makalah “tuberkulosis”
TRANSCRIPT
-
Makalah Agent Penyakit
Tuberculosis
Disususun Oleh :
Kelompok VI
Agustina Tony ( G 601 11 006)
Fitriani (G 601 11 022)
Luh Suci Yuliartini ( G 601 11 030)
Dias Tuti (G 601 11 046)
Rahamt Hidayat (G 601 11 052)
Anggun Anugrah ( G 601 11 074)
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
-
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Tuberkulosis atau biasa disebut dengan TBC mata kuliah Agent Penyakit dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah ini.
Hal ini tidak lain karena keterbatasan kemampuan yang kami miliki, dan kiranya dapat
menjadi pelajaran bagi kami agar dapat lebih baik lagi. Kemudian segala kritik dan
saran akan kami terima dengan senang hati yang nantinya akan menjadi pembelajaran
bagi kami untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membacanya. Amin.
Palu, 17 Maret 2012
-
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit TBC.......................................................................................2
B. Epidemiologi Penyakit TBC........................................................................2
C. Etiologi Penyakit TBC.....3
D. Diagnosis Penyakit TBC......4
E. Pengobatan Penyakit TBC.............6
F. Pencegahan Penyakit TBC............8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................9
Daftar pustaka..................................................................................................................10
Lampiran..................11
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai
Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat
8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia
telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah
terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di
dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah
penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu
lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di
Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang
tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan
ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar
karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada
lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.
Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab
pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil
studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penyusunan makalah ini ialah Apakah sebenarnya
Penyakit Tuberkulosis (TBC)?
-
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit TBC
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah
TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada
sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini
juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika
diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks
Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat
disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam
lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang
tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan
ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar
karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada
lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.
B. Epidemiologi Penyakit TBC
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup
titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman
tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di
sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum,
rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di
Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat
berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak
membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai
masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue.
-
Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak
yang masih rentan daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah
memasukkan Imunisasi Tuberkulosis pada anak anak yang disebut sebagai
Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas imunisasi wajib nasonal
beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT
dan campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi
C. Etiologi Penyakit TBC
Penyebab penyakit TBC adalah Mycobacterium tuberculosis. kuman
tersebut mempunyai ukuran ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan
bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak
mempunyai selubung, tetapi lapisan luar tebal yang terdiri dari tipoid (
terutama asam mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap
pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga disebut basil tahan asam
(BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman TBC juga tahan dalam
keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.
Bakteri TBC ini mati dalam pemanasan 100oc selama 5 sampai 10
menit atau pada pemanasan 60oc Selma 30 menit, dan dengan alcohol 70-95%
selama 15-30 detik. bakteri ini tahan selama 1-2 jam diudara terutama
ditempat yang lembab dan gelap ( bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan
terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa
untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan
40x pertukaran udara perjam.
-
D. Diagnosis Penyakit TBC
Diagnosis TB paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan
sputum atau dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif
apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen SPS BTA hasilnya positif. Apabila hanya
1 spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau
pemeriksaan SPS diulang.
Pada orang dewasa, uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam
diagnosis, hal ini disebabkan suatu uji tuberkulin positif hanya menunjukkan
bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan Mycobacterium tubeculosis.
Selain itu hasil uji tuberkulin dapat negatif meskipun orang tersebut menderita
TB. Misalnya pada penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus),
malnutrisi berat, TB milier dan morbili.
Sementara diagnosis TB ekstra paru, tergantung pada organ yang
terkena. Misalnya nyeri dada terdapat pada TB pleura (pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan pembengkakan tulang
belakang pada Sponsdilitis TB. Seorang penderita TB ekstra paru
kemungkinan besar juga menderita TB paru, oleh karena itu perlu dilakukan
pemeriksaan dahak dan foto rontgen dada.
Secara umum diagnosis TB paru pada anak didasarkan pada:
Gambaran klinik
Meliputi gejala umum dan gejala khusus pada anak.
Gambaran foto rontgen dada Gejala-gejala yang timbul adalah:
Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
Milier Kavitas
Atelektasis/kolaps konsolidasi Destroyed lung
Konsolidasi (lobus) Kalsifikasi
Reaksi pleura dan atau efusi pleura Bronkiektasis
-
Uji tuberkulin
Uji ini dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan dengan cara
intra kutan) Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TB
dan kemungkinan ada TB aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat
negatif pada anak TB berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat
berat, pemberian imunosupresif, dan lain-lain).
Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari)
berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut telah
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis lansung pada anak biasanya
dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak.
Pemeriksaan serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.
Respons terhadap pengobatan dengan OAT
Kalau dalam 2 bulan menggunakan OAT terdapat perbaikan klinis,
akan menunjang atau memperkuat diagnosis TB.
-
E. Pengobatan Penyakit TBC
1. Jenis Dan Dosis Obat :
a) Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 %
populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini
sanat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu
kuman yang sedang berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kk
BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 10 mg/kg BB.
b) Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormant
(persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB
diberikan sama untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kal
seminggu.
c) Pirasinamid ( Z )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB
,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 35 mg/kg BB.
d) Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis yang sama penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75
gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50
gr/hari.
e) Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15
mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu
digunakan dosis 30 mg/kg/BB.
-
2. Prinsip Pengobatan TBC :
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa
jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya
semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh.Dosis tahap
intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal,
sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang digunakan
tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC
akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). uNtuk
menjamin kepatuhan penderita menelan obot , pengobatan perlu
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=Direcly Observed
Treatment) oleh seorang pengawas Menelan Obat (PMO ). Pengobatan
TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap
hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan
terhadap semua OAT terutama rifampisin . Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu sebagian besar
penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif ( konversi ) pada
akhir pengobatan intensif.
Pengawasan Ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk
mencegah terjadinya kekebalan obat.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih
sedikit , namum dalam jangka waktu yang lebih lama Pengawasan
Ketet dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
-
F. Pencegahan Penyakit TBC
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat dan
petugas kesehatan.
1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit,
seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau
suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini
bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.
3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap
penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4. BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan
perlindungan bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian
pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
5. Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong
sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup
udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan
sebagainya.
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
8. Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko
tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita,
petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil
pemeriksaan tuberculin test.
-
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah
TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada
sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini
juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika
diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks
Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat
disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam
lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
B. Saran
Semoga dengan disusunnya Makala ini kita dapat memahami
pentingnya arti kesehatan untuk diri kita agar nantinya kita bisa lebih berhati-
hati dalam mengambil tindakan untuk kepentingan keseahtan kita. dan selai itu
kami dari penyusun juga ingin Makala ini sempurna sesuai dengan target, maka
dari itu segala kritik maupun saran yang bersifat membangun akan kami terima
untuk perbaikan Makala-makala kami selanjutnya.
-
Daftar Pustaka
Kandun Dr. I Nyoman, MPH .2006.Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis Departemen Kesehatan Republik Indonesia :Jakarta.
Arifin, N. 1990. Diagnostik Tuberkulosis Paru dan Penanggulangannya,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Tjandra Y.A, 1994. Masalah Tuberkulosis Paru dan penanggulangannya,
Universitas Indonesia. Jakarta.
-
Lampiran
Kelompok 1
Pertanyaan :
Apakah penyakit TBC dapat menular lewat susu sapi ?
Jawab :
Iya TBC dapat menular melalui air susu sapi mentah. Salah satu penyebab
penyakit ini adalah bakteri jenis mycrobacterium tuberculosis bavin yang
biasa berjangkit pada hewan juga dapat ditularkan melalui air susu sapi
mentah.
Kelompok 2
Pertanyaan :
Mengapa Microbacterium Tubercolusis tahan terhadap suasana asam?
Jawab :
karena Micobacteryum Tubercolusis memiliki lapisan lilin dan asam lemak
mikolat.
Kelompok 3
Pertanyaan :
Apakah bakteri Micobacteryum Tubercolusis ini bisa ditangani dengan
kemoterapi? Megapa?
Jawab :
Iya, karena bakteri-bakteri tuberkulosis memiliki daya tahan yang sangat kuat
hingga pengobatanyapun membutuhkan waktu yang cukup lama walaupun
sudah terkena antibiotik. Kombinasi beberapa obat sangat diperlukan karena
untuk menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase
pertumbuhan yang cepat. Walaupun gejala-gejala sudah hilang, namun
pengobatan tidak boleh berhenti sampai batas waktu yang telah ditentukan.
-
Kelompok 4
Pertanyaan :
Bagaimana gejala klinis pada ibu hamil yang terkena TBC apakah menular
pada bayinya?
Jawab :
Iya dapat menular kepada bayinya, Pada ibu hamil penderita TBC,
penularannya ke bayi melalaui plasenta sehingga bayi yang dilahirkan akan
menderita TBC sejak lahir.
Penyakit TBC yang diderrita oleh seorang ibu yang sedang hamil Tidak akan
menular pada bayinya, tetapi karena keadaan gizi penderita TBC kurang baik,
sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bagi janin dalam
kandungan. Oleh karena itu Ibu hamil tetap harus diberikan terapi dengan
obat TBC dengan dosis efektif terendah. Obat TBC yang diminum oleh ibu
dapat melewati plasenta dan masuk ke janin dan berdasarkan beberapa
kepustakaan disebutkan tidak memberikan efek yang terlampau berbahaya
pada bayi yang dikandungnya, akan tetapi pemantauan ketat pada
perkembangan janin harus tetap dilakukan. Sehingga setelah bayi dilahirkan
dapat dipisahkan terlebih dahulu dari ibuntnya, selama TBC yang diderita
ibunya masih dalam keadaan aktif.
Kelompok 5
Pertanyaan :
Di dalam makala bagian diagnosis TBC,, paragraph 2 ada dikatakan
didapatkan hasil yang negative kenapa hal tersebut dapat terjadi?
Jawab :
karena, penderita sudah pernah sebelumnya meminum OAT (rifarnpisin),
sehingga pada tes tuberculin didapatkan hasil yang negative.
-
Kelompok 7
Pertanyaan :
TBC menyerang paru-paru kemudian jika TBC menyerang darah apakah
tetap sama namanya?
Jawab :
Namanya tetap TBC karena jika penderita tbc sudah kronis dapat
menyebabkan peninfeksian keseluruh tubuh sehingga mengakibatkan
kematian.