makalah analisis kurikulum

127
TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI ANALISIS KURIKULUM DI INDONESIA OLEH: TRI ASTARI 8146182041 KELAS: B1 DIKDAS 1

Upload: astari-adja

Post on 09-Jan-2017

3.170 views

Category:

Education


112 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah ANALISIS kurikulum

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

TRI ASTARI TRI ASTARI TRI ASTARI

ANALISIS KURIKULUMDI INDONESIA

OLEH:TRI ASTARI

8146182041

KELAS: B1 DIKDAS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 1

Page 2: Makalah ANALISIS kurikulum

2015

2

Page 3: Makalah ANALISIS kurikulum

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah

memberikan kita rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau

menyelesaikan penyusunan makalah Pengembangan dan Telaah Kurikulum

Dikdas ini yang berjudul ANALISIS KURIKULUM di INDONESIA.

Shalawat dan rangkaian salam kehadirat nabi Muhammad SAW yang kita

dari alam kegelapan menuju terang benderang.

Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai tugas individu Pengembangan

dan Telaah Kurikulum Dikdas dan sebagai bahan perkuliahan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Harun

Sitompul, M. Pd yang telah membimbing penulis dan pihak-pihak yang telah

membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini penulis yakini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak

kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak“,

baik isi maupun penyusunnya. Atas semua itu dengan rendah hati penulis

harapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan, November 2015

Penulis

3

Page 4: Makalah ANALISIS kurikulum

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar belakang .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan ...................................................................................2

D. Manfaat Pembahasan ..................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................4

Konsep Kurikulum ......................................................................................4

B. Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum ..................................................7

C. Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum ...................................................8

D. Orientasi Pengembangan Kurikulum ........................................................12

E. Model Pengembangan Kurikulum ............................................................13

F. Tahapan Pengembangan Kurikulum .........................................................20

G. Pengembangan Kurikulum di Indonesia ...................................................23

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................53

BAB III SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................79

A. Simpulam...................................................................................................79

B. Saran ..........................................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA

4

Page 5: Makalah ANALISIS kurikulum

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah

satu komponen kehidupan yang paling urgent. Semenjak manusia berinteraksi

dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil

merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lingkup

kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam

perkembangan peradaban manusia. Secara paralel proses pendidikan pun

mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk metode, sarana

maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini merupakan salah satu sifat

dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju. Dan apabila

sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan suatu kemajuan

atau malah menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan.

Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup target,

metode dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi

dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi

terwujudnya kemajuan yang lebih baik.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah

terus berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan. Dan

sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sebuah

kurikulum. Menurut Sukmadinata (2008:5), “Kurikulum (curriculum) merupakan

suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses

kegiatan belajar mengajar”. Kurikulum dipahami sebagai seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum memiliki empat

komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi

pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap

komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen

5

Page 6: Makalah ANALISIS kurikulum

yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan

komponen lainnya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula.

Kurikulum terus mengalami perubahan dari masa ke masa, dalam

perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah

mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,

1984, 1994, 2004, dan yang sekarang 2006. Perubahan tersebut merupakan

konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,

ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,

kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara

dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.

Selanjutnya perubahan kurikulum tersebut akan dianalisis perbedaan dan

persamaannya dilihat dari aspek kurikulum yang akan dibahas dalam makalah ini

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang ada maka rumusan

masalah yang digunakan adalah:

1. Apakah perbedaan dilihat dari aspek kurikulum pada Tahun 1964, 1974,

1984, 1994, 2004, KTSP dan Kurikulum 2013.

2. Apakah persamaan dilihat dari aspek kurikulum pada Tahun 1964, 1974,

1984, 1994, 2004, KTSP dan Kurikulum 2013.

E. Tujuan Pembahasan

Tujuan dari makalah ini, antara lain:

1. Memahami perbedaan dilihat dari aspek kurikulum pada Tahun 1964,

1974, 1984, 1994, 2004, KTSP dan Kurikulum 2013.

2. Memahami persamaan dilihat dari aspek kurikulum pada Tahun 1964,

1974, 1984, 1994, 2004, KTSP dan Kurikulum 2013.

F. Manfaat Pembahasan

Penulis berharap makalah ini memiliki manfaat bagi kita semua. Dimana

dengan adanya makalah ini dapat membantu semua kalangan baik itu pelajar,

6

Page 7: Makalah ANALISIS kurikulum

mahasiswa dan masyarakat umum dalam memahami kurikulum yang telah ada

selama ini khususnya memahami perbedaan dan persamaan kurikulum tersebut.

7

Page 8: Makalah ANALISIS kurikulum

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Kurikulum

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan

praktik pendidikan serta bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang

dianutnya. Menurut pandangan lama, sejak zaman Yunanni Kuno, kurikulum

merupakan kumpulan mata pelajaran-mata pelajaran yang harus disampaikan guru

atau dipelajari siswa. Lebih khusus kurikulum sering diartikan sebagai isi

pelajaran. Pendapat-pendapat yang muncul berikutnya telah beralih dari

penekanan terhadap isi menjadi lebih menekankan pada pengalaman belajar

(Sukmadinata, 2005: 4).

Pandangan lain tentang kurikulum adalah yang menyatakan bahwa

kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh lembaga

pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa

melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan

pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Kurikulum

bukan hanya berupa sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang

dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat

pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha, gambar-

gambar, halaman sekolah, dan lain-lain.

Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses activities,

and experiences which pupils have under the direction of school, whether

in the classroom or not.

Kendatipun pandangan tersebut diterima, namun pada umumnya guru-guru

tetap berpandangan bahwa kegiatan-kegiatan dalam kelas saja yang termasuk

kurikulum, sedangkan kegiatan di luar kelas merupakan nilai edukatif yang

diberikan oleh kurikulum itu.

Menurut Mac Donald (Sukmadinata, 2005:5), sistem persekolahan

terbentuk atas empat subsistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran, dan 8

Page 9: Makalah ANALISIS kurikulum

kurikulum. Mengajar (teaching) merupakan kegiatan atau perlakuan profesional

yang diberikan oleh guru. Belajar (learning) merupakan kegiatan atau upaya yang

dilakukan siswa sebagai respon terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh

guru. Keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan

terjadinya interaksi belajar-mengajar disebut pembelajaran (instruction).

Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau

pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar.

Kurikulum sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana

(curriculum plan) dengan kurikulum yang fungsional (functioning curriculum).

Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan

sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan

mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana

tertulis merupakan dokumen kurikulum (curriculum document or inert

curriculum), sedangkan kurikulum yang dioperasikan di kelas merupakan

kurikulum fungsional (functioning, live or operative curriculum) (Sukmadinata,

2005: 5).

Tabel 2.1 Perbedaan konsep kurikulum menurut beberapa ahli.

Nama Ahli Tahun Kurikulum

Robert S. Zais 1976 “... a racecourse of subject matters to be

mastered”

Caswel & Campbell 1935 “... to be composed of all experiences

children have under the guidance of

teacher”

Ronald C. Doll 1974 “The commonly accepted definition of the

curriculum has changed from content of

courses of study and list of subjects and

courses to all experiences which are

offered to learners under the auspices or

9

Page 10: Makalah ANALISIS kurikulum

direction of the school.”

Mauritz Johnson 1967 “... a structured series of intended learning

outcomes”

Beauchamp 1968 “A curriculum is a written document which

may contain many ingredients, but

basically it is a plan for education of

pupils during their enrollment in given

school”.

Menurut Hilda Taba (1962), perbedaan antara kurikulum dan pengajaran

bukan terletak pada implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya.

Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau

lebih umum, sedangkan yang lebih sempit, lebih khusus menjadi tugas

pengajaran. Menurut Taba keduanya (kurikulum dan pengajaran) membentuk satu

kontinum, kurikulum terletak pada ujung tujuan umum atau tujuan jangka

panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu yang lebih khusus atau

tujuan dekat. Batas keduanya sangat relatif, bergantung pada tafsiran guru.

Dari pendapat-pendapat para ahli tentang pengertian kurikulum,

selanjutnya dikenal tiga konsep kurikulum, yakni: kurikulum sebagai substansi,

kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi (Sukmadinata,

2005: 27).

1. Konsep pertama, kurikulum sebagai substansi. Suatu kurikulum dipandang

sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi siswa di sekolah, atau sebagai

suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat

berarti suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar,

kegiatan belajar-mengaja, jadwal, dan evaluasi.

2. Konsep kedua, kurikulum sebagai sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem

kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan.

Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja

bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi,

10

Page 11: Makalah ANALISIS kurikulum

dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah

tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah

bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

3. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang studi

kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli

pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah

mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.

B. Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah the planning

of learning opportunities intended to bring about certain desered in pupils, and

assesment of the extent to wich these changes have taken plece (Audrey Nicholls

& Howard Nichools dalam Hamalik, 2007: 96).

Rumusan ini menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum adalah

perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa

siswa ke arah perubahan-perubahan tertentu yang diharapkan. Sedangkan yang

dimaksud dengan kesempatan belajar (learning opportunity) adalah hubungan

yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan, peralatan,

dan lingkungan tempat siswa belajar yang diinginkan diharapkan terjadi.

Dalam pengertian di atas, sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah

proses siklus, yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut terdiri dari empat unsur

yakni (Hamalik, 2007: 96-97):

a. Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan

pertimbagngan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan

dengan mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara

menyeluruh.

b. Metode dan material: menggembangkan dan mencoba menggunakan

metode-metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tadi

yang serasi menurut pertimbangan guru.

c. Penilaian (assesment): menilai keberhasilan pekerjaan yang telah

dikembangkan itu dalam hubungannya dengan tujuan, dan bila

mengembangkan tujuan-tujuan baru.

11

Page 12: Makalah ANALISIS kurikulum

d. Balikan (feedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah

diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.

Pengembangan kurikulum merupakan inti dalam penyelenggaraan

pendidikan, dan oleh karenanya pengembangan dan pelaksanaannya harus

berdasarkan pada asas-asas pembangunan secara makro. Sistem pengembangan

kurikulum harus berdasarkan asas-asas sebagai berikut (Hamalik, 2007: 15):

1) Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan pada asas keimanan dan

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas

demokrasi pancasila.

3) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan

diarahkan pada asas keadilan dan pemerataan pendidikan.

4) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan

diarahkan berdasarkan asas keseimbangan, keserasian, dan keterpaduan.

5) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan

diarahkan berdasarkan asas hukum yang berlaku.

6) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan

diarahkan berdasarkan asas kemandirian dan pembentukan manusia

mandiri.

7) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan

diarahkan berdasarkan asas nilai-nilai kejuangan bangsa.

8) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan

diarahkan berdasarkan asas pemanfaatan, pengembangan, penciptaan ilmu

pengetahuan, dan teknologi.

C. Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum

Kebijakan umum dalam pembangunan kurikulum harus sejalan dengan

visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional yang dituangkan dalam

kebijakan peningkatan angka partisipasi, mutu, relevansi, dan efisieinsi

pendidikan. Kebijakan umum dalam pembangunan kurikulum nasional mencakup

prinsip-prinsip (Hamalik, 2007: 3-4):

12

Page 13: Makalah ANALISIS kurikulum

1. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika.

2. Kesamaan memperoleh kesempatan.

3. Memperkuat identitas nasional.

4. Menghadapi abad pengetahuan.

5. Menyongsong tantangan teknologi informasi dan komunikasi.

6. Mengembangkan keterampilan hidup.

7. Mengintegrasikan unsur-unsur penting ke dalam kurikulum.

8. Pendidikan alterantif.

9. Berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan.

10. Pendidikan multikultur.

11. Penilaian berkelanjutan.

12. Pendidikan sepanjang hayat.

Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 150-155) mengemukakan bahwa secara

garis besar terdapat dua prinsip pengembangan kurikulum, yaitu prinsip umum

dan prinsip khusus.

1. Prinsip Umum

a. Prinsip relevansi

Kurikulum harus memiliki relevansi keluar dan di dalam kurikulum itu

sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang

tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan

perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan

bekerja dalam masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam

yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum,

yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal

ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.

b. Prinsip fleksibilitas

Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum

mempersiapkan anak untuk hidup dalam kehidupan pada masa kini dan masa

yang akan datang, di berbagai tempat dengan latar belakang dan kemampuan

yang berbeda-beda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi

hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya

13

Page 14: Makalah ANALISIS kurikulum

penyesuaian-penyesuan berdasarkan kondisi daerah, waktu, maupun

kemampuan, dan latar belakang anak.

c. Prinsip kontinuitas

Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara

berkesinambungan, tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman-

pengalaman yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan

antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan

dengan jenjang pendidikan lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan

pekerjaan.

d. Prinsip kepraktisan/efisiensi

Kurikulum mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan

memerlukan biaya murah. Kurikulum yang terlalu menuntut keahlian-keahlian

dan peralatan yang sangat khusus serta biaya yang mahal merupakan

kurikulum yang tidak praktis dan sukar dilaksanakan.

e. Prinsip efektivitas

Walaupun prinsip kurikulum itu mudah, sederhana, dan murah,

keberhasilannya harus diperhatikan secara kuantitas dan kualitas karena

pengembangan kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran

dari perencanaan pendidikan.

2. Prinsip Khusus

a. Berkenaan dengan tujuan pendidikan

Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada

tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum

atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (khusus).

b. Berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan

Dalam memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan

yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu diperhatikan beberapa

hal sebagai berikut:

1) Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pembelajaran ke dalam bentuk

perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.

14

Page 15: Makalah ANALISIS kurikulum

2) Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

3) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.

c. Berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar

Pemilihan proses belajar-mengajar yang digunakan hendaknya

memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1) Apakah metode/teknik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk

mengajarkan bahan pelajaran?

2) Apakah metode/teknik-teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi

sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?

3) Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang

bertingkat-tingkat?

4) Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegitan untuk mencapai

tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

5) Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, guru, atau kedua-

duanya?

6) Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan

baru?

7) Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di

sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada di

rumah dan masyarakat.

8) Untuk menguasai keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang

menekankan ”learning by doing” selain ”learning by seeing and knowing”.

d. Berkenaan dengan pemilihan media dan alat pembelajaran

Proses belajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-

alat bantu pembelajaran yang tepat.

e. Berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

Penilaian merupakan bagian integral pengajaran, perlu diperhatikan:

1) Penyusunan alat penilaian (test)

2) Perencanaan suatu penilaian

3) Pengolahan hasil penilian.

15

Page 16: Makalah ANALISIS kurikulum

D. Orientasi Pengembangan Kurikulum

Seller dan Miller (1985) mengemukakan bahwa proses pengembangan

kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus. Seller

memandang bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan

orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan

pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan hakikat anak didik, pandangan

tentang keberhasilan implementasi kurikulum, dan lain sebagainya. Berdasarkan

orientasi itu selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi pedoman

pembelajaran, diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dievaluasi.

Hasil evaluasi itulah kemudian dijadikan bahan dalam menentukan orientasi,

begitu seterusnya hingga membentuk siklus.

Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut 6 aspek,

yaitu :

1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan: artinya hendak

dibawa ke mana siswa yang kita didik itu.

2. Pandangan tentang anak: apakah anak dipandang sebagai organisme yang

aktif atau pasif.

3. Pandangan tentang proses pembelajaran: apakah proses pembelajaran itu

dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah

perilaku anak.

4. Pandangan tentang lingkungan : apakah lingkungan belajar harus dikelola

secara formal atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas

belajar.

5. Konsepsi tentang peranan guru : apakah guru harus berperan sebagai

instruktur yang bersifat otoriter atau guru dianggap sebagai fasilitator yang

siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar.

6. Evaluasi belajar : apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes

atau non tes.

E. Model Pengembangan Kurikulum

Model adalah konstruksi yang bersifat teroretis dari konsep. Menurut

Roberts S. Zain dalam bukunya: Curriculum Principles and Foundation (Dakir,

16

Page 17: Makalah ANALISIS kurikulum

2004: 95-99), berbagai model dalam pengembangan kurikulum secara garis besar

diutarakan sebagai berikut :

1. Model Administratif (Garis Staff atau Top Down)

Pengembangannya dilaksanakan sebagai berikut.

a. Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang

berwenang(pengawas pendidikan, Kepsek, dan pengajar inti)

b. Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah

yang diikuti.

c. Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para

spesialis kurikulum dan staf pengajar.

d. Hasil kerja direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil try out.

e. Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa Kepsek, dan telah direvisi

sebelumnya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan.

2. Model dari Bawah (Grass-Roats)

Langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Inisiatif pengembangan datang dari bawah (Para pengajar)

b. Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari orang

tua siswa atau masyarakat luas yang relevan.

c. Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan

d. Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintis diadakan

loka karya agar diperoleh input yang diperlukan.

3. Model Demonstrasi

Langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Staf pengajar pada suatu sekolah menemukan suatu ide pengembangan dan

ternyata hasilnya dinilai baik.

b. Kemudian hasilnya disebarluaskan di sekolah sekitar.

a. Model Beauchamp

Model ini dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964) dengan langkah-

langkah sebagai berikut.

17

Page 18: Makalah ANALISIS kurikulum

a. Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas,

diperluas di sekolah, disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik

berskala regional maupun nasional yang disebut arena.

b. Menunjuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert,

staf pengajar, petugas bimbingan, dan nara sumber lain.

c. Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar

mengajar. Untuk tugas tersebut dibentuk dewan kurikulum sebagai

koordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum,

memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria untuk

memilih kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis keseluruhan

kurikulum yang akan dikembangkan.

d. Melaksanakan kurikulum di sekolah

e. Mengevaluasi kurikulum yang berlaku

b. Model Terbalik Hilda Taba

Model ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif yang

disebut model terbalik karena langkah-langkahnya diawali dengan pencarian data

dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan, kemudian disusun teorinya

lalu diadakan pelaksanaan.

Langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi,

menemukan penilaian, memperhatikan keluasan dan kedalaman bahan,

kemudian menyusun suatu unit kurikulum.

b. Mengadakan try out.

c. Mengadakan revisi berdasarkan try out.

d. Menyusun kerangka kerja teori

e. Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan.

18

Page 19: Makalah ANALISIS kurikulum

c. Model Hubungan Interpersonal dari Rogers

Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan

individu secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri

berkomunikasi secara interpersonal.

Langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Dibentuk kelompok untuk memperoleh hubungan interpersonal di tempat

yang tidak sibuk.

b. Kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan saling tukar

pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar.

c. Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas dalam

suatu sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih

sempurna, yaitu hubungan antara guru dengan guru, guru dengan siswa,

siswa dengan siswa dalam suasana yang akrab.

d. Selanjutnya pertemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota yang

lebih luas lagi, yaitu para pegawai adminstrasi dan orang tua siswa. Dalam

situasi yang demikian diharapkan masing-masing personakan akan saling

menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan

problem sekolah.

e. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan penyusunan kurikulum akan

lebih realistis karena didasari oleh kenyataan-kenyataan yang diharapkan.

c. Model Action Research yang Sistematis

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum

yaitu adanya hubungan antarmanusia, keadaan organisasi sekolah, situasi

masyarakat, dan otoritas ilmu pengetahuan.

Langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Dirasakan adanya problem proses belajar mengajar di sekolah yang perlu

diteliti.

b. Mencari sebab-sebab terjadinya problem dan sekaligus dicari

pemecahannya. Kemudian menentukan keputusan apa yang perlu diambil

sehubungan dengan masalah yang timbul tersebut.

c. Melaksankan keputusan yang telah diambil.Selanjutnya, menurut

Sukmadinata (2005: 81-100), terdapat beberapa model konsep kurikulum,

19

Page 20: Makalah ANALISIS kurikulum

yaitu 1) Kurikulum Subjek Akademis, 2) Kurikulum Humanistik, 3)

Kurikulum Rekonstruksi Sosial, dan 4) Kurikulum Teknologis.

1. Kurikulum Subjek Akademis

Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik

(perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi masa lalu. Kurikulum ini

dikembangkan berdasarkan pandangan bahwa fungsi pendidikan adalah

memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu. Kurikulum ini lebih

mengutamakan isi pendidikan berupa disiplin ilmu yang telah dikembangkan

secara logis, sistematis, dan solid oleh para ahli. Belajar adalah berusaha

menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah

orang yang menguasai seluruh atau sebgaian besar isi pendidikan yang diberikan

atau disiapkan oleh guru. Guru sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan

yang sangat penting. Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang ada

dalam kurikulum. Guru adalah yang ”digugu dan ditiru” (diikuti dan dicontoh).

Pendidikan berdasarkan kurikulum ini lebih bersifat intelektual. Namun,

demikian, dalam perkembangannya sekarang kurikulum ini secara berangsur-

angsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa.

Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan

tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi.

a. Tujuan kurikulum subjek adademis adalah pemberian pengetahuan yang

solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses

”penelitian”.

b. Metode yang paling banyak digunakan adalah metode ekspositori dan

inkuiri. Ide-ide (konsep utama) disusun secara sistematis dan diberi

ilustrasi secara jelas, untuk selanjutnya dikaji dan dikuasai siswa. Para

siswa menemukan bahwa kemampuan berpikir dan mengamati digunakan

dalam ilmu kealaman, logika digunakan dalam matematika, bentuk dan

perasaan digunakan dalam seni, serta koherensi dalam sejarah.

c. Pola organisasi isi kurikulum berupa correlated curriculum, unified

(concentrated curriculum), integrated curriculum, dan problem solving

curriculum.

20

Page 21: Makalah ANALISIS kurikulum

d. Evaluasi pelaksanaan kurikulum ini menggunakan bentuk evaluasi yang

bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.

2. Kurikulum Humanistik

Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan

humanistik berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi(personalized education)

yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J. Rousseau(Romantic

Education). Aliran ini bertolak dari asumsi bahwa siswa adalah yang pertama dan

uatama dalam pendidikan. Merekan percaya bahwa siswa mempunyai potensi,

punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga

berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu merupakan satu kesatuan yang

menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada pembinaan manusia yang utuh bukan

saja segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap,

perasaan, nilai-nilai, dan lain-lain).

Kurikulum humanistik memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis

yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian,

sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar.

b. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode yang menciptakan

hubungan emosional yang baik antara guru dan siswa, memperlancar

proses belajar, dan memberikan dorongan kepada siswa atas dasar saling

percaya, tanpa ada paksaan.

c. Kurikulum menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang

bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Selain itu,

kurikulum ini juga menekankan pada pemberian pengalaman yang

menyeluruh, bukan terpenggal-penggal. Kurikulum ini kurang

mengutamakan sekuens karena kan mengakibatkan siswa kurang

mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memeperdalam aspek-

aspek perkembangannya.

d. Evaluasi dilaksanakan lebih mengutamakan proses daripada hasil.

Kegiatan belajar yang baik adalah yang memberikan pengalaman kepada

siswa untuk memperluas kesadaran dirinya dan mengembangkan

21

Page 22: Makalah ANALISIS kurikulum

potensinya secara optimal. Dalam kurikulum ini tidak digunakan kriteria

pencapaian. Peniaian bersifat subjektif baik dari guru maupun para siswa.

a. Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang

dihadapinya dalam masyarakat dan bersumber pada aliran pendidikan

interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan

kegiatan bersama, inetraksi, atau kerja sama antara siswa dengan guru, siswa

dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya, dan dengan

sumber belajar lainnya.

Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para

siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan, atau gangguan-

gangguan yang dihadapi manusia. Tantangan-tantangan tersebut

merupakan bidang garapan studi sosial yang bersifat universal bisa

didekati dari berbagai disiplin ilmu dan dapat dikaji dalam kurikulum.

b. Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum

berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengann

tujuan siswa. Guru-guru berusaha membantu para siswa menemukan minat

dan kebutuhannya. Pembelajaran diciptakan berupa kerja sama antarsiswa,

antarkelompok, dan antara siswa dengan nara sumber dari masyarakat.

Dengan demikian terbentuk juga saling kebergantungan, saling pengertian,

dan konsesnsus. Sejak sekolah dasar, siswa sudah diharuskan turut serta

dalam survey kemasyarakatan serta kegiatan sosial lainnya. Adapun kelas-

kelas tinggi dihadapkan kepada situasi nyata dan diperkenalkan dengan

situasi-situasi ideal. Dengan begitu diharapkan siswa dapat menciptakan

model-model kasar dari situasi yang akan datang.

c. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti

sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah

yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama

dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok,

latihan-latihan, kunjungan, dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai

22

Page 23: Makalah ANALISIS kurikulum

kegiatan kelompok ini merupakan jari-jari. Semuakegiatan jari-jari

tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.

d. Evaluasi diarahkan bukan hanya pada apa yang telah dikuasai siswa, tetapi

juga pada sejauh mana pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.

Penilaian dilaksanakan dengan melibatkan siswa terutama dalam memilih,

menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Sebelum diujikan, soal-

soal dinilai terlebih dahulu ketepatannya, keluasan isinya, dan

keampuhannya menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan

masyarakat yang sifatnya kualitatif.

b. Kurikulum Teknologis.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, di bidang pendidikan

berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan

pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum yang tidak diarahkan pada

pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi.

Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih

sempit/khusus dan akhirnya menjadi prilaku-prilaku yang dapat diamati atau

diukur.

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum

adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak(software) dan perangkat

keras(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal

sebagai teknologi alat(tool technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat

lunak disebut teknologi sistem(system technologi).

Kurikulum teknologis memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:

a. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam

bentuk perilaku.

b. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai

proses mereaksi perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi

respon yang diharapkan maka respon tersebut diperkuat.

c. Bahan ajar atau isi kurikulum (organisasi bahan ajar) banyak diambil dari

disiplin ilmu tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung

penguasaan suatu kompetensi.

23

Page 24: Makalah ANALISIS kurikulum

d. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran,

suatu unit ataupun semester.

F. Tahapan Pengembangan Kurikulum

Konsep pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai:

1. Perekeyasaan (engineering), meliputi empat tahap, yakni:

a. Menentukan pondasi atau dasar-dasar yang diperlukan untuk

mengembangkan kurikulum;

b. Konstrukei ialah mengembangkan model kurikulm yang diharapkan

berdasarkan fondasi tersebut.

c. Impelementasi, yaitu pelaksanaan kurikulum;

d. Evaluasi, yaitu menilai kurikulum secara komprehensif dan sistemik.

2. Konstruksi, yaitu proses pengembangan secara mikro, yang pada garis

besarnya melalui proses 4 kegiatan, yakni merancang tujuan, merumuskan

materi, menetapkan metode, dan merancang evaluasi. (Hamalik, 2007:

133)

Pengembangan kurikulum berlandaskan manajemen, berarti melaksanakan

kegiatan pengembangan kurikulum erdasarkan pola pikir manajemen, atau

berdasarkan proses manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen, yang

terdiri dari (Hamalik, 2007: 133-134):

Pertama, Perencanaan kurikulum yang dirancang berdasarkan analisis

kebutuhan, menggunakan model tertentu dan mengacu pada suatu

desain kurikulum yang efektif.

Kedua, Pengorganisasian kurikulum yang ditata baik secara struktural

maupun secara fungsional.

Ketiga, Impelementasi yakni pelaksanaan kurikulum di lapangan

Keempat, Ketenagaan dalam pengembangan kurikulum.

Kelima, Kontrol kurikulum yang mencakup evaluasi kurikulum.

Keenam, Mekanisme pengembangan kurikulum secara menyeluruh.

24

Page 25: Makalah ANALISIS kurikulum

Mekanisme Pengembangan Kurikulum

Tahap 1 : Studi kelayakan dan kebutuhan

Tahap 2 : Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum

Tahap 3 : Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum

Tahap 4 : Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan

Tahap 5 : Pelaksanaan kurikulum

Tahap 6 : Pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum

Tahap 7 : Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian

(Hamalik, 2007: 142-143)

Tahap 1 : Studi kelayakan dan kebutuhan

Pengembang kurikulum melakukan kegiatan analisis kebutuhan program dan

merumuskan dasar-dasar pertimbangan bagi pengembangan kurikulum tersebut.

Untuk itu si pengembang perlu melakukan studi dokumentasi dan/atau studi

lapangan.

Tahap 2 : Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum

Konsep awal ini dirumuskan berdasarkan rumusan kemampuan, selanjutnya

merumuskan tujuan, isi, strategi pembelajaran sesuai dengan pola kurikulum

sistemik.

Tahap 3 : Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum

Penyusunan rencana ini mencakup penyusunan silabus, pengembangan bahan

pelajaran dan sumber-sumber material lainnya.

Tahap 4 : Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan

Pengujian kurikulum di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

keandalannya, kemungkinan pelaksanaan dan keberhasilannya, hambatan dan

masalah-masalah yang timbul dan faktor-faktor pendukung yang tersedia, dan

lain-lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum.

Tahap 5 : Pelaksanaan kurikulum

Ada 2 kegiatan yang perlu dilakukan, ialah :

1) Kegiatan desiminasi, yakni pelaksanaan kurikulum dalam lingkup sampel

yang lebih luas.

25

Page 26: Makalah ANALISIS kurikulum

2) Pelaksanaan kurikulum secara menyeluruh yang mencakup semua satuan

pendidikan pada jenjang yang sama.

Tahap 6 : Pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum

Selama pelaksanaan kurikulum perlu dilakukan penialaian dan pemantauan yang

berkenaan dengan desain kurikulum dan hasil pelaksanaan kurikulum serta

dampaknya.

Tahap 7 : Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian

Berdasarkan penilaian dan pemantauan kurikulum diperoleh data dan informasi

yang akurat, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan

pada kurikulum tersebut bila diperlukan, atau melakukan penyesuaian kurikulum

dengan keadaan. Perbaikan dilakukan terhadap beberapa aspek dalam kurikulum

tersebut (Hamalik, 2007: 142-143).

Sedangkan Soetopo dan Soemanto (1986:60-61) mengemukakan tahapan

atau langkah-langkah pengembangan kurikulum makrokospis sebagai berikut.

1. Pengaruh faktor-faktor yang mendorong pembaharuan kurikulum.

a. Tujuan (objectives) tertentu, yang permulaannya didorong oleh pengaruh

faktor sejarah, sosiologis, filsafah, psikologis, dan ilmu pengetahuan.

b. Hasil-hasil penemuan riset dalam interaksi belajar mengajar.

c. Tekanan-tekanan, baik yang berasal dari kelompok penekanan maupun

dari pengujian-pengujian eksternal.

2. Inisiasi Pengembangan.

Proses pengambilan keputusan baik di dalam maupun di luar sistem

pendidikan mengenai suatu pengembangan atau innovasi kurikulum hendak

dilaksanakan.

3. Inovasi Kurikulum Baru

Kurikulum baru dikembangkan melalui proyek-proyek pengembangan

kurikulum yang harus mengikuti fase-fase:

a. Penentuan tujuan-tujuan (objectives) kurikulum.

b. Produksi ‘materials’ (seperti buku, alat visual, perangkat) dan penciptaan

metode-metode pembelajaran yang sesuai.

c. Pelaksanaan percobaan-percobaan terbatas pada sekolah-sekolah.

26

Page 27: Makalah ANALISIS kurikulum

d. Evaluasi dan revisi ’material’ dan metode.

e. Penyebaran yang tak terbatas ’material’ dan metode yang sudah direvisi.

4. Difusi (penyebaran) Pengetahuan dan Pengertian tentang Pengembangan

Kurikulum di luar Lembaga-lembaga Pengembangan Kurikulum.

Hasil-hasil percobaan kurikulum disebarluaskan di sekolah-sekolah dan

masyarakat umum melalui penanaman pengertian, sehingga mereka akan

responsif terhadap pembaharuan yang hendak dilaksanakan.

a. Implementasi Kurikulum yang telah dikembangkan di sekolah-sekolah

b. Evaluasi Kurikulum

Para pengembang kurikulum mengadakan penilaian tehadap kurikulum

yang telah dilaksanakan, dengan mendapatkan umpan balik dari para guru,

murid, adminisrtrator sekolah, orang tua siswa, Komite Sekolah, dan

sebagainya.

Kegiatan pengembangan kurikulum dapat dilaksanakan pada berbagai

kondisi atau setting, mulai dari tingkat kelas sampai dengan tingkat nasional.

Kondisi-kondisi itu menurut Hamalik (2007: 104) adalah :

a. Pengembangan kurikulum oleh guru kelas.

b. Pengembangan kurikulum oleh sekelompok guru dalam suatu sekolah.

c. Pengembangan kurikulum melalui pusat guru (teacher’s centre’s)

d. Pengembangan kurikulum pada tingkat daerah

e. Pengembangan kurikulum dalam/melalui proyek nasional.

G. Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan

nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,

1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan yang sekarang 2006. Perubahan tersebut

merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik,

sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan

bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu

dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang

terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan

landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada

27

Page 28: Makalah ANALISIS kurikulum

penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam

merealisasikannya.

Berdasarkan masa ke masa dalam tahun, perubahan kurikulum di dunia

pendidikan Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964

Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah

mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk

pembekalan pada jenjang SD. Kurikulum 1964 juga menitik beratkan pada

pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal

dengan istilah Pancawardhana. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan

pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan

perkembangan anak. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program

Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,

emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.

Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin.

Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada

hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan,

kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah

alat untuk membentuk manusia pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-

sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tanun 1960.

Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan

mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana) atau

sistem lima aspek perkembangan yaitu perkembangan moral, perkembangan

intelegensia, perkembangan emosional/artistik, perkembangan keprigelan dan

perkembangan jasmaniah. Sistem panca wardana ini dapat diuraikan menjadi

beberapa mata pelajaran.

1. Perkembangan moral; pendidikan kemasyarakatan dan pendidikan

agama/budi pekerti.

2. Perkembangan intelegensia; bahasa Indonesia, bahasa daerah, berhitung

dan pengetahuan alamiah.

3. Perkembangan emosional/artistik; seni sastra/musik, seni lukis/rupa, seni

tari, seni drama.

28

Page 29: Makalah ANALISIS kurikulum

4. Perkembangan keprigelan; pertanian/peternakan, industry kecil/pekerjaan

tangan, koperasi/tabungan dan keprigelan-keprigelan lain.

5. Perkembangan jasmaniah; pendidikan jasmaniah dan pendidikan

kesehatan.

Fokus kurikulum 1964 ini lebih menekankan pada pengetahuan dan

kegiatan fungsional praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah pendidikan mulai

merambah lingkup praksis. Dalam pengertian bahwa setiap pelajaran yang

diajarkan disekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional praksis siswa

dalam masyarakat. Kurikulum masa ini dapat pula dikategorikan sebagai

Correlated Curriculum.

2. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien

dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang

manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata

Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan

pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai berikut:

Berorientasi pada tujuan

Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran

memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-

tujuan yang lebih integratif.

Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa

mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan

dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus

respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak

mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam

29

Page 30: Makalah ANALISIS kurikulum

GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan

kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun

1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 dengan kurikulum 1984.

3. Kurikulum 1984

1. Sejarah Perkembangan kurikulum 1984

Kurikulum 1984 berlaku berdasarkan keputusan mentri pendidikan dan

kebudayaan Nomor 0461/U/1983 tanggal 22 oktober 1983 tentang perbaikan

kurikulum. Kurikulum ini di susun karna kurikulum terdahulu di anggap memiliki

banyak kekurangan,

Ada 4 aspek yangdi sempurnakan dalam kurikulum 1984 yakni :

1. Pelaksanaan PSPB

2. Penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum

3. Pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antar ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik

4. Pelaksanaan pelajaran berdasarkan kerundatan belajar yang di sesuaikan

dengan kecepatan belajar masing-masing peserta didik

Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang

memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari

sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya. Posisi siswa ditempatkan sebagai

subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,

hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau

Student Active Learning (SAL). Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan

pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan.

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach.

2. Dasar Perubahan Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak

mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam

GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan

kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun

30

Page 31: Makalah ANALISIS kurikulum

1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984

(Komalawati, 2011).

Kurikulum 1984 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 oleh

karena itu juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Tokoh

penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Prof.D.Conny R.Semiawan,

kepala pusat kurikulum depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP

Jakarta (Universitas Negeri Jakarta) periode 1984-1992.

Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 kekurikulum 1984 di

antaranya adalah sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung kedalam

kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi

dengan kemampuan anak didik

3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di

sekolah

4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang

5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang

pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai

sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah

6. Pengadaan program studi baru ( seperti di SMA ) untuk memenuhi kebutuhan

lapangan kerja

3. Dasar Perubahan Kurikulum 1984 ke Kurikulum 1994

Adapun yang menjadi latar belakang diberlakukanya kurikulum 1994

adalah sebagai berikut :

1. Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan

Undang-Undang.

2. Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan,

diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pentelenggaraan pendidikan

nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

31

Page 32: Makalah ANALISIS kurikulum

teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan

pembangunan.

3. Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka Kurikulum Sekolah

Menengah Umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan

tersebut.

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran

menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar

mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi

karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar

mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah

satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini

memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak

kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode

tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan

dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu

pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.

Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga

tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat

menerima materi pelajaran cukup banyak (Komalawati, 2011 ).

4. Ciri-ciri Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

a. Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa

pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang

sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh

karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama

harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.

32

Page 33: Makalah ANALISIS kurikulum

b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar

siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik,

mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh

pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,

maupun psikomotor.

c. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral

adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar

berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas

dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang

diberikan.

d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.

Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian,

baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang

pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa

memahami konsep yang dipelajarinya.

e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.

Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa

dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan

konkret, semikonkret, semi abstrak, dan abstrak dengan menggunakan

pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah

menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.

f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah

pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses

pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan

mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses

diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan

pelajaran (Komalawati, 2011 ).

5. Pendekatan Kurikulum 1984

33

Page 34: Makalah ANALISIS kurikulum

Pendekata dalam kurikulum 1984 yaitu menerapkan pendekatan

pembelajaran CBSA dan Keterampilan Proses.

1. Pendekatan Keterampilan Proses.

Pendekatan Ketrampilan Proses merupakan pendekatan belajar mengajar

yang bertujuan untuk menanamkan keterampilan fisik dan mental peserta

didik. Keterampilan Proses mulai dikembangkan oleh Pusat Kurikulum

mulai tahun 1980 sd tahun 1983 khususnya dalam bidang studi Ilmu

Pengetahuan Alam di tingkat Sekolah Dasar.

2. Pendekatan CBSA

Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif merupakan Proses belajar-mengajar

dilaksanakan dengan lebih banyak mengacu kepada bagaimana peserta

didik belajar, selain kepada apa yang ia pelajari. Dengan demikian proses

belajar mengajar perlu berpusat pada peserta didik (student centered)

daripada berpusat pada guru (teacher centered).

6. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984

a. Kelebihan kurikulum 1984

1. Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci,

sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.

2. Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan

melalui keberanian memberikan pendapat

3. Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah

berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam

melaksanakan tugas.

4. Anak dapat belajar dari pengalaman langsung.

5. Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun

sosial.

6. Memasyarakatkan  keterampilan berdiskusi yang diperlukan dengan

berpartisipasi secara aktif

b. Kekurangan kurikulum 1984

34

Page 35: Makalah ANALISIS kurikulum

1. Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah

suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada

tempelan gambar, dan yang menyolok.

2. Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu

buku teks dan metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk guru

dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki

sumber belajar sangat terbatas.

3. Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak

pendapat peserta lain.

4. Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan

ketinggalan.

5. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa serta

tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat

kurang.

6. Diperlukan waktu yang  banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi

pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.

7. Guru kurang berperan aktif ( Pertiwi, 2013 ).

4. Kurikulum 1994

Hasil-hasil dari Proyek Supervisi bagi guru SD yang kemudian dikenal

dengan sebutan populer “Proyek CBSA” yang dimulai di Cianjur pada tahun

1979 kemudian direplikasi di Kota Mataram di Provinsi Nusa Tenggara Barat,

Kabupaten Maros di Sulawesi Selatan, Kota Binjai di Sumatera Utara,

Kota Bandar Lampung di Lampung, Kabupaten Sidoarjo di Jawa

Timur, dan Kabupaten Tanah Laut di Kalimantan Selatan. Selain itu, Pusat

Kurikulum juga bekerja sama dengan beberapa daerah lain dalam upaya

replikasi ini. Sejalan dengan itu, direktorat sekolah dasar pada Ditjen

Dikdasmen melakukan melakukan diseminasi melalui penataran terpusat dan

kantor-kantor wilayah Depdikbud melakukan penataran tingkat provinsi yang

dilanjutkan ke tingkat kebupaten dan kecamatan. Di samping itu, ada juga

inisiatif sejumlah perguruan swasta yang bekerja sama dengan Pusat

Kurikulum dan daerah-daerah binaan replikasi untuk menerapkan cara belajar

35

Page 36: Makalah ANALISIS kurikulum

siswa aktif. Penerbit swasta juga ikut mengupayakan introduksi atau integrasi

pendekatan belajar aktif dalam buku pelajaran yang diterbitkan.

Dasawarasa 1980-an adalah dasawarsa kegairahan mencoba dan

menerapkan cara belajar siswa aktif. Proyek Supervisi atau CBSA itu secara

resmi diakhiri pada tahun 1992 sejalan dengan keputusan ODA /

DFID Pemerintah Inggris mengakhiri bantuan kepada proyek ini. Hasil-hasil

pengembangan cara belajar siswa aktif dan supervisi guru ini dimasukkan ke

dalam Kurikulum 1994 dan pedoman-pedomannya.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pada Kurikulum 1994

dikemukakan berikut ini:

1. Kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan dengan sistem klasikal yang

mengelompokkan anak dengan usia dan kemampuan rata-rata hampir

sama menerima pelajaran dari seorang guru dalam mata pelajaran yang

sama dalam waktu dan tempat yang sama. Bila diperlukan dapat

dibentuk penglompokan sesuai dengan tujuan dan keperluan

pengajaran.

2. Kegiatan belajar-mengajar pada dasarnya mengembangkan

kemampuan psikis dan fisik serta kemampuan penyesuaian sosial

siswa secara utuh. Dalam rangka mempersiapkan siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah atau

memasuki lapangan kerja, perlu diusahakan pengembangan sikap

bertanggung jawab dalam belajar dan mengemukakan pendapat, serta

kemandirian dalam mengambil keputusan.

3. Mengingat anekaragamnya mata pelajaran, cara penyajian

pelajaran hendaknya memanfaatkan berbagai sarana penunjang seperti

kepustakaan, alat peraga, lingkungan alam dan budaya, serta

masyarakat dan narasumber.

4. Kegiatan belajar-mengajar sebagai pembelajaran tambahan dapat

diberikan kepada siswa baik yang akan melanjutkan ke pendidikan

menengah maupun yang akan memasuki lapangan kerja / masyarakat

umum. Siswa dapat mengikuti satu atau beberapa mata pelajaran

sebagai pelajaran tambahan di luar jam pelajaran pada susunan

36

Page 37: Makalah ANALISIS kurikulum

program pengajaran, dengan jatah waktu yang sesuai dengan

keadaan. Kegiatan pembelajaran tambahan dapat berupa kegiatan

perbaikan atau kegiatan pengayaan.

(Sumber: Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan, Program, dan

Pengembangan, Depdikbud, 1993).

Jika diamati secara teliti, dalam berbagai kurikulum (GBPP) mata

pelajaran pendekatan belajar aktif menjadi warna yang menonjol. Dari segi

penyajian kurikulum dalam GBPP, komponen kegiatan belajar amat

ditekankan. Hal ini terlihat dari uraian tentang kegiatan belajar yang aktif

yang merupakan porsi utama dan terbesar dalam keseluruhan GBPP. Khusus

dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan dengan

menggunakan pendekatan komunikatif (communicative approach) yang

menekankan keterampilan berbahasa mengganti pendekatan struktural

(structural approach) yang menekankan tatabahasa dalam kurikulum-

kurikulum sebelumnya (Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1984). Penerapan

pendekatan komunikatif dalam Bahasa Indonesia berdampak juga kepada

pengembangan kurikulum Bahasa Inggris SMP dan SMA yang menggunakan

pendekatan yang sama.

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa pendekatan belajar aktif

merupakan pendekatan pengembangan yang dianut dalam mengembangkan

Kurikulum 1994. Gagasan-gagasan utama pendekatan ini dikemukakan

dalam gambar-gambar berikut ini.

37

Page 38: Makalah ANALISIS kurikulum

Gambar 2.1 Inti pengertian belajar aktif tampak pada gambar ini

Pendekatan belajar aktif adalah implementasi pandangan

konstruktivisme dalam belajar. Vygotsky (1978) menekankan konvergensi

elemen-elemen sosial dan praktis dalam belajar. Momen yang amat signifikan

dalam lintasan perkembangan intelektual terjadi ketika berbicara (speech) dan

kegiatan praktik, dua jalur perkembangan yang sebelumnya sepenuhnya tak

saling tergantung (independen), berkonvergensi. Melalui kegiatan praktik

seorang anak mengkonstruksi makna dalam dirinya (pada tingkat

intrapribadinya), sedangkan berbicara menghubungkan makna ini dengan

dunia antar-pribadi yang di-share oleh anak dan budayanya. Pandangan

Vigotsky ini dapat digambarkan berikut ini.

38

Page 39: Makalah ANALISIS kurikulum

Gambar 2.2 Unsur-unsur belajar aktif

Dalam penerapan belajar aktif unsur-unsur pendekatan belajar aktif ini

meruapakan ciri-ciri sejauh mana sebuah sekolah telah melaksanakan

pendekatan belajar aktif.

Gambar 2.3 Prinsip-prinsip belajar aktif

Inilah prinsip-prinsip operasional pendekatan belajar aktif.

5. Kurikulum 2004

Usaha pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata

pelajaran terus menerus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, materi

pelajaran, dan proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Soejadi (1994:36), khususnya dalam mata pelajaran matematika “dikatakan bahwa

kegiatan pembelajaran matematika di jenjang persekolahan merupakan suatu

kegiatan yang harus dikaji terus menerus dan jika perlu diperbaharui agar dapat

sesuai dengan kemampuan murid serta tuntutan lingkungan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004,

adalahkurikulumyang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah

yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara

materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari kurikulum 1994, perbedaannya

hanya pada cara para murid belajar di kelas. Dalam kurikulum terdahulu, para

39

Page 40: Makalah ANALISIS kurikulum

murid dikondisikan dengan sistem caturwulan, sedangkan dalam kurikulum baru

ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu, para murid hanya

belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja.

Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan

keterampilan untuk menerapkan Iptek tanpa meninggalkan kerja sama dan

solidaritas, meski sesungguhnya antarsiswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru

hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah

pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek,

tetapi subjek dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.

Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat

kurikulum. Salah satu bentuk inovasi yang dikembangkan pemerintah guna

meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum.

Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respons terhadap perubahan

struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai

konsekuensi logis dilaksanakannya UU Nomor 22 dan 25 tahun 1999 tentang

Otonomi Daerah.

Kurikukum yang dikembangkan tersebut diberi nama Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada

pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu

sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Competency Based

Education is education geared toward preparing indivisuals to perform identified

competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti bahwa

pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan

perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu

dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman

pembelajaran.

Sejalan dengan visi pendidikan yang mengarah pada dua pengembangan,

yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa datang maka

pendidikan di sekolah dititipi seperangkat misi dalam bentuk paket-paket

kompetensi.

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar

yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir

40

Page 41: Makalah ANALISIS kurikulum

dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang

untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur, 2002a). Dasar pemikiran untuk

menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu

dalam berbagai konteks.

2. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk

menjadi kompeten.

3. Kompeten merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang menjelaskan

hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran.

4. Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan

secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui

kinerja yang dapat diukur.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana

dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,

penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan

dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum Berbasis Kompetensi

berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta

didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2)

keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.

Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan

pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa

dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan

siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.

Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga

unsur pokok, yaitu:

1. Pemilihan kompetensi yang sesuai

2. Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan

pencapaian kompetensi

3. Pengembangan sistem pembelajaran

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

41

Page 42: Makalah ANALISIS kurikulum

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikal.

2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsur edukatif.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam suatu

mata pelajaran memuat rincian kompetensi (kemampuan) dasar mata pelajaran itu

dan sikap yang diharapkan dimiliki siswa. Mari kita lihat contohnya dalam mata

pelajaran matematika, Kompetensi dasarmatematikamerupakan pernyataan

minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai

yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa

menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran matematika. Kompetensi

Dasar Mata Pelajaran Matematika merupakan gambaran kompetensi yang

seharusnya dipahami, diketahui, dan dilakukan siswa sebagai hasil pembelajaran

mata pelajaran matematika. Kompetensi dasar tersebut dirumuskan untuk

mencapai keterampilan (kecakapan) matematika yang mencakup kemampuan

penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, dan memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika.

Struktur kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensiini dirinci

dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam

setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran

tersebut.Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran

pada setiap level. Perumusan hasil belajaradalah untuk menjawab pertanyaan,

“Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka

pada level ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan

kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan

berbagai teknik penilaian.

42

Page 43: Makalah ANALISIS kurikulum

Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan

indikatoradalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa

siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”. Guru akan menggunakan

indikator sebagai dasar untuk menilai apakah siswa telah mencapai hasil belajar

seperti yang diharapkan. Indikator bukan berarti dirumuskan dengan rentang yang

sempit, yaitu tidak dimaksudkan untuk membatasi berbagai aktivitas pembelajaran

siswa, juga tidak dimaksudkan untuk menentukan bagaimana guru melakukan

penilaian. Misalkan, jika indikator menyatakan bahwa siswa mampu menjelaskan

konsep atau gagasan tertentu, maka ini dapat ditunjukkan dengan kegiatan

menulis, presentasi, atau melalui kinerja atau melakukan tugas lainnya.

6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan

pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen

pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib

belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan

kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan

olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.

Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan

manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara

terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan

dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi,

(2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga

kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

43

Page 44: Makalah ANALISIS kurikulum

pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk

mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan

pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di

setiap satuan pendidikan.

Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada,

yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan

pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan

bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual

maupun klasikal.

2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang

memenuhi unsur edukatif.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan kurikulum berbasis

kompetensi sebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi kewenangan

penuh menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar

yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi – misi, struktur dan muatan

kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan silabusnya.

7. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru diterapkan oleh pemerintah

untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku

selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaan di

tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di

tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan

44

Page 45: Makalah ANALISIS kurikulum

untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun

2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan.

Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan,

aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013,

terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan

materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa

Indonesia, IPS, PPKn, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi

Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan

materi pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah berharap dapat

menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri.

1. Indikasi Permasalahan Kurikulum 2013

Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada

kesimpulan urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.Tidak ada evaluasi

menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah setahun

penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk. Kurikulum sudah diterapkan di

seluruh sekolah di bulan Juli 2014, sementara instruksi untuk melakukan evaluasi

baru dibuat bulan Oktober 2014. (Peraturan Menteri no 159).

Pada Pasal 2 ayat 2 dalam Peraturan Menteri nomor 159 Tahun 2014 itu

menyebutkan bahwa Evaluasi Kurikulum untuk mendapatkan informasi

mengenai:

45

Page 46: Makalah ANALISIS kurikulum

1. Kesesuaian antara Ide Kurikulum dan Desain Kurikulum

2. Kesesuaian antara Desain Kurikulum dan Dokumen Kurikulum;

3. Kesesuaian antara Dokumen Kurikulum dan Implementasi Kurikulum; dan

4. Kesesuaian antara Ide Kurikulum, Hasil Kurikulum, dan Dampak

Kurikulum.

Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah sebelum dievaluasi

kesesuaian antara ide, desian, dokumen hingga dampak

kurikulum.Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi

pembelajaran dan buku yang bersifat wajib sehingga terindikasi

bertentangan dengan UU Sisdiknas. Penyusunan konten Kompetensi Inti

dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama sehingga menyebabkan

ketidakselarasan. Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan

sehingga menganggu substansi keilmuan dan menimbulkan kebingungan

dan beban administratif berlebihan bagi para guru.Metode penilaian sangat

kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan guru dan

mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.

Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum

2013 yang menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga

menghabiskan waktu siswa di sekolah dan di luar sekolah. Ketergesa-

gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan dan

peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan

sekolah akibat keterlambatan atau ketiadaan buku. Berganti-gantinya

regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.

2. Kajian Yuridis Kurikulum 2013

Kajian UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 38 Ayat 1

Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah

ditetapkan oleh Pemerintah.Kurikulum pendidikan dasar dan menengah

dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan

pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas

pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar

dan provinsi untuk pendidikan menengah.

46

Page 47: Makalah ANALISIS kurikulum

UU Sisdiknas dan PP SNP hanya memberi kewenangan kepada

Pemerintah hanya untuk mengatur kerangka dasar dan struktur kurikulum

pendidikan dasar dan menengah. Faktanya pengaturan sampai detail, termasuk

silabus dan buku teks terpusat dan seragam.UU Sisdiknas dan PP SNP memberi

ruang bagi Sekolah/Komite Sekolah atau madrasah/ Komite Madrasah untuk

mengembangkan kurikulum yang relevan. Faktanya, terjadi penyeragaman

kurikulum.

Kajian Permendikbud No 81A Tahun 2013 Pasal 1

Implementasi Kurikulum 2013 pada sekolah dasar/ madrasah ibtidayiyah

(SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), dan

sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK) secara

bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014.Faktanya, sejak 2 Juli 2014

pemberlakukan dan pelaksanaan Kurikulum 2013 dilakukan secara serentak, pada

tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK di seluruh Indonesia,

setelah penerapan hanya di 6.221 sekolah – tak lagi bertahap.

3. Permasalahan Konseptual Kurikulum 2013

Catatan oleh Majelis Guru Besar ITB pada Sidang Pleno MGB ITB, April

2013. Beberapa persoalan mendasar pada rancangan kurikulum ini antara lain

sebagai berikut:

1. Rancangan Kurikulum 2013 tidak disertai naskah akademik, yang berisi

pemikiran, konsep, tujuan, serta grand design (rancangan besar)

pendidikan nasional, sebagai landasan.Rancangan Kurikulum 2013

memang telah mencantumkan sikap dan nilai-nilai luhur kemanusiaan,

tetapi dalam beberapa hal kurang memperhatikan hakikat STEAM

(Science-Technology-Engineering-Art-Mathematics), yaitu, ciri budaya

ilmiah di balik kemajuan ilmu pengetahuan yang diserasikan dengan

pembangunan karakter bangsa guna menghadapi tantangan ke depan.

Trend (kecenderungan) dewasa ini menunjukkan bahwa posisi peradaban

bangsa-bangsa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu

pengetahuan serta teknologi (teknologi informasi, teknologi bio, teknologi

nano, teknologi neuro) yang terus berkembang, yang telah terbukti

47

Page 48: Makalah ANALISIS kurikulum

berpengaruh pada kemajuan budaya, perkembangan cara berfikir, serta

daya kreativitas manusia dewasa ini dan ke depan dalam menghadapai

tantangannya.

2. Rancangan Kurikulum 2013 belum menunjukkan keterkaitan yang jelas

antara basis filosofi yang digunakan dengan perwujudannya pada tataran

teknis yang dirancang untuk diimplementasikan. Misalnya, pendekatan

interdisiplin dan metode eklektik yang dipilih tidak terwujud dalam model

pembelajaran tematik-integratif yang direpresentasikan melalui

Kompetensi Inti dan/atau Kompetensi Dasar. Dalam model ini, yang

tampak bukanlah interdisiplin, melainkan multidisiplin: beberapa disiplin

dimasukkan, bahkan cenderung dipaksakan, dalam sebuah mata pelajaran

tanpa basis ontologi dan epistemologi yang mengikatnya.

3. Rancangan Kurikulum 2013 mengambil konsep integratif-tematik yang

menunjukkan terdapatnya perubahan mendasar pada struktur kurikulum

hingga pola penugasan guru, setidaknya, sejumlah mata pelajaran akan

diintegrasikan menjadi satu mata pelajaran. Konsep ini membutuhan guru

yang menguasai sejumlah mata pelajaran (yang digabungkan) serta

mumpuni dalam mengajar berbasiskan pada tematik (yang telah

ditentukan), yang merujuk pada lingkungan sekolah.Untuk terlaksananya

konsep ini, pengetahuan dan kapasitas guru yang ada pada saat ini cukup

jauh dari memenuhi kebutuhannya. Sementara itu, akan terdapat

permasalahan pada tidak sedikit jumlah guru dengan “kompetensi” mata

pelajaran yang dikeluarkan dari dalam struktur Kurikulum 2013.

Berdasarkan hal tersebut, sebelum Rancangan Kurikulum 2013

diberlakukan, MGB ITB menyampaikan rekomendasi perlu dilakukan perbaikan

atas Rancangan Kurikulum 2013 semaksimal mungkin melalui kajian yang

mendalam dan cermat. Untuk ini diperlukan naskah akademik yang

mengemukakan sosok bangsa Indonesia untuk memasuki peluang Emas, yang

memuat kajian filosofis mengenai tujuan pendidikan nasional. Kajian tersebut

seyogianya mengemukakan pemikiran serta konsep dasar, termasuk di dalamnya

perhatian pada pendidikan STEAM, yang kelak menjadi rujukan dalam

menyusun. Rancangan Kurikulum 2013 beserta implementasinya. Dokumen

48

Page 49: Makalah ANALISIS kurikulum

Kurikulum 2013 adalah Dokumen Negara dan Dokumen Budaya bangsa yang

akan menjadi panduan dalam meletakkan dasar-dasar proses pendidkan ke depan.

Untuk itu amat perlu dilakukan pembenahan atas struktur dan tatabahasa di dalam

draf dokumen Kurikulum 2013 yang ada sehingga mudah dipahami, terutama oleh

pelaku pendidikan di lapangan, dalam dimensi ruang maupun waktu.

Sebelum diimplementasikan, rancangan sebuah kurikulum perlu diuji dan

disosialisasikan secara terbuka di forum akademik, yang juga melibatkan pihak-

pihak lain yang memiliki kompetensi serta kapasitas menilai, termasuk di

dalamnya adalah kelompok masyarakat pelaku pendidikan. Forum terbuka adalah

amat penting, yang mempunyai tujuan selain guna menampung pemikiran yang

komprehensif juga untuk membangun pemahaman bersama hingga mengundang

komitmen semua komponen masyarakat, khususnya yang akan terlibat langsung

di dalam implementasi.

Kurikulum adalah bagian amat penting dari kebijakan nasional yang

menyangkut hajat hidup mendasar bagi orang banyak, yang meletakkan dasar-

dasar upaya pembangunan budaya serta martabat bangsa. Oleh sebab itu, dalam

pelaksanaannya kelak, proses serta prosedurnya harus memperhatikan

kepentingan orang banyak itu sendiri sebagai masyarakat madani (civil society).

Dalam hal ini Pemerintah perlu mengawalinya dengan membangun komunikasi

cerdas dengan masyarakat yang amat luas, di seluruh wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Langkah perlu yang harus dilakukan untuk melaksanakan sebuah

kurikulum adalah menyiapkan guru, sarana dan prasarana serta infrastruktur

pendidikan yang tepat. Menyiapkan guru dalam hal ini bukan sekedar menyiapkan

ketrampilan dalam pengetahuan, namun lebih penting adalah menyiapkan sosok

guru yang mumpuni, mempunyai sikap (attitude), mempunyai pengetahuan

(knowledge), serta mempunyai ketrampilan (skill), yang layaknya dimiliki

seorang panutan. Ketiga hal tersebut diperlukan guna membangun karakter peserta

didik yang berujung pada tumbuhnya nilai-nilai generasi yang dapat menjadi

pelaku budaya serta peradaban bangsa Indonesia 2045. Untuk ini Pemerintah

mutlak perlu bekerjasama dengan perguruan tinggi serta unsur-unsur masyarakat

49

Page 50: Makalah ANALISIS kurikulum

pelaku pendidikan yang lainnya yang mumpuni dalam merancang hingga

merealisasikan Kurikulum Pendidikan Nasional.

Penundaan pemberlakukan Kurikulum 2013 menjadi keniscayaan jika hal-

hal di atas belum bisa dilaksanakan. Menunda guna melakukan dengan segera

persiapan yang lebih baik adalah jauh lebih berarti ketimbang kehilangan

kesempatan merebut peluang Emassebagai akibat menerapkan langkah-langkah

pendidikan yang belum dipersiapkan dengan amat baik.

Catatan oleh Prof. Dr. H. Soedijarto, MA, guru besar UNJ, ketua dewan

direktur CINAPS, ketua dewan pakar PPA GMNI, ketua dewan pembina ISPI,

anggota dewan pembina PGRI dan wakil ketua Yayasan Indonesia- Jerman.

1. Tidak jelas dasar hukum dan hasil evaluasi yang dijadikan landasan untuk

merancang Kurikulum 2013. Kurkulum 2006 strukturnya didasarkan atas

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Perubahan struktur kurikulum yang

mengubah jam pelajaran per minggu, atau ditiadakannya mata pelajaran

IPA dan IPS pada kelas 1 s/d 3 SD, perlu jelas latar belakang teorinya dan

tujuan yang hendak dicapai.

2. Mendikbud Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro pada tahun 1972

menyadarkan kepada jajaran P&K agar berhati-hati menerapkan sesuatu

gagasan baru dalam pendidikan karena dampaknya akan berjangka

panjang pada kehidupan bermasyarakat. Berangkat dari cara berpikir ini

bila akan menerapkan kurikulum yang baru perlu terlebih dahulu

diujicobakan dan dinilai secara komprehensif sebelum ditetapkan sebagai

suatu sistem yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian

seyogyanya sebelum diterapkan Kurikulum 2013 perlu terlebih dahulu

diujicobakan.

3. Kurikulum adalah suatu sistem yang meliputi tujuan yang secara

operasional harus dicapai, materi pendidian yang telah dipilih sebagai

objek belajar, model pembelajaran yang relevan, sistem evaluasi yang

akan diterapkan, serta sarana dan prasarana yang harus disiapkan. Bila

kurikulum 2013 akan diterapkan, pertanyaannya: sudahkah kelima elemen

dari sistem kurikulum benar-benar telah dirancang dan dikembangkan?

Selama ini setiap perubahan kurikulum tidak berdampak pada peningkatan

50

Page 51: Makalah ANALISIS kurikulum

mutu pendidikan karena perubahan yang dilakukan hanya sampai pada

penetapan struktur program dan materi pelajaran, selanjutnya model

pembelajaran, sistem evaluasi dan sarana prasarana tidak diperhatikan.

Yang paling memprihatinkan adalah bahwa yang diutamakan adalah Ujian

Nasional sebagai alat yang menentukan kelulusan peserta didik dan

berdampak pada sulit tercapainya tujuan Pendidikan Nasional seperti yang

tertulis dalam Pasal 3 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.

4. Pembaharuan pendidikan tidak berdampak pada pebaikan pendidikan

apabila guru tidak terpengaruh oleh pembaharuan yang dilakukan. Atas

dasar itu suatu perubahan kurikulum tidak akan bermakna bagi

peningkatan mutu pendidikan bila tenaga pendidiknya secara profesional

tidak siap dan mampu berkomitmen menerapkan kurikulum yang baru.

Karena itu untuk menrapkan kurikulum baru perlu dipastikan komitmen

dan kesiapan guru secara profesional.

5. Ketersediaan sarana dan prasarana akan menentukan mutu pendidikan.

Bila selama ini berbagai pembaharuan kurikulum tidak berdampak pada

peningkatan mutu pendidikan, tidak lain adalah karena sarana-prasarana

diabaikan, khususnya buku. Untuk melaksanakan kurikulum yang

menerapkan empat pilar (learning to know, learning to do, learning to live

together dan learning to be), diperlukan berbagai buku sebagai sumber

belajar. Tidak hanya buku teks, tetapi juga buku bacaan, buku rujukan dan

buku sumber. Karena itu pelaksanaan kurikulum baru tidak dapat hanya

diandalkan kepada buku teks. Yang cukup mengagetkan adalah bahwa

buku teks akan disiapkan bersamaan dengan penyiapan kurikulum.

Kajian oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

1. AIPI menghargai niat baik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

menyusun Kurikulum 2013 sebagai respon terhadap berbagai tantangan

bangsa, dan juga menghargai beberapa gagasan baru di Kurikulum 2013,

antara lain melalui mata pelajaran peminatan yang memungkinkan siswa

memperluas wawasannya.

51

Page 52: Makalah ANALISIS kurikulum

2. AIPI memperhatikan banyaknya keluhan dan kritik mengenai kesulitan

dalam penerapan kurikulum 2013, keluhan datang dari para guru, murid,

orang tua; sedangkan kritik datang dari kalangan pendidik dan ahli

pendidikan.

3. AIPI menyimak Permendikbud Nomor 67 sampai dengan Nomor 71 tahun

2013 tentang Kurikulum 2013 dan Buku Ajar.

4. AIPI sesuai dengan Undang-Undang No.8 1990 mempunyai tugas untuk

memberikan masukan/pemikiran/rekomendasi terhadap hal-hal yang

sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

5. Ditemukan ketidakjelasan konsep yang digunakan dalam kurikulum,

tergambar dalam kerancuan bahasa, rumusan tidak operasional/logis, serta

tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam naskah

kurikulum tingkat SD, SMP maupun SMA.

Kesimpulan terhadap temuan-temuan:

1. Kurikulum 2013 tidak mendorong terwujudnya tujuan bernegara yaitu

“mencerdaskan kehidupan bangsa” yang berdasarkan Pancasila.

2. Kurikulum 2013 tidak mendorong terbentuknya budaya ilmiah.

3. Kurikulum 2013 tidak dibangun atas prinsip ilmu pengetahuan yang

mengedepankan nalar kritis, melalui penggunaan kata “mengagumi” yang

mendominasi isi kurikulum.

4. Kurikulum 2013 tidak mencerminkan terbentuknya kompetensi

berdasarkan asas spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan mempunyai

batasan waktu (specific, measurable, attainable, relevant, time-bound).

5. Wacana Kurikulum 2013 tidak menggunakan prinsip kesetaraan gender,

prinsip keberagaman dan kebhinnekaan Indonesia.

Rekomendasi tindak lanjut:

1. Menyusun kajian filosofis dan pedagogis yang mendalam terhadap arah

penyusunan kurikulum dengan memperhatikan kesimpulan dalam temuan-

temuan.

52

Page 53: Makalah ANALISIS kurikulum

2. Mengubah Kurikulum 2013 sesuai dengan hasil kajian filosofis dan

pedagogis tersebut.

3. Mendorong Pemerintah untuk secara terus menerus melakukan perbaikan

Kurikulum dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

4. Catatan Kritis Oleh Pihak Ketiga

a. OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

3 April 2013 – ORI merekomendasikan kepada Kemdikbud untuk

mengevaluasi dan mempertimbangkan kembali rencana penerapan Kurikulum

2013, dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

Banyak guru yang berada di lapangan mengindikasikan ketidaksiapan dan

kebingungan mereka dalam menerapkan kurikulum anyar tersebut.Sosialisasi

pelaksanaan Kurikulum 2013 yang terbatas pada struktur kurikulum mengenai

jumlah pelajaran dan jam pelajaran tentu masih jauh dari komprehensif untuk

sebuah penerapan kurikulum yang baru. Penjabarannya belum detail sampai pada

tahap implementasi teknisnya.

Perlu diingat guru yang harus dilatih sangat besar jumlahnya sementara

waktu yang tersedia sangat terbatas, maka efektifitas pelatihan yang sangat mepet

dengan penerapan Kurikulum 2013 tersebut sangat diragukan akan berhasil

dengan optimal. 29 November 2014 – ORI kembali merekomendasikan kepada

Kemdikbud untuk menghentikan penerapan Kurikulum 2013, dengan dasar

pertimbangan sebagai berikut:

ORI menerima laporan dari banyak daerah mengenai buruknya

pelaksanaan kurikulum 2013. Laporan dari semua daerah rata-rata seragam yakni

mengenai buku yang tidak tersedia, guru sulit menerapkan penilaian dan susah

memenuhi target mengajar 24 jam sepekan untuk syarat sertifikasi dan banyak

pengaduan lain.Semestinya pelaksanaan kurikulum 2013 tidak dilaksanakan

secara serentak pada tahun 2014  karena belum dilakukan evaluasi dan

pengecekan terhadap hasil.

b. INDONESIA CORRUPTION WATCH

15 Februari 2013 – ICW menyatakan terdapat delapan kejanggalan dalam

proses penyusunan Kurikulum 2013, yaitu:

53

Page 54: Makalah ANALISIS kurikulum

1. Pemerintah menggunakan logika terbalik dalam perubahan kurikulum

pendidikan, yaitu perubahan standar isi dan standar kompetensi lulusan

yang dilakukan sesudah perubahan kurikulum nasional.

2. Pemerintah tidak konsisten dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN), Perpres Nomor 5 Tahun 2010.

3. Anggaran perubahan Kurikulum 2013 tidak terencana dengan baik.

4. Tidak ada evaluasi komprehensif terhadap Kurikulum 2006 (KTSP).

5. Panduan Kurikulum 2013 mengukung kreativitas dan inovasi guru

serta penyeragaman konteks lokal.

6. Target pelatihan instruktur nasional, guru inti dan guru sasaran terlalu

ambisius.

7. Bahan perubahan kurikulum yang disampaikan pemerintah berbeda-

beda.

8. Buku-buku yang disiapkan untuk siswa dan guru kurang dari 50%.

30 Agustus 2014 – ICW kembali mendesak pemerintah untuk

menghentikan penerapan Kurikulum 2013 dengan berdasar

pertimbangan sebagai berikut:

Kurikulum 2013 dinilai tidak berdasarkan konsep yang jelas dan

matang.Terjadi kekacauan penerapan Kurikulum 2013 di mana sampai tahun

ajaran baru dimulai buku belum dibagikan sehingga membuat orangtua dan siswa

harus mengeluarkan biaya sendiri untuk fotokopi, membeli di toko atau

mengunduh dari Internet.Banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan,

pelatihan guru terlalu singkat dan guru terbebani oleh metode penilaian siswa

yang mewijabkan guru membuat penilaian otentik bagi setiap siswa berupa narasi.

c. PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

17 Januari 2013 – PGRI menilai persiapan Kurikulum 2013 belum matang

dan meminta pelaksanaan ditunda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

pemerintah sebelum kurikulum diterapkan, antara lain rancangan pendekatan

tematik terpadu yang harus jelas antar tingkatan, pengkajian ulang penggantian

penjurusan menjadi peminatan pada tingkat SMA, penerbitan landasan hukum

Kurikulum 2013, serta persiapan yang lebih matang dengan mempertimbangkan

54

Page 55: Makalah ANALISIS kurikulum

heterogenitas wilayah Indonesia, kesiapan guru dan sinkronisasi yang baik antar

pemegang kepentingan.

11 September 2014 – PGRI menyangkan distribusi buku Kurikulum 2013

semester 1 yang belum tuntas menjangkau semua kabupaten/kota, serta pelatihan

implementasi Kurikulum 2013 yang belum menjangkau semua guru.

5. KEPUTUSAN MENDIKBUD TENTANG KEBERLANJUTAN

KURIKULUM 20131

Berdasarkan segala masukan dari tim evaluasi dan para pemegang

kepentingan, Mendikbud memutuskan untuk:

1. Menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru

menerapkan satu semester, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2014/2015.

Sekolah-sekolah ini akan kembali menggunakan Kurikulum 2006, maka

bagi para kepala sekolah dan guru di sekolah-sekolah tersebut diminta

mempersiapkan diri untuk kembali menggunakan Kurikulum 2006 mulai

semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Tetap melanjutkan penerapan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang

telah tiga semester menerapkan, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2013/2014,

serta menjadikan sekolah-sekolah tersebut sebagai sekolah pengembangan

dan percontohan penerapan Kurikulum 2013. Pada saat Kurikulum 2013

telah diperbaiki dan dimatangkan lalu sekolah-sekolah ini (dan sekolah-

sekolah lain yang ditetapkan oleh Pemerintah) maka dimulai proses

penyebaran penerapan Kurikulum 2013 ke sekolah lain di sekitarnya. Bagi

sekolah yang keberatan menjadi sekolah pengembangan dan percontohan

Kurikulum 2013, dengan alasan ketidaksiapan dan demi kepentingan

siswa, dapat mengajukan diri kepada Kemdikbud untuk dikecualikan.

3. Mengembalikan tugas pengembangan Kurikulum 2013 kepada Pusat

Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Pengembangan Kurikulum tidak lagi ditangani oleh tim ad hoc yang

1http://www.republika.co.id/berita/kemendikbud/berita-kemendikbud/14/12/08/ng9bi6-seputar- keputusan-mendikbud-tentang-penghentian-kurikulum-2013

55

Page 56: Makalah ANALISIS kurikulum

bekerja jangka pendek. Kemdikbud akan melakukan perbaikan mendasar

terhadap Kurikulum 2013 agar dapat dijalankan dengan baik oleh gur di

dalam kelas, serta mampu menjadikan proses belajar di sekolah sebagai

proses yang menyenangkan bagi siswa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, menyatakan

menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru

melaksanakan kurikulum ini selama satu semester pada tanggal 5 Desember 2014.

56

Page 57: Makalah ANALISIS kurikulum

BAB III

PEMBAHASAN

Analisis perbedaan dan persamaan dilihat dari aspek kurikulum adalah

sebagai berikut:

A. Berdasarkan perkembangan mata-mata pelajaran pada umumnya

selalu muncul pada kurikulum dari masa ke masa.

Pendidikan Moral:

Pendidikan moral dalam sejarah kurikulum Indonesia cenderung ditekankan

dan mengalami perubahan dari zaman ke zaman.

Pada kurikulum pertama setelah kemerdekaan, yaitu Kurikulum

1947, pendidikan moral berdiri sendiri sebagai satu mata pelajaran,

yang diberi nama “Didikan Budi Pekerti” yang diajarkan sejak kelas I

SD. Isi atau materinya bersumber pada nilai moral tradisional

dalam tradisi atau adat- istiadat, yang cenderung amat dipengaruhi

sopan santun atau tata krama masyarakat Jawa.

Pada Kurikulum 1964, pendidikan budi pekerti digabungkan

dengan Pendidikan Agama dengan nama Pendidikan Agama / Budi

Pekerti. Asumsi di balik penggabungan ini adalah perlunya keserasian

antara nilai-nilai moral yang bersumber dari agama dan nilai-nilai

moral yang bersumber dari tradisi atau adat-istiadat. Diharapkan

tidak terjadi konflik nilai antara nilai-nilai moral yang berasal dari

dua sumber ini.

Namun, kemudian Departemen Agama tidak setuju dengan

mengajukan keberatan secara lisan. Nama mata pelajaran dengan garis

miring dapat diartikan Pendidikan Agama atau Budi Pekerti.

Akibatnya, seakan-akan sekolah dapat memilih Pendidikan Agama

atau Budi Pekerti. Dikhawatirkan Pendidikan Budi Pekerti dapat

dianggap bisa menggantikan Pendidikan Agama. Karena keberatan ini,

dalam Kurikulum 1968 Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran

yang berdiri sendiri sedangkan budi pekerti dimasukkan sebagai bagian

Pendidikan Kewargaan Negara yang dianggap tidak sekadar mencakup 57

Page 58: Makalah ANALISIS kurikulum

Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics.

Dalam Kurikulum 1975, pendidikan moral mengalami

perkembangan baru dengan menjadi bidang studi yang berdiri sendiri

dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Sebenarnya, PMP

menjadi bidang studi tersendiri hanya merupakan legitimasi

dari perkembangan sebelumnya melalui penerbitan buku pelajaran

Pendidikan Moral Pancasila yang telah dipakai di sekolah-sekolah dari

SD s.d. sekolah menengah tingkat atas (SMA dan sekolah

kejuruan).

Bidang Studi PMP dipertahankan pada Kurikulum 1984 dan

Kurikulum 1994. Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

nama bidang studi ini menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan (PPKn) dan pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) 2006 nama bidang studi ini menjadi Mata

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih menekankan

demokrasi, khususnya demokrasi Pancasila.

Pada kurikulum 2013 mata pelajaran ini menjadi bergabung dengan

dengan ata pelajaran lain karena dalam kurikulum 2013 memakai tema

(tematik).

Pendidikan Agama

Pada Kurikulum 1947 Pendidikan Agama menjadi satu mata

pelajaran tersendiri yang diajarkan dari kelas III s.d. kelas VI SD.

Namun, di Sumatera Pendidikan Agama diajarkan sejak kelas I SD.

Pada Kurikulum 1964 Pendidikan Agama dagabungkan dengan

Didikan Budi Pekerti dengan nama mata pelajaran Pendidikan

Agama / Didikan Budi Pekerti yang diajarkan sejak kelas I SD.

Pada Kurikulum 1968 unsur budi pekerti dimasukkan ke dalam

Pendidikan Kewargaan Negara dan Pendidikan Agama kembali

menjadi mata pelajaran tersendiri. Kedudukan Pendidikan Agama

sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri dipertahankan pada

58

Page 59: Makalah ANALISIS kurikulum

kurikulum-kurikulum selanjutnya s.d. KTSP 2006.

Pada umumnya pada sistem SD di Indonesia Pendidikan Agama

diajarkan oleh guru khusus Pendidikan Agama, bukan oleh guru kelas.

Kalau tak ada guru khusus agama, Pendidikan Agama diajarkan oleh

guru kelas.

Bahasa

Dalam sejarah kurikulum Indonesia, bahasa Indonesia

mendapatkan kedudukan dan peran yang amat penting. Sejak

Kurikulum 1947 s.d. KTSP 2006 bahasa Indonesia menjadi mata

pelajaran yang berdiri sendiri.

Sejak Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1968, sekolah dasar dibedakan

menjadi dua, yaitu sekolah yang menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa pengantar dari kelas I s.d. VI dan sekolah yang

menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada kelas I s.d.

kelas III sejak kelas I s.d. VI ada tambahan mata pelajaran, yaitu mata

pelajaran Bahasa Daerah. Pada golongan sekolah yang terakhir ini,

bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran tersendiri sejak kelas III.

Namun, sejak Kurikulum 1975 bahasa daerah sebagai mata

pelajaran tersendiri tidak dicantumkan lagi dalam struktur program

kurikulum nasional. Bahasa daerah merupakan bagian bidang studi

Bahasa Indonesia, khusus bagi sekolah-sekolah yang memerlukan

bahasa daerah. Khusus bagi daerah yang memerlukan pendidikan

bahasa daerah, disediakan waktu 2 jam pelajaran seminggu dari kelas I

sampai dengan kelas VI.

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun

2002, ada kebijakan baru mengenai penggunaan bahasa pengantar.

Pada Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1994 bahasa pengantar di

sekolah adalah bahasa Indonesia. Namun, sejak KBK 2004 dan

kemudian dipertahankan pada KTSP 2006, selain bahasa Indonesia

sekolah dapat memilih bahasa asing seperti bahasa Inggris sebagai

59

Page 60: Makalah ANALISIS kurikulum

bahasa pengantar. Kini banyak sekolah national plus dan sekolah

berstandar internasional di perkotaan memilih bahasa Inggris sebagai

bahasa pengantar. Gejala yang sama terjadi juga pada perguruan

tinggi. Universitas tertentu yang menetapkan kebijakan menggunakan

bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Alasan utama penggunaan

bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar tampaknya kepentingan

siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Faktor

pendorong lain adalah demi membekali siswa dengan keterampilan

berbahasa Inggris yang semakin dibutuhkan perusahaan-perusahaan

asing di Indonesia. Faktor umum lainnya adalah semakin

dibutuhkannya keterampilan berbahasa Inggris dalam dunia kerja dan

kehidupan sehari-hari.

Pada kurikulum 2013 mata pelajaran ini menjadi bergabung dengan

dengan ata pelajaran lain karena dalam kurikulum 2013 memakai tema

(tematik).

Berhitung / Matematika

Rencana Pelajaran 1947 yang disebut saja Kurikulum 1947 dan

Rencana Pelajaran Terurai atau disebut saja Kurikulum 1952 dalam

mata pelajaran Berhitung menekankan keterampilan berhitung lisan

dan tertulis serta hafalan, yaitu hitungan angka dan hitungan soal,

dan pembentukan sikap hemat. Kecuali pembentukan sikap hidup

hemat penekanan pada Kurikulum 1947 pada dasarnya sama dengan

rencana pelajaran atau kurikulum Holandsch Inlandscheschool (HIS)

pada zaman penjajahan Belanda.

Rencana Pendidikan atau Kurikulum 1964 menekankan:

¾ Sifat berhitung praktis fungsional bagi kehidupan dan

keperluan masyarakat

¾ Memupuk dan mengembangkan sikap rasional dan ekonomis

¾ Kemampuan berpikir rasional, logis, dan kritis dalam memecahkan

soal- soal yang dihadapi anak dalam kehidupan sehari-hari kini dan di

masa mendatang.

60

Page 61: Makalah ANALISIS kurikulum

Kurikulum 1968 menekankan sifat berhitung yang sama dengan

Rencana Pendidikan atau Kurikulum 1964. Pada kedua kurikulum ini

masih ada hitungan angka tetapi lebih ditekankan latihan penguasaan

empat operasi berhitung, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian,

dan pembagian yang fungsional dalam kehidupan anak sehari-hari.

Pada periode Pelita I tampaknya belum ada niat memperkenalkan

Matematika modern. Yang ditekankan adalah pembaharuan kurikulum

dan metode mengajar di sekolah dasar. Upaya meningkatkan penerapan

metode yang berorientasi kepada belajar aktif dilakukan oleh Ibu Dr

Supartinah Pakasi dari IKIP Malang di sekolah laboratorium IKIP

Malang yang dikaitkan dengan proyek Pembaharuan Kurikulum dan

Metode Mengajar (PKMM) di sekolah dasar. Dalam rangka upaya ini,

Ibu Pakasi menyusun satu seri buku pelajaran Berhitung dengan judul

“Belajar berhitung dengan i-in dan a-an”. Dalam bukuini digunakan

metode yang relatif baru yang berbeda dengan buku-buku pelajaran

yang dipakai di sekolah-sekolah.

Pada tahun 1970 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

membeli hak penerbitan buku ini untuk kelas I SD. Dalam kata

pengantar Menteri P dan K Mashuri, SH pada buku ini terdapat satu

“kesalahan teknis” kecil melalui pernyataan bahwa “Buku Berhitung

ini sengaja disusun dengan maksud agar dapat menjadi rintisan

pengantar ke suasana pengajaran matematika modern.” Sebenarnya

yang disajikan dalam buku ini adalah pelajaran berhitung tradisional

dengan pendekatan belajar aktif tanpa ada hubungan apa pun dengan

matematika modern. Dalam kenyataan, “kesalahan teknis” ini menjadi

titik awal diperkenalkannya Matematika baru di sekolah dasar. Muncul

kecaman terhadap “kesalahan teknis” ini dan karena itu buku berhitung

ini tidak dilanjutkan untuk kelas-kelas berikutnya. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kebijakan menyusun seri

baru buku pelajaran matematika modern yang merupakan saduran

Entebbe Mathematics Series”. (Edisi awal seri buku ini disusun oleh

“Entebbe Mathematics Workshop” dan diterbitkan oleh Silver

61

Page 62: Makalah ANALISIS kurikulum

Burdett Company, Morristown, New Yersey untuk “The African

Education Program of Educational Services Inc.”, Watertown,

Massachusetts, 1964 – 1969).

Karena buku Belajar Berhitung untuk kelas I telah terlanjur dicetak

dalam jumlah besar dan diedarkan, seri buku matematika baru dimulai

dari kelas II dan untuk kelas I disusun paling akhir setelah buku untuk

kelas VI selesai. Dengan digunakannya seri buku matematika baru ini,

dalam praktik Berhitung telah mulai ditinggalkan beberapa tahun

sebelum lahir Kurikulum 1975.

Kurikulum 1975 memberi legitimasi penerapan matematika

modern. Kebijakan memasukkan matematika modern ke dalam

Kurikulum 1975 membuat Indonesia melangkah maju mengejar

ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan modern. Lebih dari berhitung,

melalui matematika modern ini, anak-anak antara lain dapat:

¾ Belajar berpikir matematis sehingga dapat ikut serta menemukan

fakta dan ide matematis, dalam arti mengetahui dan memahami

unsur-unsur matematika dalam lingkungannya, memahami ide-ide

fundamental tentang bilangan, pengukuran, dan bangun-bangun, serta

memahami bahasa dan hubungan matematika.

¾ Menghargai matematika.

¾ Terampil dalam komputasi.

Pada kurikulum 2013 mata pelajaran ini menjadi bergabung dengan

dengan ata pelajaran lain karena dalam kurikulum 2013 memakai tema

(tematik).

Dalam penerapan matematika modern ini walaupun berhitung

merupakan salah satu unsur, peran berhitung yang praktis dan fungsional

dalam kehidupan sehari-hari bagi anak kian memudar. (Sumber: Anwar Jasin.

1987, Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dasar Sejak Proklamasi

Kemerdekaan, Jakarta: Balai Pustaka, halaman 256 – 258).

Ilmu Pengetahuan Alam

62

Page 63: Makalah ANALISIS kurikulum

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam sejarah kurikulum kita pada

awalnya terpisah-pisah dalam mata-mata pelajaran dengan nama Ilmu

Tumbuh- tumbuhan, Ilmu Hewan dan Tubuh Manusia, kemudian

muncul dengan nama Ilmu Hayat dan Ilmu Alam, lalu menjadi bidang

studi (broad field of subject matters) Pengetahuan Alamiah dan

terakhir Ilmu Pengetahuan Alam.

Kedudukan dan peran IPA dalam kurikulum kita cenderung mirip,

bukan hanya sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan tentang

gejala-gejala alam serta sikap ilmiah dan kritis, termasuk

menghilangkan kepercayaan tahyul tetapi juga sebagai alat untuk

mengembangkan sikap kagum kepada Sang Maha-Pencipta atau

kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu, IPA juga

menekankan pentingnya segi praktis pengetahuan alam dalam

kehidupan sehari-hari guna membantu anak mengatasi masalah praktis

yang menyangkut gejala atau kejadian alam dalam kehidupan

sehari-hari. (Jasin Anwar, 1987).

Pada Kurikulum 1968, kepada IPA diberikan peran atau beban

yang lebih berat karena di samping perannya pada kurikulum-

kurikulum sebelumnya, juga diberi peran memupuk dan

mengembangkan rasa sayang kepada sesama makhluk, alam sekitar,

dan dengan demikian memupuk dan mengembangkan rasa cinta

kepada tanah air, serta memupuk dan mengembangkan kegiatan

kerja dan daya cipta dalam mengeksploitasi dan menguasai kekayaan

alam untuk kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya, peran-peran ini

diteruskan pada Kurikulum 1975 (Jasin Anwar, 1987) dan kurikulum

selanjutnya.

Pada Kurikulum 1947 IPA mulai diajarkan sejak kelas IV (Ilmu

Hayat) sedangkan Ilmu Alam sejak kelas V. Pada Kurikulum 1964

terjadi perubahan penting karena IPA diajarkan dari kelas I s.d. kelas

VI. Ini diteruskan pada Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, dan

Kurikulum 1984. Pada Kurikulum 1994 tradisi ini terputus karena

pelajaran IPA kembali diajarkan sejak kelas III, bukan kelas I,

63

Page 64: Makalah ANALISIS kurikulum

seperti pada Kurikulum 1947. Pada KTSP atau Kurikulum tradisi ini

dikembalikan lagi karena IPA kembali diajarkan sejak kelas I

walaupun di kelas I – III IPA diajarkan bersama-sama dengan mata

pelajaran lain dengan pendekatan tematik.

Dilihat dari segi alokasi waktu jam pelajaran per minggu

tampak kecenderungan penambahan jumlah jam pelajaran IPA dari

kurikulum ke kurikulum dan mencapai puncaknya pada Kurikulum

1994 (IPA diajarkan dari kelas III – VI dengan alokasi waktu berturut-

turut 3 – 6 – 6 – 6 - 6). Namun, pada Kurikulum 2006 terjadi

penurunan karena alokasi waktu untuk IPA pada kelas IV – VI masing-

masing turun menjadi 4 jam pelajaran.

Dibandingkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dapatlah

dikatakan bahwa ada kecenderungan memberi porsi jam pelajaran yang

hampir sama antara IPA dan IPS dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum

1968. Namun, sejak Kurikulum 1975 s.d. Kurikulum 2006 jatah jam

pelajaran bagi IPA cenderung sedikit lebih banyak daripada IPS. Hal

ini menggambarkan pandangan bahwa untuk mengejar ketertinggalan

dalam perkembangan Iptek, mata pelajaran IPA perlu lebih

ditekankan daripada IPS.

Pendekatan pengembangan kurikulum IPA menunjukkan

perkembangan.

Kurikulum IPA 1947 s.d. 1975 dikembangkan dengan pendekatan

materi atau pendekatan konsep. Namun, dalam Kurikulum 1984 mulai

diterapkan pendekatan keterampilan proses (process skill approach)

yang lebih menekankan pengembangan keterampilan-keterampilan

ilmiah dari pada materi atau konsep IPA dan sebagai

konsekuensinya hanya dipilih konsep-konsep esensial saja.

Pendekatan keterampilan proses yang dimulai dari rintisan dan uji

coba mata pelajaran IPA pada Pusat Kurikulum Balitbang Dikbud

akhirnya diterima sebagai pendekatan umum dalam pengembangan

mata-mata pelajaran lain dalam Kurikulum 1984. Faktor lain yang

mendukung adopsi pendekatan pengembangan ini adalah mulai terlihat

64

Page 65: Makalah ANALISIS kurikulum

kemajuan dalam proyek rintisan cara belajar siswa aktif dan

supervisi guru yang dilakukan Pusat Kurikulum yang dimulai di

Cianjur lalu berkembang ke 8 daerah di Indonesia dan akhirnya

menyebar ke seluruh Indonesia.

Dalam pengembangan KBK / Kurikulum 2004 pendekatan

pengembangan kurikulum IPA mengikuti pendekatan pengembangan

yang ditempuh Pusat Kurikulum, yaitu pendekatan pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi (competence-based curriculum

development approach). Pendekatan yang sama diteruskan dalam

pengembangan KTSP / Kurikulum 2006.

Pada kurikulum 2013 mata pelajaran ini menjadi bergabung dengan

dengan ata pelajaran lain karena dalam kurikulum 2013 memakai tema

(tematik).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam sejarah kurikulum kita pada

awalnya terpisah-pisah dalam mata-mata pelajaran dengan nama Ilmu

Bumi, Sejarah, dan kemudian muncul dengan nama Pendidikan

Kemasyarakatan (Kurikulum 1968) yang terdiri dari Ilmu Bumi,

Sejarah, dan kemudian berganti nama menjadi Pendidikan Kewargaan

Negara Negara yang mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan

Civics, lalu menjadi bidang studi (broad field of subject matters)

dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Kurikulum 1975,

yang menggabungkan aspek masa lampau, wilayah geografis, dan

kegiatan hidup manusia. Dasar penggabungan dalam IPS ini adalah

karena masalah yang dihadapi anak atau warga negara tidaklah

terpisah-pisah secara tegas seperti yang yang dilakukan dalam sistem

kurikulum mata pelajaran terpisah sebelumnya.

Pada Kurikulum 1975, Pendidikan Kewargaan Negara atau Civics

dipisahkan dari IPS dan menjadi bidang studi yang berdiri sendiri

dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP).

Ada 2 fungsi IPS dalam Kurikulum 1975, yaitu: (1) membina

65

Page 66: Makalah ANALISIS kurikulum

pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang bermanfaat bagi

perkembangan dan kelanjutan pendidikan siswa, terutama

kemampuan menelaah masalah- masalah kemasyarakatan secara

ilmiah, dan (2) membina sikap-sikap yang selaras dengan nilai-nilai

Pancasila dan UUD 1945.

Pada Kurikulum 1947 IPS mulai diajarkan sejak kelas III (Ilmu

Bumi) sedangkan Sejarah sejak kelas IV. Pada Kurikulum 1964 terjadi

perubahan penting karena IPS diajarkan dari kelas I s.d. kelas VI. Ini

diteruskan pada Kurikulum 1968. Pada Kurikulum 1975 pelajaran IPS

kembali diajarkan sejak kelas III. Pada Kurikulum 1984 walaupun IPS

tetap diajarkan sejak kelas III namun terjadi perubahan penting karena

Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) diajarkan sejak kelas I

SD. Pada Kurikulum 1994, PSPB telah dihapuskan dan IPS sebagai

bidang studi tetap diajarkan sejak kelas III. Pada KTSP atau Kurikulum

2006 IPS kembali diajarkan sejak kelas I walaupun di kelas I – III IPS

diajarkan bersama-sama dengan mata pelajaran lain dengan pendekatan

tematik.

Pendekatan pengembangan kurikulum IPS menunjukkan

perkembangan.

Kurikulum IPS 1947 s.d. 1975 dikembangkan dengan pendekatan

materi. Namun, dalam Kurikulum 1984 mulai diterapkan pendekatan

keterampilan proses (process skill approach) yang lebih

menekankan pengembangan keterampilan-keterampilan IPS

daripada materi pokok IPS dan sebagai konsekuensinya hanya

dipilih materi pokok saja. Pada kurikulum ini gagasan- gagasan IPS

yang baik hasil pengemgangan melalui proyek rintisan cara

belajar siswa aktif dan supervisi guru yang dilakukan Pusat

Kurikulum di Cianjur mewarnai isi kurikulum IPS.

Dalam pengembangan KBK / Kurikulum 2004 pendekatan

pengembangan kurikulum IPS mengikuti pendekatan pengembangan

yang ditempuh Pusat Kurikulum, yaitu pendekatan pengembangan

66