maternitas makalah lengkap
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Penyakit hipertensi ( khususnya preeklamsi/eklamsi dan hipertensi kronik dengan disertai
preeklamsi) adalah penyabab ketiga kematian maternal di United States. Penyakit hipertensi
juga merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas pada perinatal. Data yang di kumpulkan
dari Perinatal Project menunjukkan bahwa adanya peningkatan kematian fetal dari hipertensi
maternal itu sendiri (tanpa disertai proteinuria maternal). Penyakit hipertensi ini adalah
komplikasi medis yang paling sering terjadi pada saat kehamilan; 4-5% wanita hamil
menderita hipertensi kronik dan 4-5% lainnya menderita hipertensi yang di induksi oleh
kehamilan (pregnancy-induced hypertension/PIH. (W. Kulb, 1993)
Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat miskin dan mereka
yang tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan,
eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian
ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13 %, aborsi yang tidak
aman 11 %, serta sepsis 10 %.Salah satu penyebab kematian tersebut adalah Preeklampsia
dan eklampsia yang bersama infeksi dan pendarahan, diperkirakan mencakup 75-80 % dari
keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklampsi-eklampsi dikatakan sebagai masalah
kesehatan masyarakat apabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8%.(Zuspan F.P, 1978 dan
Arulkumaran ,1995 dalam penelitian Ridwan, Dkk)
Di Indonesia, Hipertensi dalam Kehamilan adalah penyebab kematian utama ketiga pada
ibu hamil setelah perdarahan dan infeksi. Bagaimana suatu peristiwa kehamilan dapat
memicu atau memperberat hipertensi merupakan pertanyaan yang masih belum memperoleh
jawaban yang memuaskan..Angka kejadian Hipertensi dalam Kehamilan kira-kira 3.7 %
seluruh kehamilan. (http://reproduksiumj.blogspot.com)
Dalam makalah ini akan di bahas mengenai Hipertensi, Preeklamsi dan Eklamsi pada
kehamilan serta Asuhan Keperawatannya dari kasus yang di dapat.
1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
- Untuk memahami Definisi Hipertensi, Preeklamsi dan Eklamsi
- Untuk memahami Etiologi Hipertensi, Preeklamsi dan Eklamsi
- Untuk memahami Patofisiologi Hipertensi, Preeklamsi dan Eklamsi
- Untuk memahami Klasifikasi Hipertensi, Preeklamsi dan Eklamsi
- Untuk memahami Tanda dan Gejala Hipertensi, Preeklamsi dan Eklamsi
- Untuk memahami Asuhan Keperawatan dari Studi Kasus yang di bahas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HIPERTENSI
A. Definisi
Tekanan Darah di pengaruhi oleh volume cardiovascular, diameter/ukuran pembuluh
darah (dilatasi dan konstriksi pembuluh darah) kemampuan jantung untuk memompakan
darah sampai ke pembuluh darah, selama kehamilan banyak perubahan yang berpengaruh
terhadap tekanan darah. Selama kehamilan, volume plasma dan cardiac output meningkat
sampai 40%. Hampir 1000 meq sodium dan 6 liter air tertahan selama kehamilan. Level
plasma rennin, rennin substrat dan angiotensin II juga meningkat selama kehamilan.
Peningkatan level plasma dan angiotensin dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah
selama kehamilan. Tekanan darah akan mengalami penurunan dengan normal selama
trimester kedua dan meningkat lagi pada trimester ketiga hingga mendekati normal. Pada
trimester kedua penurunan tekanan darah di karenakan penurunan resistensi perifer vascular.
Adanya sirkulasi uteroplacental dan vasodilatasi oleh progesterone berkontribusi terhadap
penurunan tahanan vascular perifer. (W.Kulb, 1993)
Hipertensi adalah penyakit kronis yang paling umum terjadi pada wanita hamil dengan
usia tua. Selam kehamilan berlanjut, volume darah meningkat bertahap sampai mencapai
30% sampai 50% di atas tingkat pada keadaan tidak hamil. (Hamilton, 1995)
Hipertensi dalam kehamilan berarti wanita telah menderita hipertensi sebelum hamil,
disebut juga sebagai pre-eklamsi tidak murni. Superimposed pre-eklamsi bila disertai dengan
proteinuria dan edema. Penyebab utama hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi
esensial dan penyakit ginjal. Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang mungkin
disebabkan oleh factor herediter serta dipengaruhi oleh factor emosi dan lingkungan. Wanita
hamil dengan hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala lain kecuali hipertensi. Yang paling
banyak dijumpai adalh hipertensi esensial jinak dengan tekanan darah sekitar 140/90 mmHg
ampai 160/100 mmHg. Hipertensi jarang berubah menjadi ganas secara mendadak hingga
mencapai sistolik 200mmHg atau lebih . Gejala-gejala seperti kelainan jantung,
3
arteriosklerosis, perdarahan otak, dan penyakit ginjal baru timbul setelah dalam waktu lama
dan penyakit terus berlanjut.
a) Kehamilan dengan hipertensi esensial akan berlangsung normal sampai aterm
b) Pada kehamilan setelah 30 minggu, 30% dari wanita hamil akan menunjukkan
kenaikan tekanan darahnya namun tanpa gejala
c) Kira-kira 20% dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah yang
mencolok, bias disertai proteinuria dan edema (pre-eklamsi tidak murni) dengan
keluhan : sakit kepala, nyeri epigastrium, oyong, mual, muntah, dan gangguan
penglihatan (visus).
Hipertensi esensial dijumpai pada 1-3% dari seluruh kehamilan. Hipertensi ini lebih sering
dijumpai pada multipara berusia lanjut dan kira-kira 1-3% dari kasus toksemia gravidarum.
Penyakit ginjal dengan gejala hipertensi yang dapat dijumpai pada wanita hamil yaitu:
(1)glomerulonefritis akut dan kronik, (2)pielonefritis akut dan kronik. (Rustam, 1998)
B. Etiologi
Etiologi hipertensi tidak diketahui tetapi semakin banyakbukti bahwa gangguan ini
disebabkan oleh gangguan imunilogik dimana produksi antibody pemghambat berkurang.
(derel, 2002)
C. Patofisiologi
Gangguuan imunologik dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas
sampai batas tertentu sehingga mengganggu fungsi placenta. Ketika kehamilan berlanjut,
hipoksia placenta menginduksi proliferasi sitotroblast dan penebalan membrane basalis
trofoblas yang mengikuti gangguan fungsi placenta. Sekresi vasodilator prostaksilin oleh sel-
sel endothelial plasenta berkurang dan sekresi trombosan oleh trombosit bertambah, sehingga
timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini
terjadilah pengurangan perfusi placenta sebanyak 50%, hipertensi ibu dan penurunan volume
plasenta ibu. Jika vasospasme nya menetap, mungkin akan terjadadi cedera sel epitel
trofoblas dibawa ke paru-paru dan mengalami destruksi sehingga melepaskan tromboplastin.
Selanjutnya, tromboplastin menyebabkan koagulasi intravascular dan deposisi fibrin di dalam
glomeruli ginjal (endoteliosis glomerular) yang menurunkan laju filtrasi glomerulus dan
secara tidak langsung meningkatkan vasokonstriksi. Pada kasus berat dan lanjut, deposit
4
fibrin ini terdapat dalam pembuluh darah sisterm saraf pusat, sehingga menyebabkan
konvulsi. (darel,2002)
D. Klasifikasi
Gangguan hipertensi pada kehamilan mengacu pada berbagai keadaan, dimana terjadi
peningkatan tekanan darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu
dan janin. Awalnya, gangguan hipertensi kehamilan disebut toksemia, tetapi istilah ini kurang
tepat karena tidak ada agen toksik atau toksin yang bias ditemukan. Krtidakpastian tentang
klasifikasi masih berlanjut sampai hari ini, sehingga kesulitan timbul dalam penegakan suatu
diagnosis klinis gangguan hipertensi tertentu. Klasifikasi berikut merupakan salah satu
klasifikasi yang paling umum dipakai saat ini:
- Preeklamsi – eklamsi
o Ringan
o Berat
- Hipertensi kronis (sudah ada sebelum hamil)
- Hipertensi kronis dengan preeklamsi-eklamsi
- Hipertensi sementara
Preeklamsi – eklamsi, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam
kehamilan, sering kali disebut pregnancy-induced hypertension (PIH). Keadaan hipertensi
kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil.
E. Pencegahan
Pengetahuan fisiopatologi hipertensi PIH, meskipun berfifat dasar, telah memberikan
cara-cara pencegahan gangguan ini. Tidak ada pencegahan yang berhasil, kecuali mungkin
aspirin yang telah diperlihatkan menurunkan produksi vasokontriktor proagregasi
tromboxane A2 oleh trombosit. Sayang, pemberian aspirin 75mg tiap hari kepada ibu yang
mempunyai resiko lebih tinggi mengalami PIH terbukti tidak efektif. (Derel, 2002)
F. Penatalaksanaan
5
Tujuan perawatan adalah memungkinkan perumbuhan janin berlangsung terus
sehingga cukup matur dan dapat hidup diluar uterus, atau diperiksa resiko kematian intrauteri
lebih besar dari pada keberadaannya diluar uterus. Lamanya perawatan tergantung pada:
Keparahan PIH
Lamanya kehamilan
Respon pasien terhadap perawatan. (Derel, 2002)
2.2 PREEKLAMSI
A. Defenisi
Preeclampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak system dan
ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Diagnosis preeklampsia secara
tradisional didasarkan pada adanya hipertensi disetai proteinuria dan / atau edema. Akan
tetapi, temuan yang paling penting ialah hipertensi, dimana 20% pasien eklampsia tidak
mengalami proteinuria yang berarti sebelum serangan kejang pertama (Bobak, 2004).
B. Etiologi
Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda
dan gejala timbul hanaya selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan
plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan menderita
preeclampsia. Akan tetapi, ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan
perkembangan penyakit yaitu primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan
dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas. Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada
kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin
lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali rahim yang berat. Pada ibu yang
mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25% (Bobak,
2004).
C. Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis
kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma
darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vascular sistemik, peningkatan curah jantung, dan
6
penurunan tekanan osmotic koloid. Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar
menurun, sehinngga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal.
Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-
uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan
menghancurkan sel-sel darah merah, sehinngga kapasitas oksigen maternal menurun.
Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai
preeklampsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan
peredaran darah, seperti angiontensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara
prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2. Selain kerusakan endotial, vasospasme arterial
turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatan edema dan
lebih lanjut menurunkan volume intravascular, mempredisposisi pasien yang mengalami
preeklampsia mudah menderita edema paru.
Hubungan system imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi
memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia. Keberadaan protein asingg,
plasenta, atau janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut (Bobak, 2004).
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau tangan,
kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Pada preeclampsia ringan gejala
suibjektif belum dijumpai, tetapi pada preeclampsia berat diikuti keluhan subjektif seperti :
Sakit kepala terutama daerah frontalis
Rasa nyeri di daerah epigastrium
Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur
Terdapat mual sampai muntah
Gangguan pernafasan sampai sianosis
Terjadi gangguan kesadaran
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeclampsia yang meningkat dan merupakan
petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun meningkat lebih tinggi, edema
menjadi lebih umum, dan proteinuria bertambah banyak. Dengan pengeluaran proteinuria
keadaan penyakit semakin berat, karena terjadi gangguan fungsi ginjal (Manuaba, 1998).
Tanda dan gejala preeclampsia berat yaitu :
7
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
2. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
3. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
4. Trombosit < 100.000/mm3
5. Oliguria < 400 ml/24 jam
6. Proteinuria > 3 g/liter
7. Nyeri epigastrium
8. Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
9. Perdarahan retina
10. Edema pulmonum
11. Koma
E. Pencegahan
Pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka
kesakitan dan kematian. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teloiti dapat menemukan
tanda-tanda dini preeclampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya.
Untuk mencegah kejadian preeclampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan
dengan :
1. Diet makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak.
Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi
pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan
tambahan satu butir telur setiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan
disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak dududkk atau berbaring ke arah
punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera dating ke tempat
pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian :
a. Uji kemungkinan preeclampsia :
Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
Pemeriksaan tinggi fundus uteri
8
Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
Pemeriksaan protein dalam urin
Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran
darah umum, dan pemeriksaan retina mata.
b. Penilaian kondisi janin dalam rahim :
Pemantauan tinggi fundus uteri
Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,
pemantauan air ketuban.
Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi (Manuaba, 1998).
F. Penanganan
Tujuan utama penanganan ialah :
1. Mencegah terjadinya preeklamsia berat dan eklampsia
2. Melahirkan janin hidup
3. Melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Penanganan preeclampsia ringan
1. Sedative ringan
Phenobarbital 3x30 mg
Valium 3x10 mg
2. Obat penunjang
Vitamin B kompleks
Vitamin C atau vitamin E
Zat besi
3. Nasehat
Garam dalam makanan dikurangi
Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin
Segera dating memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala, mata
kabur, edema mendadak atau berat badan naik, pernafasan semakin sesak,
nyeri pada epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah
berkurang, pengeluaran urin berkurang.
4. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk
penderita perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
9
Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
Protein dalam urin 1 plus atau lebih
Kenaikan berat badan 1,5 kg atau lebih dalam seminggu
Edema bertambah dengan mendadak
Terdapat gejala atau keluhan subjektif
Penanganan preeclampsia berat
1. Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar
2. Dipasang infuse glukosa 5%
3. Dilakukan pemeriksaan :
Pemeriksaan umum : pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan.
Pemeriksaan kebidanan : pemeriksaan Leopold, denyut jantung janin,
pemeriksaan dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim).
Pemasangan dauer
Evaluasi keseimbangan cairan
4. Pengobatan
Sedative : Phenobarbital 3x100 mg, Valium 3x20 mg
Menghindari kejang :
a. Magnesium sulfat
Insial dosis 8 gr IM, dosis ikutan 4gr/6 jam
Observasi : pernafasan tidak kurang 16 menit, refleks pateka positif,
urin tidak kirang dari 6oo cc/24 jam.
b. Valium
Inisial dosis 20 mg IV, dosis ikutan 20 mg/drip 20 tetes/menit
Dosis maksimal 120 mg/24 jam
c. Kombinasi pengobatan :
Pethidine 50 mg Im
Klorpromazin 50 mg IV
Diazepam (valium) 20 mg IM
d. Bila terjadi oliguria diberikan glukosa 40% IV untuk menarik cairan dari
jaringan, sehingga dapat merangsang dieresis.
5. Setelah keadaan preeclampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri
kehamilan berdasarkan :
10
a. Kehamilan cukup bulan
b. Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
c. Kegagalan pengobatan preeclampsia berat kehamilan diakhiri tanpa
memandang umur
d. Merujuk penderita ke rumah sakit untuk penngobatan yang adekuat.
2.3 EKLAMSIA
A.Definisi
Eklamsi adalah proses penyakit yang sama dengan preeklamsi yang disertai dengan
kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Diagnosis eklamsi
ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preeklamsi disertai kejang atau koma. (arif, 1999)
Kelanjutan preklamsi berat menjadi eklamsia dengan tambahan gejala kejang-kejang
dan/atau koma. Kejadian eklamsia di Negara-negara berkembang berkisar antara 0.3%
sampai 0.7%. Kedatangan penderita sebagian besar dalam keadaan preeklamsia berat atau
eklamsi
B. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab preklamsia dan eklamsia sampai sekarang belum
diketahui. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: (1). sebab
bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa, (2). Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan, (3). Sebab
dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus, (4). Sebab
jarangnya terjadi eklamsi oada kehamilan-kehamilan berikutnya, (5). Penyebab timbulnya
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. (Sarwono, 2006)
C. Patofisiologi
Perubahan-perubahan yang terjadi pada PIH berat lebih nyata pada eklamsia
vasospasme lebih kuat, disertai dengan hipoksia jaringan, laju filtrasi glomerulus berkurang
dan keluaran urin menurun, retensi air intraselular menghalangi metabolism selualr dan
mungkin terjadi edema cerebri, viskositas darah meningkat, hitung trombosit menurun dan
timbul defek koagulasi. (Derek, 2002)
11
D. Gambaran Klinis
Konvulsi didahului oleh stadium disorientasi, wanita tersebut gelisah, bergerenyat
(twitches) dan mengalami pernafasan spasmodic. Dalam semenit, timbul konvulsi stadium
tonik, punggungnya melengkung, tangan mengepal, menyeringai, pernafasan berhenti dan
menjadi sinotik. Dalam stadium ini lidah mungkin tergigit, kemudian wanita tersebut masuk
kedalam konvulsi stadium klonik. Tubuhnya berkejat-kejat tidak terkontrol, saliva berbusa
memenuhi mulutnya, dan pernafasan menjadi sangat keras. Akhirnya ia menjadi koma. Koma
dapat berlangsung selama 1 jam atau lebih, atau mungkin terjadi konvulsi recurrent.
Konvulsi terjadi pada kehamilan lanjut pada 40% kasus, intrapartum 30%, dan beberapa jam
setelah melahirkan 30%. (Derek, 2001)
E. Pencegahan
Pengobatan eklamsia dapat mengalami kesulitan dengan hasil yang tidak memuaskan.
Karena itu mencegah terjadinya eklamsia lebih penting dengan jalan :
1 Meningkatkan jumlah dan kualitas tempat pemeriksaan hamil
2 Menemukan gejala dini preeklamsi serta mengobatinya
3 Bila gagal mengobati preeklamsia berat kehamilan berat diakhiri, sehingga eklamsi
dapat dicegah
Tujuan pengobatan eklamsia adalah:
1. Mengindari kejang dan komayang menyebabkan angka kematian ibu dan janin tinggi
2. Mengakhiri kehamilan dengan atrumatis. ( Ida Bagus, 1998)
F. Penanganan
Tujuan perawatan adalah :
1. Mengontrol kejang dengan menghilangkan spasme vascular generalisata dan
menurunkan sensitivitas otak terhadap rangsangan
2. Menurunkan tekanan darah
3. Melahirkan janin.
12
Kualitas perawatan pasien eklamsi sangat penting. Pasien dirawat dengan dibaringkan
miring ke satu sisi dengan kepala dan bahu ditinggikan dan kateter dimasukkan kedalam
kandung kemih. Perawat yang bertugas harus:
1. Mendeteksi setiap perubahan yang menandai konvulsi kedua
2. Mencegah wanita tersebut mencederai diri sendiri selama konvulsi
3. Memberikan oksigen kontinu
4. Mempertahankan mulut dan kerongkongan bersih dari saliva dengan penyedotan
(suction)
5. Memonitor tanda-tanda vital dan urin output. (Derek, 2001)
13
BAB III
STUDY KASUS
Ny. N (30 tahun) G1P0A0 datang ke klinik bidan untuk ANC. Ny. N merupakan seorang ibu
rumah tangga. Usia kehamilan Ny. N 34 minggu. Ny. N mengatakan kalau keluarganya
memiliki penyakit keturunan yaitu diabetes dan hipertensi. Selama kehamilan berat badannya
naik drastis. Saat sebelum hamil berat badannya 56 kg, namun sekarang berat badannya
menjadi 72 kg dan tinggi badan 157 cm. Dari hasil pemeriksaan terdapat TD 150/100 mmHg,
HR 82 x/i, RR 18 x/i, T 360C. Hasil Leopold; tinggi fundus uteri 30 cm, punggung kanan,
presentasi kepala dan belum masuk PAP. DJJ 136 x/i, gerak janin aktif, tafsiran berat badan
janin 2945 gram. Ny. N juga mengatakan kalau sebelum hamil tekanan darahnya sekitar
140/90 mmHg. Keluhan yang terjadi pada kehamilan ini adalah nyeri kepala, pandangan
berkunang-kunang. Ny. N melakukan pemeriksaan urin, didapat protein dalam urin 0.3 gr/l.
Ny. N menjadi merasa takut terjadi sesuatu pada kehamilannya.
Pengkajian
Nama : Ny. N
Usia : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Riwayat penyakit keluarga : Diabetes dan hipertensi
Pemeriksaan fisik
TB : 157 cm BB : 72 kg TD : 150/100 mmHg
RR : 18 x/i HR : 82 x/i T : 360C
Pemeriksaan Leopold
I : TFU 30 cm
II : Punggung Kanan
III : Presentasi kepala
14
IV : Belum Masuk PAP
DJJ : 136 x/i
Tafsiran berat janin : 2945 gram
Gerak janin : ada
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan urin 0.3 gr/l
Keluhan : - Nyeri pada kepala
- Pandangan berkunang-kunang
ANALISA DATA
NO Data O/S Etiologi Masalah
1 DS : ibu mengatakan kalau
kepalanya sering sakit dan
pandangan berkunang-
kunang.
DO : -
Peningkatan renin
Angiotensin II dan level plasma meningkat
Tekanan darah meningkat
Vasokoonstriksi pembuluh darah
Suplai darah ke organ berkurang
Nyeri kepala
Gangguan rasa nyaman
Perubahan perfusi
jaringan/ organ,
menurun, berhubungan
dengan hipertensi
2 DS : ibu mengatakan berat
badannya naik drastis
sampai 72 kg selama hamil
sedangkan sebelum hamil
berat badannya hanya 56 kg.
Proses kehamilan
Pembesaran uterus
Perkembangan janin yang
Kurang pengetahuan
tentang penatalaksanaan
diet berhubungan
dengan berat badan ibu
yang naik drastis
15
DO : berat badan 72 kg dan
tinggi badan 157 cm.
semakin besar
Nafsu makan meningkat
Kurang pengetahuan ibu dan
keluarga tentang diet
Berat badan meningkat
Resiko preeklamsi
3 DS : Ny. N mengatakan
kalu ia merasa takut terjadi
sesuatu pada kehamilannya.
DO : -
Kehamilan
Tekanan darah meningkat
Koping individu tidak baik
Kecemasan
Ansietas berhubungan
dengan preeklamsi dan
efeknya pada ibu dan
bayi
4 DS:-
DO: tekanan darah ibu
tinggi sampai 150/100
mmHg dan sebelum hamil
140 mmHg, protein dalam
urin 0,3 gr/l
Kehamilan
Diet tidak terkontrol
Peningkatan berat badan
Resiko sulit melahirkan
Resiko distress janin
Resiko tinggi cedera
pada janin berhubungan
dengan fetal distress
..DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun b/d hipertensi
2. Ansietas b/d preeklamsi dan efeknya pada ibu dan bayi
3. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet b/d berat badan ibu yang naik
drastis
16
4. Resiko tinggi cedera pada janin b/d fetal distress
INTERVENSI
Hasil yang diharapkan
1. Ibu akan mengenali dan segera melaporkan tanda dan gejala abnormal untuk
mencegah keadaan memburuk.
2. Ibu akan menjalani pengobatan medis untuk mengurangi resiko terhadap dirinya
sendiri dan janinnya.
3. Orang terdekat lain juga akan terlibat untuk memberi dukungan dalam perawatan dan
penatalaksanaan penyakit untuk mengoptimalkan prognosis emosi fisik
4. Ibu mampu mengungkapkan rasa takut dan kekhawatirannyadalam mengatasi keadaan
5. Ibu dan janin tidak akan mengalami efek samping pre-eklampsia da
penatalaksanaannya.
6. Ibu tidak akan mengalami eklampsia dan bahaya akibat komplikasi eklampsia.
7. Janin tidak menglami distress, bayi akan lahir dalam keadaan optimal tanpa akibat
yang merugikan kondisi maternal dan penatalaksanaannya.
8. Ibu melahirkan dengan keadaan optimal tanpa akibat yang merugikan kondisi dan
penatalaksanannya.
9. Keluarga mampu mengatasi secara efektif resiko tinggi ibu, penatalaksanaannya dan
hasilnya.
Diagnosa I
Memantau urin yang keluar
Memantau edema yang terlihat
Mempertahankan tirah baring total dengan posisi miring
Diagnosa II
Anjurkan klien untuk menceritakan tentang kecemasannya.
Bantu pasien untuk fokus pada sesuatu untuk mengurangi cemasnya.
Berikan dukungan positif ketika klien mampu melanjutkan aktifitas sehari-harinya
untuk mengalihkan cemasnnya.
17
Berikan hiburan seperti televisi, radio, permainan, dan terapi okupasi.
Anjurkan pada klien untuk istirahat yang cukup, lebih banya duduk atau berbaring kea
rah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami
gangguan.
Diagnosa III
Identifikasi kebutuhan informasi pasien tentang diet saat hamil.
Berikan informasi mengenai diet saat hamil.
Berikan informasi pada keluarga seputar menu yang baik saat kehamilan.
Beritahukan pada keluarga untuk bisa mengontrol nutrisi dan berat badan pasien.
Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup
vitamin dan rendah lemak dan mengurangi garam apabila berat badan bertambah.
Diagnosa IV
Monitor DJJ sesuai indikasi
Kaji tentang pertumbuhan janin
Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun )
Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
18