off book hematologi

19
PENATALAKSANAAN KASUS HEMATOLOGI KELOMPOK D2 1. SUBJEKTIF Nama pasien : Ny. AP (27 tahun) MRS : 06/05/2011 KRS : 15/05/2011 Keluhan : Demam ± 2 hari, eneg di ulu hati, perut kenceng, mata terlihat kuning 2. OBJEKTIF Data Laboratorium Parame ter Normal 6/5 7/5 8/5 9/5 10/5 Ket TD 90/120 -60/80 130/80 130/70 130/70 130/70 120/60 Normal N 70- 1330 80 84 84 88 88 Normal RR 20-40 20 20 20 20 Normal S 36-38 36,9 36,9 36,9 36,9 Normal Hb 12-16 7,8 7 Down Leukos it 5000- 10000 13000 9980 Up Ht 36-50 25 23 Down Bil. Total <1 3,19 Up Bil. Ind <3 3,04 Up Albumi n 4,79

Upload: riri-fauziyya

Post on 25-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Off Book Hematologi

TRANSCRIPT

Page 1: Off Book Hematologi

PENATALAKSANAAN KASUS HEMATOLOGI

KELOMPOK D2

1. SUBJEKTIF

Nama pasien : Ny. AP (27 tahun)

MRS : 06/05/2011

KRS : 15/05/2011

Keluhan : Demam ± 2 hari, eneg di ulu hati, perut kenceng, mata terlihat kuning

2. OBJEKTIF

Data Laboratorium

Parameter Normal 6/5 7/5 8/5 9/5 10/5 Ket

TD 90/120-

60/80

130/80 130/70 130/70 130/70 120/60 Normal

N 70-1330 80 84 84 88 88 Normal

RR 20-40 20 20 20 20 Normal

S 36-38 36,9 36,9 36,9 36,9 Normal

Hb 12-16 7,8 7 Down

Leukosit 5000-

10000

13000 9980 Up

Ht 36-50 25 23 Down

Bil. Total <1 3,19 Up

Bil. Ind <3 3,04 Up

Albumin 4,79

Eritrosit 3,6-5,0 4,3 3,8 Down

Diagnosa: Obs. Febris, Anemia Mikrositik Hipokromik

3. ASSESMENT

A. PATOFISIOLOGI

Anemia Mikrositik Hipokrom adalah ukuran sel-sel darah merah kecil

mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal (MCV maupun

MCHC kurang). Yang termasuk dalam kategori Anemia Mikrositik Hipokrom adalah

Anemia defisiensi bisa terjadi akibat kekurangan besi, pirodoksin atau tembaga

(Arliana, 2010). Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah:

Page 2: Off Book Hematologi

a. anemia defisiensi besi (gangguan besi)

b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi)

c. thalasemia (gangguan globin)

d. anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin)

(Permono, 2006)

Anemia mikrositik hipokrom tergantung dari penyebabnya, diantaranya:

1. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat

kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi

untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb)

berkurang. Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai

anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis

hemoglobin. Defisiensi besi merupakan penyebab terpenting suatu anemia

mikrositik hipokromik, dengan ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

berkurang dan sediaan hapus darah menunjukkan eritrosit yang kecil (mikrositik)

dan pucat (hipokrom) (Muhammad dan Sianipar, 2005).

Anemia defisiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif Fe

yang berlangsung lama. Bila keseimbangan besi ini menetap akan menyebabkan

cadangan besi terus berkurang. Terdapat 3 tahap defisiensi besi, yaitu :

Tahap 1 (Iron depletion/Tahap Laten), Ditandai dengan cadangan besi

menurun atau tidak ada tetapi kadar Fe serum dan Hb masih normal. Pada

keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme.

Tahap 2 (Iron deficient erythropoietin/iron limited erythropoiesis/Tahap

Laten). Pada keadaan ini didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk

menunjang eritropoiesis. Pada pemeriksaan laboratorium didapat kadar Fe

serum dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC dan FEP meningkat

(Tetapi Hb masih normal).

Tahap 3 (Iron deficiency anemia/Tahap Defisiensi Besi)

Keadaan ini merupakan stadium lanjut dari defisiensi Fe. Keadaan ini ditandai

dengan cadangan besi yang menurun atau tidak ada, kadar Fe serum rendah,

saturasi transferin rendah, dan kadar Hb atau Ht yang rendah (eritrosit menjadi

mikrositik hipokrom).

(Respati, dkk, 2005)

2. Anemia pada penyakit kronis

Page 3: Off Book Hematologi

Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer yang

mendasarinya. Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi besi tampak pada

feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah (Permono, 2006).

3. Anemia sideroblastik

Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin. Menyebabkan besi yang

ada di sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru

terbentuk dan menumpuk pada mitokondria perinukleus (Permono, 2006).

4. Thalasemia

Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena

sintesis hb yang abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai

alfa atau beta yang normal (Permono, 2006).

Patofisiologi yang berhubungan dalam kasus ini adalah Anemia Defisiensi

Besi tahap 3 yaitu merupakan tahap defisiensi besi, dimana feritin, saturasi transferin,

dan Hb turun (eritrosit menjadi mikrositik hipokrom).

B. ETIOLOGI

Anemia mikrositik hipokromik adalah anemia defisiensi besi yang terjadi

akibat defisiensi besi dalam gizi, atau hilangnya darah secara lambat dan kronik.

Anemia defisiensi besi disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi, gangguan

absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun yaitu kehilangan besi

sebagai akibat dari rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi

akibat perdarahan menahun.

1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal  dari :

Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon,

divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang. Saluran genitalia wanita :

menorrhagia, atau metrorhagia. Saluran kemih : hematuria. Saluran napas :

hemoptoe.

2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi

(bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan

rendah daging).

3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa

pertumbuhan dan kehamilan.

4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.

(Bakta, 2007)

Page 4: Off Book Hematologi

Pada kasus, anemia terjadi akibat defisiensi besi. Anemia karena kekurangan zat

besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui beberapa stadium, gejalanya baru timbul

pada stadium lanjut.

Stadium 1. Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan

cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang

menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.

Stadium 2. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan

untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan

jumlahnya lebih sedikit.

Stadium 3. Mulai terjadi anemia.Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak

normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit.Kadar hemoglogin dan hematokrit menurun.

Stadium 4. Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi

dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan

ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan

zat besi.

Stadium 5. Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka

akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena

anemia semakin memburuk.

(Permono, 2006)

C. HUBUNGAN DATA LAB DENGAN PATOFISIOLOGI

Berdasarkan diagnosa, pasien menderita obs febris dan anemia mikrositik

hipokronik. Terjadi penurunan jumlah Hemoglobin (Hb) yaitu sebesar 7,8 gr/dL dan 7

gr/dL, sedangkan kadar normal Hb adalah 12-16 gr/dL. Penurunan kadar Hb pasien

kemungkinan disebabkan karena psien menderia anemia mikrositik yang disebabkan

karena difisiensi zat besi ( Di piro, 2007).

Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb).

Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga

menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit daripada biasa sehingga timbul

anemia mikrositik hipokromik. Defisiensi besi merupakan penyebab terpenting suatu

anemia mikrositik hipokromik, dengan ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC)

berkurang (Muhamad dan Sianipar, 2005). Penurunan hemoglobin ini juga diikuti

dengan penurunan Hematocrite (Ht) yaitu sebesar 25 dan 23, sedangkan kadar normal

Ht adalah 36 - 48. Kadar eritrosit dari pasien terpantau normal yaitu sebesar 4,3.

Namun kemudian eritrosit mengalami penurunan menjadi sebesar 3,8 dan terjadi, kadar

Page 5: Off Book Hematologi

normal eritrosit adalah 3,6-5,0x106 / mm3. Pada pasien anemia mengalami penurunan

kdar Hb dan Hct dan atau disertai dengan penurunan kadar eritrosit. Selain itu, kadar

leukosit pasien sebesar 13000 cells/mm3 dan melebihi kadar leukosit normal yaitu

sebesar 5000-10.000 cells/mm3 sedangkan pada tanggal 7 kadar leukosit normal yaitu

sebesar 9980 cells/mm3. Namun kenaikan ini tidak berkaitan dengan anemia.

(...............................)

Observasi febris hanya merupakan suatu gejala, bukan penyakit. Observasi

febris ini digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit pasien. Pada

kasus ini, pasien mengeluh deman ± 2 hari, namun berdasarkan data klinik suhu

tubuhnya normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa febris yang dirasakan hanya bersifat

subjective.

4. PLAN

A. TUJUAN TERAPI

Menyembuhkan anemia mikrositik yang dialami pasien

Meringankan mual (eneg) di ulu hati pasien

Memberikan infus untuk mengganti cairan tubuh yang hilang

B. TERAPI FARMAKOLOGI

1. FERRO FUMARAT

Merk: EMINETON, Produksi PT. Kalbe Farma

Komposisi & Informasi nilai gizi : Takaran saji : 1 tablet (620 mg)

Jumlah sajian per kemasan : 100  

%AKG

Ferrous Fumarate ........................................ 90 mg       243

Cupric Sulfate ..............................................0,35 mg     --

Cobaltous Sulfate ........................................0,15 mg    --

Manganese Sulfate ....................................... 0,05 mg    --

Pyridoxine Hydrochloride .............................. 3 mg         176

Cyanocobalamine ......................................... 5 mcg        0,192

Ascorbic Acid ................................................. 60 mg       115

dl - a - Tocopherol Acetate ........................... 5 mg          57

Folic Acid ...................................................... 400 mcg     0,115

Calcium Phosphate, Dibasic ........................... 60 mg      2

Page 6: Off Book Hematologi

*AKG berdasarkan pada diet 200 Kcal

Farmakologi: EMINETON adalah tablet yang mengandung zat besi organik

(Ferrous Fumarate) dalam dosis terapeutik dengan kombinasi mangan, tembaga,

asam askorbat, vitamin B, kalsium, vitamin E dan asam folat, sehingga sangat

membantu mempercepat proses pembentukan sel-sel darah. Dapat digunakan untuk

menghilangkan gejala anemia dan kurang gizi pada segala tingkat usia.

Indikasi: Untuk membantu mengurangi gejala anemia karena kekurangan zat besi.

Efek samping: Pemakaian EMINETON secara berlebihan dapat menyebabkan

gangguan gastroenterik seperti diare atau gastritis, mual dan muntah.

Peringatan dan perhatian: Ada kemungkinan timbul faeces berwarna hitam setelah

makan obat ini.

Dosis dan cara pemakaian: Dewasa : 1 - 2 tablet / hari pada waktu atau sesudah

makan. Anak-anak : 1 tablet / hari pada waktu atau sesudah makan.

Cara Pemberian: Pukul 06.30 WIB dan Pukul 18.30 WIB, setiap hari selama 3 hari

Interaksi: Dengan Obat Lain : Penggunaan bersamaan vitamin C > 200 mg per 30

mg Fe akan meningkatkan absorpsi oral Fe. Absorpsi oral Fe dan tetrasiklin akan

menurun jika digunakan bersamaan. Absorpsi fluorokuinolon, levodopa, metildopa

dan penisilinamin akan menurun karena terbentuknya kompleks Fe-kuinolon.

Penggunaan bersamaan antasida, bloker H2 atau inhibitor pompa proton akan

menurunkan absorpsi. Respon terhadap Fe akan tertunda dengan adanya

kloramfenikol. Dengan Makanan : Sereal, serat makanan, teh, kopi, telur dan susu

akan menurunkan absorpsi.

Mekanisme kerja: Sebagai Fe yang ada dalam hemoglobin, myoglobin dan enzim

lainnya, memfasilitasi pengangkutan oksigen melalui hemoglobin. zat besi

membentuk inti dari cincin heme Fe-porfirin yang bersama-sama dengan rantai

globin membentuk hemoglobin. Zat ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero.

Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang

sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion

feri akan masuk kedalam plasma dengan perantara transferin, atau di ubah menjadi

feritin dan di simpan dalam sel mukosa usus. Setelah di absorpsi, fe dalam tubuh

akan di ikat dalam transferin ( siderofilin ), suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk

kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke sumsum tulang  dan depot fe

Kemasan:

Box berisi 10 strip @ 10 tablet. POM SD. 031 505 341

Page 7: Off Book Hematologi

` (Kalbe Farma, 2011).

Alasan Pemilihan Obat: Dalam tubuh pasien, penyediaan besi untuk eritropoesis

berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Obat ini

mengandung ferro fumarat yang berfungsi sebagai zat besi untuk membantu dalam

proses pembentukan hemoglobin. Juga mengandung bahan-bahan lain, misalnya

asam folat. Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian

proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi,

sedangkan pada kadar tinggi absorpsi  dapat berlangsung secar difusi. Walaupun

terdapat gangguan pada usus halus, absorpsi folat biasanya masih mencukupi

kebutuhan  terutama sebagai PmGA. Sehingga, pasien akan sangat terbantu dengan

pemberian sediaan obat ini.

2. METOKLOPRAMIDE

Merk : Primperan, Produksi SOHO

Komposisi : Metoclopramide HCl

Indikasi : Gastrointestinal gangguan , mual dan muntah yang disebabkan oleh obat,

anoreksia , kembung , ulkus peptikum , piloris stenosis (ringan ) , dispepsia ,

epigastralgia , gastroduodenitis , mabukperjalanan , mual di pagihari , endoskopi ,

pasca - gastektomidispepsia , danintubasi .

Dosis : Tablet : Dewasa: 10 mg 3 kali / hari . Sirup :Dewasa : 1-2 sendok teh 3 kali /

hari . Anak-anak 5-15 tahun : 0,5 mg / kg berat badan / hari dalam dosis terbagi .

Tetes Anak-anak< 5 tahun : 0,1 mg / kg berat badan 3 kali / hari atau 0,5 mg / kg

berat badan / hari tubuh dalam beberapa dosis . Ampul :Dewasa : 1 ampul 3 kali /

hari .

Cara Pemberian : Pukul 06.00 WIB, Pukul 14.00 WIB, dan Pukul 22.00 WIB setiap

hari selama 3 hari. Tiap pemberian diberikan setengah jam sebelum makan

KontraIndikasi :Merangsang motilitas GI seperti obstruksi usus , epilepsi ,

pheochromocytoma

Perhatian :Kehamilan , menyusui , anak-anak , diabetes, depresi , reaksi

ekstrapiramidal .

Efek Samping :Mengantuk , sakit kepala , depresi, kecemasan , reaksi

ekstrapiramidal , pusing, kelelahan , hipertensi , gangguan GI .

Interaksi Obat : kebutuhan Insulin bias berubah karena perubahan dalam usus ketika

makanan transportasi , Absorbsi obat digoxin , cimetidine akan terganggu dan

Page 8: Off Book Hematologi

penyerapan di usus kecil ( parasetamol , tetrasiklin , levodopa ) akan meningkat . Efek

pada antagonis oleh analgesic antikolinergik dan narkotik meningkat sedasi dengan

depresan SSP .

Farmakologi / Cara Kerja Obat : Primperan mengandung zat aktif metoclopramide.

Primperan mempunyai cara kerja khusus pada berbagai kelainan pencernaan yang

umum dijumpai dalam bidang kedokteran seperti mual (nausea), muntah-muntah

(vomiting); perasaan kenyang (sensation of heaviness), kembung (meteorism), tidak

enak pada ulu hati (epigastric discomfort) atau kehilangan nafsu makan (anorexia),

perut merasa tidak enak atau sakit (abdominal discomfort or pain), ceklukan (hiccup)

dan sakit kepala karena gangguan pencernaan. Efek farmakologi

dari Metoclopramide adalah bekerja dalam saluran gastrointestinal dan CNS. Dalam

saluran Gastrointestinalmetoclopramide meningkatkan motilitas gastrointestinal tanpa

menstimulasi gastrium, pankreas dan sekresi empedu. Di dalam

CNS,metoclopramide nyata sebagai antagonis dopamine, anti-emeticpusat,

menghalangi dopamine di dalam chemo-reseptor trigger zone, extrapyrimidal, dan

efek stimulasi prolaktin.

Kemasan: Tablet 10 mg x 10 x 10

(Plumb, 1998).

Alasan Pemilihan Obat : Efek farmakologi dari Metoclopramide adalah bekerja

dalam saluran gastrointestinal dan CNS. Dalam saluran

Gastrointestinalmetoclopramide meningkatkan motilitas gastrointestinal tanpa

menstimulasi gastrium, pankreas dan sekresi empedu. Dalam hal ini, pasien

mengalami mual-mual, sehingga perlu pengatasan untuk pasien agar pasien merasa

nyaman. Dengan pemberian obat-obatan serta terapi non farmakologi, jika mual

pasien tidak ditangani, ada kemungkinan kepatuhan pasien dalam meminum obat

untuk anemianya akan mneurun. Mencegah hal tersebut, Metoklopramide dipilih

untuk membuat pasien lebih nyaman tanpa mual-mual.

3. INFUS RINGER LAKTAT

Komposisi : Na (130 mEq/L), Cl (109 mEq/L), Ca (3 mEq), dan laktat (28 mEq/L)-

Kemasan : 500, 1000 ml.

Dosis: 14 tetes/menit

Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah

komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung

Page 9: Off Book Hematologi

cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan

menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah.

Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi

saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan

cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.

Indikasi : RL merupakan cairan yang paling fisiologis dapat diberikan pada kebutuha

n volume dalam jumlah besar. RL juga banyak digunakan sebagai

replacement therapy, selain itu dapat mengembalikan keseimbangan elektrolit pada

keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena

menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan

penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya

paru-paru.

Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-

hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal

function & pre-eklamsia. 

Cara pemakaian: Pemakaian infus perlu bantuan tenaga medis, karena obat ini

diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan infusion set. Untuk usia dewasa,

maka pasienakan diberikan obat ini dengan dosis 14 tetes/menit, dengan lama

pemberian adalah sampaipasien tidak lemas kembali.

(Lacy, 2013).

Alasan pemilihan obat : diberikan sebagai asupan air, elektrolit, kalori dan nutrisi

vena pusat, karena pasien butuh tambahan kalori yang disebabkan karena penyakit

anemia yang dideritanya (nutrisi tubuh tidak terpenuhi akibat jumlah O2 dalam tubuh

yang sedikit dan juga Hb sehingga proses pengangkutan dan penyaluran sari-sari

makanan tidak sempurna sehingga tubuh akan kekurangan nutrisi dan energy). Untuk

mengcover hal tersebut maka diberi infuse ringer laktat. Selain itu infuse ringer laktat

juga tidak ada interaksi dengan makanan atau obat lain sehingga pemberian infus

iniaman untuk digunakan,

C. TERAPI NON FARMAKOLOGI

Mencukupkan asupan nutrisi Fe, asam folat, dan vitamin B12 dengan mengkonsumsi

sayur-sayuran hijau, buah-buahan, ikan laut, dan unggas.

Page 10: Off Book Hematologi

Perbaikan diet sehari-hari yaitu diberikan makanan yang bergizi tinggi dalam hal ini

diutamakan protein hewani, susu, kuning telur.

Istirahat yang cukup dan tidak melakukan aktivitas berlebihan.

Pemberian vitamin C sangat diperlukan untuk membantu penyerapan besi. Diberikan

dengan dosis 3 x 100 mg.

(Bakta, 2007)

D. MONITORING

1. Memantau kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat.

2. Keluhan-keluhan yang dirasakan pasien berkurang.

3. Memantau efek samping yang muncul pada pasien.

4. Memantau diet yang diberikan kepada pasien.

5. Perbaikan gejala anemia.

6. Monitoring terhadap kadar Hb, jika kadar Hb masih rendah maka perlu diberi

transfusi darah.

E. KIE

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya baik penyebab serta

gejala-gejala yang muncul.

2. Memberitahukan pada pasien mengenai terapi non farmakologi untuk menunjang terapi

farmakologi.

3. Memberikan nasihat pada pasien agar segera melaporkan ke dokter atau apoteker jika ada

keluhan dalam menggunakan obat sehingga tidak memperparah sakit yang

dideritanya.

4. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang obat yang diberikan, nama, fungsi,

dosis, waktu dan cara penggunaan, serta menjelaskan kemungkinan efek samping

yang terjadi.

5. Menekankan pada pasien untuk kembali datang dan memeriksakan diri jika setelah

diberi obat justru muncul gejala lain yang diakibatkan oleh obat, agar segera

ditangani dengan tepat.

KESIMPULAN

Diperoleh data subjektif pasien, yakni Ny. AP, usia 17 tahun. Masuk RS pada tanggal

06 Mei 2011 dan keluar pada tanggal 15 Mei 2011. Pasien datang dengan keluhan

demam ± 2 hari, eneg di ulu hati, perut kenceng, mata terlihat kuning

Page 11: Off Book Hematologi

Data laboratorium yang paling berpengaruh adalah Hb dan Hct pasien, serta eritrosit

yang menurun. Diagnosa dokter menyatakan bahwa pasien mengalami anemia

mikrositik hipokromik

Tujuan terapi yang dilakukan adalah menyembuhkan anemia mikrositik yang dialami

pasien, meringankan mual (eneg) di ulu hati yang dialami pasien, dan memberikan

infus untuk mengganti cairan tubuh yang hilang

Terapi yang direkomedasikan adalah

Obat Dosis 06 Mei 07 Mei 08 Mei

Ferro Fumarat 2 x Sehari, 1

tablet sekali

minum

Ya Ya Ya

Metoklopramide 3 x Sehari, 1

tablet sekali

minum

Ya Ya Ya

Infus Ringer

Laktat

14 tetes per

menit, sejak

masuk RS

Ya Ya Ya

Terapi non farmakologi yang diberikan adalah pemberian makanan atau minuman yang

mengandung Fe, vitamin B12, asam folat, serta asupan makanan dan minuman bergizi

lainnya.

Monitoring dilakukan, terutama terhadap kadar Hb, diharpkan Hb mengalami

peningkatan

DAFTAR PUSTAKA

Arliana, D, 2010, Anemia Defisiensi Zat Besi pada Balita, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Bakta, IM. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Di Piro, T, Joseph, dkk., 2009 Pharmacotherapy Handbook, 7th Edition, The McGraw Hill

Companies

Page 12: Off Book Hematologi

Kalbe Farma, 2011, Emineton,

http://id.kalbe.co.id/ProdukdanJasa/ObatResep/ProdukAZ/tabid/267/ID/2161/

EMINETON.aspx, Diakses tanggal 21 November 2013.

Lacy, Charles F., dkk, 2013, Drug Information Handbook 20th Edition, Lexi Comp, Amerika

Muhammad A, Sianipar O, 2005, Penentuan Defisiensi Anemia Penyakit Kronis

Menggunakan Peran Indeks sTfR-F, Indonesian Journal of Clinical Pathology and

Medical Laboratory 12 (1): 9-15.

Permono, Bambang, IDG Ugrasena, Mia Ratwita A., 2006, Anemia Defisiensi Besi,

http://www.pediatrik.com. Diakses tanggal 20 November 2013.

Plumb, DC, 1998. Veterinary Drug Handbook, Edisi ke-Tiga, Iowa State Univ. Pr, USA.

Raspati H., Reniarti L., Susanah S., 2005, Buku Ajar Hematologi Onkologi Anak.“Anemia”.

Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Sudoyo, Aru W, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Interna Publishing, Jakarta.