua Takmir)

Lokasi : Rumah Informan

P : Bagaimana hubungan pondok pesantren dengan remaja

sekitar?

I : “Saling mendukung ya mas, antara remaja khususnya remas

dengan para santri. Kami pihak takmir menginginkan anak

pondok mau membantu TPQ.

P : Bagaimana remaja menanggapi keberadaan pondok

pesantren?

I :”Semisal ada kegiatan pasti diikutkan. Kalau kegiatan

formal, remaja tidak seluruhnya di ikutkan, tapi kalau masalah

sosial khususnya ketakmiran remaja di ikut sertakan.”

P : Apa kendala yang dihadapi pondok pesantren dalam

pembinaan keberagamaan remaja?

I :”Karena sudah besar terus malu. Sulit mencari bibit-bibit

yang mau ikut bergabung dengan kegiatan yang diadakan

pondok.”

P : Apa saja upaya yang dilakukan masyarakat dalam

kegiatan pembinaan remaja?

I :”Berbagai upaya takmir menggaet remaja biar aktif sudah di

bentuk. Tapi pelaksanaannya kurang berjalan karena berbagai

kendala.”

Page 138: oke

P : Adakah saran yang ingin disampaikan pada remaja atau

pondok pesantren?

I : “Pokoknya pas ada rapat, pengurus pondok harus tau. Yang

penting ada perwakilan yang hadir.”

Catatan :

Relasi pondok pesantren dengan masyarakat berjalan baik

Saling mendukung satu sama lain antara remaja dan santri

Hari/tanggal : Kamis, 05 Desember 2013

Pukul : 19.51 WIB

Responden : R (Remaja)

Lokasi : Rumah Informan

P : Bagaimana perilaku keberagamaan remaja sekitar

pondok pesantren Al-Hasan?

I : “Menurut saya pribadi ya mas, pemuda sekitar di sini itu

kurang sosial bahkan cenderung individual karena jarang

kumpul-kumpul. Paling kumpul itu kalau ada rapat itu saja

satu bulan sekali dikarenakan kebanyakan remaja sini banyak

yang merantau jadi jarang ketemunya dan kurang interaksi

dan di dukung juga faktor orang tua yang kurang mendukung

kayak menyuruh anaknya untuk sholat berjama‟ah di masjid”.

P : Bagaimana latar pendidikan remaja sekitar pondok

pesantren Al-Hasan?

I : “Beragam sih mas, ada yang sampai perguruan tinggi juga

ada yang hanya tamat SD hal ini kan juga tergantung pada

latar belakang orang tua, tapi kebanyakan remaja di sini

tamatan SMA”.

P : Bagaimana tanggapan remaja ketika pengurus pondok

pesantren Al-Hasan akan melaksanakan sebuah kegiatan?

I : “Setuju saja mas, untuk diikutsertakan dalam berbagai

kegiatan apalagi digerakkan dalam hal yang positif ”.

P : Apa yang memotivasi remaja mengikuti kegiatan yang

dilaksanakan pengurus pondok pesantren Al-Hasan?

Page 139: oke

I : “Untuk menambah wawasan dan ilmu karena rasa keingin

tahuan yang tinggi, serta menambah pengalaman dan menjalin

komunikasi dengan para santri agar terjalin silaturahmi”.

P : Bagaimana pandangan masyarakat terhadap figur kyai

pondok pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan

perilaku keberagamaan remaja sekitar pondok

pesantren?

I : “Saya pribadi memandang Beliau itu dekat dengan

masyarakat mas. Beliau juga dikenal masyarakat sebagai figur

yang ramah, serba bisa dan sederhana, cukup membantu dan

banyak ngasih manfaat terutama bagi masyarakat sekitar.

Tetapi beragam juga antara satu orang dengan yang lain

tergantung mau memandang dari sisi mana, tidak sedikit

remaja sekarang memandang kurang bervariatif sehingga

remaja memandang kurang menarik, tetapi kalau mau di

ambil positifnya juga banyak sih”.

P : Adakah saran yang ingin remaja sampaikan untuk

pengurus pondok pesantren Al-Hasan dalam

meningkatkan perilaku keberagamaan remaja?

I : “Lebih dimaksimalkan lagi, kami berharap pengurus pondok

pesantren terus meningkatkan dan memperbanyak acara

keagamaan agar masyarakat dapat belajar untuk menambah

wawasan ilmu agama dan memperbaiki diri”.

Catatan :

Mayoritas pendidikan remaja adalah tamatan SMA, namun ada

beberapa yang pendidikan terakhirnya SMP

Figur kyai sangat berperan dalam pembinaan keberagamaan

remaja

Remaja berharap pondok pesantren menambah kegiatan yang

positif bagi remaja.

Page 140: oke

Hari/tanggal : Rabu, 25 Desember 2013

Pukul : 19.30 WIB

Responden : U (Remaja)

Lokasi : Rumah Informan

P : Bagaimana perilaku keberagamaan remaja sekitar

pondok pesantren Al-Hasan?

I : “Kurang baik mas, menurut saya remaja sekitar lebih

mementingkan kehidupan duniawi, tetapi juga masih ada anak

remaja peduli terhadap agamanya. Intinya gini mas, karena

orang tua kurang mendukung, kesadaran pribadi dan factor

lingkungan”.

P : Bagaimana tanggapan masyarakat terutama remaja

ketika pengurus pondok pesantren Al-Hasan akan

melaksanakan sebuah kegiatan?

I : “ Setuju-setuju saja mas, sebab masyarakat sekitar justru

senang bisa membantu soal kegiatan yang diadakan pondok

pesantren Al-Hasan, dan masyarakat merasa komunikasinya

terus terjalin dengan anak pondok”.

P : Apa yang menjadikan remaja termotivasi untuk

mengikuti kegiatan yang diadakan pondok pesantren Al-

Hasan?

I : “Saya merasa kegiatan itu bersifat positif, sehingga dapat

menambah wawasan saya”.

Page 141: oke

P : Bagaimana pandangan masyarakat terhadap figur kyai

pondok pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan

perilaku kebaragamaaan remaja sekitar?

I : “Baik, tapi kadang membosankan karena kurang menarik,

soalnya kurang variatif”.

P : Adakah saran yang ingin remaja sampaikan untuk

pengurus pondok pesantren Al-Hasan dalam

meningkatkan perilaku keberagamaan remaja?

I : “Mungkin kalau pondok mau mengadakan sebuah kegiatan

pengurus bisa mengajak remaja, kami merasa senang jika

diminta bantuannya, terutama kegiatan yang bersifat

keagamaan”.

Catatan:

Komunikasi antara remaja dan dengan santri ponok pesantren

kurang terjalin baik

Kegiatan pembinaan yang diadakan pondok pesantren kurang

variatif sehingga remaja kurang tertarik

Page 142: oke

Hari/tanggal : Rabu, 25 Desember 2013

Pukul : 19.00 WIB

Responden : T (Pengurus)

Lokasi : Pesantren

P : Apakah ada kegiatan pembinaan remaja yang dilakukan

oleh pondok pesantren, jika ada apa saja?

I : “Kalau pembinaan tidak ada, tapi kalau setiap mengadakan

acara apa saja pasti anak pondok dan remaja saling membantu

dalam melaksanakannya”.

P : Bagaimana cara pengurus dan ustadz pondok pesantren

Al-Hasan dalam upaya meningkatkan perilaku

keberagamaan remaja sekitar?

I : “Kalau dari pengurus belum ada, tetapi dari pihak ustadz

sudah ada seperti belajar mengaji sehabis magrib dan sehabis

subuh bagi siapa saja yang mau, dan pengajian rutin setiap

malam jum‟at yang dilaksanakan di masjid”.

P : Apa saja yang dilakukan pengurus dan ustadz pondok

pesantren Al-Hasan untuk meningkatkan keberagamaan

remaja sekitar?

I : “Belajar mengaji sehabis magrib dan sehabis subuh bagi

siapa saja yang mau, dan pengajian rutin setiap malam jum‟at

yang dilaksanakan di masjid yang selama ini dilakukan oleh

ustadz pondok pesantren”.

Page 143: oke

P : Bagaimana remaja merespon kegiatan yang diadakan

pengurus dan ustadz pondok pesantren Al-Hasan?

I : “Respon yang diberikan remaja pastinya baik, terkadang

juga mengalami kendala. Dan yang berangkat cuma itu-itu

saja”.

P : Adakah kendala yang dihadapi pengurus dan ustadz

pondok pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan

perilaku keberagamaan remaja?

I : “Pastinya ada ya mas, diantaranya kurangnya komunikasi

antara remaja dengan para santri, kurang adanya bimbingan

dari para sesepuh baik dari pihak santri maupun remaja”.

P : Bagaimana usaha pengurus dan ustadz pondok

pesantren Al-Hasan untuk menarik minat remaja dalam

mengikuti kegiatan di pondok pesantren?

I : “Dengan mengadakan acara besar seperti, akhirusanah,

maulid nabi, peringatan hari besar Islam. Dengan adanya

acara tersebut maka diharapkan dapat terjalin komunikasi

yang bagus”.

Catatan:

Pembinaan keberagamaan remaja yang diadakan secara

langsung tidak ada

Pondok pesantren sudah memberikan sarana untuk

mengembangkan keberagamaan remaja

Page 144: oke

Hari/tanggal : Kamis, 26 Desember 2013

Pukul : 20.00 WIB

Responden : Y (Pengurus)

Lokasi : Pesantren

P : Apakah ada kegiatan pembinaan remaja yang dilakukan

oleh pondok pesantren, jika ada apa saja?

I : “Tidak ada, cuma ada kegiatan mengaji bersama dan

pengajian umum yang dilaksanakan di masjid pada hari-hari

besar Islam seperti maulid nabi, dll”.

P : Bagaimana cara pengurus dan ustadz pondok pesantren

Al-Hasan dalam upaya meningkatkan perilaku

keberagamaan remaja sekitar?

I : “Kalau dari pengurus tidak ada mas, mungkin kalau dari

ustadz sendiri saya kurang tau”.

P : Apa saja yang dilakukan pengurus dan ustadz pondok

pesantren Al-Hasan untuk meningkatkan keberagamaan

remaja sekitar?

I : “Mengaji bersama di masjid kaya pas tadarus itu mas, dan

kumpul-kumpul pas acara ketakmiran”.

Page 145: oke

P : Bagaimana remaja merespon kegiatan yang diadakan

pengurus dan ustadz pondok pesantren Al-Hasan?

I : “Respect mas, tetapi yang berangkat cuma hanya itu-itu saja

paling yang masih punya ikatan kekerabatan dengan keluarga

ndalem”.

P : Adakah kendala yang dihadapi pengurus dan ustadz

pondok pesantren Al-Hasan dalam meningkatkan

perilaku keberagamaan remaja?

I : “Tidak ada mas, yak karena tidak adanya kegiatan

pembinaan yang diadakan pengurus itu jadi saya mengatakan

tidak ada kendala”.

P : Bagaimana usaha pengurus dan ustadz pondok

pesantren Al-Hasan untuk menarik minat remaja dalam

mengikuti kegiatan di pondok pesantren?

I : “Ya dengan mengadakan kegiatan keagamaan itu mungkin

untuk dapat menarik simpati remaja sekitar seprti pengajian”.

Catatan:

Sebagian remaja merespon kegiatan yang diadakan oleh

pondok pesantren

Kegiatan yang rutin diadakan dengan remaja adalah peringatan

hari besar

Page 146: oke

Hari/tanggal : Kamis, 12 Desember 2013

Pukul : 20.18 WIB

Responden : MS (Ketua Karang Taruna)

Lokasi : Rumah Warga

P : Apakah ada kegiatan pembinaan remaja yang dilakukan

oleh pondok pesantren?

I : “Kalau sekarang kayaknya belum ada mas, paling sekarang

cuma ada beberapa yang ikut mengaji ke pondok itu saja sih

yang saya tau, kalau pas jamannya saya banyak mas hampir

semua anak sebaya dengan saya ikut mengaji ke pondok,

sekarang mungkin karena jamannya sudah berubah jadi anak-

anak sekarang kurang begitu tertarik untuk mengikuti

kegiatan mengaji dan sering berkegiatan di luar”.

P : Bagaimana hubungan remaja sekitar dengan pondok

pesantren Al-Hasan?

I : “Hubungan dengan pondok antara remaja karang taruna

sekarang sudah ada jarak dan adanya mis komunikasi

dikarenakan perubahan jaman”.

P : Bagaimana perilaku keberagamaan remaja?

Page 147: oke

I : “Memang saya akui mas, sekarang keagamaan anak remaja

sini dapat dikatakan sangat minim, di dorong beberapa faktor

yaitu pribadi, orang tua dan lingkungan. Walaupun

dilingkungan pondok pesantren sekarang orang memandang

itu hanya pondok saja, karena lingkungan kurang mendukung

untuk belajar di pondok, karena sudah mempunyai kesibukan

masing-masing.”.

P : Bagaimana latar belakang pendidikan remaja sekitar

pondok pesantren?

I : “Sebenarnya latar belakang pendidikan yang dijalani sudah

sangat maju”.

P : Apa saja organisasi yang di ikuti remaja sekitar pondok

pesantren?

I : “Kalau secara organisasi yang diikuti itu hanya remas dan

karang taruna, tetapi dalam pelaksanaanya jarang yang mau

berangkat dikarenakan tidak adanya agenda yang pasti”.

Catatan:

Hubungan remaja dengan santri pondok pesantren semakin

renggang karena berbagai faktor

Keberadaan pondok pesantren bagi remaja kurang di akui,

karena kesibukan masing-masing

Page 148: oke

Hari/tanggal : Rabu, 25 Desember 2013

Pukul : 19.56 WIB

Responden : NA (Tokoh Masyarakat)

Lokasi : Rumah Warga

P : Bagaimana perilaku keberagamaan remaja?

I :”Remaja di sini, kehidupan ekonominya mertanggung yang

berhasil kebanyakan orang pendatang. Secara tidak

langsungberimbas pada anak. untuk pendidikan rata-rata

SMP-SMA, namun ada sebagian yang tidak bersekolah

karena faktor ekonomi. Untuk keberagamaan sedikit banyak

masih bisa dikendalikan kerena berdampingan dengan

lingkungan pondok. Misalkan berada jauh dari lingkungan

pondok maka beda lagi ceritanya. Kalau dulu maju, karena

masih banyak yang di rumah dan mereka senang dengan

berbagai kegiatan. Namun seiring perkembangan jaman,

kegiatan yang di adakan semakin minim.”

P : Apakah ada kegiatan pembinaan remaja yang dilakukan

oleh pondok pesantren?

I :”Remaja hanya dikumpulkan ketika akan diadakan acara.

Kepingin saya, minimal sebulan sekali antara remaja dengan

Page 149: oke

santri pondok pesantren dikumpulkan untuk bertukar

informasi. Misalnya belajar bersama bagi anak-anak yang

belum bisa mengaji. Sebenarnya pondok sudah sering

meminta, tapi remaja yang sering menarik diri, malu dan

belum ada kesadaran.”

P : Apa problematika yang di hadapi dalam pembinaan

remaja?

I :”Dorongan orang tua terhadap kegiatan yang diadakan pondok

pesantren kurang dominan. Saya lebih menekankan pada

kesadaran remaja untuk mengikuti kegiatan tersebut.”

P : Apa program pembinaan yang telah dilakukan pondok

pesantren dan masyarakat?

I :”Sebenarnya sudah saya gerakkan tapi belum berjalan karena

berbagai hal. Kalau yang membina itu kharus memiliki

pengalaman yang lebih. Kalau sekedar mengajak dan belum

memiliki pengalaman ya.. sama saja. Agenda remaja

sebenarnya sudah ada, tapi karena kesibukan masing-masing,

mereka hanya bisa dikumpulkan pada hari-hari tertentu.

P : Adakah saran yang ingin disampaikan kepada remaja

atau pondok pesantren?

I :” Demi untuk menunjang pendidikan, rencana saya dari habis

maghrib sampai jam 9 tidak boleh menyalakan televisi, namun

rencana ini masih menimbulkan pro dan kontra. Karena

kondisi pendidikan masyarakat yang mertanggung, maksudnya

di bilang pinter banget ya tidak, atau di bilang tidak pinter ya..

tidak. Kecuali kalau masyarakat desa sekalian biasanya patuh

dengan atasannya.”

Catatan:

Kondisi ekonomi orang tua menengah ke bawah, berimbas

pada sosialisasi remaja

Masyarakat berharap ada agenda rutin yang dikhususkan

bagi remaja agar pembinaan dapat di selipkan.

Page 150: oke

Lampiran 19.

Jadwal Penelitian

NO TANGGAL KEGIATAN NARASUMBER

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

17 September 2013

24 September 2013

25 September 2013

29 September 2013

27 November 2013

29 November 2013

04 Desember 2013

05 Desember 2013

06 Desember 2013

07 Desember 2013

12 Desember 2013

25 Desember 2013

26 Desember 2013

Observasi

Mendapatkan izin

Wawancara dengan pengurus

Wawancara dengan pengasuh

Penelitian

Wawancara dengan pengasuh

Wawancara dengan ketua

remas

Wawancara dengan lurah

pondok

Wawancara dengan ketua

takmir

Wawancara dengan ustadz

Wawancara dengan remaja

Wawancara dengan pengurus

Wawancara dengan pengurus

Wawancara dengan remaja

Wawancara dengan ketua

remaja

Wawancara dengan tokoh

masyarakat

Wawancara dengan pengurus

Wawancara dengan remaja

Pengurus

Pengasuh

Lurah pondok

Pengasuh

Pengasuh

Ketua remas

Lurah pondok

Ketua takmir

Ustadz

Remaja

Pengurus

Pengurus

Remaja

Ketua remaja

Ketua RW

Pengurus

Remaja

Page 151: oke

DAFTAR SKK

Nama : Wahyu Nugroho Jurusan : Tarbiyah / PAI

NIM : 111 09 060 Dosen PA : Maslikhah S.Ag.,M.Si

No. Jenis Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan

Berperan

Sebagai Nilai

1. OPAK 2009 18-20 Agustus 2009 Peserta 3

2.

Pelatihan ESIQ Mahasiswa Baru

STAIN Salatiga Tahun

Akademik 2009 / 2010

21 Agustus 2009 Peserta 3

3. User Education UPT

Perpustakaan STAIN Salatiga

25-29 Agustus 2009

Peserta 3

4. Musabaqoh Tilawatil Qur‟an II

JQH 24 Mei 2010 Peserta 3

5. Praktikum Baca Tulis Al-Qur‟an

(BTA)

2 November 2010

Peserta 2

6. Praktikum Etika Profesi

Keguruan (EPK)

25 November 2010

Peserta 3

7.

Seminar Keperempuanan dengan

tema “Menumbuhkan Kembali

Jiwa Kartinian dalam Kampus”

17 Mei 2011 Peserta 3

8. Praktikum Kepramukaan Jurusan

Tarbiyah 22-27 Juli 2011 Peserta 3

9.

Praktikum Metodologi

Pendidikan Agama Islam

(MPAI)

23 Septemeber 2011 Peserta 3

10. Praktikum Telaah Kurikulum

Pendidikan Agama Islam 11 Februari 2012 Peserta 3

11.

Publik Hearing “ Meningkatkan

Kepekaan dan Transparansi

Lembaga Menuju Kampus yang

Amanah”

27 Maret 2012 Peserta 3

12.

Seminar Nasional “Mewaspadai

Gerakan Islam Garis Keras di

Perguruan Tinggi”

23 Juni 2012 Peserta 6

Page 152: oke

13.

Musabaqoh Lughah „Arobiyah

(MLA) dengan tema

“Mewujudkan Potensi Berbahasa

dengan MLA”.

17 Oktober 2012 Peserta 3

14.

Seminar Nasional dengan tema

“HIV/AIDS bukan Kutukan dari

Tuhan”

13 Maret 2013 Peserta 6

15. Seminar nasional dengan tema

“Ahlussunnah Waljamaah dalam

Perspektif Islam Indonesia”

26 Maret 2013 Panitia 6

16.

Seminar Nasional dengan tema

“Norma Hukum serta Kebijakan

Pemerintah dalam

Mengendalikan Harga BBM

Bersubsidi”

27 Mei 2013 Peserta 6

17.

Seminar nasional dengan tema

“Mengawal Pengendalian BBM

Bersubsidi, Kebijakan BLSM

yang tepat sasaran serta

Pengendalian inflasi dalam

negeri sebagai dampak kenaikan

harga BBM bersubsidi”

8 Juli 2013 Peserta 6

Total 65

Salatiga, 18 September 2013

Mengetahui,

Wakil Ketua III Bidang Kemahasiwaan

H. Agus Waluyo, M. Ag.

NIP. 19750211 200003 1 001