rev all terbaru
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah
kesehatan di negara kita, walaupun pemerintah sudah berupaya memberantas
penyakit ini selama 37 tahun, tetapi tampaknya kurang begitu berhasil bila dilihat
dari jumlah kasus yang makin lama makin bertambah banyak, meskipun bila
dilihat dari persentase angka kematian penderita, upaya pemerintah tidak
sepenuhnya gagal.
Bila dilihat dari jumlah seluruh kasus di kota Bandung berdasarkan data
dari sub dinas Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) pada
tahun 2007 sebesar 4525, dimana jumlah ini lebih besar dibandingkan tahun
sebelumnya (2006), yaitu 3167 kasus.
Untuk menentukkan diagnosa penyakit DBD salah satu pemeriksaan
laboratorium, yaitu pemeriksaan jumlah trombosit. Pemeriksaan jumlah trombosit
pada awalnya dilakukan secara langsung yaitu metoda Rees Ecker. Penghitungan
jumlah trombosit dalam metoda ini menggunakan alat mikrokop, dengan larutan
pengencer amonium oksalat 1%. Pembacaan dengan metoda langsung tersebut
cukup rumit dan memerlukan waktu lama. Ketepatan pembacaan hasil jumlah
trombosit tergantung dari keahlian petugas, hal ini dapat memungkinkan
kesalahan penghitungan lebih besar.
1
2
Saat ini pemeriksaan jumlah trombosit dilakukan dengan menggunakan
alat otomatis, yaitu Hematologi Otomatis, untuk mengetahui jumlah trombosit
dalam darah (Whole Blood) yang diberi antikoagulan Etil Diamin Tetra Asetat
(EDTA).
Trombosit merupakan pemeriksaan hematologi rutin yang banyak
diminta oleh para dokter di klinik, untuk menunjang penegakan diagnosa dalam
menentukan pengobatan yang tepat. Akhir–akhir ini pemeriksaan hematologi
umumnya memakai alat hitung sel darah otomatis, sehingga hasil pemeriksaan
dapat diperoleh dengan lebih teliti, tepat dan akurat. Hal tersebut diperlukan alat
yang Valid dan reliabel.
Dengan menggunakan alat yang valid dan reliabel dalam pemeriksaan
jumlah trombosit, maka diharapkan hasil pemeriksaan jumlah trombosit akan
menjadi valid dan reliabel. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang
Validitas dan Reliabilitas alat Hematologi otomatis tipe BC 3000 dan Sysmex
1800 pada pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect DBD di Lab DinKes
Kota Bandung
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
2
3
Berapa validitas dan reliabiliitas alat Hematologi otomatis tipe BC 3000
dan Sysmex 1800 pada pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect Demam
Berdarah Dengue?
Bagaimana validitas dan reabilitas alat Hematologi otomatis tipe BC
3000 dan Sysmex 1800 pada pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect
Demam Berdarah Dengue?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Validitas
dan Reliabilitas alat Hematologi otomatis di Lab DinKes Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui Validitas dan
Reliabilitas alat Hematologi otomatis tipe BC 3000 dan Sysmex 1800 pada
pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect DBD di Lab DinKes Kota
Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara ilmiah penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi Validitas dan Reliabilitas alat Hematologi otomatis tipe BC 3000 dan
Sysmex 1800 pada pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect DBD di Lab
DinKes Kota Bandung kepada para klinisi.
3
4
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih menyadarkan
petugas pelaksana laboratorium untuk lebih mengerti melakukan validasi alat
hematologi otomatis.
1.5 Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimen, dengan
subjek Penelitian adalah penderita suspect Demam Berdarah Dengue. Dengan
bahan pemeriksaan darah lengkap (Whole Blood) untuk pemeriksaan jumlah
trombosit secara hematologi otomatis.
1.6 Waktu dan Tempat
1.6.1 Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari - Mei 2008.
1.6.2 Tempat Penelitian di UPT Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Bandung.
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam Berdarah Dengue
Demam dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat DF) adalah
penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan
tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, dengan/tanpa ruam dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala
yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa mengecap yang terganggu,
trombositopenia ringan dan bintik-bintik pendarahan (ptekie) spontan.
Demam berdarah dengue (dengue hemoragic fever, selanjutnya
disingkat DHF), ialah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa,
dengan gejala utama; demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk
setelah dua hari pertama. Uji torniquet akan positif dengan/atau tanfa ruam,
disertai beberapa atau semua gejala pendarahan seperti ptekie spontan yang timbul
serentak, purpura, ekimosis, epitaksis, hematemesis, melena, trombositopenia,
masa pendarahan dan masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat, dan
gangguan maturasi megakariosit.(1)
2.1.1 Etiologi
Penyebab DBD adalah virus Dengue tergolong dalam famili/suku/grup
Flaviviridae yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2,
Dengue-3 dan Dengue-4), termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus
5
6
(Arbovirus). Ke-empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat
berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas.
Masa inkubasi biasanya berkisar antara 4-7 hari. (1)
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Dalam tubuh manusia virus berkembang
biak di dalam sel retikuloendotelial, kemudian terjadi viremia yang diikuti dengan
respon imun terhadap virus dengue baik humoral maupun seluler. Manifestasi
pendarahan Demam Dengue (DF) adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Dengue Shock Syndrome (DSS). (1, 2,3)
Gambar 2.1 : Bentuk Virus Dengue Tipe 1(3)
2.1.2 Patogenesis
Penularan DBD umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti,
meskipun dapat juga ditularkan oleh aedes albopictus yang biasanya hidup di
kebun–kebun, dan mungkin memberikan gejala sebagai DF. Nyamuk penular
6
7
DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh
virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi
berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Berdasarkan hal ini timbullah
yang disebut the secondary heterologous infection atau sequential infection
hypothesis. Hipotesis ini menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seseorang
setelah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,
sehingga menimbulkan konsentrasi komplek antigen antibodi yang tinggi. (1, 2)
Berbagai hipotesis berkembang untuk menerangkan patogenesis DBD
dan DSS yang sampai saat ini masih kontroversi. Menurut Bhamarapravati telah
terjadi kerusakan sel penjamu oleh virus dengue secara langsung atau tidak
langsung melalui proses imunogenik, maupun kombinasi keduanya. (1,2,3)
2.1.3 Patofisiologi
Setelah virus masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin terjadi pada sistim retikuloendotelial, seperti; pembesaran kelenjar-
kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DF disebabkan kongesti
pembuluh darah di bawah kulit.
7
8
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dengan DHF ialah meningginya permiabelitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anapilaktoksin, histamin dan serotonin, serta aktifasi sistem
kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat
mengurangnya volum plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit
mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan.
Pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih 30
persen.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstavaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga seros, yaitu rongga peritoneum, pleura dan
perikard yang pada outopsi ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan
sebelumnya melalui infus. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat
hilangnya plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan,
asidosis metabolik dan kematian. (1,2,3)
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah
pemberian plasma/ekspender plasma yang efektif, sedangkan pada outopsi tidak
ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang,
menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah
mungkin disebabkan mediator farmakologis yang bekerja singkat. Sebab lain
kematian pada DHF adalah pendarahan hebat, yang biasanya timbul setelah
renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Pendarahan pada DHF umumnya
8
9
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan
sistim koagulasi. (1,2,3)
Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit
muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan
dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radio isotop
membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadi dalam sistim
retikuloendotelial.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.
Kelainan sistim koagulasi disebabkan di antaranya oleh kerusakan hati yang
fungsinya terbukti terganggu oleh aktifasi sistim koagulasi. (2,4)
Respon imun infeksi dengue, setelah virus masuk kedalam tubuh
manusia, virus berkembang biak dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya
diikuti viremia yang berlangsung selama 5-7 hari. Akibat infeksi ini muncul
respon imun baik humoral maupun seluler, antara lain anti netralisasi, anti
hemaglutinin, anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG
dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi
sekunder kadar antibodi yang telah ada meningkat (booster effect). (1,2,3)
9
10
Gambar 2.2 Kenaikan titer imunoglobulin IgM dan IgG (3)
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar
demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan
menghilang setelah 60-90 hari. Kinetika kadar IgG berbeda dengan kinetika kadar
antibodi IgM, oleh karena itu kinetika antibodi IgG meningkat sekitar demam hari
ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua.
Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan
mendeteksi antibodi IgM setelah sakit hari kelima, diagnosis infeksi sekunder
dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan IgM
yang cepat. (1,3)
10
11
a b
Gambar 2.3 (a) Imunoglobulin G dan (b) Imunoglobulin M(2)
2.1.4 Virologi
Virologi dengue termasuk dalam golongan virus RNA famili
flaviviridae dengan genus flavivirus. Virus dengue berdiameter 50 mm dan
mempunyai emvelop. Keempat serotipe virus adalah serupa, tetapi mempunyai
sifat antigen yang berbeda sehingga apabila terinfeksi dengan salah satu serotipe
hanya akan memberikan kekebalan seumur hidup untuk serotipe tersebut, tetapi
tidak memberikan kekebalan silang (cross protective immunity) penuh untuk
serotipe lainnya. (1,3)
2.1.5 Gambaran Klinis
Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang amat ringan hingga yang
sedang seperti DF, sampai ke DHF dengan manifestasi demam akut, pendarahan
11
12
serta cenderung terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue
antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Pada DF suhu meningkat, tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang
hebat pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit
kepala dapat menyeluruh. Nyeri dibagian otot terutama dirasakan bila tendon dan
otot perut ditekan. Sekitar mata terasa pegal. Ruam yang klasik ada dua fase,
mula-mula pada awal demam terlihat jelas dimuka dan dada, berlangsung selama
beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan, ruam berikutnya mulai antara hari
ke 3-6, mula-mula berbentuk memar-memar besar kemudian bersatu kembali,
serta kemudian timbul bercak-bercak ptekie. Hal ini terlihat pada lengan dan kaki,
kemudian menjalar keseluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini
berkurang dan cepat menghilang, bekasnya kadang-kadang terasa gatal. (1,3)
Dengue Fever (DF) gambaran klinis dengue bervariasi, bergantung
kepada umur penderita. Pada bayi dan anak kecil panas dengan ruam
makulopapuar. Pada anak remaja dan orang dewasa, yaitu demam tinggi
mendadak, sakit kepala, nyeri belakang mata, nyeri otot dan sendi, ruam serta
dapat timbul pendarahan kulit (uji torniquet positif). Biasanya ditemukan
leukopenia dan trombositopenia. Pada keadaan ini jarang terjadi kasus yang fatal.
(1,3)
Demam Berdarah Dengue (DBD) penegakan diagnosa DBD kriteria
WHO yaitu demam tinggi mendadak terus menerus 2-7 hari, manifestasi
pendarahan; uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi,
12
13
hematemesis dan atau melena, hepatomegali, trombositopenia (≤ 100.000/Ml),
Hemokonsentrasi, nilai Hematokrit masa akut ≥ 20%.
Dengue Shock Syndrome (DSS), sindrome DSS adalah seluruh gejala
pada DBD dan setelah suhu menurun, sekitar 7 hari setelah sakit, segera jatuh
kedalam syok. Nadi lemah dan cepat, kulit dingin dan lembab, sianosis disekitar
mulut, hipotensi (≤ 20 mmHg) dan gelisah. Syok berlangsung singkat, penderita
dapat meninggal dalam 12-24 jam. (1,3)
2.1.6 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah pada DF akan dijumpai leukopenia yang terlihat
pada hari ke-2 atau ke-3, dan titik terendah terjadi pada saat peningkatan suhu
kedua kalinya. Leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat
peningkatan suhu pertama kali. Pada saat suhu meningkat kedua kalinya, sel
limfosit relative sudah bertambah. Pada penderita DHF, umumnya dijumpai
trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif merupakan
pemeriksaan penting.
Isolasi virus dengue dari sampel darah atau jaringan, adalah cara yang
paling konklusif untuk menunjukkan infeksi dengue, meskipun demikian
perlakuannya tidak mudah karena virus dengue tumbuh kurang baik di hewan atau
biakan sel, serta membutuhkan waktu lebih dari 2 minggu untuk mendapatkan
hasil positif. Isolasi virus merupakan cara diagnosa laboratorium yang terbaik
13
14
karena hasil langsung akan dapat diketahui sampai pada serotipe, namun cara ini
sulit, lama dan mahal.
Deteksi antigen virus dengue atau bagiannya ribonucleic acid (RNA)
dapat ditentukan dengan cara hibridisasi deoxyribonucleic acid (DNA-RNA) dan
atau ampilikasi segmen tertentu dengan metoda Polymerase Chain Reaction
(PCR). Cara ini masih cukup mahal, rumit, membutuhkan peralatan khusus dan
digunakan secara terbuka pada penelitian-penelitian. (1,2,3)
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita yang
terjadi setelah infeksi. Berdasarkan sifat dari ketiga uji antiobodi
Haemaglutination Inhibition (HI), Complement Fixation dan Netralitation (NT)
tampak uji HI lebih banyak diterima dari segi teknik, waktu dan biaya, sehingga
sampai saat ini tes tersebut dianggap sebagai tes standar. Sayangnya, uji
laboratorium tersebut memerlukan dua spesimen darah dimana spesimen kedua
harus diambil setelah dua minggu. Hal ini menjadi masalah besar, karena uji
laboratorium tersebut tidak dapat memberikan hasil yang cepat, dimana pada
infeksi dengue hasil yang cepat diperlukan terutama untuk pengobatan penderita.
Secara tradisional, uji HI telah digunakan untuk membedakan infeksi dengue
sebagai primer atau sekunder menggunakan spesimen serum ganda, dengan
rentang pengambilan spesimen secara terpisah sekurang-kurangnya 7 hari.
Sayangnya variabel uji HI yang dibuat di laboratorium dapat menimbulkan
keraguan atas penerapan secara umum uji ini dalam klasifikasi dengue. (1,3)
14
Diagnosa Laboratorium infeksi Dengue
15
Hematologi : Radiologi
Isilasi Virus : Biakan sel
dari nyamuk Deteksi Antigen : Identifikasi
Molekuler Serologi : Hemaglutinasi
Inhibition (HI) Complemen Fixation
Netralization
Enzim Immuno Assay
Gambar 2.3 : Skema Diagnosa Laboratorium Infeksi Dengue. (3)
2.2. Darah
Darah merupakan cairan tubuh yang berfungsi sebagai sistem transpor.
Volume darah secara keseluruhan merupakan satu per dua belas dari berat badan
atau sekitar 5 liter (untuk berat badan 60 kg). Sekitar 55% terdiri atas cairan,
sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. (5)
15
Spesifik
Serum Sodium
Non Spesifik
Hitung Trombosit
Serum Albumin
Hematokrit
Transaminase
Waktu Protrombin
Level Fibrinogen
Level Komplemen
Isolasi Virus
Deteksi Antige
Serologi
Lymposit Plasma Biru
Urea Darah
16
Darah merupakan cairan viskus, terdiri dari sel-sel dan plasma. Lebih
dari 99 prosen sel adalah sel-sel darah merah, ini berarti bahwa untuk tujuan
praktis sel-sel darah putih hampir tidak berperan dalam menentukan sifat–sifat
fisik darah. (4,5,6)
Darah sebagai kebutuhan sirkulasi jaringan yang mempunyai kebutuhan
spesifik, yang dibutuhkan dari aliran darah terdapat berbagai macam, antara lain :
1. Penghantar oksigen ke jaringan.
2. Penghantar bahan makan lainnya, seperti glukosa, asam amino,
asam lemak dan sebagainya.
3. Pembuangan karbondioksida dari jaringan.
4. Pembuangan ion hidrogen dari jaringan.
5. Mempertahankan konsentrasi ion-ion lain di jaringan dengan tepat.
6. Pengangkutan berbagai hormon dan bahan spesifik lainnya ke
berbagai jaringan. (4,5,6)
Di dalam semua proses biologi, seperti banyak proses kimia lainnya suatu
hal penting ilah bahwa pH tidak banyak berubah dari harga tertentu. Fungsi dari
darah manusia yang mengangkut oksigen untuk sel-sel dari paru-paru adalah
tergantung pengaruh pH yang sangat dekat dengan 7,4. Kenyataan, ada perbedaan
0,02 satuan pH antara darah vena arteri yang disebabkan terbentukknya asam dan
basa yang dihasilkan dalam sel-sel. Hampir tetapnya pH dalam suatu sistem
dimana asam atau basa ditambahkan adalah disebabkan karena pengaruh buffer
16
17
dari keseimbangan asam basa. Di dalam darah manusia ada sejumlah penyangga
yang terjadi secara simultan. Ini meliputu :
1. Pelarut CO2 dan HCO-
2. H3PO4 dan HPO2
3. Berbagai protein yang dapat menerima ion-ion hidrogen.(7)
2.2.1 Komponen darah
Darah terdiri atas plasma darah dan sel-sel darah atau elemen seluler.
Apabila seluruh darah disentrifugasi, maka akan memisah menjadi dua bagian
yaitu plasma darah (bentuk supernatan) dan sel-sel darah/elemen seluler (bentuk
endapan). Dari penjelasan di atas, komponen darah terdiri dari :
a. Plasma darah
Plasma adalah bagian dari cairan ekstrasel tubuh. Cairan ini hampir sama
dengan cairan interstisial yang ditemukan di antara sel-sel jaringan, dengan satu
perbedaan utama, plasma mengandung kira-kira 7 persen protein, sedang cairan
interstisial hanya rata-rata 2 persen protein. Penyebab dari perbedaan ini adalah
bahwa protein plasma hanya sedikit sekali ke luar melalui pori kapiler ke dalam
ruang interstisial. Dengan akibat, sebagian besar protein plasma tetap tertahan di
sistim sirkulasi dan yang dapat ke luar pada akhirnya kembali ke sirkulasi melalui
pembuluh limfe. Karena itu konsentrasi protein plasma adalah kira-kira .5 kali
konsentrasi protein cairan di luar kapiler. (4,5,6)
Tipe protein dalam plasma dibagi ke dalam tiga tipe utama, sebagai berikut :
17
18
1. Albumin 4,5 g %
2. Globulin 2,5 g %
3. Fibrinogen 0,3 g %
Fungsi primer dari albumin adalah menyebabkan timbulnya tekanan
osmotik pada membran kapiler. Tekanan yang disebut tekanan osmotik koloid ini
mencegah bocornya cairan plasma ke luar dari kapiler ke dalam ruang interstisial.
Fungsi ini sangat penting. (4,5,6)
Globulin dibagi ke dalam tiga tipe utama : globulin alfa, beta dan gama.
Globulin alfa dan beta melaksanakan berbagai fungsi di sirkulasi, seperti transfor
berbagai substansi dengan jalan bergabung dengan substansi tersebut secara
reversibel, bekerja sebagai substrat bagi pembentukan substansi lain, dan transfort
protein sendiri dari satu bagian ke bagian lain dalam tubuh. Globulin gama dan
secara terbatas juga globulin beta berperan khusus dalam melindungi tubuh
terhadap insfeksi, karena globulin inilah yang terutama merupakan antibodi
melawan insfeksi dan toksisitas, jadi memberikan tubuh dengan apa yang disebut
immunitas Fibrinogen plasma penting sekali dalam pembekuan darah. (2,4,5,6)
b. Sel-sel darah
Sel-sel darah terdiri atas :
1. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang.
Hemoglobin merupakan zat padat dalam eritrosit yang menyebabkan warna
merah. Dibandingkan sel-sel lain dalam jaringan, eritrosit kurang mengandung air.
18
19
Dalam 1 mm3 darah terdapat 4,2 sampai 5,4 juta sel darah merah. Dalam 100 mL
darah terdapat kira-kira 15,0 g hemoglobin. (2,4,5,6)
2. Leukosit
Jumlah sel leukosit dalam sirkulasi darah kira-kira 1/500 jumlah sel
darah merah, namun leukosit ini mempunyai arti penting karena dapat melindungi
tubuh terhadap penyakit. Seperti halnya eritrosit, leukosit juga diproduksi dalam
sumsum tulang. Leukosit berbeda dengan eritrosit, karena tidak mengandung
hemoglobin dan dapat keluar dari sistem sirkulasi dan mencapai bagian-bagian
jaringan, sesuai fungsinya untuk melawan penyakit. Sel darah putih atau leukosit
ini terdiri dari granulosit, monosit dan limfosit. (2,4,5,6)
3. Trombosit
Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval, tak berinti ukurannya
kecil sekali dengan panjang 1,5 sampai 4 µm dan tebal 0,5 sampai 2 µm. Seperti
eritrosit dan leukosit, sel ini terbentuk dalam sumsum tulang dengan melepaskan
diri dari sitoplasma megakariosit, yang merupakan sel yang sangat besar dalam
susunan hemopoitik yang berada dalam sumsum tulang. Megakariosit tidak
meninggalkan sumsum tulang untuk memasuki darah. Trombosit berbentuk
seperti tunas pada permukaan megakariosit dan kemudian melepaskan diri untuk
masuk kedalam darah. Konsentrasi normal trombosit dalam darah ialah antara
150.000 dan 400.000/µL darah. Trombosit mempunyai waktu hidup relatif pendek
dapat dihitung dengan kehati-hatian yang khusus. Usia keping darah satu sampai
dua minggu. Penguraian trombosit terutama terjadi dalam sistem retikulum. (2,4,5,6)
19
20
Gambar 2.4 : Sistem Pembentukan Trombosit(8)
Trombosit dihasilkan dalam hematopoiesis oleh pertunasan batal dari
megakariosit - megakariosit. Masing-masing megakariosit menghasilkan antara
5.000 dan 10.000 trombosit. (4,5,6)
Trombosit mempunyai masa hidup satu minggu, dan kemudian mati;
dihancurkan oleh limpa dan oleh sel-sel Kupffer di dalam hati. Trombosit
mempunyai beberapa ciri fungsional sebagai sebuah sel, walaupun tidak
mempunyai inti dan tidak dapat berproduksi. Di dalam sitoplasmanya terdapat
faktor-faktor aktif seperti (1) molekul aktin dan miosin, sama seperti yang
terdapat dalam sel-sel otot, yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi. (2)
20
21
sisa-sisa retikulum endoplasma dan aparatus golgi yang mensintesis berbagai
enzim dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium, (3) sistem enzim yang mampu
membentuk adenosine triphospate (ATP) dan adenosine diphospate (ADP), (4)
sistem enzim yang mensintesis prostaglandin, yang merupakan hormon-hormon
setempat yang menyebabkan berbagai jenis reaksi pembuluh darah dan reaksi
jaringa setempat lainnya, (5) suatu protein penting yang disebut sebagai faktor
pemantap fibrin (fibrin stabilizing faktor), dan (6) faktor pertumbuhan yang dapat
menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot
polos pembuluh darah, dan fibroblas, sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan
sel-sel untuk memperbaiki dinding pembuluh yang rusak. (4,5,6)
Membran sel trombosit juga penting. Dipermukaannya terdapat lapisan
glikoprotein yang menyebabkan trombosit dapat melekat pada daerah dinding
pembuluh darah yang luka, terutama pada sel-sel endotel yang rusak, dan bahan
melekat pada jaringan kolagen yang terbuka pada bagian dalam pembuluh. Selain
itu membran mengandung banyak fosfolipid yang dapat mengaktifkan salah satu
sistem pembekuan darah yang disebut sistem intrinsik. Membran juga
mengandung enzim adenilat siklase, yang bila diaktifkan dapat menyebabkan
pembentukkan Adenosin Monopospat (AMP) siklik di dalam trombosit, dan
selanjutnya ini akan menggiatkan aktivitas-aktivitas lain dari trombosit. (2,4,5,6)
Jadi trombosit merupakan struktur yang sangat aktif, waktu paruhnya
dalam darah ialah 8 sampai 12 hari, setelah itu proses kehidupannya telah
berakhir. Trombosit itu kemudian diambil dari sirkulasi, terutama oleh makrofag
21
22
jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa, yaitu
pada waktu darah melewati kisi-kisi trabekula yang rapat. (4,5,6)
Gambar 2.5 : Bentuk Trombosit Dengan Mikroskope Elektron(6)
Macam-macam bentuk trombosit berdasarkan kriteria ukuran, tetapi
selanjutnya banyak ditemukan variabel dan sangat sulit ditentukan secara
kuantitatif menggunakan metoda mikroskopik. Dasar metoda dari elektronik dan
berdasarkan gradien dencity adalah isoyknic centrifugation. (4,5,6)
Anisositosis trombosit dan makrositosis dapat terlihat pada preparat
hapus, terjadi saat percepatan pembentukan, trombosit mempunyai diameter 2,5
µm atau dalam volume rata-rata trombosit sampai 13 fl, (megatrombosit) terdapat
≤ 10% dalam populasi normal. Karakteristik megatrombosit akan naik bila terjadi
penghancuran trombosit yang cepat, autoimun trombositopenia. Terjadi kelainan
22
23
adanya pencampuran antara trombosit bergranula “basophilic” trombosit.
Trombosit dengan peleburan granula tergambar pada seseorang dengan anemia
dan preleukemia. Trombosit dengan ukuran abnormal seperti trombosit kecil
terjadi pada kasus anemia aplastik dan trombositopenia. Kemudian ukuran
trombosit dengan sangat besar tejadi pada kasus penyakit mielofibrosis,
trombositopenia karena pendarahan, atau polisitemia, bila terjadi fungsi trombosit
tidak baik akan terdapat ‘giant’ trombosit. (4,5,6)
Komposisi kandungan kimia trombosit sangat sulit ditentukkan secara
tepat karean adanya pengaruh macam-camam kandungan dalam plasma ,
sentrifugasi, dan kandungan biokimia yang heterogen. Kandungan biokimia
trombosit dalam berat bersih terdiri dari 60 % protein, 15 % lemak, dan 8 %
karbohidrat. Termasuk mineral yang terpenting yaitu magnesium (Mg), kalsium
(Ca), kalium (K) dan (Zn).
Konsentrasi natrium dan kalium dalam trombosit adalah 9 dan 138 mEq
(mikroeqivalen), perbandingan ini mengatur keseimbangan aktifitas keluar
masuknya ion, untuk mendapatkan energi dari membran adenosin trifospat. (6)
2.3 Antikoagulan
Antikoagulan yang banyak digunakan pada pemeriksaan hematologi,
adalah Etil Diamin Tetra Asetat (EDTA) dan Natrium sitrat.
2.3.1 Etil Diamin Tetra Asetat (EDTA)
23
24
Untuk pemeriksaan hematologi digunakan antikoagulan EDTA (gambar
1). EDTA yang digunakan tergantung dari jenis garam, konsentrasi garam EDTA
dan lama penundaan pemeriksaan. Garam EDTA bekerja sebagai chelating agent
terhadap Ca++ (gambar 2), sehingga darah tidak dapat membeku. Sifat-sifatnya
tidak mengubah ukuran atau bentuk eritrosit dan leukosit dalam kurun waktu
kurang dari 2 jam. Darah EDTA dalam lemari es selama 24 jam masih dapat
dipakai untuk pemeriksaan Hb, hematokrit, leukosit dan eritrosit. (2,4,5,6)
Gambar 2.6 : Struktur molekul EDTA(9)
Gambar 2.7 : Struktur molekul Kompleks Ca-EDTA(9)
24
25
Darah yang menggunakan antikoagulan EDTA apabila disimpan pada
suhu kamar, untuk pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit; stabil lebih
dari 8 jam, dalam batas kesalahan yang masih diperbolehkan, penetapan
pemeriksaan tersebut di atas bisa stabil sampai 24 jam apabila temperatur kamar
tetap terjaga. Dan sebaliknya apabila darah EDTA disimpan pada suhu 4°C akan
stabil selama 48 jam. Bagaimana pun jika darah tetap dicampur dengan alat
penggoyang/roller dan disimpan pada suhu 4°C, maka hemoglobin, leukosit,
eritrosit, dan trombosit akan stabil lebih dari 72 jam. (4,5,6)
Penggunaan garam EDTA sebagai antikoagulan dapat mempengaruhi
morfologi. Hal ini tergantung pada konsentrasi garam EDTA yang dipakai. Bila
digunakan 1,5 mg garam EDTA/mL darah, akan terjadi perubahan minimal pada
morfologi, seperti pembengkakan, hilangnya struktur lobus, hilangnya granulasi
dalam sitoplasma, terjadinya vakuolisasi dalam sitoplasma dan inti sel, perubahan
pada kromatin inti dan akhirnya sel mengalami desintegrasi. Bila digunakan
garam EDTA 2,5 mg/mL darah, akan mengalami desintegrasi, trombosit
membengkak, sehingga tampak adanya trombosit raksasa yang dapat
menyebabkan terjadinya fragmentasi trombosit, sehingga menyebabkan
peningkatan palsu jumlah trombosit. Oleh karena itu sampai saat ini belum ada
antikoagulan yang baik untuk penetapan mean platelet volume (MPV).
Antikoagulan yang baik untuk pemeriksaan hematologi dimasa mendatang masih
dalam penelitian. (4,5,6)
25
26
2.3.2 Natrium sitrat
Antikoagulan ini digunakan dalam bentuk larutan dari 3,8% dan 3,2%.
Untuk penentuan laju endap darah (LED) dengan metoda dari Westergren
digunakan dalam perbandingan empat volume darah dan satu volume
antikoagulan, sedangkan untuk pemeriksaan proses pembekuan darah digunakan
dalam perbandingan sembilan volume darah dan satu volume antikoagulan. (4,5,6)
2.4 Hematologi Otomatis
2.4.1 Hematologi Otomatis Metode Hambatan Arus Listrik
Hematologi Otomatis merupakan alat pemeriksaan hematologi
kuantitatif yang digunakan di laboratorium klinik untuk pemeriksaan hematologi
dan hitung jenis leukosit. (4,10,11)
Sampel dipersiapkan dengan mencampur secara tepat antara diluent
dengan whole blood untuk kemudian dilakukan penghitungan dan pengukuran
White Blood Cell (WBC), Red Blood Cell (RBC), Platelet (PLT), dan
Hemoglobin (HGB). Cairan spesimen akan diisap melalui probe sampel, dan
dengan adanya tekanan dari pompa vakum, maka sel akan masuk ke dalam
celah/aperture RBC dan WBC. (10)
26
27
Gambar 2.8: Tabung Volumetrik BC 3000 (10)
Celah (aperture) tersebut masing-masing berada di dalam sebuah
tabung volumetri yang didalamnya terdapat sebuah tabung gelas dengan dua
sensor optik. Tabung ini akan mengukur secara teliti jumlah dari cairan spesimen
pada setiap putaran penghitungan. Dua sensor optik tersebut akan menentukan
ukuran dari sel pada saat cairan spesimen melewati/masuk ke dalam aperture
tersebut. Leukosit, eritrosit, dan trombosit akan terhitung jumlahnya berdasarkan
ukurannya masing-masing. Metoda ini disebut Metoda Impedance Elektrik
(Elektrical Impedance Method). Metoda ini yang menjadi dasar dari pengukuran
secara elektrik yang dipergunakan oleh alat, dimana setiap partikel akan melewati
sebuah celah/apertures. Elektroda-elektroda ada dibawah permukaan cairan pada
27
28
setiap sisi dari celah yang akan dilewati partikel dari spesimen. Sel-sel darah akan
terhitung saat melewati aperture dan oleh sensor elektrik akan dihasilkan pulse-
pulse yang nantinya dapat dilihat dalam kurva histogram masing-masing sel.(10)
Tabung volumetrik ini merupakan peralatan terdiri atas tabung gelas
atau logam yang praktis sudah tidak ada lagi udara didalamnya. Alat ini tidak
akan dapat dibuat jika tidak ada alat yang dapat menimbulkan keadaan hampa
udara yang sangat tinggi. Dalam tabung volumetrik tersebut berlaku cairan/fluida
mengalami tekanan. Gambar 2.7 melukiskan fuida didalam sebuah silinder ada
pistonnya, terhadap piston ini bekerja gaya arah ke bawah.(11)
Pada tabung volumetrik tersebut berlaku juga hukum pertama
elektrolisis yang dilaporkan Michael Faraday pada tahun 1832, bila arus listrik
dialirkan melalui suatu leburan garam atau larutan garam, maka ia akan terurai
menjadi bagian – bagaian yang sederhana, efek kimia yang ditimbulkan oleh arus
listrik adalah sebanding langsung dengan besaranya kelistrikkan yang mengalir.
Pada percobaan yang lain Michael Faraday melaporkan bahwa pelat logam yang
disebut elektroda ditempatkan di ujung-ujung tabung. Pada elektroda (katoda)
dengan ujung negatif dari sumber arus listrik yang bertegangan tinggi. Pada
elektroda yang lain (anoda), dihubungkan dengan ujung positif. Bila sepanjang
tabung terisi dengan udara, maka tidak ada aliran arus listrik. Udara merupakan
konduktor listrik yang sangat buruk.(7)
28
29
Gambar 2.9 : Skema Suspensi darah masuk kedalam celah(8)
Alat akan menghitung sel dan memisahkan setiap jenis sel berdasarkan
ukurannya. Salah satu keuntungan penghitungan oleh alat dibandingkan dengan
penghitungan dibawah mikroskop, yaitu untuk mengurangi pengaruh kesalahan
oleh faktor human error, dimana ketelitian sangat diperlukan untuk mengurangi
kesalahan penghitungan. (4.10)
2.4.2 Penghitungan Sel dengan Multichanel
Setiap pabrik pembuat produk alat otomatis tersebut, sebagai dasar
penggunaannya yang terpenting adalah penghitungan secara ilmu elektronik atau
yang berhubungan dengan arus listrik. Pabrik-pabrik dalam pembuatan alat
penghitung sel-sel ini, lebih banyak menggunakan dasar daya hantar arus listrik.
Dasar penggunaan alat otomatis tersebut yang menarik adalah prinsip
penggunaannya dengan pengenceran darah oleh suatu larutan menjadi suspensi,
sebagai sumber arus listrik yang akan melewati suatu celah kecil. Setiap sel-sel
29
30
yang melewati celah kecil tersebut akan menghasilkan arus listrik. Antara sel-sel
dan larutan pengencer akan memberikan daya arus listrik yang berbeda. Setiap sel
saat melewati celah akan memberikan perlawanan arus listrik yang akan dirubah
ke dalam tegangan listrik. Terdapat suatu wadah yang menampung suspensi
sampel yang mempunyai celah sebagai penghubung lalu-lintas sel yang
berbatasan dengan celah piranti sumber arus listrik. (4)
Pengenceran menjadi suspensi untuk mempermudah masuk melewati
celah. Sepasang celah sebagai sumber arus listrik relatif memberikan arus listrik
yang besar dalam volume larutan, elektroda arus listrik mudah mengalir melewai
celah. Suspensi dalam volume tertentu mengandung sel darah yang akan dihitung.
Pada saat celah terbuka, suspensi berpindah, dan terjadi hubungan arus listrik
dengan elektroda. Diameter celah yang mempunyai ukuran khusus yaitu 100 µ,
juga digunakan diameter ukuran yang lebih kecil seperti 70 µ yang digunakan
untuk penghitungan perkiraan jumlah trombosit. Celah mempertimbangkan setiap
menit daya hantar sel, dengan suspensi berpindah melewati celah berhubungan
dengan elektroda penghitung. Sel-sel biasanya dilakukan pengenceran menjadi
suspensi sedemikian rupa, cairan pengencer yang baik, yaitu larutan elektrolit
yang mempunyai daya hantar listrik yang baik, sel-sel bagaimana pun sangat
sedikit mempunyai daya hantar listrik. Cairan suspensi akan membawa sel-sel
melewati celah, daya hantar listrik yang dihasilkan oleh sel sama dengan volume
total sel yang terkandung dalam suspensi. Pariasi waktu yang diperlukan oleh
suspensi darah dan pelarut biasanya antara 0.00001 – 0.00002 detik, hal ini terjadi
30
31
dalam jangka waktu yang sangat singkat. Dan menghasilkan arus listrik yang
tinggi tanpa terjadi penguapan cairan. Dalam waktu tersebut terjadi kenaikan
tahanan arus listrik sekaligus meningkatkan tegangan arus listrik terlihat saat
melewati celah, dan pulse-pulse tegangan arus listrik adalah dihasilkan dari
penguat arus listrik (Aplifeer) untuk ditampilkan di layar oscilloscope. Pembacaan
dapat dilakukan dengan melihat perbedaan tinggi pulse dan tinggi pulse sebanding
dengan ukuran sel.
Gambar 2.10 : Model Oscilloscope (4)
Terlihat dalam gambar pola oscilloscope yang khas dalam
penghitungan hambatan arus listrik. Masing–masing tinggi impulse menunjukkan
satu sel ertrosit atau partikel yang melewati celah. Tinggi impulse sama dengan
volume sel. (4)
Dengan mengabaikan tingkat pengenceran darah, ketika satu sel atau
lebih melewati celah dalam satuan waktu. Saat tersebut terjadi perpindahan sel
yang akan menghasilkan pulse yang tidak sesuai dengan besar ukuran sel dalam
31
32
waktu tersebut, akan menghasilkan satu pulse atau malahan hanya pulse-pulse
kecil yang secara total hasil penghitungan akan rendah. Kejadian kesalahan
tersebut adalah menjadi koreksi untuk semua penghitungan, terhadap nilai koreksi
terbaru terhadap nilai koreksi yang lama pada metoda hambatan arus listrik. (4)
Pada alat otomatis juga berlaku reaksi kimia yang disebabkan oleh
energi listrik serta reaksi kimia yang menghasilkan energi listrik (bidang
elektrokimia). Sel elektrokimia yaitu sel galvani atau sel volta dan sel elektrolisis.
Sel galvani terdiri atas dua elektroda dan elektrolit. Elektroda dihubungkan oleh
penghantar luar yang mengangkut elektron ke dalam sel atau luar sel. Prinsif yang
bekerja pada alat ini adalah elektrolisis, alat elektrolisis terdiri atas sel elektrolisisi
yang berisi elektrolit (larutan atau leburan) (12)
Pengenceran yang sama pada saat ukuran leukosit tidak bisa dibedakan
akan dianggap sebagai sel eritrosit dan akan memasuki celah yang sama. Dan
untuk penghitungan jumlah trombosit, bila distribusi normal akan menghasilkan
grafik yang terpisah antara sel eritrosit, trombosit, pecahan partikel. Distribusi
analisis sel-sel tersebut dapat menghasilkan grafik untuk sel-sel anisositosis dan
dua atau lebih sekumpulan sel ertrosit. Hal ini dapat dilihat dalam gambar 12,
dapat dibedakan gambaran grafik antara distribusi sel normal dengan distribusi sel
abnormal.
Penghitungan trombosit, kesulitan yang sangat tinggi dengan tingkat
akurasi yang sangat rendah. Alat otomatis digunakan hanya untuk menghitung
partikel-partikel, cytoplasmic pragmentants, sel eritosit mikro dan sisa-sisa
32
33
platelet yang kecil. Hal ini mempersulit komputer menentukkan kurva antara
penghitungan partikel dengan ukuran antara 2 fL dan 20 fL. Hasil penghitungan
akan menghasilkan kolom data untuk penghitungan kriteria secara matematika
dan kurva dengan ukuran mulai dari 0 sampai 70 fl. Kurva pada x-axis adalah
ukuran sel, trombosit dapat dipisahkan secara elektronik dari partikel kecil lainnya
termasuk sel eritrosit mikro (mikrocytic red cells). Dapat dilihat dengan jelas
dalam kurva gambar 12. (4)
2.4.3 Hematologi Otomatis Metoda Laser Flow Sitometer
Flow sitometer adalah suatu alat yang melakukan pemeriksaan dengan
membuat perhitungan berdasarkan perkalian secara berkesinambungan dari setiap
sel dalam larutan yang mengalir.
Satu atau lebih flow sitometer mempunyai tingkatan yang lebih tinggi
dengan kemampuan yang lebih baik, dalam melakukan satu pemeriksaan sel
dalam tiap sel dalam waktu persekian detik saat sel melewati ruang deteksi.
Prinsip dasar dari instrumen ini adalah optik pendeteksi sel-sel dalam cairan
suspensi, sumber cahaya akan memendarkan sinar ke dalam sudut ‘low forward ‘
intensitas cahaya yang dikeluarkan akan terdeteksi oleh fotodetektor yang akan
dikonversi menjadi impulse elektrikal, ketinggian dan lebar dari impulse
sebanding dengan intensitas dari sinar/sumber cahaya. Selanjutnya adalah
proporsional dengan jumlah sel. (4,13)
33
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bagan Alir Penelitian
34
D A T A
Pemeriksaan Jumlah Trombosit
Pengambilan Sampel darah
Pengolahan Darah EDTA
Darah Cair
Darah
Penderita Suspect Demam Berdarah Dengue
Dengan Alat Hematologi Otomatis tipe BC 3000
Dan Sysmex 1800
35
3.2 Subjek Penelitian
Populasi subjek penelitian ini adalah 35 orang pasien yang melakukan
pemeriksaan darah di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung, dan
memerlukan pemeriksaan hematologi darah secara otomatis, dengan kriteria
sebagai berikut :
Subjek penelitian, adalah penderita suspect Demam Berdarah Dengue
(DBD) yang memeriksakan darahnya di UPTD Laboratorium Dinas
Kesehatan Kota Bandung.
Subjek penelitian memerlukan pemeriksaan hematologi secara otomatis,
pemeriksaan yang diminta, yaitu paket DBD dengan salah satu jenis
pemeriksaannya adalah penentuan jumlah trombosit. Penentuan jumlah
trombosit dipilih menjadi kriteria penelitian dengan pertimbangan kasus
tersebut banyak ditemukan dalam pengamatan sehari-hari, di UPTD
Laboratorium.
Subjek berusia tidak terbatas. Pemilihan sampel berusia tidak terbatas,
dengan pertimbangan penyakit DBD bisa menyerang siapa saja dan tidak
bergantung pada usia.
Populasi subjek pemeriksaan dibagi dalam tiga kelompok, kelompok
pasien jumlah trombosit tinggi sebanyak 8 orang, kelompok jumlah
trombosit normal sebanyak 11 orang dan kelompok pasien jumlah
trombosit rendah sebanyak 16 orang.
35
36
Tabel 3.1 : Data Populasi Subjek Penelitian Pasien Pemeriksaan Jumlah Trombosit pada penderita Suspect Demam Berdarah Dengue (DBD)
NO NAMA
HASIL TROMBOSIT
NO NAMA
HASIL TROMBOSIT
NO NAMA
HASIL TROMBOSIT
1 Dev 790000 13 Fris 165000 24 Toti 28000
2 Mam 425000 14 Ny. Nin 164000 25 Iqb 128000
3 Ais 508000 15 Ded 239000 26 Rick 117000
4 Mie 378000 16 Yuli 257000 27 Paul 145000
5 Nan 400000 17 Fred 260000 28 Win 168000
6 Yon 405000 18 Ros 255000 29 Jay 155000
7 Juj 515000 19 Tot 81000 30 Enda 125000
8 Wahy 502000 20 N. Nen 85000 31 Kat 166000
9 Samu 266000 21 Oje 68000 32 Mel 130000
10 Nn. Pop 249000 22 Sung 84000 33 Kar 145000
11 M. Fau 238000 23 Mar 79000 34 Adin 198000
12 Irw 274000 35 Ada 324000
Pengambilan ukuran sampel berdasarkan tabel nomogram, dengan
populasi berkelompok antar lain ; jumlah trombosit tinggi, normal dan rendah.
Dengan demikian masing-masing sampel untuk jumlah trombosit harus
proporsional sesuai dengan populasi. (14)
Berdasarkan tingkat kesalahan 5%, maka ukuran sampel adalah 33
sampel pemeriksaan jumlah trombosit dengan menggunakan perhitungan:
Dari hasil perhitungan didapatkan pembagian sampel menurut jumlah
trombosit, adalah sebagai berikut :
a. Pasien dengan jumlah trombosit tinggi 8 sampel.
b. Pasien dengan jumlah trombosit normal 10 sampel
c. Pasien dengan jumlah trombosit rendah 15 sampel
36
37
3.3 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel pada penelitian ini adalah Whole Blood atau darah lengkap dari
penderita suspect Demam Berdarah Dengue, darah lengkap ditambah dengan
antikoagulan, sehingga tidak terjadi pembekuan, kemudian diperiksa dengan alat
hematologi otomatis. Teknik sampling dilakukan pembacaan secara berulang
dengan dua alat hematologi otomatis tipe yang berbeda pada hari yang sama.
3.4 Variabel kendali berupa :
a. Pengambilan darah
Sebelum pengambilan sampel darah, petugas pengambil darah
menanyakan nama dan pemeriksaan sesuai dengan identitas di formulir
permintaan. Kemudian menerangkan akan diambil darahnya sebanyak
1.5 mL. Pasien disarankan untuk tenang dan bila merasa pusing atau
takut disampaikan kepada petugas.
Prosedur pengambilan darah sebagai berikut :
Sebelum pengambilan darah vena dilakukan desinfeksi dengan
alkohol 70 dan biarkan kering.
Karet pembendung dipasang pada lengan bagian atas, ikatan tidak
terlalu kencang.
Vena ditusuk di daerah fosa cubiti sampai ujung jarum masuk ke
dalam lumen vena, tarik piston spuit.
37
38
Kepalan tangan diregangkan atau dilepaskan, dan perlahan-lahan
biarkan darah mengalir kedalam spuit 3.0 mL, darah diambil
sebanyak 1.5 mL
Pembendungan dilepaskan lalu kapas disimpan di atas jarum,
kemudian jarum dicabut, jarum bekas dibuang ke dalam safety box.
(10)
b. Homogenisasi bahan pemeriksaan
Darah yang berada dalam spuit dimasukkan ke dalam tabung reaksi
diameter 7 cm x 1 cm yang mengandung larutan EDTA 10 %,
dicampur dengan hati-hati sampai homogen.
c. Reagensia yang digunakan pada penelitian ini adalah rinse dan Lyse
untuk masing-masing alat Hematologi otomatis BC Plus 3000 dan
Sysmex 1800 (10,13)
Sampel darah diperiksa jumlah trombositnya menggunakan alat
hematologi otomatis BC 3000, kemudian ditentukan dengan alat otomatis Sysmex
1800 dan dinyatakan dalam satuan per milimiter kubik (/mm3).
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Hematologi otomatis BC 3000
38
39
2. Hematologi otomatis Sysmex 1800
3. Tabung 7 mL
4. Torniquet
5. Spuit 3,0 mL dan Jarum ukuran G 23,5
b. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Darah EDTA
2. Rinse
Natrium Sulfat anhidrat (Na2SO3 pa) 8,0 g/L
Natrium Klorida (NaCl) 5,0 g/L
Pollyoxyethylene eter 1,5 g/L
3. Lyse
Garam Amonium < 50 g/L
Nonion Surfactan < 15 g/L
Isopropanol 0.1-1,5 mL/L
Etanol < 1,5 mL/L
3.6 Prosedur Pemeriksaan Trombosit
Penetuan jumlah trombosit secara otomatis dilakukan setiap hari,
dengan cara sebagai berikut :
Alat dihidupkan dengan menekan power switch di bagian belakang alat.
39
40
Alat akan secara otomatis melakukan self test dan proses ini akan
berlangsung selama lebih kurang 80 detik.
Self test atau self check akan mendeteksi status reagensia dan akan
melakukan pengukuran blanko atau background.
Hasil pengukuran background akan tampil ada layar count.
Screen hasil background tidak boleh melebihi nilai background range
pada tabel berikut:
Tabel. 3.2 nilai background range Hematologi otomatis BC 3000
Parameter Range CVWBC <0.3 x 109/L ≤ 2.5RBC <0.03 x 1012/L ≤ 2.0HGB <1 g/L ≤ 1.5Hematokrit <0.5% ≤ 0.5PLT <10 x 109/L ≤ 5
Alat sudah siap untuk melakukan analisa, baik untuk kontrol maupun
sampel pasien bila nilai background sudah memenuhi syarat.
Tekan ID pada keypad atau huruf I pada keyboard, akan tampil pada
layar kolom yang harus diisi untuk sampel yang akan diperiksa.
Biarkan nomor ID (tidak perlu diubah kecuali sampel nomor 1).
Gunakan tab pada keyboard untuk pindah kursor ke kolom berikutnya.
Siapkan sampel yang akan diperiksa, kemudian sampel dihomogenkan
terlebih dahulu.
Letakkan sampel pada posisi di bawah probe sampling kemudian tekan
start pada bagian belakang probe sampling.
40
41
setelah terdengar suara “Bip” berarti sampel telah terisap oleh probe,
kemudian probe akan naik dan masuk ke dalam alat untuk segera mulai
memeriksa sampel tersebut, lalu segera pindahkan sampel tersebut ke
tempat semula.
Apabila alat di setting ON pada recorder atau built in printer maka
setiap satu sampel akan secara otomatis mencetak hasil pemeriksaan
pada kertas thermal. (10)
3.7 Rancangan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran/penentuan, berupa jumlah
trombosit pada kelompok data alat hematologi otomatis BC 3000 dan kelompok
data Sysmex 1800, dianalisis berdasarkan metode Analisis validitas dan
reliabilitas.
Apabila koefisien korelasi menunjukkan hasil yang signifikan
(bermakna) pada taraf rhitung lebih besar dari rtabel maka validitas dan reliabilitas
kedua alat tersebut baik.(14,15)
3.8 Evaluasi Hasil Penelitian
Untuk mengetahui Validitas dan reliabilitas kedua alat tersebut
dilakukan penghitungan koevisien korelasi jumlah jumlah trombosit pada alat
hematologi otomatis BC 3000 dan Sysmex 1800, selanjutnya hasil perhitungan
dibandingkan terhadap nilai pada tabel.
41
42
Jika nilai rhitung > nilai rtabel, berarti ke dua alat Valid
Jika nilai rhitung > nilai rtabel, berarti ke dua alat tidak valid. (15)
Uji reliabilitas dari alat hematologi otomatis BC 3000 dan Sysmex 1800
dilakukan dengan cara membandingkan nilai rhitung terhadap nilai rtabel, sebagai
berikut :
Jika nilai korelasi Gutman spilt half lebih besar dari r tabel, maka
Reliabilitas berada pada kategori sangat kuat.
Jika nilai korelasi Gutman spilt half lebih kecil dari r tabel, maka
Reliabilitas berada pada kategori lemah. (15)
42
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Subjek yang diambil pemeriksaan jumlah trombosit pada penelitian ini
terdiri dari 33 orang. Ketika dilakukan penelitian subjek penderita suspect Demam
Berdarah Dengue berdasarkan keterangan klinis yang tertulis pada formulir
permintaan pemeriksaan dari dokter. Pemeriksaan Jumlah Trombosit dilakukan
pada sampel darah lengkap penderita suspect DBD dengan kelompok ; 8 sampel
jumlah trombosit tinggi, 10 sampel jumlah trombosit normal dan 15 sampel
jumlah trombosit rendah.
Tabel 4.1 : Data Hasil Pemeriksaan Rata-rata Jumlah Trombosit pada penderita Suspect Demam Berdarah Dengue (DBD)
No
Rata-rata Jumlah Trombosit
No
Rata-rata Jumlah Trombosit
Dengan Alat Hematologi
Otomatis BC 3000
Dengan Alat Hematologi
Otomatis Sysmex 1800
Dengan Alat Hematologi Otomatis BC 3000
Dengan Alat Hematologi
Otomatis Sysmex 1800
1 2 3 4 5 61 737000 699500 18 250000 2165002 430000 442750 19 82000 542503 511750 482750 20 83750 565004 382750 417000 21 67500 175005 401250 414000 22 85500 585006 458000 461500 23 80500 297507 508250 501500 24 33250 422508 481750 484000 25 75750 745009 250500 268000 26 127000 12150010 244000 186250 27 118500 12350011 239000 208000 28 143750 12700012 236750 244750 29 154000 14700013 274000 277750 30 164250 14150014 162250 290750 31 124250 11425015 237250 258250 32 103250 12775016 257750 227750 33 126000 14700017 270500 293250
43
44
4.2 Pengolahan Data
Tahapan untuk analisa uji validitas dan uji reliabilitas, adalah sebagai
berikut :
1. Mencari nilai rata-rata jumlah trombosit yang ditentukan dengan alat
hematologi otomatis BC 3000 dan Sysmex 1800.
2. Analisa validitas dan reliabilitas jumlah trombosit pada hematologi
otomatis BC 3000 dan Sysmex 1800 :
Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari ke dua rata-rata
kelompok data dilakukan uji validitas dan uji Relibilitas, dengan hipotesis sebagai
berikut :
a. Uji Validitas
H0 = Kedua rata-rata kelompok data sampel valid
H1 = Kedua atau salah satu rata-rata kelompok data sampel tidak valid
Pengambilan keputusan dilihat dari nilai Corrected item-total
Correlation signifikan Tabel 4.2 dan tabel 4.3 (lampiran 10) Jika nilai signifikan
> 0,361 H0 diterima. Jika nilai signifikan < 0,361 H0 ditolak dan H1 diterima. (15)
b. Uji Reliabilitas
H0 = Kedua rata-rata kelompok data sampel reliabel
H1 = Kedua atau salah satu rata-rata kelompok data sampel tidak
reliabel.
44
45
Pengambilan keputusan dilihat dari nilai Guttman Split-Half Coefficient
signifikan Tabel. 4.4 Jika nilai signifikan > 0,907 H0 diterima. Jika nilai signifikan
< 0,907 H0 ditolak dan H1 diterima. (16)
Dari tabel 4.2 terlihat nilai Corrected item-total Correlation signifikan,
yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item dimana nilai
korelasi item hematologi otomatis BC 3000 skor totalnya 1,000 demikian juga
dengan hematologi otomatis Sysmex 1800 sebesar 0,999, lebih besar dari r tabel
0,361. Hal ini dikatakan valid bila nilai r hitung lebih besar dari r tabel, terlihat
jelas pada tabel 4.3, bahwa kedua alat tersebut valid. (15)
Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa pada pemeriksaan jumlah trombosit
ada perbedaan jumlah yang bermakna antara menggunakan alat hematologi
otomatis BC 3000 dengan mengunakan Sysmex 1800, jika dilihat pada tabel 4.4
dan 4.5 (lampiran 11) dengan nilai Guttman Split-Half Coefficient untuk kedua
alat tersebut berada pada kategori sangat kuat, bila dibandingkan dengan r tabel
0,907, sehingga dapat disimpulkan kedua alat tersebut mempunyai reliabilitas atau
tingkat keandalan yang baik.
4.3 Pembahasan
1. Jumlah trombosit dari alat otomatis BC 3000 dan Sysmex 1800 bervariasi
ada yang menurun dan meningkat. Jumlah trombosit dari pada alat otomatis
BC 3000 lebih tinggi dari pada alat otomatis Sysmex 1800. Adanya
fluktuasi jumlah trombosit seperti di atas dapat terjadi karena proses
45
46
homogenisasi yang tidak sempurna. Pada penelitian ini homogenisasi
dilakukan dengan alat manual, padahal sebaiknya proses homogenisasi
sampel dilakukan dengan roller, sehingga kualitas homogenitas sampel
lebih sempurna.
2. Pada sampel 1, 7, 11, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 30 dan 31
jumlah trombosit dengan alat BC 3000 lebih tinggi dari alat Sysmex 1800,
hal ini bisa terjadi karena perkiraan perhitungan jumlah trombosit yang
berdasarkan aliran hambatan arus listrik dengan ukuran antara 2-25
femtoliter. Dimana pembacaan jumlah trombosit dilakukan bersamaan
dengan pembacaan eritrosit. Bila ada mikroeritrosit atau fragmen eritrosit,
hemolisis, dan fragmen sel darah putih yang mempunyai ukuran antara 2-25
femtoliter, maka akan masuk kedalam celah penghitungan trombosit yang
selanjutnya akan dihitung sebagai trombosit, sehingga terjadi pertambahan
jumlah trombosit.
3. Pada sampel ke 2, 4, 6, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 17, 24, 27, 32, dan 33 terjadi
jumlah trombosit dengan alat BC 3000 lebih rendah dari alat Sysmex 1800,
hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan ukuran trombosit yang
disebakan oleh antikoagulan dan suhu, yang akan merubah bentuk
trombosit menjadi lebih lebih besar, adanya agregasi trombosit,
antikoagulan dengan asam sitras dektrose, giant trombosit. Hal ini akan
mengahasilkan perhitungan yang keliru atau jumlah lebih rendah. Variasi
seperti ini relatif sulit untuk di kontrol.
46
47
4. Rata-rata jumlah trombosit dengan alat BC 3000 tidak terdapat perbedaan
yang bermakna apabila dibandingkan terhadap hasil pemeriksaan jumlah
trombosit dengan alat Sysmex 1800 , dengan nilai signifikan Corrected
item-total Correlation 1,000 untuk alat BC 3000 dan alat Sysmex 1800
0,999, yang dibandingkan terhadap nilai r tabel 0,361. Dapat disimpulkan
pemeriksaan jumlah trombosit kedua alat tersebut mempunyai validitas
yang tinggi. Dengan demikian meskipun alat BC 3000 merupakan generasi
pertama sebagai alat otomatis, tetapi mempunyai validitas yang tinggi bila
dibandingkan dengan alat otomatis Sysmex 1800 yang mempunyai
teknologi lebih baik. Pada alat otomatis Sysmex telah ada sistem
autovaliditas.
5. Niliai Reliabilitas untuk kedua alat tersebut adalah mempunyai reliabilitas
yang kuat bila dilihat dari nilai Guttman Split-Half Coefficient 1,000
signifikan lebih besar dari r tabel 0,907, sehingga dapat diartikan reliabilitas
atau tingkat konsistensi kedua alat tersebut sangat baik
47
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
Validitas dan Reliabilitas alat Hematologi otomatis tipe BC 3000 dan
Sysmex 1800 pada pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect DBD di
Lab DinKes Kota Bandung. Dengan validitas yang sangat tinggi yang
ditunjukkan dengan hasil nilai signifikan yaitu : 1,000 dan 0,999. Kedua
nilai signifikan tersebut > 0.361 berarti kedua alat tersebut mempunyai
validitas yang sama.
2. Demikian Juga reliabilitas untuk kedua alat tersebut sangat tinggi yang
ditunjukkan dengan nilai signifikan yaitu : 1,000. Kedua nilai signifikan
tersebut <0,907 berarti berada pada kategori yang kuat, maka dapat
disimpulkan alat tersebut mempunyai reliabilitas tinggi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kepada teknisi
laboratorium atau operator alat otomatis dianjurkan bila akan melakukan
pemeriksaan jumlah trombosit. Berdasarkan penelitian ini, maka disarankan
kepada peneliti selanjutnya untuk: :
48
49
1. Melakukan penelitian uji validitas dan reliabilitas darah EDTA dengan jenis
pemeriksaan hematologi lainnya, seperti nilai hematokrit, jumlah sel
leukosit, jumlah eritrosit dan kadar Hb dengan jumlah sampel yang lebih
banyak.
2. Melakukan penelitian uji validitas dan reliabilitas darah EDTA dengan
metoda stabilitas atau test-retes pada pemeriksaan hematologi darah lengkap
(Whole blood) untuk pemeriksaan yang sama dengan alat yang sama.
3. Pada penambahan antikogulan diharuskan sesuai dengan manual dan
penyimpanan pada suhu 2-6 °C.
49
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjaefoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 417-422
2. Guyton. 1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. 499-501.
3. Suroso. 2004. Punbio Dengue Fever Antibodi IgG dan IgM, Approach. Jakarta : Pacifik Biotekindo. 7-13
4. Artur Simmons, FIMLS. 1989. Hematology a Combined Theoritical & Technical Approach. Philadelphia : W.B. Saunders Company. 351-365
5. Noegroho, 1989. Hematologi. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 17-23
6. Wintrobe’s. 1993. Clinical Hematology. Ninth Edition Philadepia : Lea & Febiger. 512- 514
7. Diggs et al. 1985, The Morphology of Human Blood Cells, Abbot
8. Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-PRESS.
9. --------- 2004. Operation Manual. Auto Hematology Analyzer BC 3000. 1-5, 1-7, 3-21.
10. --------- 2004. Operation Manual. Auto Hematology Analyzer Sysmex 1800. 14-11, 14-14
11. Zemansky. 1994. Fisika Mekanika. Panas. Bunyi. Cetakan Delapan. Bandung : Binacipta 253, 300.
12. Hardjono.2001. Kimia Dasar. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 21-22.
13. Hiskia. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Cetakan kedua. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. 43-44.
50
51
14. Sugiyono. 1997. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan Pertama. Bandung : CV Alfabeta. 67, 69, 257-258, 276.
15. Sururi. 2007. Belajar SPSS untuk Mengolah Data Penelitian. Cetakan Pertama. Bandung : Dewa Ruci.
16. Cornelius Thihendradi. 2005. Step by Step SpSS., Analisa Data Statistik. Yogyakarta : Andi. 134-136, 190-200.
17. Hendra. 2004. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan.
51