makalah alkaloid lengkap

39
ALKALOID Disusun Oleh : Alviera Rifka M. Annisa Mercury Atria Kent Cakra Faisal Ramdani Fathiah Olpah Siara Florensius Renaldi Gita Anggraeni Hairullah Nur Basir Lia Krisdayanti Monalyta Panjaitan Petrina F. Tyas Puspitasari Program Studi Sarjana Farmasi 1

Upload: liakrisdayanti

Post on 22-Nov-2015

810 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

ALKALOID

Disusun Oleh :Alviera Rifka M.Annisa MercuryAtria KentCakra Faisal RamdaniFathiah Olpah SiaraFlorensius RenaldiGita AnggraeniHairullah Nur BasirLia KrisdayantiMonalyta PanjaitanPetrina F.Tyas Puspitasari

Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas FarmasiUniversitas MulawarmanSamarinda2014Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala berkat, rahmat, karunia, kemudahan dan kelancaran-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah AlkaloidMakalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran , komentar , serta masukan yang membangun untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan juga penulis khususnya. Samarinda, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI HalamanCOVER 1KATA PENGANTAR 2DAFTAR ISI3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang41.2 Rumusan Masalah51.3 Tujuan5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alkaloid62.2 Klasifikasi Alkaloid62.3 Jalur Sintesis Alkaloid82.4 Cara Identifikasi Alkaloid182.5 Simplisia Yang Mengandung Alkaloid19

BAB IV PENUTUP4.1. Kesimpulan26

DAFTAR PUSTAKA27

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangSenyawa kimia terutama senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang pertama senyawa hasil metabolisme primer, contohnya karbohidrat, protein, lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa kedua adalah senyawa hasil metabolisme sekunder, contohnya terpenoid, steroid, alkaloid dan flavonoid.Metabolisme sekunder juga disebut metabolisme khusus adalah istilah untuk jalur dan molekul kecil produk dari metabolisme yang tidak mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak digunakan untuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya. Serta banyak jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat-obatan, dikenal sebagai obat tradisional sehingga perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia yang bermanfaat sebagai obat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdahulu, senyawa yang berperanan sebagai obat dalam tumbuhan adalah senyawa alkaloid. Dalam praktek medis kebanyakan alkaloid mempunyai nilai tersendiri, disebabkan oleh sifat farmakologi dan kegiatan fisiologinya yang menonjol sehingga dipergunakan luas dalam bidang pengobatan. Manfaat alkaloid dalam bidang kesehatan antara lain adalah untuk memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah dan melawan infeksi mikrobia.Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.Selanjutnya dalam Meyers Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Alkaloida adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan.Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun.

1.2Rumusan Masalah1.2.1Apa yang dimaksud dengan alkaloid?1.2.2Apa saja klasifikasi alkaloid?1.2.3Bagaimana jalur sintesis alkaloid dalam tumbuhan?1.2.4Bagaimana cara identifikasi alkalid dalam suatu sampel?1.2.5Apa saja contoh simplisia yang mengandung alkaloid?1.3Tujuan1.3.1Mengatahui pengertian dari senyawa alkaloid beserta fungsinya.1.3.2Mengetahui klasifikasi alkaloid.1.3.3Mengetahui bagaimana proses sintesis alkaloid pada tumbuhan.1.3.4Mengetahui cara identifikasi alkaloid dalam suatu sampel tumbuhan.1.3.5Mengetahui tanaman-tanaman yang mengandung senyawa alkaloid.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian AlkaloidAlkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) pada umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek fisiologis kuat terhadap manusia. Kegunaan senyawa alkaloid dalam bidang farmakologi adalah untuk memacu sistem syaraf, menaikkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobial (Pasaribu, 2009).2.2Klasifikasi AlkaloidAlkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial , misalnya kuinin, morfin dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran in yang mencirikan alkaloida. Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu : 1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin dan alkaloida indol. 2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari suatu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda. 3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbegai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal dari hanya beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu : a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenil alanin, tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan. Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloida hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin (-N) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang substituen oksigen biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH3) atau gugus metilendioksi (-O-CH2-O). Substituen-substituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian besar alkaloida. Pada alkaloida aromatik terdapat suatu pola oksigenasi tertentu. Pada senyawa-senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi para atau posisi para dan meta dari cincin aromatik. Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana alkaloida dikelompokkan atas : 1. Alkaloida Sesungguhnya Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quarterner yang bersifat agak asam daripada bersifat basa. 2. Protoalkaloida Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini. 3. Pseudoalkaloida Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin. (Achmad. S.A, 1986)Metoda klasifikasi alkaloid yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan struktur nitrogen yang dikandungnya yaitu:1. Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom nitrogennya berada dalam cincin heterosiklis. Alkaloid ini dibagi menjadi: alkaloid pirolidin, alkaloid indol, alkaloid piperidin, alkaloid piridin, alkaloid tropan, alkaloid histamin, imidazol dan guanidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin, alkaloid akridin, alkaloid kuinazolin, alkaloid izidin. 2. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis, seperti efedrina. 3. Alkaloid putressin, spermin dan spermidin, misalnya pausina. 4. Alkaloid peptida merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida. 5. Alkaloid terpena dan steroidal, contohnya funtumina.(Widi et al, 2007)2.3Jalur Sintesis Alkaloid Dalam TumbuhanA. Skema Umum Jalur Biogenetik Pembentukan Alkaloid

Pada dasarnya metabolit sekunder yang terdapat pada bahan alam merupakan hasil metabolit primer yang mengalami reaksi yang spesifik sehingga menghasilkan senyawa-senyawa tertentu. Berikut ini adalah bagan yang menunjukkan hunbungan antara metabolit primer dengan metabolit sekunder :

Bagan Hubungan Biosintesis Metabolit Primer Menjadi Metabolit Sekunder(Robbers et al, 1996)

B. Prinsip Dasar Pembentukan AlkaloidAsam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang merulakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, dan valin (Hendrix et al, 2008).Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, selain tirosin yang juga merupakan pencetus terbentuknya alkaloid adalah histidin, lisin dan triptopan. Berikut adalah rumus struktur masing-masing asam amino yang dimaksud : TirosinHistidin

LisinTriptopanPada reaksi selanjutnya ke empat asam-asam amino di atas akan membentuk golongan alkaloid yang berbeda, akan tetapi melalui prinsip dasar reaksi yang sama. Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap ciri struktur tertentu yeng sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid. Alkaloid aromatik mempunyai satu unit struktur yaitu -ariletilamina. Alkaloid-alkaloid tertentu dari jenis 1-benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung dua unit -ariletilamina yang saling berkondensasi Kondensasi antara dua unit -ariletilamina tidak lain adalah reaksi kondensasi Mannich. Dengan reaksi sebagai berikut :

(CH3)2NH + HCHO + CH3COCH3 (CH3)2NCH2CH2COCH3 + H2O

Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan suatu ikatan karbon-nitrogen dalam bentuk amina atau garam amonium, diikuti oleh serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau fenol Dari percobaan menunjukkan bahwa -ariletilamina berasal dari asam-asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina. Asam-asam aminom ini, dapat menyingkirkan gugus-gugus amin (deaminasi oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid melakukan kondensasi Mannich. Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksi sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas. Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin.(Sastrohamidjojo, 1996)

C. Contoh Pembentukan Senyawa Alkaloid Oleh TirosinTirosin merupakan produk awal dari sebagian besar golongan alkaloid. Produk pertama yang penting adalah antara dopamin yang merupakan produk awal dari pembentukan senyawa dari berberine, papaverine dan juga morfin.1. Sintesis Benzylisoquinolin, Dimulai Dengan Dua Molekul Tirosin

2. Cincin Tirosin Mengalami Kondensasi dan Membentuk Struktur Dasar Dari Morfin

Codeinon CodeinMorfin

3. Skema Lebih Lanjut Pada Pembentukan Alkaloid Dengan Prekursor Tirosin

Skema 1

Ringkasan jalur biosintesis dari L-tirosin ke morfin menununjukkan alkaloid isoquinolin, (S)-norlaudanosolin, perubahan konfigurasi dari (S)- ke (R) reticulin dan terbagi atas dua jalur dari tebain dan morfin.(Boettcher.C. et al, 2005)

Skema 2

Penggabungan unit feniletil menjadi feniletilamina menyebabkan terbentuknya kerangka benzilteterahidroisoquinolin dengan modifikasi selanjutnya yang terjadi secara umum pada tanaman yang mengandung alkaloid, beberapa diantara senyawa tersebut merupakan bahan baku obat. Perubahan mendasar pada kerangka utama meningkatkan variasi jenis strukturnya, sebagaimana yang ditunjukkan pada modifikasi benzilteterahidroisoquinolin. Pada umumnya ada lima jenis marga tanaman (Papaveraceae, Fumariaceae, Ranunculaceae, Berberidaceae, and Menispermaceae) lebih dari 2500 jenis alkaloid yang termasuk golongan ini. Pada saat ini telah bayak data yang menunjukkan adanya hubungan enzim dan kode genetik yang terakmulasi dalam alkaloid ini. Contoh yang paling umum adalah alkaloid benzilteterahidroisoquinolin dan modifikasi struktur orto dioksigenasi pada tiap cincin aromatik, pola ini merupakan hasil potensial dari turunan dari dua molekul DOPA. Meskipun dua molekul tirosin digunakan dalam jalur biosintesis, hanya fragmen feniletilamin dari sistem cincin tetrahidroisoquinolin yang terbentuk dari DOPA, sisa aton karbon berasal dari tirosin melalui 4-hidroksifenilasetaldehid.(Dewick.P.M., 2009)

Skema 3

Reaksi subsequen yang melibatkan perubahan tebain menjadi morfin melalui jalur codein, dimana proses ini melibatkan reaksi osidasi pada cincin diene,lebih nyata terlihat lepasnya dua gugus O-metil, satu dalam bentuk enol eter membentuk neopinon, yang mana juga terbentuk codeinon dan codein melalui bantuan enzim keto-enol tautomerasi dan reduksi NADPH secara berturut-turut.

Skema 4

Heroin; pada umumnya berupa diasetat morfin dan merupakan analgesik dan hipnotik yang sangat bersifat adiktif. Peningkatan sifat lipofilik dari heroin dibandingkan dengan morfin menyebabkan meningkatnya kelarutan dan laju absorpsi. Komponen aktifnya berupa 6-asetat, 3-asetat yang merupakan hasil hidrolisa oleh enzin esterase pada otak. Heroin disintesis pada awalnya sebagai pereda batuk akan tetapi ditemukan adanya efek yang kurang baik berupa sifat adiksinya, dengan pemakaian pada penyakit yang berhubungan dengan masalah kejiwaan. Penggunaannya yang lain pada pengobatan pada kanker. Penyalahgunaan heroin dalam bentuk injeksi sangat banyak digunakan dan telah menjadi persoalan internasional.

D. Beberapa Senyawa Alkaloid Turunan Tirosin

Bebarapa total sintesis dari senyawa turunan opioid dan morfin dapat dilihat pada gambar di atas. Pemindahan jembatan eter dan gugus fungsi pada cicin sikloheksana dan pemanjangan pada levomethorphan and dextromethorphan. Levomethorphan adalah analgesik dangan proses enatiomer akan membentuk senyawa kodein yang memiliki aktifitas sebagai antitusif. Pada kenyataannya isomer yang 'unnatural' ini dapat dijadikan sebagai bahan obat yang bersifat tidak adiktif dan tidak memliki aktifitas analgesik. Pentazocine adalah salah satu contoh senyawa yang memiliki struktur seperti morfin dimana jembatan eternya juga telah dihilngkan dan cicin sikloheksan diganti dengan gugus metil yang sederhana. Pentazocine memiliki dua fungsi yaitu sebagai agonis dan antagonis dari morfin dan juga memiliki fungsi sebagai analgeisik yang baik, senyawa ini dapat menginduksi gejala withdrtawal syndrome. Kendatipun demikian hal yang paling drastis dapat dilihat dari proses pembentukan petidin (meperidin) dimana struktur morfin berubah menjadi lebih sederhana, petidin merupakan golongan opiat sinteti yang digunakan secara luas. Hanya ada cincin arimatis dan piperidin yang menjadi kerangka utamanya. Petidin memiliki potensi yang lebih rendah dari morfin akan tetapi masih diisinkan untuk diproduksi, ia memiliki atifitas analgesik yang singkat dan efek konstipasi yang rendah dibandingkan dengan morfin serta tetap memiliki efek adiksi. Fentanil memiliki 4-anilin dan lebih baik dibandingkan dengan struktur 4-fenil-piperidin dan 50-100 kali lebih aktif dari morfin, hal ini disebabkan karena memilki lipopolisitas dan sifat trasport yang sangat baik hal ini menyebabkan ia dapat diberikan melalui kulit dalam bentuk sediaan plester.Alfentanil dan remifentanil adalah turunan fentanil yang baru, ketiga obat ini memiliki aktifitas yang cepat dan digunakan selama proses operasi. Sitem cincin piperidinnya mudah berubah dan menjadi metadone, dimana turunan difenilpropifamin terlebih dahulu terbentuk dan dari lagkah ini, selanjutnya akan terbentuk konformasi baru pada cicin piperidin. Metadon sangat efektif digunakan secara oral dan memilik aktifitas seperti morfin, gejala withdrawalnya lebih kecil dibandingkan dengan obat yang lain termasuk heroin, sehingga metadon penggunaannya lebih luas untuk mengobati pasien ketergantungan heroin. Bagaimanapun juga ia hanya menggantikan bahan obat opiat yang lain, kendatipun memiliki efek yang kurang akan tetapi tetap berbahaya. Beberapa varian metadon juga digunakan untuk mengurangi sakit dan terkadang diberikan bersama dengan anti muntah. Difenoksilat digunakan sebagai antidiare untuk meminimalkan penyalahgunaannya, ia dikombinasikan dengan atropin sebagai antikolonergik atropin.(Dewick.P.M., 2009)2.4Cara Identifikasi Senyawa AlkaloidSecara umum senyawa alkaloid diekstrak dari tumbuhan menggunakan beberapa pelarut untuk menghilangkan lemak yang tercampur, kemudian ekstraknya dibasakan dengan larutan NH3 10% dan Al2O3. Campuran ini selanjutnya dipisahkan secara kromatografi kolom dan diidentifikasi. Identifikasi senyawa alkaloid dapat dilakukan dengan metoda fisika, dengan cara penyinaran kromatogram di bawah sinar ultraviolet 254 nm dan 366 nm. Beberapa alkaloid memberikan warna fluoresensi biru atau kuning di bawah sinar tersebut, serta metoda kimia dengan menggunakan pereaksi tertentu, seperti pereaksi dragendorf membentuk endapan jingga-merah).R-N=R + K[BiI4] R2N+K[BiI4] (endapan jingga)

R3N+ + K[BiI4] K(R3N)[BiI4] (endapan jingga)

Identifikasi selanjutnya adalah dengan spektroskopi ultraviolet dan sinar tampak yang memberikan keterangan tentang tipe struktur molekulnya. Panjang gelombang maksimum yang diberikan oleh suatu senyawa dapat digunakan sebagai perkiraan awal terhadap jenis senyawa tersebut. Cara identifikasi lainnya adalah dengan menggunakan spektroskopi inframerah yang memberikan informasi tentang gugus-gugus fungsional dalam suatu senyawa. Pada umumnya senyawa alkaloid memberikan serapan khas pada daerah frekuensi 3480-3205 cm-1(-N-H ), 2100-1980 cm-1 (=N+-H), 1660-1480 cm-1 (-C=N-), 1350-1000 cm-l (- C-N-) dan beberapa serapan lainnya yang khas untuk masing-masing senyawa.

(Widi et al, 2007)1.Berdasarkan sifat spesifik.Alkaloid dalam larutan HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat membentuk endapan yang larut dalam alkohol berlebih. Protein juga memberikan endapan, tetapi tidak larut dalam dalam alkohol berlebih.2.Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya / Pengocokan Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut baik dalam air. Sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik : eter dan kloroform. Pengocokan dilakukan pada pH : 2, 7, 10 dan 14. Sebelum pengocokan, larutan harus dibasakan dulu, biasanya menggunakan natrium hidroksida, amonia pekat, kadang-kadang digunakan natrium karbonat dan kalsium hidroksida.3.Reaksi Gugus Fungsionila.Gugus Amin SekunderReaksi SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan na. nitroprussida = biru-ungu.Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin.Hasil lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin, Colchisin dan Physostigmin.b.Gugus MetoksiLarutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid, dinyatakan dengan reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium Permanganat dihilangkan dengan Asam Oksalat.Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin, Kotarnin, Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain.c.Gugus Alkohol SekunderReaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat, dipanaskan diatas tangas air = merah-ungu.Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin,d.Gugus Formilen Reaksi WEBER & TOLLENS :Alkaloida + larutan Floroglusin 1% dalam Asam Sulfat (1:1), panaskan = merah. Reaksi LABAT :Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas tangas air = hijau-biru.Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein, Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.e.Gugus BenzoilReaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester.Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain, dan lain-lain.f.Reaksi GUERRTAlkaloida didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu.Hasil positif untuk kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain, Stovakain, Beta eukain, dan lain-lain.g.Reduksi SemuAlkaloida klorida + kalomel + sedikit air = hitamTereduksi menjadi logam raksa.Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid sebagai kompleks.Hasil positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain, Pantokain, alipin, dan lain-lain.h.Gugus Kromofor Reaksi KING :Alkaloida + 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natriumHidroksida = merah intensif.Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain. Reaksi SANCHEZ :Alkaloida + p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium Nitrit + Natrium Hidrolsida) = ungu kemudian jingga.Hasil positif untuk alkaloida opium kecuali Tebain, Emetin, Kinin, kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%. (Anonim,1982)4.Pereaksi untuk analisa lainnya a.Iodium-asam hidrokloridaMerupakan pereaksi untuk golongan Xanthin. Digunakan untuk pereaksi penyemprot pada lempeng KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dimana akan memberikan hasil dengan noda ungu-biru sampai coklat merah.b.IodoplatinatPereaksi untuk alkaloid, juga sebagai pereaksi penyemprot pada lempeng KLT dimana hasilnya alkaloid akan tampak sebagainoda ungu sampai biru-kelabu.c.Pereaksi Meyer (Larutan kalium Tetraiodomerkurat)Merupakan pereaksi pengendap untuk alkaloid. (Egon Stahl, 1985)

2.5Simplisia Yang Mengandung AlkaloidA. Mahkota DewaMahkota dewa merupakan tanaman asli Indonesia yang termasuk kedalam jenis tanaman perdu yang dapat tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur dengan ketinggian 10-1200 meter dpl. Mahkota dewa memiliki nama lain diantaranya Simalakama (Melayu), makutadewa, makuto mewo, makuto ratu, makuto rojo (Jawa).Batang dari tanaman mahkota dewa berbentuk bulat. Permukaan batangnya kasar yang terdiri dari batang dan kayu. Batang dan kayunya berwarna putih, sedangkan kulit batangnya berwarna coklat kehijauan. Batang mahkota dewa biasanya memiliki banyak cabang dan bergetah. Buah mahkota dewa berbentuk bulat, berwarna hijau ketika masih muda dan berwarna merah mengkilat ketika masak. Buahnya terdiri dari 4 bagian, yaitu kulit, daging, cangkang, dan biji. Biji mahkota dewa berbentuk bulat lonjong dengan diameter 1 cm, bagian dalamnya berwarna putih. Akar mahkota dewa termasuk jenis akar tunggang. Pertumbuhan akarnya bisa mencapai panjang 100 cm yang menyebar ke samping sesuai ukuran panjang sekeliling lingkaran tajuk daun. Daun mahkota dewa berwarna hijau, permukaannya licin dan tidak berbulu. Daun yang sudah tua berwarna lebih gelap dibandingkan daun yang masih muda. Helaian daunnya berbentuk lanset atau lonjong. Ujung dan pangkal daun runcing dengan tepi rata. Pertulangan daunnya menyirip. Daun tanaman mahkota dewa termasuk jenis daun tunggal. Bunga mahkota dewa termasuk jenis bunga majemuk, berwarna putih dan berbau harum. Klasifikasi dari mahkota dewa adalah sebagai berikut:Kingdom: PlantaeDivisi: MagnoliphytaKelas: MagnoliopsidaOrdo : MyrtalesFamili : ThymelaeaceaeGenus : PhaleriaSpesies : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.(Hutapea, 2000)Kandungan kimia : alkaloida, saponin, polifenol, tanin, flavonoida dan minyak atsiri.Kegunaan : kanker, kencing manis (diabetes mellitus), hepatitis, asam urat, radang kulit, ekzema, dan lain-lain (Wijayakusuma, 2005).B. JarongJarong atau dikenal dengan nama latin Achyranthes aspera mempunyai beberapa nama diberbagai daerah, diantaranya jarongan; pecut kuda; ngadi rengo; jarong lalaki; daun Sangketan; nyarang (jawa).; Sui in sui, sangko hidung (Sulawesi), Rai rai, dodinga (Maluku) dan Dao kou cao (China).Jarong merupakan tanaman semak, yang tegak, dengan tinggi 20-90 cm. Batang berkayu, bulat, bercabang, warna hijau keputih-putihan. Daun tunggal, bulat telur, ujung runcing, tepi beringgit, pangkal meruncing, panjang 4-9 cm, lebar 2,5-5 cm, pertulangan menyirip, berbulu, warna hijau. Bunga majemuk bentuk bulir, tangkai pendek, mahkota bentuk tabung, bagian dalam berambut putih, warna ungu. Buah bentuk bulir, buah muda berwarna hijau setelah tua berwarna hitam. Jarong tumbuh liar di ladang pada daerah yang teduh di dataran rendah sampai 900 m dpl.Klasifikasi dari jarongan adalah sebagai berikut:Kingdom: PlantaeDivisi: SpermatophytaKelas: DicotyledonaeOrdo: CaryophyllalesFamili : AmaranthaceaeGenus : AchyranthesSpesies : Achyranthes aspera(Hutapea, 2000)Kandungan zat : Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diketahui pada seluruh bagian tanaman adalah reilosa, galaktosa, glukosa, akirantin, alkaloid. Biji mengandung sapogenin, hentriakontan. Akar mengandung triterpenoid, saponin, cedysterone.Bagian yang digunakan : seluruh bagian tanaman (akar, batang dan daun). Khasiat : Radang sendi, radang amandel, sakit menstruasi, mempermudah persalinan, demam, panas, malaria, batuk, gondok, infeksi ginjal, kencing batu, radang paru (Soenanto, Hardi et al, 2009)C. Terong PipitTerong pipit adalah tumbuhan semak kecil, yang tingginya dapat mencapai 5 m. Namun biasanya, kurang dari 2 m. Hampir semua bagian tumbuhan ini berduri, kecuali hanya buah yang ditutupi rambut. Daunnya bulat telur dengan pangkal seperti jantung atau membulat, dengan ujung yang tumpul.Panjang daun 7-20 cm dan lebarnya 4-18 cm.Tangkai perbungaannya pendek, sering bercabang-cabang dan banyak bunganya. Bunganya berbentuk bintang berwarna putih, yang di tengahnya kuning. Buahnya berjenis buah buni, kecil, dan banyak. Nama lain dari terong pipit ialah terung pipit, terong tete (Kalimantan), cepokak (Madura),pokak (Jawa), takokak (Sunda), dan rimbang (Sumatera).Klasifikasi dari terong pipit adalah sebagai berikut:Kingdom: PlantaeDivisi: MagnoliophytaKelas: MagnoliopsidaOrdo : SolanalesFamili : SolanaceaeGenus : SolanumSpesies : Solanum torvum Swartz.(Utami, 2003)Kandungan zat : Buah mengandung alkaloid, glycoalkaloid (Chooi, 2008)Kegunaan : Membantu meningkatkan nafsu makan dan menurunkan tekanan darah tinggi (Zakaria, 2010)D. PepayaKlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: DilleniidaeOrdo: ViolalesFamili: CaricaceaeGenus: CaricaSpesies: Carica papaya L.Pepaya banyak ditanam di kebun atau pekarangan di daerah yang berketinggian 700 m dpl. Pepaya termasuk tanaman perdu dengan tinggi 10 m, batang tidak berkayu, silindris, berongga dan bewarna putih kotor. Berdaun tunggal, bulat, ujung runcing, pangkal bertoreh, tepi bergerigi, bewarna hijau, dan diameter 25-75 cm. Pertulangan daunmenjari dan panjang tangkai 25-100 cm (Raina, 2011).Kandungan zat : Daun, akar dan kulit batang mengandung alkaloida, saponin dan flavonoida, disamping itu daun dan akar juga mengandung polifenol dan bijinya mengandung polifenol.Kegunaan : Daun untuk obat malaria dan menambah nafsu makan. Akar dan biji untuk obat cacing. Getah buah untuk obat memperbaiki pencernaan.(Hutapea, 2000)E. Daun Pandan WangiKlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas: ArecidaeOrdo: PandanalesFamili: PandanaceaeGenus: PandanusSpesies: Pandanus amaryllifolius Roxb.Habitus : perdu, tahunan, tinggi 3-7 mBatang : Bulat, bercabang, bekas duduk daun tampak jelas, sekitar pangkal batang dan cabang tumbuh akar tunjang coklat.Daun : Tunggal, bentuk pita, ujung runcing, tepi rata, panjang + 2 m, lebar + 10 cm, berduri tempel pada ibu tulang permukaan bawah, licin, hijau.Bunga : Majemuk, bentuk bongkol, berumah dua, bunga betina berdiri sendiri, bakal buah lima sampai delapan belas, benang sari empat, putik panjang 5-18 cm, putih.Buah : Batu, menggantung, bentuk bola, diameter 4-7 cm, dinding buah berambut, jingga.Akar : Tunggang, putih, kekuninganKandungan zat : alkaloida, saponin, flavonoida, tanin dan polifenol.Kegunaan : obat lemah syaraf, penambah nafsu makan dan bahan baku kosmetika.F. Kumis KucingKumis kucing memiliki nama diberbagai daerah seperti remujung (Jawa), Java tea(Inggris), giri-giri marah (Sumatera), se-salasean (Madura). Kumis kucing berupa terna, tumbuh tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi 1-2 m, batang segi empat agak beralur, berbulu pendek atau gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tandan yang keluar di ujung cabang, wama ungu pucat atau putih (ada yang warna biru dan putih), benang sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah geluk wama coklat gelap.Klasifikasi dari kumis kucing adalah sebagai berikut:Kingdom: PlantaeDivisi: SpermatophytaKelas: DicotyledonaeOrdo : LamialesFamili : LamiaceaeGenus : Orthosiphon Spesies : Orthosiphon aristatus (Utami, 2003)Kandungan zat : Daun mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan polifenolKhasiat : Daun untuk peluruh air seni, obat batu ginjal, obat kencing manis, obat tekanan darah tinggi dan obat encok.(Hutapea, 2000)

G. CiplukanKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: AsteridaeOrdo: SolanalesFamili: Solanaceae (suku terung-terungan)Genus: PhysalisSpesies: Physalis peruviana L.Tumbuhan ciplukan merupakan tumbuhan liar, berupa semak/perdu yang rendah (biasanya sampai 1 meter) dan mempunyai umur kurang lebih 1 tahun. Tumbuhan ini tumbuh subur di dataran rendah sampai ketinggian 1.550 meter di atas permukaan laut, tersebar di tanah tegalan, sawah-sawah kering, serta dapat ditemukan dihutan-hutan jati. Bunganya bewarna kuning, buahnya berbentuk bulat dan bewarna hijau kekuningan bila masih muda, tetapi bila sudah tua bewarna cokelat dengan rasa asam-asam manis. Buah ciplukan yang muda dilindungi cangkap (kerudung penutup buah).Kandungan zat : Buah cipluksn mengandung asam sitrun, fisalin, asam malat, alkaloid, tanin, kriptoxantin, vitamin C dan gula.Khasiat : Diabetes melitus, sakit paru-paru, ayan, borok.(Raina, 2011) H. LeuncaKingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Division : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Division : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Class : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)Sub Class : AsteridaeOrder : Solanales (suku terung-terungan)Family : SolanaceaeGenus : SolanumSpecies : Solanum nigrum L.Kandungan zat : Gliko-alkaloid yaitu solanine, solasonine, solamargine, solasodine, diosgenin, tigogenin, atropine, saponin, zat samak, minyak lemak, kalsium, fosfor, besi serta vitamin A dan CKhasiat : mengatasi kanker hati, paru-paru, payudara, leher rahim (cervix), lambung esofagus, hamil anggur (malignant hydatidiform mole) kista, kariokarsinoma, karioadenoma, chorionic apithelima, leukimia, radang payudara, keputihan, bronkhitis kronis, infeksi saluran kemih dan demam.(Wijayakusuma, 2005)I. MengkuduKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: AsteridaeOrdo: RubialesFamili: Rubiaceae (suku kopi-kopian)Genus: MorindaSpesies: Morinda citrifolia L.Kandungan zat : Buah mengandung alkaloid (triterpenoid, proxeronine), polysaccaride (damnacanthal), sterol, coumarin, scopoletin, ursolic acid, linoleic acid, caproic acid, caprylic acid, alizarin, acubin, iridoid glycoside, L-asperuloside, vitamin (C, A, karoten).Khasiat : buah bersifat astringen. Menghilangkan lembab, meningkatkan kekuatan tulang, peluruh kencing (diuretik), peluruh haid (emenagog), pembersih darah, meningkatkan daya tahan tubuh (immunostimulator), antikanker, pembasmi cacing (antelmintik), pereda batuk (antitusif), pereda demam (antipiretik), antiradang, antibakteri, pencahar, antiseptik, dan pelembut kulit.(Setiawan, 2000)

J. Benalu TehKlasifikasiKerajaan: PlantaeDivisi: MagnoliophytaKelas: MagnoliopsidaOrdo: SantalalesFamili: LoranthaceaeGenus: LoranthusSpesies: Loranthus parasiticus [L.] Merr.Kandungan zat : alkaloid, glukosida, flavonoid, saponin, quercetin, b-amyrin, asam oleanolat, lupeol, avicularin.Khasiat : kista, kanker ovarium, kanker rektum, kanker nasofaring, amandel, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.(Wijayakusuma, 2005)

BAB IIIPENUTUP

3.1KesimpulanAlkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) pada umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek fisiologis kuat terhadap manusia. Kegunaan senyawa alkaloid dalam bidang farmakologi adalah untuk memacu sistem syaraf, menaikkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobial.Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu jenis cincin heterosiklik nitrogen, jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan dan asal-usul biogenetik.Jalur sintesis alkaloid menggunakan tirosin, lisin, triptopan dan histidin yang mana asam-asam amino tersebut akan membentuk golongan alkaloid yang berbeda, akan tetapi melalui prinsip dasar reaksi yang sama. Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap ciri struktur tertentu yeng sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid.Cara identifikasi alkaloid Identifikasi senyawa alkaloid dapat dilakukan dengan metoda fisika, dengan cara penyinaran kromatogram di bawah sinar ultraviolet 254 nm dan 366 nm. Beberapa alkaloid memberikan warna fluoresensi biru atau kuning di bawah sinar tersebut, serta metoda kimia dengan menggunakan pereaksi tertentu, seperti pereaksi dragendorf membentuk endapan jingga-merah.Simplisia yang mengandung alkaloid yaitu mahkota dewa, jarong, terong pipit, pepaya, daun pandan wangi, kumis kucing, ciplukan, leunca, mengkudu dan benalu teh.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka : JakartaAnonim. 1982. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI Institut Teknologi Bandung : Bandung. Anonim. 1982. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI Institut Teknologi Bandung : Bandung.Boettcher.C. et all. 2005. How human neuroblastoma cells make morphine. PNAS : New YorkDewick.P.M. 2009. Medicinal Natural Products : A Biosynthetic Approach 3rd ed. John Wiley & Sons Ltd. : United Kingdom. Egon Stahl. 1985. Analisis obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerbit ITB : Bandung.Hendrix, et al. 2008. Amino Acids. Redmond, WA: New York Hutapea, Johny Ria. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangann Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.Raina MH. 2011. Ensiklopedia Tanaman Obat Untuk Kesehatan. Absolut : YogyakartaRobbers.J.E., et al. 1996. Pharmacognosy and Pharmaco-biotechnology. PNAS : New YorkSastrohamidjojo. H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Gajahmada University Press : Jogjakarta. Utami, Prapti. 2003. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes Mellitus. Agromedia: Jakarta.Widi, Restu Kartiko et al. , 2007. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Batang Kayu Kuning (Arcangelisia Flava Merr). Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1

18