makalah all hom kelompok 7
DESCRIPTION
Makalah HOMTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Diskusi kami berlangsung selama 4 jam dibagi dalam 2 sesi pertemuan
yang bertempat diruangan 205 lantai 2 FK Trisakti. Setiap sesi berlangsung dalam
waktu 2 jam. Diskusi sesi pertama diikuti oleh duabelas orang peserta dan sesi
kedua diikuti oleh duabelas orang peserta. Diskusi pertama dibimbing oleh dr.
Kartika dan diskusi kedua dibimbing oleh dr. David dengan topik yang dibahas
adalah “anak laki-laki yang dirawat dengan keterangan anemia gravis” dan beliau
memberi pengarahan yang baik selama diskusi berlangsung.
Pada sesi pertama, diskusi dilaksanakan pada hari Rabu, 11 April 2012
dari pukul 08.00 sampai 09.50 WIB. Diskusi kelompok ini dipimpin oleh
Wicaksoso Harry, dengan sekretaris Yusrina Affiatika U. Sedangkan sesi dua
dilaksanakan pada hari Selasa, 17 April 2012 dari pukul 08.00 sampai 09.50 WIB.
Diskusi kelompok ini dipimpin oleh Sara Vigorousty L, dengan sekretaris Sitti
Monica A. A. Sepanjang diskusi berlangsung, semua mahasiswa mengikuti
jalanya diskusi dengan baik. Topik diskusi yang diberikan adalah seorang “anak
laki-laki yang dirawat dengan keterangan anemia gravis”. Hal-hal yang terjadi
selama diskusi berlangsung adalah perdebatan antara anggota diskusi dalam
menguraikan masalah pasien sampai penyaranan prosedur kepada pasien.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Anak laki-laki 4 tahun 7 bulan dirawat dengan keterangan anemia gravis.
Berdasarkan alloanamnesis dengan ibu pasien didapatkan keterangan bahwa sejak
4 minggu sebelum ke RSCM pasien mengeluh nyeri pada tulang terutama di
tungkai bawah. Satu minggu kemudian timbul biru-biru di tungkai bawah sebesar
uang logam. Adanya penurunan berat badan disangkal. Delapan hari sebelum ke
RSCM pasien demam tinggi, mendadak dan turun bila diberi obat penurun demam
tetapi kemudian naik lagi. Bersamaan dengan demam, orang tua melihat pasien
nampak pucat disertai adanya bintik-bintik merah pada tungkai bawah. Adanya
perdarahan dari tempat lain disangkal. Pasien juga mengeluh nyeri di perut kanan
atas. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada kelainan. Riwayat mendapat
radiasi, obat-obatan, kontak dengan bahan kimia disangkal.
Hasil laboratorium RS di Lampung:
Hb : 5 g/uL
Leukosit : 9400/uL
Trombosit : 7000/uL
Hitung jenis : basofil 0, eusinofil 0, batang 0, segmen 19, limfosit 80, monosit 1,
limfoblast 0
LED : 138 mm/jam
Hasil laboratorium di RSCM:
Hb : 9,5 g/dL
Ht : 31%
Leukosit : 9400/uL
Trombosit : 7000/uL
2
Hitung jenis : basofil 0, eusinofil 0, batang 0, segmen 3, limfosit dan limfoblast
97, monosit 0
SADT (Sediaan Apus Darah Tepi)
A. Identitas Pasien
Nama : -
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 4 tahun 7 bulan
Bangsa/suku : -
Agama : -
Pekerjaan : -
Status pernikahan : -
Tempat tinggal : -
3
B. Keluhan Utama dan Anamnesis Tambahan
Keluhan utama yang dikeluhakan oleh pasien adalah anemia gravis (berat).
Berdasarkan hasil alloanamnesis didapatkan bahwa :
Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Pasien mengeluh nyeri tulang terutama di tungkai bawah.
b. Timbul biru-biru di tungkai bawah sebesar uang logam.
c. Delapan hari sebelum ke RSCM, pasien demam tinggi.
d. Pasien pucat dan ada bintik-bintik merah pada tungkai bawah.
e. Nyeri di perut kanan atas.
Riwayat Pengobatan dan Kebiasaan :
a. Meminum obat penurun panas, panasnya segera turun namun
kembali naik lagi.
b. Tidak ada riwayat mendapat radiasu, obat-obatan lain dan
tidak ada kontak dengan bahan kimia.
Anamnesis Tambahan :
a. Apakah ada demam? Sifat demamnya bagaimana?
b. Apakah ada riwayat terkena infeksi ?
c. Apakah ada anggota keluarga yang menderita hal yang sama?
d. Bagaimana pola makan pasien?
e. Bagaimana dengan nafsu makan? Apakah nafsu makan
berkurang atau bertambah.
Berdasarkan hasil anamnesis yang didapat, maka kelompok kami
membuat beberapa hipotesis, antara lain :
1. Leukimia Akut
2. Anemia Aplastik
4
C. Pemeriksaan Fisik
I. Keadaan Umum
a. Tingkat kesadaran : -
b. Kesan sakit : -
c. Terlihat : -
II. Status Antropometri
a. Tinggi badan : -
b. Berat badan : -
c. BMI : -
III. Tanda Vital : -
IV. Status Generalis : -
V. Status Lokalis : -
Pada kasus tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai penemuan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan fisik sangat penting dilakukan untuk dapat menentukan
diagnosis kerja pada pasien. Oleh karena itu, pasien tetap dilakukan pemeriksaan
secara berurutan dari kepala hingga kaki.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
5
Normal Rs. Lampung RSCMHb 11,5-13,0 gr/dl 5 g/dl 9,5 gr/dlLeukosit 5500-15500/uL 9400/uL 9400/uLDiff.count- basofil 0-1 0 0- eusinofil 0-3 0 0- batang 5-11 0 0- segmen 23-45 19 3- limfosit 35-65 80 97- monosit 3-6 1 0Limfoblas 0 0 97
Trombosit250000-550000/uL 7000/uL 7000/uL
LED <15 mm/jam 138 mm/jam -Ht 34-39% - 31%
Keterangan : Bagian yang di bold merupakan nilai yang abnormal atau
tidak sesuai dengan nilai normal.
RS. Lampung
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, ditemukan Hb yang rendah
menandakan bahwa pasien mengalami anemia gravis (berat). Pada hitung jenis,
didapatkan nilai seri granular yang menurun, sedangkan seri limfositnya
meningkat tinggi. Hal ini mengindikasikan adanya kelainan pada hemopoesis.
Dalam hal ini, sesuai dengan hipotesis bahwa pasien menderita leukemia tipe
LLA, di mana nilai seri leukosit yang lain turun,d an limfositnya tinggi. Namun
pada pasien ini, limfoblas yang ditemukan pada darah perifer pasien masih normal
(0). Nilai trombosit sendiri menurun, hal ini sesuai dengan penemuan klinis pada
pasien di mana terdapat biru-biru dan bintik-bintik merah pada tungkai yang
menurut kami adalah perdarahan di bawah kulit akibat trombositopenia. Di
samping itu, akibat penurunan produksi sel darah yang lain termasuk seri eritrosit,
maka LED semakin meningkat. LED yang meningkat juga dapat disebabkan oleh
protein-protein (globulin) yang biasanya dihasilkan oleh sel-sel yang mengalami
keganasan. 1
RSCM
Pada pemeriksaan ini, didapatkan nilai Hb yang lebih tinggi daripada sebelumnya
walaupun masih belum mencapai nilai normal yang menurut kami pasien telah
mendapatkan transfusi darah pada perawatan sebelumnya (tidak pasti). Nilai Ht
yang menurun mengindikasikan penurunan nilai eritrosit dalam darah walau tidak
dicantumkan nilai eritrositnya. Hasil pemeriksaan darah secara umum sama,
namun ditemukan penurunan nilai segmen, dan peningkatan nilai limfosit dan
limfoblas. Hal ini menunjukan adanya progresivitas dari produksi limfosit.1
Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua pemeriksaan labortarium di atas
adalah, terjadi peningkatan jumlah limfosit dan limfoblas, disertai penurunan
semua seri sel darah yang lain (eritrosit, granulosit, trombosit). Maka hasil ini
memperkuat diagnosis kami ke arah Leukimia Akut Limfositik. Untuk
6
memastikannya, kita membutuhkan pemeriksaan SADT dan apusan sum-sum
tulang. 1
Pemeriksaan SADT
1. Pada SADT ditemukan ukuran eritrosit dan ukurannya masih sama .
2. Terdapat banyak rouleaux yang menunjukkan tingginya laju endap darah pada
pasien (factor plasma).
3. Adanya jumlah limfoblas yang melebihi batas normal, menunjukkan adanya
kelainan pada pasien. Kemungkinan disebabkan oleh keganasan karena
adanya penurunan jumlah sel jenis lain yang ditemukan pada pemeriksaan
hitung jenis.
4. Tidak ada auer rods, menyingkirkan leukemia tipe myelogenous.
5. Trombosit sedikit (trombositopenia).2
7
Limfoblas :
Besar, bulat
Biru keunguan
Tanpa granula
Sitoplasma sedikit
Rouleaux
E. Daftar Masalah dan Hipotesis
Masalah Dasar Masalah3 Hipotesis3
pucat Karena kadar Hb yang
rendah, Hb : 5 %
Anemia aplastik
Leukemia myeloid
akut
Leukemia
limfositik alut
Nyeri pada tulang terutama tungkai bawah
disebabkan oleh infark
tulang atau infiltrat
subperiosteal
Leukemia myeloid
akut
Leukemia
limfositik akut
- Timbul biru-biru di tungkai bawah sebesar uang logam
- bintik bintik merah pada tungkai bawah
trombosit : 7000 g/dl.
Merupakan manifestasi
klinis yang berkaitan
dengan berkurangnya sel
hematopoietik normal,
terutama trombosit.
Sehingga menimbulkan
gejala perdarahan
anemia aplastik
leukemia myeloid
akut
Demam basofil : 0, eosinofil : 0,
netrofil batang : 0.
merupakan manifestasi
klinis yang berkaitan
dengan berkurangnya sel
hematopoietik normal,
terutama granulosit,
sehingga menimbulkan
gejala infeksi
Leukemia myeloid
akut
Leukemia
limfositik akut
nyeri perut kanan atas hepatomegali Leukemia
limfositik akut
LED meninggi : 138 normal Anemia aplastik
8
mm/jam wintrobe : 0-5 mm/jam
westergen : 0-15
mm/jam
limfoblast meningkat : 97 Leukemia myeloid
akut
Leukemia
limfositik akut
F. Diagnosa Kerja dan Analisa Kasus
Seperti yang telah dibahas diatas bahwa dari beberapa hipotesis yang diajukan
pada awalnya, satu per satu dapat disingkirkan dengan dilakukannya anamnesis,
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan SADT. Dari hasil diskusi kelompok kami, kami menegakkan
diagnosis kerja Leukemia Limfositik Akut. Dasar daripada diagnosis kami akan
diuraikan dibawah ini :
Berdasarkan anamnesis :
1. Sejak 4 minggu yang lalu, pasien mengeluh nyeri pada tulang, terutama
tungkai bawah
2. Satu minggu kemudia ada kebiruan sebesar uang logam di dekat tungkai
bawah
3. 8 hari sebelum ke RSCM demam tinggi mendadak dan turun setelah
minum obat tetapi naik lagi
4. Pucat dan bintik-bintik merah pada tungkai
5. Nyeri perut kanan atas.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium :
1. Hemoglobin rendah, menunjukkan adanya anemia yang bisa disebabkan
karena penurunan produksi eritrosit oleh keganasan
2. Trombosit yang rendah, bisa disebabkan karena proses keganasaan
9
3. Pada hitung jenis, jenis sel yang berasal dari myeloblas rendah bahkan
basofil, eosinofil, netrofil batang 0 sedangkan limfosit meninggi
4. LED yang diatas normal yang bisa disebabkan karena factor eritrosit
(jumlahnya sedikit) dan factor plasmanya sehingga mudah terbentuk
rouleaux
Berdasarkan pemeriksaan SADT :
1. Pada SADT ditemukan ukuran eritrosit dan ukurannya masih sama
2. Terdapat banyak rouleaux yang menunjukkan tingginya laju endap darah
pada pasien (factor plasma)
3. Adanya jumlah limfoblas yang melebihi batas normal, menunjukkan
adanya kelainan pada pasien. Kemungkinan disebabkan oleh keganasan
karena adanya penurunan jumlah sel jenis lain yang ditemukan pada
pemeriksaan hitung jenis.
4. Tidak ada auer rods, menyingkirkan leukemia tipe myelogenous.
5. Trombosit sedikit (trombositopenia).3
G. Pemeriksaan Penunjang Tambahan
Pemeriksaan Diagnostik Pada Leukemia Limfositik Akut
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan
Leukimia Limfositik Akut adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction):
Pemeriksaan ini sangat penting untuk konfirmasi diagnosis dan
klasifikasi, sehingga semua pasien LLA harus menjalanin prosedur ini.
Specimen yang didapat harus diperiksa unuk analisis histology,
sitogenetik, dan immunophenotyping. Apus sumsum tulang tampak
hiperseluler dengan limfoblas yang sangat banyak. Akan ditemukan
hasil sebagai berikut pada pemeriksaan sumsum tulang:
10
o Ditemukan sel blast yang berlebihan.
o Peningkatan protein.
o Pemeriksaan darah tepi
Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia).
Peningkatan asam urat serum.
Peningkatan tembaga (Cu) serum.
Penurunan kadar Zink (Zn).
Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 –
200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel
primitive.4
2. Sitokimia
Gambaran sutomorfologi sel blas pada apus darah tepi atau
sumsum tulang terkadang tidak dapat membedakan LLA dari leukimia
mieloblastik akut (LMA). Pada LLA, pewarnaan sudan black dan
mieloperoksidase akan memberikan hasil yang negative.
Mieloperoksidase adalah enzim sitoplasmik yang ditemukan pada
granula primer dari precursor granulositik, yang dapat terdeteksi pada
LMA.Sitokimia juga berguna untuk membedakan precursor B dan B-
ALL dari T-ALL. Pewarnaan fosfatase asam akan positif pada limfosit
T yang ganas, sedangkan sel B akan dapat memberikan hasil yang
positif pada pewarnaan periodic acid Schiff (PAS). Tdt yang
diekspresikan oleh limfoblas dapat dideteksi dengan pewarnaan
imunoperoksidase atau flow cytometry. 4
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan /
infiltrasi sel kanker ke organ tersebut.
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik: 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai
kelainan berupa:
o Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-
a), hiperploid (2n+a).
11
o Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial
delection).
o Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara
morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk
yang sangat besar sampai yang sangat kecil.4
H. Patofisiologi Penyakit pada Paisen
Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya
akumulasi leukosit ganas dalam sum-sum tulang dan darah. Sel-sel abnormal
ini akan menimbulkan gejala karena kegagalan sum-sum tulang berupa
anemia, trombositopeni, neutropeni dan infiltrasi organ misalnya ke hepar,
lien, kelenjar getah bening, otak, testis dan lain-lain. Klasifikasi leukemia
dibagi menjadi empat tipe yaitu leukemia akut dan kronik serta leukemia
limfoid dan mieloid.
Pada kasus ini berdasarkan data-data yang didapat, kelompok kami
sepakat menegakan diagnosa kerja berupa Leukemia Limfoblastik Akut
(LLA). Leukemia limfoblastik akut adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh akumulasi limfoblas dan merupakan penyakit keganasan, dimana
sebagian besar menyerang usia anak-anak sekitar 3-7 tahun dan lebih sering
pada anak laki-laKI.Faktor penyebab tejadinya leukemia limfoblastik akut
antara lain paparan radiasi, bahan kimia ,infeksi HTLV (Human T
lymphocytic Virus) dan faktor yang tidak diketahui (idiopatik).
Pada kasus ini terdapat faktor presdiposisi terjadinya LLA yaitu usia dan
gender, pasien adalah seorang anak laki-laki usia 4tahun 7bulan., namun
pada aloanamnesis orang tua menyangkal adanya riwayat penggunaan obat,
terpapar radiasi dan bahan kimia, akan tetapi tidak dapat menyingkirkan
terjadinya LLA karena tidak ada keterangan terkait riwayat infeksi HTLV
sebelumnya, selain itu paparan kimia yang dimaksud bukan hanya paparan
selama pasien hidup tetapi dapat juga dikaitkan paparan bahan kimia atau
radiasi pada masa kandungan (in uterin). Sekalipun faktor penyebab tidak
12
dapat diidentifikasikan, LLA dapat disebabkan oleh penyebab yang tidak
diketahui (idiopatik).
Akibat faktor penyebab yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat
menyebabkan gangguan pada sum-sum tulang sehingga terjadi proliferasi
berlebih untuk memproduksi lekosit dalam jumlah yang sangat besar dimana
akan terlihat gambaran khas berupa peningkatan jumlah limfoblast, namun
kadar lekosit pada pemeriksaan darah dapat menunjukan normal,meningkat
atau bahkan menurun, akibat dari peningkatan produksi lekosit akan
menyebabkan supresi pada produksi sel darah lain seperti sel darah merah,
trombosit serta sel granulosit. Penurunan produksi sel darah ini akan ditandai
dengan gejala anemia, trombositopeni serta neutropeni.
Pada pasien ini telah terjadi anemia gravis dimana pada pemeriksaan
laboratorium menunjukan hemoglobin 5g/dl, yang dimaksud anemia gravis
yaitu anemia yang menunjukan kadar hemoglobin kurang dari 6 g/dl,
biasanya disebabkan oleh gangguan pada sel induk di sum-sum tulang dan
biasanya memperlukan terapi transfusi darah secepatnya, kemungkinan pada
pasien ini telah dilakukan transfusi karena terjadi peningkatan kadar
hemoglobin menjadi 9,5 g/dl.Pada keadaaan anemia dimana terjadi
penurunan hemoglobin serta berkurangnya volume darah sehingga terjadi
gangguan oksigenasi jaringan, maka tubuh akan melakukan beberapa
mekanisme kompensasi berupa meningkatkan redistribusi oksigen ke organ-
organ vital serta terjadinya vasokonstriksi di perifer sehingga akan timbul
gejala pucat, pada kasus ini pun telah dijelaskan timbul gejala pucat. Selain
itu akibat gangguan redistribusi oksigen ke jaringan biasanya akan timbul
gejala lemas pada pasien. Mekanisme kompensasi lain adalah dengan
meningkatkan frekuensi nadi serta frekuensi pernafasan, namun pada kasus
ini tidak dilampirkan.
Pada pasien ini pun telah menunjukan gejala akibat trombositopeni,
didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium nilai trombosit jauh dari
nilai normal yaitu 70.000/ul (150.000-400.000).Akibat trombositopeni akan
menimbulkan gejala perdarahan, hal ini dapat terjadi terkait dari fungsi utama
trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanik selama respons hemostasis
13
normal terhadap cedera vaskular. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran
darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya gejala perdarahan pada pasien berupa timbulnya biru-biru
ditungkai bawah sebesar uang logam serta bintik-bintik merah di tungkai
bawah. Pada keadaan dimana nilai trombosit terus terjadi penurunan,
perdarahan dapat menjadi lebih berbahaya yaitu perdarahan otak dengan
gejala utama penurunan kesadaran, oleh karena itu pemantauan status
kesadaran pasien adalah sangat penting, akan tetapi penurunan kesadaran
dapat juga disebabkan karena berkurangnya hemoglobin sehingga terjadi
gangguan oksigenasi ke otak.
Selain anemia serta trombositopeni, pada LLA juga terjadi supresi
produksi sel granulosit diperkuat dengan pemeriksaan hitung jenis
menunjukan penurunan seluruh sel kecuali terjadi peningkatan limfosit. Hal
ini menyebabkan pasien akan lebih rentan terhadap infeksi, serta diperkuat
dengan ada riwayat demam pada anak yang naik turun, hanya akan reda
setelah diberi antipiretik namun akan terjadi demam kembali.
Pada LLA yang menjadi gambaran khas adalah terjadinya peningkatan
limfoblas yang dapat dilihat pada pemeriksaan darah serta SADT. Hal ini
diperkuat dengan adanya limfoblas pada pemeriksaan darah, dimana pada
keadaan normal limfoblas tidak ada pada pemeriksaan darah perifer. Selain
itu pada SADT pun didapatkan peningkatan sel limfoblas yaitu sel dalam
ukuran besar serta terdapat anak inti. Akan tetapi nilai leuksit masih dalam
batas normal, hal ini dikarenakan pada pemeriksaan hitung jenis terjadi
penurunan yang sangat berat pada sel basofil (0), eosinofil (0), netrofil batang
(0), netrofil segmen(3) serta monosit (0), peningkatan hanya pada limfosit
serta pada limfoblas, sehingga nilai leukosit secara tidak langsung hanya
mewakili nilai limfosit seta limfoblas yang juga tidak terlalu tinggi
peningkatannya.
Peningkatan sel-sel abnormal ini dapat menyebabkan infiltrasi ke organ-
organ, dimana salah satunya adalah tulang serta hepar yang terjadi pada
pasien. Infiltrasi pada periosteal akan menimbulkan gejala nyeri pada tulang,
pada kasus ini didapatkan riwayat nyeri pada tulang tungkai bawah. Selain itu
14
infiltrasi pada hepar akan menyebabkan gejala nyeri pada perut bagian kanan
atas sesuai dengan gejala pada pasien, dan biasanya akan disertai mual pada
pasien.2
I. Tatalaksana
1. Medikamentosa
Terapi untuk pasien ini terbagi 2 yaitu
a. Terapi spesifik
Pada pasien ini kami memberikan kemoterapi terlebih dahulu dan
apabila menjadi remisi komplit kami tetap melanjutkan dengan terapi
pemeliharaan (maintenance) namun apabila tidak mencapai remisi
komplit dalam jangka waktu yang ditentukan maka kami akan
memberikan pilhan terapi yang lain sesuai indikasi yaitu transplantasi
sumsum tulang atau hsct (hemopoetik stem cell therapy). Yang
dimaksud dengan remisi komplit adalah eradikasi sel leukemia yang
dapat dideteksi secara morfologi dalam darah dan sumsum tulang dan
kembalinya hemopoesis normal.5
1. Kemoterapi
a. Fase induksi remisi
Obat yang diberikan yaitu:
- vincristin 0,05 mg/kgbb sekali seminggu
- prednisone dengan dosis 1 mg/kgbb per hari
b. Fase post remisi
- Terapi konsolidasi: pemberian regimen noncross-resistant
terhadap regimen induksi remisi yang diberikan setelah
terjadi remisi komplit dan juga diberikan 6 bulan kemudian.
Tujuannya yaitu untuk mengeliminasi sel leukemia yang
residual.
- Terapi pemeliharaan (maintenance): umumnya dipakai 6
mercaptopurine (6 MP) per oral dan methotrexate (MTX)
15
tiap minggu. Diberikan selama 2-3 tahun dengan diselingi
terapi konsolidasi. 5
2. Transplantasi sumsum tulang
Jika pasien gagal mencapai remisi komplit dalam 4 minggu maka
pasien disarankan untuk melakukan terapi transplantasi sumsum
tulang. Indikasi lain untuk terapi sumsum tulang antara lain jika
ternyata setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan ditemukan adanya
kromosom Philadelphia atau jika terjadi hiperleukositosis maka
pasien dilakukan transplantasi sumsum tulang. 5
3. Hsct (hemopoetic stem cell therapy)
Terapi hsct diberikan apabila fase induksi remisi pasien tidak
mampu memberikan remisi komplit pada hari ke 33 terapi atau
apabila terjadi emergency relaps. Indikasi lain untuk hsct antara
lain apabila pasien ternyata pada pemeriksaan lanjutan ditemukan
adanya kromosom Philadelphia, atau pada pemeriksaan lanjutan
biopsi sumsum tulang didapatkan sel blast yang lebih dari 25%.
b. Terapi suportif
- Untuk mencegah adanya relaps ke SSP maka perlu
dilakukan profilaksis SSP. Profilaksis dapat terdiri dari
kombinasi kemoterapi intrarektal, radiasi cranial dan
mteroteksat dosis tinggi dan sitarabin dosis tinggi.
- Dapat diberikan profilaksis antibiotika untuk mencegah
infeksi.
- Untuk mengatasi perdarahan diberikan transfusi konsentrat
trombosit
- Diberikan allopurinol apabila terjadi hiperurisemia yang
dapat terjadi pada pasien dengan jumlah sel leukemia yang
sangat banyak.
2. Non medikamentosa
a. Diberikan pengertian yang sejelas-jelasnya baik kepada pasien maupun
keluarganya tentang penyakit ini bahwa penyakit ini adalah penyakit
yang berat yang memerlukan pengobatan yang rutin dan melelahkan.
16
Ada kalanya pasien akan merasa jenuh, karena itu bimbingan keluarga
dan lingkungan sekitar sangat diperlukan.
b. Pasien harus rajin mengontrol penyakitnya dan waspadai terhadap
tanda-tanda komplikasi. 5
c. Diberikan support yang sebesar-besarnya dan tanamkan rasa percaya
dirinya mengingat efek samping dari obat vinkristin adalah alopesia
(botak) maupun efek samping moon face dari obat prednisone yang
tentunya akan berpengaruh terhadap penampilannya untuk
kedepannya. 5
d. Perlu dijelaskan juga beberapa efek samping lainnya yang sering
terjadi pada pemberian sitostatika yaitu kemungkinan azoospermia,
anoreksia, mual, muntah, diare, adanya reaksi kulit seperti eritem,
urtikaria agar pasien maupun keluarganya tidak terkejut apabila suatu
saat efek samping-efek samping tersebut muncul. 5
Konsultasikan pasien dengan dokter spesialis penyakit dalam-hematologi, dokter
spesialis onkologi, dan psikiater untuk memberikan penanganan lebih lanjut
terhadap pasien ini.
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Leukemia Limfositik Akut
adalah sebagai berikut :
- Perdarahan akibat dari trombositopenia yang sering berakibat fatal
apabila terjadi perdarahan otak.
- Infiltrasi sel leukemia ke organ – organ lain seperti otak yang dapat
menyebabkan gejala-gejala peninggian tekanan intracranial, jantung yang
dapat menyebabkan terjadinya kardiomehgali dan ke organ – organ
lainnya. 6
- Infeksi. Diakibatkan oleh kurangnya sel matur yang mengakibatkan pasien
lebih mudah terinfeksi virus maupun bakteri. 6
17
- Tumor Lisis Syndrome yang terjadi ketika sejumlah besar
sel neoplastik dibunuh dengan cepat oleh obat-obat sitostatika, lalu
melepaskan ion intraseluler dan produk samping metabolisme ke dalam
sirkulasi sistemik. Secara klinis, sindrom ini ditandai denga hiperurisemia,
hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, dan gagal ginjal akut.6
- Vena Cava Superior Syndrome karena terjadinya infiltrasi sel leukemia ke
thymus yang menyebabkan tejadinya pembesaran thymus dimana thymus
akan menekan vena cava superior, jadi darah yang seharusnya kembali ke
jantung terbendung yang menyebabkan wajah pasien terlihat sembab dan
berwarna kebiruan.6
K. Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Umur merupakan faktor prognostik yang signifikan pada pasien ALL.
Pada pasien umur 2 – 5 tahun survival rate dua kali lebih besar
dibandingkan pasien umur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun.
Pada saat datang, pasien tidak ditemukan penyakit CNS dan dengan
jumlah leukosit yang normal.2,7
Ad Sanationam : Dubia ad Malam
Pada kasus pasien merupakan anak laki-laki, dimana prognosis untuk jenis
kelamin laki-laki lebih buruk dibanding wanita, karena bisa terjadi prolaps
testis.2,7
Ad Fungtionam : Dubia ad Malam
Pada leukemia akut penyebab tersering kematian adalah infeksi. Selain itu
komplikasi dapat timbul ke organ-organ lain.7
Secara keseluruhan kelompok kami memprognosiskan pasien berdasarkan : 2
Baik Buruk Kasus
Leukosit Rendah Tinggi Normal
Jenis kelamin Wanita Laki-
laki
Laki-
laki
18
Imunofenotipe c-ALL
(CD10+)
ALL-8 -
Usia Anak Dewasa
atau
anak < 2
tahun
4 tahun
7 bulan
Sitogenetika Normal atau
hiperdiploidi
( >50)
Susunan
TEL
Susuna
Ph+,
11q23
-
Waktu untuk
membersihkan
blas dari
darah
< 1 minggu >1
minggu
-
Waktu
mencapai
remisi
< 4 minggu >4
minggu
-
Penyakit CNS
pada saat
dating
Tidak ada Ada Tidak
ada
Penyakit
residual
minimal
Negative
pada 1-3
bulan
Masih
positif
pada
bulan
ke-3
sampai
6
-
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT
A. Definisi
Leukimia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan klonal dari sel
– sel prekursor limfoid. lebih dari 80 % kasus, sel –sel ganas berasl dari
limfosit B, dan sisanya merupakan leukimia sel T. Leukimia ini
merupakan bentuk leukimia yang paling banyak pad anak – anak.
Walaupun demikian 20 % dari kasus LLA adalah dewasa. Jika tidak
diobati, leukimia ini bersifat fatal.
B. Epidemiologi
Insidensi LLA adalah 1/60.000 orang per tahun, dengan 75 %
pasien berusia kurang dari 15 tahun. Insidensi puncaknya usia 3 – 5 tahun.
LLA lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita. Saudara kandung
dari pasien LLA mempunyai resiko empat kali lebih besar untuk
berkembang jadi LLA, sedangkan kembar monozigot dari pasien LLA
mempunyai resiko 20 % untuk berkembang menjadi LLA.
C. Etiologi
Penyebab LLA pada dewasa sebagian besar tidak diketahui. faktor
keturunan dan sindroma predisposisi genetik lebih berhubungan dengan
Lla yang terjadi pada anak –anak. Beberapa faktor lingkungan dan kondisi
klinis yang berhubungan dengan LLA adalah :
Radiasi Ionik
Orang – orang yang selamat dari ledakan bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki mempunyai resiko relatif keseluruhan 9,1 untuk berkembang
jadi LLA.
20
Paparan dengan benzene kadar tinggi dapat menyebabkan aplasia
sumsum tulang, kerusakan kromosom dan leukimia
Merokok sedikit meningkatkan resiko LLA pada usia di atas 60 tahun
Obat kemoterapi
Infeksi virus Epstein Barr berhubungan kuat dengan LLA L3
Pasien dengan sindrom Down dan Wiskott-Aldrich mempunyai resiko
yang meningkat untuk menjadi LLA.
D. Patogenesis Molekular
Kelainan sitogenetik yang paling sering ditemukan pada LLA
dewasa adalah t(9;22)/BCR-ABL (20 – 30 %) dan t(4;11)/ALL 1-AF4 (6
%). Kedua kelainan sitogenetik ini berhubungan dengan prognosis yang
buruk. Fusi gen BCR-ABL merupakan hasil dari translokasi kromosom 9
dan 22 t(9;22)(q34;q11) yang dapat dideteksi hanya dengan pulse – field
electrophoresis atau reverse transcriptase polymerase chain reaction.
ABL adalah nonreceptor tyrosine ptotein kinase yang secara enzimatik
mentransfer molekul fosfat ke substrat protein, sehingga terjadi aktivasi
jalur transduksi sinyal yang penting dalam regulasi proliferasi dan
pertumbuhan sel.
Kelainan yang lain yaitu -7, +8, dan karyotipe hipodiploid
berhubungan dengan prognosis yang buruk ; sedangkan t(10;14) dan
karyotipe hiperdiploid tinggi berhubungan dengan prognosis yang baik.
Mekanisme umum lain dari pembentukan kanker adalah hilangnya atau
inaktivasi gen supresor tumor yang mempunyai peranan penting dalam
mengontrol progresi siklus sel, misalnya p16 (INK4A) dan p15 (INK4B).
kejadian yang sering adalah delesi, mikrodelesi dan penyusunan kembali
gen (gene rearrangement) yang melibatkan p16 (INK4A) dan p16 (INK4B).
Kelainan ekspresi dari gen supresor tumor Rb dan p53 ternyata lebih
sering terjadi. Kelainan yang melibatkan dua atau lebih gen – gen ini
ditemukan pada sepertiga pasien LLA dewasa.
21
E. Klasifikasi
Klasifikasi Imunologi
Precursor B-Acute Lymphoblastic Leukaemia (ALL) – 70% :
common ALL (50 %), null ALL, pre-B ALL
T – ALL ( 25%)
B – ALL (5 %)
Definisi subtipe imunologi ini berdasarkan atas ada atau tidak adanya
berbagai antigen permukaan sel. Subtipe imunlogi yang paling sering
ditemukan adalah common ALL. Null cell ALL berasal dari sel yang
sangat primitif dan lebih banyak pada dewasa. B- ALL merupakan
penyakit yang jarang, dengan morfologi L3 yang sering berperilaku
sebagai limfoma agresif (varian Burkitt). 8
Klasifikasi Morfologi
L1 : Sel blas berukuran kecil seragam dengan sedikit sitoplasma
dan nukleoli yang tidak jelas
L2 : sel blas berukuran besar heterogen dengan nukleoli yang jelas
dan rasio inti – sitoplasma yang rendah
L3 : Sel blas dengan sitoplasma bervakuola dan basofilik
Kebanyakan LLA pada dewasa mempunyai morfologi L2 sedangkan tipe
L1 sering ditemukan pada anak. Sekitar 95 % dari semua tipe LLA kecuali
sel B mempunyai ekspresi yang meningkat dari terminal deoxynucleotidyl
transferase ( TdT), suatu enzim nuklear yang terlibat dalam pengaturan
kembali gen reseptor sel T dan imunoglobulin. Peningkatan ini sangat
berguna dalam diagnosis. Jika konsentrasi enzim ini tidak meningkat,
diagnosis LLA dicurigai. 8
F. Gambaran Klinis
Presentasi klinis LLA sangat bervariasi. Pada umunya gejala klinis
menggambarkan kegagalan sumsum tulang atau kerterlibatan
ekstramedular oleh sel leukimia. akumulasi sel – sel limfoblas ganas di
sumsum tulang menyebabkan kurangnya sel – sel normal di darah perifer
dan gejala klinis dapat berhubungan dengan anemia, infeksi, dan
22
perdarahan. Demam atau infeksi yang jelas dapat ditemukan pada separuh
pasien LLA, sedangkan gejala perdarahan pada sepertiga pasien yang baru
didiagnosis LLA. Perdarahan yang berat jarang terjadi.
Gejala – gejala dan tanda – tanda klinis yang dapat ditemukan :
Anemia : mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada
Anoreksia
Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel –
sel leukimia)
Demam, banyak berkeringan (gejala hipermetabolisme)
Infeksi mulut, saluran napas atas dan bawah, selulitis, atau sepsis.
Penyebab yang paling sering adalah stafilokokus, streptokokus dan
bakteri gram negatif usus, serta berbagai spesies jamur.
Perdarahan kulit (petechiae, atraumatic ecchymosis), perdarahan
gusi hematuria, perdarahansaluran cerna, perdarahan otak.
Hepatomegali
Splenomegali
Limfadenopati
Massa di mediastinum (sering pada LLA sel T)
leukimia sistem saraf pusat : nyeri kepala, munth (gejala tekanan
tinggi intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan
syaraf otak terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologik fokal
Keterlibatan organ lain : testis, retina, kulit, pleura, perikardium,
tonsil.
G. Gambaran Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorum diperlukan untuk konfirmasi
diagnostik LLA, klasifikasi prognostik dan perencanaan terapi yang tepat ,
yaitu :
Hitung darah lengkap dan Apus darah tepi
Jumlah leukosit dapat normal, meningkat atau rendah pada saat
diagnosis. Hiperleukositosis (>100.000/mm3)terjadi pada kira –
kira 15 % pasien dan dapat melebihi 200.000/mm3. Pada umumnya
23
terjadi anemia dan trombositopenia. proporsi sel blas pada hitung
leukosit bervariasi dari 0 sampai 100 %. Kira – kira sepertiga
pasien mempunyai hitung trombosit kurang dari 25.000/mm3.
Aspirasi dan Biopsi sumsum tulang
Pemeriksaan ini sangat penting untuk kofirmasi diagnosis dan
klasifikasi, sehingga semua pasien LLA harus menjalani prosedur
ini. Spesimen yang didapat harus diperiksa untuk analisis hsitologi,
sitogenetik dan immunophenotyping. Apus sumsum tulang tampak
hiperselular dengan limfoblas yang sangat banyak, lebih dari 90 %
sel berinti pada LLA dewasa. Jika sumsum tulang seluruhnya
digantikan oleh sel – sel leukimia, maka aspirasi sumsum tulang
dapat tidak berhasil, sehingga touch imprint dari jaringan biopsi
penting untuk evaluasi gambaran sitologi.
Sitokimia
Gambaran morfologi sel blas pada apus darah tepi atau sumsum
tulang kadang – kadang tidak dapat membedakan LLA dari
leukimia mieloblastik akut (LMA). Pada LLA, pewarnaan Sudan
black dan mieloperoksidase akan memberikan hasil yang negatif.
Mieloperoksidase adalah enzim sitoplasmik yang ditemukan pada
granula primer dari prekursor granulositik, yang dapat dideteksi
pada sel blas LMA. Sitokimia juga berguna untuk membedkan
precursor B dan B-ALL dari T-ALL. Pewarnaan fosfatase asam
akan positif oada limfosit T yang ganas, sedangkan sel B dapat
memberikan hasil yang positif pada pewarnaan periodic acid Schiff
(PAS). TdT yangdiekspresikan oleh limfoblas dapat dideteksi
dengan pewarnaan imunoperoksidase atau flow cytometry. 8
Imunofenotip (dengan flow cytometry)
pemeriksaan ini ebrguna dalam diagnosis dan klasifikasi LLA.
Reagen yang dipakai untuk diagnosis dan identifikasi subtipe
imunologi adalah antibodi terhadap :
24
Untuk sel prekursor B : CD10 (common ALL antigen),
CD19, CD 79A, CD22, cytoplasmic m-heavy chain dan
TdT
Untuk sel T : CD1a, CD2< CD3, CD4, CD5, CD7, CD8,
dan TdT
Untuk sel B : kappa atau lambda, CD19, CD20, CD22
Pada sekitar 15 – 54 % LLA dewasa didapatkan ekspresi antigen
mieloid. Antigen mieloid yang biasa dideteksi adalah CD13,
CD15, dan CD33 Ekspresi yang bersamaan dari antigen limfoid
dan mieloid dapat ditemukan pada leukimia bifenotip akut. Kasus
ini jarang, dan perjalanan penyakitnya buruk. 8
Sitogenetik
Analisis sitogenetik sangat berguna karena beberapa kelainan
sitogenetik berhubungan dengan subtipe LLA tertentu, dan dapat
memberikan informasi prognostik. translokasi t(8;14), t(2;8), dan
t(8;22) hanya ditemukan pada LLA sel B, dan kelainan kromosom
ini menyebabkan disregulasi dan ekspresi yang berlebihan pada
kromosom 8. Beberapa kelainan sitogenetik dapat ditemukan pada
LLA dan LMA, misalnya kromosom Philadelpia, t(9;22)(q34;q11)
yang khas untuk leukimia mielositik kronik dapat juga ditemukan
pada <5% LMA dewasa dan 20 % - 30 % LLA dewasa. 8
Biologi Molekular
Dikerjakan bila analisis sitogenetik rutin gagal, dan untuk
mendeteksi t(12;21) yang tidak terdeteksi dengan sitogenetik
standar. Tekhnik ini juga harus dilakukan untuk mendeteksi gen
BCR-ABL yang mempunyai prognosis buruk. 8
H. Pendekatan Diagnosis
Dinilai dari :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
25
Pemeriksaan laboratorium : hitung darah tepi, pemeriksaan
koagulasi, kadar fibrinogen, kimia darah dll
Foto thoraks atau computed tomography
Pungsi Lumbal
Aspirasi dan biposi sumsum tulang
I. Diagnosis Banding
Limfositosis, limfadenopati dan hepatosplenomegali yang
berhubungan dengan infeksi virus dan limfoma
Anemia aplastik8
J. Terapi
keberhasilan terapi LLA terdiri dari kontrol sumsum tulang dan penyakit
sistemiknya, juga terapi atau pencegahan SSP. Hal ini dapat tercapai
dengan kombinasi pemberian kemoterapi dan terapi pencegahan SSP
(kemoterapi intratekal dan/atau sistemik dosis tinggi, dan pada beberapa
kasus dengan radiasi kranial. Lama rata – rata terapi LLA bervariasi antara
1,5 – 3 tahun dnegan tujuan untuk eradikasi populasi sel leukemia.
Terapi LLA dibagi menjadi :
Induksi remisi
Tujuannya adalah mencapai remisi komplit hematologik yaitu
eradikasi sel leukimia yang dapat dideteksi secara morfologi dalam
darah dan sumsum tulang dan kembalinya hematopesis normal.
Terapi ini biasanya terdiri dari prednison, vinkristin, antrasiklin
dan juga L-asparginase. Tambahan obat seperti siklofosfamid,
sitarabin dosis konvensional atau tinggi, merkaptopurin dapat
diberikan pada beberapa regimen.
Intensifikasi atau konsolidasi
Dilakukan setelah tercapai remisi komplit, bertujuan untuk
mengeliminasi sel leukimia residual untuk mencegah relaps dan
juga timbulnya sel yang resisten obat.
Profilaksis susunan saraf pusat
26
Sangat penting dilakukan karena 50
50% – 75% pasien LLA yang tidak mendapat terapi profilaksis ini
akan mengalami relaps pada SSP. Terdiri dari kombinasi
kemoterapi intratekal, radiasi kranial dan pemberian sistemik obat
yang mempunyai bioavaibilitas SSP yang tinggi seperti
metroteksat dosis tinggi dan sitarabin dosis tinggi
Pemeliharaan jangka panjang
Terapi ini terdiri dari 6-merkaptopurin tiap hari dan metroteksat
seminggu sekali selama 2-3 tahun. Pada LLA anak terapi ini
memperpanjang disease-free survival sedangkan pada dewasa
angka relaps tetap tinggi. 8
Transplantasi sumsum tulang
Pada pasien LLA yang mempunyai resiko tinggi untuk relaps dilakukan
transplantasi sumsum tulang alogenik pada remisi komplit yang pertama.
resiko tinggi untuk relaps adalah :
Kromosom Philadelphia
Perubahan susunan gen MML
Hiperleukositosis
Gagal mencapai remisi komplit dalam waktu 4 minggu8
27
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Pediatric Care. Available at : https://www.pediatriccareonline.org/. Accessed
on April 16th, 2012.
2. A.V.Hoffbrand, J.E.Pettit, P.A.H.Moss. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2002. P.150-3.
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
6th ed. Jakarta : EGC;2006.p . 258-60, 268-79.
4. Simon, Sumanto. Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya;2003.
5. Fianza PI. Leukemia Limfoblastik Akut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors.
5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009.p.1270.
6. Acute Lymphocytic Leukimia. Available at : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000541.htm. Accessed on April 16th , 2012.
7. Widiaskara, I. M, dkk. Luaran Pengobatan Fase Induksi Pasien Leukemia
Limfoblastik Akut pada Anak di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo
Surabaya. Available at : http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/12-2-
12.pdf. Accessed April 17th, 2012.
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 1266-1271.
28
BAB V
PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan laboratorium dan hasil SADT kelompok
kami menyimpulkan bahwa diagnosis kerja kelompok kami adalah Leukemia
Limfositik Akut, didukung dari hasil anamnesis yang didapat yaitu pasien
sebelum dibawa ke RSCM, lebih tepatnya saat berada di Lampung merasakan
nyeri pada tulangnya di tungkai bawah, yang kemudian 1 minggu kemudian
muncul biru-biru di tungkai bawahnya sebesar uang logam. Selain itu, pasien juga
mengeluh demam dan muncul bintik-bintik merah yang sering disebut ptechiae.
Hal ini dikarenakan oleh terjadinya produksi limfosit yang berlebihan oleh
sumsum tulang yang mengakibatkan produksi jenis sel darah lainnya menjadi
tertekan dan akhirnya mengganggu fungsi sel-sel darah tersebut sehingga
munculah gejala-gejala pada pasien.
Hasil pemeriksaan laboratorium dan SADT juga mendukung diagnosis kerja
kami tadi. Namun, untuk diagnosis pastinya perlu dilakukan Bone Marrow
Puncture (BMW).
Secara keseluruhan kasus ini begitu bermanfaat bagi kami, dan sangat memicu
diskusi yang kondusif dari seluruh peserta diskusi. Kami menyadari bahwa
diskusi dan laporan kami masih jauh dari sempurna. Diharapkan dengan
bimbingan dan panduan para dosen, kami akan semakin baik nantinya. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih.
29