makalah kebisingan ( lengkap)

40
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembagian Zona B Terhadap Baku Mutu Kebisingan” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Pengendalian Bising”.Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami penelitian secara mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk Mahasiswa pada umumnya. Dengan perasaan yang sangat lega kami ucapkan Alhamdulillah karena dapat menyelesaikan tugas secara berkelompok. Pada kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kami yang tak terhingga kepada dosen yang bertanggung jawab pada program studi Teknik Lingkungan yang senantiasa menyisihkan waktunya demi terlaksananya kegiatan ini. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Upload: khaira-khya-arisandy

Post on 24-Nov-2015

1.070 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Makalah Kebisingan

TRANSCRIPT

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pembagian Zona B Terhadap Baku Mutu Kebisingan tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Pengendalian Bising.Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami penelitian secara mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk Mahasiswa pada umumnya.Dengan perasaan yang sangat lega kami ucapkan Alhamdulillah karena dapat menyelesaikan tugas secara berkelompok. Pada kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kami yang tak terhingga kepada dosen yang bertanggung jawab pada program studi Teknik Lingkungan yang senantiasa menyisihkan waktunya demi terlaksananya kegiatan ini.Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Gowa, 12 Februari 2014

Penyusun

iiDAFTAR ISI HalamanHALAMAN JUDUL.....................................................................................iKATA PENGANTAR..................................................................................iiDAFTAR ISI................................................................................................. iiiDAFTAR GAMBAR..................................................................................... ivDAFTAR TABEL.......................................................................................... vBAB IPENDAHULUAN.......................................................................... 11.1 Latar Belakang.......................................................................... 11.2 Rumusan Masalah................................................................. 11.3 Tujuan...................................................................................... 21.4 Kegunaan..................................................................................21.5 Sistematika Penulis.....................................................................3BAB IIPEMBAHASAN.............................................................................32.1Sumber Kebisingan Zona B......................................................62.2 Pengaruh Kebisingan Zona B...................................................92.3 Solusi Penanganan di atas Baku Kebisinganyang telah di tetapkan......................................................................21BAB V PENUTUP........................................................................................215.1 Kesimpulan...............................................................................215.2 Saran.........................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................22

iiiDAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman2.1Kebisingan Lalu Lintas........................................................................42.2 Slogan Anti Kebisingan.................................................................... 92.3 Penanaman Pohon Mengurangi Suara Bising................................... 102.4 Strategi Penanganan Sumber Bunyi..................................................112.5 Bahan Barrier-Barier atau Panel.......................................................122.6 Prinsip Kerja Penghalang Bising di Perumahan............................... 122.7 Perencanaan Dinding Menghindari Kebisingan...............................142.8 Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 07/2009.......................................... 162.9 Kegiatan Silence Zone.....................................................................182.10 Alat Sumbat Telinga dan Tutup Telinga.......................................... 19

ivDAFTAR TABEL

Gambar Halaman3.1Sumber Kebisingan Beserta Tingkat Kebisingan...........................63.2 Pengaruh Kebisingan Di Perumahan.............................................. 73.3 Pengaruh Kebisingan di Tempat Rekreasi......................................83.4 Baku Tingkat Kebisingan di Perumahan........................................133.5Baku Tingkat Kebisingan di Tempat Pendidikan.......................... 153.6 Baku Tingkat Kebisingan Kejut..................................................... 153.7 Baku Tingkat Kebisingan di Tempat Rekreasi............................... 19

v

BAB 1PENDAHULUANI.1 Latar BelakangMeningkatnya mobilitas masyarakat memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat. Peningkatan pendapatan membuat masyarakat mampu untuk membeli kendaraan seperti sepeda motor maupun mobil sebagai sarana transportasi pribadi. Peningkatan perekonomian daerah juga menyebabkan kebutuhan akan sarana transportasi lain seperti bus dan truk meningkat. Akibatnya, semakin hari jumlah arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang menggunakan ruas-ruas jalan semakin bertambah. Hal ini menimbulkan masalah di bidang transportasi, salah satunya adalah masalah polusi suara (kebisingan) yang ditimbulkan oleh lalu lintas terhadap lingkungan sekitarnya, yang salah satunya adalah kawasan pendidikan.Selain kawasan pendidikan, lalu lintas juga merupakan sumber bising dan pencemaran yang dapat mengancam kehidupan masyarakat umum, terutama bagi mereka yang bermukim di kawasan perkotaan. Masalah kebisingan tidak boleh dianggap sederhana, karena jika tingkat kebisingan tersebut sudah melebihi dari tingkat yang dijinkan, maka akan berakibat yang kurang baik bagi manusia. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian tentang kebisingan dari suatu hunian penduduk atau tempat fasilitas umum lainnya, agar dapat dilakukan pengurangan atau penghilangan sumber bunyi yang dapat mengurangi adanya kebisingan.Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan untuk menanggulangi masalah kebisingan, namun sejauh ini upaya-upaya tersebut masih belum memenuhi harapan sesuai dengan keinginan kita. Dalam makalah ini akan di bahas secara detail mengenai pembagian zona pada titik kebisingan khususnya daerah Zona B yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.

I.2 Rumusan Masalah1. Apa saja yang menjadi sumber kebisingan zona B ?2. Bagaimana pengaruh kebisingan zona B terhadap kondisi kesehatan masyarakat ?3. Bagaimana solusi penanganan akibat kebisingan zona B diatas baku mutu yang telah di tetapkan ?

1I.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memberikan pengetahuan serta membantu pembaca untuk memahami karakteristik pembagian zona kebisingan khususnya zona B. Karakteristiknya terdiri dari sumber, serta memberikan solusi pengendalian/penanganan kebisingan pada kawasan/lingkungan yang terkena kebisingan diatas baku mutu yang telah ditetapkan. dan untuk selanjutnya mengetahui tingkat paparan kebisingan di lingkungan pemukimam baik itu perumahan, tempat pendidikan maupun tempat rekreasi sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian.

I.4 Sistematika penulisDalam sistematika penulis yang akan kami sajikan, maka terdapat tiga bab diantaranya:a. Bab 1 merupakan pendahuluan. Pada bab ini memuat latar belakang, tujuan yang akan dicapai, rumusan masalah, serta bagaimana sistematika penulis dalam menyusun sebuah laporan.b. Bab 2 merupakan isi. Pada bab ini memuat tiga rumusan masalah pokok yang akan kita bahas.c. Bab 3 merupakan penutup. Pada akhir bab ini memuat kesimpulan, saran, dan daftar pustaka.

2BAB IIPEMBAHASAN

Bising merupakan semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 718/MENKES/PER/XI/1987 menyebutkan pembagian tingkat kebisingan menurut empat zona (Wiyadi 1996) :1. Zona A (Kebisingan antara 35 dB sampai 45 dB)Zona yang diperuntukkan bagi penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial dan sejenisnya.2. Zona B (Kebisingan antara 45 dB sampai 55 dB)Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.3. Zona C (Kebisingan antara 50 dB sampai 60 dB)Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar dan sejenisnya.4. Zona D (Kebisingan antara 60 dB sampai 70 dB)Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bus dan sejenisnya. Tingkat bising yang terjadi pada masing masing kawasan berbeda beda. Untuk itu perlu diketahui sumber - sumber kebisingapn yang terjadi di sekitar zona dan bagaimana cara menangganinya karena hampir semua aspek kehidupan modern menimbulkan bising utamanya pada zona B yang di peruntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi.

II.1 Sumber Kebisingan Zona B 1. Perumahan Permasalahan yang saat ini menjadi isu di lingkungan perumahan adalah peningkatan pencemaran udara dan kebisingan. Sumber kebisingan yang dominan di lingkungan perumahan adalah berasal dari lalu-lintas kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia semakin tahun semakin meningkat, akibatnya lingkungan perumahan di perkotaan menjadi bising. Kebisingan sendiri terkait dengan kepadatan lalu lintas. Kondisi ini ditambah dengan penyediaan sarana jalan yang tidak memadai menjadikan lingkungan 3perumahan menjadi jalan pintas ke jalan umum. Hal ini semakin menimbulkan kebisingan di lingkungan perumahan. Kebisingan lalu lintas berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, terutama dari mesin kendaraan, knalpot, klakson, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan. Kendaraan berat seperti (truk, bus) dan mobil penumpang merupakan sumber kebisingan utama di jalan raya. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kebisingan lalu lintas antara lain kecepatan kendaraan, volume lalu lintas, gradien jalan dan jenis permukaan jalan..

Gambar 2.1 : Kebisingan Lalu Lintas

2. Tempat pendidikan Dalam proses kegiatan belajar mengajar sebuah sekolah maupun perguruan tinggi diperlukan suasana yang tenang dan nyaman sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan sesuai harapan. Namun kondisi tersebut sulit untuk diciptakan karena ada saja sumber kebisingan suara yang di timbulkan oleh transportasi seperti kendaraan bermotor. Suara sepeda motor yang ngebut tanpa memikirkan keselamatan pengguna jalan yang lain, suara klakson serta suara knalpot motor. Kesulitan pengaturan kebisingan knalpot untuk motor karena konsumen banyak yang mengganti knalpot mereka dengan bukan standar pabrikan.

4Kebisingan di sekolah dapat dipengaruhi oleh lokasi pendirian gedung sekolah yang dekat dengan sumber kebisingan seperti jalan raya, bandar udara, pasar dan sebagainya. Sedangkan intensitas kebisingan tersebut dipengaruhi oleh jarak, waktu keberlangsungan dari peningkatan emisi suara di suatu tempat dan begitu pun untuk lingkungan sekolah.

3. Tempat rekreasi Saat ini banyak sekali ditemukan tempat tempat publik yang memiliki tingkat kebisingan yang di bawah batas aman 80 desibel. Misalnya pada tempat rekreasi yang sering orang orang kunjungi yaitu mal mal di kota besar. Hasil yang di peroleh rata rata tingkat kebisingan yang di hasilkan adalah 94,4 128 desibel. Sementara ambang batas yang diperkenankan hanya 70 dBA. Tentu saja kondisi ini sangat memprihatinkan bagi masyarakat khususnya anak anak yang sering menghabiskan waktu berjam jam di tempat hiburan tersebut. Perubahan perilaku menjadi mudah marah dan agresif, sehingga menjadi pemicu tindak kekerasan yang kerap terjadi di ruang-ruang publik sebagai akibat dari kebisingan. Hal tersebut diakibatkan oleh makin meningkatnya sumber-sumber polusi kebisingan di sekitar kita, antara lain: meningkatnya penggunaan perangkat pengeras suara di ruang - ruang publik kebisingan yang berasal dari mal, paparan suara bioskop, pertunjukan musik seperti musik rock, pengeras suara di tempat tempat hiburan seperti ketika menggelar hajatan, di rolling coster dan lain lain yang tidak mengindahkan ambang batas kebisingan serta penataan akustik dari bangunan yang tidak memenuhi syarat.

5Berikut ini tabel sumber kebisingan beserta tingkat kebisingannya :

Tabel 3.1 : Sumber Kebisingan Beserta Tingkat Kebisingannya

II.2 Pengaruh Kebisingan Zona B 1. Perumahan Pengaruh kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan tindakan demonstrasi, gangguan belajar, gangguan istirahat, gangguan sholat, gangguan tidur dan gangguan lainnya. Dimana dominan sumber kebisingan di lingkungan perumahan berasal dari lalu-lintas transportasi. Penduduk yang tinggal di sekitar jalan raya (intensitas bising antara 65,3-76,1 dBA) mempunyai risiko dan menderita ketulian pada frekuensi percakapan sebesar 26 kali lebih besar dari penduduk yang tidak terpapar kebisingan (53 dBA); dan penduduk yang tinggal di pemukiman bising sekitar rel kereta api (63,3-69,9 dBA) mempunyai risiko menderita ketulian pada frekuensi percakapan 8 kali lebih besar dari penduduk yang tidak terpapar kebisingan (< 55 dBA).

6No Kendaraan (%)Velocity (m/s) Pengaruh pada Gedung Reaksi Masyarakat

1 Kendaraan berat 73%0,00 0,15 Tidak ada pengaruh Tidak terganggu/terasa

2 Bis Kota 51%0,15 0,3 Tidak ada pengaruh Mulai terasa

3 Bis antar kota 42%2,00 Standar untuk gedung kuno Terasa

4 Kendaraan Berat 36%2,5 Tidak menggangu gedung-gedung Bila terus-menerus mulai menggangu

5 Sepeda Motor 21%5 Standar untuk gedung arsitektural Menggangu untuk orang didalam Gedung

6 Mobil 12%10 -15 Merusak gedung arsitektural dan structural (minor) Menggangu orang-orang di jalan dan Jembatan

Tabel 3.2 : Pengaruh Kebisingan Di Perumahan

2. Tempat Pendidikan Pengaruh yang nyata terhadap intensitas bising (bunyi) di lingkungan pendidikanantara lain penurunan daya ingat / memori jangka pendek. Semakin tinggi intensitas kebisingan akan semakin menurun memori jangka pendek terhadap seseorang utamanya bagi pelajar. Selain itu dapat menurunkan prestasi belajar, berkurangnya konsentrasi belajar, dan juga menyebabkan masalah bersuara pada guru. Guru yang mengajar di sekolah yang terpapar bising memiliki risiko kelelahan bersuara 3,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan guru di sekolah yang tidak terpapar bising, dan guru dengan intensitas suara yang tinggi saat mengajar akan mengalami kelelahan bersuara 3,2 kali lebih sering dibandingkan guru dengan intensitas suara rendah. Lingkungan sekolah yang bising menyebabkan guru harus berbicara dengan suara yang keras agar dapat didengar sehingga berdampak pada kualitas suara.

7Manifestasi kelelahan bersuara antara lain berupa penurunan kualitas suara, perubahan tinggi rendahnya suara, kelelahan otot-otot pernapasan yang berperan pada produksi suara dan kelelahan neuromuskuler. Gejala kelelahan bersuara yang sering ditemukan padaguru antara lain: rasa kering di tenggorok, suara serak, cepat lelah saat bersuara dan terasa sakit saat berbicara. Gejala ini secara langsung berhubungan dengan pemakaian suara yang berlebihan, faktor lingkungan dan hidrasi selama berbicara

3. Tempat Rekreasi Pengaruh yang disebabkan di tempat trekreasi dapat menimbulkan gangguan pendengaran yang dapat diartikan sebagai perubahan pada tingkat pendengaran berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal , biasanya dalam hal memahami pembicaraan. Secara kasar gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut :NormalTuli total Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan (6 m)

Sedangkesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak > 1,5 m

Menengahkesulitan dalam berteriak sehari-hari mulai jarak > 1,5 m

Beratkesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak < 1,5 m

Sangatkehilangan kemampuan pendengaran

Tabel 3.3 : Pengaruh Kebisingan di Tempat Rekreasi

1. TinnitusMerupakan kondisi dimana telinga terus menerus berdenging akibat kebisingan yang beberapa jam dan kembali ke pendengaran normal, tetapi juga dapat menjadi kondisi yang berlangsung lama.2. Kehilangan pendengaranKondisi ini merupakan perasaan sedikit tuli yang bersifat sementara akibat suara yang begitu keras. Pendengaran akan pulih dari trauma ini selama beberapa waktu dan jika kondisi ini terus berulang akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah. 83. Tuli permanenKondisi ini dapat terjadi secara bertahap dan disebabkan oleh paparan kebisingan yang terus-menerus.a. Tidak mendengarkan suara yang terlalu keras hingga di atas 100 desibel tanpa pelindung telinga selama lebih dari 15 menit. b. Hindari paparan suara yang terlalu keras hingga lebih dari 110 desibel. Paparan rutin yang berlangsung lebih lama dari 1 menit dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen meskipun baru sekali terpapar suara sekeras itu.c. Gunakan pelindung telinga ketika menggunakan mesin-mesin yang mengeluarkan suara berisik seperti pemotong rumput. Suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85-90 desibel juga berpotensi merusak telinga.d. Menjaga volume TV, radio dan handphone pada tingkat yang wajar.e. Minimalkan penggunaan peralatan rumah tangga yang berisik dan pastikan mengenakan telinga ketika harus menggunakannya.

II.3 Solusi Penanganan kebisingan diatas baku mutu yang telah di tetapkan

Gambar 2.2 : Slogan Anti Kebisingan

91. Perumahan Apabila sumber kebisingannya lalu lintas, penanganannya bisa dilakukan dengan :a. Membuat jalur hijau dan penanaman pohon. Tanaman diyakini dapat mengurangi suara bising, walau sejauh ini belum ada penelitian berapa besar tepatnya penurunan kebisingan oleh sebuah pohon.

Gambar 2.3 : Penanaman Pohon Mengurangi Suara Bisingb. Memperbaiki / memperhalus permukaan jalan.c. Meningkatkan kedisiplinan berlalulintas termasuk dalam pemasangan / penggunaan knalpot dan klaksond. Membatasi penggunaan kendaraan pribadi melalui penerapan pembatasan plat nomor kendaraan yang dapat dioperasikan pada kawasan atau waktu tertentu.e. Menerapkan congestion pricing, pengenaan tarif parkir yang tinggi pada kawasan-kawasan CBD untuk memberikan disinsentif bagi pengguna kendaraan pribadi.f. Menyediakan fasilitas untuk mendorong penggunaan sarana angkutan tak bermotor seperti jalur sepeda, jalur pejalan kaki yang dapat mengurangi ketergantungan kepada kendaraan bermotor.

Selain penanganan di atas, terdapat pengendalian kebisingan kendaraan bermotor dapat dilakukan oleh tiga pihak yaitu; industry otomotif sebagai produsen kendaraan bermotor, pemerintah sebagai regulator dan masyarakat sebagai pembeli dan pengguna kendaran bermotor.

10

Gambar 2.4 : Strategi Penanganan Sumber BunyiPengendalian terhadap sumber bunyiSalah satu cara yang tepat untuk mengatasi bising adalah dengan mengendalikan sumber bising itu sendiri. Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa baku tingkat kebisingan harus dipenuhi. Peraturan tersebut membatasi kebisingan yang boleh dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi modifikasi kendaraan bermotor yang dapat berpotensi menimbulkan kebisingan seperti mengganti knalpot atau klakson kendaraan bermotor yang dapat mengganggu pendengaran.Pengendalian terhadap jalur bisingPengendalian bising ini juga dapat dilakukan dengan memblokir jalur bising sehingga bising tidak sampai pada pendengar. Pemblokiran jalur bising ini bisa dilakukan dengan menggunakan barrier seperti dengan membuat penghalang hidup/ pepohonan, sebab di tengah kota saat ini tidak memungkinkan untuk membuat tembok penghalang ataupun gundukan tanah. Kondisi akustik dalam gedung-gedung yang terletak bersebelahan denganjalan haruslah dapat mengurangi bising tersebut. Oleh karena itu gedung-gedung yang berada tepat di tepi jalan harus dibuat tertutup untuk mengurangi bising dari lingkungan. Namun dengan kondisi yang tertutup demikian sistem tata udara gedung juga perlu diperhatikan. Perkembangan teknologi saat ini juga menghasilkan banyak penemuan-penemuan di bidang akustik. Pemilihan dan pemakaian bahan atau material dari bangunan juga sangat mempengaruhi bising yang sampai ke dalam ruangan. Dalam perkembangannya saat ini sudah banyak material-material yang cukup baik untuk menyerap atau bahkan memantulkan total bunyi yang lewat. Sehingga diharapkan pemakaian bahan-bahan penyerap bunyi tersebut dapat menghambat dan mengurangi bising yang masuk ke dalam gedung.

11

Gambar 2.5 : Bahan barrier-barier atau panelPengendalian terhadap penerima bisingSalah satu hal yang paling penting adalah mengendalikan penerima bising itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara perencanaan yang baik terhadap tata guna lahan. Misalkan dengan menempatkan tempat-tempat yang tidak boleh terdapat bising sperti sekolah, tempat ibadah dan rumah sakit di tempat yang tingkat kebisingannya tidak tinggi namun akses jalan harus tetap diperhatikan.

Gambar 2.6 : Prinsip Kerja Penghalang Bising di Perumahan

12Baku mutu tingkat kebisingan di perumahan : Pemerintah Indonesia, melalui SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.48/MENLH/XI/1996, tanggal 25 November 1996, tentang kriteria batas tingkat kebisingan untuk daerah pemukiman mensyaratkan tingkat kebisingan maksimum untuk outdoor adalah sebesar 55dBA.PERUNTUKKAN KAWASAN / LINGKUNGAN KEGIATANTINGKAT KEBISINGAN dB (A)

a. Peruntukkan Kawasan

1) Perumahan dan Pemukiman 55

2) Perdagangan dan Jasa 70

3) Perkantoran dan Perdagangan 65

4) Ruang Terbuka Hijau 50

5) Industri70

6) Pemerintahan dan Fasilitas Umum60

7) Rekreasi 70

8) Khusus Bandar Udara* Stasiun Kereta Api* Pelabuhan Laut Cagar Budaya

7060

b. Lingkungan Kegiatan

1) Rumah Sakit atau sejenisnya55

2) Sekolah atau sejenisnya55

3) Tempat ibadah atau sejenisnya55

Keterangan : *) disesuaikan dengan ketentuan menteri perhubunganTabel 3.4 : Baku Tingkat Kebisingan di Perumahan

Pemerintah juga membuat Penerapan MSSR atau Management System Sefety Riding yang memberikan nilai tambah buat lingkungan dalam berkendaraan selain itu menyadari bagaimana mengurangi dampak terhadap lingkungan dalam berkendaraan bermotor baik roda 2 atau roda 4 dan itu suatu hal yang harus dipatuhi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 718/Menkes/Per/XI/19873, tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, persyaratan untuk wilayah B (wilayah yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya) ditetapkan sebesar 45 dBA (maksimum yang dianjurkan) sampai 55 dBA maksimum yang diperbolehkan).

132. Tempat Pendidikan Interpretasinya semakin dekat responden dengan sumber bising, semaki besar kebisingan yang diterima, sehingga dampak yang terjadi akan semakin besar, hal ini dikarenakan lingkungan sekolah tersebut masih belum memadai dalam segi pembuatan bangunan. Untuk itu di perlukan penanganan yang tepat :a. Seperti membangun penghalang/barier (tembok, tanaman, dll) yang dapat meredam atau mengurangi kebisingan lalulintas agar tidak sampai pada pendengaran anak sekolah.b. Melakukan pemasangan gorden pada jendela, penanaman pepohonan di halaman sekolah, pemasangan karet atau busa pada pintu ruang kelas maupun ruang yang lainnya.c. Melakukan penataan kembali penempatan (zoning) ruang belajar dan ruang administrasi. Untuk ruang belajar sebaiknya ditempatkan di bagian belakang sampai tengah. Sedangkan di bagian depan ditempatkan untuk layanan administrasi termasuk ruang guru dan kepala sekolah.d. Penanganan kebisingan memerlukan perencanaan dinding dengan kombinasi material antara 1/8 sampai dengan 1/4 kaca dan sisanya dengan bahan yang masih untuk mereduksi kebisingan dari luar bangunan sebesar 26-29 dB. Presentasi material kaca masih memungkinkan mengingat, material kaca mampu mengurangi kebisingan dari luar sebesar 20 dB.

Gambar 2.7 : Perencanaan Dinding Menghindari Kebisingan14Baku mutu tingkat kebisingan di tempat pendidikan : Baku Mutu Tingkat Kebisingan yang dikeluarkan Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 48 tahun 1996. Untuk lingkungan kegiatan sekolah atau sejenisnya tingkat kebisingan yang diiinkan adalah 55 dB(A). untuk luar ruangan dan 30dB(A) - 35 dB(A) untuk dalam ruangan).Baku Tingkat Kebisingan MENURUT Kep.MENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996PERUNTUKKAN KAWASAN / LINGKUNGAN KEGIATANTINGKAT KEBISINGAN dB (A)

a. Peruntukkan Kawasan

1) Perumahan dan Pemukiman 55

2) Perdagangan dan Jasa 70

3) Perkantoran dan Perdagangan 65

4) Ruang Terbuka Hijau 50

5) Industri70

6) Pemerintahan dan Fasilitas Umum60

7) Rekreasi 70

8) Khusus Bandar Udara* Stasiun Kereta Api* Pelabuhan Laut Cagar Budaya

7060

b. Lingkungan Kegiatan

1) Rumah Sakit atau sejenisnya55

2) Sekolah atau sejenisnya55

3) Tempat ibadah atau sejenisnya55

Keterangan : *) disesuaikan dengan ketentuan menteri perhubunganTabel 3.5 : Baku Tingkat Kebisingan di Tempat Pendidikan

Baku Tingkat Kebisingan Kejut Peruntukkan Kawasan / Lingkungan KegiatanTingkat Kebisingan Ls/Lm, dB (A)

Semua Jenis Peruntukkan Dan Atau Lingkungan KegiatanSiang hari : 20 dB (A) di atas baku tungkat kebisingan Malam hari : 15 dB (A) di atas Baku Tingkat Kebisingan

Tabel 3.6 : Baku Tingkat Kebisingan Kejut

15Ambang batas kebisingan di tempat pendidikan :Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 07/2009 pasal 1 angka 1 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru yang di keluarkan pada tanggal 6 April 2009. Peraturan ini menjelaskan secara rinci mengenai ambang batas kebisingan. Berikut ini bunyinya Ambang batas kebisingan kendaraan bermotor tipe baru adalah batas maksimum energi suara yang boleh dikeluarkan langsung dari mesin dan/atau transmisi kendaraan bermotor tipe baru. Dalam Permen LH tersebut disebutkan bahwa batas ambang kebisingan sepeda motor terdiri atas, untuk tipe 80 cc ke bawah maksimal 85 desibel (db). Lalu, tipe 80-175cc maksimal 90 db dan 175cc ke atas maksimal 90 db. Jadi, pengertian Knalpot Standar pada saat ini, perdebatannya hanya didasarkan pada bentuk yang dikeluarkan oleh pabrik, bukan didasarkan pada tingkat kebisingan yang dikeluarkan oleh knalpot tersebut.

Gambar 2.8 : Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 07/2009

16Ambang batas mengenai kebisingan knalpot motor yaitu Undang Undang No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) disebutkan bahwa untuk syarat kelaikan jalan, sepeda motor harus memenuhi ambang kebisingan. dalam UU tersebut sudah ada aturan soal sanksi kebisingan. Pelanggar aturan diancam sanksi pidana penjara maksimal satu bulan atau sanksi denda maksimal Rp 250 ribu.Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah menerbitkan Peraturan Menteri No. 09 tahun 2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan bermotor tipe baru yang bertujuan untuk:1. Mengurangi beban pencemaran udara akibat dari kebisingan kendaraan bermotor di kota-kota di Indonesia melalui peningkatan standard-standard Lingkungan hidup. 2. Mendorong industri kendaraan bermotor untuk meningkatkan teknologi dalam memproduksi kendaraan. 3. Menginformasikan dan mendorong masyarakat untuk memilih kendaraan yang ramah lingkungan.

Ruang lingkup yang diatur dalam Permen LH tersebut adalah: a. Ambang batas kebisingan kendaraa bermotor tipe aru b. Metode uji kebisingan kendaraan bermotor tipe baru c. Tata cara pelaporan uji kebisinga kendaraan bermotor tipe baru Uji Kebisingan dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi di dalam negeri. Laboratorium terakreditasi adalah laboratorium yang terakreditasi oleh lembaga akreditasi nasional dan atau badan yang diakui secara internasional Uji kebisingan kendaraan bermotor tipe baru merupakan bagian dari persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor.

3. Tempat Rekreasi Untuk itu penanganan yang dapat dilakukan adalah :1. Dengan membuat silence zone atau daerah tenang bebas suara klakson dan suara mesin motor atau mobil. Pemerintah bisa menetapkan satu kawasan sebagai area percontohan misalnya pada taman kota. Di wilayah yang sudah ditetapkan sebagai silence zone tidak boleh ada kendaraan bermotor yang lewat. Hanya pejalan kaki

17atau pengguna sepeda saja yang boleh melintas. Silence zone dengan istilah yang berbeda-beda sudah diterapkan di negara-negara maju. Mereka ingin menikmati hidup di kota besar tanpa harus terkena polusi dan kebisingan yang mengganggu. Jalur jalan dan taman di kawasan silence zone bisa dinikmati masyarakat yang membutuhkan ketenangan. Mereka bisa bersantai bersama keluarga tanpa ada gangguan. Daerah ini bisa menjadi area rekreasi dan wisata gratis.Gambar 2.9 : Kegiatan Silence Zone2. Pentingnya untukmemperhatikan perencanaan sistem interior seperti ventilasi pada auditorium di gedung bioskop dan tempat pertunjukan, guna menghindari tingkat gangguan kebisingan yang berlebihan. 3. Duduk sejauh mungkin dari panggung atau pengeras suara ketika menyaksikan pertunjukan musik.4. Memakai earplug ( sumbat telinga) yang akan mencegah ini akan mengurangi kebisingan 10 30 dB.5. Gunakan ear muffs atau penutup telinga; ini akan mengurangi kebisingan 20 40 dB.6. Gunakan helm; ini akan mengurangi kebisingan 5 15 Db.7. Jauhi sumber suara (speaker) jika anda seorang dugem sejati.8. Peran orang tua dibutuhkan untuk mengawasi anak-anaknya agar tidak terlalu sering pergi ke pusat arena permainan.

18

Gambar 2.10 : Alat Sumbat Telinga dan Tutup Telinga

Baku mutu tingkat kebisingan di tempat rekreasi :Baku Tingkat Kebisingan MENURUT Kep.MENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996PERUNTUKKAN KAWASAN / LINGKUNGAN KEGIATANTINGKAT KEBISINGAN dB (A)

a. Peruntukkan Kawasan

1) Perumahan dan Pemukiman 55

2) Perdagangan dan Jasa 70

3) Perkantoran dan Perdagangan 65

4) Ruang Terbuka Hijau 50

5) Industri70

6) Pemerintahan dan Fasilitas Umum60

7) Rekreasi 70

8) Khusus Bandar Udara* Stasiun Kereta Api* Pelabuhan Laut Cagar Budaya

7060

b. Lingkungan Kegiatan

1) Rumah Sakit atau sejenisnya55

2) Sekolah atau sejenisnya55

3) Tempat ibadah atau sejenisnya55

Keterangan : *) disesuaikan dengan ketentuan menteri perhubunganTabel 3.7 : Baku Tingkat Kebisingan di Tempat Rekreasi

19Ambang batas kebisingan di tempat rekeasi :Tingkat kebisingan di tempat terbuka dan di lahan bervegetasi pada kawasan Taman Monas sebagai tempat rekreasi telah rnelewati batas maksimum yang diperkenankan (50 dBA-60 dBA), ditetapkan oleh Gubernur DKI dan telah melewati nilai ambang batas (NAB) yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 48/MENLH/II/1996 sebagai tempat rekeasi 70 dBA.

20BAB 1IIPENUTUPIII.1 Kesimpulan1. fluktuasi tingkat kebisingan yang di peruntukan pada kawasan pemukiman, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya saat ini di perkirakan sudah melewati baku mutu lingkungan dimana penyumbang tingkat kebisingan terbesar adalah bersumber dari arus kendaraan bermotor.2. Penerapan peraturan perundangan tentang kebisingan dan dampaknya secara tegas dan konsisten. Selain itu melakukan pembinaan dan pengawasan dengan melakukan penyuluhan dan pemantauan kebisingan dan dampaknya secara berkala yang melibatkan lintas program dan sektor terkait.3. Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan.

III.2 Saran1. Adapun yang menjadi saran kami adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat melalui upaya pemantauan dan penilaian kondisi kebisingan yang ada di sekitar. Selain itu kiranya masyarakat di harapkan lebih mengendalikan aktivitasnya untuk mengendalikan kebisingan yang terjadi karena dapat menimbulkan pengaruh negatif. Sekecil apapun dampak negatif yang akan menimpa manusia bila mungkin hendaknya hal tersebut dihindarkan, baik dengan pendekatan administratif, teknis maupun sosial. Marilah kita kembangkan slogan MELINDUNGI YANG SEHAT TANPA MENGABAIKAN YANG SAKIT.2. Diperlukan usaha-usaha untuk meredamkebisingan sertadibuatnya peraturan tentangkarakteristik kendaraan seperti kombinasisuara mesin, sistem pembuangan dan roda kendaraan.

21Daftar Pustaka Croome, D.J., and Mashrae, 1977, Noise Buildings and People, Pergamon Press, Oxford. Departement of Transport,1988, Calculation of Road Traffic Noise Levels, HMSO, London Menteri Lingkungan Hidup, 1996, Kep-48/MENKLH/1996 tentang Baku tingkat kebisingan peruntukan kawasan/lingkungan. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004, Pedoman Prediksi Kebisingan Akibat Lalu Lintas Pedoman Teknis No. 10-2004-B. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2005, Mitigasi Dampak Kebisingan Akibat Lalu Lintas Jalan Pedoman Teknis No. 16-2005-B. Hidayati, Nurul, 2007, Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan (Studi Kasus Beberapa Zona Pendidikan di Surakarta), Dinamika Teknik Sipil, Volume 7, Nomor 1, hal. 45 54 Sharp,C. and Jenning,T., 1976, Transport and the Environment, Leicester University Press, Leicester. 300

22PEMBAGIAN ZONA B TERHADAP BAKU MUTU KEBISINGAN

OLEH KELOMPOK

OKTAFIANI ROMON D 121 12 261NURUL FITRI RASYIDD 121 12 264NOVIETA ROSIANASARID 121 12 901

PROGRAM STUDI S 1 TEKNIK LINGKUNGANJURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS HASANUDDIN2013

i