makalah kurikulum
DESCRIPTION
Makalah Konsep Dasar KurikulumTRANSCRIPT
MAKALAH
Macam-macam Model Konsep Kurikulum
Tugas Ini Ditujukan Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Oleh Dosen Pengampu
Dr. Hisbullah Huda, M.Ag.
Disusun Oleh :
Nama: Ach. Zainul Mustofa Al Amin
PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH SEMESTER 1 A
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2015/2016
Jl.Jend.Ach.Yani 117 Surabaya 60237
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.
Kurikulum dapat dikategorikan kedalam empat kategori umu yaitu: humanistic,
rekonstruksi sosial, teknologi dan akademik. Masing-masing kategori memiliki perbedaan
dalam hal apa yang harus diajarkan, oleh siapa diajarkan, kapan, dan bagaimana
mengerjakannya.
Konsep kurikulum humanistic lebih mengarah pada kurikulum yang dapat memuaskan
setiap individu, agar mereka dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi dan
keunikan masing-masing.Adapun konsep kurikulum rekostruksi sosial tidak sekedar
nenekankan pada pada minat individu, tetapi juga pada kebutuhan sosialnya. Konsep
kurikulum teknologi member pandangan bahwa kurikulum harus dibuat sebagai suatu proses
teknologi untuk dapat memenuhi keinginan pembuat kebijakan. Konsep kurikulum akademik,
disisi lain dipandang sebagai wahana untuk mengendalikan mata pelajaran yang akan
dipelajari oleh peserta didik.
B. Rumusan masalah.
1. Apa pengertian kurikulum subject akademis ?
2. Apa pengertian kurikulum humanistic ?
3. Apa pengertian kurikulum rekonstruksi social ?
4. Apa pengertian kurikulum technology ?
5. Apa perbedaan Kurikulum Nyata dan Kurikulum Tersembunyi ?
C. Tujuan penulisan.
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui apa itu kurikulum subject akademis.
2. Supaya mahasiswa mampu memahami tentang kurikulum humanistic.
3. Agar mahasiswa mengetahui kurikulum reskontruksi sosial.
4. Supaya mahasiswa mampu mengerti kurikulum technology.
5. Agar mahasiswa mengetahui perbedaan Kurikulum Nyata dan Kurikulum
Tersembunyi
BAB II
PEMBAHASAN.
MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM.
A. Kurikulum subjek akademis.
Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.Belajar adalah berusaha menguasai
ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai
seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau yang disiapkan oleh guru.
Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya sangat bersifat
intelektual, nama-nama matapelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama
disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika, ilmu kealaman, sejarah dsb.[1]
Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek
akademis yaitu:
a. Melanjutkan pendekatkan struktur pengetahuan.
b. Studi yang bersifat integratif.
c. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Ciri-ciri kurikulum subjek akademis .
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri-ciri berkenaan dengan tujuan,
metode, organisasi isi dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian
pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian.
Metode yang banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori
dan inquiry.
Tentang kegiatan evaluasi kurikulum subject akademis menggunakan bentuk evaluasi
yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis
adalah bagaimana memilih mata pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Ada
beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut yaitu:
1. Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh dengan menekankan pada
bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
2. Mengutamakan kebutuhan masyarakat ( sosial utility).
3. Menekankan pengetahuan dasar.
Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan
bahan secara logis dan sistematis dari pada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan
berfikir anak. Mereka umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih
mengutamakan susunan isi yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa
sama pentingya dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
Untuk mengatasi kelemahan diatas dalam perkembangan selanjutnya dilakukan
bebrapa penyempurnaan , pertama untuk mengimbangi penekanannya pada proses berfikir,
kedua adnya upaya-upaya untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan
kebutuhan setempat, ketiga pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.
B. Kurikulum Humanistik.
Kurikulum humanistic dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic.
Kurikulum ini berdasarakan konsep aliran pendidikan pribadi ( personalized education) yaitu
john dewey ( progressive education) dan J.J Rousseau (romantic education).aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada siswa. mereka bertolak dari asumsi bahwa anak/ siswa
adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat
kegiatan pendidikan. [2]
Pendidikan humanistic menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu
upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab. Oleh karena itu, peran guru
yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif.
2. Menghormati individu peserta didik,
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
a. Karakteristik kurikulum humanistic.
Kurikulum humanisik mempunyai beberapa karakteristik berkenaan dengan tujuan ,
metode, organisasi isi dan evaluasi. Menurut para humanis kurikulum berfungsi menyediakan
pengalaman atau pengetahuan berharga untuk membantumemperlancar perkembangan pribadi
murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis
yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat
terhadap diri sendiri, orang laindan belajar.
Kurikulum humanistic menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dengan
murid.Dalam evaluasi kurikulum humanistic berbeda dengan yang biasa. Model lebih
mengutamakan proses daripada hasil.
b. Kelemahan kurikulum humanistic.
1. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan
individual peserta didik.
2. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada
kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didik.
3. Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
4. Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.
C. Kurikulum Rekontruksi Sosial
Kurikulum rekontruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya.
Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapinya dalam
masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Pendidikan bukan
upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama. Kerjasama atau interaksi
bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa
dengan orang-orang di lingkungannya, dan denga sumber belajar lainnya.melalui interaksi
dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an.
Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi
kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan
pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan
memecahkan masalah-masalah sosial.
Theodore Brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya tentang
rekonstruksi sosial. Dalam masyarakat demokratis, seluruh warga masyarakat harus ikut serta
dalam perkembangan dana pembaharuan masyarakat. Untuk melaksanakan hal itu sekolah
mempunyai posisi yang cukup penting.Sekolah bukan saja dapat membantu individu
mengembangkan kemampuan sosialnya, tetapi juga dapat membantu bagaimana berpartisipasi
sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Desain kurikulum rekonstruksi sosial
Ciri dari desain kurikulum ini adalah,
a. Asumsi
b. Masalah-masalah sosial yang mendesak
c. Pola-pola organisasi
Komponen-komponen kurikulum rekonstruksi sosisal
a. Tujuan dan isi kurikulum
b. Metode
c. Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum ini antara lain melibatkan :
1. Survey kritis terhadap suatu masyarakat
2. Study yang melihat hubungan antara ekonomi local dengan ekonomi nasional atau
internasional
3. Studi pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi local
4. Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian
5. Berbagai pertimbangan perubahan politik
6. Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya
D. Kurikulum Teknologi
Di kalangan pendidikan, teknologi sudah dikenal dalam bentuk pembelajaran berb asis
computer, system pembelajaran individu, kaset atau video pembelajaran.Banyak pihak yang
kurang menyadari bahwa teknologi sangat membantu menganalisi masalah kurikulum, dalam
hal pembuatan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan instruksional.[3]
Persepektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas program metode
dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi mempengaruhi
kurikulum dalam dua cara yaitu aplikasi dan teori.
Pada tahun 1960, B. F. Skimmer menganjurkan efesiensi dalam belajar, yaitu cara
mengajar yang memberikan lebih banyak subjek kepada peserta didik .Efesiensi ini adalah
tahapan belajar melalui terminal perilaku tertentu. Berdasarkan hal ini, teknologi
mengembangkan aturan-aturan untuk membangun kurikulumdalam bentuk latihan
terprogram.[4]
Ciri-ciri kurikulum teknologis
a. Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku.
b. Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai
proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respon
yang diharapkan maka respon tersebut diperkuat.
c. Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin
ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu
kompetensi.
d. Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran,
suatu unit ataupun semester.
Teknologi berperan dalam meningkatkan kualitas kurikulum, dengan mamberi
kontribusi mengenai keefektifan intruksional, tahapan intruksional, dan memantau
perkembangan peserta didik.Oleh karenanya sangat beralasan bahwa dewasa ini semakin
banyak kurikulum efektif yang selaras dengan perkenbangan teknologi.Meskipun biaya yang
dikeluarkan dalam pengembangan kurikulum teknologi ini cukup besar, tapi sebanding
dengan nilai yang didapat dan pembelajaran bagi para siswa saat model ini diterapkan.
Salah satu kelemahan kurikulum teknologi ini adalah kurangnya perhatian pada
penerapan dan dinamika inovasi. Model teknologi ini hanya menekankan pengembangan
efektifitas produk saja, sedangkan perhatian untuk mengubah lingkungan yang lebih luas,
seperti organisasi sekolah, sikap guru, dan cara pandang masyarakat sangat kurang.
E. Perbedaan Kurikulum Nyata dan Kurikulum Tersembunyi
Kurikulum nyata (real curriculum or actual curriculum), yaitu kegiatan-kegiatan
nyata yang dilakukan dalam proses pembelajaran atau yang menjadi kenyataan dari kurikulum
yang direncanakan, sebagaimana dimuat dalam buku kurikulum. Kurikulum aktual ini
seyogyanya sama dengan kurikulum ideal, atau sekurang-kurangnya mendekati kurikulum
ideal, meskipun tak mungkin sama dalam kenyataannya.
Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang mempengaruhi
peserta didik secara positif ketika sedang mempelajari sesuatu. Pengaruh itu mungkin dari
pribadi guru, peserta didik itu sendiri, karyawan sekolah, suasana pembelajaran dan
sebagainya. Kurikulum tersembunyi ini terjadi ketika berlangsungnya kurikulum ideal atau
dalam kurikulum nyata. Kurikulum tersembunyi ini sangat kompleks, sukar diketahui dan
dinilai. C.Wayne Gordon adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah hidden
curriculum berpendapat bahwa sikap sebaiknya diajarkan di lingkungan pendidikan informal
(keluarga) melalui hidden curriculum.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan.
Kurikulum yang digunakan dalam lingkungan pendidikan dapat berupa realisasi dari
masing-masing model kurikulum hal dapat disesuaikan berdasarkan kebijakan yang
diputuskan pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan.
Kebijakan kurikulum yang ada dapat berdasarkan kepada satu model kurikulum atau
berdasarkan gabungan dari setiap model kurikulum yang tercermin dari landasan filosofis,
tujuan, materi, kegiatan belajar, mengajar dan smapai kepada evaluasi.
Porsi dari setiap kurikulum yang digunakan pada setiap jenjang pendidikan tidak
sama, porsi penggunaan kurikulum harus disesuaikan dengan karakterisitik dari setiap jenjan
pendidikan, baik itu pendidikan didasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi dan
penyesuaian juga harus dilakukan terhadap karakter perkembangan pesertadidik.
Pendidikan tinggi juga memiliki porsi yang berbeda terhadap penggunaan setiap
kurikulum yang didasarkan pada output pendidikan yang diharapkan dan in terjadi pada
pendidikan vokasional, pendidikan profesi, dan pendidikan akademik.
Segala bentuk kurikulum itu penting, Akan tetapi pemahaman materi lebih penting,
Pemahaman materi juga penting, Akan tetapi Ruhnya seorang pendidik yang lebih penting.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, oemar. 2007. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syaodih, sukmadinata, nana. 2008. Pengembangan kurikulum . bandung: PT Remaja
rosdakarya.
[1] Nana syaodin sukmadinata. 2009. Pengembangan kurikulum.bandung. PT
Remajarosdakarya. Hal. 81.
[2] Oemar hamalik. 2007. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: PT Remaja
rosdakarya. Hal 144.
[3] Nana syaodik sukmadinata. 1998. Prinsip dan landasan pengembangan kurikulum. Jakarta:
PT Rosdakarya. Hal 88.
[4] Ibid hal. 147