manajemen pajak penghasilan perusahaan kontraktor

17
1 Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor Pertambangan (Studi Kasus PT.X) Rismatio, Milla Setyowati Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Perpajakan [email protected] ABSTRAK Manajemen pajak merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka melakukan pembayaran pajak secara optimal sesuai dengan koridor aturan perpajakan yang berlaku (legal). Perusahaan cenderung lebih mementingkan business profit dibandingkan dengan aspek perpajakan terkait, padahal akibat dari pelanggaran aturan perpajakan akan mengakibatkan denda, sanksi administrasi bahkan tindak pidana di bidang perpajakan. Oleh karena itu, divisi perpajakan PT.X mulai menerapkan manajemen pajak dengan 3 prinsip, yaitu perencanaan pajak (tax planning), implementasi pajak (tax implementation) dan pengawasan pajak (tax control). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen pajak yang dapat diterapkan pada perusahaan kontraktor tambang pada umumnya dan PT.X pada khususnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitiannya adalah PT.X belum menerapkan manajemen pajak secara optimal dengan alasan adanya kesalahan dalam menerapkan peraturan dan tarif pajak yang berlaku yang mengakibatkan adanya resiko kurang bayar dan sanksi administrasi perpajakan. Kata kunci : Manajemen Pajak, Pajak Penghasilan dan Pertambangan ABSTRACT Tax Management is effort that done by a company in order to pay tax optimally in accordance with legal taxation rules. Company tends to be more concern business profit than related taxation aspect. Meanwhile, the consequence of breaking the taxation rules will cause sanctions of fine, administration, even criminal offense getiing jailed. Therefore, taxation division of PT.X starts to apply tax management with 3 principles, those are tax planning, tax implementation, and tax control. The purpose of this research is to analyze tax management that can be applied in a mining contractor in general and PT.X in specific. This research is using qualitative approach with in-depth interview and literature review as the technic of gathering datas.The result of the research is PT.X has not applied tax management optimally, because there is a mistake in applying rules and applicable tax rate that caused risk of excess tax and tax adminitration sanction. Keyword : Tax management, tax income, and mining Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

1  

 

Manajemen Pajak Penghasilan

Perusahaan Kontraktor Pertambangan (Studi Kasus PT.X)

Rismatio, Milla Setyowati

Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Perpajakan

[email protected]

ABSTRAK

Manajemen pajak merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka melakukan pembayaran pajak secara optimal sesuai dengan koridor aturan perpajakan yang berlaku (legal). Perusahaan cenderung lebih mementingkan business profit dibandingkan dengan aspek perpajakan terkait, padahal akibat dari pelanggaran aturan perpajakan akan mengakibatkan denda, sanksi administrasi bahkan tindak pidana di bidang perpajakan. Oleh karena itu, divisi perpajakan PT.X mulai menerapkan manajemen pajak dengan 3 prinsip, yaitu perencanaan pajak (tax planning), implementasi pajak (tax implementation) dan pengawasan pajak (tax control). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen pajak yang dapat diterapkan pada perusahaan kontraktor tambang pada umumnya dan PT.X pada khususnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitiannya adalah PT.X belum menerapkan manajemen pajak secara optimal dengan alasan adanya kesalahan dalam menerapkan peraturan dan tarif pajak yang berlaku yang mengakibatkan adanya resiko kurang bayar dan sanksi administrasi perpajakan.

Kata kunci :

Manajemen Pajak, Pajak Penghasilan dan Pertambangan

ABSTRACT

Tax Management is effort that done by a company in order to pay tax optimally in accordance with legal taxation rules. Company tends to be more concern business profit than related taxation aspect. Meanwhile, the consequence of breaking the taxation rules will cause sanctions of fine, administration, even criminal offense getiing jailed. Therefore, taxation division of PT.X starts to apply tax management with 3 principles, those are tax planning, tax implementation, and tax control. The purpose of this research is to analyze tax management that can be applied in a mining contractor in general and PT.X in specific. This research is using qualitative approach with in-depth interview and literature review as the technic of gathering datas.The result of the research is PT.X has not applied tax management optimally, because there is a mistake in applying rules and applicable tax rate that caused risk of excess tax and tax adminitration sanction.

Keyword :

Tax management, tax income, and mining

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 2: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

2  

 

1. Pendahuluan

Perusahaan dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia harus melaksanakan

kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Reformasi perpajakan di Indonesia mengakibatkan wajib pajak (WP) terutama WP badan

melakukan kewajiban perpajakannya dengan self assessment system, yaitu suatu sistem

pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada WP untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus

dibayar. WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya membutuhkan informasi yang

benar dan lengkap mengenai penghasilan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan dalam

rangka menjalankan usahanya, sehingga dapat memperhitungkan pajak yang adil dan wajar

sesuai dengan kemampuan ekonominya. Dalam menyajikan informasi tersebut, WP harus

menyelenggarakan pembukuan.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 29, pembukuan

adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan

informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta

jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun

laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.

Menurut Sumarsan (2012), perusahaan dalam menyelenggarakan pembukuan harus

memenuhi syarat, yaitu mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya dengan

itikad baik, diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan

mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia, diselenggarakan dengan prinsip taat

azas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas, pembukuan dengan menggunakan bahasa

asing dan mata uang selain rupiah dapat diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat

ijin Menteri Keuangan, perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku, harus

mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak, pembukuan sekurang-kurangnya terdiri

dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan

pembelian, sehingga dapat besarnya pajak yang terutang, dokumen-dokumen yang menjadi

dasar pembukuan dan pencatatan serta dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan

usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak wajib disimpan selama sepuluh tahun.

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 3: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

3  

 

Ketentuan penyelenggaraan pembukuan dalam Undang-Undang Perpajakan memberikan

batasan tertentu terhadap penyajiannya karena terdapat pengakuan penghasilan dan biaya

yang diakui oleh SAK tetapi tidak diakui oleh peraturan pajak. Perbedaan pengakuan

penghasilan dan beban mengakibatkan interpretasi yang berbeda antara WP dengan fiskus.

Hal ini menimbulkan perbedaan antara jumlah laba komersial dengan jumlah laba fiskal (tax

book difference). Terhadap perbedaan yang timbul tersebut, WP harus melakukan rekonsiliasi

fiskal, yaitu suatu mekanisme penyesuaian penghasilan dan/atau biaya komersial yang telah

dicatat sesuai dengan standar akuntansi dengan ketentuan (aturan) perpajakan yang berlaku.

Didalam rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal, yaitu koreksi hasil penyesuaian dari

laporan keuangan komersial pada saat menyusun laporan keuangan fiskal. Koreksi fiskal

dibagi menjadi dua, yaitu koreksi positif maupun koreksi negatif. Koreksi positif adalah

penyesuaian terhadap laporan keuangan komersial sehingga menghasilkan penghasilan (laba)

fiskal. Koreksi positif akibat dari penurunan atau penghapusan biaya karena menurut

peraturan dan Undang-Undang perpajakan biaya tersebut tidak diakui sehingga tidak

diperkenankan untuk mengurangi penghasilan fiskal. Contoh : biaya sumbangan. Koreksi

positif juga disebabkan adanya kenaikan penghasilan yang belum diakui dalam laporan

keuangan komersial. Contoh : dalam penjualan kredit, perusahaan belum mengakui adanya

penghasilan karena kas belum diterima (komersial) sedangkan dalam pajak, perusahaan harus

memasukkan penghasilan atas penjualan kredit tersebut walaupun kas belum diterima.

Koreksi negatif adalah penyesuaian terhadap laporan keuangan komersial sehingga

menurunkan penghasilan (laba) fiskal. Koreksi negatif disebabkan adanya penghapusan

penghasilan karena penghasilan tersebut bukan obyek pajak atau telah dikenakan pajak yang

bersifat final. Koreksi negatif juga disebabkan adanya kenaikan biaya yang dapat

dikurangkan. Contoh : selisih penggunaan metode penyusutan aktiva tetap.

Dalam penelitian ini dilakukan studi kasus terhadap PT.X yang merupakan perusahaan

kontraktor pertambangan yang menerima penghasilan dari pekerjaan jasa pengerukan lapisan

tanah dan persewaan alat berat. Alasan PT.X diambil sebagai obyek penelitian dikarenakan

PT.X merupakan kontraktor pertambangan yang melakukan transaksi dengan pemilik

tambang batubara generasi pertama di Indonesia yang mendapat fasilitas tertentu di bidang

perpajakan dari Direktorat Jenderal Pajak, seperti PPN tidak dipungut atas transaksi dengan

pemilik tambang batubara generasi pertama dan pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa dengan

tarif sebesar 10%, yang seharusnya 2%. Waktu penelitian yang digunakan adalah antara tahun

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 4: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

4  

 

2013 sampai dengan tahun 2014 dikarenakan sejak tahun 2013 penerapan aturan di atas mulai

diterapkan di PT.X.

Dalam menjalankan usahanya, PT.X menerima penghasilannya tergantung dari

berbagai hal, misalnya curah hujan yang tinggi, permintaan batubara di dunia, kondisi

ekonomi di dunia, dan kondisi politik di Indonesia. PT.X selaku kontraktor pertambangan,

hasil kerjanya dihitung dari total tanah yang sudah dikeruk sampai dengan menemukan

batubara dan jam kerja alat berat yang digunakan (sewa). Dari sisi curah hujan yang tinggi,

PT.X tidak bisa melakukan pengerukan batubara dikarenakan air hujan akan menggenangi

lokasi tambang sehingga tidak ada penghasilan yang diperoleh karena kondisi tersebut,

sedangkan biaya akan tetap muncul misalnya uang makan operator alat berat tetap dihitung

karena yang bersangkutan datang ke kantor setiap hari walaupun belum bisa melakukan

pengerukan tambang dikarenakan masih ada genangan air dan bunga serta cicilan bunga dan

pokok angsuran leasing alat berat akan menjadi biaya walaupun tidak dioperasikan. Dari sisi

permintaan batubara di dunia, pada musim dingin negara-negara Eropa akan melakukan

permintaan batubara lebih banyak dibandingkan musim lainnya. Karena faktor jarak yang

jauh, waktu pengiriman yang relatif lama yang mengakibatkan harga batubara menjadi mahal,

negara-negara di Eropa mulai melakukan penelitian untuk mengganti batubara ke sumber

energi lain yang lebih ekonomis dan praktis. Hal ini berakibat banyaknya jumlah batubara

yang dihasilkan akan tetapi tidak ada pembelinya atau dalam hukum ekonomi disebut

penawaran lebih besar daripada permintaan sehingga akan ada kelebihan stock di penjual.

Penyimpanan batubara dalam jumlah besar dan lama akan menambah biaya (cost) dan

kualitas batubara sehingga para penjual (exportir) cenderung menjual batubara dengan harga

murah supaya tidak ada penumpukan stock di gudangnya. Dari sisi kondisi ekonomi di dunia

akan berpengaruh nilai tukar mata uang Dollar Amerika Serikat terhadap mata uang Rupiah

dimana kontrak jasa pertambangan dan penyewaan alat berat dilakukan dalam Dollar Amerika

Serikat. Hal ini mengakibatkan semakin lemah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

maka penghasilan yang diterima oleh PT.X akan semakin kecil dan sebaliknya. Dari sisi

kondisi politik di Indonesia, Pemerintah sejak tahun 2014 melakukan pembatasan kuota

produksi untuk menjaga stok batubara di masa depan dan pembatasan kuota untuk ekspor

batubara guna memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. Hal ini mengakibatkan adanya

pembatasan penghasilan yang diterima yang berujung pada kerugian di PT.X dikarenakan

biaya lebih besar daripada penghasilan.

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 5: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

5  

 

Dikarenakan hal tersebut, PT.X perlu melakukan efisiensi dalam menjalankan

usahanya. Salah satu efisiensi yang dilakukan adalah menutup lokasi tambang yang

berpotensi merugi dan merumahkan hampir 70 persen karyawannya (PHK). Akan tetapi hal

tersebut belum cukup untuk menutupi kerugian yang ada di PT.X dikarenakan masih ada

biaya-biaya tetap (fixed cost) yang tidak berpengaruh pada penghasilan, misalnya biaya

leasing, biaya sewa, biaya penyusutan, dll. PT.X perlu melakukan manajemen usaha dalam

rangka keberlangsungan usahanya yang harus didukung oleh direksi dan seluruh karyawan

PT.X. Salah satu kontribusi yang dapat dilakukan oleh divisi pajak PT.X adalah melakukan

manajemen pajak. Dalam Santoso dan Rahayu (2013), manajemen pajak perusahaan memiliki

4 (empat) critical variables, yaitu meminimumkan tarif pajak (minimum tax rate),

mengoptimalkan biaya pengurang (optimize tax deductions), maksimalisasi pengecualian

penghasilan (maximize income exemption) dan eksplorasi fasilitas atau insentif pajak yang ada

(explore allowable tax facilities/incentives).

Dalam posisi merugi, critical variables yang dapat diterapkan oleh PT.X adalah

mengoptimalkan biaya pengurang (optimize tax deductions) dan eksplorasi fasilitas atau

insentif pajak yang ada (explore allowable tax facilities/incentives). Optimalisasi biaya

pengurang (optimize tax deductions) merupakan pengakuan seluruh biaya yang

diperkenankan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Walaupun

posisi PT.X adalah mengalami kerugian, mengoptimalkan biaya pengurang (optimize tax

deductions) harus dilakukan dikarenakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor

17/PMK.03/2013 Pasal 4 ayat (2) yang berbunyi :

“Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat

dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut : wajib pajak menyampaikan

Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, selain yang mengajukan

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada

ayat (1); wajib pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan

pembayaran pajak; wajib pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan

rugi”

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 6: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

6  

 

Optimize tax deductions merupakan langkah awal manajemen pajak dalam rangka

mengantisipasi adanya pemeriksaan pajak terhadap koreksi biaya yang timbul di laporan

keuangan fiskal PT.X sehingga kecil kemungkinan adanya perubahan keadaan dari rugi

menjadi laba yang mengakibatkan timbulnya PPh Badan terutang di akhir pemeriksaan seperti

banyak kasus pemeriksaan sebelumnya. Eksplorasi fasilitas atau insentif pajak yang ada

(explore allowable tax facilities/incentives) merupakan ketentuan khusus yang dibuat oleh

perumus kebijakan untuk memberi stimulus di bidang perpajakan bagi sektor-sektor industi

yang dituju supaya lebih ringan dibandingkan ketentuan pada umumnya. David Holland dan

Richard J.Vann dalam tulisannya yang berjudul “Income Tax Incentives for Investment”

sebagaimana disitir oleh Santoso dan Rahayu (2013) menyebutkan 5 (lima) jenis fasilitas

(insentif) pajak, yaitu (i) tax holidays, dimana wajib pajak diberikan pembebasan pembayaran

pajak dalam periode tertentu; (ii) investment allowances and tax credits, berupa pengurangan

basis pengenaan pajak atau kredit pajak yang jumlahnya dihitung atas suatu formula

berdasarkan jumlah investasi yang ditanamkan; (iii) timing differences, berupa perbedaan

waktu antara ketentuan perhitungan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal,

misalnya percepatan pengakuan biaya (acceleration of deductions) dan penundaan pencatatan

penghasilan (deferral of the recognition of income); (iv) tax rate reductions, berupa

pengurangan tarif pajak dari suatu jumlah/persentase atau tingkatan tarif tertentu ke tingkatan

tarif dibawahnya; dan (v) administratif discretion, berupa proses administrasi yang selektif

untuk mendapatkannya karena terkait dengan pemenuhan kriteria yang menjadi persyaratan.

Fasilitas pajak yang dapat digunakan oleh PT.X adalah administratif discretion, misalnya

mengajukan SKB (Surat Keterangan Bebas) PPh Pasal 23 atas tahun pajak berjalan supaya

tidak ada pemotongan pajak yang menjadi kredit pajak di PT.X dan berakhir pada SPT PPh

Badan yang lebih bayar.

Pada posisi rugi, pengelolaan kas yang efektif (effective cash management) untuk

pembayaran pajak merupakan salah satu alternatif dalam manajemen pajak yang dapat

diterapkan di PT.X. Implementasi pengelolaan kas yang efektif menekankan prinsip nilai

waktu dari uang (time value of money) melalui optimalisasi pelaksanaan hak dan pemenuhan

kewajiban perpajakan seperti pembayaran pajak tepat waktu dan menghindari keterlambatan

serta pengajuan pembebasan pemotongan pajak dan/atau pengurangan pembayaran pajak

sejalan dengan fasilitas pajak berupa administratif discretion. Pembayaran pajak yang tepat

waktu dapat memudahkan perusahaan untuk memenuhi kriteria menjadi wajib pajak patuh

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 7: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

7  

 

(golden taxpayer) dalam rangka mendapatkan mendapatkan hak privilese perpajakan berupa

pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak sehingga memberikan keuntungan

kepada PT.X berupa pengelolaan kas yang efektif karena adanya perputaran uang dari

restitusi pajak tersebut.

Tujuan penulisan adalah menganalisis manajemen pajak penghasilan pada perusahaan

kontraktor pertambangan (studi kasus PT.X) tahun 2013-2014. Penelitian ini menggunakan

PT.X yang merupakan perusahaan kontraktor pertambangan sebagai studi kasus karena setiap

tahun PT.X selalu mengajukan restitusi pajak atas PPh Badan yang mengakibatkan

dilakukannya pemeriksaan pajak. Kondisi tersebut menyebabkan pentingnya manajemen

pajak bagi PT.X agar dapat meminimalkan sanksi administrasi perpajakan. Alasan lain PT.X

melakukan manajemen pajak supaya ada pengelolaan kas yang efektif (effective cash

management) dengan memanfaatkan fasilitas pajak yang diberikan oleh Direktorat Jenderal

Pajak melalui administratif discretion.

2. Tinjauan Teoritis

Hutagaol (2007) dalam bukunya yang berjudul Perpajakan Isu-Isu Kontemporer

mengemukakan bahwa secara umum pengertian manajemen pajak adalah proses perencanaan,

implementasi serta pengendalian kewajiban dan hak di bidang perpajakan sehingga

pemenuhannya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Definisi lain dikutip dari Pohan

(2013) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perpajakan : Strategi Perencanaan dan

Bisnis, majamen pajak adalah upaya menyeluruh yang dilakukan oleh wajib pajak orang

pribadi maupun badan usaha melalui proses perencanaan, pelaksanaan (implementasi) dan

pengendalian kewajiban dan hak perpajakannya, agar hal-hal yang berhubungan dengan

perpajakan dari orang pribadi, perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik,

efisien dan efektif, sehingga dapat memberikan kontribusi maksimal bagi perusahaan dalam

rangka peningkatan laba atau penghasilan.

Definisi manajemen pajak memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari tax planning.

Menurut Santoso dan Rahayu (2013) dalam bukunya yang berjudul Corporate Tax

Management : Mengulas upaya pengelolaan pajak perusahaan secara konseptual – praktikal,

memberikan penjelasan terkait manajemen pajak yang memiliki ruang lingkup yang lebih luas

dari tax planning, yaitu :

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 8: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

8  

 

“tax management is an integrated effort continually performed by the taxpayers to

manage its taxation affairs in the most economic, efficient and effective ways for the

benefits of its going concern without distorting the government regulation”

Manajemen pajak sebagai suatu usaha menyeluruh yang dilakukan terus-menerus oleh wajib

pajak agar semua hal yang berkaitan dengan urusan perpajakan dapat dikelola dengan

ekonomis, efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan kontribusi maksimum bagi

kelangsungan usaha wajib pajak tanpa mengorbankan kepentingan penerimaan negara.

Pengelolaan pajak yang ekonomis mengandung arti bahwa jumlah biaya yang dikeluarkan

dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan (tugas administrasi perpajakan)

diusahakan semininal mungkin oleh perusahaan, misalnya perusahaan mempekerjakan

karyawan di divisi pajak dengan gaji seminimal mungkin. Efektif, mengandung arti

kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai atau melakukan hal yang tepat sesuai

sasaran yang memadai. Sebagai contoh dalam pemeriksaan pajak, hasil koreksi berbanding

lurus dengan efektivitas pengelolaan administrasi pajak, dimana semakin kecil koreksi dalam

pemeriksaan pajak maka perusahaan berhasil menerapkan efektivitas pengelolaan

administrasi perpajakannya dengan baik dan sebaliknya. Efisien, berarti kemampuan

melakukan sesuatu dengan tepat yang mendasari proses input dan ouput atau kemampuan

meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisai. Sebagai contoh,

keberhasilan wajib pajak dalam efisiensi pemanfaatan dana (time value of money), penerapan

strategi penghematan tanpa menimbulkan masalah atau beban di kemudian hari dan

pelaksanaan tugas administrasi perpajakan secara memuaskan dalam konteks waktu dan biaya

yang terukur.

Dalam manajemen pajak terdapat istilah penghindaran pajak dan penyelundupan

pajak. Penghindaran pajak merupakan upaya manajemen pajak yang masih dalam ketentuan

perpajakan (legal) yang terdiri dari penyelidikan pajak (tax investigation), perencanaan pajak

(tax planning), perlindungan pajak (tax shelter), tax flight, dan pergeseran pajak (tax shifting),

sedangkan penyelundupan pajak merupakan upaya manajemen pajak yang sudah

menyimpang dari ketentuan perpajakan (ilegal). Ada beberapa faktor yang mendorong WP

untuk melakukan penghematan pajak secara ilegal yaitu pertama, jumlah pajak yang terutang

dimana semakin besar pajak terutang yang harus dibayar, maka semakin besar keinginan WP

untuk melakukan penyimpangan di bidang perpajakan. Kedua, resiko terdeteksi pelanggaran

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 9: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

9  

 

oleh fiskus yang mengakibatkan terjadi penyuapan antara fiskus dan WP. Ketiga, adanya

sanksi yang ringan terhadap WP yang melakukan pelanggaran sehingga WP tidak takut untuk

dikenai sanksi oleh fiskus. Dalam Santoso dan Rahayu (2013) pelaksanakan manajemen pajak

dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:

§ cara yang masih dalam bingkai peraturan perpajakan (legal) : pemenuhan kewajiban

perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat sehingga dapat menghindari pemborosan

sumber daya, misalnya penyelidikan pajak (tax investigation), perencanaan pajak (tax

planning), perlindungan pajak (tax shelter), tax flight, dan pergeseran pajak (tax

shifting). Ciri manajemen pajak secara legal adalah memiliki karakterikstik memiliki

tujuan usaha yang baik, bukan semata-mata untuk menghindari pajak, sesuai dengan

spirit & intension of parliament dan tidak melakukan transaksi yang direkayasa.

§ cara yang melanggar peraturan perpajakan (ilegal) : melakukan rekayasa usaha dan

transaksi wajib pajak supaya utang pajak yang dibayar seminimal mungkin. Ciri-ciri

dari manajemen pajak ilegal adalah tidak memiliki tujuan usaha yang baik, semata-

mata untuk menghindari pajak, tidak sesuai dengan spirit & intension of parliament

dan adanya transaksi yang direkayasa agar menimbulkan biaya-biaya atau kerugian.

Menurut Gunadi dalam Santoso dan Rahayu (2013) terdapat beberapa faktor penyebab WP

melakukan manajemen pajak yaitu

§ tingginya tarif pajak (high tax rates), mengharuskan WP untuk melakukan manajemen

pajak supaya dapat meminimalisir pajak yang akan dibayarkan. Sebaliknya jika tarif pajak

yang rendah, WP cenderung membayar pajak sesuai ketentuan perundang-undangan yang

berlaku dan lebih berfokus pada kegiatan bisnisnya.

§ ketidakjelasan (imprecise) peraturan, mengakibatkan WP dapat bermain di grey area yang

dijadikan suatu sarana untuk pengelolaan kewajiban perpajakan. WP melakukan riset

perpajakan dalam rangka membangun argumentasi dan justifikasi dalam pengambilan

keputusan dalam bisnis di bidang perpajakan dengan memperhatikan aspek hukum

perjanjian, pencatatan akuntansi, dll.

§ terlalu kecilnya sanksi (insufficient penalties), mengakibatkan WP tidak terlalu peduli

apabila sudah dilakukan manajemen pajak. Menurut WP benefit yang diperoleh dari suatu

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 10: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

10  

 

tax planning memberikan hasil (kontribusi) lebih besar dari eksposure sanksi perpajakan

yang akan diterimanya.

§ kekurangwajaran dan ketidakmerataan, dihubungkan dengan manfaat/benefit dari

pembayaran pajak dalam kaitannya dengan azas keadilan dan kemerataan. Hal ini berarti

pajak merupakan harga yang harus dibayar sehubungan dengan manfaat/benefit yang

diterima dari pelayanan publik yang disediakan oleh Pemerintah. WP dengan penghasilan

tinggi mengklaim untuk mendapatkan fasilitas yang lebih karena telah membayar pajak

lebih tinggi sedangkan dalam kenyataannya tidak ada perbedaan fasilitas umum yang

diberikan Pemerintah bagi pembayar pajak besar maupun kecil.

§ distorsi dalam sistem pemajakan, muncul apabila rasa kepercayaan (trust) wajib pajak

hilang atau luntur karena unsur-unsur pokok sistem perpajakan seperti kebijakan

perpajakan (tax policy), UU perpajakan (tax laws) dan administrasi perpajakan (tax

administration) tidak berfungsi dengan baik. Kinerja sistem perpajakan yang buruk seperti

kurang selarasnya kebijakan pajak pusat dan daerah, peraturan perpajakan yang multi-

interpretatif, administrasi pelayanan kantor yang korup akan mengakibatkan iklim

perpajakan yang kondusif bagi dilakukannya upaya penghindaran atau penyelundupan

pajak.

Santoso dan Rahayu (2013) memamparkan tujuan pokok manajemen pajak yaitu

secara finansial-mikro, meminimalisir beban/biaya pajak; secara organizational makro :

memaksimalkan laba setelah pajak (after tax profit); secara praktikal : mengurangi kejutan –

kejutan jika terjadi (dilakukannya) pemeriksaan pajak (tax audit) oleh pihak otoritas pajak dan

memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang belaku.

Sejalan dengan hal tersebut, Suwandy (2011) memaparkan tujuan utama dari manajemen

pajak adalah melaksanakan peraturan perpajakan secara benar dan mengupayakan efisiensi

dalam mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya, dimana keduanya dapat dicapai melalui

fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri dari perencanaan pajak (tax planning),

pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation), pengawasan pajak (tax control). Hal

ini dapat diterapkan dari teori Griffin dalam Budi (2013) mengenai aktivitas dan proses

manajemen.

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 11: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

11  

 

Manajemen pajak terbagi atas 3 (tiga) jenis, yaitu perencanaan pajak, implementasi

pajak dan pengawasan pajak. Dalam perencanaan pajak ada 2 (dua) mekanisme yang

harus diperhatikan, yaitu mekanisme taxability dan deductibility dimana jika perusahaan

membiayakan pemberian imbalan kepada karyawan, maka dapat menjadi penghasilan bagi

karyawan dan apabila apabila penghasilan yang diterima karyawan bukan termasuk kelompok

penghasilan sesuai ketentuan perpajakan maka perusahaan tidak membiayakan penghasilan

tersebut. Mekanisme gross up merupakan kenaikan dasar pengenaan pajak dikarenakan

adanya suatu sebab (misalnya karyawan tidak mau dipotong Pajak Penghasilan sedangkan

penghasilannya merupakan obyek pajak dan terutang pajak) dan berakibat bertambahnya

jumlah pajak yang terutang dari yang semestinya. Perencanaan pajak, implementasi pajak dan

pengawasan pajak saling bersinergi atau mendukung dalam upaya penghematan pajak dalam

mengefisienkan beban pajak yang terutang sehingga dihasilkan PPh Badan yang optimal.

3. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Menurut Sugiyono (2008) pendekatan kualitatif adalah

“penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi” Penelitian kualitatif dilakukan untuk tujuan mengeksplor fenomena-fenomena sosial

yang tidak dapat dikuantifikasikan dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk

oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analis data yang relevan yang diperoleh

dari situasi yang alamiah. Sesuai dengan definisi pendekatan kualitatif menurut Sugiyono

tersebut, penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis manajemen pajak

yang terjadi di PT.X. Penelitian ini mengembangkan pertanyaan dasar tentang bagaimana

manajemen pajak dapat diterapkan di PT.X.

Menurut Prasetyo dan Jannah dalam Rifai (2014), jenis penelitian dikategorikan

menjadi empat, yaitu berdasarkan manfaat penelitian, tujuan penelitian, dimensi waaktu dan

teknik pengumpulan data.

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 12: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

12  

 

Tujuan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif studi kasus karena penelitian ini

menggambarkan suatu fenomena atau gejala, yaitu manajemen pajak yang terjadi di PT.X.

Neuman menjelaskan pengertian deskriptif sebagai berikut :

“Descriptive research presents a picture of the specific details of a situation, social setting or relationship; it focus on how?” and “who” questions : “How did happen?” “Who is involved?” A great deal of social research is descriptive. Descriptive researchers use most data gathering techniques (survey, field research, content analysis and historical comparative research”

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan dan mengangkat suatu kondisi yang timbul

di masyarakat yang menjadi obyek penelitian berdasarkan apa yang terjadi dan memfokuskan

obyek penelitian pada suatu unit tertentu dari berbagai variabel. Penelitian deskriptif identik

dengan penelitian yang menggunakan pertanyaan “bagaimana” dalam mengembangkan

informasi yang ada. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menggambarkan mekanisme

suatu proses dan menciptakan seperangkat kategori atau pola.

3.1. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui pengaturan data secara logis

dan sistematis yang dilakukan sejak awal penelitian dimulai (terjun ke lokasi penelitian)

hingga akhir penelitian (pengumpulan data). Dalam penelitian ini, teknik analisis data dimulai

dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, baik data dari wawancara,

pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan di lokasi penelitian, dokumen

pribadi dan dokumen resmi. Setelah data dibaca dan dipelajari secara cermat, maka akan

dilakukan reduksi data melalui abstraksi, yaitu usaha membuat rangkuman yang inti, proses

dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah

selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan. Satuan-satuan kemudian dibuat menjadi

kategori-kategori sambil melakukan koding. Tahap terakhir dari proses analisis data adalah

mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, tahap penafsiran data

dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa

metode tertentu.

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 13: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

13  

 

4. Pembahasan

4.1. Perencanaan dan implementasi pajak atas selisih kurs

Mata uang fungsional yang digunakan oleh PT.X adalah Rupiah, sedangkan laporan

laba rugi komersial menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat dengan alasan adanya

transaksi pembayaran tagihan menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat, misalnya

hutang leasing, pembelian sparepart dan pembayaran sewa. Sedangkan untuk pembayaran

gaji, pembayaran pajak dan sebagian pembayaran ke vendor masih menggunakan Rupiah. Hal

ini terjadi dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan masalah baru yaitu adanya

penumpukan atas selisih kurs pada saat pencatatan maupun pembayaran transaksi dengan

mata uang Dollar Amerika Serikat. Oleh sebab itu perencanaan pajak yang digunakan untuk

mengantisipasi hal tersebut menggunakan alternatif, yaitu :

- pembukuan dengan mata uang Rupiah

- pembukuan dengan mata uang Dollar Amerika Serikat

Sebagai contoh tanggal 02 Februari 2013, PT.X membeli peralatan safety secara kredit

dengan harga USD 500.000 dan PPn 10%. Nilai Kurs Tengah BI adalah Rp 9.550/USD dan

kurs pajak yang berlaku Rp 9.400/USD. Pada tanggal 15 Maret 2013, PT.X melunasi utang

pembelian tersebut dengan kurs Tengah BI sebesar Rp 9.600/USD dan kurs realisasi adalah

Rp 9.650/USD.

Salah satu efek dari proses penjabaran dan konversi mata uang asing adalah adanya

selisih pergerakan kurs yang terjadi dari waktu ke waktu. Selisih kurs dapat menimbulkan

laba atau rugi sebagai cerminan bottom line atau indikator yang dianggap penting dalam suatu

entitas usaha. Secara umum keuntungan selisih kurs merupakan Obyek Pajak Penghasilan dan

kerugian selisih kurs dapat dibiayakan atau mengurangi penghasilan bruto.

Setelah melakukan pertimbangan dengan manajemen mengenai permasalahan selisih

kurs, PT.X melakukan implementasi pajak dengan perubahan mata uang pembukuan dari

pembukuan dengan mata uang Rupiah menjadi pembukuan dengan mata uang Dollar

Amerika Serikat. Hal ini memang tidak akan menghapuskan selisih kurs secara keseluruhan

di laporan keuangan, akan tetapi dapat meminimalkan akibat dari selisih kurs yaitu rugi

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 14: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

14  

 

selisih kurs yang akan mengurangi laba perusahaan dan laba selisih kurs yang merupakan

obyek pajak penghasilan.

Untuk merealisasikan perubahan mata uang pembukuan tersebut, PT.X mengajukan

ijin menggunakan mata uang asing ke KPP Madya Jakarta Pusat 3 (tiga) bulan sebelum tahun

buku dimulai dengan melampirkan SPT Tahunan PPh Badan tahun terakhir, alasan

menggunakan pembukuan dengan mata uang asing dan proyeksi laporan keuangan. Hasilnya,

pada awal 2014 PT.X diijinkan untuk melakukan pembukuan dengan mata uang Dollar

Amerika Serikat dan penyampaian SPT PPh Badan menggunakan SPT Khusus pembukuan

dengan mata uang asing.

4.2. Perencanaan dan implementasi pajak atas beban penyusutan

Dalam rangka mendukung aktivitas pekerjaannya, perusahaan membeli aktiva tetap

berupa alat berat menggunakan pendanaan leasing dengan hak opsi dibandingkan dengan

pembelian langsung. Hal tersebut sehubungan dengan cash flow perusahaan yang berasumsi

bahwa pembelian aktiva tetap melalui leasing lebih menguntungkan daripada membeli

langsung dengan uang perusahaan dikarenakan jumlah uang yang dikeluarkan tidak terlalu

besar sehingga perusahaan dapat memutar kembali uang tersebut guna menghasilkan nilai

ekonomis, misalnya disimpan di Bank dapat menghasilkan bunga.

Pada saat perusahaan melakukan leasing dengan hak opsi, perusahaan diperkenankan

untuk membiayakan pokok angsuran leasing ditambah dengan bunga angsuran leasing. Hal

ini memberikan kemudahan bagi perusahaan karena tidak perlu memonitor atas penyusutan

aktiva leasing tersebut. Apabila aktiva leasing sudah lunas, maka perusahaan akan

membiayakan penyusutannya. Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat

disusutkan sepanjang masa manfaat yang disetimasi dengan syarat harta yang disusutkan

adalah harta berwujud, harta tersebut memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan

harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Untuk

itu, perusahaan harus merencanakan metode penyusutan yang akan digunakan atas aktiva

perusahaan supaya penyusutan tersebut dapat dibiayakan secara maksimal tanpa harus ada

koreksi dikemudian hari oleh fiskus. Untuk itu, perencanaan pajak yang digunakan untuk

mengantisipasi hal tersebut menggunakan alternatif, yaitu :

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 15: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

15  

 

- metode penyusutan dengan metode garis lurus

- metode penyusutan dengan metode saldo menurun

Pada saat terjadi pelunasan aktiva leasing, PT.X mulai melakukan penyusutannya dengan

menggunakan metode garis lurus selama 8 tahun (kelompok 2), sedangkan dari sisi pajak,

metode penyusutan yang digunakan adalah metode saldo menurun selama 8 tahun (kelompok

2). Misalkan aktiva yang akan disusutkan harga perolehannya sebesar USD 8.000.000 dengan

tingkat bunga rata-rata 10% per tahun.

Dari tabel di atas, PT.X menyusutkan aktiva yang sama dengan masa manfaat yang

sama, yaitu 8 tahun. Pada metode garis lurus, PT.X membebankan jumlah penyusutan yang

sama setiap tahunnya, yaitu USD 1.000.000/tahun sampai dengan masa manfaatnya habis.

Sedangkan dalam metode saldo menurun, PT.X membebankan jumlah penyusutan di awal

dengan nominal besar dan diakhir masa manfaat dengan nominal kecil. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa penerapan metode penyusutan dengan metode saldo menurun lebih

menguntungkan PT.X dibandingkan dengan metode garis lurus. Hal ini disebabkan adanya

beberapa faktor, pertama PPh Badan yang terutang lebih kecil dengan metode penyusutan

saldo menurun dikarenakan pembebanannya lebih besar di awal penyusutan sehingga

menghasilkan laba fiskal yang lebih kecil. Kedua, apabila PT.X mengalami penurunan

penghasilan bruto atau bahkan rugi di tahun berikutnya, kecil kemungkinan untuk membayar

PPh Terutang atau PPh terutang akan lebih kecil dikarenakan beban penyusutan dengan saldo

menurun lebih besar daripada Penghasilan bruto yang diterima oleh PT.X (seperti contoh

dalam tahun kedua). Ketiga, dari sisi pembayaran pajak (cash flow), PT.X dapat menghemat

pembayaran pajak atau menggeser pembayaran pajak sebesar selisih setiap tahunnya supaya

dapat digunakan untuk kepentingan lainnya. Dengan demikian adanya beda waktu dalam

penyusutan, akan bertemu di satu titik 0 (nol) atau bersifat nihil.

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 16: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

16  

 

5. Simpulan dan Saran

5.1. Simpulan

Tahapan manajemen pajak penghasilan yang diterapkan di PT.X meliputi perencanaan

pajak (tax planning), implementasi pajak (tax implementation), pengawasan pajak (tax

controlling). Pada tahap perencanaan dan implementasi pajak, PT.X melakukan beberapa

upaya seperti perubahan pembukuan dengan mata uang Dollar Amerika Serikat, perubahan

metode penyusutan dengan saldo menurun, pemberian kesejahteraan kepada karyawan berupa

tunjangan dalam bentuk uang, memasukkan aspek perpajakan dalam kontrak kerja kepada

pihak ketiga dan mengoptimalkan pengkreditan pajak yang telah dipotong. Pada tahap

pengawasan pajak, PT.X melakukan rekonsiliasi obyek pajak terhadap pajak yang terutang

dan melakukan audit pajak yang dilakukan oleh pihak ketiga. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan terhadap laporan keuangan, SPT Masa dan SPT Tahunan yang berkaitan dengan

implementasi manajemen pajak, maka PT.X sudah melakukan manajemen pajak penghasilan

tetapi belum maksimal (under comply). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kesalahan

dalam menerapkan peraturan dan tarif pajak yang berlaku yang mengakibatkan adanya resiko

kurang bayar dan sanksi administrasi perpajakan.

Saran

Dengan simpulan yang telah diungkapkan di atas, maka saran yang dapat diberikan

dalam penulisan skripsi ini adalah sosialisasi bagi divisi lain mengenai treatment manajemen

pajak penghasilan yang akan diberlakukan di PT.X sehingga memberikan gambaran kepada

divisi lain mengenai kegunaan manajemen pajak dan pembuatan kontrak kerja dengan vendor

yang didalamnya membahas aspek perpajakan yang terkait dengan transaksi tersebut sehingga

diperlukan dukungan dari semua divisi di PT.X supaya tercipta efisiensi biaya.

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015

Page 17: Manajemen Pajak Penghasilan Perusahaan Kontraktor

 

 

17  

 

Kepustakaan

Budi. Manajemen Pajak : Sebuah Pendekatan Komprehensif, Empirik dan Praktis. Jakarta : PT.Patama Indomitra Konsultan, 2013.

Gunadi. Akuntansi Pajak Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Baru. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997.

Hutagaol. Kapita Selekta Akuntansi Pajak. Jakarta : PT.Kharisma Bintang Kreativitas Prima, 2003

Neuman,  William  Lawrence.  Social  Research  Methods:  Qualitative  and  Quantitative  Approaches,  Fifth  Edition.  Boston:  Pearson  Education,  2003.  

Pohan. Manajemen Perpajakan : Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2013.

Santoso, Iman dan Ning Rahayu. Corporate Tax Management : Mengulas Upaya Pengelolaan Pajak Perusahaan Secara Konseptual – Praktikal. Jakarta : Observation & Research of Taxation (Ortax), 2013.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV.Alfabeta, 2008.

Sumarsan. Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Jakarta : PT.Indeks, 2012

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba 4, Jakarta, Juni 2012

Manajemen pajak..., Rismatio, FISIP UI, 2015