makalah landasan pengembangan kurikulum

34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum memiliki kedudukan yang paling penting di dunia pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia. Hal ini disebabkan bahwa kurikulum itu sendiri pada hakekatnya merupakan rancangan pendidikan. Sebagai suatu racangan, maka kurikulum ini menempati kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, berarti kurikulum sangat menentukan proses pelaksanaan pendidikan dan hasil-hasil yang ingin dicapai melalui pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum, diperlukan landasan-landasan kuat yang berdasarkan hasil-hasil pemikiran dan penelitian, serta sesuai dengan tantangan zaman. Ibarat sebuah rumah, kurikulum harus mempunyai pondasi agar dapat berdiri tegak, tidak mudah hancur, dan memberikan kenyamanan orang yang berada di dalamnya, pondasi tersebut adalah landasan-landasan yang mendasari pengembangan kurikulum. Adanya kurikulum yang baik akan memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi peserta didik untuk menuntut ilmu dan menjadikannya produk yang berguna bagi dirinya sendiri, agama, masyarakat dan negaranya. 1

Upload: parmita-utami

Post on 26-Sep-2015

150 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

makalah landasan pengembangan kurikulum

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKurikulum memiliki kedudukan yang paling penting di dunia pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia. Hal ini disebabkan bahwa kurikulum itu sendiri pada hakekatnya merupakan rancangan pendidikan. Sebagai suatu racangan, maka kurikulum ini menempati kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, berarti kurikulum sangat menentukan proses pelaksanaan pendidikan dan hasil-hasil yang ingin dicapai melalui pendidikan.Dalam pengembangan kurikulum, diperlukan landasan-landasan kuat yang berdasarkan hasil-hasil pemikiran dan penelitian, serta sesuai dengan tantangan zaman. Ibarat sebuah rumah, kurikulum harus mempunyai pondasi agar dapat berdiri tegak, tidak mudah hancur, dan memberikan kenyamanan orang yang berada di dalamnya, pondasi tersebut adalah landasan-landasan yang mendasari pengembangan kurikulum. Adanya kurikulum yang baik akan memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi peserta didik untuk menuntut ilmu dan menjadikannya produk yang berguna bagi dirinya sendiri, agama, masyarakat dan negaranya.Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Selain itu, akan berakibat terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. Kurikulum pendidikan perlu diberikan perhatian yang lebih besar,baik dari pemerintah sebagai penanggung jawab umum atau pihak sekolah yang turun langsung mengimplementasikan kurikulum tersebut ke peserta didik, dengan berdasarkan pada landasan utama pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.1.2 Rumusan Masalah1. Bagaiamana peranan landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum?2. Bagaiamana peranan landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum?3. Bagaiamana peranan landasan sosial-budaya dalam pengembangan kurikulum?4. Bagaiamana peranan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengembangan kurikulum?1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui dan memahami peranan landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum2. Untuk mengetahui dan memahami peranan landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum3. Untuk mengetahui dan memahami peranan landasan sosial-budaya dalam pengembangan kurikulum4. Untuk mengetahui dan memahami peranan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengembangan kurikulum

1.4 Manfaat1. Dapat mengetahui dan memahami peranan landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum2. Dapat mengetahui dan memahami peranan landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum3. Dapat mengetahui dan memahami peranan landasan sosial-budaya dalam pengembangan kurikulum4. Dapat mengetahui dan memahami peranan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengembangan kurikulum

BAB 2PEMBAHASANKurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran. Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil tidaknya proses pembelajaran. (Cartono, 2010)Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005), dalam pengembangan kurikulum terdapat empat landasan utama, yaitu: landasan filosofis,landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berikut ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.2.1 Landasan FilosofisSecara umum, filsafat adalah cara berpikir yang radikal, mendalam, dan menyeluruh atau suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Sedangkan landasan filosofis yang dimaksud adalah pentingnya filsafat dalam melaksanakan, membina, dan mengembangkan kurikulum di sekolah.A. Filsafat PendidikanFilsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiram-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Menurut Redja Mudyahardjo (dalam Ibrahim. dkk, 2002), terdapat tiga system filsafat, yaitu idealisme, realisme, dan pragmatisme yang memberikan pengaruh yang besar pada pemikiran pendidikan di Indonesia. Implikasi pandangan filsafat idealism bahwa kurikulum adalah pengembanagan kemampuan berpikir melalui pendidikan liberal, penyiapan keterampilan bekerja melalui pendidikan praktis. Implikasi dari pandangan filsafat realism yaitu kurikulum harus bersifat komprehensif, berisi semua pengetahuan yang berguna. Implikasi pandangan filsafat pragmatism bahwa kurikulum berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji. Minat dan kebutuhan terdidik menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dan praktis/vokasional.Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Menurut Ella Yulaelawati (2004), berikutadalah aliran filsafat yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum :1. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.B. Filsafat dan Tujuan PendidikanFilsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa. Filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing kearah pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai. Tujuan ini memuat pernyaataan-pernyataaan mengenai berbagai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan system nilai dan filsafat yang dianut. Filsafat yang dianut oleh suatu Negara akan mempengaruhi tujuan pendidikan di Negara tersebut. Oleh Karena itu, tujuan pendidikan di suatu Negara akan berbeda dengan Negara lainnya.Berkaitan dengan tujuan pendidikan ini, terdapat beberapa pendapat yang bisa dijadikan bahan kaji banding. Herbert Spencer (dalam Ibrahim. dkk, 2002) mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan harus memuat hal-hal berikut :1. Self-PreservationIndividu harus dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan sehat, mencegah penyakit, hidupteratur, dll.2. Securing the necessities of lifeIndividu harus sanggup mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan suatu pekerjaan.3. Rearing of familyIndividu harus mampu menjadi orang tua yang sanggup bertanggung jawab atas pendidikan anaknya dan kesejahteraan keluarganya.4. Maintaining proper social and political relationshipsSetiap individu adalah makhluk social yang hidup dalam lingkungan masyarakat dan Negara.5. Enjoying leisure timeIndividu harus sanggup memanfaatkan waktu sengganya dengan memilih kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan menambah kenikmatan dan kegairahan hidup.

C. Manfaat Filsafat PendidikanFilsafat pendidikan adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Filsafat memilki manfaat dalam rangka mengadakan kajian-kajian sistematis mengenai pendidikan. Menurut Nasution (dalam Ibrahim. dkk, 2002) manfaat filsafat pendidikan adalah sebagai berikut :1. Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan keamna anak-anak harus dibawa. Sekolah adalah lembaga untuk mendidik anak-anak kearah yang dicita-citakan masyarakat itu.2. Adanya tujuan pendidikan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.3. Filsafat dan tujuan pendidikan menetukan cara dan proses untuk mencapai tujuan itu.4. Filsafat dan tujuan pendidikan member kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan.5. Tujuan pendidikan memungkinkan pendidikan menilai usahanya, sejauh mana tujuan itu tercapai.6. Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegitan pendidikan.

D. Kurikulum dan Filsafat PendidikanKurikulum pada hakekatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum pendidikan di suatu Negara memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan filsafat negara yang dianutnya. Bila suatu Negara mengalami perubahan dalam hal pandangan hidupnya, maka hal ini juga secara langsung berpengaruh terhadap kurikulum pendidikan yang ada.Kurikulum yang sedang dikembangkan selalu berkaitan dengan tuntutan kebutuhan pembangunan dan politik di suatu negara. Dalam hal ini Bechner dan Maclure (dalam Ibrahim.dkk ,2002) memaparkan enam dimensi pendekatan nasional dalam perkembangan kurikulum suatu negara, yaitu perlu adanya :1. Kerangka acuan yang jelas tentang tujuan nasional dihubungkan dengan program pendidikan.2. Hubungan yang erat antara pengembangan kurikulum nasional dengan reformasi social politik negara.3. Mekanisme pengawasan dari kebijakan kurikulum yang ditempuh.4. Mekanisme pengawasan dari pengembangan dan aplikasi kurikulum di sekolah.5. Metode kearah pengembanagn kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan.Penelaahan derajat desentralisasi dari implementas kurikulum di sekolah.

2.2 Landasan PsikologisLandasan psikologis merupakan aumsi asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi yang harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. psikologi perkembangan mempelajari proses dan karakteristik perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar.Nana Syaodih Sukmadinata pada tahun 1997 mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu psikologi perkembangan (development psychology) dan psikologi belajar (psychology of learning). Keduanya sangat diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan, memilih dan meyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode perkembangan serta teknik-teknik penilaian1. Psikologi Belajar (Development Psychology)Psikologi belajar yaitu suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Psikologi belajar juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belakar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar digunakan sebagai landasan dalam men-screen tujuan pembelajaran umum/standar kompetensi/SK (tentative general objective) yang sudah dirumuskan untuk merumuskan precise education (kompetensi dasar/KD), dan menyeleksi pangalaman-pengalaman belajar yang akan dirumuskan dalam kurikulum.Psikologi belajar mengetengahkan beberapa teori belajar yang masing masing menelaah proses mental dan intelektual perbuatan belajar tersebut. Kurikulum yang dikembangkan hendaknya selaras dengan proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Ada tiga jenis teori belajar yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu teori belajar kognitif, bahavioristik dan humanistik.Hilgard dan Bower menambahkan perubahan tersebut terjadi karena individu beriteraksi dengan lingkungannya sebagai reaksiterhadap situasi yang dihadapinya. Perkembangan atau kemajuan yang dialami anak sebagian besar terjadi karena usaha belajar baik melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan maupun pemecaham masalah. Definisi tentang belajar bersumber pada teori-teori tertentu. Menurut Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt ada tiga kelompok teori belaja, yaitu:a) Kelompok Teori Disiplin MentalKelompok teori disiplin mental, anal telah memiliki potensi-potensi tententu dari kelahirannya. Belajar merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut.b) Kelompok Teori Belajar BehaviorismeKelompok ini mencakup tiga teori, diantaranya: Stimulus, respon bond, bersumber dari psikologi koneksionisme oleh Edward L. Thorndike. Menurur konsep mereka, kehidupan ini tunduk pada stimulus respon/aksi reaksi. Conditionering, yaitu belajar/pembentukan hubungan antara stimulus dan respons perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Reinforcement, teori berkembang dari teori psikologi. Pada teori Reinforcement, kondisi diberikan pada respon. c) Kelompok Cognitive Gestalt FieldTeori Cognitive Gestalt Field bersumber dari psikologi lapangan oleh Kurt Lewin. Teori ini berkenaan dengan bagaimana individu memahami dirinya dan lingkungannya. Teori belajar pertama dari kelompok ini adalah Goal Insight, berkembang dari psikologi Convigurationlism. Menurutnya individu selalu beriteraksi aktif dengan lingkungan, perbuatan individu selalu diarahkan kepada pembentukan hubungan dengan lingkungan.Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar, dengan demikian ada hubungan yang erat antar kurikulum dan psikologi belajar. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana kurikulu itu disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus membeplajarinya. Dengan kata lain, psikologi belajar berkenaan dengan penentuan strategi kurikulum.2. Psikologi Belajar (Psychology Of Learning)Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan, perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum, yaitu pada tingkat pendidikan mana atau pada kelas berapa suatu pengalaman belajar tertentu harus diberikan karena harus sesuai dengan perkembangan jiwa anak.Psikologi perkembangan mengkaji karakteristik perilaku individu pada tahap-tahap perkembangan serta pola perkembangan individu. Psikologi perkembangan membahas metode dan teori psikologi perkembangan.a) Metode dalam psikologi perkembangan; Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional psikoanalitik, sosiologik, atau studi kasus.b) Teori psikologi perkembangan; dikenal ada 3 teori atau pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan diferensial (diferential approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative approach) Psikologi perkembangan dibutuhkan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan taraf perkembangan siswa tersebut.Psikologi perkembangan membahas tentang perkembangan individu sejak masa konsepsi sampa dengan dewasa (proses belajar dan pematangan) melalui interaksi dengan lingkungan, meliputi: Kemampuan belajar melalui persepsi Mencapai pertimbangan berdasarkan pengalaman Berpikir imajinatif, kreatif, dan mencari sendiriHal-hal yang harus diperhatikan dalam psikologi perkembanga: Siswa selalu berkembang (developing, changing, becoming, ongoing) dalam situasi opened spiral. Manusia merupaka makhluk unik, memiliki sejumlah kemampuan yang terintegrasi menjadi sesuatu yang khasPerkembangan siswa dinamis, pada dasarnya perkembangan manusia bersifat unpredictable atau tidak bisa diprediksikan.2.3 Landasan Sosial BudayaKurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan.Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat.Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarkat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan dating.Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbankan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.Gagasan pemerintah untuk merealisasikan pengembangan kurikulum muatan lokal tersebut yang dimulai pada sekolah dasar, telah diwujudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0412/U/1987 Tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal Sekolah Dasar kemudian disusul dengan penjabaran pelaksanaannya dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/M/1987 Tanggal 7 Oktober 1987. Dalam sambutannya Mendikbud menyatakan: Dalam hal ini harus diingat bahwa adanya muatan lokal dalam kurikulum bukan bertujuan agar anak terjerat dalam lingkungannya semata-mata. Semua anak berhak mendapat kesempatan guna lebih terlibat dalam mobilitas yang melampaui batas lingkungannya sendiri (Umar Tirtarahardja dan la Sula, 2000:274).Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum.Mengapa kurikulum harus berlandaskan kepada landasan sosiologis?Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal, maupun nonformal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut.Jika dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan, pendidikan adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan antrofologi, pendidikan adalah enkulturasi atau pembudayaan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997:58).Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan maka pendidikan memiliki peranan penting, karena itu kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu bekerja sama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk yang berbudaya.Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia.

A. Masyarakat dan Kurikulum Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda, atau suatu kelompok individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya.Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri.Dengan demikian, yang membedakanmasyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, dan reaksi seseorang terhadap lingkungannya sangat tergantung kepada kebudayaan dimana ia hidup.Menurut Daud Yusuf, terdapat tiga sumber nilai yang ada dalam masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan, yaitu : logika, estetika, dan etika. Logika adalah aspek pengetahuan dan penalaran, estetika berkaitan dengan aspek emosi atau perasaan, dan etika berkaitan dengan aspek nilai atau norma-norma yang ada dalam masyarakat.Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai yang bersumber pada logika.Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya adalah hasil kebudayaan manusia, maka kehidupan manusia semakin luas, semakin meningkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi.Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat.Untuk dapat menjawab tuntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari segi isi kurikulumnya saja, melainkan juga dari segi pendekatan dan strategi pelaksanaannya. Oleh karena itu guru sebagai pembina dan pelaksana kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan kepada siswa relevan dan berguna bagi kehidupan siswa di masyarakat.Penerapan teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa lebih bermakna dalam hidupnya.Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan masyarakat.Tyler (1946), Taba (1963), Tanner dan Tanner (1984) menyatakan bahwa tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum. Calhoun, Light, dan Keller (1997) memaparkan tujuah fungsi sosial pendidikan, yaitu: 1. Mengajar keterampilan. 2. Mentransmisikan budaya. 3. Mendorong adaptasi lingkungan. 4. Membentuk kedisiplinan. 5. Mendorong bekerja berkelompok. 6. Meningkatkan perilaku etik, dan 7. Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.Perubahan sosial budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam suatu masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung akan mengubah kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi masyarakat itu sendiri. Masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa, masyarakat tradisional berbeda dengan masyarakat modern. Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat pada umumnya juga berpengaruh terhadap individu-individu sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal. Akan tetapi pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu dan keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat.B. Kebudayaan dan Kurikulum Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan ide atau gagasan, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian, dan nilai yang telah disepakati oleh masyarakat. Daoed Yusuf (1981) mendefinisikan kebudayaan sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika) serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka perkembangan kepribadian manusia, pekembangan hubungan dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Secara lebih rinci, kebudayaan diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu: 1. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain. Wujud kebudayaan ini bersifat abstrak yang berada dalam alam pikiran manusia dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada. 2. Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat. Tindakan ini disebut sistem sosial.Dalam sistem sosial, aktivitas manusia bersifat konkrit, bisa dilihat, dan diobservasi.Tindakan berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan yang pertama. Artinya, sistem sosial dalam bentuk aktivitas manusia merupakan refleksi dari ide, konsep, gagasan, nilai, dan norma yang telah dimilikinya. 3. Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah seluruh fisik perbuatan atau hasil karya manusia di masyarakat.Oleh karena itu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari wujud kebudayaan yang pertama dan kedua.

Dilihat dari karakteristik sosial budaya, setiap daerah di wilayah tanah air Indonesia memiliki ciri khas mengenai adat-istiadat, tata krama pergaulan, kesenian, bahasa lisan maupun tulisan, kerajinan dan nilai kehidupannya masing-masing.Keanekaragaman tersebut bukan hanya dalam kebudayaannya tetapi juga kondisi alam dan lingkungan sosialnya, dan ini merupakan kekayaan hidup bangsa Indonesia yang perludilestarikan dan dikembangkan melalui upaya pendidikan. Beranjak dari kenyataan tersebut, maka pengembangan kurikulum sekolah harus mengakomodasi unsur-unsur lingkungan yang menjadi dasar dalam menetapkan materi kurikulum muatan lokal.Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah.Yang dimaksud dengan isi adalah materi pelajaran atau bahan ajar yang dipilih dari lingkungan dan dijadikan program untuk dipelajari siswa di bawah bimbingan guru. Sedangkan media penyampaian adalah metode dan berbagai alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan isi muatan lokal yang diambil dari dan menggunakan sumber lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta didik. Contoh kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan di sebagian besar sekolah adalah Mata Pelajaran Keterampilan, Kesenian, dan Bahasa Daerah.Tujuan pengembangan kurikulum muatan lokal dapat dilihat dari kepentingan nasional dan kepentingan peserta didik. Dalam hubungannya dengan kepentingan nasional muatan lokal bertujuan: 1. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah. 2. Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan ke arah yang positif. Jika dilihat dari sudut kepentingan peserta didik pengemangan kurikulum muatan lokal bertujuan: 1. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap lingkungannya (lingkungan alam, sosial, dan budaya). 2. Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya sehingga mereka tidak asing dengan lingkungannya. 3. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan masalah yang ditemukan di lingkungan sekitarnya (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000:276)

2.4 Landasan Ilmu Pengetahuan dan TeknologiTeknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah masalah praktis. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan dan selalu berkembang dengan pesat seiring lajunya perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan upaya menyiapkan mahasiswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat, maka pengemban kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi Seni merupakan hal yang penting yang dapat memperhalus budi pekerti.Pendidikan, juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari ilmu dan teknologi. Pendidikan sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial, sebab pendidikan merupakansalah satu aspek sosial. Pendidikan tidak terbatas pada pendidikan formal saja, melainkan juga pendidikan nonformal, sebab pendidikan meliputi segala usaha sendiri atau usaha pihak luar untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan, memperoleh keterampilan dan membentuk sikap-sikap tertentu. Kemajuan di bidang komunikasi massa juga sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Sebab media massa juga merupakan media pendidikan. Dengan kata lain, melalui media massa, dapat berlangsung proses pendidikan. Baik tayangan-tayangan yang berbentuk informasi ataupun tayangan yang bersifat hiburan juga mempunyai nilai-nilai pendidikan.Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan IPTEK terhadap pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju, dan sejahtera. Di sisi lain, perkembangan IPTEK itu sendiri berlangsung semakin cepat, bersamaan dengan persaingan antar bangsa semakin meluas, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan IPTEK, yang padagilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap pengembangan sumber daya manusia(SDM), supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan serta pengembangan dalam bidang IPTEK.Dalam hal ini, implikasi IPTEK dalam pengembangan kurikulum, antara lain:Pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia.Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untukmengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itusendiri.Perkembangan IPTEK berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang didalamnya mencakup pengembangan isi atau materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Ini secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu i juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan an teknologi juga banyak membawa perubahan pada istem nilai-nilai.Pendidikan pada dasarnya adalah bersifat normatif, dengan demikian perubahan nilai-nilai yang diakibatkan perubahan ilmu pengatahuan dan teknologi perlu diarahkan agar bisa menuju pada perubahan yang positif. Oleh karena itu pengembangan kurikulum harus senatiasa menjadikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasannya, sehingga menghasilkan kurikulum yang memiliki kekuatan, dan juga bisa mengambangkan dan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi lebih memajukan peradaban manusia. Para pengembang kurikulum, termasuk didalamnya guru-guru, harus memahami perubahan tersebut, agar isi dan strategi yang dikembangakn tidak menjadi usang aau ketinggalan zaman.

BAB 3PENUTUP

3.1 KesimpulanLandasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3.2 Saran Dalam penulisan makalah ini, tentu banayak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKACartono. 2010.Evaluasi Hasil Belajar Berbasis Standar. Bandung: Prisma Press ProdaktamaIbrahim, R. dkk.2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPIHamalik, O. (1990). Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Perkembangannya. Bandung: Mandar Maju.Hamalik, Oemar.2011.Dasar-Dasar PengembanganKurikulum.Bandung: Remaja Rosdakaryahttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-kurikulum/https://riedushine.wordpress.com/2013/03/07/landasan-kurikulum/Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.Masitoh, dkk.Hand Out (Revisi) Landasan Pengembangan Kurikulum. Bandung: Universitas Pendidikan IndonesiaSukmadinata, Nana Syaodih. (1997). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja RosdakaryaSukmadinata,Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum :Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja RosdakaryaSukmadinata, Nana Syaodih.2010.Pengembangan kurikulumteori dan praktek.Bandung:PT. Remaja RosdakaryaYulaelawati, Ella.2004. Kurikulum dan Pembelajaran :Filosofi, Teori, dan Aplikasi. Bandung: PakarKarya

21