truely all
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

RANCANG BANGUN
ALAT PERBAIKAN FAKTOR DAYA OTOMATIS
MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S52
SEBAGAI PENGGERAK RELAI
PADA KAPASITOR BANK
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III
PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
Oleh
KARMANTO
NIM. 0905051025
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2012

RANCANG BANGUN
ALAT PERBAIKAN FAKTOR DAYA OTOMATIS
MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S52
SEBAGAI PENGGERAK RELAI
PADA KAPASITOR BANK
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III
PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI
Oleh :
HALIL HUSYAIRI (0905051018)
KARMANTO (0905051025)
SENTI FEBRUARTA S. (0905051041)
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2012

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI Jl. Almamater No. 1 Kampus USU, Medan 20155, Indonesia
Telp.(061) 8210371, 8211235, 8210436 Fax.(061) 8215845 Ext. 301 dan 255
http://www.polmed.ac.id Email : [email protected]
Document No. : F-PDI-02-02 Rev. No. : 00 Date of Issue : 20 November 2008
iiii ii iiii
ii
SPESIFIKASI TUGAS AKHIR
Nama Mahasiswa : Karmanto
NIM : 0905051025
Jurusan/Program Studi : Teknik Mesin/Teknik Konversi Energi
Judul Tugas Akhir : RANCANG BANGUN ALAT PERBAIKAN
FAKTOR DAYA OTOMATIS MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI
PENGGERAK RELAI PADA KAPASITOR BANK
Uraian Tugas :
1. Membuat blok diagram sistem kerja.
2. Membuat diagram alir.
3. Merancang alat.
4. Merancang program.
5. Mengisi program ke mikrokontroler.
6. Melakukan pengujian kerja alat.
7. Membuat Laporan Tugas Akhir.
Diberikan tanggal : 26 Maret 2012
Selesai tanggal : 14 Juli 2012
Mengetahui, Medan, 26 Maret 2012
Kepala Program Studi Teknik Konversi Energi, Dosen Pembimbing,
Ir. Isman Harianda, M.T. Ir. Silmi, M.T.
NIP.19590124 198911 1 001 NIP.19591028 198803 1 002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI Jl. Almamater No. 1 Kampus USU, Medan 20155, Indonesia
Telp.(061) 8210371, 8211235, 8210436 Fax.(061) 8215845 Ext. 301 dan 255
http://www.polmed.ac.id Email : [email protected]
Document No. : F-PDI-02-02 Rev. No. : 00 Date of Issue : 20 November 2008
iiii ii iiii
iii
PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
RANCANG BANGUN ALAT PERBAIKAN FAKTOR DAYA
OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER
AT89S52 SEBAGAI PENGGERAK RELAI PADA KAPASITOR
BANK
Disusun Oleh :
Nama : Karmanto
NIM. : 0905051025
Telah diperiksa dan dinyatakan selesai serta dapat diajukan dalam sidang tugas akhir.
Mengetahui, Medan, 29 Agustus 2012
Kepala Program Studi Teknik Konversi Energi, Dosen Pembimbing,
Ir. Isman Harianda, M.T. Ir. Silmi, M.T.
NIP.19590124 198911 1 001 NIP.19591028 198803 1 002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI Jl. Almamater No. 1 Kampus USU, Medan 20155, Indonesia
Telp.(061) 8210371, 8211235, 8210436 Fax.(061) 8215845 Ext. 301 dan 255
http://www.polmed.ac.id Email : [email protected]
Document No. : F-PDI-02-02 Rev. No. : 00 Date of Issue : 20 November 2008
iiii ii iiii
iv
PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
RANCANG BANGUN ALAT PERBAIKAN FAKTOR
DAYA OTOMATIS MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER AT89S52 SEBAGAI PENGGERAK
RELAI PADA KAPASITOR BANK
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Karmanto
NIM. : 0905051025
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada
Tanggal 1 Sertember 2012
di Ruang RA-207 Politeknik Negeri Medan,
telah dinyatakan lulus dan memenuhi syarat
Penguji 1, Penguji 2,
Ir. Roket Angkasa, M.T. Ir. Suprapto, M.T.
NIP.19610112 198903 1 001 NIP.19590203 198903 1 002
Ketua Penguji, Ketua Jurusan Teknik Mesin,
Marlon Tua P. Sibarani, S.T., M.T. Ir. Gidion Sembiring, M.T.
NIP.19770325 200312 1 004 NIP.19570307 198811 1 001

v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan pengetahuan dan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Laporan Tugas Akhir ini berjudul “Rancang Bangun Alat Perbaikan
Faktor Daya Otomatis Menggunakan Mikrokontroler AT89S52 Sebagai
Penggerak Relai Pada Kapasitor Bank” disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Jurusan
Teknik Mesin Program Studi Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Medan.
Tentunya ucapan terima kasih penulis haturkan teristimewa untuk kedua
orang tua penulis, ayahanda Supono dan ibunda Misni yang tiada henti
menyemangati secara moril dan materil kepada penulis sehingga Laporan Tugas
Akhir ini bisa terselesaikan.
Dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, penulis menemukan
hambatan dan tantangan. Namun berkat bantuan dari semua pihak, penulis mampu
menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. M. Syahruddin, S.T., M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri Medan.
2. Ir. Gidion sembiring M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin.
3. Ir. Isman Harianda, M.T., selaku Kepala Program Studi Teknik Konversi
Energi.
4. Ir. Silmi, M.T., selaku Dosen Pembimbing dalam Penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini, serta motivasi dan nasehat yang diberikan kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar di Jurusan Teknik Mesin, khususnya Dosen
Program Studi Teknik Konversi Energi yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis di Politeknik Negeri Medan. Terimakasih atas semua
bimbingan, nasehat serta didikan yang Bapak/Ibu berikan kepada penulis
selama dalam pengajaran.

vi
6. Ir. Burhanuddin Tarigan, M.T., terima kasih atas perhatian dan motivasi
Bapak yang luar biasa kepada penulis.
7. Teman-teman satu Tugas Akhir, Halil Husyairy dan Senti Februarta,
terima kasih atas kerjasamanya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Teman-temanku tercinta Abdul Rahman Simbolon, Ogeta Indrawan Purba,
Fajar Prasiswo, Mifta Al-Husna Humairah, Rusmania Melani, Silvia Misy
Andriany, Agung Mulia Pulungan, dan Yasir Habibi Pardosi. Kalian
mengajarkanku arti persahabatan yang menakjubkan.
9. Teman-teman seperjuangan di kelas EN-6A angkatan 2009. Terimakasih
untuk semua kenangan selama berkuliah di kampus POLMED tercinta.
10. Kakak-kakakku tersayang Tutik Handayani dan Rohayati. Terima kasih
telah bersedia menjadi kakak yang peduli.
11. Maulida Elsa Lubis, semoga segala cita-citamu terwujud, dapat jodoh
yang terbaik, dan berhasil membentuk keluarga yang harmoni.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis baik dukungan materil, spirit,
dan dukungan do’anya untuk penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan dari
segi sistematika maupun referensi berhubung karena keterbatasan waktu,
pengetahuan dan tenaga. Untuk itu diharapkan partisipasi semua pihak dalam
menyumbangkan pikiran atau ide demi perbaikan ke arah yang lebih sempurna.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Medan, 25 September 2012
Hormat Penulis
Karmanto
0905051025

vii
DAFTAR ISI
JUDUL.. .................................................................................................................. i
SPESIFIKASI TUGAS AKHIR .......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
INTISARI ........................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Pemilihan Judul ........................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Tugas Akhir .............................................................................. 2
D. Manfaat Tugas Akhir ............................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 4
A. Mikrokontroler AT89S52 ...................................................................... 4
1. Karakteristik Mikrokontroler AT89S52 ......................................... 5
2. Fungsi Pin-Pin Pada Mikrokontroler AT89S52 ............................. 5
3. Register Pada mikrokontroler AT89S52 ........................................ 7
B. Daya dan Faktor Daya ........................................................................... 9
1. Faktor Daya Sepasa (Unity) ......................................................... 10
2. Faktor Daya Terbelakang (Lagging) ............................................ 11
3. Faktor Daya Mendahului (Leading) ............................................. 12
C. Perbaikan Faktor Daya ........................................................................ 13
D. Kapasitor ............................................................................................. 14

viii
1. Kapasitor Dalam Hubungan Seri ................................................. 16
2. Kapasitor Dalam Hubungan Paralel ............................................ 16
E. Dioda ................................................................................................... 17
F. Resistor ................................................................................................ 18
G. Regulator Tegangan ............................................................................ 21
H. Transistor ............................................................................................. 21
I. Operational Amplifier (Op-Amp) ....................................................... 22
J. Relai .................................................................................................... 23
K. Gerbang Logika XOR ......................................................................... 25
BAB III PERANCANGAN ALAT ..................................................................... 27
A. Blok Diagram dan Prinsip Kerjaya ..................................................... 27
B. Perancangan Alat................................................................................. 28
1. Rangkaian Catu Daya ................................................................... 28
2. Rangkaian Pengkondisi Sinyal ..................................................... 29
3. Rangkaian Mikrokontroler (Sistem Minimum AT89S52) ........... 31
4. Rangkaian Penampil Tujuh Segmen ............................................ 31
5. Rangkaian Saklar Pemilihan Mode .............................................. 32
6. Rangkaian Penggerak Relai dan Kapasitor Bank......................... 33
C. Alat dan Bahan yang Digunakan ......................................................... 38
1. Alat yang Digunakan.................................................................... 38
2. Bahan dan Komponen yang Digunakan ....................................... 38
D. Perancangan Diagram Alir Program ................................................... 40
E. Uraian Kerja Alat ................................................................................ 41
BAB IV PENGUJIAN ALAT .............................................................................. 49
A. Pengecekan Nilai Faktor Daya Beban ................................................. 49
B. Perbaikan Faktor Daya ........................................................................ 49
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 51

ix
A. Kesimpulan.......................................................................................... 51
B. Saran .................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Halaman
1. Konfigurasi pin (kaki) pada mikrokontroler AT89S52 5
2. Segitiga daya 10
3. Arus sepasa dengan tegangan 11
4. Arus tertinggal dari tegangan sebesar sudut ⱷ 11
5. Perbandingan daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor
daya tertinggal (lagging) 12
6. Arus mendahului tegangan sebesar sudut ⱷ 12
7. Perbandingan daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor
daya mendahului (leading) 13
8. Sistem dengan faktor daya lagging 14
9. Sistem setelah dipasang kapasitor (faktor daya sistem diperbaiki) 14
10. Segitiga daya dari perbaikan faktor daya 14
11. Rangkaian kapasitor 17
12. Sebelah kiri lambang dioda, sebelah kanan contoh komponen 17
13. Tiga buah resistor untuk komposisi karbon 19
14. IC regulator tegangan 21
15. Berbagai jenis transistor 22
16. Rangkaian komparator 23
17. Konstruksi relai 24
18 Gerbang XOR 25
19 Penjelasan tiap kaki terminal IC 7486 26
20. Diagram blok rancang bangun alat perbaikan faktor daya otomatis
menggunakan mikrokontroler AT89S52 sebagai penggerak relai
pada kapasitor bank 27
21. Trafo CT step-down untuk rangkaian catu daya 28
22. Rangkaian catu daya dengan keluaran bervariasi 29
23. Rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa 30
24. Rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan 31

xi
25. Sistem minimum AT89S52 31
26. Rangkaian penampil nilai cos phi 32
27. Rangkaian penampil kondisi leading atau lagging 32
28. Rangkaian saklar pemilihan mode 33
29. Rangkaian penggerak relai dan kapasitor bank 34
30. Diagram alir program alat perbaikan faktor daya 41
31. Titik-titik keluaran sensor arus dan sensor tegangan yang masuk
ke pengkondisi sinyal 42
32. Hubungan tegangan di titik A-B dan tegangan di titik C-D 42
33. Hubungan rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa dengan titik
A-B dan titik C-D 43
34. Tegangan di titik K dan titik L (terhadap grounding) 43
35. Tegangan di titik M dan titik N (terhadap grounding) 44
36. Tegangan di titik O (terhadap grounding) 44
37. Hubungan rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan dengan
titik C-D 45
38. Fasa tegangan di titik O dengan fasa tegangan di titik Q 45

xii
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Halaman
1. Perhitungan nilai resistansi 20
2. Tabel kebenaran logika XOR 25
4. Daftar relai aktif beserta nilai kapasitansi dari kapasitor bank 36
5. Peralatan yang digunakan pada rancang bangun 38
6. Bahan dan komponen yang digunakan 38
8. Nilai faktor daya beban 49
9. Data percobaan perbaikan faktor daya 50

xiii
INTISARI
Energi listrik telah menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia.
Berkembangnya teknologi dan melonjaknya jumlah penduduk berakibat pada
meningkatnya kebutuhan listrik rumah tangga. Beban-beban listrik rumah tangga
yang bersifat induktif dapat menurunkan faktor daya dan mengakibatkan daya
aktif yang tersedia semakin kecil. Perbaikan faktor daya merupakan solusi dari
masalah tersebut. Dengan sejumlah kapasitor, sensor tegangan, sensor arus, serta
rangkaian kontrol berbasis mikrokontroler AT89S52 yang terintegrasi dapat
digunakan untuk memperbaiki faktor daya. Sistem ini akan menghitung nilai
faktor daya dari beban lalu mengkonfigurasi rangkaian kapasitor untuk
menghasilkan nilai faktor daya mendekati 1. Semakin tinggi nilai faktor daya akan
semakin banyak pula daya aktif yang tersedia.
Kata Kunci : Mikrokontroler AT89S52, Sensor Tegangan, Sensor Arus, Relai,
Kapasitor Bank, Faktor Daya.

xiv
ABSTRACT
Electrical energy has become a basic requirement for human life.
Development of technology and the increase in population led to an increase
household electricity needs. Electrical loads that inductive can reduce power
factor and reduce available active power. Power factor improvement is a solution
of the problem. With the number of capacitors,Vage sensor, current sensor, and a
control circuit based microcontroller AT89S52 integrated can be used to improve
the power factor. The system will calculate power factor value of the load and
configure settings of capacitor to generate value power factor close to 1. The
higher the value of the power factor will be the more active power is available.
Keyword : Microcontroller AT89S52,Voltage Sensor, Current Sensor, Relay,
Capacitor Bank, Power Factor.

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemilihan Judul
Energi listrik merupakan bentuk energi paling praktis penggunaanya oleh
manusia sehingga energi listrik telah menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan
manusia sekarang ini dan di masa yang akan datang. Kebutuhan energi listrik
merambah di bidang perumahan, industri, pendidikan dan pemerintahan hingga
berdampak pada aspek-aspek kehidupan kita.
Seiring berkembangnya teknologi dan melonjaknya pertumbuhan
penduduk maka kebutuhan akan energi listik akan meningkat. Peralatan listrik
rumah tangga seperti AC, mesin cuci, pompa air, kompor listrik, penanak nasi,
refrigrator, penerangan, dan sebagainya menyebabkan kebutuhan daya listrik
rumah tangga semakin meningkat pula.
Beban-beban induktif dalam rumah tangga seperti mesin cuci,
refrigrator, pompa air, lampu TL (Tube Lamp), dan sebagainya dapat
menyebabkan nilai faktor daya menurun. Penurunan nilai faktor daya ini
mengakibatkan daya yang tersedia pada rumah tangga semakin kecil. Artinya
semakin sedikit peralatan listrik rumah tangga yang dapat digunakan sekaligus.
Perbaikan faktor daya adalah jalan keluar dari masalah di atas. Prinsip
dasarnya adalah memasang beberapa kapasitor dengan nilai tertentu yang
dipasang sedemikian rupa (paralel, seri, maupun kombinasi) pada instalasi listrik
untuk menekan beban induktif dari peralatan listrik rumah tangga.
Dalam kenyataannya beban listrik rumah tangga selalu berubah-ubah
selama 24 jam sehari. Hal ini berpengaruh terhadap beban induktif yang juga akan
berubah-ubah. Untuk menaikkan nilai faktor daya setinggi mungkin (mendekati 1)
maka nilai beban kapasitif yang dipasang harus mendekati nilai beban induktif
yang sedang terpasang. Akibatnya beban kapasitif yang harus dipasang akan
selalu berubah-ubah. Mengubah beban kapasitif secara manual akan terasa kurang

2
praktis karena kita dituntut untuk selalu mengecek nilai faktor daya saat terjadi
perubahan beban.
Masalah tersebutlah yang menjadi latar belakang penulis memilih judul
“Rancang Bangun Alat Perbaikan Faktor Daya Otomatis Menggunakan
Mikrokontroler AT89S52 Sebagai Penggerak Relai Pada Kapasitor Bank” sebagai
judul tugas akhir.
B. Pembatasan Masalah
Mengingat kompleksnya permasalahan yang ada maka pada tugas akhir
ini diberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Sebagai sistem kontrol alat perbaikan faktor daya ini digunakan
mikrokontroler AT89S52.
2. Alat perbaikan faktor daya ini digunakan pada beban satu fasa.
3. Jenis beban yang dapat diperbaiki adalah beban yang bersifat induktif.
4. Kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki faktor daya ini berjumlah 9
(sembilan) buah dengan masing-masing berkapasitas 4,7µF.
5. Rentang kerja alat perbaikan faktor daya ini adalah pada beban reaktif antara
7,94VAR sampai 642,86VAR.
C. Tujuan Tugas Akhir
Tujuan laporan tugas akhir ini adalah untuk membuat alat perbaikan
faktor daya yang dapat bekerja secara otomatis pada beban satu fasa
menggunakan mikrokontroler AT89S52 sebagai sistem kontrol.
D. Manfaat Tugas Akhir
Penulis berharap bahwa laporan tugas akhir ini memberikan beberapa
manfaat, antara lain :

3
1. Manfaat bagi penulis sendiri untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan
dan pengalaman agar mampu memberikan solusi dari permasalahan tentang
krisis energi.
2. Dapat digunakan untuk memperbaiki faktor daya beban listrik rumah tangga
dan menjadi bahan referensi tambahan dalam pengembangan pengetahuan
mahasiswa/i tentang perbaikan faktor daya.

4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Mikrokontroler AT89S52
Mikrokontroler AT89S52 adalah mikrokomputer CMOS 8 bit yang
memiliki 8 KB Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM).
Mikrokontroler berteknologi memori non-volatile (tidak kehilangan data bila
kehilangan daya listrik). Set instruksi dan kaki keluaran AT89S52 sesuai dengan
standar industri 80C51 dan 80C52. Atmel AT89S52 adalah mikrokontroler yang
sangat bagus dan fleksibel dengan harga yang relatif murah untuk banyak
aplikasi. Sistem kendali berkerapatan tinggi dari Atmel ini sangat kompatibel
dengan mikrokontroler MCS-51, misalnya mikrokontroler AT80S52 terkenal dan
banyak digunakan dan telah menjadi standar industri baik dalam jumlah pin IC
maupun set instruksinya.
Mikrokontroler AT89S52 memiliki fasilitas-fasilitas pendukung yang
membuatnya menjadi mikrokontroler yang sangat banyak digunakan dalam
berbagai aplikasi. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S52
adalah :
1. Sesuai dengan produk-produk MCS-51.
2. Terdapat memori flash yang terintegrasi dalam sistem. Dapat ditulis ulang
hingga 1000 kali.
3. Beroperasi pada frekuensi 0 sampai 24MHz.
4. Tiga tingkat kunci memori program.
5. Memiliki 256 x 8 bit RAM internal.
6. Terdapat 32 jalur masukan/keluaran terprogram.
7. Tiga pewaktu/pencacah 6-bit (untuk AT89S52) & dua pewaktu/pencacah 16-
bit (untukAT89S51).
8. Memiliki 8 sumber interupsi(untuk AT89S52) & 6 sumber instruksi untuk
AT89S51
9. Kanal serial terprogram.
10. Mode daya rendah dan mode daya mati.

5
1. Karakteristik Mikrokontroler AT89S52
AT89S52 mempunyai memori yang terdiri dari RAM internal dan
Special Function Register. RAM internal pada mikrokontroler AT89S52
memiliki ukuran 256 byte dan beralamatkan 00H-7FH serta dapat di akses
menggunakan RAM address register. RAM internal terdiri dari delapan buah
register (R0-R7) yang membentuk register banks. Special Function Register
yang berjumlah 21 buah berada di alamat 80H- FFH. RAM ini berbeda pada
lokasi dengan Flash PEROM dengan alamat 000H-7FFH.
IC AT89S52 mempunyai pin sebanyak 40 buah yang sesuai dengan
mikrokontroler 8031 dan memiliki susunan pin seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Konfigurasi pin (kaki) pada mikrokontroler AT89S52
2. Fungsi Pin-Pin Pada Mikrokontroler AT89S52
a. Pin 1 sampai pin 8
Pin 1 – 8 adalah port 1 yang merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah
dengan internal pull-up yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
seperti mengendalikan empat input TTL. Port ini juga digunakan sebagai
saluran alamat saat pemrograman dan verifikasi.
b. Pin 9
Merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi

6
akan me- reset mikrokontroler ini.
c. Pin 10 sampai pin 17
Pin 10 – pin 17 merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah dengan
internal pull- ups yang memiliki fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti
tidak dipakai maka dapat digunakan sebagai port paralel 8 bit serbaguna.
Selain itu, sebagian port 3 dapat berfungsi sebagai sinyal kontrol saat proses
pemrograman dan verifikasi.
d. Pin 18 dan pin 19
Pin-pin ini merupakan jalur masukan ke penguat osilator berpenguat tinggi.
Mikrokontroler ini memiliki seluruh rangkaian osilator yang diperlukan pada
chip, kecuali rangkaian kristal yang mengendalikan frekuensi osilator. Oleh
karena itu, pin 18 dan 19 ini sangat diperlukan untuk dihubungkan dengan
kristal. Selain itu XTAL1 juga dapat digunakan sebagai input untuk
inverting osilator amplifier dan input rangkaian internal clock, sedangkan
XTAL 2 merupakan output dari inverting oscillator amplifier.
e. Pin 20
Pin 20 merupakan ground sumber tegangan dan diberi simbol “gnd”.
f. Pin 21 sampai pin 28
Pin-pin ini adalah port 2 yang merupakan saluran atau bus I/O 8 bit dua arah
dengan internal pull-ups. Saat pengambilan data dari program memori
eksternal atau selama pengaksesan data memori eksternal yang menggunakan
alamat 16 bit ([email protected]), port 2 berfungsi sebagai saluran /bus
alamat tinggi (A8-A15). Akan tetapi, saat mengakses data memori eksternal
yang menggunakan alamat 8 bit ([email protected]), port 2 mengeluarkan isi
P2 pada special function register.
g. Pin 29
Pin 29 merupakan program Store Enable (PSEN) merupakan sinyal
pengontrol untuk mengakses program memori eksternal agar masuk ke dalam
bus selama proses pemberian/pengambilan instruksi (fetching).
h. Pin 30
Pin 30 sebagai Adress Lacth Enable (ALE)/PROG merupakan penahan

7
alamat memori eksternal (pada port 1) selama mengakses ke memori. Pin ini
juga berfungsi sebagai pulsa/sinyal input pemograman (PROG) selama proses
pemograman.
i. Pin 31
Pin 31 adalah External Access Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk
pembacaan memori program. Apabila diset rendah (L) maka mikrokontroler
akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori program eksternal,
sedangkan jika diset tinggi (H) maka mikrokontroler akan melaksanakan
seluruh instruksi dari memori program internal ketika isi program counter
kurang dari 4096. Port ini juga berfungsi sebagai tegangan pemograman
(Vpp=+12V) selama proses pemograman.
j. Pin 32 sampai pin 39
Pin 32-pin 39 adalah port 0 yang merupakan saluran bus I/O 8 bit open
collector, dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan
bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Saat proses
pemograman dan verifikasi, port 0 digunakan sebagai saluran/bus data. Pull-
up eksternal diperlukan selama proses verifikasi.
k. Pin 40
Pin 40 merupakan sumber tegangan positif yang diberi simbol Vcc.
3. Register Pada Mikrokontroler AT89S52
Register adalah penampung data sementara yang terletak dalam CPU.
Pada mikrokontroler AT89S52, register-registernya adalah sebagai berikut :
a. Register A ( Accumulator)
Accumulator ialah sebuah register 8 bit yang merupakan pusat dari semua
operasi. Accumulator, termasuk dalam operasi aritmatika dan operasi logika.
b. Register B
Register ini memiliki fungsi yang sama dengan register A.
c. Program counter (PC)
Program counter (Pencacah program) merupakan sebuah register 16 bit yang
selalu menunjukkan lokasi memori instruksi yang akan diakses.

8
d. Data pointer
Data pointer atau DPATR merupakan register 16 bit yang terletak di alamat
82H untuk DPL dan 83H untuk DPH. Biasanya Data pointer digunakan
untuk mengakses data atau source kode yang terletak di memori eksternal.
e. Stack Pointer (SP)
Stack Pointer adalah register 8 bit yang mempunyai fungsi khusus sebagai
penunjuk alamat atau data paling atas pada operasi penumpukan di
RAM. Stack Pointer terletak di alamat 81H. Penunjuk penumpukan selalu
berkurang dua tiap kali data didorong masuk kedalam lokasi penumpukan dan
selalu bertambah dua tiap kali data ditarik keluar dari lokasi penumpukan.
f. Program Status Word
Program Status Word merupakan register yang berisi beberapa bit status yang
mencerminkan keadaaan mikrokontroler.
g. Bit Carry Flag (CY)
Bit carry merupakan bit ke 8 yang memiliki dua fungsi :
1) Carry akan menunjukkan apakah operasi penjumlahan mengandung carry
(sisa) atau apakah operasi pengurangan mengandung borrow (kurang).
Apabila operasi ini mengandung carry, bit ini akan diset agar bernilai satu,
sedangkan jika mengandung borrow, bit ini akan di set agar bernilai nol
(0).
2) Carry dimanfaatkan sebagai bit ke-8 untuk operasi pergeseran (shift) atau
perputaran.
h. Bit Auxiliary Carry (AC)
Bit ini menunjukkan adanya carry (bawaan) dari bit ketiga menuju bit
keempat atau dari empat bit rendah ke empat bit tinggi pada operasi
aritmatika. Bit ini jarang digunakan dalam program, tetapi digunakan oleh
mikrokontroler secara implisit pada operasi aritmatika bilangan BCD.
i. Bit Flag 0 (F0)
Bit ini menunjukkan apakah hasil operasi bernilai nol atau tidak. Apabila
hasil operasi adalah nol (0), bit ini akan diset agar bernilai 1, sedangkan
apabila hasil operasinya bukan nol (0) maka bit ini akan di-reset. Bit ini juga

9
digunakan pada perbandingan dua buah data. Jika kedua data bernilai sama
maka bit ini akan diset agar bernilai satu, sedangkan jika kedua data itu
berbeda maka bit ini akan direset agar bernilai nol (0).
j. Bit Register Select (RS)
RS0 dan RS1 digunakan untuk memilih bank register. Delapan buah register
ini merupakan register serbaguna. Lokasinya pada awal 32 byte RAM internal
yang memiliki alamat dari 00H sampai 1FH. Register ini dapat diakses
melalui simbol assembler (R0,R1,R2,R3,R4,R5,R6 dan R7).
B. Daya dan Faktor Daya
Dalam listrik arus bolak-balik, daya terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu daya
aktif (P), daya reaktif (Q), dan daya semu (S). Daya aktif adalah perkalian antara
tegangan dengan arus yang sepasa dengan tegangan.
(W)
Daya reaktif adalah perkalian antara tegangan dengan arus yang berbeda fasa 900
terhadap tegangan.
(VAR)
Daya semu adalah penjumlahan daya aktif dengan daya reaktif.
√( ) ( )
√( ) ( ) ( ) ( )
√( )
(VA)
Hubungan antara daya aktif, daya reaktif, dan daya semu dapat dilihat
pada gambar 2.2.

10
Gambar 2.2 Segitiga daya
Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya semu.
Nilai faktor daya adalah antara 0 sampai 1. Semakin besar nilai faktor daya maka
besar daya aktif akan semakin mendekati besar daya semu. Untuk daya aktif (P)
dan tegangan (V) yang sama, semakin besar nilai faktor daya maka semakin kecil
arus (I) yang mengalir di kawat penghantar. Hal ini berarti arus (I) berbanding
terbalik dengan faktor daya (Cos ).
Dalam sistem tenaga listrik dikenal 3 jenis faktor daya yaitu faktor daya
sepasa (unity), faktor daya terbelakang (lagging) dan faktor daya terdahulu
(leading) yang ditentukan oleh jenis beban yang ada pada sistem.
1. Faktor Daya Sepasa (Unity)
Faktor daya sepasa adalah keadaan dimana tegangan sepasa dengan arus.
Nilai faktor dayanya adalah 1. Faktor daya sepasa akan terjadi bila jenis beban
adalah resistif murni.
ⱷ
P (W)
S (VA) Q (VAR)

11
(a). Diagram fasor (b). Hubungan tegangan dan arus terhadap waktu
Gambar 2.3 Arus sepasa dengan tegangan
Pada gambar terlihat bahwa sudut yang dibentuk oleh tegangan dan arus
(sudut ⱷ) adalah 00. Nilai cos ⱷ adalah 1 sehingga daya aktif sama dengan daya
semu.
2. Faktor Daya Terbelakang (Lagging)
Faktor daya terbelakang (lagging) adalah keadaan dimana arus tertinggal
terhadap tegangan sebesar ⱷ.
(a). Diagram fasor (b). Hubungan tegangan dan arus terhadap waktu
Gambar 2.4 Arus tertinggal dari tegangan sebesar sudut ⱷ
t
V
I
V
I
ⱷ
ⱷ
t
V
I
V
I

12
Hubungan antara daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor
daya terbelakang dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Perbandingan daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor
daya tertinggal (lagging)
3. Faktor Daya Mendahului (Leading)
Faktor daya mendahului (leading) adalah keadaan dimana arus
mendahului tegangan sebesar ⱷ.
(a). Diagram fasor (b). Hubungan tegangan dan arus terhadap waktu
Gambar 2.6 Arus mendahului tegangan sebesar sudut ⱷ
ⱷ
V
I
ⱷ V
t
I
ⱷ
P
S

13
Hubungan antara daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor
daya mendahului dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Perbandingan daya aktif, daya reaktif, dan daya semu pada faktor
daya mendahului (leading)
C. Perbaikan Faktor Daya
Beban-beban yang bersifat induktif seperti motor induksi dan lampu TL
akan menyebabkan nilai faktor daya dari keseluruhan sistem (total beban)
menurun. Hal ini terjadi karena beban-beban induktif menyebabkan fasa arus
tertinggal terhadap tegangan (faktor daya lagging) sehingga menimbulkan daya
reaktif. Nilai faktor daya yang menurun berdampak pada menurunnya efisiensi
pemakaian daya aktif. Untuk itu diperlukan perbaikan faktor daya agar efisiensi
pemakaian daya aktif meningkat.
Dengan memasang kapasitor dengan nilai tertentu yang dipasang paralel
dengan beban-beban induktif dapat meningkatkan nilai faktor daya sistem. Hal ini
dikarenakan beban yang bersifat kapasitif ini (kapasitor) menyebabkan fasa arus
mendahului tegangan (faktor daya leading) sehingga daya reaktif yang
ditimbulkan oleh beban induktif dapat dikompensasi dengan adanya daya reaktif
yang ditimbulkan oleh kapasitor.
P
ⱷ
Q
Q
S

14
2.8 Sistem dengan faktor daya lagging
2.9 Sistem setelah dipasang kapasitor (faktor daya sistem diperbaiki)
2.10 Segitiga daya dari perbaikan faktor daya
Keterangan :
SL = Daya semu dari beban
P = Daya aktif dari keseluruhan sistem
QL = Daya reaktif dari beban
QK = Daya reaktif dari kapasitor
QT = Daya reaktif terkoreksi (daya reaktif total)
ST = Daya semu keseluruhan sistem
D. Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan
listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 lembar plat metal yang dipisahkan
oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
P
QL SL QK
QT ST

15
udara vakum, keramik, gelas, dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu
kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir
menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke
ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya
muatan-muatan positif dan negatif di awan. Coulombs pada abad 18 menghitung
bahwa 1 coulomb = 6,25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat
postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika
dengan tegangan 1V dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulomb. Dengan
rumus dapat ditulis :
Q = CV
Dengan asumsi :
Q = muatan elektron (Coulomb)
C = nilai kapasitansi (Farad)
V = tegangan (Volt)
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan
mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal
dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis
sebagai berikut :
C = (8.85 x 10^-12) (k A/t)
Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan dengan
melihat angka atau kode yang tertera pada badan kapasitor tersebut. Untuk
kapasitor jenis elektrolit memang mudah, karena nilai kapasitansinya telah
tertera dengan jelas pada tubuhnya. Sedangkan untuk kapasitor keramik dan
beberapa jenis yang lain nilainya dikodekan. Biasanya kode tersebut terdiri atas
4 digit, dengan 3 digit pertama merupakan angka dan digit terakhir berupa huruf
yang menyatakan toleransinya. Fungsi dari kapasitor, yaitu:
1. Menyimpan tenaga listrik (dalam dielektriknya).

16
2. Menahan arus searah.
3. Penapis.
Kemampuan menyimpan muatan listrik suatu kapasitor dinyatakan dalam
satuan Farad dan dipengaruhi oleh :
1. Luas penampang keping penghantar.
2. Jarak antar keeping.
3. Jenis dielektrika.
Dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
Dd
C ..56,12
Di mana :
C = kapasitas kapasitor
ε = konstanta dielektrikum
D = luas bidang plat
d = jarak antara plat
1. Kapasitor Dalam Hubungan Seri
Jika dua atau lebih kapasitor dirangkai secara berderet / seri seperti pada
gambar 2.7. (b), maka kapasitas kapasitannya menjadi kecil karena terkait seperti
rumus :
C
QV maka
CnCCCCt
1...
1111
321
2. Kapasitor Dalam Hubungan Paralel
Untuk memperoleh kapasitas kapasitor yang lebih besar, dua atau lebih
kapasitor dirangkai secara paralel seperti pada gambar 2.7. (a), maka kapasitas
kapasitannya menjadi besar karena terkait dengan rumus :
Vt = V1+V2+V3 maka Ct = C1 + C2 + C3 +…+ Cn

17
C1
C2
C3
+ -
C1 C2 C3
+ -
(a) (b)
a. Kapasitor hubung paralel
b. Kapasitor hubung seri
Gambar 2.11 Rangkaian kapasitor
E. Dioda
Satu komponen yang paling penting dalam elektronika adalah dioda. Dari
lambang sudah dilihat bahwa arus mempengaruhi sifat dari dioda. Satu sisi dari
dioda disebut anoda dan yang lain katoda. Katoda ada pada ujung depan dari
ujung segitiga. Komponen dioda sering berbentuk silinder kecil dan biasanya
diberi lingkaran pada katoda untuk menunjukkan posisi garis pada lambang.
Kalau bentuk dioda lain dan lingkaran itu tidak ada, posisi dari katoda dan anoda
dapat diketahui dari bentuk komponen dan informasi di buku data.
Contoh dioda dan simbolnya dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.12 Sebelah kiri lambang dioda, sebelah kanan contoh komponen
Sebagai pendekatan pertama bisa dikatakan bahwa dioda mengizinkan
arus untuk mengalir ke satu arah saja. Ketika anoda mendapatkan tegangan yang
lebih positif daripada katoda, maka arus bisa mengalir dengan bebas. Dalam
situasi ini dikatakan dioda dibias maju. Kalau tegangan dibalikkan, berarti katoda

18
positif terhadap anoda, arus tidak bisa mengalir kecuali suatu arus yang sangat
kecil. Dalam situasi ini dikatakan dioda dibias balik disebut arus balik atau arus
bocor dari dioda dan arus itu begitu kecil sehingga dalam kebanyakan rangkaian
bisa diabaikan. Arus bias mengalir kearah segitiga dalam lambang skema
rangkaian, supaya arus bisa mengalir kearah maju, tegangan harus mendekati
0,7V pada diode silikon disingkat (Si) dan mendekati 0,3V pada diode
Germanium disingkat Ge dan tegangan yang lebih besar lagi untuk LED. Kalau
tegangan lebih kecil daripada batas-batas tersebut sebenarnya juga terdapat arus,
tetapi arus itu kecil.
F. Resistor
Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didesain untuk
menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik di antara kedua
kutubnya, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding dengan arus yang
mengalir, berdasarkan hukum Ohm:
V = IR
Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit
elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan.
Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat
resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-
kromium).
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik
yang dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik,
dan induktansi. Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan
sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada
desain sirkuit, kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan
kebutuhan arus rangkaian agar tidak terbakar.

19
Gambar 2.13 Tiga buah resistor untuk komposisi karbon
Resistor aksial biasanya menggunakan pola pita warna untuk
menunjukkan resistansi. Resistor pasang-permukaan ditandas secara numerik jika
cukup besar untuk dapat ditandai, biasanya resistor ukuran kecil yang sekarang
digunakan terlalu kecil untuk dapat ditandai. Kemasan biasanya cokelat muda,
cokelat, biru, atau hijau, walaupun begitu warna lain juga mungkin, seperti merah
tua atau abu-abu.
Resistor awal abad ke-20 biasanya tidak diisolasi, dan dicelupkan ke cat
untuk menutupi seluruh badan untuk pengkodean warna. Warna kedua diberikan
pada salah satu ujung, dan sebuah titik (atau pita) warna di tengah memberikan
digit ketiga. Aturannya adalah "badan, ujung, titik" memberikan urutan dua digit
resistansi dan pengali desimal. Toleransi dasarnya adalah ±20%. Resistor dengan
toleransi yang lebih rapat menggunakan warna perak (±10%) atau emas (±5%)
pada ujung lainnya.
Identifikasi empat pita adalah skema kode warna yang paling sering
digunakan. Ini terdiri dari empat pita warna yang dicetak mengelilingi badan
resistor. Dua pita pertama merupakan informasi dua digit harga resistansi, pita
ketiga merupakan faktor pengali (jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit
resistansi) dan pita keempat merupakan toleransi harga resistansi. Kadang-kadang
terdapat pita kelima yang menunjukkan koefisien suhu, tetapi ini harus dibedakan
dengan sistem lima warna sejati yang menggunakan tiga digit resistansi.
Sebagai contoh, hijau-biru-kuning-merah adalah 56 x 104Ω = 560 kΩ ±
2%. Deskripsi yang lebih mudah adalah: pita pertama, hijau, mempunyai harga 5

20
dan pita kedua, biru, mempunyai harga 6, dan keduanya dihitung sebagai 56. Pita
ketiga,kuning, mempunyai harga 104, yang menambahkan empat nol di belakang
56, sedangkan pita keempat, merah, merupakan kode untuk toleransi ± 2%,
memberikan nilai 560.000Ω pada keakuratan ± 2%.
Tabel 2.1 Perhitungan Nilai Resistansi
Warna Pita
pertama
Pita
kedua
Pita
ketiga
(pengali)
Pita
keempat
(toleransi)
Pita kelima
(koefisien
suhu)
Hitam 0 0 × 100
Cokelat 1 1 ×101 ± 1% (F) 100 ppm
Merah 2 2 × 102 ± 2% (G) 50 ppm
Jingga
(oranye)
3 3 × 103 15 ppm
Kuning 4 4 × 104 25 ppm
Hijau 5 5 × 105 ± 0.5% (D)
Biru 6 6 × 106 ± 0.25% (C)
Ungu 7 7 × 107 ± 0.1% (B)
Abu-abu 8 8 × 108 ± 0.05% (A)
Putih 9 9 × 109
Emas × 10-1 ± 5% (J)
Perak × 10-2 ± 10% (K)
Kosong ± 20% (M)
Fungsi dari Resistor adalah :
1. Sebagai pembagi arus.
2. Sebagai penurun tegangan.
3. Sebagai pembagi tegangan.
4. Sebagai penghambat aliran arus listrik,dan lain-lain.
Resistor berdasarkan nilainya dapat dibagi dalam 3 jenis yaitu :
1. Fixed Resistor
2. Variable Resistor
3. Resistor Non
Linier
:
:
:
Yaitu resistor yang nilai hambatannya tetap.
Yaitu resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah.
Yaitu resistor yang nilai hambatannya tidak linier karena
pengaruh faktor lingkungan misalnya suhu dan cahaya.

21
G. Regulator Tegangan
Cara yang sederhana untuk menyempurnakan pengaturan tegangan
adalah dengan menggunakan regulator tegangan. Tegangan yang berasal dari catu
daya yang tidak diatur digunakan sebagai input Vin terhadap regulator.
LM 78xx dan LM 79xx adalah komponen yang digunakan untuk
pengaturan tegangan yang terdiri dari 3 terminal yaitu terminal input, terminal
ground, dan terminal output. LM78xx merupakan regulator tegangan positif,
sedangkan 79xx merupakan regulator tegangan negatif.
LM 78xx tersedia dengan tegangan keluaran yang berbeda dari 5V
sampai 24V dengan arus keluaran bervariasi dari 100mA sampai 1A. Untuk IC
7805 batas tegangan masukannya sebesar 7,5V sampai 20V DC dengan arus
keluaran 1A dan tegangan keluaran sebesar 5V DC. sedangkan untuk IC 7812
batas tegangan masukannya yaitu 14,8V sampai dengan 27V dengan arus
keluaran 1A dan tegangan keluaran sebesar 12V DC.
LM 78xx tersedia dengan tegangan keluaran yang berbeda dari -5V
sampai -24V dengan arus keluaran bervariasi dari 100mA sampai 1A. Untuk IC
7905 batas tegangan masukannya sebesar -7,5V sampai -20V DC dengan arus
keluaran 1A dan tegangan keluaran sebesar -5V DC. sedangkan untuk IC 7912
batas tegangan masukannya yaitu -14,8V sampai dengan -27Volt dengan arus
keluaran 1A dan tegangan keluaran sebesar -12V DC.
Gambar 2.14 IC regulator tegangan
H. Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,
sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan,

22
modulasi sinyal, atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam
kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya
(FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber
listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor
(E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat
dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input
Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor. Transistor
merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern.
Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat).
Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator),
dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan
sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai
sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan fungsi
rangkaian-rangkaian.
Gambar 2.15 Berbagai jenis transistor
I. Operational Amplifier (Op-Amp)
Penguat operasional (Operational Amplifier) atau yang biasa disebut op-
amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan sambatan (coupling) arus
searah yang memiliki faktor penguatan sangat besar dengan dua masukan dan satu
keluaran. Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit
terpadu dan yang paling banyak digunakan adalah seri 741.

23
Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan serba
guna. Contoh penggunaan penguat operasional adalah untuk operasi matematika
sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan listrik hingga
dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti osilator dengan distorsi
rendah dan komparator.
Rangkaian komparator digunakan untuk membandingkan apakah sinyal
tegangan lebih besar daripada sinyal tegangan lainnya. Rangkaian ini adalah
rangkaian op-amp tanpa menggunakan feedback. Kemungkinan nilai tegangan
output dari rangkaian ini hanya ada dua yaitu:
Berikut ini gambar rangkaian komparator seperti yang terlihat pada
gambar 2.12.
Gambar 2.16 Rangkaian komparator
J. Relai
Relai adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila
mendapat catu dan suatu rangkaian trigger. Relai memiliki tegangan dan arus
nominal yang harus dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya.
Arus yang digunakan pada rangkaian adalah arus DC.
Terlihat pada gambar 2.13, konstruksi dalam suatu relai terdiri dari lilitan
kawat (coil) yang dililiitkan pada inti besi lunak.

24
Gambar 2.17 Konstruksi relai
Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak
menghasilkan medan dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami gaya
listrik magnet sehingga berpindah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub
asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relai dan
relai akan kembali ke posis semula, yaitu Normaly Open atau Normaly Close, bila
tidak ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relai tergantung pada
jenis relai yang digunakan dan pemakaian jenis relai tergantung pada keadaan
yang diinginkan dalam suatu rangkaian. Ada berbagai tipe relai, yang
diklarifikasikan berdasarkan ukuran, bentuk, kapasitas, daya, jumlah, dan tipe
kontak. Menurut kerjanya relai dapat dibedakan menjadi:
1. Tipe Normaly Open (NO), prinsipnya, kontak/switch akan tertutup jika
kumparan dialiri dan terbuka jika tidak ada aliran arus,
2. Tipe Normaly Close (NC), prinsipnya, kontak/switch akan tertutup jika tidak
dialiri arus dan terbuka saat kumparan dialiri arus,
3. Change Over (CO), relai ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya
tertutup yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar aka terhubung ke

25
terminal A, sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus, maka saklar akan
terhubung ke terminal B.
K. Gerbang Logika XOR
Gerbang XOR (dari kata exclusive OR) adalah gerbang logika yangakan
memberikan keluaran 1 jika masukan masukannya mempunyai keadaan yang
berbeda.
Gambar 2.18 Gerbang XOR
Tabel 2.2 Tabel kebenaran logika XOR
Masukan Keluaran
Y A B
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
IC 7486 adalah IC gerbang logika XOR yang memiliki 14 (empat belas)
terminal dengan 4 (empat) buah gerbang XOR. IC ini membutuhkan suplai
tegangan 5V agar dapat bekerja.

26
Gambar 2.19 Penjelasan tiap kaki terminal IC 7486

27
BAB III
PERANCANGAN ALAT
A. Blok Diagram dan Prinsip Kerjanya
Diagram blok merupakan penyederhanaan dari rangkaian yang
menyatakan hubungan berurutan dari satu atau lebih rangkaian yang memiliki
kesatuan kerja tersendiri. Diagram blok tidak mempunyai bentuk atau ukuran
yang khusus. Diagram blok Rancang Bangun Alat Perbaikan Faktor Daya
Otomatis Menggunakan Mikrokontroler AT89S52 Sebagai Penggerak Relai Pada
Kapasitor Bank dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram blok rancang bangun alat perbaikan faktor daya otomatis
menggunakan mikrokontroler AT89S52 sebagai penggerak relai pada kapasitor
bank

28
B. Perancangan Alat
Alat perbaikan faktor daya ini terdiri dari 6 rangkaian dengan tugas yang
berbeda-beda, diantaranya rangkaian catu daya, rangkaian pengkondisi sinyal,
sistem minimum AT89S52, rangkaian penampil tujuh segmen, rangkaian saklar
pemilihan mode, serta rangkaian penggerak relai dan kapasitor bank. Setiap
komponen dalam masing-masing rangkaian dirakit di atas PCB titik dan
dihubungkan dengan komponen lainnya oleh kabel serabut berdiameter 1mm.
Penghubung antar rangkaian adalah soket ISP 10 pin. Sedangkan penghubung
antara rangkaian dengan suplai tegangan PLN adalah soket banana.
1. Rangkaian Catu Daya
Rangkaian catu daya terdiri dari sebuah trafo CT step-down 1A dengan
masukan (input) 220V serta keluaran (output) 12V, 15V, dan 18V. Tegangan
kemudian disearahkan oleh dioda, diratakan oleh kapasitor polar, kemudian
tegangan distabilkan oleh IC regulator tegangan. Dalam rangkaian ini digunakan
beberapa IC Regulator Tegangan, diantaranya 7805 (untuk +5V DC), 7808 (untuk
+8V DC), 7908 (untuk -8V DC), dan 7812 (untuk +12V DC). Tegangan
kemudian diratakan lagi oleh kapasitor polar dan non-polar. Rangkaian catu daya
tersebut dapat dilihat pada gambar 3.2. sebuah kipas pendingin 12 V dipasang
untuk mendinginkan IC regulator tegangan dan Trafo CT.
Gambar 3.2 Trafo CT step-down untuk rangkaian catu daya

29
(a) Catu daya -8V
(b) Catu daya +5V
(c) Catu daya +12V
(d) Catu daya +8V
Gambar 3.3 Rangkaian catu daya dengan keluaran bervariasi
2. Rangkaian Pengkondisi Sinyal
Rangkaian pengkondisi sinyal terdiri dari 1 buah rangkaian pengkondisi
sinyal beda fasa dan 1 buah rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan.

30
Rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa terdiri dari 2 buah IC OP-AMP
741, 1 buah IC gerbang XOR 7486, dua buah dioda, 2 buah resistor 10kΩ, 1 buah
resistor 900Ω dan 1 buah resistor 1010Ω. IC 741 digunakan untuk mengubah
gelombang masukan dari sensor tegangan dan sensor arus menjadi gelombang
kotak. Gelombang ini kemudian disearahkan oleh dioda menjadi sinyal digital.
Sinyal digital dari tegangan dan arus kemudian masuk ke IC 7486 untuk
menghasilkan sinyal beda fasa di keluaran IC 7486 ini.
Rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan terdiri dari sebuah IC 741, 3
buah dioda, 1 buah resistor 900Ω dan sebuah resistor 10kΩ. Gelombang sinus dari
sensor tegangan diubah menjadi gelombang kotak oleh IC 741, kemudian
disearahkan lagi oleh 3 buah dioda menjadi sinyal digital agar dapat dibaca oleh
mikrokontroler.
Sinyal beda fasa berguna dalam pembacaan nilai cos phi, sedangkan
sinyal fasa tegangan nantinya akan dibandingkan dengan sinyal beda fasa untuk
mengetahui apakah arus tertinggal atau mendahului tegangan.
Rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa dapat dilihat pada gambar 3.3
serta rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan dapat dilihat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa

31
Gambar 3.5 Rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan
3. Rangkaian Mikrokontroler (Sistem Minimum AT89S52)
Rangkaian sistem minimum AT89S52 pada perancangan kali ini dapat
dilihat pada gambar 3.5.
Gambar 3.6 Sistem minimum AT89S52
4. Rangkaian Penampil Tujuh Segmen
Tujuh segmen digunakan untuk menampilkan nilai cos phi. Rangkaian
penampil tujuh segmen terdiri dari 3 buah tujuh segmen yang dilengkapi dengan

32
dua buah IC 7447. IC ini berguna untuk mengubah 4 digit data (1 nibble) menjadi
bilangan hexadesimal jika dihubungkan dengan tujuh segmen comon anoda.
Dari 3 buah tujuh segmen, 2 buah tujuh segmen digunakan untuk
menampilkan nilai cos phi, sedangkan 1 buah tujuh segmen digunakan untuk
menampilkan tanda minus atau blank (kondisi leading atau lagging). Tujuh
segmen yang digunakan adalah yang berjenis comon anoda. Rangkaian penampil
tujuh segmen pada perancangan kali ini dapat dilihat pada gambar 3.7 dan gambar
3.8.
Gambar 3.7 Rangkaian penampil nilai cos phi
Gambar 3.8 Rangkaian penampil kondisi leading atau lagging
5. Rangkaian Saklar Pemilihan Mode
Saklar pemilihan mode ini berfungsi untuk memilh mode kerja dari alat
perbaikan faktor daya ini, apakah akan bekerja pada mode pembacaan nilai cos
phi dan perbaikan faktor daya, atau hanya bekerja pada mode pembacaan nilai cos
phi saja.

33
Gambar 3.9 Rangkaian saklar pemilihan mode
6. Rangkaian Penggerak Relai dan Kapasitor Bank
Dalam rangkaian ini terdiri dari 17 buah relai 12V DC, 17 buah transistor
NPN C945, 17 buah resistor 10kΩ, dan 9 buah kapasitor (kapasitor bank) dengan
nilai masing-masing 4,7µF. Dari 17 buah relai, 16 buah berfungsi untuk
mengkonfigurasi rangkaian kapasitor yang berguna dalam penentuan nilai
kapasitansi keseluruhan, sedangkan 1 buah lagi berfungsi untuk menghubungkan
atau memutuskan rangkaian kapasitor dengan beban. Transistor dan resistor
digunakan untuk membantu mikrokontroler yang bekerja pada tegangan 5V DC
agar dapat mengendalikan relai yang bekerja pada tegangan 12V DC. Rangkaian
penggerak relai dan kapsitor bank dapat dilihat pada gambar 3.10.

34
Gambar 3.10 Rangkaian penggerak relai dan kapasitor bank

35
Saat mikrokontroler memberikan logika 1 (tegangan 5V), maka akan
timbul arus di basis transistor yang mengakibatkan arus mengalir pada kolektor
transistor yang besarnya 100 kali arus di basis transistor. Terminal koil dari relai
terhubung seri dengan kolektor transistor sehingga arus yang mengalir di kolektor
transistor sama dengan arus yang mengalir di koil relai. Arus yang mengalir di
koil relai itu adalah sebesar :
orArusKolektArusKoil
sis100xArusBaorArusKolekt
iTahananSer
sicEmiterTeganganBaerkrokontrolTeganganMiArusBasis
10000
0,75ArusBasis
10000
4,3ArusBasis
sis100xArusBaorArusKolekt
10000
4,3100xorArusKolekt
0,043AorArusKolekt
0,043AorArusKolektArusKoil
Tahanan internal koil adalah sebesar 400Ω, sehingga tegangan di
terminal koil adalah :
ahananKoilArusKoilxTilTeganganKo
0,043x400ilTeganganKo
17,2VilTeganganKo
Karena tegangan suplai relai hanya sebesar 12V, maka tegangan koil
hanya sebesar 12V.

36
Dari perhitungan tersebut didapat bahwa saat mikrokontroler
memberikan logika 1 (tegangan 5V) maka relai akan bekerja (karena
mendapatkan tegangan 12V), namun saat mikrokontroler memberikan logika 0
(tegangan 0V) maka relai tidak bekerja. Jadi untuk mengkonfigurasi rangkaian
kapasitor maka mikrokontroler cukup memberikan sinyal ke masing-masing
transistor.
Untuk mengetahui aktif atau tidaknya masing-masing relai maka sebuah
LED dan resistor 680Ω dipasang paralel dengan masing-masing relai.
Pada rancang bangun alat perbaikan faktor daya ini, ada 45 jenis
konfigurasi rangkaian kapasitor. Daftar relai aktif beserta nilai kapasitansinya
dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Daftar relai aktif beserta nilai kapasitansi dari kapasitor bank
No. Relai Aktif Nilai Kapasitansi (µF)
1. - 47/90
2. 4, 12, 1, 9 329/330
3. 5, 13, 4, 12, 3, 11, 2, 10, 1, 9 141/95
4. 6, 14, 5, 13, 3, 11, 1 611/310
5. 7, 15 188/75
6. 7, 15, 5, 13, 4, 12, 3 329/110
7. 7, 15, 6, 14, 5 3,525
8. 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 3, 11, 2 141/35
9. 8 4,7
10. 8, 16, 2, 10, 1 611/110
11. 8, 16, 4, 12, 3 423/70
12. 8, 16, 5, 13, 4 6,58
13. 8, 16, 6 7,05
14. 8, 16, 6, 14, 4 7,52
15. 8, 16, 6, 14, 5, 13, 4 8,225
16. 8, 16, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 3, 11, 2 517/60
17. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1 9,4

37
18. 8, 16, 7, 15 141/14
19. 8, 16, 7, 15, 3 10,575
20. 8, 16, 7, 15, 4, 12 1551/140
21. 8, 16, 7, 15, 5, 13 658/55
22. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2 14,1
23. 8, 16, 7, 15, 6, 14 893/60
24. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 2, 10 846/55
25. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 3, 11 1739/110
26. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 4 16,45
27. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 4, 12, 2 16,92
28. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3 18,8
29. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13 19,74
30. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 2 611/30
31. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 3 21,15
32. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 3, 11, 1 21,62
33. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3, 4 23,5
34. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12 24,675
35. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 1 376/15
36. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 2 25,85
37. 8, 16, 7, 14, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 2, 10 26,32
38. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3, 4, 5 28,2
39. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 2 893/30
40. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 3, 11, 1 30,55
41. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3, 4, 5, 6 32,9
42. 8, 16, 7, 15, 6, 14, 5, 13, 4, 12, 3, 11, 2, 10 35,25
43. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 37,6
44. 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 42,3
45. 17 0

38
C. Alat dan Bahan yang Digunakan
Dalam pembuatan alat perbaikan faktor daya ini dibutuhkan alat-alat
pendukung yang sesuai serta penentuan bahan dan komponen yang tepat untuk
meminimalisir tingkat kegagalan serta mempercepat proses pembuatannya.
1. Alat yang Digunakan
Secara lengkap peralatan yang digunakan dapat dillihat pada tabel 3.2 di
bawah ini.
Tabel 3.2 Peralatan yang digunakan pada rancang bangun
No. Alat yang Digunakan Unit Jumlah
1. Obeng Set Set 1
2. Testpen Buah 1
3. Tang Set Set 1
4. Solder Buah 1
5. Sedot Timah Buah 1
6. Multitester Buah 1
7. Lampu Duduk Buah 1
8. Bor Buah 1
9. Palu Buah 1
10. Gergaji Buah 1
11. Cutter Buah 1
2. Bahan dan Komponen yang Digunakan
Bahan dan komponen yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Bahan dan komponen yang digunakan
No. Bahan / Komponen yang Digunakan Unit Jumlah
1. Kawat Timah meter 100
2. Kabel Serabut Ø 1mm meter x 10 10
3. PCB titik Buah 6
4. Stop Kontak soket “8” Set 1

39
5. Soket 10 Pin Set 6
6. Dudukan Rangkaian Set 1
7. Fuse 4A Set 1
8. Soket 4 Pin set 1
9. Soket Banana Set 6
10. Stop Kontak Buah 1
11. Fan 12V DC Buah 1
12. Heat Sink Buah 1
13. Kapasitor 1nF Buah 3
14. IC OP-AMP 741 Set 3
15. IC Gerbang XOR 7486 Set 1
16. IC AT89S52 Set 1
17. Kristal 12 MHz Buah 1
18. Saklar Tekan Buah 1
19. Relai 12V DC Buah 17
20. Kapasitor 4,7 µF 250V Buah 9
21. Transistor NPN C945 Buah 17
22. LED Buah 17
23. Tujuh Segmen comon anoda Buah 3
24. Dioda 3A 1N5401 Buah 4
25. Dioda 1A 1N4001 Buah 13
26. Resistor 6,8kΩ 2W Buah 1
27. Resistor 680kΩ 2W Buah 1
28. Resistor 680Ω 1/4W Buah 17
29. Resistor 10kΩ 1/4W Buah 28
30. Resistor 330Ω 1/4W Buah 15
31. Resistor 4,7kΩ 1/4W Buah 1
32. Saklar Buah 1
33. Kapasitor Polar 1000µF Buah 4
34. Kapasitor Polar 100µF Buah 3

40
35. Kapasitor Polar 330µF Buah 1
36. Kapasitor 10nF Buah 1
37. Kapasitor 100nF Buah 1
38. Kapasitor 22pF Buah 2
39. Kapasitor 22µF Buah 1
40. IC Regulator Tegangan 7805 Buah 1
41. IC Regulator Tegangan 7808 Buah 1
42. IC Regulator Tegangan 7908 Buah 1
43. IC Regulator Tegangan 7812 Buah 1
D. Perancangan Diagram Alir Program
Perancangan program pada alat perbaikan faktor daya dibuat dengan
algoritma pemrograman. Untuk itu diperlukan pembuatan flowchart. Diagram alir
program dari rancang bangun alat perbaikan faktor daya ini dapat dilihat pada
gambar 3.11.

41
Gambar 3.11 Diagram alir program alat perbaikan faktor daya
E. Uraian Kerja Alat
Alat bekerja secara otomatis, dimulai dengan tegangan dari sensor arus
dan tegangan dari sensor tegangan yang masih berupa tegangan bolak-balik (AC).
Nilai kapasitansi dari kapasitor bank sama dengan 0µF (relai 17 aktif).

42
Gambar 3.12 Titik-titik keluaran sensor arus dan sensor tegangan yang masuk ke
pengkondisi sinyal
Jika beban Z memiliki faktor daya 0,5 lagging, sudut antara tegangan dan arus
adalah :
Maka gambar hubungan tegangan di titik A-B dan tegangan di titik C-D adalah
sebagai berikut :
Gambar 3.13 Hubungan tegangan di titik A-B dan tegangan di titik C-D
Nilai k dan l adalah :
E
Z
K
A B
C
D
6,8kΩ
680 kΩ

43
Titik A-B dan titik C-D dihubungkan dengan pengkondisi sinyal. Pada
rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa, rangkaiannya adalah sebagai berikut :
Gambar 3.14 Hubungan rangkaian pengkondisi sinyal beda fasa dengan titik A-B
dan titik C-D
Hubungan tegangan K dengan L serta tegangan M dengan N adalah sebagai
berikut :
(a) Tegangan di titik K dan titik L (terhadap grounding)
Tegangan titik L
Tegangan titik K
7V
-7V
600

44
(b) Tegangan di titik M dan titik N (terhadap grounding)
Gambar 3.15 Hubungan tegangan K dengan L serta tegangan M dengan N
Tegangan yang masuk ke mikrokontroler (tegangan di titik O) adalah sebagai
berikut :
Gambar 3.16 Tegangan di titik O (terhadap grounding)
Tegangan di titik O akan masuk ke mikrokontroler.
Pada rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan, rangkaiannya adalah
sebagai berikut :
5V
600
Tegangan titik N
Tegangan titik M
6,3V
600

45
Gambar 3.17 Hubungan rangkaian pengkondisi sinyal fasa tegangan dengan titik
C-D
Tegangan dan fasa di titik P sama dengan tegangan dan fasa di titik L.
Fasa di titik Q sama dengan fasa di titik N, namun tegangannya berkurang 1,4 V
karena melewati dua buah dioda. Gambar perbadingan fasa tegangan di titik O
dengan fasa tegangan di titik Q dapat dilihat pada gambar 3.16.
Gambar 3.18 Fasa tegangan di titik O dengan fasa tegangan di titik Q
Dari gambar 3.14 terlihat bahwa tegangan 5V yang masuk ke
mikrokontroler (logika 1) merupakan sinyal beda fasa antara fasa arus (tegangan
A-B) dengan fasa tegangan (tegangan C-D). Mikrokontroler akan menghitung
waktu dari mikrokontroler mendapat sinyal transisi dari 0 ke 1 hingga transisi dari
1 ke 0 secara berkelanjutan (otomatis), sehingga perubahan faktor daya pada
sistem (total beban + kapasitor bank) dapat selalu terdeteksi. Perhitungan waktu
dari mikrokontroler berdasarkan frekuensi yang diberikan oleh PLN, yaitu 50Hz.
C
D
P
Q

46
Jadi, untuk faktor daya 0,5 lagging, maka waktu yang dihitung mikrokontroler
dari transisi 0 ke 1 hingga transisi 1 ke 0 adalah :
Mengingat kurangnya tingkat keakurasian sensor dan pengkondisi sinyal,
kemungkinan waktu yang terbaca di mikrokontroler sama dengan perhitungan di
atas adalah kecil sekali. Oleh karena itu, dalam perencanaan program kami
memutuskan bahwa untuk waktu yang ditempuh pada faktor daya 0 (sudut ⱷ
terbesar, yaitu 900) adalah 4500µs (dari yang seharusnya 5000µs) sehingga untuk
memperoleh sudut ⱷ kami membagi waktu yang dibaca oleh mikrokontroler
dengan 50 (faktor daya 0 maka sudut ⱷ = 900, 4500/50 = 90). Hasil dari
pembagian ini kemudian akan dikonversi oleh mikrokontroler ke nilai cos ⱷ. Hasil
konversi ini kemudian akan dikirim ke tujuh segmen.
Dari gambar 3.16 terlihat fasa tegangan antara titik O dengan fasa
tegangan titik Q yang akan dibandingkan oleh mikrokontroler untuk mengetahui

47
kondisi faktor daya sistem (leading atau lagging). Jika sinyal transisi dari 0 ke 1
di titik Q dibarengi dengan sinyal transisi dari 0 ke 1 di titik O, maka faktor daya
sistem lagging. Jika sinyal transisi dari 0 ke 1 di titik Q tidak dibarengi dengan
sinyal transisi dari 0 ke 1 di titik O maka faktor daya leading. Kondisi ini juga
akan dikirim ke tujuh segmen.
Langkah kerja alat perbaikan faktor daya ini adalah sebagai berikut :
1. Saat alat perbaikan faktor daya disambungkan dengan sumber listrik PLN,
maka secara otomatis alat ini berada pada mode pengukuran (relai 17 aktif,
kapasitor bank masih belum tersambung ke sistem). Nilai dan kondisi faktor
daya sistem terbaca di tujuh segmen.
2. Saat mode diubah ke mode pengukuran dan perbaikan faktor daya (dengan
menyalakan saklar pemilihan mode sesaat lalu mematikannya lagi), maka alat
ini akan memperbaiki faktor daya sistem secara berkelanjutan agar faktor
daya sistem selalu mendekati 1. Nilai dan kondisi faktor daya sistem terbaca
di tujuh segmen.
3. Saat mikrokontroler membaca faktor daya sistem berada pada kondisi lagging
maka mikrokontroler akan melihat kondisi relai yang aktif. Jika relai yang
aktif hanya relai 17 (kapasitor bank belum terhubung ke sistem) maka
mikrokontroler akan menonaktifkan relai 17 (kapasitansi naik ke level 1, lihat
tabel 3.2). Lalu mikrokontroler melihat kondisi faktor daya sistem kembali
dan akan mengonfigurasi relai agar nilai kapasitansi naik ke level di atasnya
ketika kondisi faktor daya sistem masih lagging (lihat tabel 3.2). Saat kondisi
faktor daya masih lagging sedangkan kondisi relai telah berada pada level
maksimum (level 44) maka mikrokontroler akan mempertahankan kondisi
relai tersebut sampai mikrokontroler membaca kondisi faktor daya sistem
leading.
4. Saat mikrokontroler membaca faktor daya sistem berada pada kondisi leading
maka mikrokontroler akan melihat kondisi relai yang aktif. Jika hanya relai
17 yang tidak aktif (kapasitor bank berada pada nilai kapasitansi tertinggi,
lihat tabel 3.2) maka mikrokontroler akan mengonfigurasi relai agar nilai
kapasitansi turun ke level di bawahnya (lihat tabel 3.2). Lalu mikrokontroler

48
melihat kondisi faktor daya sistem kembali dan akan mengonfigurasi relai
agar nilai kapasitansi turun ke level di bawahnya ketika kondisi faktor daya
sistem masih leading (lihat tabel 3.2). Saat kondisi faktor daya masih leading
sedangkan kondisi relai telah berada pada level minimum (level 1) maka
mikrokontroler akan mengaktifkan relai 17. Kondisi relai ini akan
dipertahankan sampai mikrokontroler membaca kondisi faktor daya sistem
lagging.
5. Saat mikrokontroler membaca faktor daya sistem bernilai 1, maka konfigurasi
relai tidak akan berubah sampai faktor daya menurun.
6. Saat mode diubah ke mode pengukuran kembali (dengan menyalakan saklar
pemilihan mode sesaat lalu mematikannya lagi), maka relai 17 akan aktif.
Nilai dan kondisi faktor daya sistem akan terbaca di 7 segmen. Sistem tidak
akan mengubah konfigurasi relai sampai mode diubah ke mode pengukuran
dan perbaikan faktor daya.

49
BAB IV
PENGUJIAN ALAT
Pengujian alat ini dilakukan dengan menggunakan 5 buah beban, yaitu 2
buah lampu pijar 100W, Pengeras Suara (TOA), kipas angin 39W, dan pompa
100W.
A. Pengecekan Nilai Faktor Daya Beban
Pengecekan nilai perbaikan faktor daya beban dilakukan saat alat
perbaikan faktor daya ini berada pada mode pengukuran. Nilai faktor daya dari
masing-masing beban serta keseluruhan beban (tertampil di tujuh segmen) dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Nilai faktor daya beban
No. Beban Faktor Daya
1. Pompa 100W 0,90 (Lagging)
2. Lampu Pijar (100W) 1
3. Pengeras Suara (TOA) 0,22 (Lagging)
4. Kipas Angin 39W 0,95 (Lagging)
5. Pompa, Lampu Pijar, Pengeras Suara, Kipas Angin 0,96 (Lagging)
6. Tanpa Beban 1
B. Perbaikan Faktor Daya
Percobaan dilakukan dengan terlebih dahulu memasang kesemua beban
sekaligus, lalu mengubah mode alat menjadi mode pengukuran dan perbaikan
faktor daya, kemudian satu per satu beban dilepas hingga tidak ada beban yang
terpasang, kemudian beban dipasang kembali satu per satu hingga kesemua beban
terpasang kembali. Percobaan itu dilakukan berulang-ulang hingga didapatkan 20
buah data.
Data percobaan perbaikan faktor daya dapat dilihat pada tabel 4.2

50
Tabel 4.2 Data percobaan perbaikan faktor daya
No
.
Beban
Faktor
Daya
No. Urut
Relai Aktif
Kapasitansi
(µF) Pengeras
Suara
(TOA)
Pompa Kipas
Angin
Lampu
Pijar
Lampu
Pijar (Berdasarkan Tabel 3.1)
1. V V V V V 1 8 141/35
2. V V X V V 0,99 8 141/35
3. X V X V V 1 8 141/35
4. X X X V V -0,99 5 188/75
5. X X X X V -0,99 3 141/95
6. X X X X X 1 45 0
7. X V X X X 1 9 4,7
8. X V V X X 1 9 4,7
9. V V V X X -0,99 21 658/55
10. V V V V X 1 21 658/55
11. V V V V V 1 21 658/55
12. V X V V V 1 21 658/55
13. X X V V V 1 8 141/35
14. X X X V V -0,99 7 3,525
15. X X X X X 1 45 0
16. X X X X V 1 1 47/90
17. X X X V V 1 1 47/90
18. X V X V V 0,99 5 188/75
19. V V X V V 1 9 4,7
20. V V V V V 0,99 9 4,7
Keterangan:
1. Tanda minus (-) pada faktor daya menyatakan bahwa faktor daya leading.
2. Tanda centang (V) menyatakan beban terpasang, sedangkan tanda silang (X)
menyatakan beban tidak terpasang.
3. Relai aktif dilihat dari lampu LED indikator yang terpasang paralel dengan
terminal koil masing-masing relai. Jika lampu LED indikator menyala maka
relai aktif. Sebaliknya jika lampu LED indikator mati maka relai tidak aktif.

51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah merancang dan menguji alat perbaikan faktor daya ini, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai kapasitansi dari kapasitor bank ditentukan dengan melihat relai mana
saja yang aktif. Relai aktif ditentukan dengan melihat lampu LED indikator
yang terpasang paralel dengan terminal koil dari masing-masing relai. Jika
lampu LED indikator menyala maka relai aktif, sedangkan jika lampu LED
indikator mati maka relai tidak aktif.
2. Alat perbaikan faktor daya ini dapat bekerja secara otomatis dengan
mempertahan faktor daya keseluruhan (kapasitor bank dan beban) bernilai
0,99 – 1 (nilai faktor daya yang tertampil di tujuh segmen) meskipun
bebannya berubah-ubah. Terlihat pada tabel 4.2 meskipun bebannya berubah-
ubah namun faktor dayanya tetap (0,99 – 1).
B. Saran
Agar alat perbaikan faktor daya ini dapat lebih sempurna dan bermanfaat,
maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Alat perbaikan faktor daya ini masih menggunakan PCB titik dan penghubung
berupa kabel antar komponen sehingga tampak rumit. Perancangan tata letak
komponen dan layout PCB terlebih dahulu akan memudahkan proses
pembuatan dan memperindah alat ini dari segi estetikanya. Perancangan tata
letak komponen dan layout PCB yang sesuai juga akan membuat alat ini
menjadi lebih tahan lama.
2. Alat perbaikan faktor daya ini masih menggunaan 4 buah dioda yang hanya
mampu melewatkan arus sebesar 6A. Sebaiknya dipilih dioda-dioda yang
mampu melewatkan arus lebih besar agar dapat memperbaiki beban-beban
dengan arus yang lebih besar dari 6A.

52
3. Beban-beban yang digunakan dalam percobaan ini hanya 5 buah sehingga data
hasil percobaan sangat minim. Pemilihan beban-beban dengan faktor daya
kecil serta dengan jumlah yang lebih banyak dapat menambah data hasil
percobaan sehingga didapatkan kesimpulan yang lebih baik.
4. Terdapat perbedaan yang cukup drastis dimana data No.1 dengan data No.11
(Tabel 4.2) menunjukkan nilai kapasitansi yang jauh berbeda meskipun
bebannya sama dan nilai faktor dayanya juga sama. Perancangan program dan
pemilihan komponen yang lebih teliti akan meningkatkan akurasi kerja dari
alat ini dalam membaca nilai cos phi dan memperbaiki faktor daya.
5. Dalam pengambilan data juga ditemukan beberapa lampu LED indikator yang
menyala redup. Ini kemungkinan terjadi karena ada masalah dalam koil relai.
Sebaiknya tentukanlah terlebih dahulu kondisi masing-masing relai sebelum
merangkainya karena pemilihan relai yang bagus sangat menentukan proses
perbaikan faktor daya ini.

DAFTAR PUSTAKA
Usman. 2008. Teknik Antarmuka + Pemrograman Mikrokontroler AT89S52.
Edisi Pertama. Yogyakarta : ANDI.
http://eprints.undip.ac.id/25623/1/ML2F096631.pdf
www.eepis-its.edu/uploadta/downloadmk.php?id=1891
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25206/4/Chapter%20II.pdf

Lampiran 1 : AT89S52 Datasheet




Lampiran 2 : LM741 Datasheet




Lampiran 3 : DM7447 Datasheet




Lampiran 4 : HD7486 Datasheet


Lampiran 5 : Gambar Alat Perbaikan Faktor Daya