makalah ca colon.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang terdiri atas sejumlah system yang bekerja dan saling bergantung, setiap system saling berhubungan, jika salah satu system terganggu maka system yang lain juga akan terganggu. System tubuh bekerja secara terintegrasi, oleh karena itu struktur dan fungsi tubuh manusia sangat kompleks. Organ tersusun dari sejumlah jaringan yang berbeda dan menjalankan fungsi yang spesifik, system terdiri atas organ dan jaringan yang bersama-sama berperan mempertahankan kelangsungan hidup tubuh, dimana tubuh manusia yang terdiri atas beberapa system bekerja saling bergantung dan menjalankan fungsi yang spesifik.System-sistem yang terdapat dalam tubuh manusia salah satunya adalah sistem pencernaan, yang dimulai dari mulut, pharing,esophagus, lambung usus halus, dan usus besar (kolon), serta organ lainyya yang menjadi organ pendukung dalam system pencernaan. Berkaitan dengan system pencernaan usus besar (kolon),rectum dan saluran anus mempunyai peranan yang terpenting dalam kelangsungan kehidupan. (Nurachmah.E,Angriani.R,2011).
Organ-organ dalam tubuh manusia dalam menjalankan peranannya dapat bersifat fisiologis dan pathologis, dan banyak factor yang dapat mempengaruhi suatu organ dalam menjalankan fungsinya diantaranya karena suatu penyakit (infeksi atau kelainan yang bersifat genetic). Misalnya kelainan fungsi yang disebabkan oleh kelainan genetic pada fase pertumbuhan sel yang tidak terkendali atau disebut juga sebagai kanker.
Kanker adalah sekelompok penyakit yang terjadi ketika sel-sel tubuh yang tidak normal tumbuh dan menyebar dengan cepat. Sel-sel tubuh normal membelah diri dan berhenti tumbuh sesuai program, seiring waktu mereka juga mati, tidak seperti sel-sel normal sel kanker terus tumbuh dan membelah diluar kendali dan tidak mati ketika seharusnya mati. Sel-sel kanker biasanya berkelompok atau mengumpul untuk membentuk tumor, sebuah tumor tumbuh menjadi gumpalan sel-sel kanker yang dapat menghancurkan sel-sel normal disekitarnya dan merusak jaringan tubuh yang sehat, hal inilah yang membuat seseorang sakit. Kadang-kadang sel kanker melepaskan diri dari tumor asalnya dan berjalan kearea lain dari tubuh, dimana mereka terus tumbuh dan dapat membentuk tumor baru. Penyebaran tumor ketempat baru dalam tubuuh disebut metastasis, jenis kanker termasuk karsinoma (yang mempengaruhi sel-sel epitel), Sarcoma (yang mempengaruhi jaringan lunak), limpoma dan leukemia (yang mempengaruhi jaringan limpoid), dan glioma ( yang mempengaruhi jaringan otak). (http://kamus kesehatan.com/arti/kanker).
Penyakit kanker merupakan merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker (kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara). Kankeer yang menyebabkan infeksi virus seperti virus hepatitis B/hepatitis C, dan virus human papilloma berkontribusi terhadap 20% kematian akibat kanker di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lebih dari 60% kasus baru dan sekitar 70% kematian akibat kanker didunia setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia, dan Amerika tengah dan Selatan. Diperkirakan kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada 2012 menjadi 22 juta dalam dua decade berikutnya. Penyakit kanker lebih dari 30% dapat dicegah dengan cara mengubah factor resiko prilaku dan pola makan peyebab penyakit kanker. Kanker yang diketahui sejak dini memiliki kemungkinan untuk mendapatkan penanganan lebih baik. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala dan resiko penyakit kanker dehingga dapat menentukan langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini yang cepat. ( InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2015)
Kanker kolonrektal adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal atau tumbuh di dalam saluran usus besar (kolon) dan atau rectum. Umumnya karsinoma kolon jarang ditemukan sebelum umur 40 tahun kecuali bila merupakan komplikasi dari penyakit colitis granulomatosa, polyposis multiple familial, sindrom gardner, dan sintrom turcot. Pada populasi umum resiko terjadinya kanker kolonrektal secara nyata akan meningkat pada umur 50 tahun dan menjadi dua kali lipat lebih besar setiap decade berikunya. Karsinoma rectum lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada wanita, tetapi tidak ada perbedaan jenis kelamin yang mencolok pada karsinoma kolon didaerah yang lain.(Aleq.S.M, 2012 ).
Di Indonesia berdasar data dari studi Globogan tahun 2012 diperkirakan menempati urutan ke dua setelah kanker paru pada laki laki dan ketiga setelah kanker payudara dan mulut Rahim pada wanita. Diperkirakan insidense diantara 10.000 penduduk sebesar 12% utuk laki laki dan 7.3% pada wanita. Dengan perkataan lain diperkirakan terdapat 52.000 kasus baru pertahun.
Data di RS kanker Dharmais menunjukkan bahwa kanker colorectal pada laki laki menempati urutan ke 6 sedang pada wanita menempati urutan ke 10 diantara 10 kanker tersering dijumpai.
Kanker colorectal masih merupakan penyebab kematian tersering setelah kanker paru.
Angka harapan hidup 5 tahun kanker colorectal bergantung pada stadium saat ditemukan.Pada stadium dini diperkirakan angka harapan hidup 5 tahun berksar dari 50 sampai >90%.Angka harapan hidup makin menurun seiring dengan beratnya stadium kanker.Pada kanker colorectal yang telah bermetastase jauh angka harapan
hidup 5 tahun kurangdari 5%.Sedang apabila metastase terbatas di daerah locoregional angka harapan hidup 5 tahun berkisar antara 30-40%.
Meskipun saat ini pengobatan kanker colorectal telah berkembang namun upaya untuk menemukan kanker dalam stadium dini dan upaya-upaya pencegahan masih merupakan upaya yang sangat relevan didalam mendapatkan hasil pengobatan yang optimal.( www.rspelni.co.id/?page.id=216)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan penyakit kanker sangat pesat peningktannya jika pola prilaku dan pola makan tidak berubah seiring dengan perubahan tingkat kesadaran masyarakat untuk mengenali dan mencegah timbulnya penyakit kanker. Maka dari itu perlu kiranya mengetahui tentang penyakit kanker khususnya penyakit kanker system pencernaan termasuk kanker kolorektal serta patofisiologi dan proses keperawatan yang diperlukan untuk penanganannya.
I.2 Tujuan penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai asuhan keperawatan pada kanker kolon, dan memberikan penjelasan mengenai :
1. Apa definisi kanker kolorektal2. Apa etiologi dari kanker kolorektal3. Bagaimana klasifikasi kanker kolorektal4. Bagaimana patofisiologi dari kanker kolorektal 5. Apa manifestasi yang ada pada pasien kanker kolorektal6. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis kanker
kolorektal Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan kanker kolorektal7. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada kanker kolorektal
I.3 Metoda PenulisanMetoda penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
dengan menggunakan studi literatur dari buku-buku yang ada di perpustakaan maupun ebook, ditambah dengan literatur di website serta analisis jurnal yang diakses melalui internet.
I.4 Sistematika PenulisanSistematika penulisan makalah adalah :KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang1.2. Tujuan1.3. Metoda Penulisan1.4. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN2.1. konsep kanker kolon
2.1.1 Anatomi Fisiologi system pencernaan (kolonrektal)
2.1.2. Definisi kanker kolorektal2.1.3. Etiologi2.1.4. Klasifikasi2.1.5. Patofisiologi2.1.6. Manifestasi Klinik2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik2.1.8. Penatalaksanaan 2.1.9. Komplikasi2.2 konsep asuhan keperawatan2.2.1 pengkajian 2.2.2 riwayat penyakit2.2.3 pemeriksaan fisik2.2.4 pemeriksaan penunjang2.2.5 analisa data2.2.6 asuhan keperawatan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA KOLOn3.1 pengkajian 3.2 riwayat penyakit3.3 pemeriksaan fisik3.4 pemeriksaan penunjang3.5 analisa data3.5 asuhan keperawatan
BAB IV PENUTUP3.1. Simpulan3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB IITINJAUAN TE0RI
2.1 Konsep CA Colon
A. Definisi Neoplasma /kanker adalah pertumbuhan baru (tumor) massa yang tidak normalakibat proliferasi sel-ssel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan, neoplasma terbagi atas jinak dan ganas (kanker).(Sylvia.A.Price,2005)Kanker kolonrektal adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal atau tumbuh di dalam struktur saluran usus besar (kolon) dan atau rectum.Kanker kolorektal adalah tumor ganas yang menyerang ususbesar, yaitu bagian dari sistem saluran cerna yang berawal dari caecum dan berakhir di rectum. Usus besar terbagi atas cecum, colon asendens, colon transversum, colon desendens, sigmoid dan rectum yang akan bermuara di anus .Bila menyerang kolon disebut sebagai kanker kolon dan bila menyerang rectum disebut kanker rectum (www.rspelni.co.id/?page.id=216).Tumor usus besar atau rectum adalah pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam dan usus besar. ( http://www.dharmais.co.id/index.php/operation.html pasien dan informasi kanker).Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ca colon adalah pertumbuhan baru massa yang tidak normal yang menyerang usus besar.
B. Klasifikasi dan StadiumPada tahun 1987 american joint committee on cancer dan international union against cancer memperkenalkan system klasifikasi TNM yaitu :
1) Eksistensi tumor (T) dibagi atas T1 s/d T42) Adanya keterlibatan kelenjar (N) di bagi atas N1 bila < 4 kelenjar,
N2 bila >4kelenjar, N3 bila terdapat kelenjar sepanjang pembuluh darah
3) Adanya metastasis jauh (M1) Adapun system TNM dapat dijabarkan sebagai berikut :Tumor primer (T)Tx : tumor primer tidak dapat ditentukanTo : tidak ditemukan tumor primerTis : carcinoma ina situ : invasi intraephitelial ke lamina proriaT1 : tumor menginvasi submucosaT2 : tumor menginvasi propia muskularis
T3 : tumor menembus propia muskularis sampai ke subserosa/ jaringan perirectal
jauh T4 : perforasi tumor ke peritoneum viseralis
Kelenjar limfe regional (N)
Nx : KGB regional tidak dapat ditentukan
No : tidak ada penjalaran pada limfe regional
N1 : metastasis ke 1-3 KGB regional
N2 : metastasis ke 4 atau lebih KGB regional
Metastasis jauh (M)
Mx : tidak dapat ditentukan adanya metastasis jauh
M1 : ditemukan metastasis
Definisi stadium
Stadium 0 : Tis,No, Mo
Stadium 1 : To,No,Mo,. T2,No,Mo
Stadium II : T3, No,Mo,. T4, No,Mo
Stadium III : semua T, N1,Mo,. Semua T N2,Mo
Stadium IV : semua T, semua N, M1
( Schawartz, 1995)
C. Etiologi Menurut J , Gracia , W . ( 2011 ) penyebab pasti ca colorektal belum diketahui secara pasti , namun di duga ada dua faktor yang menjadi penyebab timbulnya kanker ini yaitu :1. Genetik
Ada peningkatan resiki terjadinya kanker pada orang yang mempunyai hubungan derajat 1 dengan pasen kanker kolorektal sebanyak 4 – 5 kali, dan terjadi pada usia muda. Sekitar 10 % memiliki paktor predisposisi herediter.
2. Lingkungan yang terdiri dari Diet
Diet merupakan faktor penyebab yang paling tinggi terjadinya ca colon , ini terbukti dari beberapa penelitian epidemiologi
menunjukan angka insidensi di negara maju lebih tinggi daripada negara kurang berkembangMakanan –makanan yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya kanker yaitu : makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah yang menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob.
Keterpajanan terhadap karsinogenAgen potensial yang telah diketahui sampai saat ini adalah garam empedu , food addittives , alkohol , dan radiasi yang dapat menyebabkan perubahan mutasi pada mukosa kolon . Penelitian
.D. Manifestasi klinis
Menurut penelitian yang dilakukan oled dr Mochamad Aleq Sander pada tahun 2005 - 2008 terhadap penderita kanker kolon dan rektum di poliklinik Bedah Digestif RSUP Hasan Sadikin Bandung menunjukan bahwa gejala klinis berupa BAB darah dan berlendir merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada kanker kolorektal.
Gambaran Klinis Karsinoma colon dan rectum dapat menyebabkan ulserasi, atau perdarahan, menimbulkan obstruksi bila membesar, atau menembus (invasi) keseluruh dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses di peritonium. Keluhan dan gejala tergantung juga dari lokasi dan besarnya tumor.
Karsinoma Colon Sebelah Kanan Penting untuk diketahui bahwa umumnya pasien dengan karsinoma pada caecum atau pada ascending colon biasanya memperlihatkan gejala nonspesifik seperti kekurangan zat besi (anemia). Kejadian anemia ini biasanya meningkatkan kemungkinan terjadinya karsinoma colon yang belum terdeteksi, yang lebih cenderung berada di proksimal daripada di colon distal. Beberapa tanda gejala yang terlihat yaitu berat badan yang menurun dan sakit perut pada bagian bawah yang
relatif sering, tetapi jarang terjadi pendarahan di anus. Pada 50-60% pasien terdapat massa yang teraba di sisi kanan perut.
Karsinoma colon sebelah kiri Jika karsinoma terletak pada bagian distal, maka kemungkinan besar akan ada gangguan pada kebiasaan buang air besar, serta adanya darah di feses. Beberapa karsinoma pada transversa colon dan colon sigmoid dapat teraba melalui dinding perut.Karsinoma sebelah kiri lebih cepat menimbulkan obstruksi, sehingga terjadi obstipasi. Tidak jarang timbul diare paradoksikal, karena tinja yang masih encer dipaksa melewati daerah obstruksi partial.
Karsinoma Rectum Sering terjadi gangguan defekasi, misalnya konstipasi atau diare. Sering terjadi perdarahan yang segar dan sering bercampur lendir, berat badan menurun. Perlu diketahui bahwa rasa nyeri tidak biasa timbul pada kanker rectum. Kadangkadang menimbulkan tenesmus dan sering merupakan gejala utama.
Secara umum manifestasi klinis kanker kolon , adalah sebagai berikut :
Lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening. Pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau
kram lambung serta adanya tekanan pada rektum. Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan
lambung, polip usus, atau wasir. Pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan
di dalam rongga perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa.
E. Factor resiko dan pencegahan1. Faktor resikoAda beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kanker colorectal yaitu: a. Umur Kanker colorectal sering terjadi pada usia tua. Lebih dari 90% penyakit ini menimpa penderita di atas usia 40 tahun, dengan insidensi puncak pada usia 60-70 tahun (lansia). Kanker colorectal ditemukan di bawah usia 40 tahun yaitu pada orang yang memiliki riwayat colitis ulseratif atau polyposis familial.b. Faktor Genetik Meskipun sebagian besar kanker colorectal kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan, namun faktor genetik juga berperan penting. Ada beberapa indikasi bahwa ada kecenderungan faktor keluarga pada terjadinya kanker colorectal. Risiko terjadinya kanker colorectal pada keluarga pasien kanker colorectal adalah sekitar 3 kali dibandingkan pada populasi umum. kelainan genetik yang dikaitkan dengan keganasan kanker colorectal diantaranya sindrom poliposis. Namun demikian sindrom poliposis hanya terhitung 1% dari semua kanker colorectal. Selain itu terdapat Hereditary Non Poliposis Colorectal Cancer (HNPCC) atau Syndroma Lynch terhitung 2-3% dari kanker colorectal.c. Faktor Lingkungan Kanker colorectal timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting pada kejadian kanker colorectal. Risiko mendapat kanker colorectal meningkat pada masyarakat yang bermigrasi dari wilayah dengan insiden kanker colorectal yang rendah ke wilayah dengan risiko kanker colorectal yang tinggi. Hal ini menambah bukti bahwa lingkungan sentrum perbedaan pola makanan berpengaruh pada karsinogenesis.d. Faktor Makanan Makanan mempunyai peranan penting pada kejadian kanker colorectal. Mengkonsumsi serat sebanyak 30 gr/hari terbukti dapat menurunkan risiko timbulnya kanker colorectal sebesar 40% dibandingkan orang yang hanya mengkonsumsi serat 12 gr/hari. Orang yang banyak mengkonsumsi daging merah (misal daging sapi, kambing) atau daging olahan lebih dari 160 gr/hari (2 porsi atau lebih) akan mengalami peningkatan risiko kanker colorectal sebesar 35% dibandingkan orang yang mengkonsumsi kurang dari 1 porsi per minggu.e. Polyposis Familial
Polyposis Familial diwariskan sebagai sifat dominan autosom. Insiden pada populasi umum adalah satu per 10.000. Jumlah total polip bervariasi 100-10.000 dalam setiap usus yang terserang. Bentuk polip ini biasanya mirip dengan polip adenomatosun bertangkai atau berupa polip sesil, akan tetapi multipel tersebar pada mukosa colon. Sebagian dari poliposis ini asimtomatik dan sebagian disertai keluhan sakit di abdomen, diare, sekresi lendir yang meningkat dan perdarahan kecil yang mengganggu penderita. Polip cenderung muncul pada masa remaja dan awal dewasa dan risiko karsinoma berkembang di pasien yang tidak diobati adalah sekitar 90% pada usia 40 tahun f. Polip Adenoma Polip Adenoma sering dijumpai pada usus besar. Insiden terbanyak pada umur sesudah dekade ketiga, namun dapat juga dijumpai pada semua umur dan laki laki lebih banyak dibanding dengan perempuan. Polip adenomatosum lebih banyak pada colon sigmoid (60%), ukuran bervariasi antara 1-3 cm, namun terbanyak berukuran 1 cm. Polip terdiri dari 3 bagian yaitu puncak, badan dan tangkai. Polip dengan ukuran 1,2 cm atau lebih dapat dicurigai adanya adenokarsinoma. Semakin besar diameter polip semakin besar kecurigaan keganasan. Perubahan dimulai dibagian puncak polip, baik pada epitel pelapis mukosa maupun pada epitel kelenjar, meluas ke bagian badan dan tangkai serta basis polip. Risiko terjadinya kanker meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan jumlah polip.g. Adenoma Vilosa Adenoma vilosa jarang terjadi, berjumlah kurang dari 10% adenoma colon. Terbanyak dijumpai di daerah rectosigmoid dan biasanya berupa massa papiler, soliter, tidak bertangkai dan diameter puncak tidak jauh berbeda dengan ukuran basis polip. Adenoma vilosa mempunyai insiden kanker sebesar 30-70% Adenoma dengan diameter lebih dari 2 cm, risiko menjadi kanker adalah 45%. Semakin besar diameter semakin tinggi pula insiden kanker. h. Colitis Ulserosa Perkiraan kejadian kumulatif dari kanker colorectal yang berhubungan dengan colitis ulserosa adalah 2,5% pada 10 tahun, 7,6% pada 30 tahun, dan 10,8% pada 50 tahun.Colitis ulserosa dimulai dengan mikroabses pada kripta mukosa colon dan beberapa abses bersatu membentuk ulkus. Pada stadium lanjut timbul pseudopolip yaitu penonjolan mukosa colon yang ada diantara ulkus. Perjalanan penyakit yang sudah lama, berulang-ulang, dan lesi luas disertai adanya pseudopolip merupakan resiko tinggi terhadap karsinoma. Pada kasus demikian harus dipertimbangkan tindakan kolektomi. Tujuannya adalah mencegah terjadinya karsinoma (preventif) dan menghindari penyakit yang sering berulang-ulang.
Karsinoma yang timbul sebagai komplikasi colitis ulserosa sifatnya lebih ganas, cepat tumbuh dan metastasi.
Menurut pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI tahun 2015 faktor resiko terjadinya kanker kolon adalah :
1) Indek massa tubuh tinggi2) Kurang konsumsi buah dan sayur 3) Kurang aktivitas fisik4) Penggunaan rokok5) Konsumsi alcohol berlebih
2. Pencegahan Pencegahan Primordial
Dilakukan dengan peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dalam bentuk kampanye cara makan sehat yaitu makan seimbang baik dalam menu maupun jumlah makanan yang dikonsumsi setiap hari sehingga mengurangi/mencegah keterpaparan terhadap bahan makanan yang bersifat karsinogenik dan kokarsinogenik
Pencegahan Primer Pencegahan primer ialah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan a. menghilangkan dan/atau melindungi tubuh dari kontak dengan
karsinogen dan factor faktor lain yang dapat menimbulkan kanker. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pencegahan primer kanker colorectal yaitu atau mengubah kebiasaan hidup yang memperbesar risiko terjadinya kanker colorectal seperti menghindari makan makanan yang tinggi lemak (khususnya lemak hewan) dan rendah kalsium, folat, mengkonsumsi makanan berserat dengan jumlah cukup dan mengurangi konsumsi daging merah. Kebalikan dengan daging merah/daging olahan, konsumsi ikan dapat menurunkan risiko. Untuk mengurangi konsumsi daging merah, para ahli menganjurkan mengkonsumsi daging unggas (ayam, bebek, dsb) dan ikan.
b. Mengubah kebiasaan mengkonsumsi alkohol karena selain merusak hepar, minuman beralkohol juga berhubungan dengan peningkatan risiko kanker colorectal.
Pencegahan Sekunder dilakukan dengan skrining
. Orang yang beresiko tinggi karena memiliki riwayat keluarga terkena kanker colorectal harus dipantau ketat dengan melakukan skrining teratur.
F. Komplikasi Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relative baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila telah terjadi metastase ke kelenjar limfe.Komplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah :
1) Distensi abdomen dan obstruksi usus seiring pertumbuhan tumor yang mengganggu organ abdomen
2) Anemia 3) Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap4) Metastase keorgan sekitar melalui hematogen, limfogen, dan penyebaran
langsung5) Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekiatar
kolon yang menyebabkan hemoragi6) Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkanPencegahan sekunder dapat
7) syok8) Pembentukan abses
G. Patofisiologi
Konsep pertumbuhan kanker kolorektal.
Saat ini telah diterima konsep bahwasanya kanker kolorektal berasal dari polip adenoma, yang merupakan suatu proses perubahan berkelanjutan dari sel mukosa normal menjadi polip adenoma jinak menjadi suatu karsinoma
Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan epitel usus ). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati ).
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).
Kanker usus besar awalnya berasal dari polip jinak. Polip dapat berupa massa polipoid, besar, tumbuh dengan cepat, ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon ascenden. Secara histologist 95% kanker kolon dan rektum adalah adenokarsinoma(tumor ganas yang tumbuh di jaringan epitel usus) yang dapat menyekresi mucus yang jumlah yang berbeda-beda. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).
Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.4. Penyebaran secara transperitoneal5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).
Gambar di bawah ini memperlihatkan proses tahapan pertumbuhan kanker kolorektal.
.
H. Penatalaksanaan
Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker. Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira – kira 75 % pasien dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau palliative. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon ; massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A
dan semua Kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut ( Doughty & Jackson, 1993 ) :
1) Reseksi segmental dengan anastomosis.2) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanent.3) Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis
lanjut dari kolostomi permanen atau ileostomi.4) Pembedahan Reseksi
Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.
1. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi
tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. Kemoterapi
Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211). Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi. Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan secara berkesinambunagn dengan memperhatikan derajat kanker. Deteksi kanker yang dapat dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi disesuaikan dengan klasifikasi dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese) yaitu :
M0 = Tidak ada metastasis jauh, sebagai pencegahan perluasan metastase.MI = Ada metastasis jauh, karena tidak mungkin dilakukan operasi sehingga hanya bisa
dihambat dengan kemoterapi
N1 = Metastasis ke kelenjar regional unilateralN2 = Metastasis ke kelenjar regional bilateralN3 = Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
TI = Invasi hingga mukosapat atau sub mukosa, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapiT2 = Invasi ke dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapiT3 = Tumor menembus dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapi
4. Diet
1) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2) Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)3) Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.4) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.5) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan
I. Pemeriksaan diagnostik1. LaboratoriumUji darah samar pada feses dapat menunjukan darah difeses, suatu tanda peringatan kanker rectum, antigen karsinoembrionik memungkinkan pemantauan pasien sebelum dan setelah terapi untuk mendeteksi metastasis atau kambuh, jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit : dapat menunjukan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah puth, trombosit meningkat atau berkurang, CBC,SGPT,LDH ( Carcinoembrionic Antigen/CEA), fosfat alkalin2. Pencitraan
1) Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoideskopi maupun kolonoskopi.
2) Radiologi. Pemeriksaan radiologi ( foto dada dan foto kolon dengan barium enema ) untuk menyelidiki penyakit paru metastatic primer.
3) Ultrasonografi (USG) pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening diabdomen dan hati
4) Histopatologi, selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsy di beberapa tempat utntuk pemeriksaan histopatologis guna menegakan diagnosis. Gambaran histopatologis karsinoma kolorktal adalah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel
5) Scan, misalnya MRI dan ultrasound dilakukan untuk tujuan diagnostic, identifikasi metastatic, dan evaluasi respon pada pengobatan
6) Biopsy (aspirasi,eksisi, jarum), dilakukan untuk diagnostic banding dan menggambarkan pengobatan yang dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ sebagainya.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien ca colo
A. Pengkajian Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:Gejala:- Kelemahan,kelelahan/keletihan- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari. - Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat
stres tinggi.2. Sirkulasi:Gejala:- Palpitasi- nyeri dada pada aktivitasTanda :- Dapat terjadi perubahan denyut nadi- Dapat terjadi perubahan tekanan darah.3. Integritas ego:Gejala:- Faktor stres(keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stres (merokok, … minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.Tanda:
- Menyangkal- menarik diri- marah.
4. Eliminasi:Gejala:- Perubahan pola defekasi- Darah pada feses- Nyeri pada defekasiTanda:- Perubahan bising usus, distensi abdomen- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah 5. Makanan/cairan:
Gejala:- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif
dan bahan pengawet)- Anoreksia, mual, muntah- Intoleransi makananTanda: - Penurunan berat badan- Berkurangnya massa otot6. Nyeri/ketidaknyamanan:Gejala:- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses
penyakit7. Keamanan:Gejala: - Komplikasi pembedahan atau efek sitostika.Tanda:- Demam- Lekopenia- Trombositopenia- Anemia
8. Interaksi socialGejala:- Lemahnya system pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:- Riwayat kanker dalam keluarga- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik. Pada survei umum terlihat lemah. TTV biasanya normal, tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen dan rektum akan didapatkan:Inspeksi :
Tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal. Pemeriksaan rektum dan feses akan didapatkan adanya perubahan bentuk dan warna feses. Sering didapatkan bentuk feses dengan kaliber kecil seperti pita. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan
melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi, dan distensi), serta adanya darah merah segar dalam feses.
Auskultasi : biasanya normal.Perkusi : timpani akibat abdominal mengalami kembung.Palpasi : nyeri tekan abdomen pada area lesi.danya distensi abdomen atau massa yang dapat terlihat, pembesaran vena abdomen, pembesaran nodus inguinalis dan supraklapikula, bising usus abnormal, massa abdomen ( tumor sisi kanan yang biasanya teraba besar), tumor bagian transversum lebih mudah dideteksi, nyeri tekan abdomen yang menyeluruh.
C. Pemeriksaan diagnostik
1 Laboratorium
2 Endoskopi
3 Radiologi4 Ultrasonografi5 Hispatologi6 Scan7 Biopsi
D. Terapi
Bila sudah pasti karsinima kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan (Operasi)2. Penyinaran (Radioterapi)3. Kemotherapy
E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul menurut NANDA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan da mengabsorpsi zat – zat gizi3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh4. Anxietas berhubungan dengan hospitalisasi dan kurang pengetahuan5. Gangguan citratubuh berhubungan adanya kerontokan rambut , adanya stomat
F. Tujuan dan Rencana K eperawatan
N Diagnosa Tujuan Dan Criteria Intervensi
oKeperawatan
Hasil
3 Intoleransi aktivitas b/d
kelemahan menyeluruh
Batasan karakteristik :a. melaporkan secara
verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
b. Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
c. Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
d. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
NOC : Energy
conservation Self Care : ADLs
Kriteria Hasil : Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC :Energy Management
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
\\\\
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Batasan karakteristik : Laporan secara
verbal atau non verbal Fakta dari observasi Posisi antalgic untuk
menghindari nyeri Gerakan melindungi Tingkah laku berhati-
hati Muka topeng Gangguan tidur
(mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku
NOC : Pain Level, Pain control, Comfort level
Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Analgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorpsi zat – zat gizi
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa
NOC : Nutritional Status : food
and Fluid IntakeKriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan substansi gula Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
dan konjungtiva pucat - Mudah merasa
kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen - Tonus otot jelek - Nyeri abdominal
dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif- Kurangnya informasi,
misinformasi
kandungan kalori Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring BB pasien dalam batas normal Monitor adanya penurunan berat
badan Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan Monitor lingkungan selama
makan Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht Monitor makanan kesukaan Monitor pertumbuhan dan
perkembangan Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva Monitor kalori dan intake nuntrisi Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
4 Anxietas berhubungan
dengan kurang
pengetahuan dan
hospitalisasi
Ditandai dengan Gelisah Insomnia
NOC : Anxiety control Coping
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pelaku pasien Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur Temani pasien untuk memberikan keamanan
dan mengurangi takut
Resah Ketakutan Sedih Fokus pada diri Kekhawatiran Cemas
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kerontokan pada rambut , adanya stomatBatasan karakteristik :Respon verbal dan non verbal perasaan atau persepsi yang mencerminkan peubahan aktual atau persepsi perubahan struktur , penampilan , atau fungsi tubuh tubuh
gejala cemas Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
NOC :Adaptasi dengan ketunadayaan fisikKriteria Hasil :Gangguan citra tubuh berkurang dengan menunjukan adaptasi dengan ketunadayaan fisikMenunjukan citra tubuh yang positif
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak Lakukan back / neck rub Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
Mempersiapkan pasen terhadap krisis perkembangan atau krisis situasionalMembantu pasen untuk beradaptasi dengan persepsi stressorMemfasilitasi pertumbuhan fisik , kognitif , sosial dan emosionalMemfasilitasi dan memberi penyuluhan orang tua Menganalisa faktor resiko potensial , menetapkan risiko kesehatan dan memprioritaskan strategi menurunkan resiko untuk individu atau kelompokMembantu pasen untuk peningkatan penilaian personal terhadapharga diri
BAB IIISTUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA COLON
BAB IVKESIMPULAN
A. SIMPULANB. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Otto,Shirley E,(2005), buku saku keperawatan onkologi/Shirley E.Otto; alih Bahasa, jane freyana budi, Jakarta, EGC
Kimberly A.J.Bilotta,(2012) kapita selekta penyakit; alih Bahasa Dwi Widiarti (et al),Jakarta, EGC