makalah kdm b s.pernafasan lengkap

31
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemeriksaan diagnostik yaitu suatu proses yang menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan penunjang, serta tes lain untuk mengidentifikasi penyakit pada pasien. Prosedur diagnostic yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada system pernafasan dibagi ke dalam dua metode, yaitu: Metode Morfologi dan Metode Fisiologi. Adapun salah satunya yaitu pemeriksaan laboratorium yang merupakan prosedur pemeriksaan khusus yang dilakukan pada pasien untuk membantu menegakan diagnosis pada penyakit system respirasi. Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan diagnostik sangat penting dalam membantu diagnose kelainan pada system respirasi, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa 1

Upload: islamatriadi

Post on 29-Jul-2015

307 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan diagnostik yaitu suatu proses yang menggunakan anamnesis,

pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan penunjang, serta tes lain untuk

mengidentifikasi penyakit pada pasien.

Prosedur diagnostic yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada system

pernafasan dibagi ke dalam dua metode, yaitu: Metode Morfologi dan Metode

Fisiologi.

Adapun salah satunya yaitu pemeriksaan laboratorium yang merupakan

prosedur pemeriksaan khusus yang dilakukan pada pasien untuk membantu

menegakan diagnosis pada penyakit system respirasi. Prosedur dan pemeriksaan

khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi

masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi

kolaboratif dalam memberikan tindakan.

Hasil suatu pemeriksaan diagnostik sangat penting dalam membantu diagnose

kelainan pada system respirasi, memantau perjalanan penyakit serta menentukan

prognosa dari suatu penyakit /keluhan pasien yang merupakan pendukung untuk

kelainan system respirasi.

1

Page 2: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien

serta meningkatkan tekhnik-tekhnik yang digunakan dalam melakukan

pemeriksaan diagnostic pada kelainan system respirasi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeteksi kelainan system respirasi,

b. Untuk menentukan risiko terjadinya penyakit pada system respirasi,

c. Untuk memantau perkembangan penyakit system respirasi,

d. Untuk memantau pengobatan pada penderita penyakit system respirasi.

e. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit system respirasi yang

dijumpai dan potensial membahayakan.

2

Page 3: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

BAB II

PEMBAHASAN

Pemeriksaan diagnostic adalah suatu proses yang menggunakan anamnesis,

pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan penunjang, serta tes lain untuk

mengidentifikasi penyakit pada pasien. Tujuannya untuk memberikan pengobatan dan

informasi yang lebih akurat tentang prognosis pasien tersebut. (Harnoto : 2002)

Pengobatan hanya dapat dipertanggungjawabkan dan mempunyai arti apabila

diagnostic pasti atau paling tidak diagnostic banding dari penyakit sudah diketahui

sebelumnya. Prosedur diagnostic yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada

system pernafasan dibagi ke dalam dua metode, yaitu: Metode Morfologi dan

Metode Fisiologi.

A. METODE MORFOLOGI

1. Teknik radiologi

Toraks merupakan tempat yang ideal untuk pemeriksaan radiologi.

Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap

jalannya sinar X, karena itu parenkim menghasilkan bayangan yang sangat

bersinar-sinar. Jaringan lunak dinding dada, jantung dan pembuluh-pembuluh

darah besar serta diafragma lebih sukar ditembus sinar X dibandingkan

parenkim paru sehingga bagian ini akan tampak lebih padat pada radiogram.

Struktur toraks yang bertulang (termasuk iga, sternum dan vertebra) lebih sulit

lagi ditembus, sehingga bayangannya lebih padat lagi. Metode radiografi yang

biasa digunakan untuk menentukan penyakit paru adalah:

3

Page 4: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

a. Radiografi Dada Rutin

Dilakukan pada suatu jarak standar setelah inspirasi maksimum

dan menahan napas untuk menstabilkan diafragma. Radiograf diambil

dengan sudut pandang posteroanterior dan kadang juga diambil dari

sudut pandang lateral dan melintang. Radiograf yang dihasilkan

memberikan informasi sebagai berikut:

1) Status rangka toraks termasuk iga, pleura dan kontur diafragma

dan saluran napas atas pada waktu memasuki dada

2) Ukuran, kontur dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk

jantung, aorta, kelenjar limfe dan percabangan bronkus

3) Tekstur dan derajat aerasi parenkim paru

4) Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi,

tanda fibrosis dan daerah konsolidasi.

Penampilan radiografi dada yang normal bervariasi dalam beberapa hal

bergantung pada:

1. Jenis kelamin

2. Usia

3. Keadaan pernapasan

Gambar rontgen: Destroyed Lung

4

Page 5: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

Gambar rontgen: Efusi Pleura

Gambar rontgen: konsolidasi pada pneumonia

5

Page 6: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

Gambar rontgen: Fibrosis pada TB paru

b. Tomografi computer (CT Scan)

Yaitu suatu teknik gambaran dari suatu “irisan paru” yang diambil

sedemikian rupa sehingga dapat diberikan gambaran yang cukup rinci.

CT scan dipadukan dengan radiograf dada rutin. CT scan berperan

penting dalam:

1) Mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang

utama brronkus.

2) Menentukan lesi pada pleura atau mediastinum (nodus, tumor,

struktur vaskular).

3) Dapat mengungkapkan sifat serta derajat kelaianan bayangan yang

terdapat pada paru dan jaringan toraks lain CT scan bersifat tidak

infasif sehingga CT scan mediastinum sering digunakan untuk

menilai ukuran nodus limfe mediastinum dan stadium kanker paru,

walaupun tidak seakurat bila menggunakan mediastisnokopi.

6

Page 7: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

CT digunakan untuk mengidentifikasi massa dan perpidahan

struktur yang»disebabkan oleh neoplasma, kista, lesi inflamasi fokal,

dan abses. CTscan dapat dilakukan dengan cepat-dalam 20 menit, tidak

termasuk proses analisis.

Sebelum pemeriksaan, pastikan izin tindakan telah didapatkan dari

klien, jawab setiap pertanyaan klien dan keluarga tentang CTscan. Klien

dipuasakan, dan jelaskan bahwa pemeriksaan ini sering membutuhkan

media kontras. Karena media kontras biasanya mengandung yodium

(Juga disebut zat warna), tanyakan klien apakah ia mempunyai alergi

terhadap yodium, zat warna, atau kerang. Ingatkan agar klien tidak

bergerak selama prosedur, namun ia dapat bercakap-cakap dengan

teknisinya.

Gambar CT Scan : Pericardial Effusion

7

Page 8: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

Gambar CT-Scan : Tumor (Limpoma)

c. Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)

MRI menggunakan resonansi magnetic sebagai sumber energy untuk

mengambil gambaran potongan melintang tuubuh. Gambaran yang

dihasilkan dalam berbagai bidang, dapat membedakan jaringan yang

normal dan jaringan yang terkena penyakit (pada CT scan tidak dapat

dibedakan), dapat membedakan antara pembuluh darah dengan struktur

nonvascular, walaupun tanpa zat kontras. Namun, MRI lebih mahal

dibandingkan CT scan. MRI khususnya digunakan dalam mengevaluasi

penyakit pada hilus dan mediastinum.

d. Ultrasonografi

Dalam pemeriksaan ini terjadi emisi dan penetrasi gelombang suara

berfrekuensi tinggi. Pemeriksaan ini relatif tidak membahayakan.

Gelombang suara dipantulkan kembali dan diubah oleh suatu transduser

untuk menghasilkan image piktorial dari area yang sedang diperiksa.

8

Page 9: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

Ultrasonografi toraks dapat memberikan informasi tentang efusi pleural

atau opasitas dalam paru.

Tidak dapat mengidentifikasi penyakit parenkim paru. Namun,

ultrasonografi dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang akan

timbul dan sering digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk

mengambil cairan pleura pada torakosentesis.

e. Angiografi Pembuluh Paru

Memasukkan cairan radoopak melalui kateter yang dimasukkan

lewat vena lengan ke dalam atrium kanan, ventrikel kanan lalu ke dalam

arteri pulmonalis utama. Teknik ini digunakan untuk menentukan lokasi

emboli massif atau untuk menentukan derajat infark paru. Resiko utama

dalam angiografi yaitu timbulnya aritmia jantung saat kateter

dimasukkan ke dalam bilik jantung.

f. Pemindaian Paru

Pemindaian paru dengan menggunakan isotop, walaupun merupakan

metode yang kurang dapat diandalkan untuk mendeteksi emboli paru,

tetapi prosedur ini lebih aman dibandingkan dengan angiografi.

2. Bronkoskopi

Merupakan suatu teknik yang memungkinkan visualisasi langsung

trakea dan cabang-cabang utamanya. Cara ini paling sering digunakan untuk

memastikan diagnosis karsinoma bronkogenik, tetapi dapat juga digunakan

untuk mengangkat benda asing.

9

Page 10: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

3. Pemeriksaan Biopsi

Spesimen untuk pemeriksaan biopsi dapat dikumpulkan dari berbagai

jaringan sistem pernapasan. Biopsi struktur trakheobronkhial dapat dilakukan

selama bronkhoskopi. Biopsi scalene dan nodus mediastinal dapat dilakukan

(dengan anestesi lokal) untuk mendapatkan jaringan guna pemeriksaan

patologis, kultur, atau pengkajian sitologi.

a. Biopsi pleural

Biopsi pleural dapat dilakukan melalui insisi torakotomi kecil secara

bedah atau selama torasentesis, menggunakan jarum cope. Biopsi jarum

adalah prosedur diagnostik yang relatif aman dan sederhana yang sangat

berguna untuk menentukan penyebab efusi pleural. Jarum mengangkat

fragmen kecil pleura parietalis, yang digunakan untuk pemeriksaan kultur

dan selular mikroskopis. Jika diperlukan pemeriksaan bakteriologi,

spesimen biopsi harus didapatkan sebelum dimulai kemoterapi.

Dapatkan izin tindakan dari klien dan jelaskan tujuan dan pentingnya

pemeriksaan diagnostik ini. Persiapan dan posisi klien untuk biopsi pleural

serupa dengan persiapan dan posisi untuk torasentesis. Pemeriksaan ini

menimbulkan nyeri, dan klien harus diam takbergerak. Pemeriksaan ini

membutuhkan waktu 15 sampai 30 menit.

Komplikasi yang jarang terjadi termasuk nyeri sementara akibat

cedera saraf interkosta, pneumotoraks, dan hemotoraks. Setelah prosedur

amati klien terhadap komplikasi (mis, dispnea, pucat, diaforesis, nyeri

hebat). Pneumotoraks yang berkaitan dengan biopsi jarum dapat saja

terjadi. Perawat harus menyediakan selang dada dan peralatan drainase

dada. Pemeriksaan ronsen biasanya dilakukan setelah prosedur ini.

Terjadinya hemotoraks ditandai dengan peningkatan cairan dalam rongga

pleural dan membutuhan tindakan torasentesis segera.

Seperti halnya dengan biopsi pleural, biopsi paru dapat dilakukan

dengan pemajanan bedah paru (biopsi paru terbuka) dengan atau tanpa

10

Page 11: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

endoskopi menggunakan jarum yang dirancang untuk mengangkat

jaringan paru. Jaringan kemudian diperiksa terhadap struktur selular

abnormal dan bakteri. Biopsi paru paling sering dilakukan untuk

mengidentifikasi tumor pulmonal atau perubfthan parenkim (mis.

sarkoidosis).

4. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit

paru. Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi

dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme

penyebab. Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum.

Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :

1) Pewarnaan Gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup

informasi tentang organisme yang cukup untuk menegakan diagnosis

presumtif.

2) Kultur sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan

diagnosa defmitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus

dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotik dan setelahnya untuk

menentukan kemanjuran terapi.

3) Sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan

mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme

yang terdapat dalam sputum. Untuk pemeriksaan ini sputum

dikumpulkan sebelum pemberian antibiotik. Pemeriksaan kultur dan

sensitivitas biasanya diinstruksikan bersamaan.

4) Basil tahan asam (BTA) menentukan adanya mikobakterium

tuberkulosis, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak

mengalami perubahan warna oleh alkohol asam.

5) Sitologi membantu dalam mengidentifikasi karsinoma paru. Sputum

mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga

11

Page 12: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan

adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya

tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel.

6) Tes kuantitatif adalah pengumpulan sputum selama 24 sampai 72jam.

Pengumpulan sputum.

Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan

dapat dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan ini.

Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari

dalam paru-paru. (Karena sering kali jika klien tidak dijelaskan demikian,

klien akan mengumpulkan saliva dan bukan sputum). Sputum yang timbul

pagi hari biasanya adalah sputum yang paling banyak mengandung organisme

produktif. Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan

laboratorium. Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk:

1) Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang

sangat banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi,

perbanyak asupan cairan klien.

2) Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah

karena batuk.

3) Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan

spesimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.

4) Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segera setelah spesimen

terkumpul sehingga spesimen tersebut dapat dikirim ke laboratorium

secepatnya.

12

Page 13: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

B. METODE FISIOLOGI

1. Uji Fungsi Paru

Merupakan Uji untuk mendiagnosis gangguan paru-paru dan seberapa

parah gangguan tersebut. Beberapa macam Uji Fungsi Paru :

a. Spirometry rutin

Spirometer adalah alat untuk mengukur volume udara pernafasan,yg

berfungsi utk mengetahui kondisi paru-paru manusia.ketika manusia

bernafas dlm jangka waktu tertentu, spirometer akan merekamjumlah

udara yang keluar dan masuk ke dlm paru-paru manusia.

Volume statis paru-paru :

1) Volume tidal (VT) yaitu jumlah udara yang dihirup dan

dihembuskan setiap kali bernafas pada saat istirahat. Volume tidal

normal bagi 350-400 ml.

2) Volume residu (RV) yaitu jumlah gas yang tersisa di paru-paru

setelah menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi

paksa. Nilai normalnya adalah 1200 ml.

13

Page 14: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

3) Kapasitas vital (VC) yaitu jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah

inspirasi secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80

% TLC) Besarnya adalah 4800 ml.

4) Kapasitas total paru-paru (TLC) yaitu jumlah total udara yang dapat

dimasukkan ke dlm paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC =

VT + IRV + ERV + RV. Besarnya adalah 6000 ml.

5) Kapasitas residu fungsional (FRC) yaitu jumlah gas yang tertinggal

di paru-paru setelah ekspirasi volume tidal normal. FRC = ERV +

RV. Besarnya berkisar 2400 ml.

6) Kapasitas inspirasi (IC) yaitu jumlah udara maksimal yang dapat

diinspirasi setelah ekspirasi normal. IC = VT + IRV. Nilai

normalnya sekitar 3600 ml.

7) Volume cadangan inspirasi (IRV) yaitu jumlah udara yang dapat

diinspirasi secara paksa sesudah inspirasi volume tidal normal.

8) Volume cadangan ekspirasi (ERV) yaitu jumlah udara yang dapat

diekspirasi secara paksa sesudah ekspirasi volume tidal normal.

Volume Dinamis Paru-Paru

Parameter: FVC, FEV1 untuk menentukan fungsi paru

FVC : Forced Vital Capacity FEV1 : Forced Expired

Volume in

one second

Volume udara maksimum

yang

dapat dihembuskan secara

paksa untuk kapasitas vital

paksa

Volume udara yang dapat

dihembuskan paksa pada satu

detik pertama

Umumnya dicapai dalam 3

detik Normalnya 3,2 liter

Normalnya: 4 liter

14

Page 15: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

Orang sehat dapat menghembuskan 75-80% atau lebih FVC-nya dalam satu detik

dengan rasio FEV1/FVC = 75-80%.

b. Gas Diffusion Test.

Barrier Gas / Membran

Respiratorius merupakan bagian yang

membatasi udara alveoli dari darah

kapiler, yang terdiri dari:

1. Selapis cairan yang membatasi alveoli

dan mengandung

campuran fosfolipid

(surfaktan)

2. Lapisan epitel alveolar yaitu sel-sel

epitel yang sangat tipis

3. Epitel membran basalis.

4. Ruangan interstitial yang sangat tipis antara epitel alveolar dan

membran kapiler.

5. Membran basalis kapiler

6. Membran endotel kapiler

Transpor karbondioksida Transpor oksigen

15

Page 16: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

2. Analisa Gas Darah

Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga

keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar

bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.Pemeriksaan

gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam

penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.

Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan

penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa

hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita

harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-

data laboratorium lainnya.

Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada

konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3

faktor, yaitu:

a. Mekanisme dapar kimia

Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:

1. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat

2. Sistem dapar fosfat

3. Sistem dapar protein

4. Sistem dapar hemoglobin

b. Mekanisme pernafasan

c. Mekanisme ginjal

Mekanismenya terdiri dari:

1. Reabsorpsi  ion HCO3-

2. Asidifikasi dari garam-garam dapar

3. Sekresi ammonia

16

Page 17: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

Langkah-langkah untuk menilai gas darah:

1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia,

dengan dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika

meningkat klien mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis

metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal

dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika

ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan

HCO3 mungkin ada gangguan campuran).

2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang

berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan

primer bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal,

meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada

gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam

arah yang sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang

berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran).

3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah

terjadi (hal ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika

nilai bergerak yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang

berjalan).

4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan

asam basa campuran).

Tabel Rentang nilai normal :

Nilai

pH 7,35 - 7,45

17

Page 18: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

TCO2 23 - 27 mmol/L

PCO2 35 - 45 mmHg

BE ± 2 mEq/L

PO2 80 - 100 mmHg

Saturasi O2 95 % atau lebih

HCO3 22-26 mEq/L

Tabel gangguan asam basa:

Jenis Gangguan pH PCO2 HCO3

Asidosis Respiratorik

turunnaik

turun

Alkalosis Respiratorik naik turun naik

Asidosis Metabolik

turun turunnaik

Alkalosis Metabolik

naikturun

naik

   

 Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi:

1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang

diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.

18

Page 19: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan

perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana

mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru

terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum

cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan

merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak

sakit kritis.

3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat

hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai

penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau

gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai

dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia,

penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.

4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas

normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan

intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.

5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--

7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.

6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan

kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam

batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan

muntah lama.

7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat

serta pH lebih dari 7,50.

8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg

walau telah diberikan oksigen yang adekuat

9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada

sehingga normal.

19

Page 20: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat

meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada

bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran

darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeriksaan diagnostic adalah suatu proses yang menggunakan

anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan penunjang, serta

tes lain untuk mengidentifikasi penyakit pada pasien. Tujuannya untuk

memberikan pengobatan dan informasi yang lebih akurat tentang prognosis

pasien tersebut.

Pengobatan hanya dapat dipertanggungjawabkan dan mempunyai arti

apabila diagnostic pasti atau paling tidak diagnostic banding dari penyakit

sudah diketahui sebelumnya. Prosedur diagnostic yang digunakan untuk

mendeteksi gangguan pada system pernafasan dibagi ke dalam dua metode,

yaitu: Metode Morfologi dan Metode Fisiologi

B. Saran

Dengan adanya makalah ini kami harapkan kepada mahasiswa mampu

memahami tentang teknik-teknik pemeriksaan diagnostik pada system

respirasi demi mencapai diagnosa suatu penyakit serta mampu

mengaplikasikannya dalam praktek keperawatan.

20

Page 21: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

DAFTAR PUSTAKA

Wiryo Harnoto. 2002. Kajian Kritis Makalah Ilmiah Kedokteran Klinik.

Jakarta. Penerbit : CV. AGUNGA SETO

W. Sibuea Herdia dkk. 1996. Riwayat Penyakit dan pemeriksaan jasmani.

Jakarta. Penrbit : PT RINEKA CIPTA

Eny. 2010. Pemeriksaan Diagnostik. Di unduh melalui

http ://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010. Pada tanggal 12 November 2011

Kozier,B. 2004. Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice.

Edisi 7. New Jersey : Prentice Hall

Mubarak Wahid Iqbal,dkk.2007.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta: EGC

21

Page 22: Makalah Kdm B S.pernafasan Lengkap

22