makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit merupakan keadaan tidak nyaman (discomfort), keadaan kesehatan badan terganggu secara nyata, penyimpangan dari keadaan sehat, perubahan dalam badan sehingga penampilan fungsi-fungsi vitalnya. Jenis penyakit fisik terbagi menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi (degeneratif). Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Contoh penyakitnya malaria, ispa, TB-paru, diare, DB, hepatitis, campak, depteri, dan lain-lain. Sedangkan penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh agen biologi (bakteri, virus, jamur, parasit, mikroba). Contoh penyakitnya adalah DM, stroke, Ca paru, hipertensi, masalah gizi dan lain- lain. Paru-paru merupakan salah satu organ terpenting dalam sistem pernafasan karena di dalam paru-paru terjadi pertukaran gas yang sangat berguna bagi tubuh dan kelangsungnan hidup. Hasil pertukaran gas di paru- paru (oksigen) sangat bermanfaat bagi berlangsungnya proses metabolisme di dalam tubuh. 1

Upload: dwila-dwi

Post on 30-Jun-2015

6.931 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit merupakan keadaan tidak nyaman (discomfort), keadaan kesehatan

badan terganggu secara nyata, penyimpangan dari keadaan sehat, perubahan

dalam badan sehingga penampilan fungsi-fungsi vitalnya. Jenis penyakit fisik

terbagi menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi (degeneratif).

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh agen biologi (seperti

virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar)

atau kimia (seperti keracunan). Contoh penyakitnya malaria, ispa, TB-paru, diare,

DB, hepatitis, campak, depteri, dan lain-lain. Sedangkan penyakit non-infeksi

(degeneratif) adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh agen biologi (bakteri,

virus, jamur, parasit, mikroba). Contoh penyakitnya adalah DM, stroke, Ca paru,

hipertensi, masalah gizi dan lain-lain.

Paru-paru merupakan salah satu organ terpenting dalam sistem pernafasan

karena di dalam paru-paru terjadi pertukaran gas yang sangat berguna bagi tubuh

dan kelangsungnan hidup. Hasil pertukaran gas di paru-paru (oksigen) sangat

bermanfaat bagi berlangsungnya proses metabolisme di dalam tubuh.

Pada saat paru-paru terserang penyakit maka akan mempengarungi

keberlangsungan fungsi sistem ogan yang lainya di dalam tubuh, karena semua sel

membutuhkan oksigen supaya proses metabolisme tetap berlangsung. Apabila

pasokan oksigen berkurang akibat terjadi gangguan pertukaran gas di dalam paru-

paru, organ lain pasti akan terkena dampaknya (berdampak sistemik).

Salah satu penyakit yang menginfeksi paru-paru adalah TB paru, penyakit

menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium

Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

menyerang bagian tubuh lainnya seperti meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui agen infeksi penyebab TB

paru, mekanisme penyebaran TB paru, tanda-tanda dan gejala penyakit TB paru,

penularan penyakit TB paru, pemeriksaan fisik dan laboratorium terkait penyakit

TB paru, dampak penyakit TB paru dalam tubuh dan pengobatan penyakit TB

1

Page 2: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

paru seperti pemberian oksigen dan obat-obatan. Semua hal tersebut penting

untuk diketahui agar penyakit TB paru tidak mudah menginfeksi, penularannya

dapat dicegah dengan maksimal serta dapat ditangani dengan baik dan benar.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan

kepada pembaca tentang penyakit TB, mulai dari tanda-tanda TB, gejalanya,

mekanisme sampai pengobatan atau farmakologinya. Hal ini dimaksudkan agar

kita bisa mengenal tentang penyakit TB karena masih banyak orang yang tidak

tahu akan tanda penyakit ini terutama masyarakat miskin sehingga banyak dari

mereka yang mengetahui bahwa dirinya terkena TBC ketika sudah beberapa lama

penyakit ini diderita.

1.3. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan TB?

b. Bagaimana mekanisme terjadinya TB?

c. Apa saja tanda dan gejala penyakit TB?

d. Bagaimana pengobatan pada penderita TB?

e. Bagaimana ASKEP pada penderita TB?

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami gunakan adalah telusur pustaka, yaitu

mengadakan tinjauan kepustakaan untuk memperoleh bahan-bahan yang

berhubungan dengan judul makalah ini. Kami pun menggunakan internet sebagai

sarana referensi yang lain serta dilengkapi dengan diskusi kelompok dengan

tujuan saling memberi masukan terkait materi yang dibuat.

1.5. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, Bab I-IV, dan daftar

pustaka. Bab pertama adalah pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan

penulisan, rumusan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab

kedua berisi tinjauan pustaka. Bab ketiga berisi pembahasan, dan bab keempat

kesimpulan dan saran. Terakhir adalah daftar pustaka.

2

Page 3: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mekanisme Patofisiologi TBC

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik menular yang

disebabkan oleh M. tuberculosis dan penyakit infeksius yang terutama menyerang

parenkim paru. Agen infeksius utamanya yaitu Mycobacterium tuberculosis,

kuman batang aerobik tahan asam yang merupakan organisme patogen maupun

saprofit, yang tumbuh dengan lambat, dan sensitif terhadap panas dan sinar

ultraviolet. TB sangat erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, tempat

kumuh, dan perawatan kesehatan yang tidak adekuat.

Tuberkulosis ditularkan melalui transmisi udara saat berbicara, batuk,

bersin, tertawa, atau bernyanyi. Pada saat itu udara yang mengandung droplet

besar (>100 μ) dan kecil (1-5 μ) tersebar. Individu yang rentan atau berisiko

tertular Mycobacterium tuberculosis yaitu individu yang sering berinteraksi secara

lansgung dengan penderita TB, individu imununosupresif, pengguna obat-obatan

IV dan alkoholik, individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (misalnya,

tunawisma, tahanan, etnik dan ras minoritas), imigran dari negara dengan insiden

TB yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika, Amerika Latin, Karibia), individu yang

tinggal di daerah kumuh, dan petugas kesehatan.

Individu menghirup basil tuberkel yang berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm

(ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah) dan terinfeksi. Bakteri

dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat mereka berkumpul dan mulai

untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran

darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri, dan lobus atas

paru). Sistem imun berespon dengan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan

makrofag) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik-tuberkulosis melisis

(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan

penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi

awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemejanan.

Masa jaringan baru, granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang

masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk

3

Page 4: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian

sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makrofag)

menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Masa ini dapat mengalami

klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa

perkembangan penyakit aktif.

Setelah pemejanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit

aktif karena gangguan atau respons inadekuat dari sistem imun. Penyakit aktif

dapat juga terjadi dengan infeksi tulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus

ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronki.

Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit

lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru

yang terinfeksi menjadi bengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia,

pembentukan tuberkel, dan kondisinya terus berkelanjutan.

Tuberkulosis berkaitan dengan efusi pleura. Efusi pleura adalah

peningkatan cairan yang berakumulasi di rongga pleura (rongga yang meliputi

paru-paru). Peningkatan cairan di rongga pleura dapat menyebabnya gangguan

pernapasan akibat terganggunya pengembangan paru saat bernapas. Efusi pleura

dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit, diantaranya adalah tuberkulosis,

gagal jantung, pneumonia, kanker, dll. Tuberkulosis adalah penyebab efusi pleura

terbanyak di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut The Journal

Chest tahun 2006, Efusi pleura terjadi pada 5% pasien dengan TBC dan jumlah

TBC ekstrapulmoner (termasuk efusi pleura) ini ditingkatkan dengan adanya

pandemik HIV.

Efusi pleura merupakan penyakit sekunder dari TBC. Hal ini terjadi karena

iritasi dari selaput pleura yang menyebabkan gangguan permeabilitas membran

sehingga menurunkan tekanan onkotik yang menyebabkan cairan masuk ke dalam

rongga pleura. Jadi efusi pleura dapat berhubungan dengan penyakit Tuberkulosis.

2.2. Tanda dan Gejala TB

2.2.1. Batuk

Gejala utama yaitu gejala respiratorik atau gejala saluran pernapasan

ditandai dengan batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau

lebih. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan

4

Page 5: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

untuk membuang atau mengekskresi produk-produk radang keluar. Terlibatnya

bronkus pada setiap penyakit tidak sama, oleh sebab itu batuk baru akan terjadi

jika penyakit berkembang dalam jaringan paru yaitu setelah berminggu-minggu

atau berbulan-bulan. Sputum ini bersifat mukoid atau purulent. Keadaan yang

berkelanjutan akan mengakibatkan batuk darah, hal ini disebabkan karena

pembuluh darah pecah akibat luka di dalam alveoli.

2.2.2. Sesak nafas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas.

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut atau kerusakan

sudah semakin meluas, yaitu infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-

paru.

2.2.3 Demam

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan

malam hari disertai keringat malam. Serangan demam pertama dapat sembuh

sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali, tetapi terkadang panas badan

penderita TB dapat mencapai 40-410C. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh

daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang

masuk.

2.3. Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan sangat berperan

terhadap peningkatan jumlah kasus tuberkulosis. Sumber penularan adalah

penderita tuberkulosis paru BTA(+). Penderita Tuberkulosis yang mengandung

banyak bakteri dapat dilihat langung dengan mikroskop pada pemeriksaan

dahaknya (penderita BTA positif) adalah sangat menular. Sebagian besar dinding

bakteri terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan

arabinomannan. Lipid inilah yang membuat bakteri lebih tahan terhadap asam

(asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan juga lebih tahan

terhadap gangguan kimia dan fisis

Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan menjadi droplet

yang mengandung bakteri tuberkulosis dan dapat bertahan di udara kering

maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi karena bakteri berada pada sifat

5

Page 6: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

dormant. Dari sifat dormant ini bakteri dapat bangkit kembali dan menjadikan

penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.

Di dalam jaringan, bakteri hidup sebagai parasit intraseluler yaitu dalam

sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositosi malah kemudian

disenanginya karena banyak mengandung lipid. Sifat lain bakteri ini adalah aerob,

sifat ini menunjukan bahwa bakteri lebih menyenangi jaringan yang tinggi

kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-

paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat

predileksi penyakit tuberkulosis.

Sekali penderita tuberkulosis batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan

dahak. Seseorang akan terinfeksi jika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran

pernafasan. Setelah bakteri tuberkulosis masuk ke dalam tubuh seseorang yang

sudah terinfeksi melalui pernafasan, bakteri tersebut dapat menyebar dari paru ke

bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran

nafas atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari

seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari

parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahaknya maka semakin

menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahaknya negatif maka

penderita tersebut dianggap tidak menular.

2.4. Pemeriksaan Fisik

2.4.1. Inspeksi

Saat melakukan teknik inspeksi, perawat melakukan observasi dari kepala

sampai ke ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa,

penampilan umum, bentuk dada, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi

sistemik, pola pernafasan dan gerakan dinding dada.

2.4.2. Palpasi

Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi,

jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat

dapat mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada dada (thrill), angkatan dada

(heaves) dan titik impuls jantung maksimal. Selain itu, palpasi memungkinkan

perawat untuk meraba adanya massa atau benjolan di aksila dan jaringan

payudara.

6

Page 7: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

2.4.3. Perkusi

Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan

adanya udara, cairan atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek

tersebut. Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di bawah area yang diketuk

dengan kedalaman 4 sampai 6 cm. Lima nada perkusi adalah resonansi,

hiperesonansi, redup, datar dan timpani. Perkusi memungkinkan perawat untuk

menentukan adanya cairan yang tidak normal, udara di paru-paru atau kerja

diafragma.

Perkusi langsung merupakan pemeriksaan dimana dinding dada diketuk

ringan dengan ujung jari tengah. Pada perkusi tidak langsng, bagian distal jari

tengah dan telunjuk dari tangan yang satu kita tempelkan dengan erat pada

dinding dada, kemudian jari tengah tangan yang lain kita pergunakan untuk

mengetuk dengan kuat jari yang ditempelkan pada dinding dada.

2.4.4. Auskultasi

Penggunaan auskultasi memungkinkan perawat mengidentifikasi bunyi

paru dan jantung yang normal maupun yang tidak normal. Auskultasi bunyi paru

dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru:

anterior, posterior dan lateral. Suara nafas tambahan terdengar jika suatu daerah

paru mengalami kolaps, terdapat cairan di suatu lapangan paru atau terjadi

obstruksi.

2.5. Pemeriksaan Bakteriologik

Pemeriksaan bakteriologik untuk menentukan kuman tuberkulosis,

mempunyai arti penting dalam penegakkan diagnosis (sebagai alat diagnostik

pasti).Bahan yang dapat digunakan ialah dahak (sputum), bilasan bronkus,

jaringan paru (biopsi), cairan pleura, bilasan lambung, dan liquor cerebrospinalis.

Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain, yaitu mikroskopik dan biakan atau

kultur.Pemeriksaan yang menggunakan mikroskop biasa yang diberikan

pewarnaan khusus dimana bakteri M.Tuberculosis akan tetap tahan terhadap asam

(tetap memberikan warna merah) sehingga disebut sebagai bakteri tahan asam

(BTA). Dahak diambil sebanyak tiga kali yaitu sewaktu, pagi dan sewaktu yang

dilakukan secara berturut-turut. 

7

Page 8: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

Jika didapatkan hasil 2 kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA (+),

bila 1 kali positif, 2 kali negatif maka pemerisaan BTA perlu diulang kembali.

Jika pengulangan pemeriksaan didapatkan 1 kali positif maka dikatakan

mikroskopik BTA (+), sedangkan bila 3 kali negatif dikatakan mikroskopik BTA

(-). Untuk memastikan jenis kuman yang menginfeksi juga dapat dilakukan

pemeriksaan biakan atau kultur kuman dari dahak yang diambil. 

2.6. Pemeriksaan Radiologik

Macam-macam pemeriksaan radiologik antara lain foto toraks PA, foto

lateral, top lordotik, bronkografi, CT Scan, dan MRI. Pemeriksaan radiologik

standar ialah foto rentgen dada (paru) dari arah depan dengan atau tanpa foto

(tampak samping) lateral. Pada  pemeriksaan foto toraks TB dapat memberi

gambaran bermacam-macam bentuk (multiform) sehingga sering disebut sebagai

the great imitator.  

Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai kelainan TB yang masih aktif,

bila didapatkan gambaran bayangan berawan atau nodular di bagian tas paru,

gambaran kavitas (lubang pada paru), terutama lebih dari satu yang dikelilingi

oleh bayangan opak (putih) berawan atau nodular, bayangan bercak milier

(berbintik-bintik putih seukuran jarum pentul) yang berupa gambaran nodul-nodul

(becak bulat) miliar yang tersebar pada lapangan paru, dan gambaran berupa efusi

pleura (terdapatnya cairan pada selaput paru).  

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif didapatkan gambaran

fibrotik (jaringan penyembuhan luka seperti serabut putih yang halus) pada bagian

atas paru, gambaran kalsifikasi (perkapuran yang tampak putih), atelektasis

(jaringan paru yang tidak mengembang), fibrothorax dan atau penebalan pleura

(selaput pelapis paru-paru). Pada tuberkulosis kronis dapat terjadi pneumothoraks

(timbulnya udara yang mendesak jaringan paru-paru)dengan atau tanpa efusi

(cairan), yang secara radiologis memberikan gambaran radiolusen (lebih hitam)

dengan corakan bronkovaskuler (paru) menghilang pada pleura yang terisi udara,

gambaran kolaps, cairan, atau desakan jantung.

Bronkografi merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan

bronkus atau paru yang disebabkan oleh tuberkolosis. Pemeriksaan ini umumnya

dilakukan bila pasien akan menjalani pembedahan paru.

8

Page 9: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

Computed Tomography Scaning atau yang sering diseut CT Scan merupakan

pemeriksaan yang dapat memperlihatkan perbedaan densitas jaringan terlihat

lebih jelas dan sayatan dapat dibuat transversal.

Pemeriksaan yang lebih canggih adalah Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Pemeriksaan ini tidak sebaik CT Scan, tetapi dapat mengevaluasi proses-proses

dekat apeks paru, tulang belakang, dan peratasan dada-perut. Sayatan dapat dibuat

transversal, sagital dan koronal.

2.7. Pemeriksaan Penunjang Lain

2.7.1. BACTEC (Becton Dickinson Diagnostic Instreumen System)

Mendeteksi growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari

metabolisme asam lemah oleh mikobakterium tuberkulosis.

2.7.2. PCR (Polymerase chain reaction)

Mendeteksi DNA kuman secara spesifik melalui amolifikasi dalam

berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi kuman meskipun hanya ada satu

mikroorganisme dalam spesimen. Teknik ini dapat mendeteksi adanya

resistensi.

2.7.3. Pemeriksaan serologi:

2.7.3.1. Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Pemeriksaan ini adalah salah satu uji serologik yang dapat mendeteksi respons humoral berupa proses antigen-antibodi.

2.7.3.2. Immuno Chromatographic Tuberculosis(ICT)

Merupakan uji imunodiagnostik invitro yang digunakan untuk

mendeteksi antibodi M. tuberculosis dalam serum atau plasma,

dengan menggunakan 5 antigen hasil sekresi M. tuberculosis selama

infeksi aktif.

2.7.3.3. Mycodot

Merupakan uji untuk mendeteksi secara kualitatif antibodi IgG

dalam tubuh manusia secara langsung, melawan antigen

lipoarabinomannan (LAM), merupakan glikolipid yang umum pada

mikobakterium, juga merupakan komponen dinding sel kuman10,11

direkatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastik dan dicelupkan ke

serum penderita. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah

memadai maka warna sisir berubah.

9

Page 10: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

2.7.3.4. Peroksidase Anti Peroksida (PAP)

Digunakan untuk menentukan IgG spesifik terhadap M. tuberculosis.

2.7.3.5. Tes Tuberkulin

Pemeriksaan test tuberkulin ini sangat berarti dalam usaha

mendeteksi infeksi TB di daerah dengan prevalensi (kasus)

tuberkulosis rendah. Di Indonesia karena angka prevalensi TB paru

yang tinggi maka test tuberkulin sebagai alat bantu diagnosis kurang

berarti terutama pada orang dewasa.

Test dianggap positif bila terjadi pembengkakan atau kemerahan

melebihi ukuran 15 mm. Uji ini akan mempunyai makna bila

didapatkan konversi dari uji yang dilakukan sebelumnya atau bila

kepositifan dari uji yang didapat besar sekali. Tes yang positif tidak

selalu diikuti dengan penyakit, sebaliknya test yang negatif tidak

dapat menyingkirkan diagnosis TB paru.  

Jika seseorang menderita TB aktif, tes tuberkulin bernilai positif

(artinya diameter indurasi yang ditimbulkannya melebihi 14 mm),

tetapi jika proses TB-nya hiperaktif, seperti TB miliaris, seluruh

kemampuan potensi imunitas seluler akan terkuras habis dan tes

akan menjadi negatif.

2.8. Terapi Oksisgen Nasal Kanul

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu

dengan aliran 1 - 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter

nasal yaitu 24 % - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit

pasien. Pada pemberian oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus paten,

dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut.

10

Selang Terapi Oksigen Nasal KanulTerapi Oksigen Nasal Kanul

Page 11: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

FiO2 estimation: 1 Liter /min = 24 % ; 2 Liter /min = 28 % ; 3 Liter /min = 32 %

4 Liter /min = 36 % ; 5 Liter /min = 40 % ; 6 Liter /min = 44 %

2.8.1. Keuntungan

Pemberian oksigen akan stabil dengan volume tidal dan laju

pernafasan teratur. Biayanya murah dan pemasangannya lebih mudah

dibandingkan kateter nasal. Klien bebas makan dan minum, bergerak,

berbicara, nyaman serta dapat digunakan pada pasien menggunakan

pernafasan mulut.

2.8.2. Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai

oksigen akan berkurang bila klien bernafas melalui mulut.Nasal kanul mudah

terlepas karena kedalaman kanul hanya 1 - 1.5 cm. Nasal Kanul ini tidak dapat

diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal. Kecepatan aliran lebih dari 4

liter/menit jarang digunakan, sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter

tidak akan menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan oksigen dan

menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Penggunaan

Nasal Kanul ini dapat menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di

hidung akibat pemasangan yang terlalu ketat.

2.8.3. Prosedur tindakan

Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur lubang kanul

yang elastis sampai kanul benar-benar pas menempati hidung dan nyaman

bagi klien.(Membuat aliran oksigenlangsung masuk ke dalam saluran nafas

bagian atas. Klien akan tetap menjaga kanul pada tempatnya apabila kanul

tersebut pas kenyamanannya).

Hubungkan kanul ke sumber oksigen dan atur kecepatan aliran sesuai

yang diprogramkan(1 – 6 L/mnt.) (Mencegah kekeringan pada membran

mukosa nasal dan membran mukosa oralserta sekresi jalan nafas).

Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan ke pakaian

pasien (Memungkinkan pasien untuk menengokkan kepala tanpa kanul tercabut

dan mengurangi tekanan ujung kanul pada hidung).

11

Page 12: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi

aqua steril setiap waktu. (Memastikan kepatenan kanul dan aliran oksigen,

mencegah inhalasi oksigen tanpa dilembabkan).

Observasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus, epistaksis

dan permukaansuperior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan

kulit. (terapi oksigen menyebabkan mukosa nasal mengering, nyeri sinus dan

epistaksis. Tekanan pada telinga akibat selang kanul atau selang elastis

menyebabkan iritasi kulit).

2.8.4. Indikasi Pemberian Oksigen Kanal Nasal

Indikasi pemberian oksigen nasal kanul adalah hasil analisis gas darah

serta berbagai gejala sepertih hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan),

dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan

warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena kekurangan

oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan

lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit) dan

takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari

24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35).

2.9. Asuhan Keperawatan pada Tuberkulosis2.9.1. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan: riwayat kontak dengan penderita

b. Manifestasi klinis seperti demam, anoreksia, penurunan berat badan,

berkeringat malam hari, keletihan, batuk dan sputum, fungsi pernafasan,

nyeri dada, bunyi nafas, kesiapan emosional, persepsi dan pengertian

tuberkulosis dan pengobatannya, evaluasi fisik dan laboratorium.

2.9.2. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan

parenkim paru

Intervensi:1. Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi nafas,

peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dadan

dan kelemahan.

2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat perubahan pada

warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.

12

Page 13: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

3. Dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk pasien

dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.

4. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan

diri sesuai keperluan.

5. Kolaborasi periksaan AGD dan pemberian oksigen tambahan yang

sesuai.

Tujuan:b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sputum

2.9.3. Intervensi:1. Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman

dan penggunaan otot aksesori.

2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukus/batuk efektif, catat

karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.

3. Berikan pasien posisi semi fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk

dan latihan nafas dalam.

4. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali

kontarindikasi.

5. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen mukolitik,

brokodilator, kortokosteroid).

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

Intervensi:1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat

badan, integritas mukosa oral, riwayat mual/muntah atau diare.

2. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai/tidak disukai.

3. Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik.

4. Dorong dan berikan periode istirahat sering.

5. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.

6. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat.

2.9.4. Evaluasi

Seseorang dengan atau berisiko terinfeksi tuberkulosis:

13

Page 14: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

Bedakan antara infeksi dan penyakit tuberkulosis: nyatakan bahwa dia

memiliki reaksi positif pada tes kulit tuberkulin dan daftar gejala yang

menunjukkan aktif penyakit.

Jika diberikan kemoterapi profilaksis dengan INH: catat nama obat, tujuan

dan dosis, catat tanda dan gejala efek samping, catat kapan dan berapa sering dia

minum obat, catat kapan dan dimana mendapatkan suplai obat baru, jelaskan

pentingnya kepatuhan dan penghabisan obat yang diberikan.

Seseorang dengan tuberkulosis aktif: jelaskan bagaimana infeksi

tuberkulosis menyebar, jelaskan dan terapkan langkah-langkah yang harus

dilakukan untuk mencegah penyebaran, catat nama obat, tujuan, dosis, dan efek

samping, patuhi terapi obat dan catat kapan dia minum obat, jelaskan dan terapkan

tindakan yang diambil untuk efek samping, daftar gejala yang menunjukkan

kambuh atau memburuk, catat dimana dia mendapatkan supplai obat baru,

laporkan berapa lama obat harus dilanjutkan dan apa yang terjadi jika dihentikan,

jelaskan gejala yang menunjukkan kebutuhan untuk perawatan setelah selesei

terapi obat

2.10. Farmakologi pada TuberkulosisPengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang

cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih.

Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan

mencegah kambuh. Adapun obat-obatan yang umumnya diberikan adalah

Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun

karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter

akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan

streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal

“Triple Drug”.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu:

Obat primer: INH (isoniazid), Rifampin (RMP), Etambutol (EMB), Streptomisin

(SM), Pirazinamid (PZA). Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan

toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan

dengan obat-obat ini. Obat sekunder: Exionamid (ETA), Paraaminosalisilat

(PAS), Sikloserin (CS), Kapreomisin (CM), dan Kanamisin (KM).

14

Page 15: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus pemicu 2, seorang ibu rumah tangga berusia 37 tahun

didiagnosis medis TBC. Saat ini ibu rumah tangga tersebut masuk Rumah Sakit

dengan keluhan sesak nafas, batuk tidak sembuh-sembuh hingga 3 minggu, batuk

berdarah, serta demam di malam hari.

Keluhan sesak nafas yang dialami disebabkan oleh terjadinya

penyumbatan saluran nafas karena respon imun berupa peradangan (inflamasi) di

saluran pernafasan (bronkus). Sel makrofag dan neutrofil menelan bakteri,

limfosit spesifik-tuberkulosis melisiskan bakteri dan jaringan normal. Proses ini

mengakibatkan penumpukan sekret, berupa sel-sel atau jaringan (neutrofil,

makrofag, bakteri, sel atau jaringan normal terinfeksi) yang sudah mati.

Penumpukan sekret tersebut ada yang dapat dikeluarkan (batuk produktif) dan

tidak dapat dikeluarkan (batuk tidak produktif). Banyaknya sel-sel atau jaringan

(neutrofil, makrofag, bakteri, sel atau jaringan normal terinfeksi) yang sudah mati

menyebabkan sekret sulit untuk dikeluarkan (batuk tidak produktif), sehingga

menyebabkan terjadinya sesak nafas (dyspnea).

Banyaknya sel-sel atau jaringan (neutrofil, makrofag, bakteri, sel atau

jaringan normal terinfeksi) yang sudah mati menyebabkan sekret sulit untuk

dikeluarkan (batuk tidak produktif) sehingga tubuh merespon dengan cara batuk

terus menerus. Batuk terus menerus tersebut juga dapat diakibatkan oleh

banyaknya sel atu jaringan nekrosis. Keadaan yang berkelanjutan akan

mengakibatkan batuk darah. Hal ini disebabkan karena pembuluh darah pada

dinding bronkus pecah.

Penyebab demam malam hari pada pasien tuberkulosis disebabkan karena

terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sebagai respon tubuh dalam

mengkompensasi suhu tubuh terhadap demam. Akan tetapi suhu lingkungan pada

malam hari lebih rendah daripada siang hari sehingga proses pengeluaran panas

tidak berjalan dengan baik. Kondidi ini mengakibatkan suhu tubuh menjadi

semakin tinggi.

15

Page 16: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

Demam tidak hanya terjadi pada malam hari, tetapi pada siang hari. Suhu

lingkungan siang hari lebih tinggi dibandingkan malam hari, mengakibatkan

proses pengeluaran panas berjalan lebih baik daripada malam hari. Keadaan

tersebut mengakibatkan perbedaan yang signifikan antara demam malam hari dan

siang hari. Demam malam hari cenderung mengakibatkan suhu tubuh lebih tinggi

dibandingkan dengan siang hari.

Salah satu indikasi pemberian oksigen nasal kanul adalah perubahan pola

napas. Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan

bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-

biruan pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/

berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan

frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal

dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35).

Pada kasus pasien diberikan oksigen nasal kanul 4 liter per menit dengan

Fio2 sekitar 32%-36 % berdasarkan hasil analisis gas darah pasien, didalam

pemicu tidak ditemukan hasil analisis gula darah pasien, tetapi di pemicu terdapat

keterangan bahwa pasien bernafas dengan frekuensi nafas 30 kali per menit. Hal

tersebut menandakan bahwa pasien mengalami gangguan pernafasan takipnea

karena pasien bernafas lebih cepat dari frekuensi nafas normal yaitu 16-20 kali per

menit. Kondisi ini bisa menjadi salah satu indikasi pemberian oksigen salah

satunnya menggunakan nasal kanul, tetapi untuk menentukan dosis (1-6 liter)

diperlukan hasil analisi gas darah pasien.

Seharusnya ibu tersebut minum obat sampai habis dan minimal selama 6-9

bulan. Tujuan dari pengobatan tersebut adalah untuk memusnahkan bakteri

Mycobacterium tuberkulosis. Namun, ibu tersebut hanya menjalani proses

pengobatan selama 3 bulan, hal tersebut mengakibatkan bakteri penyebab TB

menjadi resisten. Adapun obat primer yang digunakan untuk mengatasi penyakit

tuberkulosis adalah INH (isoniazid), Rifampin (RMP), Etambutol (EMB),

Streptomisin (SM), Pirazinamid (PZA); obat sekunder meliputi Exionamid (ETA),

Paraaminosalisilat (PAS), Sikloserin (CS), Kapreomisin (CM), dan Kanamisin

(KM).

16

Page 17: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang

disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang

ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada

jaringan yang terinfeksi. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini

sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga

penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.

4.2. Saran

Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi. TBC adalah penyakit

yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk

minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk

memeriksakan diri ke klinik/puskesmas. Bagi mahasiswa hendaknya lebih giat

dalam mencari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Penyakit TB Paru.

17

Page 18: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Medical-Surgical Nursing. (Terj. Agung Waluyo).

Jakarta: EGC.

Buku saku diagnosis keperawatan : Dengan intervensi NIC dan kriteria hasil

NOC,Wilkinson, Judith M. Jakarta : EGC, 2006

Laban, Yoannes Y. (2012). TBC: Penyakit dan Cara Pencegahannya.

Yogyakarta: Kanisius

LeMone, P. dan Burke, K. M. (1996). Medical-surgical nursing: Critical thinking

in client care. California: Addison-Wesley Nursing.

Mader, S. S. (2000). Human biology, (6th. ed.). Ch 8, pp 165-170. Boston: The

McGraw-Hill Companies.

Martini. (2001). Fundamentals of anatomy and physiology, (5thed.).Ch 23, pp

814-844. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Nawas, A. (2009). Diagnosis dan penatalaksanaan TB paru.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/25253f3383a7c6c0c5f56146c7

8a46540d1a329c.pdf (diakses pada 26 September 2012).

Paulsen, D. F. (1996). Basic histology, (3rded.). Ch 17, pp 218-229.Connecticut:

Appleton & Lange.

Patrick, dkk. (1986). Medical-surgical nursing: pathophysiologi concepts. Ch 28,

pp 371-378. USA: J. B. Lippincott Company.

Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine McCarty. (2006). Patofisiologi

(Konsep Klinis Proses-proses Penyakit) 6th ed. vol.2. Jakarta: EGC

Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine McCarty. (2003). Patofisiologi:

konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Retno. (2001). Diagnosis serologik pada tuberkulosis paru.

http://members.fortunecity.com/bheru/referat/0101/retn1000.htm (diakses

pada 26 September 2012).

Rod R. Seeley, at all. (2002). Essential of Anatomy and Physiology 4th ed.

Mc.Graw- Hill Companies: New York

18

Page 19: Makalah keperawatan dewasa 3 tuberkulosis

Sulman, Stanford T.,dkk. (1994). Dasar Bilogis dan Klinis Penyakit Infeksi 4th

ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tim Kesehatan. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

19