makalah ca rectum

44
MAKALAH KEPERAWATAN KEBUTUHAN NUTRISI ASUHAN KEPERAWATAN KANKER REKTUM DOSEN PEMBIMBING : ANGGELIN KUSUMA P.,S.Kep,Ners DISUSUN OLEH : 1. ROCHMAD SALIS (470114095) 2. SABILA ACLA FAHRODIN (470114097) 3. SYAHNAS ARDYA S (470114108) 4. SYSCA INDRIANA (470114109) 5. TRI WULAN SARI (470114113) 6. TRISNA WAHYUNING P (470114114) 7. WENY ESTIYANA (470114120) 8. YULLANDA INTAN P (470114123) PROGRAM STUDI DIPLOMA III PENDIDIKAN KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN DR. SOEDONO MADIUN 1

Upload: rochmad-salis-febri

Post on 12-Dec-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ca Rectum

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ca Rectum

MAKALAH KEPERAWATAN KEBUTUHAN

NUTRISI

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER REKTUM

DOSEN PEMBIMBING :

ANGGELIN KUSUMA P.,S.Kep,Ners

DISUSUN OLEH :

1. ROCHMAD SALIS (470114095)

2. SABILA ACLA FAHRODIN (470114097)

3. SYAHNAS ARDYA S (470114108)

4. SYSCA INDRIANA (470114109)

5. TRI WULAN SARI (470114113)

6. TRISNA WAHYUNING P (470114114)

7. WENY ESTIYANA (470114120)

8. YULLANDA INTAN P (470114123)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PENDIDIKAN KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN DR. SOEDONO MADIUN

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

1

Page 2: Makalah Ca Rectum

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang

paling sempurna. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad

SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Syukur Alhamdulillah, Penyusun panjatkan kehadirat iIlahi Rabbi atas segala Rahmat

dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan

Kebutuhan Nutrisi yang berjudul Asuhan Keperawatan Ca Rectum.

Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada Ibu Angelin

Kusuma P. S.Kep,Ners. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kebutuhan Nutrisi.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Akhirnya penyusun hanya dapat

mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak yang menggunakannya. Amin.

Madiun, Maret 2015

ii

Page 3: Makalah Ca Rectum

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 2

1.3 Tujuan.......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ................................................................................ 4

2.2 Etiologi ................................................................................ 4

2.3 Klasifikasi ................................................................................ 6

2.4 Patofisiologi ................................................................................ 7

2.5 Manifestasi Klinis........................................................................ 9

2.6 Pencegahan ................................................................................ 9

2.7 Faktor Predisposing (Faktor Pemudah)....................................... 11

2.8 Faktor Enabling (Faktor Pendukung).......................................... 14

2.9 Faktor Reinforcinf (Faktor Penguat)............................................ 14

2.10 Contoh Kasus............................................................................. 15

2.11 Asuhan Keperawatan................................................................. 15

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan.................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

iii

Page 4: Makalah Ca Rectum

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kejadian penyakit kanker usus besar ( kolon ) dan rektum cukup tinggi

di dunia termasuk di Indonesia. Sayangnya perhatian masyarakat awam terhadap

kanker ini masih minim. Karsinoma kolon merupakan kanker ketiga yang paling

umum pada laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat. Menurut World Health

Organization pada April 2003 melaporkan terdapat lebih dari 940.000 kasus baru

karsinoma kolorektal dan hampir 500.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia setiap

tahunnya.

Usus besar adalah bagian dari saluran cerna yang berfungsi untuk penyerapan

air. Usus ini berhubungan dengan rektum di bagian ujungnya yang berfungsi sebagai

tempat penyimpanan sementara dari feses ( tinja ) yang selanjutnya akan dibuang

melalui anus. Dibandingkan penyakit jantung koroner , penyakit keganasan atau

kanker usus besar ( kolon ) dan rektum kurang populer dan kurang menjadi perhatian

masyarakat awam. Padahal angka kejadiaanya cukup tinggi. Apalagi diikuti dengan

makin bertambahnya usia harapan hidup, penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker

juga akan semakin meningkat.

Penderita karsinoma kolorektal biasanya datang pada dokter sudah dalam

keadaan lanjut, oleh karena itu sudah menjadi tugas dokter untuk mendeteksi

karsinoma kolon-rektum dalam stadium dini, sehingga prognosis penyakit ini menjadi

lebih baik. Manifestasi klinis dari keganasan kolorektal sangat bervariasi tergantung

dari tempat dimana lesi berada, apakah di kanan atau kiri kolon. Namun yang paling

sering terjadi adalah perubahan kebiasaan pola buang air besar. Karena banyak kanker

adalah asimptomatik sampai mencapai stadium yang lanjut, jelas bermanfaat untuk

mendiagnosis kanker tersebut dangan menggunakan pengujian diagnostik skrining

dan spesifik untuk pasien yang dicurigai menderita kanker kolon-rektum atau mereka

yang berada dalam risiko tinggi karena kondisi predisposisi atau riwayat keluarga.

1

Page 5: Makalah Ca Rectum

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kanker rectum?

2. Apa saja etiologi dari kanker rectum?

3. Bagaimana patofisiologis dari kanker rektum?

4. Apa saja manifestasi klinik dari kanker rektum?

5. Bagaimana prosedur diagnostik kanker kolon dan rektum?

6. Bagaimana mengetahui cara penatalaksanaan medis Ca Rectum?

7. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita Ca

Rectum yang meliputi pengkajian, diagnosa dan intervensinya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari kanker rectum.

2. Mengetahui etiologi dari kanker rectum.

3. Mengetahui dan memahami patofisiologis dari kanker rectum.

4. Mengetahui manifestasi klinik dari kanker rectum

5. Mengetahui prosedur diagnostik kanker kolon dan rectum.

6. Mengetahui cara penatalaksanaan medis Ca Rectum.

7. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita Ca

Rectum yang meliputi pengkajian, diagnosa dan intervensinya.

2

Page 6: Makalah Ca Rectum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kanker Rectum adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum.

Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang

khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel

yang tidak terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering

terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar

kanker kolostomy berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma

Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke

dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular

(Price and Wilson, 1994, hal 419).

2.2 Etiologi

Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor

risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga,

riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta

rendah serat.( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123).

a.  Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam

kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.

Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma)

dapat menjadi kanker.

b. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan

peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama

bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.

c. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker  colorectal dapat

terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat

kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat

risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.

d. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker

colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih

besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.

3

Page 7: Makalah Ca Rectum

e. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi

lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih

besar terkena kanker colorectal.

f. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi  pada mereka yang berusia lebih

tua. Lebih dari 90% orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50

tahun ke atas.

g. Nutrisi: kekurangan serat dan sayur mayur hijau serta kelebihan lemak hewani

dalam diet merupakan factor resiko karsinoma kolorectal (Sjamsuhi Drajat,

2010). Selain itu, konsumsi dging merah juga meningkatkan resiko. Hal tersebut

dihubungkan dengan kandungan lemak enuh yang terkandung dalam daging

merah dan efek dari carsinogenik yang timbul saat pengolahan daging merah.

Pengolahan daging merah pada suhu tinggi hingga berwarna terlalu kecoklatan

semakin meningkatkan resiko.(Aru,dkk,2010). Diet rendah serat dan tinggi

karbohidrat murni mengakibatkan perubahan flora feses dan perubahan degradasi

garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, yang mengakibatkna

sebagian zat ini bersifat karsinogenik. Keseringan minum alkohol meningkatkan

2 sampai 3 kali lipat kejadian kanker kolon (Aru,dkk,2010). Konsumsi ikan laut

dan diet pola tinggi memiliki insiden kanker kolorektal rendah (Aru,dkk,2010).

h. Paparan Lingkungan: Paparan lingkungan yang berperan terhadap terjadinya

kanker colo rectum adalah rokok dan radiasi. Perokok mengalami peningkatan

resiko kanker colo rectum sebesar 2-3 kali lipat. Radiasi pada daerah pelvis juga

dapat meningkatkan resiko kanker colo rectum sebesar 2 hingga 3 kali lipat

namun hal itu dapat dihindari dengan teknologi radiasi yang lebih canggih.

2.3 Patofisiologi

` Tumor dapat berupa massa polipod besar, yang tumbuh ke dalam lumendan

dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering

terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datarlebih

sering terdapat pada sekum dan kolon ascendens. Secar histolgis, hampir semua

kanker usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dandapat

mensekresi mucus yang jumlahnya berbeda-beda.Tumor/  kanker dapat menyebar

4

Page 8: Makalah Ca Rectum

melalui :

1. Secara infiltrate langsung ke strukturyang berdekatan, seperti ke dalam kandung

kemih.

2. Melalui pembuluh limfe, kelenjar limfe perikolon dan mesokolon;

3. Melalui aliran darah, biasanya ke hatikarena kolon mengalirkan darah ke system

portal. Prognosis relative baik bila lesiterbatas pada mukosa dan sub mukosa

pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila telah terjadi metastasis ke

kelenjar limfe.Pada perkembangan selanjutnya kanker terbagi dalam 4 stadium

(StadiumI-IV).

• Stadium 0. Pada stadium 0 kanker ditemukan hanya pada bagian palingd alam

rektum.yaitu pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.

• Stadium I . Pada stadium I kanker telah menyebar menembus mukosa sampai

lapisanmuskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak

menyebarkebagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut

juga Dukes A rectal cancer.

• Stadium II. Pada stadium II kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan

terdekatnamun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga  Dukes B rectal

cancer

• Stadium III. Pada stadium III kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat tapi

tidak menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer

• Stadium IV. Pada stadium IV kanker telah menyebar kebagian lain tubuh

seperti hati

Paruatauovarium.Disebut juga Dukes D rectal cancer

2.4 Manifestasi Klinis

a. Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi) 

b. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya 

c. Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotoran  

d. Kotoran lebih sempit dari biasanya

e. Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyangan

f. Kehilangan berat badan tanpa alas an

g. Selalu merasa sangat letih

h. Mual atau muntah-muntah.

Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan,

obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar

5

Page 9: Makalah Ca Rectum

regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam

peritoneum. Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.

Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum

menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon

desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya

sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi

obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau

vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat

menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.

Manifestasi dari karsinoma kolon dapat dibagi menjadi (Kodner et al, 1999) :

Manifestasi Subakut

Tumor-tumor pada kolon ascendens tidak menimbulkan perubahan kebiasaan

defekasi (walaupun besar, tumor yang sekresi mukus menyebabkan diare). Pasien

mungkin mengeluh feses berwarna hitam dan seperti ter, tetapi tumor tersebut sering

mengakibatkan occult bleeding, yang sering tidak terdeteksi oleh pasien. Perdarahan

kronis dapat menyebabkan anemia defesiensi besi, yang menimbulkan gejala

fatigue, dizzines, atau palpitasi. Perdarahan kerena karsinoma colon sering

intermitten, hasil negatif occult bleeding tes pada feses tidak menyingkirkan

kecurigaan kanker pada usus besar.

Nyeri perut bagian bawah lebih sering berhubungan dengan tumor-tumor

yang terletak di colon descendens. Nyeri perut berupa kram dan mereda dengan

pergerakan usus. Karsinoma kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan

perubahan pola defekasi seperti konstipasi atau defekasi dengan tenesmi. Makin ke

distal letak tumor, feses makin menipis atau seperti kotoran kambing atau lebih cair

disertai darah atau lendir. Tenesmus merupakan gejala yang biasa didapat pada

karsinoma kolon. Perdarahan akut jarang dialami, demikian juga nyeri di daerah

panggul berupa tanda penyakit lanjut. Bila pada obstruksi penderita flatus terasa lega

di perut.

Gejala umum karsinoma kolon non akut lainnya adalah termasuk kehilangan

berat badan dan demam. pasien mengeluh penurunan berat badan, namun hal

tersebut bukan manifestasi khas pada karsinoma kolon. Demam gejala yang jarang

dikeluhkan. Septikemia jarang terjadi tetapi bisa terjadi pada setiap derajat tumor

6

Page 10: Makalah Ca Rectum

colon. Pada orang dewasa apabila ditemukan obstruksi atau obstruksi partial yang

disebabkan intusepsi, dilakukan colonoskopi atau air-kontras barium enema untuk

menyingkirkan ca colon.

Manifestasi Akut

Gejala yang signifikan pada gejala akut adalah obstruksi atau perforasi pada

usus besar. Obstruksi kolon dapat memberikan kesan kanker, terutama pada orang

tua. Pasien dengan obstruksi komplit mengeluh tidak bisa flatus dan BAB, kram dan

distensi perut. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perut distended, tympani pada

perkusi, biasanya pada tumor ditemukan masa abdominal pada palpasi.

Jika obstruksi tidak berkurang dan kolon terus distensi, tekanan pada dinding

intestinal dapat melebihi tekanan kapiler, dan darah yang membawa O2 tidak

mencapai dinding usus, yang akan mengakibatkan iskemia dan nekrosis. Pada situasi

ini pasien akan mengeluhkan nyeri perut hebat dan pada pemeriksaan fisik

ditemukan rebound tenderness dan menurunnya atau menghilangnya suara usus. Jika

tidak di terapi segera, nekrosis akan berkembang menjadi peritonitis dengan fecal

peritonitis dan sepsis.

Usus besar dapat terjadi perforasi pada sisi tumor, mungkin disebabkan

tumor transmural kehilangan suplai darah dan menjadi nekrotik. Kasus seperti ini

mudah salah pada akut divertikulitis dan proses inflamasi dapat terbatas pada sisi

yang perforasi, akan tetapi pada beberapa kasus perforasi tidak dapat diketahui, yang

mengakibatkan peritonitis generalisata.

2.5 Prosedur Diagnostik pada kolon

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta

pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis karsinoma kolon.

1. Anamnesis

Dari anamnesis kita dapat menduga seseorang menderita karsinoma

kolorektal, pada mereka yang usia lanjut yang mempunyai keluhan fungsi buang

air besar terganggu yaitu bila sulir buang air besar disertai darah lendir, atau

buang air besar disertai darah segar.

Dapat juga untuk menggali riwayat :

7

Page 11: Makalah Ca Rectum

Perubahan kebiasaan defekasi seperti diarea, konstipasi

Perdarahan rectal atau occult bleeding(meskipun demikian, feses

sering normal)

Kram atau nyeri perut

Kelelahan dan fatigue

Riwayat kanker kolorektal pada keluarga

Riwayat menderita polip kolorektal

Riwayat menderita Chronic Inflammatory Bowel Desease

Diet kurang serat

2. Pemeriksaan fisik

Karsinoma kolon disebelah kanan, kadang-kadang teraba suatu massa.

Tumor sigmoid sedikit dapat diraba diperut kiri bawah. Bila tumor sudah

metastase ke hati, akan teraba hati yang nodular dengan bagian yang keras dan

yang kenyal. Dapat ditemukan massa di abdomen, apabila ada gejala-gejala

obstruksi dari inspeksi dapat ditemukan dinding abdomen distensi, dumb

countur, dumb steifung. Dari palpasi ditemukan massa abdomen, dan

hipertympani pada perkusi abdomen, auskultasi usus bisa ditemukan

peningkatan peristaltik yang kemudian diikuti dengan burburigmi, metalik

sound dan penurunan serta menghilangnya peristaltik Bisa juga ditemukan

nyeri tekan pada seluruh dinding abdomen apabila terjadi perforasi usus.

Pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) bisa ditemukan massa

maligna (massa berbenjol-benjol dengan striktura) direktum dan rektosigmoid

teraba keras kenyal dan lendir darah pada sarung tangan.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien dengan gejala-gejala yang dicurigai karsinoma kolon,

diagnosis definitif biasanya ditegakkan dengan endoskopi (fleksibel

sigmoidoskopi dan colonoscopy) atau barium enema. Pemeriksaan lain

diperlukan untuk pemeriksaan derajat penyakit dan mencari metastase. Ada

berbagai pilihan penyaringan tersedia mencakup Fecal occult bleeding

(FOBT), fleksibel sigmoidoskopi (FS), sinar-x enema barium, dan kolonoskopi

dan fecal immunochemical test (FIT).

8

Page 12: Makalah Ca Rectum

Fecal Occult Bleeding Test

FOBT menawarkan beberapa keuntungan sebagai alat

screening yang telah terbukti efektif dalam percobaan secara random,

yang non-invasive, dan hemat biaya. Akan tetapi, penurunan angka

kematian termasuk rendah (15–33%).

Fecal Immunochemical Test (FIT)

Merupakan pemeriksaan feses-darah terbaru, dikenal sebagai

fecal immunochemical test (FIT), mendeteksi porsi spesifik dari protein

darah manusia. Test ini dilakukan sama seperti FOBT yang

konvensional, tetapi lebih spesifik dan dapat mengurangi hasil positif

palsu. Vitamin atau makanan tidak mempengaruhi fecal

immunochemical test, dan formatnya hanya memerlukan 2 spesimen

feses (FOBT konvensional membutuhkan 3), jadi lebih mudah untuk

digunakan. Fecal immunochemical test mempunyai beberapa

kelemahan sama seperti FOBT konvensional, seperti tidak bisa untuk

mendeteksi tumor yang tidak berdarah.

Flexible Sigmoidoscopy (FS)

Flexible Sigmoidoscopy (FS) dapat juga digunakan sebagai alat

penyaringan. Prosedur bisa dilakukan dalam kantor tanpa pemberian

obat penenang, hemat biaya dan murah, dapat untuk mengurangi angka

kematian kanker colon sekitar 60–70%, dan persiapan pasien lebih

mudah dibandingkan dengan kolonoskopi. Akan tetapi, FS mendeteksi

hanya separuh adenomas dan 40% kanker dari proximal sampai splenic

flexure. Dapat mengedintifikasi sampai 75% lesi proximal dan tidak

dapat mendeteksi lesi distal. Pemeriksaannya sering dibatasi oleh

ketidaknyamanan pasien dan kurang persiapan.

Dengan melakukan pemeriksaan FOBT setiap tahun dan FS

setiap lima 5 tahun. Metode ini memberikan gambaran pada kolon

descenden dan memberikan sensitifitas yang baik pada FOBT untuk

proximal kanker yang tidak bisa dicapai oleh FS. Suatu penelitian

terbaru menunjukkan bahwa penambahan sekali FOBT dengan FS

9

Page 13: Makalah Ca Rectum

meningkatkan tingkat pendeteksian neoplasia dari 70% dengan FS

sendiri, menjadi 76%.

Penyinaran Enema barium

Pemeriksaan sinar-x enema barium (BE) mempunyai manfaat

cost effective dan memeriksa keseluruhan kolon. Barium enema

sebaiknya menggunakan kontras ganda dan usahakan melakukan

pemotretan pada berbagai posisi bila ditemukan kelainan. Pada foto

kolnon dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu

striktura. Selain itu dapat ditemukan lokasi tempat kelainan tersebut.

Kolonoskopi

Kolonoskopi dapat membantu mencegah kanker colon dengan

pendeteksian polyp adenomatosa dan polypectomy. Kolonoskopi

memberikan gambaran keseluruhan colon yang dapat mengidentifikasi

dari lesi yang proximal dan lesi distal. Kolonoskopi mempunyai

sensitifitas terbaik pada metoda screening yang ada saat ini. Kerugian

kolonoskopi adalah biaya, resiko yang ditingkatkan seperti pendarahan

dan perforasi, persiapan pasien yang sulit, dan membutuhkan

pemberian obat sedasi.

Secara endoskopi umumnya bentuk kanker kolorektal ialah

polipoid yang ireguler, anular seperti bunga kool yang ulseratif,

striktura, sirkular, dan dapat menemukan letak obstruksi. Apabila

dibandingkan, kolonoskopi menjadi suatu metoda surveilen yang lebih

efektif dibanding dengan kontras barium enema ganda. Setelah

melakukan pemeriksaan kolonoskopi dengan disertai polypectomy, 580

pasien dilakukan surveilen dengan kolonoskopi dan kontrol barium

enema ganda (DCBE). Hasil kolonoskopi menemukan 392 polyp,

DCBE menemukan polyp sebanyak 139 (35%) pada kasus yang sama.

Pemeriksaan penunjang lainnya

- Radiografi thorak : digunakan untuk mendeteksi kanker yang

telah metastase ke paru-paru.

- Ultrasonografi (USG)

10

Page 14: Makalah Ca Rectum

Ultrasonografi sangat sulit untuk mendeteksi kanker

kolorektal. Alat ini baru bermanfaat untuk mendeteksi ada

tidaknya metastase kanker ke kelenjar getah bening di abdomen

dan di hati. Jika ada pembesaran kelenjar getah bening para-

aortal patut dicurigai suatu metastase dari kanker.

- CT-Scan : digunakan untuk mendeteksi metastase ke nodus

limfatikus, hati atau paru-paru.

- Laboratorium

Setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu

diperiksa Hb, biasanya terjadi penurunan Hb. Tumor marker

(petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA, kadar CEA

lebih dari ng\ml biasanya ditemukan pada karsinoma kolorektal

yang lanjut. Berdasarkan penelitian CEA tidak biasa digunakan

untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab

ditemukan kenaikan titer lebih dari 5 ng\ml pada sepertiga

kasus.

- Endoskopi

Untuk mengetahui adanya tumor tumor atau kanker di kolon

atau rektum. Untuk mengetahui letak obstruksi.

- Histopatologi

Gambaran histopatologi pada ca rektum adenokarsinoma dan

perlu ditentukan diferensiasi

2.6 Prosedur Diagnostik pada rektum

Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :

a)  Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen. kolon kiri

atau sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.

b)   Prosedur paliatif, dibuat stoma saja.

c)   Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal

sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.

11

Page 15: Makalah Ca Rectum

d)  Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat menyebabkan

komplikasi antara lain inkontinensia alvie.

e)   Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan

unresektabel.

2.7 Penatalaksanaan

1.   Pembedahan (Operasi)

Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor

yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin

semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga

menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar

kanker. Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira – kira 75 %

pasien dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau

palliative. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan

kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur

yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada

beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat

keputusan di kolon ; massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi usus

diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A dan semua Kelas B serta lesi C.

Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D. Tujuan

pembedahan dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor telah

menyebar dan mencakup struktur vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat

dilakukan.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur

pembedahan pilihan adalah sebagai berikut ( Doughty & Jackson, 1993 ) :

1. Reseksi segmental dengan anastomosis.

2. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanent.

3. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis

lanjut dari kolostomi permanen atau ileostomi.

4. Pembedahan Reseksi.

12

Page 16: Makalah Ca Rectum

Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan

biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm

di sebelah distal dan proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum

dan kolon asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat

anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di

pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis

ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan

hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk

kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan

dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah

dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.

1. Kolostomi

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma)

yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke

dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau

permanen. Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah untuk tindakan

dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus

setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor

atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan

tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus

(sebagai stoma sementara).

2.   Penyinaran (Radioterapi)

                  Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi

tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak

daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh

kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat,

antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.

Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan

kehilangan nafsu makan.

13

Page 17: Makalah Ca Rectum

3.   Kemoterapi

Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk

ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang

telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya

di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,

karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI,

2001 : 211).

4.   Diet

1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-

buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar

sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak

berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di

usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.

2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)

3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan

kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.

4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik,

karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.

5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan

6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

5.   Keperawatan

1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.

2. Meningkatkan kenyamanan.

3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.

14

Page 18: Makalah Ca Rectum

4. Mencegah komplikasi.

5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

15

Page 19: Makalah Ca Rectum

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER REKTUM

A. Pengkajian

1. Indentitas

1. Identitas pasien.

• Nama

• Umur

• Pendidikan

• Agama

• Pekerjaan

• Alamat

• Tanggal masuk

• Tanggal pengkajian

• Diagnosa medis

2. Identitas penanggung jawab.

• Nama

• Umur

• Pendidikan

• Agama

• Pekerjaan

• Alamat

• Hub dgn klien

2. Keluhan Utama

Nyeri abdomen / rektum.

Konsultasi feses terdapat darah merah segar.

Konsultasi adanya kecemasan kehilangan anggota tubuh dan

perubahan fungsi tubuh.

3. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan nyeri (skala 3, 0-10) pada daerah rectum saat BAB seperti di

tusuk jarum, disertai darah segar dan klien mengatakan ada benjolan di daerah

16

Page 20: Makalah Ca Rectum

rectum. Klien juga mengatakan cemas karena ketidaktahuan tentang

penyakitnya. Klien juga mengatakan tidak nafsu makan

4. Riwayat penyakit dahulu

Klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun

5. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa.

6. Riwayat penyakit kronik dan menular (ya/tdk), riwayat kontrol, riwayat

penggunaan obat

7. Riwayat alergi

8. Riwayat operasi

9. Pemeriksaan fisik

1. Penampilan :

Tinggi Badan :

Berat Badan :

2. Tanda-tanda Vital (TTV) :

TD :

T :

RR :

Nadi :

Breath

(B1)

Pergerakan dada Simetris

Pemakaian otot bantu napas Ada

Suara napas Normal

Batuk Tidak ada

Alat bantu napas Tidak ada

Lain-lain Irama napas kusmaull

Blood

(B2)

Suara jantung Tunggal

Irama jantung Irregular

CRT >2 detik

JVP Normal

CVP Tidak ada

17

Page 21: Makalah Ca Rectum

Edema Tidak ada

Lain-lain

Brain

(B3)

Tingkat kesadaran Composmentis / GCS : E5V5M5

Reaksi pupil

-Kanan

-Kiri

Ada

Ada

Reflek fisiologis

Reflek patologis

Meningeal sign Tidak ada

Lain-lain

Bladder

(B4)

Urin Jumlah :

Warna :

Kateter Tidak ada

Kesulitan BAK Tidak ada

Lain-lain

Bowel

(B5)

Mukosa bibir Dingin kering

Lidah Bersih

Keadaan gigi Lengkap / Gigi palsu

Nyeri telan Tidak

Abdomen Distensi

Peristaltik usus

Mual Ya

Muntah Ya

Hematemesis Tidak

Melena Ya

Terpasang NGT Tidak

18

Page 22: Makalah Ca Rectum

Diare Ya

Konstipasi Tidak

Asites Tidak

Lain-lain

Bone

(B6)

Turgor Jelek

Perdarahan kulit Tidak ada

Icterus Tidak ada

Akral Dingin

Pergerakan sendi Tidak terbatas

Fraktur Tidak ada

Luka Ada

Lain-lain

10. Pemeriksaan diagnostik

11. Analisa data

No Symptom Etiologi Problem

1 Ds : klien biasanya

mengeluh nyeri di

kuadran bawah.

Do :

P (position) Wajah

merintih dengan

tangan memegang

perut bagian

bawah.

Q (Quality) Nyeri

seperti ditusuk-

tusuk.

Makanan rendah serat

Perubahan hasil

Pemecahan lemak atau

protein

Karsinogenik

Masa feses meningkat

Obstruksi

Nyeri

19

Page 23: Makalah Ca Rectum

R (Region) Perut

bagian bawah.

S (Severity) Skala

nyeri 5.

T (Time) Nyeri

dirasakan saat

BAB.

Kompresi jaringan

2 Ds : klien biasanya

mengeluh lemah.

Do : klien tampak

pucat, berat badan

menurun, mukosa

mulut kering dan pucat,

makan hanya habis

setengah porsi.

Kanker

Rasa sakit

Nafsu makan menurun

Nutrisi berkurang

Nutrisi kurrang dari

kebuuhan tubuh.

3 Ds : mengeluh BAB 4x

sehari dengan feses

encer.

Do :

4 Ds : -

Do : Pasien tampak

gelisah, murung,

gemetar, ketakutan.

Ansietas

ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan :

1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit destruksi

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan distress emosional, kontrol

nyeri buruk

3. Diare

20

Page 24: Makalah Ca Rectum

4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker)

Intervensi

Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit destruksi

Tujuan : Nyeri hilang / terkontrol

Kriteria hasil : Pasien melaporkan penghilngan nyeri maksimal/control pengaruh minimal

Intervensi :

Mandiri

1. Tentukan riwayat nyeri, missal lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas ( skala 0-

10 ) dan tindakan penghilang nyeri yang telah dilakukan.

Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevauasi kebutuhan /

keefektifan intervensi.

2. Berikan tindakan kenyamanan dasar ( missal reposisi, gosokan punggung ) dan

aktifitas hiburan ( missal musik, televise )

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.

3. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri ( missal teknik relaksasi,

visualisasi, bimbingan imajinasi ), tertawa, musik dan sentuhan terapeutik

Rasional : Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan

rasa kontrol

4. Evaluasi penghilangan nyeri / control. Nilai aturan pengobatan bila perlu

Rasional : Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum

pada AKS

Kolaborasi

5. Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter

Rasional : Rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk control nyeri.

Terutama dengan nyeri kronis, pasien/orang terdekat harus aktif menjadi partisipan

dalam manajemen nyeri pasien.

Diagnosa 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan distress emosional,

kontrol nyeri buruk

Tujuan :

Kriteria hasil :

21

Page 25: Makalah Ca Rectum

a. Mendemonstrasikan berat badan stabil, penambahan berat badan progresif

kearah tujuan dengan nominalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda mal-

nutrisi.

b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat.

c. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang napsu

makan/peningkatan masukan diet.

Intervensi :

Mandiri

1. Pantau masukan makanan setiap hari.

Rasional : mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi

2. Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep. Pastikan jumlah penurunan

berat badan saat ini. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional : Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori, khususnya bila

berat ban dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.

3. Kontrol factor lingkunagn ( missal bau kuat / tidak sedap atau kebisingan ). Hindari

makanan yang terlalu manis, berlemak atau pedas.

Rasional : Dapat mentriger respon muntah.

4. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.

Rasional : Sering sebagai sumber distress emosi, khususnya untuk orang terdekat

yang menginginkan untuk memberi makan pasien dengan sering. Bila pasien

menolak, orang terdekat dapat merasakan ditolak/frustasi.

Kolaborasi

5. Tinjau ulang dengan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi ( misal jumlah limfosit

total, transferrin serum, dan albumin ).

Rasional : Membantu mengidentifikasi derajat ketidakseimbangan

biokimia/malnutrisi dan mempengaruhi pilihan intervensi diet.

6. Rujuk pada ahli diet/tim pendukung nutrisi.

Rasional : Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan individu dan

menurunkan masalah beekenaan dengan malnutrisi protein/kalori dan defisiensi

mikronutrien.

Diagnosa 3 : Diare

Tujuan :

22

Page 26: Makalah Ca Rectum

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan konsistensi/pola defekasi umum.

b. Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi/solusi yang tepat

yang berkenaan dengan situasi individu.

Intervensi :

Mandiri

1. Pastikan kebiasaan eliminasi umum.

Rasional : Dapat diperlukan sebagai dasar untuk evaluasi masa datang.

2. Kaji bising usus dan pantau/catat gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi.

Rasional : Mendifinisikan masalah.

3. Pantau masukan, keluaran serta berat badan.

Rasional : Dehidrasi, penurunan berat badan dan ketidakseimbangan elektrolit adalah

komplikasi dari diare.

4. Dorong masukan cairan adekuat.

Rasional : Mencegah dehidrasi.

5. Berikan makan sedikit dan sering dengan makanan rendah sisa ( bila tidak

dikontraindikasikan ), mempertahankan kebutuhan protein dan karbohidrat.

Rasional : Menurunkan iritasi gaster. Penggunaan makanan rendah sisa dapat

menurunkan iritabilitas dan memberikan istirahat pada usus.

Kolaborasi

6. Berikan cairan IV

Rasional : Mencegah dehidrasi.

Diagnosa 4 : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker)

Tujuan : Pasien menerima situasi dengan realistis

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa

takut.

b. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat

diatasi.

c. Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan

partisipasi, aktif dalam aturan pengobatan.

Intervensi :

23

Page 27: Makalah Ca Rectum

Mandiri

1. Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan

apakah dokter telah mengetakan pada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah

dicapai.

Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan

pada pengalaman dengan kanker.

2. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta

kesalahan konsep tentang diagnosis.

3. Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.

Rasional : Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, berikan

respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan.

4. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari memperdebatkan

tentang persepsi pasien terhadap situasi.

Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat

keputusan/pilihan berdasarkan realita.

5. Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat.

Rasional : Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang

terdekat terlibat dengan tepat.

24

Page 28: Makalah Ca Rectum

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker rektum adalah salah satu dari keganasan rektum yang khusus menyerang

bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.

Salah satu penyebab kanker rectum adalah pola makan yang rendah serat. Karena makanan yang rendah serat

tidak melancarkan BAB,sehingga klien dengan kanker rectum bisa obstipasi Adapun tanda dan

gejala klien dengan kanker rectum,diantaranya :

adanya darah pada feses, konstipasi , perubahan dalampenampilan feses, anemia, perdarahan

rectal, diare, nyeri kejang, dan kembung.

Pada pemeriksaan abdomen biasanya nyeri tekan, distensi, dan ada massa padat apabila di

palpasi , terdengar bising usus bila di auskultasi dan adanya darah pada feses bila di inspeksi.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien denganCa Rektum, diantaranya:

1. Nyeri berhubungan dengan penyakit destruksi.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan distress emosional, kontrol

nyeri buruk.

3. Diare

4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker)

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat

menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah penulis susun untuk kemajuan

penulisan makalah selanjutnya.

25

Page 29: Makalah Ca Rectum

DAFTAR PUSTAKA

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-

karsinoma.html

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,

Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

26