makalah kelompok 2 landasan kurikulum

60
i Landasan PengembanganKurikulum MAKALAH Disusun sebagai tugas pada Mata Kuliah Analisis Kurikulum Sekolah Menengah dan Penjaminan Mutu Dosen Pengampu : Dr. C. Rudy Prihantoro oleh : Kelompok 2 Dedy Fahroni (7816120871) Sandi Somantri (7816120885) Tedi Septihartadi (7816120888) Tuti Alawiyah (7816120889) Wahid Hidayat (7816120890)

Upload: solihin-ksl

Post on 27-Dec-2015

85 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

aanalisis kurikulum

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

i

Landasan

PengembanganKurikulum

MAKALAH

Disusun sebagai tugas pada Mata Kuliah Analisis Kurikulum Sekolah Menengah dan Penjaminan Mutu

Dosen Pengampu : Dr. C. Rudy Prihantoro

oleh :

Kelompok 2

Dedy Fahroni (7816120871)Sandi Somantri (7816120885)Tedi Septihartadi (7816120888)Tuti Alawiyah (7816120889)Wahid Hidayat (7816120890)

Page 2: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

ii

PRODI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN (PEP) PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA2013

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 3: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

i

KATA PENGANTAR

Tiada kata terindah yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur

Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala keluasan rahmat dan kasih

sayang yang tak pernah berhenti kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat dan

salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, beserta

segenap keluarga, para shahabat, dan setiap orang yang mengikutinya.

Atas ijin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Landasan

Kurikulum dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kurikulum

Sekolah Menengah dan Penjaminan Mutu. Penyusun menyadari bahwa Makalah

ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun berharap kritik dan

saran yang konstruktif dari pembaca sehingga makalah ini mencapai kepada

kesempurnaan.

Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan ucapan terima kasih

dan semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun umumnya bagi

pembaca.

Penyusun

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 4: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4

A. Landasan Filosofis.......................................................................................6

1. Aliran-aliran Filsafat Pada Kurikulum....................................................8

2. Filsafat dan Kurikulum.........................................................................14

B. Landasan Psikologis..................................................................................14

a. Psikologi Belajar.....................................................................................16

b. Psikologi Perkembangan........................................................................19

C. Landasan Sosiologis..................................................................................21

a. Masyarakat dan Kurikulum.....................................................................23

b. Kebudayaan dan Kurikulum....................................................................24

D. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi..........................................26

a. Ilmu Pengetahuan..................................................................................26

b. Teknologi................................................................................................27

c. Perkembangan IPTEK............................................................................27

d. Implikasi terhadap Pengembangan Kurikulum.......................................28

BAB III KESIMPULAN........................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 5: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

iii

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 6: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang

sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan, atau bisa dikatakan

memiliki peran yang sangat vital dalam suatu lembaga pendidikan.

Mengingat sangat pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan

perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak

bisa dilakukan tanpa landasan yang kokoh dan kuat,

Mari kita bayangkan andaikata bangunan sebuah rumah dibangun tanpa

landasan pondasi yang kuat maka ketika terjadi goncangan atau diterpa angin

sedikit saja maka rumah tersebut akan mudah rubuh. Demikian halnya dengan

kurikulum jika dikembangkan tidak didasarkan dengan landasan yang tepat dan

kuat maka kurikulum tersebut tidak akan bisa bertahan dengan lama dan bahkan

mungkin akan ditinggalkan oleh pemakainya.

Bila suatu bangunan rumah rubuh yang diakibatkan tidak menggunakan

landasan ( pondasi) yang kuat maka kerugian yang diakibatkan tidak terlalu

besar hanya sebanding dengan harga rumah yang dibangun, dan jika kondisi

keuangan memungkinkan akan segera dengan mudah dibangun kembali. Tapi

bila yang roboh itu adalah kurikulum sebagai alat untuk mempersiapkan

manusia, maka kerugiannya akan bersifat fatal dan tidak bisa diukur dengan

materi karena menyangkut dengan upaya memanusiakan manusia.

Dengan demikian dalam mengembangkan kurikulum harus terlebih dahulu

diidentifikasi dan dikaji secara selektif dan akurat, mendalam dan menyeluruh

landasan apa saja yang harus dijadikan pijakan dalam merancang,

mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum. Dengan landasan yang

kokoh akan menghasilkan kurikulum yang kuat, yaitu program pendidikan yang

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 7: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

2

dihasilkan akan menghasilkan manusia terdidik yang sesuai hakikat

kemanusiaannya baik untuk kehidupan masa kini maupun menyongsong

kehidupan jauh ke masa yang akan datang.

Penggunaan landasan yang tepat dan kuat dalam mengembangkan

kurikulum tidak hanya diperlukan oleh para penyusun kurikulum ditingkat pusat

(makro) akan tetapi terutama harus difahami dan dijadikan dasar pertimbangan

oleh para pengembang kurikulum ditingkat operasional ( satuan pendidikan),

yaitu para guru, kepala sekolah, pengawas pendidikan (supervisor), dewan

sekolah atau komite pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang terkait

( stakeholder).

Robert S. Zais ( 1976 ) mengemukakan empat landasan pengembangan

kurikulum , yaitu : philosophy on the nature of knowledge, society and culture, the

individual dan learning theory. Dengan berpedoman pada empat landasan

tersebut maka perancangan dan pengembangan suatu bangunan kurikulum

yaitu pengembangan tujuan, pengembangan isi/ materi, pengembangan proses

pembelajaran dan pengembangan komponen evaluasi , harus didasarkan pada

landasan filosophis, phisikologis, sosiologis serta ilmu pengetahuan dan

teknologi ( IPTEK)1

Oleh karena itu untuk lebih memahami bagaimana ke empat landasan

kurikulum yang harus diperhatikan oleh guru ketika mengembangkan

kurikulum . Pada makalah ini akan disajikan pembahasan mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan Landasan pengembangan kurikulum .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka penulis merumuskan beberapa

rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :

1. Apa itu landasan Pengembangan kurikulum?

1 Robert S.Zais, Curriculum Principle and Foundation , (London : Harper and Row Publisher,

1976), h.20

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 8: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

3

2. Ada berapa yang termasuk landasan pengembangan kurikulum?

3. Bagaimana Landasan filosophis pada pengembangan kurikulum?

4. Bagaimana Landasan Psikologis pada pengembangan kurikulum?

5. Bagaimana Landasan Sosial Budaya pengembangan kurikulum?

6. Bagaimana Landasan IPTEK pada pengembangan kurikulum?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dari

makalah ini adalah :

1. Menjelaskan landasan Pengembangan kurikulum.

2. Menjelaskan aspek saja yang termasuk landasan pengembangan

kurikulum.

3. Menjelaskan bagaimana Landasan filosophis pada pengembangan

kurikulum.

4. Menjelaskan bagaimana Landasan Psikologis pada pengembangan

kurikulum.

5. Menjelaskan bagaimana Landasan Sosial Budaya pengembangan

kurikulum.

6. Menjelaskan bagaimana Landasan IPTEK pada pengembangan

kurikulum.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 9: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

4

BAB II

PEMBAHASAN

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan

yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat

pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan, maka dalam

penyusunannya harus mengacu pada landasan yang kokoh dan kuat .

Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para

penyusun kurikulum (makro) atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga

sebagai kurikulum ideal, akan tetapi juga harus dipahami dan dijadikan

dasar pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum (mikro) yaitu para

pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lainnya yang terkait

dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan

instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum

di setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Dengan posisinya yang penting tersebut maka penyusunan dan

pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan, akan

tetapi harus didasarkan pada berbagai pertimbangan, atau landasan agar

dapat dijadikan dasar pijakan dalam menyelenggarakan proses

pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya tujuan

pendidikan dan pembelajaran secara lebih efisien dan efektif.

Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat

penting, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan

gedung yang tidak menggunakan landasan atau fundasi yang kuat, maka ketika

diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan

mudah rubuh dan rusak. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila

tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah

terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah manusia (peserta

didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 10: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

5

Hornby c.s dalam “The Advance Learner’s Dictionary of Current

English” 2 mengemukakan definisi landasan sebagai berikut: “Foundation …

that on which an idea or belief rest; an underlying principle‟s as the

foundations of religious belief; the basis or starting point…”. Jadi menurut

Hornby landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi

sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari, contohnya seperti landasan

kepercayaan agama, dasar atau titik tolak.

Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan

sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran

atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Untuk mendirikan bangunan

kurikulum diperlukan beberapa landasan. Sanjaya menyatakan bahwa landasan

pengembangan kurikulum ada tiga yaitu landasan filosofis, psikologis, dan

landasan sosiologis-teknologis. 3

Sedangkan Robert S. Zais ( 1976 ) mengemukakan empat landasan

pengembangan kurikulum , yaitu : philosophy on the nature of knowledge,

society and culture, the individual dan learning theory. Dengan berpedoman

pada empat landasan tersebut maka perancangan dan pengembangan suatu

bangunan kurikulum yaitu pengembangan tujuan, pengembangan isi/ materi,

pengembangan proses pembelajaran dan pengembangan komponen evaluasi ,

harus didasarkan pada landasan filosophis, psikologis, sosiologis serta ilmu

pengetahuan dan teknologi ( IPTEK)4

A. Landasan Filosofis

Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno “philos” dan “sophia”. Philos,

artinya cinta yang mendalam, dan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan.

Dari arti harfiah ini, Filsafat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan

atau kebenaran. Secara popular filsafat sering diartikan sebagai pandangan

hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi individu. Dengan demikian

maka jelas setiap individu atau setiap kelompok masyarakat secara filosofis

2 Redja Mudyahardo, Landasan-Landasan Filosofis Pendidikan,(Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Nasution,2001), p 83 Sanjaya, WIna. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2008.

4 Op.cit. Robert S.ZaisLandasan Pengembangan Kurikulum

Page 11: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

6

memiliki pandangan hidup yang mungkin berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang

dianggapnya baik.

Dalam pengembangan kurikulum filsafat menjawab hal-hal mendasar bagi

pengembangan kurikulum, antara lain ke mana anak didik akan dibawa ?

masyarakat yang bagaimana yang akan dibentuk melalui pendidikan tersebut ?

apa hakikat pengetahuan yang akan diajarkan kepada anak didik ? norma atau

system yang bagaimana yang harus diwariskan kepada anak didik sebagai

generasi penerus ? bagaimana proses pendidikan harus dijalankan ?

Demikian mendasarnya pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh filsafat.

Dengan kedudukannya yang begitu mendasar, filsafat memiliki paling tidak

empat fungsi yaitu :

Filsafat sebagai sebuah system nilai (value system) menjadi dasar yang

menentukan tujuan pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa pandangan hidup

atau sistem nilai yang dianggap baik dan dijadikan pedoman bagi masyarakat

akan tercermin dalam tujuan pendidikan yang harus dicapai, karena kurikulum

pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan anggota masyarakat yang

dapat mempertahankan, mengembangkan diri dan dapat hidup dalam system

nilai masyarakatnya sendiri.

Pendidikan berada dalam kehidupan masyarakat sehingga apa yang

dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan melalui pendidikan. Dengan

demikian pandangan dan wawasan yang ada dalam masyasrakat merupakan

pandangan dan wawasan dalam pendidikan. Oleh karena itu, landasan filosofis

pengembangan kurikulum adalah hakikat realistis, ilmu pengetahuan, sistem

nilai, dan hakikat pikiran yang ada dalam masyarakat.

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-

pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Dengan

demikian filsafat memiliki manfaat dan memberikan kontribusi yang besar

terutama dalam memberikan kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan

pendidikan.

Menurut Nasution (1982: 30-31) guna filsafat pendidikan adalah: Filsafat

pendidikan menentukan arah kemana anak-anak harus dibawah. Sekolah ialah

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 12: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

7

suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak-anak ke

arah yang di cita-citakan oleh masyarakat itu. Dengan adanya tujuan pendidikan

kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus kita capai, individu

yang bagaimanakah yang harus kita hasilkan dengan usaha pendidikan kita.

Filsafat dan tujuan pendidikan menentukan cara dan proses untuk mencapai

tujuan itu. Filsafat dan tujuan pendidikan juga memberi kesatuan yang bulat

kepada segala usaha pendidikan. Segala usaha kita tidak terlepas-lepas,

melainkan saling berhubungan, sehingga terdapat suatu kontinuitas dalam

perkembangan dan kemajuan anak.( Sumber : Nasution,1982. Asas-asas

Kurikulum. Bandung: Jemmars)

Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan,

terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan

menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada

kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan

eksistensinya.

Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau

kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan

sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan

pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif

mengenai apa yang seharusnya dicapai.

Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan mengenai berbagai

kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan

sistem nilai dan falsafah yang dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau

filsafat yang dianut oleh suatu komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat

erat dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya. Dengan kata lain,

filsafat suatu negara tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi tujuan pendidikan

di negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di suatu negara akan

berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari

adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 13: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

8

1. Aliran-aliran Filsafat Pada Kurikulum

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama

halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, dikenal berbagai aliran filsafat, yang

telah dikembangkan diantaranya :

a. Idealisme

Dalam sejarah filsafat Barat, idealisme selalu identik dengan Plato. Hal

demikian sangat wajar sebab Palto memang dianggap sebagai Bapak dari

filsafat idealisme. Menurut Plato, hakekat segala sesuatu tidak terletak pada sifat

materi atau bendawi, tetapi sesuatu yang berada dibalik materi itu, yaitu ide. Ide

bersifat kekal, immaterial, dan tidak berubah. Walaupun materi hancur, ide tidak

ikut musnah, Pada ranah pendidikan, aliran Idealisme ini menganggap bahwa

hakekat pendidikan adalah semangat ingin kembali kepada warisan budaya

masa silam yang agung dan ideal, sehingga pendidikan diartikan sebagai

“cultural conservation”, yakni sebagai pemelihara kebudayaan Adapun yang

menjadi tujuan pendidikan menurut aliran Idealisme ini adalah untuk membentuk

anak didik agar menjadi manusia yang sempurna, yang berguna bagi

masyarakatnya. Dan sebagai konsekuensi logisnya, maka pendidikan model

aliran Idealisme ini lebih menekankan pengkayaan pengetahuan (transfer of

knowledge) tanpa harus memperhitungkan tuntutan dunia praktis (kerja dan

industri). Dengan model pemikiran seperti itu, maka kurikulum Idealisme

mendasarkan pada prinsip: Pertama, kurikulum yang kaya materi, berurutan, dan

sistematis yang didasarkan pada target tertentu yang tidak dapat dikurangi

sebagai satu kesatuan pengetahuan, kecakapan, dan sikap yang berlaku dalam

kebudayaan yang demokratis. Kedua, kurikulum menekankan penguasaan yang

tepat atas isi atau materi kurikulum. Dari prinsip-prinsip tersebut kemudian dibuat

pedoman dalam merumuskan kurikulum idealisme yang pada dasarnya harus

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, yang mengutamakan pada

“essential studies” yang meliputi metode ilmiah, dunia organis dan an-organis,

human environment (lingkungan manusia, budaya, dan alamiah), serta apreasi

terhadap seni.Selain itu dalam kurikulum idealisme sekolah dianggap sebagai

pusat intellectual training dan character building, yang secara formal melatih dan

mengembangkan daya jiwa yang sudah ada.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 14: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

9

b. Pragmatisme

Pragmatisme biasa diidentikkan dengan filsafat bangsa Amerika karena

Pragmatisme merupakan filsafat yang mencerminkan secara kuat sifat

kehidupan Amerika, dimana filsafat ini merupakan penengah antara filsafat

empirisme dan idealisme dengan menggabungkan hal-hal yang berarti antara

keduanya. Kemunculan pragmatisme sebagai aliran filsafat dalam kehidupan

kontemporer telah banyak membawa kemajuan-kemajuan yang pesat baik

dalam ilmu pengethuan maupun tehnologi. Pragmatisme telah berhasil membuat

aktifitas filsafat yang sebelumnya bersifat metafisis, idealis, abstrak, dan

intelektualis yang cenderung “melangit”, menjadi aktifitas riil, inderawi, dan

mnafaatnya langsung bisa dirasakan secara prkatis-pragmatis dalam kehiudpan

sehari-hari. Dalam ranah pendidikan, aliran Pragmatisme berpendapat bahwa

hakekat pendidikan merupakan proses masyarakat mengenal diri. Dengan

perkataan lain, pendidikan adalah proses agar masyarakat menjadi hidup dan

dapat melangsungkan aktifitasnya untuk masa depan. Dengan demikian,

pendidikan adalah proses pembentukan impulse (perbuatan yang dilakukan atas

desakan hati), yang berorientasi pada futuralistic, yakni sebuah pendidikan yang

berwawasan pada masa depan. Dari karakter yang demikian, maka pendidikan

pragmatisme menganjurkan agar yang berbuat, yang menghasilkan, dan yang

mengajar adalah peserta didik sendiri. Sedangkan peran pendidik lebih berfungsi

sebagai fasilitator dan pembimbing. Dalam pandangan Pragmatisme, tidak ada

suatu materi pelajaran tertentu yang bersifat universal dalam sistem dan metode

pelajaran yang selalu tepat untuk semua jenjang sekolah, sebab pengalaman,

kebutuhan serta minat individu atau masyarakat berbeda menurut tempat dan

zaman. Dalam hal ini kurikulum pragmatisme bersifat elastis dan fleksibel sesuai

dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum Pragmatisme bergerak

dinamis diatas prinsip kebebasan, menghendaki bentuk yang bervariatif dan

dengan materi yang kaya. Adapun mengenai muatan isi kurikulum, Pragmatisme

mendorong perkembangan pribadi anak didik yang meliputi perkembangan

minat, pikir dan kemampuan praktis. Bentuk demikian inilah yang oleh Kilpatrick

disebut dengan emerging curriculum, yaitu kurikulum yang realistis dari

kehidupan peserta didik. Dalam pelaksanaannya, kurikulum Pragmatisme

mengutamakan pengalaman yang didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 15: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

10

didik, yang diarahkan bagi perkembangan pribadi secara integral terutama aspek

pikir, perasaan, motorik, dan pengalaman sosial. Demikianlah model kurikulum

aliran Idealisme dan Pragmatisme, yang sebenarnya hanya merupakan

pembedaan secara garis besar saja, karena selain kedua aliran utama tersebut,

masih terdapat aliran-aliran filsafat lain yang memiliki pengikut yang cukup

banyak, dan kemudian terdapat empat aliran saja sebagai penjelas dan penguat

bagi kedua aliran utama tersebut diatas, yaitu perenialisme, esensialisme,

progresivisme dan rekonstruksionisme.

c. Perenialisme

Perenialisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa zaman

sekarang sebagai zaman yang kurang “sehat”, dan untuk mengembalikan

kepada keadan semula diperlukan “dokter” yang sudah terkenal. Aliran ini juga

menganggap bahwa kebudayaan dewasa ini mempunyai landasan-landasan

yang kurang jelas sehingga diperlukan usaha-usaha untuk kembali pada

fundamen-fundamennya dengan menunjuk kepada apa yang telah dihasilkan

oleh zaman Yunani dan abad pertengahan. Jelasnya, Perenialisme ini bercorak

regresif, yaitu sikap yang menghendaki kembali pada jiwa yang menguasai

peradaban skolastik Yunani dan abad pertengahan, karena ia merupakan jiwa

yang menuntun manusia hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan yang

telah ditentukan secara rasional.

Dalam hal kurikulum, aliran ini menganggap hal yang terpenting dalam

kurikulum adalah isi (content) mata pelajaran-mata pelajaran yang tepat dan

benar. Oleh karena kondisi demikian, maka dalam pendidikan peran utama

dipegang oleh guru atau pendidik. Keaktifan dan kreatifitas subyek didik

dikembangkan dengan bersendikan atas pengetahuan dan keterampilan yang

benar. Disamping itu, masih menurut aliran Perenialisme, pendidikan

persekolahan diusahakan sama bagi setiap orang, dimana peserta didik diajak

untuk menemukan kembali dan menginternalisasi kebenaran universal dan

konstan dari masa lalu. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam kurikulum

model aliran Perenialisme ini adalah mengkaji terhadap buku-buku yang

membahas peradaban Barat dan abad pertengahan melalui membaca dan

diskusi untuk menyerap dan menguasai fakta-fakta dan informasi.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 16: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

11

d. Essensialisme

Aliran Esensialisme ini hampir mirip dengan Perenialisme. Bedanya, kalau

Perenialisme bercorak regresif, Esensialisme lebih bercorak konservatif, yakni

sikap untuk mempertahankan nilai-nilai budaya manusia. Esensialisme ini

menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang

hakiki kedudukannya dalam kebudayaan, dan nilai-nilai inilah yang hendaknya

sampai kepada manusia melalui sipilisasi dan yang telah teruji oleh waktu.

Menurut teori Essentialist ini, tujuan pendidikan adalah sebagai perantara atau

pembawa nilai-nilai yang ada dalam “gudang” di luar ke dalam jiwa peserta didik,

sehingga ia perlu dilatih agar mempunyai kemampuan absorbsi (penyerapan)

yang tinggi. Disini peran guru atau pendidik memiliki peran yang sentral dalam

menyampaikan warisan budaya dan sejarah seputar inti pengetahuan yang

terakumulasi begitu lama dan bermanfaat untuk peserta didik. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa kurikulum menurut aliran ini bersifat subject centered,

dimana guru sebagai pusat pembelajaran yang lebih ditekankan pada

keterampilan membaca, menulis dan menyerap ide-ide demi mengembangkan

mind peserta didik dan kesadaran akan dunia fisik sekitarnya.

e. Progresivisme

Aliran Progresivisme dapat dikatakan telah berbuat banyak dalam

mengadakan rekonstruksi di dalam pendidikan modern dalam abad XX.

Progresivisme banyak meletakkan tekanan dalam masalah kebebasan dan

kemerdekaan kepada peserta didik dan menentang keras pendidikan tradisional,

yang biasanya menentukan materi pembelajaran tanpa memperhatikan

kebutuhan dan minat peserta didik. Menurut George R. Knight, pemikiran

progresivisme banyak sekali dipengaruhi oleh pragmatisme-nya John Dewey dan

Psikoanalisis-nya Sigmund Freud yang menganjurkan lebih banyak kebebasan

untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga

peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif. Menurut

aliran ini, peserta didik dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga dia

diberi kesempatan untuk menetukan harapan dan tujuan mereka dan guru

(pendidik) lebih berperan sebagai penasehat, penunjuk jalan, dan rekan

seperjalanan. Disini, guru bukanlah satu-satunya orang yang paling tahu.

Dengan demikian, pendidikan harus berpusat pada peserta didik (child Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 17: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

12

centered),tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual.

Pendidikan progresivisme juga tidak menggunakan hukuman fisik atau menakut-

nakuti sebagai pembentuk sikap disiplin. Menurut teori Progresive ini, kurikulum

dibangun dari pengalaman personal dan sosial peserta didik. Hal demikian

dilakukan agar peserta didik memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial

dengan melakukan interaksi dengan lingkungan dan akhirnya memiliki

kemampuan problem solving, baik personal maupun sosial.

f. Rekonstruksionisme

Menurut penggagas teori rekonstruksionis, yaitu George S. Count, aliran

ini muncul sebagai akibat dari penerapan ide-ide demokrasi dan tata ekonomi

kapitalisme yang menjurus pada individualisme dan laises faire. Dan masyarakat

yang demikian perlu direkonstruksi kembali dengan penerapannya yang

menjamin adanya kesamaan. Menurut teori Rekonstruksi, fungsi pendidikan

adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi cakap

dan kreatif sekaligus mampu bertanggungjawab dalam berinteraksi, membangun

serta mengembangkan masyarakatnya. Lebih jauh lagi, agar pendidikan dapat

menyadari antara keterikatan perumbuhan dan perkembangan tehnologi dan

industrialisasi dengan perubahan masyarakat. Disini, pengetahuan atau

kemampuan profesional, misalnya, hendaknya bisa disumbangkan bagi

terbentuknya masyarakat baru. Dan, peran sekolah adalah dengan menjadi

perantara utama bagi perubahan sosial, politik, dan ekonomi dalam masyarakat

dengan membuat peserta didik sadar akan persoalan-persoalan yang dihadapi

umat manusia, memiliki kesadaran untuk memecahkan problem tersebut dan

akhirnya membangun tatanan masyarakat yang baru.

Pada prinsipnya landasan filosofis bersifat normatif yang ditentukan oleh

sistem nilai yang dianut. Dalam mengembangkan kurikulum, pengembang

kurikulum tidak hanya menonjolkan atau mementingkan filsafat pribadinya tetapi

juga perlu mempertimbangkan falsafah yang lain antara lain falsafah Negara,

falsafah lembaga pendidikan, dan staf pengajar atau pendidik.5

5 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta : Bina Aksara, 1989), hh. 14-15Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 18: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

13

a. Falsafah Bangsa

Setiap negara atau bangsa di dunia ini baik Negara berkembang maupun

Negara maju, memiliki falsafah atau pandangan pokok mengenai

pendidikan. Sama halnya di Indonesia memiliki falsafah pendidikan yaitu

Pancasila dan UUD 1945 yang telah diterima secara resmi menjadi filsafat

dan dasar pendidikan nasional.

b. Falsafah Lembaga Pendidikan

Falsafah lembaga pendidikan berpedoman pada falsafah bangsa serta

nilai-nilai masyarakat yang dilayaninya.Tiap lembaga pendidikan

mempunyai misi yang merupakan bagian dari sistem pendidikan

nasional,namun tiap lembaga dapat memiliki sesuatu yang khas yang

berbeda dengan lembaga di daerah/tempat lain.

Dalam merumuskan falsafah lembaga pendidikan secara tertulis perlu

memiliki komponen-komponen berikut : 1) alasan rasional mengenai

eksistensi lembaga pendidikan, 2) prinsip-prinsip pokok yang

mendasarinya, 3) nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dijunjung tinggi, 4)

prinsip-prinsip pendidikan mengenai hakikat anak didik, hakikat proses

belajar mengajar, dan hakikat pengetahuan. Biasanya dalamfalsafah

lembaga pendidikan belum dimasukkan pengetahuan operasionalyang

spesifik.6

c. Falsafah Pendidik

Seorang pendidik dituntut untuk selalu relevan dengan falsafah yang

berlaku sebagaimana dirumuskan dalam kurikulum yang ditetapkan

lembaga pendidikan. Kurikulum yang baik akan sangat tidak berarti jika

pendidik memiliki falsafah yang berbeda dalam memahami, menafsirkan,

dan melaksanakan kurikulum tersebut. Jadi dalam konteks operasional

kurikulum pendidik merupakan pemegang peran utama.

2. Filsafat dan Kurikulum

Menurut Donald Butler dalam Nana Syaodih “Filsafat memberikan arah

dan metodologi terhadap praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan

6 Abdullah Idi, Pengembangan kurikulum : Teori dan Praktik, (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),

h.92Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 19: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

14

memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan-pertimbangan filofofis” 7. Secara

rinci menurut Nasution bahwa filsafat pendidikan berfungsi: 8

a. Menentukan arah akan kemana siswa harus dibawa (Tujuan)

b. Mendapatkan gambaran yang jelas hasil pendidikan yang harus dicapai

c. Menentukan isi yang akurat yang harus dipelajari oleh para siswa

d. Menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan

e. Memungkinkan untuk menilai hasil yang telah dicapai secara akurat

B. Landasan Psikologis

Aspek psikologis merupakan salah satu aspek yang menjadi landasan

dalam pengembangan kurikulum, pentingnya aspek ini dijadikan sebagai

landasan dikarenakan pada dasarnya sebuah kurikulum dibuat atau

dikembangkan untuk pelaksanaan pendidikan, sedangkan pendidikan akan

melibatkan individu/anak. Seperti yang kita ketahui setiap individu memiliki

keunikan dan kekhasan masing-masing, selanjutnya anak atau individu tersebut

tumbuh dan berkembang sesuai masa perkembangan.

Kurikulum harus dilandasi oleh psikologi, psikologi dijadikan sebagai

acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta didik itu harus

dikembangkan.  Karakteristik perilaku setiap individu pada berbagai tingkatan

perkembangan  merupakan kajian  dari psikologi perkembangan. Oleh karena

itu, dalam pengembangan kurikulum  landasan psikologi mutlak harus dijadikan

dasar . 

Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah

laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan, pengertian sejenis

menyebutkan bahwa psikologi merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan

7 Nana Syaodih, Op.cit., h. 44

8 S. Nasution, Op. Cit. , h. 12Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 20: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

15

proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku,

ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa9.

Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sudah pasti

berhubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Adanya

kurikulum diharapkan dapat membentuk tingkah laku baru berupa kemampuan

atau kompetensi aktual dan potensial dari setiap peserta didik, serta

kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif

lama.Psikologi merupakan salah satu landasan dalam pengembangan kurikulum

yang harus dipertimbangkan oleh para pengembang. Hal ini dikarenakan posisi

kurikulum dalam proses pendidikan memegang peranan yang sentral. Dalam

proses pendidikan terjadi interaksi antar manusia, yaitu antara anak didik dengan

pendidik, dan juga antara anak didik dengan manusia-manusia lainnya.

Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena kondisi psikologisnya.

Nana Syaodih Sukmadinata menyatakan:  ”kondisi psikologis adalah kondisi

karakteristik psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam

berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan”10. Perilaku-

perilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang

nampak maupun yang tidak nampak; baik perilaku kognitif, afektif maupun

psikomotor. Interaksi yang tercipta didalam situasi pendidikan harus sesuai

dengan kondisi psikologis dari anak didik dan pendidik. Interaksi pendidikan di

rumah berbeda dengan di sekolah. Interaksi antara anak dengan guru pada

tingkat sekolah dasar berbeda dengan pada tingkat sekolah menengah pertama

dan atas.11

Anak didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses

perkembangan. Tugas utama guru adalah membantu mengoptimalkan

perkembangan peserta didik tersebut. Oleh karena itu, melalui penerapan

landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya

pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta didik.

9 Juane Ellis Ormrod,Psikologi Perkembangan membantu Siswa Tumbuh dan berkembang, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 9.

10 Nana Syaodih Sukmadinata, Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 50.

11 Ibid., h. 51.Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 21: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

16

Penyesuaian yang dimaksud berkaitan dengan segi materi atau bahan yang

harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau

pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.

Apa yang dididikan dan bagaimana cara mendidiknya perlu disesuaikan

dengan tingkat dan pola-pola perkembangan anak. Karakteristik perilaku pada

berbagai tingkat serta pola-pola perkembangan anak menjadi bagian dari

psikologi perkembangan. Sementara itu, model-model atau pendekatan

pembelajaran mana yang dapat memberikan yang optimal, dan bagaimana

proses pelaksanaannya memerlukan studi yang sistematik dan mendalam. Studi

yang demikian merupakan bidang pengkajian dari psikologi belajar. Dengan

demikian, paling tidak ada dua bidang psikologi yang harus mendapatperhatian

para pengembang kurikulum, yakni psikologi perkembangan dan psikologi

belajar. Keduanya sangat diperlukan terutama di dalam proses pemilihan dan

penyusunan isi pendidikan serta proses mendidik atau mengajar.  Hal ini

dimaksudkan agar anak didik dapat dilayani secara proporsional.

a. Psikologi Belajar

Psikologi belajar merupakan suatu cabang ilmu psikologi yang

mempelajari tentang bagaimana individu/peserta didik melakukan

kegiatan/perbuatan belajar. Selanjutnya secara sederhana belajar dapat

diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman.

Segala perubahan tingkah laku, baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun

psikomotor yang terjadi karena proses pengalaman dapat dikategorikan sebagai

perilaku belajar. Gagne (1965 :5) merumuskan “Learning is  a change in human

disposition or capability, which can be retained, and which is not simply

ascribable to the process of growth”12. Menurut Gagne, perubahan tersebut

berkenaan dengan disposisi atau kapabilitas individu. Sementara itu, menurut

Hilgard dan Bower (1966) dinyatakan bahwa perubahan itu terjadi karena

individu berinteraksi dengan lingkungan, sebagai reaksi terhadap situasi yang

dihadapinya. Senada dengan itu Zainal Arifin menyatakan “ Belajar dapat

12 M. Robert Gagne, The Condition Of Learning, ( New York: Rinehart and Winston, 1965), h. 5.Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 22: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

17

diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena intreaksi individu

dan lingkungan ”13

Dari beberapa ungkapan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses

belajar yang dilakukan individu merupakan sebuah proses psikologis yang

melibatkan pikiran dan perasaan siswa yang diserap oleh seluruh panca indra

sehingga segala bentuk perlakuakn yang dibeklikan akan memaknai pehaman

pada diri siswa/.individu tersebut.

Psikologi belajar yang berkembang sampai saat ini, pada dasarnya dapat

dikelompokan menjadi 3, antara lain :

1) Teori Disiplin Mental

Teori disiplin mental disebut juga teori Daya, yang dapat diartikan

bahawa setiap amnuia memiliki berbagai daya, seperti daya lihat/melihat,

daya meraba, daya mengingat dan daya berpikir. Daya yaya tersebut dapat

dilatih atau di displinkan sehingga dapat berfungsi atau digunakan guna

menguasi berbagai pengetahuan. Untuk memaksimalkan fungsi daya-daya

tersebut diperlukan adanyua transfer, kerna belajar bukan untuk menguasi

bahan/materi melainkan pengaruh atau nilai latihan daya. Moriss L Bigge

dalam Sy. Sukmadinata dalam Zainal Arifinmenyatakan ada beberpa teori

yang termasuk rumpun disiplin mental, yaitu : 14

1) Teori disiplin mental theistik, yang berasal dari psikologi daya. Setiap

anak memiliki daya-daya yang dapat dilatih dan dikembangkan.

2) Teori disiplin menatal humanistik, yang bersumber dari psikologi

humanisme klasik Plato dan Aristoteles. Teori ini lebih menekankan

keseluruhan dan keutuhan melalui pendidikan umum (general

education)

3) Teori naturalisme atau natural unfoldment atau self-actualization, yang

bersumber dari psikologi naturalisme-romantik dengan tokoh utama

Jean Jacgues Rousseau. Aanak memiliki kemauan dan kemampuan

untuk belajar dan berkembang sendiri.

13 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 55.

14 Ibid., h. 57Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 23: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

18

4) Apersepsi atau Herbatisme, yang bersumber dari psikologi

struktualisme dengan tokoh utamanya herbart. Belajar adalah

membentuk masa apersepsi yang akan digunakan untuk menguasai

pengetahuan selanjutnya.

Implikasinya dalam pengembangan kurikulum, bagamana isi kurikulum

harus ada mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya dalam jiwa

manusia.

2) Teori Behaviorisme

Teori Behaviorisme deisebut juga S-R Conditioning yang terdiri atas

tiga teori, yaitu :

a) Teori S-R Bond, yang bersumber dari psikologi koneksionisme atau

teori asosiasi dengan tokoh utamanya Edward L. Thorndike. Belajar

adalah membentuk hubungan stimulus-respons. Menurut teori iniada

tiga hukum belajar yaitu law of readiness, law of exercise or repetion,

and law of effect.

b) Teori Conditioning atau stimulus-reponse with conditioning dengan

tokoh utamanya adalah Watson. Hubungan stimulus dengan respons

perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Misalnya ketika peserta didik

mau masuk kelas ada tanda bel, begitu juga tatkala istirahat, maupun

pulang sekolah.

c) Teori Reinforcement dengan tokoh utamanya C.L. Hull. Jika teori

conditioning, kondisi diberikan pada stimulus, maka dalam teori

reinforcement, kondisi diberikan pada respons, misalnya memberi nilai

tinggi, pujian, atau hadiah.

Belajar adalah pembentukan hubungan anatara stimulus (S) dengan

respon (R). Kuat tidaknya hubungan sangat bergantung pada latihan yang

dilakukan. Beberapa prinsip belajar menurut teori asosiasi, antara lain: (a)

belajar bersifat mekanistis karena menggunakan latihan dan ulangan, (b)

proses belajar memerlukan suatu kondisi tertentu dan reinforcement, (c)

perbedaan individual tidak begitu dipentingkan, (d) kebebasan berpikir kurang

dikembangkan, (e) mengutamakan penguasaan bahan, (f) transfer sangat

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 24: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

19

terbatas, (g) proses belajar diamati (observable). (i) bahan pelajaran harus

sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Implikasinya adalah kurikulum harus

mengandung mata pelajaran yang berisi pengetahuan yang luas.

3) Teori Gestalt

Teori ini disebut juga teori lapangan (field theory) dengan tokoh

utamanya Kurt Lewin. Asumsinya adalah keseluruhan lebih bermakna

daripada bagian-bagian. Belajar adalah proses mengembangkan insight.

Belajar merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif, dan

kreatif. Prinsip-prinsip belajar menurut tgeori gestalt antara lain : (a) bahan

pelajaran disajikan dalam bentuk masalah yang disesuaikan degan

kebutuhan dan minat peserta didik, (b) mengutamakan proses untuk

memecahkan masalah, (c) belajar dimulai dari keseluruhan menuju ke

bagian-bagian, (d) belajar memerlukan insight atau pemahaman, dan (e)

belajar memerlukan reorganisasi pengalaman yang kontinu. Implikasinya

adalah kurikulum harus disusun secara keseluruhan (teori dan praktik)

sehingga memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan lingkungan dan

menimbulkan insiht peserta didik.

b. Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa

konsepsi, yaitu masa pertemuan sel telur dengan spermatosoid sampai dengan

masa dewasa. Informasi tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi

yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik dan studi

kasus. Individu apakah itu seorang anak ataupun orang dewasa, merupakan

kesatuan jasmani-rohani yang tidak dapat dipisah-pisahkan, dan menunjukkan

karakteristik-karakteristik tertentu yang khas. Individu manusia adalah sesuatu

yang sangat kompleks tetapi unik, yakni memiliki banyak aspek seperti aspek

jasmani, intelektual, sosial, emosional, moral dan sebagainya, tetapi

keseluruhannya membentuk satu kesatuan.  Pandangan tentang anak sebagai

makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum

pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan di

samping persamaannya. Implikasi terhadap pengembangan kurikulum menurut

Rudi Susilana dkk. yaitu:

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 25: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

20

1) Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat,

minat dan kebutuhannya.

2) Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (Program inti) yang

wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan

yang sesuai dengan minat anak.

3) Kurikulum di samping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan

juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang

berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi

ke jenjang pendidikan selanjutnya.

4) Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai

atau sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi

yang utuh lahir dan bathin15.

Implikasi lain dari pengetahuan tentang anak terhadap pelaksanaan

pembelajaran (actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu

berpusat pada perubahan tingkah laku peserta didik.

2) Bahan atau materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan,

minat dan perhatian anak, bahan tersebut mudah diterima oleh anak.

3) Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf

perkembangan anak.

4) Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat

anak.

5) Sistem evaluasi berpadu dalam satu kesatuan yang menyeluruh dan

berkesinambungan dari satu tahap ke tahap yang lainnya dan

dijalankan secara terus menerus.

Pemahaman terhadap perkembangan anak sangat penting dalam

pengembangan kurikulum, didasarkan pada beberapa alasan :

Pertama, setiap anak memiliki tahapan atau masa perkembangan

tertentu. Pada masing-masing tahapan anak-anak memiliki karakteristik

15 Rudi Susilana, Dkk, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI, 2006), h. 22.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 26: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

21

dan tugas-tugas perkembangan tertentu. Seandainya tugas-tugas

perkembangan itu tidak terpenuhi, akan mengalami hambatan pada

tahapan berikutnya.

Kedua, anak didik yang berada pada masa perkembangan, merupakan

masa yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup

mereka. Pada masa tersebut anak mengalami perkembangan yang

sangat cepat dalam berbagai aspek perkembangan.

Ketiga, pemahaman terhadap perkembangan anak, akan memudahkan

dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut

proses pemberian bantuan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi,

maupun dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan.

C. Landasan Sosiologis

Landasan Sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi

yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan

kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus mengacu pada landasan

sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan

baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat,

dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.

Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala

karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam

melaksanakan pendidikan.

Jika dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses

mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan,

pendidikan adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan antrofologi,

pendidikan adalah “enkulturasi” atau pembudayaan.“Dengan pendidikan, kita

tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing terhadap

masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu

membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses

pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan

perkembangan masyarakat tersebut .16

16 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum.(Bandung: Remaja Rosdakarya, Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 27: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

22

Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat

yang diharapkan maka pendidikan memiliki peranan penting, karena itu

kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu

bekerja sama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat

dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk yang

berbudaya.

Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju

manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan

budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya,

serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia.

Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk

memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat. oleh karena itu, wajar jika

dalam penyusunan dan pelaksanaannya kurikulum sekolah banyak dipengaruhi

oleh berbagai kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam

masyarakat. pengaruh tersebut berdampak pada komponen – komponen

kurikulum seperti tujuan pendidikan, siswa, isi kurikulum, maupun situasi sekolah

tempat kurikulum dilaksanakan.

a. Masyarakat dan Kurikulum

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan

mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda, atau suatu kelompok

individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu

yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Tiap masyarakat

mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri. Dengan demikian, yang membedakan

masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya adalah kebudayaan. Hal

ini mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran

seseorang, dan reaksi seseorang terhadap lingkungannya sangat tergantung

kepada kebudayaan dimana ia hidup.

Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat

mempersiapkan anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial

budaya masyarakat. Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program

1997), p 58

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 28: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

23

pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat. Untuk

dapat menjawab tuntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari segi isi

kurikulumnya saja, melainkan juga dari segi pendekatan dan strategi

pelaksanaannya. Oleh karena itu guru sebagai pembina dan pelaksana

kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat,

agar apa yang diberikan kepada siswa relevan dan berguna bagi kehidupan

siswa di masyarakat, sehingga seperti yang dikatakan oleh Oemar17, Kurikulum

itu harus berdasarkan kebutuhan masyarakat dan diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut, sehingga kurikulum yang demikian itu adalah kurikulum

yang relevan dengan masyarakat.

Penerapan teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang terdapat

dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum,

harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat

setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa lebih bermakna

dalam hidupnya. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan

kebutuhan masyarakat dan perkembangan masyarakat. Tyler (1946), Taba

(1963), Tanner dan Tanner (1984) menyatakan bahwa tuntutan masyarakat

adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum. Calhoun, Light, dan

Keller (1997) memaparkan tujuah fungsi sosial pendidikan, yaitu:

1) Mengajar keterampilan.

2) Mentransmisikan budaya.

3) Mendorong adaptasi lingkungan.

4) Membentuk kedisiplinan.

5) Mendorong bekerja berkelompok.

6) Meningkatkan perilaku etik.

7) Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.

Perubahan sosial budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam suatu masyarakat baik secara langsung maupun tidak

langsung akan mengubah kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat

juga dipengaruhi oleh kondisi masyarakat itu sendiri. Masyarakat kota

17 Oemar Hamalik, Dasar – Dasar Pengembangan Kurikulum,(Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2008), p 76Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 29: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

24

berbeda dengan masyarakat desa, masyarakat tradisional berbeda dengan

masyarakat modern.

Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat

lainnya sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang

menjadi anggota masyarakat tersebut. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat

pada umumnya juga berpengaruh terhadap individu-individu sebagai anggota

masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan

pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal. Akan tetapi

pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan

individu dan keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat.

b. Kebudayaan dan Kurikulum

Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan ide atau gagasan,

cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian, dan nilai yang

telah disepakati oleh masyarakat. Daoed Yusuf (1981) mendefinisikan

kebudayaan sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran

(logika), kemauan (etika) serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka

perkembangan kepribadian manusia, perkembangan hubungan dengan

manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan

Tuhan Yang Maha Esa. Secara lebih rinci, kebudayaan diwujudkan dalam tiga

gejala, yaitu:

a) Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain.

Wujud kebudayaan ini bersifat abstrak yang berada dalam alam pikiran

manusia dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.

b) Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam

bermasyarakat. Tindakan ini disebut sistem sosial. Dalam sistem sosial,

aktivitas manusia bersifat konkrit, bisa dilihat, dan diobservasi.

Tindakan berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan

yang pertama. Artinya, sistem sosial dalam bentuk aktivitas manusia

merupakan refleksi dari ide, konsep, gagasan, nilai, dan norma yang

telah dimilikinya.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 30: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

25

c) Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah

seluruh fisik perbuatan atau hasil karya manusia di masyarakat.

Oleh karena itu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari

wujud kebudayaan yang pertama dan kedua.

Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam

pengembangan kurikulum dengan pertimbangan :18

1) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita- cita,

sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat

diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya,

keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan.

2) Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial

dan budaya. Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi

sosial masyarakat yang sangat beragam, seperti masyarakat industri,

pertanian, nelayan,dan sebagainya. Pendidikan di sekolah pada

dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup

berintegrasi, berinteraksi dan beradaptasi dengan anggota

masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai

mahluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai

salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan

kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-sikap,

pengetahuan, dan kecakapan.

Dilihat dari karakteristik sosial budaya, setiap daerah di wilayah

tanah air Indonesia memiliki ciri khas mengenai adat- istiadat, tata krama

pergaulan, kesenian, bahasa lisan maupun tulisan, kerajinan dan nilai

kehidupannya masing-masing. Keanekaragaman tersebut bukan hanya

dalam kebudayaannya tetapi juga kondisi alam dan lingkungan sosialnya,dan

ini merupakan kekayaan hidup bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan

dikembangkan melalui upaya pendidikan. Beranjak dari kenyataan tersebut,

maka pengembangan kurikulum sekolah harus mengakomodasi unsur-unsur

18 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung :Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI, 2009),h.38Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 31: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

26

lingkungan yang menjadi dasar dalam menetapkan materi kurikulum muatan

lokal.

D. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a. Ilmu Pengetahuan

Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" 19 yang berarti memahami, mengerti,

atau mengetahui. Ilmu bukan sekadar  pengetahuan (knowledge), tetapi

merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati

dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam

bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena

manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang telah

dimilikinya. Pada awalnya manusia mencari pengetahuan berdasarkan fakta

yang terpisah, tidak sistematis dan belum memiliki dasar teori yang jelas. Seiring

dengan perkembangan kebudayaan, manusia terus berpikir secara deduktif-

induktif menyusun fakta-fakta yang ada menjadi teori. Teori adalah seperangkat

konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan 20. Teori

merupakan syarat penting dalam pengembangan suatu ilmu. Dalam setiap ilmu

selalu terdapat teori. Dalam perkembangannya fakta dan teori yang ada

digunakan juga untuk memahami fenomena lain yang didukung oleh

pengalaman. Akhirnya menjadi pengetahuan yang logis dan sistematis. Inilah

yang disebut ilmu pengetahuan .

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Ilmu pengetahuan

adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem

menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-

gejala tertentu.

19 Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qu'ran, (Jakarta : Grafindo, 1996), p. 7

20 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2011),p. 75Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 32: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

27

b. Teknologi

Teknologi merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan. Teknologi

digunakan diberbagai bidang kehidupan. Tujuan pengunaan teknologi adalah

untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien dan sinergis dengan pola

perilaku manusia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa teknologi

merupakan hasil kreasi manusia untuk mempermudah orang yang

menggunakannya dalam bekerja maupun dalam belajar. Produk teknologi dapat

berbentuk fisik maupun non fisik. Produk fisik misalnya komputer, televisi, radio,

kendaraan dan sebagainya.produk nonfisik dapat berupa teknik pembelajaran,

sistem evaluasi dan lain sebagainya. Produk teknologi banyak digunakan dalam

bidang pendidikan sehingga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses

pendidikan.

c. Perkembangan IPTEK

Ilmu pengetahuan terus berubah dan berkembang . Setiap tahunnya

diperkirakan sekitar 30.000 buku diterbitkan di dunia. Perkembangan ilmu

pengetahuan menuntut individu untuk terus belajar meningkatkan kemampuan

diri . Saat ini, seorang pekerja harus memiliki kemampuan dan keterampilan

yang jauh lebih maju dibandingkan 20 tahun yang lalu. Dalam segala bidang

kehidupan terjadi perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat seperti

dalam bidang pertanian, bisnis, kedokteran, konstruksi maupun informasi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu indikator

kemajuan peradaban suatu masyarakat.

Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil karya berpikir manusia

memiliki sifat yang obyektif sehingga dalam bentuk informasi, ilmu pengetahuan

dan teknologi dapat dengan mudah meluas dan diterima oleh masyarakat yang

dapat menjangkaunya. Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dengan cepat

menyebar, terutama yang dirasa sangat berguna dan mudah untuk digunakan

oleh masyarakat.

Kemajuan yang sangat pesat dalam bidang informasi dan teknologi dalam

dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi

jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada

pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 33: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

28

baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada

konteks global dan lokal.

d. Implikasi terhadap Pengembangan Kurikulum

Ilmu pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat

sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai

dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar

bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai

pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap

ketidakpastian. Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa

menghadapi masa depan dan perubahan  masyarakat yang semakin pesat

termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi  secara langsung 

berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup

pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan  strategi dan media

pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung

menuntut dunia pendidikan untuk dapat  membekali  peserta didik  agar memiliki 

kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh

perkembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi.

Masyarakat penghasil produk teknologi tentunya akan lebih baik dan

mendalam dalam kemampuan pemanfaatan teknologi yang mereka hasilkan

dibandingkan dengan masyarakat yang hanya menerima teknologi. Bangsa

Indonesia merupakan masyarakat yang banyak menggunakan dan

memanfaatkan teknologi yang dihasilkan oleh bangsa lain. Tetapi belum banyak

menghasilkan produk teknologi. Dilihat dari sumber daya alam dan sumber daya

manusia, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dibanding bangsa lain.

Kurikulum yang dikembangkan harus dapat meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk dapat menggunakan

teknologi bahkan menghasilkan produk teknologi baru yang sesuai dengan

perkembangan zaman dan karakter dan budaya masyarakat Indonesia. Hal

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 34: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

29

tersebut menuntut para pakar ilmu dan pakar pengembang kurikulum untuk

menentukan dan menyaring dengan tepat apa yang seharusnya diajarkan dan

kepada siapa sesuatu itu diajarkan.

Menurut H. Larry Winecoff, terdapat dua masalah mendasar yang perlu

diperhatikan dalam pengembangan kurikulum dalam kaitannya dengan Ilmu

Pengetahuan, yaitu 21 :

1. Ilmu apa yang paling penting dalam bidang kajian tertentu bagi suatu

masyarakat?

2. Bagaimana ilmu pengetahuan tersebut disusun sehingga peserta didik

dapat dengan cepat menguasainya?

Winecoff kemudian menjelaskan bahwa pertanyaan pertama harus

direspon dengan baik oleh para pakar keilmuan. Para pakar keilmuan

diharapkan dapat mengejawantahkan ilmunya kedalam kurikulum dengan

mempertimbangkan landasan filosofis, sosiologis dan psikologis. Sementara itu

para ahli kurikulum membantu para pakar dengan bekerjasama sebagai tim

untuk menentukan “ilmu apa yang paling dibutuhkan” dalam pengembangan

kurikulum. Pertanyaan kedua harus dapat diperhatikan baik oleh para pakar ilmu

maupun pengembang kurikulum karena terdapat banyak cara dalam

mengorganisasi ilmu pengetahuan kedalam pembelajaran.

John McNeil, dalam bukunya Curriculum : a Comprehensive Introduction,

menjelaskan bahwa teknologi mempengaruhi kurikulum dalam dua jalan yaitu

dalam aplikasi dan teori. Penerapan teknologi dalam kurikulum merupakan

perencanaan sistematis penggunaan beragam alat dan media untuk

memanipulasi langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada prinsip-prinsip

ilmu perilaku/psikologi. Misalnya Computer Assisted Instruction(CAI), program

bahan ajar, tes, mikrokomputer dengan media penyimpan data, videodisk,

database dan sejenisnya. Dengan teknologi tersebut sistem pembelajaran dan

hasilnya dapat direplikasi, artinya diharapkan hasil pembelajaran yang sama

didapatkan dalam waktu yang berbeda22.

21 H.Larry Winecoff , Curriculum Development and Instructional Planning, (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), p. 27-28Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 35: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

30

Secara teori, teknologi bermanfaat dalam pengembangan dan evaluasi

materi kurikulum dan sistem pembelajaran. Secara sekilas, teknologi lebih

mengedepankan mengenai “bagaimana mengajar” daripada “apa yang

diajarkan”. Para ahli teknologi lebih memperhatikan mengenai efektifitas dan

efisiensi pembelajaran untuk mencapai hasil tertentu. Pada tahap selanjutnya,

langkah-langkah pembelajaran yang dibuat para ahli teknologi lebih

memperhatikan mengenai “apa yang dipelajari atau tidak”. Tetapi dalam focus

pencapaian tujuan, sasaran atau hasil pembelajaran, para ahli teknologi

cenderung kurang mengembangkan langkah-langkah pembelajaran yang

berkontribusi terhadap serangkaian hasil yang diharapkan.23

. Dengan kehadiran teknologi informasi yang saat ini masih terus

berkembang dengan pesat, perlu langkah-langkah yang tepat untuk

memanfaatkan teknologi tersebut dalam dunia pendidikan dalam upaya

pemerataan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi

perencanaan proses dan evaluasi pendidikan. Teknologi informasi dapat

membantu kegiatan sosialisasi pengembangan dan penerapan kurikulum,

memperluas jangkauan pembelajaran, sebagai sumber belajar dan

pengembangan jaringan kerjasama dalam pelaksanaan sistem pembelajaran.

22 John McNeil, Curriculum:A Comprehensif Introduction edisi ke-5, (New York:HarperCollins

College Publishers, 1996), hal 57-58

23 Loc.cit.Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 36: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

31

BAB III

KESIMPULAN

1. Kurikulum memiliki peran yang sangat vital dalam suatu

lembaga pendidikan. Mengingat sangat menentukannya peranan

kurikulum, maka ketika mengembangkannya (merancang,

melaksanakan, dan mengevaluasi) harus didasarkan pada

sejumlah landasan yang kuat dan tepat.

2. Pada pokoknya ada empat landasan utama dan bersifat

umum berlaku dalam setiap mengembangkan kurikulum, yaitu:

landasan Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan landasan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

3. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau

kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh

perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang

ingin dicapai yang secara langsung berpengaruh pada

pengembangan kurikulum.

4. Kurikulum harus dilandasi oleh psikologi, psikologi dijadikan

sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku

peserta didik itu harus dikembangkan. Paling tidak ada dua bidang

psikologi yang harus mendapatperhatian para pengembang

kurikulum, yakni psikologi perkembangan dan psikologi belajar.

5. Dalam penyusunan dan pelaksanaannya kurikulum sekolah banyak

dipengaruhi oleh berbagai kekuatan sosial yang berkembang dan

selalu berubah di dalam masyarakat. pengaruh tersebut berdampak

pada komponen – komponen kurikulum seperti tujuan pendidikan,

siswa, isi kurikulum, maupun situasi sekolah tempat kurikulum

dilaksanakan. Beranjak dari kenyataan tersebut, maka

pengembangan kurikulum sekolah harus mengakomodasi unsur-

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 37: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

32

unsur lingkungan yang menjadi dasar dalam menetapkan materi

kurikulum muatan lokal.

6. Pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi

masa depan dan perubahan  masyarakat yang semakin pesat

termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi,

maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu

pengetahuan dan teknologi.

7. Penerapan setiap landasan pengembangan kurikulum, bukan

hanya pada saat kurikulum dirancang atau di buat, tetapi yang

lebih penting penerapan setiap landasan pada pelaksanaan

kurikulum yaitu pada setiap pembelajaran.

8. Penerapan pada setiap pembelajaran tersebut adalah setiap

guru ketika melaksanakan proses pembelajaran harus menjiwai

makna dan fungsi masing-masing landasan terhadap setiap mata

pelajaran yang diajarkannya.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 38: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

33

LATIHAN

Kerjakan soal berikut ini dengan memberi tanda silang pada salah

satu huruf yang dianggap paling tepat.

1. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum terutama

berfungsi untuk, …

A. Menentukan isi kurikulum C. Menentukan pengelolaan

B. Menentukan evaluasi D. Menentukan tujuan

2. Landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum terutama

berfungsi untuk…

A. Menyelaraskan program kurikulum dengan hakekat siswa

B. Membuat kurikulum agar bisa diterima oleh siswa

C. Kurikulum yang dirancang bisa menyenangkan siswa

D. Kurikulum yang dibuat menjamin keberhasilan belajar siswa

3. Masyarakat harus menjadi pertimbangan sebagai landasan

pengembangan kurikulum, karena…

A. Masyarakat yang akan menerima lulusan hasil pendidikan di

sekolah

B. Pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia yang

bernilai

C. Pendidikan memberikan pertimbangan nilai yang diharapkan

masyarakat

D. Masyarakat yang menitipkan putra-putrinya untuk dididk

sehingga menjadi manusia yang bernilai

4. Implementasi dari penerapan landasan sosiologis antara lain

bahwa kurikulum mampu menerapkan peran Konservatif, artinya…

A. Kurikulum harus mengembangkan sesuatu yang baru

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 39: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

34

B. Kurikulum harus mengawetkan budaya masa lalu yang masih

relevan

C. Kurikulum harus dapat memberikan penilaian terhadap budaya

D. Kurikulum harus memberikan rasa aman bagi setiap siswa

5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat penting

sebagai landasan pengembangan kurikulum dengan alasan,

kecuali…

A. Kurikulum harus peka dan mampu beradaptasi dengan

perkembangan IPTEK

B. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu melahirkan

perkembangan IPTEK

C. Kurikulum berfungsi untuk membuktikan kebenaran dari

hasil perkembangan IPTEK

D. Kurikulum harus mampu mempersiapkan siswa untuk

memahami perkembangan IPTEK

6. IPTEK memiliki dua peran yang sangat penting bagi

pengembangan kurikulum, yaitu…

A. Menentukan hasil dan perkembangan IPTEK

B. Menentukan masukan dan melahirkan perkembangan IPTEK

C. Menentukan proses dan hasil perkembangan IPTEK

D. Menentukan metodologi dan hasil perkembangan IPTEK

7. Berikut ini contoh konkrit penerapan landasan Sosiologis

dalam

pengembangan kurikulum, kecuali…

A. Memasukan muatan lokal menjadi bagian dari isi kurikulum sekolah

B. Contoh dan ilustrasi pembelajaran disesuaikan dengan kondisi lingkungan

C. Program sekolah mengawetkan budaya lama yang sudah tidak sesuai

D. Media pembelajarn menggunakan bahan yang ada di daerah

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 40: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

35

EVALUASI

1. Sebutkan minimal empat aliran filsafat yang melandasi pengembangan

kurikulum !

2. Dalam konteks operasional kurikulum, falsafah yang merupakan kunci

utama adalah………………………………………

3. Mengapa landasan psikologi dijadikan salah satu landasan

pengembangan kurikulum ?

4. Dua jenis psikologi yang melandasi pengembangan kurikulum

adalah……………………………………..……………………………………

dan…………………………………………………………………….

5. Mengapa pengembangan kurikulum harus berlandaskan kehidupan

sosial dan budaya masyarakat?

6. Jelaskan secara singkat implikasi perkembangan teknologi terhadap

kurikulum !

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 41: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

36

KUNCI JAWABAN

A. LATIHAN :

1. D

2. D

3. A

4. B

5. C

6. B

7. C

B. EVALUASI :

1. Idealisme, Pragmatisme, Perenialisme, Esensialisme,

Progresivisme, Rekonstruksionisme

2. Falsafah pendidik

3. Pada dasarnya sebuah kurikulum dibuat atau dikembangkan

untuk pelaksanaan pendidikan, sedangkan pendidikan akan

melibatkan individu/anak Kurikulum harus dilandasi oleh

psikologi, karena psikologi dijadikan sebagai acuan dalam

menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta didik itu

harus dikembangkan.

4. Psikologi Belajar dan Psikologi Perkembangan

5. Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan

pendidikan baik informal, formal, maupun non formal

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 42: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

37

dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar

mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.

6. Perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi  secara

langsung  berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum

yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi

pendidikan, penggunaan  strategi dan media pembelajaran,

serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung

menuntut dunia pendidikan untuk dapat  membekali  peserta

didik  agar memiliki  kemampuan memecahkan masalah

yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu

pengetahuan  dan teknologi

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 43: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

38

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Gagne, Robert M. The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart

adn Winston, 1965.

Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya, 2008.

McNeil, John. Curriculum :A Comprehensif Introduction Fifth Ed. New

York: Collins College Publishers, 1996.

Mudyahardo, Redja. Landasan-Landasan Filosofis Pendidikan. Bandung:

Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, 2001.

Ormrod, Juane Ellis. Psikologi Perkembangan membantu Siswa Tumbuh

dan Berkembang. Jakarta: Erlangga, 2009.

R.Susilana, Dkk. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI, 2006.

Sanjaya, WIna. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2008.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1997.

—. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Bandung:

PT.REmaja Rosdakarya, 2006.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurikulum dan

Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

FIP UPI, 2009.

Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qur'an. Jakarta: Grafindo, 1996.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Page 44: Makalah Kelompok 2 Landasan Kurikulum

39

Winecoff, H. Larry. Curriculum Development and Instructional Planning.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.

Landasan Pengembangan Kurikulum