rev all terbaru

76
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan di negara kita, walaupun pemerintah sudah berupaya memberantas penyakit ini selama 37 tahun, tetapi tampaknya kurang begitu berhasil bila dilihat dari jumlah kasus yang makin lama makin bertambah banyak, meskipun bila dilihat dari persentase angka kematian penderita, upaya pemerintah tidak sepenuhnya gagal. Bila dilihat dari jumlah seluruh kasus di kota Bandung berdasarkan data dari sub dinas Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) pada tahun 2007 sebesar 4525, dimana jumlah ini lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya (2006), yaitu 3167 kasus. 1

Upload: hampura

Post on 14-Jun-2015

1.801 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rev All Terbaru

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah

kesehatan di negara kita, walaupun pemerintah sudah berupaya memberantas

penyakit ini selama 37 tahun, tetapi tampaknya kurang begitu berhasil bila dilihat

dari jumlah kasus yang makin lama makin bertambah banyak, meskipun bila

dilihat dari persentase angka kematian penderita, upaya pemerintah tidak

sepenuhnya gagal.

Bila dilihat dari jumlah seluruh kasus di kota Bandung berdasarkan data

dari sub dinas Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) pada

tahun 2007 sebesar 4525, dimana jumlah ini lebih besar dibandingkan tahun

sebelumnya (2006), yaitu 3167 kasus.

Untuk menentukkan diagnosa penyakit DBD salah satu pemeriksaan

laboratorium, yaitu pemeriksaan jumlah trombosit. Pemeriksaan jumlah trombosit

pada awalnya dilakukan secara langsung yaitu metoda Rees Ecker. Penghitungan

jumlah trombosit dalam metoda ini menggunakan alat mikrokop, dengan larutan

pengencer amonium oksalat 1%. Pembacaan dengan metoda langsung tersebut

cukup rumit dan memerlukan waktu lama. Ketepatan pembacaan hasil jumlah

trombosit tergantung dari keahlian petugas, hal ini dapat memungkinkan

kesalahan penghitungan lebih besar.

1

Page 2: Rev All Terbaru

2

Saat ini pemeriksaan jumlah trombosit dilakukan dengan menggunakan

alat otomatis, yaitu Hematologi Otomatis, untuk mengetahui jumlah trombosit

dalam darah (Whole Blood) yang diberi antikoagulan Etil Diamin Tetra Asetat

(EDTA).

Trombosit merupakan pemeriksaan hematologi rutin yang banyak

diminta oleh para dokter di klinik, untuk menunjang penegakan diagnosa dalam

menentukan pengobatan yang tepat. Akhir–akhir ini pemeriksaan hematologi

umumnya memakai alat hitung sel darah otomatis, sehingga hasil pemeriksaan

dapat diperoleh dengan lebih teliti, tepat dan akurat. Hal tersebut diperlukan alat

yang Valid dan reliabel.

Dengan menggunakan alat yang valid dan reliabel dalam pemeriksaan

jumlah trombosit, maka diharapkan hasil pemeriksaan jumlah trombosit akan

menjadi valid dan reliabel. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang

Validitas dan Reliabilitas alat Hematologi otomatis tipe BC 3000 dan Sysmex

1800 pada pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect DBD di Lab DinKes

Kota Bandung

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

2

Page 3: Rev All Terbaru

3

Berapa validitas dan reliabiliitas alat Hematologi otomatis tipe BC 3000

dan Sysmex 1800 pada pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect Demam

Berdarah Dengue?

Bagaimana validitas dan reabilitas alat Hematologi otomatis tipe BC

3000 dan Sysmex 1800 pada pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect

Demam Berdarah Dengue?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Validitas

dan Reliabilitas alat Hematologi otomatis di Lab DinKes Kota Bandung.

2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui Validitas dan

Reliabilitas alat Hematologi otomatis tipe BC 3000 dan Sysmex 1800 pada

pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect DBD di Lab DinKes Kota

Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara ilmiah penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi Validitas dan Reliabilitas alat Hematologi otomatis tipe BC 3000 dan

Sysmex 1800 pada pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect DBD di Lab

DinKes Kota Bandung kepada para klinisi.

3

Page 4: Rev All Terbaru

4

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih menyadarkan

petugas pelaksana laboratorium untuk lebih mengerti melakukan validasi alat

hematologi otomatis.

1.5 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimen, dengan

subjek Penelitian adalah penderita suspect Demam Berdarah Dengue. Dengan

bahan pemeriksaan darah lengkap (Whole Blood) untuk pemeriksaan jumlah

trombosit secara hematologi otomatis.

1.6 Waktu dan Tempat

1.6.1 Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari - Mei 2008.

1.6.2 Tempat Penelitian di UPT Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Kota

Bandung.

4

Page 5: Rev All Terbaru

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue

Demam dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat DF) adalah

penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan

tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai

leukopenia, dengan/tanpa ruam dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala

yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa mengecap yang terganggu,

trombositopenia ringan dan bintik-bintik pendarahan (ptekie) spontan.

Demam berdarah dengue (dengue hemoragic fever, selanjutnya

disingkat DHF), ialah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa,

dengan gejala utama; demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk

setelah dua hari pertama. Uji torniquet akan positif dengan/atau tanfa ruam,

disertai beberapa atau semua gejala pendarahan seperti ptekie spontan yang timbul

serentak, purpura, ekimosis, epitaksis, hematemesis, melena, trombositopenia,

masa pendarahan dan masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat, dan

gangguan maturasi megakariosit.(1)

2.1.1 Etiologi

Penyebab DBD adalah virus Dengue tergolong dalam famili/suku/grup

Flaviviridae yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2,

Dengue-3 dan Dengue-4), termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus

5

Page 6: Rev All Terbaru

6

(Arbovirus). Ke-empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di

Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat

berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas.

Masa inkubasi biasanya berkisar antara 4-7 hari. (1)

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Dalam tubuh manusia virus berkembang

biak di dalam sel retikuloendotelial, kemudian terjadi viremia yang diikuti dengan

respon imun terhadap virus dengue baik humoral maupun seluler. Manifestasi

pendarahan Demam Dengue (DF) adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

Dengue Shock Syndrome (DSS). (1, 2,3)

Gambar 2.1 : Bentuk Virus Dengue Tipe 1(3)

2.1.2 Patogenesis

Penularan DBD umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti,

meskipun dapat juga ditularkan oleh aedes albopictus yang biasanya hidup di

kebun–kebun, dan mungkin memberikan gejala sebagai DF. Nyamuk penular

6

Page 7: Rev All Terbaru

7

DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat

dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh

virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi

berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Berdasarkan hal ini timbullah

yang disebut the secondary heterologous infection atau sequential infection

hypothesis. Hipotesis ini menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seseorang

setelah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue

lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,

sehingga menimbulkan konsentrasi komplek antigen antibodi yang tinggi. (1, 2)

Berbagai hipotesis berkembang untuk menerangkan patogenesis DBD

dan DSS yang sampai saat ini masih kontroversi. Menurut Bhamarapravati telah

terjadi kerusakan sel penjamu oleh virus dengue secara langsung atau tidak

langsung melalui proses imunogenik, maupun kombinasi keduanya. (1,2,3)

2.1.3 Patofisiologi

Setelah virus masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan

dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal

seluruh badan, hiperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang

mungkin terjadi pada sistim retikuloendotelial, seperti; pembesaran kelenjar-

kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DF disebabkan kongesti

pembuluh darah di bawah kulit.

7

Page 8: Rev All Terbaru

8

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan

membedakan DF dengan DHF ialah meningginya permiabelitas dinding kapiler

karena pelepasan zat anapilaktoksin, histamin dan serotonin, serta aktifasi sistem

kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat

mengurangnya volum plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit

mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan.

Pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih 30

persen.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstavaskuler dibuktikan dengan

ditemukannya cairan dalam rongga seros, yaitu rongga peritoneum, pleura dan

perikard yang pada outopsi ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan

sebelumnya melalui infus. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat

hilangnya plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan,

asidosis metabolik dan kematian. (1,2,3)

Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah

pemberian plasma/ekspender plasma yang efektif, sedangkan pada outopsi tidak

ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang,

menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah

mungkin disebabkan mediator farmakologis yang bekerja singkat. Sebab lain

kematian pada DHF adalah pendarahan hebat, yang biasanya timbul setelah

renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi. Pendarahan pada DHF umumnya

8

Page 9: Rev All Terbaru

9

dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan

sistim koagulasi. (1,2,3)

Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit

muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan

dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radio isotop

membuktikan bahwa penghancuran trombosit terjadi dalam sistim

retikuloendotelial.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses

imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.

Kelainan sistim koagulasi disebabkan di antaranya oleh kerusakan hati yang

fungsinya terbukti terganggu oleh aktifasi sistim koagulasi. (2,4)

Respon imun infeksi dengue, setelah virus masuk kedalam tubuh

manusia, virus berkembang biak dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya

diikuti viremia yang berlangsung selama 5-7 hari. Akibat infeksi ini muncul

respon imun baik humoral maupun seluler, antara lain anti netralisasi, anti

hemaglutinin, anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG

dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi

sekunder kadar antibodi yang telah ada meningkat (booster effect). (1,2,3)

9

Page 10: Rev All Terbaru

10

Gambar 2.2 Kenaikan titer imunoglobulin IgM dan IgG (3)

Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar

demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan

menghilang setelah 60-90 hari. Kinetika kadar IgG berbeda dengan kinetika kadar

antibodi IgM, oleh karena itu kinetika antibodi IgG meningkat sekitar demam hari

ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua.

Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan

mendeteksi antibodi IgM setelah sakit hari kelima, diagnosis infeksi sekunder

dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan IgM

yang cepat. (1,3)

10

Page 11: Rev All Terbaru

11

a b

Gambar 2.3 (a) Imunoglobulin G dan (b) Imunoglobulin M(2)

2.1.4 Virologi

Virologi dengue termasuk dalam golongan virus RNA famili

flaviviridae dengan genus flavivirus. Virus dengue berdiameter 50 mm dan

mempunyai emvelop. Keempat serotipe virus adalah serupa, tetapi mempunyai

sifat antigen yang berbeda sehingga apabila terinfeksi dengan salah satu serotipe

hanya akan memberikan kekebalan seumur hidup untuk serotipe tersebut, tetapi

tidak memberikan kekebalan silang (cross protective immunity) penuh untuk

serotipe lainnya. (1,3)

2.1.5 Gambaran Klinis

Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang amat ringan hingga yang

sedang seperti DF, sampai ke DHF dengan manifestasi demam akut, pendarahan

11

Page 12: Rev All Terbaru

12

serta cenderung terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue

antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.

Pada DF suhu meningkat, tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang

hebat pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit

kepala dapat menyeluruh. Nyeri dibagian otot terutama dirasakan bila tendon dan

otot perut ditekan. Sekitar mata terasa pegal. Ruam yang klasik ada dua fase,

mula-mula pada awal demam terlihat jelas dimuka dan dada, berlangsung selama

beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan, ruam berikutnya mulai antara hari

ke 3-6, mula-mula berbentuk memar-memar besar kemudian bersatu kembali,

serta kemudian timbul bercak-bercak ptekie. Hal ini terlihat pada lengan dan kaki,

kemudian menjalar keseluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini

berkurang dan cepat menghilang, bekasnya kadang-kadang terasa gatal. (1,3)

Dengue Fever (DF) gambaran klinis dengue bervariasi, bergantung

kepada umur penderita. Pada bayi dan anak kecil panas dengan ruam

makulopapuar. Pada anak remaja dan orang dewasa, yaitu demam tinggi

mendadak, sakit kepala, nyeri belakang mata, nyeri otot dan sendi, ruam serta

dapat timbul pendarahan kulit (uji torniquet positif). Biasanya ditemukan

leukopenia dan trombositopenia. Pada keadaan ini jarang terjadi kasus yang fatal.

(1,3)

Demam Berdarah Dengue (DBD) penegakan diagnosa DBD kriteria

WHO yaitu demam tinggi mendadak terus menerus 2-7 hari, manifestasi

pendarahan; uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi,

12

Page 13: Rev All Terbaru

13

hematemesis dan atau melena, hepatomegali, trombositopenia (≤ 100.000/Ml),

Hemokonsentrasi, nilai Hematokrit masa akut ≥ 20%.

Dengue Shock Syndrome (DSS), sindrome DSS adalah seluruh gejala

pada DBD dan setelah suhu menurun, sekitar 7 hari setelah sakit, segera jatuh

kedalam syok. Nadi lemah dan cepat, kulit dingin dan lembab, sianosis disekitar

mulut, hipotensi (≤ 20 mmHg) dan gelisah. Syok berlangsung singkat, penderita

dapat meninggal dalam 12-24 jam. (1,3)

2.1.6 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah pada DF akan dijumpai leukopenia yang terlihat

pada hari ke-2 atau ke-3, dan titik terendah terjadi pada saat peningkatan suhu

kedua kalinya. Leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat

peningkatan suhu pertama kali. Pada saat suhu meningkat kedua kalinya, sel

limfosit relative sudah bertambah. Pada penderita DHF, umumnya dijumpai

trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif merupakan

pemeriksaan penting.

Isolasi virus dengue dari sampel darah atau jaringan, adalah cara yang

paling konklusif untuk menunjukkan infeksi dengue, meskipun demikian

perlakuannya tidak mudah karena virus dengue tumbuh kurang baik di hewan atau

biakan sel, serta membutuhkan waktu lebih dari 2 minggu untuk mendapatkan

hasil positif. Isolasi virus merupakan cara diagnosa laboratorium yang terbaik

13

Page 14: Rev All Terbaru

14

karena hasil langsung akan dapat diketahui sampai pada serotipe, namun cara ini

sulit, lama dan mahal.

Deteksi antigen virus dengue atau bagiannya ribonucleic acid (RNA)

dapat ditentukan dengan cara hibridisasi deoxyribonucleic acid (DNA-RNA) dan

atau ampilikasi segmen tertentu dengan metoda Polymerase Chain Reaction

(PCR). Cara ini masih cukup mahal, rumit, membutuhkan peralatan khusus dan

digunakan secara terbuka pada penelitian-penelitian. (1,2,3)

Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita yang

terjadi setelah infeksi. Berdasarkan sifat dari ketiga uji antiobodi

Haemaglutination Inhibition (HI), Complement Fixation dan Netralitation (NT)

tampak uji HI lebih banyak diterima dari segi teknik, waktu dan biaya, sehingga

sampai saat ini tes tersebut dianggap sebagai tes standar. Sayangnya, uji

laboratorium tersebut memerlukan dua spesimen darah dimana spesimen kedua

harus diambil setelah dua minggu. Hal ini menjadi masalah besar, karena uji

laboratorium tersebut tidak dapat memberikan hasil yang cepat, dimana pada

infeksi dengue hasil yang cepat diperlukan terutama untuk pengobatan penderita.

Secara tradisional, uji HI telah digunakan untuk membedakan infeksi dengue

sebagai primer atau sekunder menggunakan spesimen serum ganda, dengan

rentang pengambilan spesimen secara terpisah sekurang-kurangnya 7 hari.

Sayangnya variabel uji HI yang dibuat di laboratorium dapat menimbulkan

keraguan atas penerapan secara umum uji ini dalam klasifikasi dengue. (1,3)

14

Diagnosa Laboratorium infeksi Dengue

Page 15: Rev All Terbaru

15

Hematologi : Radiologi

Isilasi Virus : Biakan sel

dari nyamuk Deteksi Antigen : Identifikasi

Molekuler Serologi : Hemaglutinasi

Inhibition (HI) Complemen Fixation

Netralization

Enzim Immuno Assay

Gambar 2.3 : Skema Diagnosa Laboratorium Infeksi Dengue. (3)

2.2. Darah

Darah merupakan cairan tubuh yang berfungsi sebagai sistem transpor.

Volume darah secara keseluruhan merupakan satu per dua belas dari berat badan

atau sekitar 5 liter (untuk berat badan 60 kg). Sekitar 55% terdiri atas cairan,

sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. (5)

15

Spesifik

Serum Sodium

Non Spesifik

Hitung Trombosit

Serum Albumin

Hematokrit

Transaminase

Waktu Protrombin

Level Fibrinogen

Level Komplemen

Isolasi Virus

Deteksi Antige

Serologi

Lymposit Plasma Biru

Urea Darah

Page 16: Rev All Terbaru

16

Darah merupakan cairan viskus, terdiri dari sel-sel dan plasma. Lebih

dari 99 prosen sel adalah sel-sel darah merah, ini berarti bahwa untuk tujuan

praktis sel-sel darah putih hampir tidak berperan dalam menentukan sifat–sifat

fisik darah. (4,5,6)

Darah sebagai kebutuhan sirkulasi jaringan yang mempunyai kebutuhan

spesifik, yang dibutuhkan dari aliran darah terdapat berbagai macam, antara lain :

1. Penghantar oksigen ke jaringan.

2. Penghantar bahan makan lainnya, seperti glukosa, asam amino,

asam lemak dan sebagainya.

3. Pembuangan karbondioksida dari jaringan.

4. Pembuangan ion hidrogen dari jaringan.

5. Mempertahankan konsentrasi ion-ion lain di jaringan dengan tepat.

6. Pengangkutan berbagai hormon dan bahan spesifik lainnya ke

berbagai jaringan. (4,5,6)

Di dalam semua proses biologi, seperti banyak proses kimia lainnya suatu

hal penting ilah bahwa pH tidak banyak berubah dari harga tertentu. Fungsi dari

darah manusia yang mengangkut oksigen untuk sel-sel dari paru-paru adalah

tergantung pengaruh pH yang sangat dekat dengan 7,4. Kenyataan, ada perbedaan

0,02 satuan pH antara darah vena arteri yang disebabkan terbentukknya asam dan

basa yang dihasilkan dalam sel-sel. Hampir tetapnya pH dalam suatu sistem

dimana asam atau basa ditambahkan adalah disebabkan karena pengaruh buffer

16

Page 17: Rev All Terbaru

17

dari keseimbangan asam basa. Di dalam darah manusia ada sejumlah penyangga

yang terjadi secara simultan. Ini meliputu :

1. Pelarut CO2 dan HCO-

2. H3PO4 dan HPO2

3. Berbagai protein yang dapat menerima ion-ion hidrogen.(7)

2.2.1 Komponen darah

Darah terdiri atas plasma darah dan sel-sel darah atau elemen seluler.

Apabila seluruh darah disentrifugasi, maka akan memisah menjadi dua bagian

yaitu plasma darah (bentuk supernatan) dan sel-sel darah/elemen seluler (bentuk

endapan). Dari penjelasan di atas, komponen darah terdiri dari :

a. Plasma darah

Plasma adalah bagian dari cairan ekstrasel tubuh. Cairan ini hampir sama

dengan cairan interstisial yang ditemukan di antara sel-sel jaringan, dengan satu

perbedaan utama, plasma mengandung kira-kira 7 persen protein, sedang cairan

interstisial hanya rata-rata 2 persen protein. Penyebab dari perbedaan ini adalah

bahwa protein plasma hanya sedikit sekali ke luar melalui pori kapiler ke dalam

ruang interstisial. Dengan akibat, sebagian besar protein plasma tetap tertahan di

sistim sirkulasi dan yang dapat ke luar pada akhirnya kembali ke sirkulasi melalui

pembuluh limfe. Karena itu konsentrasi protein plasma adalah kira-kira .5 kali

konsentrasi protein cairan di luar kapiler. (4,5,6)

Tipe protein dalam plasma dibagi ke dalam tiga tipe utama, sebagai berikut :

17

Page 18: Rev All Terbaru

18

1. Albumin 4,5 g %

2. Globulin 2,5 g %

3. Fibrinogen 0,3 g %

Fungsi primer dari albumin adalah menyebabkan timbulnya tekanan

osmotik pada membran kapiler. Tekanan yang disebut tekanan osmotik koloid ini

mencegah bocornya cairan plasma ke luar dari kapiler ke dalam ruang interstisial.

Fungsi ini sangat penting. (4,5,6)

Globulin dibagi ke dalam tiga tipe utama : globulin alfa, beta dan gama.

Globulin alfa dan beta melaksanakan berbagai fungsi di sirkulasi, seperti transfor

berbagai substansi dengan jalan bergabung dengan substansi tersebut secara

reversibel, bekerja sebagai substrat bagi pembentukan substansi lain, dan transfort

protein sendiri dari satu bagian ke bagian lain dalam tubuh. Globulin gama dan

secara terbatas juga globulin beta berperan khusus dalam melindungi tubuh

terhadap insfeksi, karena globulin inilah yang terutama merupakan antibodi

melawan insfeksi dan toksisitas, jadi memberikan tubuh dengan apa yang disebut

immunitas Fibrinogen plasma penting sekali dalam pembekuan darah. (2,4,5,6)

b. Sel-sel darah

Sel-sel darah terdiri atas :

1. Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang.

Hemoglobin merupakan zat padat dalam eritrosit yang menyebabkan warna

merah. Dibandingkan sel-sel lain dalam jaringan, eritrosit kurang mengandung air.

18

Page 19: Rev All Terbaru

19

Dalam 1 mm3 darah terdapat 4,2 sampai 5,4 juta sel darah merah. Dalam 100 mL

darah terdapat kira-kira 15,0 g hemoglobin. (2,4,5,6)

2. Leukosit

Jumlah sel leukosit dalam sirkulasi darah kira-kira 1/500 jumlah sel

darah merah, namun leukosit ini mempunyai arti penting karena dapat melindungi

tubuh terhadap penyakit. Seperti halnya eritrosit, leukosit juga diproduksi dalam

sumsum tulang. Leukosit berbeda dengan eritrosit, karena tidak mengandung

hemoglobin dan dapat keluar dari sistem sirkulasi dan mencapai bagian-bagian

jaringan, sesuai fungsinya untuk melawan penyakit. Sel darah putih atau leukosit

ini terdiri dari granulosit, monosit dan limfosit. (2,4,5,6)

3. Trombosit

Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval, tak berinti ukurannya

kecil sekali dengan panjang 1,5 sampai 4 µm dan tebal 0,5 sampai 2 µm. Seperti

eritrosit dan leukosit, sel ini terbentuk dalam sumsum tulang dengan melepaskan

diri dari sitoplasma megakariosit, yang merupakan sel yang sangat besar dalam

susunan hemopoitik yang berada dalam sumsum tulang. Megakariosit tidak

meninggalkan sumsum tulang untuk memasuki darah. Trombosit berbentuk

seperti tunas pada permukaan megakariosit dan kemudian melepaskan diri untuk

masuk kedalam darah. Konsentrasi normal trombosit dalam darah ialah antara

150.000 dan 400.000/µL darah. Trombosit mempunyai waktu hidup relatif pendek

dapat dihitung dengan kehati-hatian yang khusus. Usia keping darah satu sampai

dua minggu. Penguraian trombosit terutama terjadi dalam sistem retikulum. (2,4,5,6)

19

Page 20: Rev All Terbaru

20

Gambar 2.4 : Sistem Pembentukan Trombosit(8)

Trombosit dihasilkan dalam hematopoiesis oleh pertunasan batal dari

megakariosit - megakariosit. Masing-masing megakariosit menghasilkan antara

5.000 dan 10.000 trombosit. (4,5,6)

Trombosit mempunyai masa hidup satu minggu, dan kemudian mati;

dihancurkan oleh limpa dan oleh sel-sel Kupffer di dalam hati. Trombosit

mempunyai beberapa ciri fungsional sebagai sebuah sel, walaupun tidak

mempunyai inti dan tidak dapat berproduksi. Di dalam sitoplasmanya terdapat

faktor-faktor aktif seperti (1) molekul aktin dan miosin, sama seperti yang

terdapat dalam sel-sel otot, yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi. (2)

20

Page 21: Rev All Terbaru

21

sisa-sisa retikulum endoplasma dan aparatus golgi yang mensintesis berbagai

enzim dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium, (3) sistem enzim yang mampu

membentuk adenosine triphospate (ATP) dan adenosine diphospate (ADP), (4)

sistem enzim yang mensintesis prostaglandin, yang merupakan hormon-hormon

setempat yang menyebabkan berbagai jenis reaksi pembuluh darah dan reaksi

jaringa setempat lainnya, (5) suatu protein penting yang disebut sebagai faktor

pemantap fibrin (fibrin stabilizing faktor), dan (6) faktor pertumbuhan yang dapat

menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot

polos pembuluh darah, dan fibroblas, sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan

sel-sel untuk memperbaiki dinding pembuluh yang rusak. (4,5,6)

Membran sel trombosit juga penting. Dipermukaannya terdapat lapisan

glikoprotein yang menyebabkan trombosit dapat melekat pada daerah dinding

pembuluh darah yang luka, terutama pada sel-sel endotel yang rusak, dan bahan

melekat pada jaringan kolagen yang terbuka pada bagian dalam pembuluh. Selain

itu membran mengandung banyak fosfolipid yang dapat mengaktifkan salah satu

sistem pembekuan darah yang disebut sistem intrinsik. Membran juga

mengandung enzim adenilat siklase, yang bila diaktifkan dapat menyebabkan

pembentukkan Adenosin Monopospat (AMP) siklik di dalam trombosit, dan

selanjutnya ini akan menggiatkan aktivitas-aktivitas lain dari trombosit. (2,4,5,6)

Jadi trombosit merupakan struktur yang sangat aktif, waktu paruhnya

dalam darah ialah 8 sampai 12 hari, setelah itu proses kehidupannya telah

berakhir. Trombosit itu kemudian diambil dari sirkulasi, terutama oleh makrofag

21

Page 22: Rev All Terbaru

22

jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa, yaitu

pada waktu darah melewati kisi-kisi trabekula yang rapat. (4,5,6)

Gambar 2.5 : Bentuk Trombosit Dengan Mikroskope Elektron(6)

Macam-macam bentuk trombosit berdasarkan kriteria ukuran, tetapi

selanjutnya banyak ditemukan variabel dan sangat sulit ditentukan secara

kuantitatif menggunakan metoda mikroskopik. Dasar metoda dari elektronik dan

berdasarkan gradien dencity adalah isoyknic centrifugation. (4,5,6)

Anisositosis trombosit dan makrositosis dapat terlihat pada preparat

hapus, terjadi saat percepatan pembentukan, trombosit mempunyai diameter 2,5

µm atau dalam volume rata-rata trombosit sampai 13 fl, (megatrombosit) terdapat

≤ 10% dalam populasi normal. Karakteristik megatrombosit akan naik bila terjadi

penghancuran trombosit yang cepat, autoimun trombositopenia. Terjadi kelainan

22

Page 23: Rev All Terbaru

23

adanya pencampuran antara trombosit bergranula “basophilic” trombosit.

Trombosit dengan peleburan granula tergambar pada seseorang dengan anemia

dan preleukemia. Trombosit dengan ukuran abnormal seperti trombosit kecil

terjadi pada kasus anemia aplastik dan trombositopenia. Kemudian ukuran

trombosit dengan sangat besar tejadi pada kasus penyakit mielofibrosis,

trombositopenia karena pendarahan, atau polisitemia, bila terjadi fungsi trombosit

tidak baik akan terdapat ‘giant’ trombosit. (4,5,6)

Komposisi kandungan kimia trombosit sangat sulit ditentukkan secara

tepat karean adanya pengaruh macam-camam kandungan dalam plasma ,

sentrifugasi, dan kandungan biokimia yang heterogen. Kandungan biokimia

trombosit dalam berat bersih terdiri dari 60 % protein, 15 % lemak, dan 8 %

karbohidrat. Termasuk mineral yang terpenting yaitu magnesium (Mg), kalsium

(Ca), kalium (K) dan (Zn).

Konsentrasi natrium dan kalium dalam trombosit adalah 9 dan 138 mEq

(mikroeqivalen), perbandingan ini mengatur keseimbangan aktifitas keluar

masuknya ion, untuk mendapatkan energi dari membran adenosin trifospat. (6)

2.3 Antikoagulan

Antikoagulan yang banyak digunakan pada pemeriksaan hematologi,

adalah Etil Diamin Tetra Asetat (EDTA) dan Natrium sitrat.

2.3.1 Etil Diamin Tetra Asetat (EDTA)

23

Page 24: Rev All Terbaru

24

Untuk pemeriksaan hematologi digunakan antikoagulan EDTA (gambar

1). EDTA yang digunakan tergantung dari jenis garam, konsentrasi garam EDTA

dan lama penundaan pemeriksaan. Garam EDTA bekerja sebagai chelating agent

terhadap Ca++ (gambar 2), sehingga darah tidak dapat membeku. Sifat-sifatnya

tidak mengubah ukuran atau bentuk eritrosit dan leukosit dalam kurun waktu

kurang dari 2 jam. Darah EDTA dalam lemari es selama 24 jam masih dapat

dipakai untuk pemeriksaan Hb, hematokrit, leukosit dan eritrosit. (2,4,5,6)

Gambar 2.6 : Struktur molekul EDTA(9)

Gambar 2.7 : Struktur molekul Kompleks Ca-EDTA(9)

24

Page 25: Rev All Terbaru

25

Darah yang menggunakan antikoagulan EDTA apabila disimpan pada

suhu kamar, untuk pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit; stabil lebih

dari 8 jam, dalam batas kesalahan yang masih diperbolehkan, penetapan

pemeriksaan tersebut di atas bisa stabil sampai 24 jam apabila temperatur kamar

tetap terjaga. Dan sebaliknya apabila darah EDTA disimpan pada suhu 4°C akan

stabil selama 48 jam. Bagaimana pun jika darah tetap dicampur dengan alat

penggoyang/roller dan disimpan pada suhu 4°C, maka hemoglobin, leukosit,

eritrosit, dan trombosit akan stabil lebih dari 72 jam. (4,5,6)

Penggunaan garam EDTA sebagai antikoagulan dapat mempengaruhi

morfologi. Hal ini tergantung pada konsentrasi garam EDTA yang dipakai. Bila

digunakan 1,5 mg garam EDTA/mL darah, akan terjadi perubahan minimal pada

morfologi, seperti pembengkakan, hilangnya struktur lobus, hilangnya granulasi

dalam sitoplasma, terjadinya vakuolisasi dalam sitoplasma dan inti sel, perubahan

pada kromatin inti dan akhirnya sel mengalami desintegrasi. Bila digunakan

garam EDTA 2,5 mg/mL darah, akan mengalami desintegrasi, trombosit

membengkak, sehingga tampak adanya trombosit raksasa yang dapat

menyebabkan terjadinya fragmentasi trombosit, sehingga menyebabkan

peningkatan palsu jumlah trombosit. Oleh karena itu sampai saat ini belum ada

antikoagulan yang baik untuk penetapan mean platelet volume (MPV).

Antikoagulan yang baik untuk pemeriksaan hematologi dimasa mendatang masih

dalam penelitian. (4,5,6)

25

Page 26: Rev All Terbaru

26

2.3.2 Natrium sitrat

Antikoagulan ini digunakan dalam bentuk larutan dari 3,8% dan 3,2%.

Untuk penentuan laju endap darah (LED) dengan metoda dari Westergren

digunakan dalam perbandingan empat volume darah dan satu volume

antikoagulan, sedangkan untuk pemeriksaan proses pembekuan darah digunakan

dalam perbandingan sembilan volume darah dan satu volume antikoagulan. (4,5,6)

2.4 Hematologi Otomatis

2.4.1 Hematologi Otomatis Metode Hambatan Arus Listrik

Hematologi Otomatis merupakan alat pemeriksaan hematologi

kuantitatif yang digunakan di laboratorium klinik untuk pemeriksaan hematologi

dan hitung jenis leukosit. (4,10,11)

Sampel dipersiapkan dengan mencampur secara tepat antara diluent

dengan whole blood untuk kemudian dilakukan penghitungan dan pengukuran

White Blood Cell (WBC), Red Blood Cell (RBC), Platelet (PLT), dan

Hemoglobin (HGB). Cairan spesimen akan diisap melalui probe sampel, dan

dengan adanya tekanan dari pompa vakum, maka sel akan masuk ke dalam

celah/aperture RBC dan WBC. (10)

26

Page 27: Rev All Terbaru

27

Gambar 2.8: Tabung Volumetrik BC 3000 (10)

Celah (aperture) tersebut masing-masing berada di dalam sebuah

tabung volumetri yang didalamnya terdapat sebuah tabung gelas dengan dua

sensor optik. Tabung ini akan mengukur secara teliti jumlah dari cairan spesimen

pada setiap putaran penghitungan. Dua sensor optik tersebut akan menentukan

ukuran dari sel pada saat cairan spesimen melewati/masuk ke dalam aperture

tersebut. Leukosit, eritrosit, dan trombosit akan terhitung jumlahnya berdasarkan

ukurannya masing-masing. Metoda ini disebut Metoda Impedance Elektrik

(Elektrical Impedance Method). Metoda ini yang menjadi dasar dari pengukuran

secara elektrik yang dipergunakan oleh alat, dimana setiap partikel akan melewati

sebuah celah/apertures. Elektroda-elektroda ada dibawah permukaan cairan pada

27

Page 28: Rev All Terbaru

28

setiap sisi dari celah yang akan dilewati partikel dari spesimen. Sel-sel darah akan

terhitung saat melewati aperture dan oleh sensor elektrik akan dihasilkan pulse-

pulse yang nantinya dapat dilihat dalam kurva histogram masing-masing sel.(10)

Tabung volumetrik ini merupakan peralatan terdiri atas tabung gelas

atau logam yang praktis sudah tidak ada lagi udara didalamnya. Alat ini tidak

akan dapat dibuat jika tidak ada alat yang dapat menimbulkan keadaan hampa

udara yang sangat tinggi. Dalam tabung volumetrik tersebut berlaku cairan/fluida

mengalami tekanan. Gambar 2.7 melukiskan fuida didalam sebuah silinder ada

pistonnya, terhadap piston ini bekerja gaya arah ke bawah.(11)

Pada tabung volumetrik tersebut berlaku juga hukum pertama

elektrolisis yang dilaporkan Michael Faraday pada tahun 1832, bila arus listrik

dialirkan melalui suatu leburan garam atau larutan garam, maka ia akan terurai

menjadi bagian – bagaian yang sederhana, efek kimia yang ditimbulkan oleh arus

listrik adalah sebanding langsung dengan besaranya kelistrikkan yang mengalir.

Pada percobaan yang lain Michael Faraday melaporkan bahwa pelat logam yang

disebut elektroda ditempatkan di ujung-ujung tabung. Pada elektroda (katoda)

dengan ujung negatif dari sumber arus listrik yang bertegangan tinggi. Pada

elektroda yang lain (anoda), dihubungkan dengan ujung positif. Bila sepanjang

tabung terisi dengan udara, maka tidak ada aliran arus listrik. Udara merupakan

konduktor listrik yang sangat buruk.(7)

28

Page 29: Rev All Terbaru

29

Gambar 2.9 : Skema Suspensi darah masuk kedalam celah(8)

Alat akan menghitung sel dan memisahkan setiap jenis sel berdasarkan

ukurannya. Salah satu keuntungan penghitungan oleh alat dibandingkan dengan

penghitungan dibawah mikroskop, yaitu untuk mengurangi pengaruh kesalahan

oleh faktor human error, dimana ketelitian sangat diperlukan untuk mengurangi

kesalahan penghitungan. (4.10)

2.4.2 Penghitungan Sel dengan Multichanel

Setiap pabrik pembuat produk alat otomatis tersebut, sebagai dasar

penggunaannya yang terpenting adalah penghitungan secara ilmu elektronik atau

yang berhubungan dengan arus listrik. Pabrik-pabrik dalam pembuatan alat

penghitung sel-sel ini, lebih banyak menggunakan dasar daya hantar arus listrik.

Dasar penggunaan alat otomatis tersebut yang menarik adalah prinsip

penggunaannya dengan pengenceran darah oleh suatu larutan menjadi suspensi,

sebagai sumber arus listrik yang akan melewati suatu celah kecil. Setiap sel-sel

29

Page 30: Rev All Terbaru

30

yang melewati celah kecil tersebut akan menghasilkan arus listrik. Antara sel-sel

dan larutan pengencer akan memberikan daya arus listrik yang berbeda. Setiap sel

saat melewati celah akan memberikan perlawanan arus listrik yang akan dirubah

ke dalam tegangan listrik. Terdapat suatu wadah yang menampung suspensi

sampel yang mempunyai celah sebagai penghubung lalu-lintas sel yang

berbatasan dengan celah piranti sumber arus listrik. (4)

Pengenceran menjadi suspensi untuk mempermudah masuk melewati

celah. Sepasang celah sebagai sumber arus listrik relatif memberikan arus listrik

yang besar dalam volume larutan, elektroda arus listrik mudah mengalir melewai

celah. Suspensi dalam volume tertentu mengandung sel darah yang akan dihitung.

Pada saat celah terbuka, suspensi berpindah, dan terjadi hubungan arus listrik

dengan elektroda. Diameter celah yang mempunyai ukuran khusus yaitu 100 µ,

juga digunakan diameter ukuran yang lebih kecil seperti 70 µ yang digunakan

untuk penghitungan perkiraan jumlah trombosit. Celah mempertimbangkan setiap

menit daya hantar sel, dengan suspensi berpindah melewati celah berhubungan

dengan elektroda penghitung. Sel-sel biasanya dilakukan pengenceran menjadi

suspensi sedemikian rupa, cairan pengencer yang baik, yaitu larutan elektrolit

yang mempunyai daya hantar listrik yang baik, sel-sel bagaimana pun sangat

sedikit mempunyai daya hantar listrik. Cairan suspensi akan membawa sel-sel

melewati celah, daya hantar listrik yang dihasilkan oleh sel sama dengan volume

total sel yang terkandung dalam suspensi. Pariasi waktu yang diperlukan oleh

suspensi darah dan pelarut biasanya antara 0.00001 – 0.00002 detik, hal ini terjadi

30

Page 31: Rev All Terbaru

31

dalam jangka waktu yang sangat singkat. Dan menghasilkan arus listrik yang

tinggi tanpa terjadi penguapan cairan. Dalam waktu tersebut terjadi kenaikan

tahanan arus listrik sekaligus meningkatkan tegangan arus listrik terlihat saat

melewati celah, dan pulse-pulse tegangan arus listrik adalah dihasilkan dari

penguat arus listrik (Aplifeer) untuk ditampilkan di layar oscilloscope. Pembacaan

dapat dilakukan dengan melihat perbedaan tinggi pulse dan tinggi pulse sebanding

dengan ukuran sel.

Gambar 2.10 : Model Oscilloscope (4)

Terlihat dalam gambar pola oscilloscope yang khas dalam

penghitungan hambatan arus listrik. Masing–masing tinggi impulse menunjukkan

satu sel ertrosit atau partikel yang melewati celah. Tinggi impulse sama dengan

volume sel. (4)

Dengan mengabaikan tingkat pengenceran darah, ketika satu sel atau

lebih melewati celah dalam satuan waktu. Saat tersebut terjadi perpindahan sel

yang akan menghasilkan pulse yang tidak sesuai dengan besar ukuran sel dalam

31

Page 32: Rev All Terbaru

32

waktu tersebut, akan menghasilkan satu pulse atau malahan hanya pulse-pulse

kecil yang secara total hasil penghitungan akan rendah. Kejadian kesalahan

tersebut adalah menjadi koreksi untuk semua penghitungan, terhadap nilai koreksi

terbaru terhadap nilai koreksi yang lama pada metoda hambatan arus listrik. (4)

Pada alat otomatis juga berlaku reaksi kimia yang disebabkan oleh

energi listrik serta reaksi kimia yang menghasilkan energi listrik (bidang

elektrokimia). Sel elektrokimia yaitu sel galvani atau sel volta dan sel elektrolisis.

Sel galvani terdiri atas dua elektroda dan elektrolit. Elektroda dihubungkan oleh

penghantar luar yang mengangkut elektron ke dalam sel atau luar sel. Prinsif yang

bekerja pada alat ini adalah elektrolisis, alat elektrolisis terdiri atas sel elektrolisisi

yang berisi elektrolit (larutan atau leburan) (12)

Pengenceran yang sama pada saat ukuran leukosit tidak bisa dibedakan

akan dianggap sebagai sel eritrosit dan akan memasuki celah yang sama. Dan

untuk penghitungan jumlah trombosit, bila distribusi normal akan menghasilkan

grafik yang terpisah antara sel eritrosit, trombosit, pecahan partikel. Distribusi

analisis sel-sel tersebut dapat menghasilkan grafik untuk sel-sel anisositosis dan

dua atau lebih sekumpulan sel ertrosit. Hal ini dapat dilihat dalam gambar 12,

dapat dibedakan gambaran grafik antara distribusi sel normal dengan distribusi sel

abnormal.

Penghitungan trombosit, kesulitan yang sangat tinggi dengan tingkat

akurasi yang sangat rendah. Alat otomatis digunakan hanya untuk menghitung

partikel-partikel, cytoplasmic pragmentants, sel eritosit mikro dan sisa-sisa

32

Page 33: Rev All Terbaru

33

platelet yang kecil. Hal ini mempersulit komputer menentukkan kurva antara

penghitungan partikel dengan ukuran antara 2 fL dan 20 fL. Hasil penghitungan

akan menghasilkan kolom data untuk penghitungan kriteria secara matematika

dan kurva dengan ukuran mulai dari 0 sampai 70 fl. Kurva pada x-axis adalah

ukuran sel, trombosit dapat dipisahkan secara elektronik dari partikel kecil lainnya

termasuk sel eritrosit mikro (mikrocytic red cells). Dapat dilihat dengan jelas

dalam kurva gambar 12. (4)

2.4.3 Hematologi Otomatis Metoda Laser Flow Sitometer

Flow sitometer adalah suatu alat yang melakukan pemeriksaan dengan

membuat perhitungan berdasarkan perkalian secara berkesinambungan dari setiap

sel dalam larutan yang mengalir.

Satu atau lebih flow sitometer mempunyai tingkatan yang lebih tinggi

dengan kemampuan yang lebih baik, dalam melakukan satu pemeriksaan sel

dalam tiap sel dalam waktu persekian detik saat sel melewati ruang deteksi.

Prinsip dasar dari instrumen ini adalah optik pendeteksi sel-sel dalam cairan

suspensi, sumber cahaya akan memendarkan sinar ke dalam sudut ‘low forward ‘

intensitas cahaya yang dikeluarkan akan terdeteksi oleh fotodetektor yang akan

dikonversi menjadi impulse elektrikal, ketinggian dan lebar dari impulse

sebanding dengan intensitas dari sinar/sumber cahaya. Selanjutnya adalah

proporsional dengan jumlah sel. (4,13)

33

Page 34: Rev All Terbaru

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bagan Alir Penelitian

34

D A T A

Pemeriksaan Jumlah Trombosit

Pengambilan Sampel darah

Pengolahan Darah EDTA

Darah Cair

Darah

Penderita Suspect Demam Berdarah Dengue

Dengan Alat Hematologi Otomatis tipe BC 3000

Dan Sysmex 1800

Page 35: Rev All Terbaru

35

3.2 Subjek Penelitian

Populasi subjek penelitian ini adalah 35 orang pasien yang melakukan

pemeriksaan darah di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandung, dan

memerlukan pemeriksaan hematologi darah secara otomatis, dengan kriteria

sebagai berikut :

Subjek penelitian, adalah penderita suspect Demam Berdarah Dengue

(DBD) yang memeriksakan darahnya di UPTD Laboratorium Dinas

Kesehatan Kota Bandung.

Subjek penelitian memerlukan pemeriksaan hematologi secara otomatis,

pemeriksaan yang diminta, yaitu paket DBD dengan salah satu jenis

pemeriksaannya adalah penentuan jumlah trombosit. Penentuan jumlah

trombosit dipilih menjadi kriteria penelitian dengan pertimbangan kasus

tersebut banyak ditemukan dalam pengamatan sehari-hari, di UPTD

Laboratorium.

Subjek berusia tidak terbatas. Pemilihan sampel berusia tidak terbatas,

dengan pertimbangan penyakit DBD bisa menyerang siapa saja dan tidak

bergantung pada usia.

Populasi subjek pemeriksaan dibagi dalam tiga kelompok, kelompok

pasien jumlah trombosit tinggi sebanyak 8 orang, kelompok jumlah

trombosit normal sebanyak 11 orang dan kelompok pasien jumlah

trombosit rendah sebanyak 16 orang.

35

Page 36: Rev All Terbaru

36

Tabel 3.1 : Data Populasi Subjek Penelitian Pasien Pemeriksaan Jumlah Trombosit pada penderita Suspect Demam Berdarah Dengue (DBD)

NO NAMA

HASIL TROMBOSIT

NO NAMA

HASIL TROMBOSIT

NO NAMA

HASIL TROMBOSIT

1 Dev 790000 13 Fris 165000 24 Toti 28000

2 Mam 425000 14 Ny. Nin 164000 25 Iqb 128000

3 Ais 508000 15 Ded 239000 26 Rick 117000

4 Mie 378000 16 Yuli 257000 27 Paul 145000

5 Nan 400000 17 Fred 260000 28 Win 168000

6 Yon 405000 18 Ros 255000 29 Jay 155000

7 Juj 515000 19 Tot 81000 30 Enda 125000

8 Wahy 502000 20 N. Nen 85000 31 Kat 166000

9 Samu 266000 21 Oje 68000 32 Mel 130000

10 Nn. Pop 249000 22 Sung 84000 33 Kar 145000

11 M. Fau 238000 23 Mar 79000 34 Adin 198000

12 Irw 274000 35 Ada 324000

Pengambilan ukuran sampel berdasarkan tabel nomogram, dengan

populasi berkelompok antar lain ; jumlah trombosit tinggi, normal dan rendah.

Dengan demikian masing-masing sampel untuk jumlah trombosit harus

proporsional sesuai dengan populasi. (14)

Berdasarkan tingkat kesalahan 5%, maka ukuran sampel adalah 33

sampel pemeriksaan jumlah trombosit dengan menggunakan perhitungan:

Dari hasil perhitungan didapatkan pembagian sampel menurut jumlah

trombosit, adalah sebagai berikut :

a. Pasien dengan jumlah trombosit tinggi 8 sampel.

b. Pasien dengan jumlah trombosit normal 10 sampel

c. Pasien dengan jumlah trombosit rendah 15 sampel

36

Page 37: Rev All Terbaru

37

3.3 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel pada penelitian ini adalah Whole Blood atau darah lengkap dari

penderita suspect Demam Berdarah Dengue, darah lengkap ditambah dengan

antikoagulan, sehingga tidak terjadi pembekuan, kemudian diperiksa dengan alat

hematologi otomatis. Teknik sampling dilakukan pembacaan secara berulang

dengan dua alat hematologi otomatis tipe yang berbeda pada hari yang sama.

3.4 Variabel kendali berupa :

a. Pengambilan darah

Sebelum pengambilan sampel darah, petugas pengambil darah

menanyakan nama dan pemeriksaan sesuai dengan identitas di formulir

permintaan. Kemudian menerangkan akan diambil darahnya sebanyak

1.5 mL. Pasien disarankan untuk tenang dan bila merasa pusing atau

takut disampaikan kepada petugas.

Prosedur pengambilan darah sebagai berikut :

Sebelum pengambilan darah vena dilakukan desinfeksi dengan

alkohol 70 dan biarkan kering.

Karet pembendung dipasang pada lengan bagian atas, ikatan tidak

terlalu kencang.

Vena ditusuk di daerah fosa cubiti sampai ujung jarum masuk ke

dalam lumen vena, tarik piston spuit.

37

Page 38: Rev All Terbaru

38

Kepalan tangan diregangkan atau dilepaskan, dan perlahan-lahan

biarkan darah mengalir kedalam spuit 3.0 mL, darah diambil

sebanyak 1.5 mL

Pembendungan dilepaskan lalu kapas disimpan di atas jarum,

kemudian jarum dicabut, jarum bekas dibuang ke dalam safety box.

(10)

b. Homogenisasi bahan pemeriksaan

Darah yang berada dalam spuit dimasukkan ke dalam tabung reaksi

diameter 7 cm x 1 cm yang mengandung larutan EDTA 10 %,

dicampur dengan hati-hati sampai homogen.

c. Reagensia yang digunakan pada penelitian ini adalah rinse dan Lyse

untuk masing-masing alat Hematologi otomatis BC Plus 3000 dan

Sysmex 1800 (10,13)

Sampel darah diperiksa jumlah trombositnya menggunakan alat

hematologi otomatis BC 3000, kemudian ditentukan dengan alat otomatis Sysmex

1800 dan dinyatakan dalam satuan per milimiter kubik (/mm3).

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Hematologi otomatis BC 3000

38

Page 39: Rev All Terbaru

39

2. Hematologi otomatis Sysmex 1800

3. Tabung 7 mL

4. Torniquet

5. Spuit 3,0 mL dan Jarum ukuran G 23,5

b. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Darah EDTA

2. Rinse

Natrium Sulfat anhidrat (Na2SO3 pa) 8,0 g/L

Natrium Klorida (NaCl) 5,0 g/L

Pollyoxyethylene eter 1,5 g/L

3. Lyse

Garam Amonium < 50 g/L

Nonion Surfactan < 15 g/L

Isopropanol 0.1-1,5 mL/L

Etanol < 1,5 mL/L

3.6 Prosedur Pemeriksaan Trombosit

Penetuan jumlah trombosit secara otomatis dilakukan setiap hari,

dengan cara sebagai berikut :

Alat dihidupkan dengan menekan power switch di bagian belakang alat.

39

Page 40: Rev All Terbaru

40

Alat akan secara otomatis melakukan self test dan proses ini akan

berlangsung selama lebih kurang 80 detik.

Self test atau self check akan mendeteksi status reagensia dan akan

melakukan pengukuran blanko atau background.

Hasil pengukuran background akan tampil ada layar count.

Screen hasil background tidak boleh melebihi nilai background range

pada tabel berikut:

Tabel. 3.2 nilai background range Hematologi otomatis BC 3000

Parameter Range CVWBC <0.3 x 109/L ≤ 2.5RBC <0.03 x 1012/L ≤ 2.0HGB <1 g/L ≤ 1.5Hematokrit <0.5% ≤ 0.5PLT <10 x 109/L ≤ 5

Alat sudah siap untuk melakukan analisa, baik untuk kontrol maupun

sampel pasien bila nilai background sudah memenuhi syarat.

Tekan ID pada keypad atau huruf I pada keyboard, akan tampil pada

layar kolom yang harus diisi untuk sampel yang akan diperiksa.

Biarkan nomor ID (tidak perlu diubah kecuali sampel nomor 1).

Gunakan tab pada keyboard untuk pindah kursor ke kolom berikutnya.

Siapkan sampel yang akan diperiksa, kemudian sampel dihomogenkan

terlebih dahulu.

Letakkan sampel pada posisi di bawah probe sampling kemudian tekan

start pada bagian belakang probe sampling.

40

Page 41: Rev All Terbaru

41

setelah terdengar suara “Bip” berarti sampel telah terisap oleh probe,

kemudian probe akan naik dan masuk ke dalam alat untuk segera mulai

memeriksa sampel tersebut, lalu segera pindahkan sampel tersebut ke

tempat semula.

Apabila alat di setting ON pada recorder atau built in printer maka

setiap satu sampel akan secara otomatis mencetak hasil pemeriksaan

pada kertas thermal. (10)

3.7 Rancangan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran/penentuan, berupa jumlah

trombosit pada kelompok data alat hematologi otomatis BC 3000 dan kelompok

data Sysmex 1800, dianalisis berdasarkan metode Analisis validitas dan

reliabilitas.

Apabila koefisien korelasi menunjukkan hasil yang signifikan

(bermakna) pada taraf rhitung lebih besar dari rtabel maka validitas dan reliabilitas

kedua alat tersebut baik.(14,15)

3.8 Evaluasi Hasil Penelitian

Untuk mengetahui Validitas dan reliabilitas kedua alat tersebut

dilakukan penghitungan koevisien korelasi jumlah jumlah trombosit pada alat

hematologi otomatis BC 3000 dan Sysmex 1800, selanjutnya hasil perhitungan

dibandingkan terhadap nilai pada tabel.

41

Page 42: Rev All Terbaru

42

Jika nilai rhitung > nilai rtabel, berarti ke dua alat Valid

Jika nilai rhitung > nilai rtabel, berarti ke dua alat tidak valid. (15)

Uji reliabilitas dari alat hematologi otomatis BC 3000 dan Sysmex 1800

dilakukan dengan cara membandingkan nilai rhitung terhadap nilai rtabel, sebagai

berikut :

Jika nilai korelasi Gutman spilt half lebih besar dari r tabel, maka

Reliabilitas berada pada kategori sangat kuat.

Jika nilai korelasi Gutman spilt half lebih kecil dari r tabel, maka

Reliabilitas berada pada kategori lemah. (15)

42

Page 43: Rev All Terbaru

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Subjek yang diambil pemeriksaan jumlah trombosit pada penelitian ini

terdiri dari 33 orang. Ketika dilakukan penelitian subjek penderita suspect Demam

Berdarah Dengue berdasarkan keterangan klinis yang tertulis pada formulir

permintaan pemeriksaan dari dokter. Pemeriksaan Jumlah Trombosit dilakukan

pada sampel darah lengkap penderita suspect DBD dengan kelompok ; 8 sampel

jumlah trombosit tinggi, 10 sampel jumlah trombosit normal dan 15 sampel

jumlah trombosit rendah.

Tabel 4.1 : Data Hasil Pemeriksaan Rata-rata Jumlah Trombosit pada penderita Suspect Demam Berdarah Dengue (DBD)

No

Rata-rata Jumlah Trombosit

No

Rata-rata Jumlah Trombosit

Dengan Alat Hematologi

Otomatis BC 3000

Dengan Alat Hematologi

Otomatis Sysmex 1800

Dengan Alat Hematologi Otomatis BC 3000

Dengan Alat Hematologi

Otomatis Sysmex 1800

1 2 3 4 5 61 737000 699500 18 250000 2165002 430000 442750 19 82000 542503 511750 482750 20 83750 565004 382750 417000 21 67500 175005 401250 414000 22 85500 585006 458000 461500 23 80500 297507 508250 501500 24 33250 422508 481750 484000 25 75750 745009 250500 268000 26 127000 12150010 244000 186250 27 118500 12350011 239000 208000 28 143750 12700012 236750 244750 29 154000 14700013 274000 277750 30 164250 14150014 162250 290750 31 124250 11425015 237250 258250 32 103250 12775016 257750 227750 33 126000 14700017 270500 293250

43

Page 44: Rev All Terbaru

44

4.2 Pengolahan Data

Tahapan untuk analisa uji validitas dan uji reliabilitas, adalah sebagai

berikut :

1. Mencari nilai rata-rata jumlah trombosit yang ditentukan dengan alat

hematologi otomatis BC 3000 dan Sysmex 1800.

2. Analisa validitas dan reliabilitas jumlah trombosit pada hematologi

otomatis BC 3000 dan Sysmex 1800 :

Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari ke dua rata-rata

kelompok data dilakukan uji validitas dan uji Relibilitas, dengan hipotesis sebagai

berikut :

a. Uji Validitas

H0 = Kedua rata-rata kelompok data sampel valid

H1 = Kedua atau salah satu rata-rata kelompok data sampel tidak valid

Pengambilan keputusan dilihat dari nilai Corrected item-total

Correlation signifikan Tabel 4.2 dan tabel 4.3 (lampiran 10) Jika nilai signifikan

> 0,361 H0 diterima. Jika nilai signifikan < 0,361 H0 ditolak dan H1 diterima. (15)

b. Uji Reliabilitas

H0 = Kedua rata-rata kelompok data sampel reliabel

H1 = Kedua atau salah satu rata-rata kelompok data sampel tidak

reliabel.

44

Page 45: Rev All Terbaru

45

Pengambilan keputusan dilihat dari nilai Guttman Split-Half Coefficient

signifikan Tabel. 4.4 Jika nilai signifikan > 0,907 H0 diterima. Jika nilai signifikan

< 0,907 H0 ditolak dan H1 diterima. (16)

Dari tabel 4.2 terlihat nilai Corrected item-total Correlation signifikan,

yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item dimana nilai

korelasi item hematologi otomatis BC 3000 skor totalnya 1,000 demikian juga

dengan hematologi otomatis Sysmex 1800 sebesar 0,999, lebih besar dari r tabel

0,361. Hal ini dikatakan valid bila nilai r hitung lebih besar dari r tabel, terlihat

jelas pada tabel 4.3, bahwa kedua alat tersebut valid. (15)

Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa pada pemeriksaan jumlah trombosit

ada perbedaan jumlah yang bermakna antara menggunakan alat hematologi

otomatis BC 3000 dengan mengunakan Sysmex 1800, jika dilihat pada tabel 4.4

dan 4.5 (lampiran 11) dengan nilai Guttman Split-Half Coefficient untuk kedua

alat tersebut berada pada kategori sangat kuat, bila dibandingkan dengan r tabel

0,907, sehingga dapat disimpulkan kedua alat tersebut mempunyai reliabilitas atau

tingkat keandalan yang baik.

4.3 Pembahasan

1. Jumlah trombosit dari alat otomatis BC 3000 dan Sysmex 1800 bervariasi

ada yang menurun dan meningkat. Jumlah trombosit dari pada alat otomatis

BC 3000 lebih tinggi dari pada alat otomatis Sysmex 1800. Adanya

fluktuasi jumlah trombosit seperti di atas dapat terjadi karena proses

45

Page 46: Rev All Terbaru

46

homogenisasi yang tidak sempurna. Pada penelitian ini homogenisasi

dilakukan dengan alat manual, padahal sebaiknya proses homogenisasi

sampel dilakukan dengan roller, sehingga kualitas homogenitas sampel

lebih sempurna.

2. Pada sampel 1, 7, 11, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 30 dan 31

jumlah trombosit dengan alat BC 3000 lebih tinggi dari alat Sysmex 1800,

hal ini bisa terjadi karena perkiraan perhitungan jumlah trombosit yang

berdasarkan aliran hambatan arus listrik dengan ukuran antara 2-25

femtoliter. Dimana pembacaan jumlah trombosit dilakukan bersamaan

dengan pembacaan eritrosit. Bila ada mikroeritrosit atau fragmen eritrosit,

hemolisis, dan fragmen sel darah putih yang mempunyai ukuran antara 2-25

femtoliter, maka akan masuk kedalam celah penghitungan trombosit yang

selanjutnya akan dihitung sebagai trombosit, sehingga terjadi pertambahan

jumlah trombosit.

3. Pada sampel ke 2, 4, 6, 8, 9, 12, 13, 14, 15, 17, 24, 27, 32, dan 33 terjadi

jumlah trombosit dengan alat BC 3000 lebih rendah dari alat Sysmex 1800,

hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan ukuran trombosit yang

disebakan oleh antikoagulan dan suhu, yang akan merubah bentuk

trombosit menjadi lebih lebih besar, adanya agregasi trombosit,

antikoagulan dengan asam sitras dektrose, giant trombosit. Hal ini akan

mengahasilkan perhitungan yang keliru atau jumlah lebih rendah. Variasi

seperti ini relatif sulit untuk di kontrol.

46

Page 47: Rev All Terbaru

47

4. Rata-rata jumlah trombosit dengan alat BC 3000 tidak terdapat perbedaan

yang bermakna apabila dibandingkan terhadap hasil pemeriksaan jumlah

trombosit dengan alat Sysmex 1800 , dengan nilai signifikan Corrected

item-total Correlation 1,000 untuk alat BC 3000 dan alat Sysmex 1800

0,999, yang dibandingkan terhadap nilai r tabel 0,361. Dapat disimpulkan

pemeriksaan jumlah trombosit kedua alat tersebut mempunyai validitas

yang tinggi. Dengan demikian meskipun alat BC 3000 merupakan generasi

pertama sebagai alat otomatis, tetapi mempunyai validitas yang tinggi bila

dibandingkan dengan alat otomatis Sysmex 1800 yang mempunyai

teknologi lebih baik. Pada alat otomatis Sysmex telah ada sistem

autovaliditas.

5. Niliai Reliabilitas untuk kedua alat tersebut adalah mempunyai reliabilitas

yang kuat bila dilihat dari nilai Guttman Split-Half Coefficient 1,000

signifikan lebih besar dari r tabel 0,907, sehingga dapat diartikan reliabilitas

atau tingkat konsistensi kedua alat tersebut sangat baik

47

Page 48: Rev All Terbaru

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan

Validitas dan Reliabilitas alat Hematologi otomatis tipe BC 3000 dan

Sysmex 1800 pada pemeriksaan jumlah trombosit penderita suspect DBD di

Lab DinKes Kota Bandung. Dengan validitas yang sangat tinggi yang

ditunjukkan dengan hasil nilai signifikan yaitu : 1,000 dan 0,999. Kedua

nilai signifikan tersebut > 0.361 berarti kedua alat tersebut mempunyai

validitas yang sama.

2. Demikian Juga reliabilitas untuk kedua alat tersebut sangat tinggi yang

ditunjukkan dengan nilai signifikan yaitu : 1,000. Kedua nilai signifikan

tersebut <0,907 berarti berada pada kategori yang kuat, maka dapat

disimpulkan alat tersebut mempunyai reliabilitas tinggi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kepada teknisi

laboratorium atau operator alat otomatis dianjurkan bila akan melakukan

pemeriksaan jumlah trombosit. Berdasarkan penelitian ini, maka disarankan

kepada peneliti selanjutnya untuk: :

48

Page 49: Rev All Terbaru

49

1. Melakukan penelitian uji validitas dan reliabilitas darah EDTA dengan jenis

pemeriksaan hematologi lainnya, seperti nilai hematokrit, jumlah sel

leukosit, jumlah eritrosit dan kadar Hb dengan jumlah sampel yang lebih

banyak.

2. Melakukan penelitian uji validitas dan reliabilitas darah EDTA dengan

metoda stabilitas atau test-retes pada pemeriksaan hematologi darah lengkap

(Whole blood) untuk pemeriksaan yang sama dengan alat yang sama.

3. Pada penambahan antikogulan diharuskan sesuai dengan manual dan

penyimpanan pada suhu 2-6 °C.

49

Page 50: Rev All Terbaru

50

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjaefoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 417-422

2. Guyton. 1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. 499-501.

3. Suroso. 2004. Punbio Dengue Fever Antibodi IgG dan IgM, Approach. Jakarta : Pacifik Biotekindo. 7-13

4. Artur Simmons, FIMLS. 1989. Hematology a Combined Theoritical & Technical Approach. Philadelphia : W.B. Saunders Company. 351-365

5. Noegroho, 1989. Hematologi. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 17-23

6. Wintrobe’s. 1993. Clinical Hematology. Ninth Edition Philadepia : Lea & Febiger. 512- 514

7. Diggs et al. 1985, The Morphology of Human Blood Cells, Abbot

8. Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-PRESS.

9. --------- 2004. Operation Manual. Auto Hematology Analyzer BC 3000. 1-5, 1-7, 3-21.

10. --------- 2004. Operation Manual. Auto Hematology Analyzer Sysmex 1800. 14-11, 14-14

11. Zemansky. 1994. Fisika Mekanika. Panas. Bunyi. Cetakan Delapan. Bandung : Binacipta 253, 300.

12. Hardjono.2001. Kimia Dasar. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 21-22.

13. Hiskia. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Cetakan kedua. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. 43-44.

50

Page 51: Rev All Terbaru

51

14. Sugiyono. 1997. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan Pertama. Bandung : CV Alfabeta. 67, 69, 257-258, 276.

15. Sururi. 2007. Belajar SPSS untuk Mengolah Data Penelitian. Cetakan Pertama. Bandung : Dewa Ruci.

16. Cornelius Thihendradi. 2005. Step by Step SpSS., Analisa Data Statistik. Yogyakarta : Andi. 134-136, 190-200.

17. Hendra. 2004. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan.

51