makalah kurikulum

Upload: chimottzz

Post on 11-Jul-2015

1.183 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUANPada Bab 1 ini memuat uraian pendahuluan yang diawali dengan latar belakang masalah yang menjadi dasar pertimbangan sehingga penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan. Pada Bab 1 ini juga dikemukakan perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori yang mendasari uraian teori selanjutnya, asumsi dan pertanyaan penelitian serta sistematika penulisan tesis. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut. A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan hidup (life skills) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Sementara itu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bila dikaji tentang sumber daya manusia sebagai tenaga pendidik, tujuan rencana strategis pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat Indonesia serta memiliki keterampilan hidup (life

2

skills) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya. Saat ini dari hasil data-data/fakta-fakta yang ada di lapangan masih banyak berbagai persoalan yang melilit di negeri ini, diantaranya: kuantitas jumlah tenaga pendidik yang masih kurang, mobilisasi tenaga pendidik yang tidak merata, kualitas tenaga pendidik yang perlu ditingkatkan, kualifikasi akademik tenaga pendidik masih rendah. Beberapa kebijakan pemerintah dalam strategi peningkatan mutu sumber daya manusia adalah pengembangan sistem pendidikan yang terencana untuk menghasilkan tenaga pembangunan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara kuantitatif pembelajaran harus menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan kebutuhan pembangunan dewasa ini. Sedangkan secara kualitatif harus dapat menghasilkan tenaga pembangunan yang trampil sesuai dengan bidangnya dan memiliki jiwa pancasila, untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah memerlukan suatu strategi pembelajaran yang terencana dan terprogram. Pemerintah melalui Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan 3 (tiga) rencana strategis dalam jangka menengah yaitu: (1) Peningkatan akses dan pemerataan dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas), (2) Peningkatan mutu, efesiensi, relevansi dan peningkatan daya saing, dan (3) Peningkatan manajemen, akuntabilitas dan pencitraan publik, yang dijabarkan melalui Peraturan Pemerintah dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 ayat (2) yang berbunyi: Standar Nasional Pembelajaran (SNP) digunakan sebagai acuan pengembangan, yang diiantaranya 1) Kurikulum, 2) Tenaga Pendidik, 3) Sarana dan Prasarana dan 4) Pengelolaan Pembiayaan. Rencana strategis pemerintah untuk pengembangkan kurikulum merupakan bagian dari standar nasional pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan

3

pendidikan nasional serta kesesuaian

dengan kekhasan kondisi dan potensi

daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Ditinjau dari tuntutan Permen Diknas mengenai pembelajaran IPA Terpadu tenaga pendidik harus memahami tujuan pembelajaran tersebut. Permasalahanpermasalahan atau fakta-fakta yang yang ada lapangan sesuai dengan model Pembelajaran IPA - Depdiknas, (2006 : 1-2). Mengatakan bahwa tenaga pendidik IPA, 1) pembelajaran lebih bersifat teacher centered; 2) guru hanya menyampaikan pembelajaran IPA sebagai produk; 3) peserta didik menghapal informasi faktual; 4) tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya; 5) cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri; 6) cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektip dan psikomotor; 7) belum menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan Teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar; 8) tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik atau mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi; 9) masih adanya tenaga pendidik IPA yang berpola fikir statis dan tidak mengembangkan model-model strategi pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran; 10) masih adanya pendidik dalam model gaya strategi pembelajarannya terbatas tidak disesuaikan dengan tingkatannya sesuai psikologis perkembangan anak; 11) masih adanya tenaga pendidik memiliki alasan karena keterbatasan waktu, sarana prasarana, lingkungan belajar dan jumlah peserta didik perkelas terlalu banyak dan 12) tenaga pendidik yang berlatar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Untuk menyikapi permasalahan fakta-fakta yang ada, maka diperlukan adanya suatu strategi kemampuan guru dalam pembelajaran IPA, karena Strategi Pembelajaran merupakan rancangan dasar bagi seorang guru (tenaga pendidik) tentang cara ia membawakan pengajarannya di kelas secara bertanggung jawab dan kegiatan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi-strategi pembelajaran perlu diperhatikan oleh tenaga pendidik dalam proses pembelajaran yang diantaranya

4

adalah; Pertama Strategi sumber daya manusia (SDM), kedua Strategi Kurikulum, ketiga Strategi Sarana dan prasarana. Pembelajaran yang diperoleh melalui sekolah diharapkan mampu menciptakan SDM berkualitas, karena sekolah adalah tempat memanusiakan manusia. Dengan kata lain, sekolah merupakan tempat mentrasfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang tujuannya menghasilkan manusia yang cerdas, berkualitas, trampil, berbudi luhur, serta menjunjung tinggi ajaran agama. Isjoni, (2007 : 2 -3), menyatakan: Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah mandiri, berwatak kerja keras, tekun belajar, menghargai waktu, pantang menyerah, serta selalu proaktif dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Diharapkan dengan sumber daya manusia yang berkualitas mampu membuat suatu negara menjadi besar, kuat dan bermartabat yang pada akhirnya teciptalah kemakmuran, kesejahteraan dan kemajuan di segala bidang. Tapi sebaliknya pembelajaran tidak berkualitas karena menerapkan pola yang salah, akan menghasilkan sumber daya manusia rendah, sehingga sering menjadi mudah di dikte oleh negara lain. Berdasarkan hal tersebut, tenaga pendidik pada dasarnya merupakan salah satu komponen sumber daya manusia (SDM) yang potensial dibidang pembangunan, sebagai komponen dibidang pembelajaran bahwa seorang pendidik harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. guru seorang penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti menjadi intergral dalam kehidupannya. Mulyasa, (2008:12-13), berpendapat: Profesionalisme guru merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi untuk meningkatkan mutu pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) peningkatan profesionalisme guru merupakan upaya untuk membantu guru yang belum memiliki kualifikasi profesional menjadi profesional; (2) peningkatan kemampuan profesionalisme guru bukan sekedar diarahkan kepada pembinaan yang lebih bersifat aspek-aspek administratif akan tetapi harus lebih kepada peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagi seorang pendidik; (3) peningkatan kemampuan profesionalisme guru, perlu dilakukan sertifikasi dan diuji kompetensi secara berkala agar kinerjanya terus meningkat dan tetap memenuhi syarat professional.

5

Apabila kita kaji pendapat ahli di atas bahwa seseorang yang menyandang profesi guru harus memiliki kemampuan intelektual spesialisasi bidang studi (subject matter), diperlukan adanya upaya untuk membantu guru untuk meningkatkan kualifikasi melalui pembinann secara berkala untuk mencapai keprofesionalannya. Sehubungan dengan itu sewajarnyalah pemerintah terus berupaya mencari alternatif untuk meningkatkan kualitas dan kinerja profesi guru sehingga menggulirkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen. Undang-undang tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru menjadi profesional. Disatu pihak, pekerjaan sebagai guru akan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi, tetapi di pihak lain pengakuan tersebut mengharuskan guru memenuhi sejumlah persyaratan agar mencapai standar minimal seorang profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional dan berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dapat dikatakan bahwa pada setiap diri seorang pendidik (guru) bukan hanya sebagai agen pembelajaran, tetapi guru yang profesional dituntut bertanggung jawab untuk membawa para peserta didik pada suatu kedewasaan berpikir atau tarap kematangan tertentu. Isjoni, Saatnya Pembelajaran Kita Bangkit, (2007-50), berpendapat : Seorang pendidik tidak semata-mata sebagai Pengajar yang tranfers of knowledge, tetapi juga sebagai Pendidik yang transfers of values dan sekaligus sebagai Pelatih yang transfers of skill, dan Pembimbing yang transfers of guide, memberikan pengarahan dan menuntun peserta didik dalam proses pembelajarannnya. Seorang pendidik adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Peserta didik (siswa) adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pembelajaran tertentu. Sukmadinata, (2005:52), berpendapat:

6

Siswa sebagai peserta didik di dalam proses pembelajaran adalah individu, yang memiliki dua karakteristik utama, pertama setiap individu memiliki keunikan sendiri-sendiri; kedua dia selalu berada dalam proses perkembangan yang bersifat dinamis. Bersifat unik, tiap individu memiliki sejumlah potensi, kecakapan, kekuatan, motivasi, minat, kebiasaan, persepsi, serta karakteristik fisik dan psikis yang berbeda-beda; Sedangkan Bersifat dinamis, setiap individu berada dalam proses perkembanganperkembangan mulai tahap aspek fisik-motorik (lebih menonjol), aspek intelektual, aspek sosial dan aspek moral. Ditinjau dari kedua pendapat di atas, antara pendidik dan peserta didik adanya interaksi untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu, tanpa mengabaikan tahap perkembangan peserta didik, karena pada diri peserta didik dalam proses perkembangannya ada yang bersifat unik dan bersifat dinamis. Untuk mewujudkan sekolah yang bermutu dan berkualitas sebagai lembaga pendidikan diperlukan strategi pengembangan kurikulum tingkat satuan pembelajaran (KTSP) yang merupakan paradigma baru, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar disekolah. Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa tahapan diantaranya: desain kurikulum (kurikulum Dokumen), implementasi kurikulum (kurikulum perbuatan), pengendalian kurikulum (evaluasi dan perbaikan). Selain strategi sumber daya manusia dan strategi kurikulum, juga tak kalah pentingnya pula mengenai startegi sarana prasarana. Standar nasional pendidikan (SNP), dalam Bab 2 Pasal 2 tentang lingkup, fungsi dan tujuan pendidikan nasional berbunyi : Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pembelajaran, buku dan sumber belajar lainya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan bekelanjutan. Setiap satuan pembelajaran wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan ruang kelas, ruang pimpinan satuan penidikan, ruang pendidik, tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olah raga, bemain, tempat beribadah, berkreasi dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk

7

menujang proses pembelaran yang teratur dan berkelanjutan. Sisdiknas (2008 : 105). Setelah memiliki ketiga komponen strategi di atas diharapkan peningkatan tujuan pendidikan dalam satuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, dengan didukung oleh sumber daya yang dipergunakan dalam penyelenggaraannya meliputi tenaga kepembelajaran, masyarakat, dana, sarana dan prasarana. Sumber daya pendidikan di bidang pendanaan dalam UUD-RI, Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional : Pasal 46 berbunyi: (1) pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat; (2) pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat 4 Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (3) ketentuan mengenai tanggung pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah Pasal 47 berbunyi: sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan; (2) pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (3) ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaiman dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Sumber daya pendidikan dalam bidang pendanaan memiliki dampak strategis terhadap penyelenggaraan pendidikan yang perlu pemikiran seluruh komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan, hal ini untuk kelancaran segala sektor keterlaksanaan penyelengaraan pendidikan di tiap-tiap satuan pendidikan. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal (jalur yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi), non formal (jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang) dan in formal (jalur pendidikan keluarga dan lingkungan) pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa pengelolaan pendidikan dalam konsep dan makna pendidikan seorang tenaga pendidik dapat mengondisikan lingkungan belajar yang nyaman, yang dapat memberikan motivasi belajar, bukan hanya

8

dilingkungan sekolah melainkan di luar lingkungan sekolah. Dalam suatu proses pendidikan berlangsung bahwa lingkungan pendidikan merupakan pendukung berlangsungnya proses tersebut. Sukmadinata, (2005:52), berpendapat: Bahwa proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan yang mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual dan nilai-nilai. Lingkungan Fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan dan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan; Lingkungan Sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, antar pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan; Lingkungan Intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir; Lingkungan Nilai yang merupakan tata kehidupan nilai, baik nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok. Pada pendidikan pembelajaran faktor lingkungan fisik, sosial, intelektual dan nilai-nilai sangat berpengaruh sekali terhadap proses kegiatan di satuan pendidikan, maka tenaga pendidik yang profesional memerlukan strategi-strategi untuk mengantisifasi faktor lingkungan tersebut. Seorang tenaga pendidik harus memiliki langkah-langkah strategi dan langkah-langkah untuk peningkatan pendidikan bagi peserta didik. Adapun yang akan penulis ungkapkan dalam tesis ini khususnya mengenai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA Terpadu) ditingkat SMP Negeri yang berlokasi di Kabupaten Bandung. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA Terpadu) merupakan pengintegrasian antara dua atau lebih bidang kajian IPA (Fisika, Kimia Biologi) secara tematik dalam satu pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan oleh guru tunggal atau team teaching. Adapun tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, 2) Meningkatkan minat dan motivasi, 3) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus, 4) Konsep Pembelajaran Terpadu dalam IPA.

9

Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran perlu adanya langkahlangkah strategi pembelajaran aktif yang diataranya ada tiga belas langkahlangkah Isjoni, (2007:113-126), berpendapat sebagai berikut : 1) Critical Incident (pengalaman penting), 2) Prediction Guide (tebak pelajaran), 3) Group Resume (Resume Kelompok) atau melakukan team building (kerjasama kelompok, 4) Assesment Search (menilai kelas), 5) Questions Student Have (pertanyaan dan siswa), 6) Active Knowledge Sharing (saling tukar pengetahuan), 7) Listening Teams (tim pendengar), 8) Synergetic Teaching (pengajaran sinergis), 9) Active Debate (debat aktif), 10) Card Sort (sostir kartu), 11) Jigsaw Learning (belajar model jigsaw), 12) Student Team Achivement Division (STAD) startegi ini merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan 13) Everyone is A Teacher Here (setiap orang adalah guru). Strategi dalam proses peningkatan pembelajaran IPA Terpadu di tingkat wilayah SMP Kabupaten Bandung, tentu saja kesemua langkah-langkah strategi di atas tidak mungkin tercapai apabila tidak didukung sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu dalam proses pembelajarannya, relevan dengan tujuan pembelajaran IPA Terpadu. Tenaga pendidik di dalam proses pembelajarannya harus dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam proses pembelajarannya yang bertujuan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Sardiman, (2004 : 92-95), berpendapat bahwa ada beberapa langkah untuk peningkatan motivasi dalam proses pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Memberi Angka (Values) seorang pendidik adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan seperti kognitif, ketrampilan (psikomotor) dan afeksinya; 2) Memberi Hadiah (Reward); 3) Persaingan/ Kompetisi; 4) Ego-Involvement sebagai motivasi menumbuhkan kesadaran mempertaruhkan harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan harga diri, dengan usaha yang keras dalam belajarnya mempertahankan harga dirinya; 5) Memeberi Ulangan; 6) Mengetahui; 7) Pujian; 8) Hukuman (funishment) sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi; 9) Hasrat untuk Belajar suatu motivasi mengekplorasi potensi; 10) Minat seperti membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk mendaptkan hasil

10

yang baik dan menggunakan berbagai macam bentuk mengajar; 11) Tujuan yang diakaui timbul gairah untuk terus belajar. Dalam proses pembelajaran IPA Terpadu tenaga pendidik selain memiliki langkah-langkah strategi juga harus membangkitkan motivasi peserta didik sesuai pendapat Sardiman di atas, untuk mencapai pembelajaran yang bermutu dan berkualitas. Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan yang bermutu, sesuai harapan tujuan pendidikan nasional pada Tahun 2007, pendidikan yang bermutu memiliki kaitan ke depan (forward linkage) dan kaitan kebelakang (backward linkage). Forward Linkage berupa bahwa pembelajaran yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktek pembelajaran yang bermutu. Backward Linkage berupa bahwa pembelajaran yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yaitu guru yang profesional, sejahtera dan bermartabat. Fasli Jalal, Sertifikasi Guru. (Media Internet hhttp.www.crayonpedia.id.com, (29-05-2007) Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 oleh Galileo Galilei dan Francis

11

Bacon yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau inquiry skills yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada

situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu di dalam pembelajaran IPA Terpadu di sekolah sebaiknya seoarang guru harus mampu menghasilkan bagi peserta didik yang dapat berpikir tingkat tinggi, seperti: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran, pemanfaatan bioteknologi, memahami zat adiktif dan non adiktif, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis), (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan

12

perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah. Pada proses penelitian ini, secara seksama penulis melakukan berbagai langkah kegiatan dan berdasarkan hasil studi pendahuluan di beberapa SMP Negeri yang ada di Bandung, terutama pada sekolah yang menjadi objek langsung, yaitu: SMP Negeri 1, SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 3 Rancaekek Kabupaten Bandung, ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1. 2. pendidikan; 3. praktikum; 4. 5. sarana prasarana laboratorium yang kurang lengkap; adanya anggapan dari siswa bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakutkan, sehingga hasilnya belum memuaskan; 6. rendahnya motivasi dan kinerja pada sebagian besar guru dalam tugas pokok dan fungsinya, dan hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan buku dan sarana lainnya dalam mendukung upaya peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya meningkatkan hasil belajar siswa. B. Perumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah digambarkan di atas, fokus penelitian ini dibatasi pada strategi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP. Apabila kekuatan internal pembelajaran IPA dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik bagi lingkungan masyarakat sekitar, keterbukaan manajemen organisasi, untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan katagorik agar dapat masih ada guru IPA yang kurang memberikan pelatihan masih ada guru yang kurang menggunakan berbagai strategi pembelajaran; masih ada guru IPA yang tidak sesuai dengan latar belakang

13

memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi. Peluang dan ancaman eksternal dapat menjadi faktor pendukung pembelajaran IPA, apabila keduanya dianggap sebagai tantangan untuk maju, sebaliknya akan menjadi faktor penghambat apabila disikapi sebagai masalah. Dengan demikian, maka strategi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA terpadu di SMP Kabupaten Bandung, meningkat dan berkualitas yang pada akhirnya menuntut seorang manajer untuk melakukan intervensi strategis baik itu dilihat dari sumber daya manusianya itu sendiri yang berkualitas, pengelolaan kurikulumnya dan tersedianya sarana prasarana yang memadai serta pendanaan pembelajaran untuk meningkatakan pembelajaran IPA yang memberikan peluang bagi kemampuan guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampun guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran IPA memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan. Bertolak dari uraian di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih jauh dengan melakukan penelitian tentang strategi pembelajaran IPA Terpadu untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung yang selanjutnya penulis juga mencoba menggambarkan alur strategi pemikiran yang perlu diperhatikan pada proses strategi pembelajaran IPA terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa seperti pada bagan berikut ini:Kebijakan Pemerintah: 1. UU Sisdiknas 2. Kurikulum 3. UU Otonomi Daerah Faktor Pendukung dan Penghambat: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sarana Prasarana Dana / Biaya Lingkungan Administrasi Guru Kelengkapan KBM Perpustakaan Kelengkapan sarana belajar. 8. Pelaksanaan dan hasil Evaluasi

Proses Pembelajaran 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengawasan

Hasil yang ingin dicapai: Kognitif Afektif Psikomotor

14

Unit-unit yang terlibat 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kepala Sekolah Guru Tata Usaha Pengawas Dinas terkait Laboran dll.

Gambar 1.1. Ruang lingkup manajemen Strategi Pembelajaran IPA Terpadu 1. Perumusan Masalah Melalui studi awal pada kegiatan penelitian ini, baik berdasar pada studi referensi maupun berdasar pada fakta di lapangan, didapatkan masalah sebagai berikut masih ada guru yang kurang menggunakan berbagai strategi pembelajaran, masih ada guru IPA yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, masih ada guru IPA yang kurang memberikan pelatihan praktikum, sarana prasarana laboratorium yang masih kurang lengkap, adanya anggapan dari siswa bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakutkan, sehingga hasilnya belum memuaskan, rendahnya motivasi dan kinerja pada sebagian besar guru dalam tugas pokok dan fungsinya, dan hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan buku dan sarana lainnya dalam mendukung upaya peningkatan kualitas pendidikan. Dari berbagai permasalahan tersebut, dapat dirumuskan masalah, bahwa: Peningkatan mutu proses pendidikan IPA di SMP Negri 1, 2 dan 3 Rancaekek Kabupaten Bandung, akan dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi jika mampu menghindari berbagai permasalahan tersebut, permasalahan umum dalam penelitian ini dirumuskan sebagai maka berikut

Bagaimanakah strategi pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung ?. 2. Pembatasan Masalah Berdasarkan temuan tersebut maka perlu ada langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengatur strategi proses pembelajaran, sehingga dapat tampil dengan berbagai alternatif yang kreatif, efektif dan efisien; 2) Pencocokan kompetensi

15

pembelajaran

dengan kebutuhan lingkungan; 3) Mengembangkan kompetensi

baru yang inovatif untuk memenuhi tuntutan masa depan. Dengan demikian maka permasalahan yang akan dibahas pada kegiatan penelitian akan semakin mengerucut dengan memfokuskan permasalahan pada batasan-batasan sebagai berikut: a. Kemampuan guru dalam merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. b. Kemampuan guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. c. Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. d. e. Strategi yang dilakukan pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. Faktor-faktor penghambat dan pendorong peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung. C. 1. a. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai Strategi pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mendiagnosis kesiapan guru-guru IPA Terpadu dalam mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pembelajaran (KTSP), dan tantangan dan implikasinya terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Selain dari itu juga memberikan informasi bahwa salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas

16

beberapa mata pelajaran adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai sub mata-pelajaran. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai mata pelajaran (Carin, 1997;236). Lintas sub-mata pelajaran dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti biologi, fisika, kimia, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan mata pelajaran lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada mata pelajaran yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pendidikan dan penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik. b. Tujuan Khusus Sedangkan secara khusus maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan: 1) Kemampuan guru dalam merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. 2) Kemampuan guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung. 3) Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. 4) Strategi yang dilakukan pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung.

17

5) Faktor-faktor penghambat dan pendorong peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung. 2. Manfaat Penelitian Secara teoritis manfaat penelitian ini untuk mengembangkan konsep dan teori Strategi Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung, dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Secara praktis penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi positif kepada semua pembaca khususnya yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan, terlebih kepada para praktisi pendidikan (Kepala Sekolah, Guru, Pengawas Pendidikan, dinas terkait dan yang lainnya), sehingga yang berkepentingan akan mendapatkan manfaat tentang: a. Kemampuan guru dalam merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. b. Kemampuan guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. c. Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. d. Strategi yang dilakukan pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. e. Faktor-faktor penghambat dan pendorong peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung. Yang pada akhirnya penelitian ini akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan konsep-konsep baru tentang Strategi Pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian inipun dapat digunakan sebagai rekomendasi pada instansi terkait mengenai Strategi

18

Pembelajaran IPA Terpadu dalam meningkatkan hasil belajar siswa, dan bahkan juga diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Dengan demikian, dari hasil penelitian ini diharapkan agar SMP Negeri di Kabupaten Bandung dapat meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran, khususnya kualitas belajar mengajar dalam pembelajaran IPA Terpadu secara efektif dan efesien

D.

Kerangka Teori Untuk lebih memperjelas arah permasalahan yang diteliti dan adanya

kesamaan persepsi dalam memahami istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian, di bawah ini penulis jelaskan kerangka teori yang akan menjadi pijakan pada penelitian dan secara gamblang akan dibahas pada bab berikutnya. Pada bagian ini penulis kemukakan konsep-konsep yang berkaitan dengan strategi pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA yang diawali dengan konsep pembelajaran IPA Terpadu, strategi pembelajaran IPA Terpadu, konsep kualitas pembelajaran IPA, 1. Strategi Strategi merupakan suatu proses dalam memecahkan persoalan secara sistematis melalui langkah-langkah analisis sebagai cara untuk mencapai tujuan dengan daya dan sarana yang dapat dihimpun. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan tenaga pendidik dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Menurut Bahri, (2007:5-8 ), ada empat strategi dasar dalam melaksanakan strategi belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut: dan diakhiri dengan kajian penelitian yang relevan. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut :

19

Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajarmengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehungga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegitan belajar-mengajarnya yang selnjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem intruksional yang berdangkutan secara keseluruhan. . maka dalam penelitian ini, strategi yang dimaksud

Dengan demikian,

adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran IPA Terpadu sehingga hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung meningkat. Strategi-strategi yang digunakan dalam penelitian akan lebih ditekankan pada: a) strategi sumber daya manusia (SDM), b) strategi kurikulum dan c) strategi sarana prasarana, d) pendanaan pembelajaran. 2. Pembelajaran IPA Terpadu Pembelajaran adalah merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatau lingkungan belajar. Di dalam proses pembelajarannya ada lima tahapan yang harus dicapai oleh peserta didik diantaranya : peranan pendidik harus mampu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik meliputi kemampuan dasarnya-motivasinya latar belakang akademis dan latar belakang sosial ekonominya, untuk memberikan dorongan dalam belajar yang tertujuan pada pencapaian tujuan belajar, sebagai aspek pendidik jika berlangsung di sekolah saja, siswa memperoleh hasil belajar dari suatu interaksi tindak belajar, untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tindak mengajar yaitu mebelajarkan peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan oleh guru tunggal atau team teaching. Adapun tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai

20

berikut: 1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, 2) Meningkatkan minat dan motivasi, 3) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus, 4) Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA. Perlu kita ketahui bahwa dalam pembelajaran IPA Terpadu ada empat unsur utama yaitu : 1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; 2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; 3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; 4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran Terpadu juga akan terhambat. 3. Konsep kualitas pendidikan Philip. (Fakry, 1992:27), menjelaskan konsep mutu pendidikan sebagai berikut : Konsep mutu pembelajaran tidak hanya diukur dari learning achievement seperti yang dikaitkan dengan kurikulum dan standarnya saja, tetapi mutu harus dilihat darai relevansi antara yang diajarkan dengan apa yang dipelajari, dan sejauh mana apa yang diajakan dengan apa yang dipelajariitu sesuai dengan learning neeeds saat ini dan untuk masa yang akan datang. Lebih jauh Coombs yang dikutip Fakry, (1992:28), mengungkapkan bahwa masalah mutu pendidikan harus dikaitkan dengan keseluruhan dimensi mutu secara sistematik yang berubah dari masa kemasa, sesuai dengan goals dan kondisi yang berkembang. E. 1. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian Asumsi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

21

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD/MI dan SMP/MTs, meliputi mata pelajaran fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu anak untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Paradigma dalam penelitian ini dipahami sebagai kerangka berpikir konseptual yang digunakan untuk menghadapi objek penelitian yang merupakan kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian, sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan and Blinken, (1992:23), bahwa paradigm is aloose collection of logically health together assumtion, concepts or propotition the orient thinking or research. Lain halnya istilah paradigma bahwa kunci dalam wacana perkembangan ilmu paradigma, yang menurut Priatna, (2004:7-8), menyatakan terbagi dalam tiga bagian besar yaitu: (1) Paradigma metafisik (metaphysical paradigm), yang berfunsi menunjukan sesuatu yang ada dan yang tidak ada, dan merujuk pada komunitas ilmuwan yang memusatkan perhatian pada upaya untuk menemukan sesuatu yang ada : (2) Paradigma Sosiologi (Sociological paradigm), yang mennjukan pada keanekaragaman gejala yang tercakup dalam pengertian kebiasaan nyata, keputusan hukum yang diterima, serta hsil nyata dari perkembangan dan penemuan ilmu yang diterima umum :

22

dan (3) paradigma binaan (Contruct paradigm), konsep yang lebih sempit dibandingkan kedua paradigma lainya. Sanusi, (1999 :11 ), menyoroti tentang paradigma ada dua uraian keilmuaan paradigma. Pertama yang lebih menyoroti garis-garis perkembangan sejarah ilmu, khususnya sejarah teori-teori keilmuan. Kedua mengenai sejumlah faktor dan dimensi yang mendukung lahirnya ilmu dan validitasnya. Keduanya tidak membicarakan substansi dari ilmunya itu sendiri, yang artinya bahwa paradigma yang dimaksud munculnya yang melahirkan (bentuk, model, dan pola) bagaimana cara pandang kita berpikir tentang sesuatu. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka asumsi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai kerangka pemikiran yang didasarkan pada fokus masalah untuk mengarahkan penelitian. Kemampuan menggunakan strategi dalam pembelajaran IPA Terpadu merupakan aspek yang sangat menentukan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA Terpadu secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, strategi pembelajaran IPA Terpadu mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Dalam perencanaan pembelajaran IPA Terpadu harus selalu dikaitkan dengan pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi pembelajaran IPA Terpadu yang akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal di atas, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa sangat berkaitan dengan latar belakang pendidikan guru IPA, proses kegiatan belajar mengajar, kurikulum, keaktipan siswa, fasilitas yang memadai, dan sumber belajar yang mencukupi. Selain itu, implementasi aspek-aspek inovatif seperti pemilihan dan penggunaan strategik dan metode pembelajaran dan system evaluasi merupakan faktor-faktor yang mempengeruhi upaya peningkatan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA maka fungsi laboratorium sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar perlu dikelola dengan baik agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

23

2.

Pertanyaan Penelitian Agar mudah dalam melakukan penelitian ini dan dapat dilakukan lebih

mendalam, maka semua variabel diambil untuk diteliti. Maka yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut: a. Kemampuan guru dalam merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. b. Kemampuan guru dalam guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. c. Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung yang berjalan saat ini. d. Strategi yang dilakukan pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. e. Faktor-faktor penghambat dan pendorong peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung. Berdasarkan temuan tersebut, maka perlu ada langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pencocokan kompetensi pembelajaran dengan kebutuhan lingkungan; 2) Mengatur strategi proses pembelajaran, sehingga dapat tampil dengan berbagai alternatip yang kreatip, efektif dan efisien; 3) Mengembangkan kompetensi baru yang inovatif untuk memenuhi tuntutan masa depan. Bertolak dari uraian di atas, maka penelitian ini difokuskan pada pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana guru merencanakan isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung. b. Bagaimana guru dalam melaksanakan penyampaian isi materi, proses dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu sehingga meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri Kabupaten Bandung.

24

c. Bagaimana guru dalam mengevaluasi hasil proses penyampaian isi materi, proses kegiatan pembelajaran dan media serta mengevaluasi pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung. d. Strategi apa yang dilakukan pada pembelajaran IPA Terpadu dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri di Kabupaten Bandung. e. Apa yang menjadi faktor-faktor penghambat dan pendorong peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Kabupaten Bandung.

F.

Sistimatika Penulisan Isi tesis yang terdiri dari 5 Bab yaitu: bab 1 pendahuluan, bab 2 landasan

teori, bab 3 metode penelitian, bab 4 temuan, interpretasi dan pembahasan, bab 5 simpulan dan rekomendasi. Bab I Pendahuluan yang berisikan tentang rancangan penelitian mulai dari judul, latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Bab II Pokok Permasalahan Penelitian terdiri dari: pengertian istilah dan kerangka berpikir penelitian, teori dan konsep penunjang lainnya. Bab III Prosedur Penelitian: Pendekatan dan Metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, data yang diperlukan, sumber dan teknik/instrumen pengumpulan data, tahap-tahap penelitian, teknik pengolahan data, validitas dan reliabilitas penelitian sebagai intrepetasi data dan jadwal penelitian. Bab IV Pembahasan hasil penelitian: Gambaran kondisi umum objek penelitian, deskrifsi temuan dan hasil penelitian dan diakhiri dengan analis hasil penelitian serta pembahasan. asumsi dan pertanyaan

25

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi: Merupakan rangkuman dari seluruh hasil penelitian yang kemudian diteruskan dengan berbagai rekomendasi yang dianggap perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilitian. Melalui paparan seperti dikemukakan di atas, maka penulis berharap agar pembaca bisa mendapatkan gambaran dari isi tesis ini, yang selanjutnya pada bab 2 akan disajikan berbagai teori yang relevan dan akan mendukung pada seluruh rangkaian penelitian.

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN IPA TERPADU DAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWAPada bab 2 ini penulis akan mengemukakan konsep-konsep yang berkaitan dengan strategi pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA yang diawali dengan konsep manajemen pembelajaran IPA Terpadu, strategi pembelajaran IPA Terpadu, konsep kualitas pembelajaran IPA, dan diakhiri dengan kajian penelitian yang relevan. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut: A. Manajemen Pembelajaran IPA Terpadu Menurut Stoner, (1991:8), mengemukakan bahwa: "Management is the process of planning, organizing, leading, and controlling, the efforts of organization member and using or other organizational resources to achieve stated organizational goal. maksud pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan atas usaha-usaha para anggota organisasi serta pemanfaatan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

26

Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan manajemen adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pembelajaran, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri, beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan manajemen. Manajemen pendidikan memiliki berbagai kegiatan yang sangat kompleks dan saling berhubungan yang juga merupakan sekumpulan fungsi untuk penjaminan efisiensi dan efektivitas pelayanan, melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa depan. Manajemen pendidikan merupakan rangkaian kegiatan bersama atau keseluruhan proses pengendalian usaha atas kerjasama sekelompok, orang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara berencana dan sistematis, yang diselenggarakan pada suatu lingkungan tertentu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa penataan mengandung makna mengatur, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan. Sumber daya terdiri dari sumber daya manusia (peserta didik, pendidik, dan pemakai jasa pembelajaran), sumber belajar dan kurikulum (segala sesuatu yang disediakan lembaga pembelajaran untuk mencapai tujuan), serta fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang kemungkinan terjadinya pembelajaran). Tujuan pembelajaran yang produktif berupa prestasi yang efektif dan suasana atau proses yang efisien, sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang produktif dapat dilihat dari sudut administrasi psikologis, dan ekonomis. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan Razik dan Swanson, (1995), bahwa pembelajaran yang produktif memiliki tiga fungsi yaitu; the administrators productions function, the psychologis production function, and the economists productions.

27

Pendidikan merupakan kegiatan utama sekolah, yang dalam pelaksanaannya sekolah diberi kebebasan memilih strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, guru, serta kondisi nyata sumberdaya yang tersedia dan siap didayagunakan di sekolah. Pemilihan dan pengembangan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran hendaknya berpusat pada karakteristik peserta didik (student centered), agar dapat melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Pembelajaran harus menekankan pada praktek, dengan pendayagunaan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Seiring dengan perkembangan dan dinamisnya zaman, kini materi pendidikan pun terus mendapatkan sentuhan perubahahan dalam rangka untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan agar mandapatkan hasil yang yang lebih baik. Pada kurikulum tahun 2006, ada beberapa mata pelajaran pada satu rumpun tertentu yang diintegrasikan, dan salahsatunya adalah rumpun mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) yang asalnya terdiri dari Fisika, Biologi, Kimia dan dengan pengetahuan alam lainnya, kini diitegrasikan menjadi satu mata pelajaran, yaiitu Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu (IPA Terpadu). Kontek pembelajaran terpadu menurut Sukmadinata, (2004:197), adalah: Pembelajaran terpadu merupakan suatu pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembalajaran keterpaduan bahan ajaran berbeda-beda, mulai dari hubungan terbatas, hubungan luas sampai dengan keterpaduan penuh, prosedur penyampaian dan pengalaman belajar dalam suatu tema. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) dikembangkan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan dan/ atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran, yakni: Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan: mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik. 1. Mengenal dan menggunakan berbagai informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif

28

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dengan bimbingan guru/pendidik Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung Menunjukkan kebiasaan memanfaatkan waktu luang hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan

B. Langkah-langkah Manajemen Pembelajaran IPA Terpadu 1. Perencanaan Pembelajaran IPA Terpadu Di dalam Permendiknas No.41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran , standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indicator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Suatu program pembelajaran dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan apabila direncanakan dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran yaitu tentang (a) materi apa yang akan diajarkan; (b) bagaimana cara mengajarkannya; (c) bagaimana cara mengetahui keberhasilan siswa menguasainya. Materi yang akan diajarakan dan cara pembelajarannya diwujudkan dalam silabus, sedangkan cara untuk mengetahui keberlangsungan dan keberhasilan proses pembelajaran diwujudkan dalam bentuk system penilaian. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah apa sebenarnya target yang ingin dicapai dari suatu kegiatan pembelajaran. Penilian menjadi tidak jelas arahnya jika target yang ingin

29

dicapai tidak terumuskan dengan jelas. Berdasarkan hal tersebut, maka perencanaan pembelajaran IPA merupakan dasar untuk melakukan kegiatan belajar dan mengajar IPA dalam mencapai tujuan pembelajaran IPA. Kegiatankegiatan tersebut mengarahkan guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor bertanggung jawab atas perencanaan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan institusional. Perencanaan pembelajaran IPA memuat materi bidang fisika, kimia dan biologi. Perencanaan pembelajaran IPA dibuat agar dijadikan standar keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan institusional pendidikamn dapat terwujud karena adanya tujuan kurikuler dan instruksional, oleh karena itu tujuan pembelajaran IPA akan sangat bermanfaat untuk kepentingan lembaga, guru dan siswa. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar dan materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian , alokasi waktu, dan sumber belajar. Guru IPA sebagai manajer kelas yang nantinya akan menjadi ujung tombak keberhasilan pembelajaran IPA harus memperhatikan konsep perencanaan pendidikan khususnya perencanaan pendidikan IPA. Dalam penyusunan silabus harus berisiskan sejumlah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa, sehingga kegiatan pembelajaran harus diupayakn dengan tujuan agar siswa siswa dapat menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata, (1999): Penentuan sekuens bahan ajar hendaknya harus diperhatikan, apakah memuat pola sekuens kausal (mengikuti pola hubungan sebab akibat), sekuens struktural (mengikuti pola sesuai dengan posisi tiap bagian dalam konteks bentuk dan susunan), sekuens logis dan psikologis (mengikuti pola dari mudah ke sukar, dari yang mendasari atau sebagai prasyarat ke yang menjadi kelanjutannya. Dengan memperhatikan sekuens yang ada kemudian dilakukan penyebaran standar kompetensi mata pelajaran pengetahuan alam yang ditetapkan untuk dikuasai. Sebaran yang telah dibuat hendaklah benar-benar mengikuti urutan atau

30

sekuens yang lebih memudahkan siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang ditargetkan. Dalam perencanaan pembelajaran, diharapkan guru dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Strategi pembelajaran dalam arti luas dapat mencakup pendekatan, metode, media dan pengalaman belajar yang harus dialami siswa sehingga kompetensi dasar dapat tercapai. Strategi pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru diantaranya adalah memilih teknik penilaian yang jitu agar guru dapat mengetahui penguasaan kompetensi dasar yang dicapai siswa. Strategi pembelajaran yang dipilih bisa berbentuk kegiatan tatap muka atau non tatap muka. 2. Pengorganisasian pembelajaran IPA Terpadu Pengorganisasian pembelajaran IPA Terpadu adalah kegiatan yang sistematik dalam penyusunan struktur dan pembentukan hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Mengenai struktur organisasi dalam pembelajaran IPA Terpadu tidak akan terlepas dari struktur organisasi sekolah pada umumnya, struktur pembinaan, silabus dan satuan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama antar lembaga agar pengetahuan guru dalam pembelajaran IPA dapat meningkat. Hal ini dilakukan melalui koordinasi kegiatan seperti Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S), Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPA (MGMP IPA), dan Sanggar Pemantapan Kerja Guru (SPKG) atau melalui pendidkan dan pelatihan. Dengan koordinasi seperti diatas, tim guru IPA secara intern atau ekster diharapkan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA. Dapat saling berbagi pengalaman dalam memantapkan kegiatan belajar mengajar dan memilih metode dan teknik yang tepat sehingga efektivitas dan efisiensi pembelajaran IPA dapat tercapai. 3. Mengajar. Pelaksanan Pembelajaran IPA Terpadu dalam Proses Belajar

31

Pelaksanaan

proses

pembelajaran

IPA

harus

memenuhi

beberapa

persyaratan: (1) adanya rombongan belajar yang memadai; (2) adanya beban kerja minimal guru; (3) ada buku teks pelajaran ; dan (4) pengelolaan kelas. Pelaksanaan pembelajaran IPA merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran IPA meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada bagian pendahuluan, guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran sebelumnya, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, menyampaikan cakupan materi sesuai dengan silabus. Pada pelaksanaan kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam kegiatan inti biasanya digunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dalam kegiatan penutup, guru bersama dengan siswa membuat rangkuman materi yang telah dipelajari, melakukan penilaian atau repleksi, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Baik buruknya suatu program pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor guru. Pernyataan diatas dimaksudkan bahwa guru adalah salah satu komponen pembelajaran utama dalam sistem pendidikan dan sangat mempengaruhi hasilnya. Belajar adalah interaksi antara guru dan siswa. Hubungan antara guru dengan siswa adalah hubungan kewibawaan. Hal ini tidak berarti harus menimbulkan rasa takut pada siswa dan guru bisa semena-mena pada siswa, juga bukan hubungan kekuasaan dimana siswa harus selalu tunduk, akan tetapi hubungan yang menumbuhkan kesadaran pribadi untuk belajar. Sampai saat ini masih ada siswa

32

yang merasa benci, dan segan bila dihadapkan pada pelajaran IPA, padahal perasaan seperti itu tidak perlu ada jika guru IPA dapat menimbulkan kewibawaan dan dapat menyaampaikan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan pada siswa. Djoni, (1985:9-10), mengemukakan bahwa: Kewibawaan timbul karena kemampuan guru menampakan kebulatan pribadinya, sikap yang mantap karena kemampuan-kemampuan profesional yang dimilikinya, sehingga relasi kewibawaan itu akan menjadi katalisator subjek didik mencapai kepribadiannya. Berdasarakan hal di atas, menurut hemat penulis peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar ialah berusaha secara terus menerus untuk membantu siswa membangun konsep bagi dirinya sendiri dengan mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan dimasa kini dan masa yang akan datang. 4. Penilaian Dalam Pembelajaran IPA Terpadu Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil pembelajaran IPA hendaklah dilakukan secara konsisten, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja di laboratorium, pengukuran sikap, penilaian hasul karya berupa tugas, proyek atau produk, portofolio dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan penilian kelompok mata pelajaran yang biasanya dibicarakan pada acara MGMP. 5. Pengawasan Dalam Pembelajaran IPA Terpadu Pengawasan dalam pembelajaran IPA merupakan suatu aktivitas yang mengusahakan agar kegiatan belajar mengajar itu terlaksanan sesuai dengan perencanaan atau dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan pendidikan berkewajiban untuk menyediakan kondisi yang perlu untuk menyelesaikan tugas kewajiban dengan efektif dan efisien. Ia hendak menjamin keselarasan, kecerdasan dan ekonomi di seluruh usaha pendidikan dan pengajaran. Pengawasan tidak saja untuk mencegah pemborosan atau untuk

33

menghilangkan kebiasaan atau perbuatan yang salah, melainkan juga untuk mengarahkan perbuatan kepada maksud-maksud organisasi. Pengawasan proses pembelajaran IPA memuat pemantauan proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai tahap penilaian.Pemantauan dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara dan dokumentasi. Kegiatan pemantauan ini dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas satuan pendidkian. Selain pemantauan, kegiatan pengawasan yang lain adalah supervisi dan evaluasi. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran IPA diselenggarakan dengan cara

membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses dan mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Akhir dari kegiatan pengawasan proses pembelajaran adalah pelaporan dan tindak lanjut. Hasil kegiatan pemantauan, supervisi dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Dari hasil pelaporan biasanya diteruskan dengan tindak lanjut berupa pemberian penguatan dan penghargaan pada guru yang telah memenuhi standar. Pemberian teguran yang bersifat mendidik bagi guru yang belum memenuhi standar, dan memberikan kesempatan pada guru untuk mengikuti pelatihan atau penataran lebih lanjut. C. Konsep Pembelajaran IPA Terpadu Beberapa konsep yang harus diperhatikan dalam pembelajaran IPA terpadu, sebagai berikut: 1. Pengertian IPA Terpadu.

34

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Dalam hal ini Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (3) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep

35

IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak. Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataannya, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai sebagai

36

peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum. Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah. 2. Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui caracara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen. Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta

37

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau enquiry skills yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada

situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Oeh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian seharihari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah. 3. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

38

Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain, untuk memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi, maka pembelajaran akan lebih efesien dan efektif b. Meningkatkan minat dan motivasi Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya. c. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan. 4. Implikasi Pembelajaran IPA Terpadu Implikasi pembelajaran IPA terpadu meliputi hal-hal berikut: a. Guru Pembelajaran IPA Terpadu merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia, dan biologi, maka dalam

39

pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas. Untuk itu, dalam pembelajaran IPA terpadu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: team teaching, dan guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing. 1) Team Teaching Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa yang ahli dalam ilmu-ilmu sosial, pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh seorang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman, dan peserta didik akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan narasumber dari berbagai disiplin ilmu. 2) Guru Tunggal Untuk tercapainya pembelajaran IPA Terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut. a) Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPA diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi Fisika diberikan pelatihan tentang bidang studi Kimia dan Biologi. b) Koordinasi antar bidang studi yang tercakup dalam mata pelajaran IPA tetap dilakukan, untuk mereviu apakah skenario yang disusun sudah dapat memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi di luar yang ia mampu. c) Disusun skenario dengan metode pembelajaran yang inovatif dan memunculkan nalar para peserta didik sehingga guru tidak terjebak ke dalam pemaparan yang parsial bidang studi.

40

d)

Persiapan pembelajaran disusun dengan matang sesuai dengan target pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan topik yang dihasilkan dari pemetaan yang telah dilakukan.

b. Peserta didik Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran IPA Terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif. Selain itu, model pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan Kompetensi Dasar. Dengan mempergunakan model pembelajaran IPA Terpadu, secara psikologik, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. c. Bahan Ajar Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu alam maka dalam pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif dibandingkan dengan

41

pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup di dalamnya. Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama maupun buku penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat pembelajaran yang terkait dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan. Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. d. Sarana dan Prasarana Dalam pembelajaran IPA terpadu diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran IPA Terpadu, namun demikian dalam pembelajaran ini tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sarana yang relatif lebih banyak dari pembelajaran monolitik. Hal ini disebabkan untuk memberikan pengalaman yang terpadu, peserta didik harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang komprehensif untuk satu topik tertentu. 5. Pemanduan Konsep dalam Pembelajaran IPA Terpadu Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa bidang kajian adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubung kaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai bidang kajian (Carin, 1997;236). Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan tema, karena penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu: a. b. peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri; peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;

42

c.

peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis dan melakukan kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya;

d. e.

memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik; belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata. Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam

IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkan antara IPA - lingkunganteknologi - masyarakat. Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.

Contoh 1:Pengaruh asap rokok terhadap lingkungan (pencemaran udara) Pengaruh bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari

PerokokA ktif Perokok Pasif

LingkunganPengaruh rokok bagi kesehatan

Rokok

Materi dan sifatnyaGangguan pada sistem pernapasan

Kesehatan

Makhluk hidup dan proses kehidupan

Gambar 2-1 Jaringan tema rokok

43

6. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu a. Perencanaan Secara konseptual yang dimaksud terpadu pada pengembangan pembelajaran IPA dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman, analisis, dan evaluasi dalam mata pelajaran IPA. Konsep-konsep yang dapat dipadukan pada semester yang berlainan pembelajarannya dapat dilaksanakan pada semester yang sama (tertentu) dengan tidak meninggalkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada semester lainnya. Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA. Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran IPA Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu berikut ini:

Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan

Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik pemersatu

Mempelajari Standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang kajian

Merumuskan indikator pembelajaran terpadu

Memilih/menetapkan tema atau topik pemersatu

Menyusun silabus pembelajaran terpadu

Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu

44

Gambar 2-2 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu Beberapa ketentuan 1) 2) dalam pemetaan Kompetensi Dasar Kompetensi dalam dalam

pengembangan model pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut. Mengidentifikasikan beberapa Dasar berbagai Standar Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan. Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri. 3) Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPA pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja. 4) Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPA Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut. 1) 2) Tema, dalam pembelajaran IPA Terpadu, merupakan perekat antar-Kompetensi Dasar yang terdapat dalam bidang kajian IPA. Tema yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensikompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat. 3) Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-Kompetensi Dasar pada bidang kajian yang telah dipetakan.

45

b. Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah perangkat administrasi pembelajaran untuk menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut. 1) Kegiatan Awal/Pendahuluan Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama. Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik yang dianggap

46

mewakili seluruh peserta didik, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (le