makalah agus print
TRANSCRIPT
MAKALAH
“VIRUS TUNGRO”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing:
Drs. Sunardi, Mpd.
Disusun Oleh :
M. AGUS HARIYANTO
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah memberi rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah untuk memenuhi tugas
Usaha Tani yang berjudul “ virus Tungro ”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga dan para sahabat-Nya yang telah membimbing kita menuju jalan
kebenaran. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berusaha membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga
semua bantuan tersebut dapat dibalas oleh Allah SWT. Amin.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memperluas wawasan bagi
penulis khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.
Pasuruan, 28 Januari 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi
(Oryza sativa). Penyebaran penyakit tungro tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi terjai
juga dibeberapa negara Asia lainnya seperti India, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan
Thailand.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi dua virus, yaitu virus bentuk batang Rice
tungro bacilliform badnavirus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice tungro spherical
waikavirus (RTSV). ). Kedua jenis virus tersebut dapat berada di dalam suatu sel
secara bersama-sama karena antara satu virus dengan yang lainnya tidak terjadi
proteksi silang. Dalam menyebaran kedua virus penyebab penyakit tungro ini
membutuhkan vector, yaitu oleh wereng hijau (Nephotettix virescen) secara
semipersistensi (lamanya virus ditahan dalam vektor hanya beberapa hari). Hal ini
dikarenakan kedua virus tersebut tidak mempunyai alat gerak untuk berpindah dari
suatu tempat ketempat lain.
Tanaman padi yang terinfeksi virus tungro menunjukkan gejala perubahan warna
pada daun muda, yaitu menjadi kuning-oranye dan umumnya perubahan warna daun
dimulai dari ujung daun, tanaman padi menjadi kerdil, jumlah anakan sedikit, dan
pertumbuhannya terhambat. Berat dan ringannya gejala yang yang tampak
menunjukkan tingkat keparahan penyakit pada tanaman padi yang terinfeksi virus
tungro. Tingkat keparahan penyakit tungro sendiri tergantung pada tingkat ketahanan
varietas padi dan umur tanaman padi pada saat terinfeksi. Tanama padi yang muda
umumnya lebih rentan terhadap infeksi virus tungro dibandingkan tanaman tua.
Dengan mengetahui karakteristik virus tungro dan serangga vektornya maka
akan ditemukan cara yang efektif untuk mengendalikan penyakit ini, sehingga
penurunan produksi padi akibat serangan penyakit tungro dapat diminimalisasi. Namun
yang perlu diketahui bahwa pengendalian penyakit tungro tidak mungkin dilakukan
secara parsial, tapi harus dilakukan secara terpadu yaitu dengan mempertimbangkan
beberapa aspek.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman yang diasuh oleh bapak Ir.
Muhammad Ali, M Sc.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi
Tungro disebabkan oleh infeksi ganda dari dua virus yang berbeda, yaitu Rice
tungro bacilliform badnavirus (RTBV) dan Rice tungro spherical waikavirus (RTSV).
Kedua virus tersebut tidak mempunyai hubungan kekerabatan karena secara morfologi
dan genom keduanya tidak mempunyai kesamaan. Kedua virus tersebut hidup bebas di
dalam tanaman padi, RTSV terbatas hanya di dalam jaringan floem dan RTBV terdapat
pada jaringan xylem dan floem.
2.1.1 Klasifikasi Biologi
Klasifikasi biologi patogen penyebab penyakit tungro adalah sebagai berikut :
A. Rice tungro bacilliform virus (RTBV)
Virus classification
Group : Group VII (dsDNA-RT)
Family : Caulimoviridae
Genus : Tungrovirus
Species : Rice tungro bacilliform virus
B. Rice tungro spherical virus (RTSV)
Virus classification
Group : Group IV ((+)ssRNA)
Family : Sequiviridae
Genus : Waikavirus
Species : Rice tungro spherical virus
2.1.2 Morfologi
Morfologi patogen penyebab penyakit tungro adalah sebagai berikut :
A. Rice tungro bacilliform virus (RTBV)
Morfologinya
Bentuk partikel RTBV adalah batang (bacilliform)
Diameter RTBV 30-35 nm
Panjang RTBV kira-kira 100-300 nm yang bervariasi antara isolate
B. Rice tungro spherical virus (RTSV)
Morfologinya
Bentuk partikel RTSV adalah bulat (spherical)
Diameter RTSV 30 nm
2.2 Gejala Serangan Virus Tungro pada Tanaman
Gejala serangan penyakit virus tungro pada tanaman padi tergantung ketahanan
tanaman dan umur tanaman sewaktu terinfeksi. Secara garis besar gejala-gejala
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Daun-daun menjadi berwarna kuning oranye atau jingga dan daun-daun muda
yang baru keluar memendek dan menggulung.
2. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan
panjang berbeda sejajar dengan tulang daun
3. Pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil.
4. Anakan berkurang.
5. Bila serangan telah terjadi, sejak di pesemaian atau pada tanaman muda yang
berumur kurang dari satu bulan, bulir yang dihasilkan relatif lebih kecil, bahkan
bila serangan berat, tanaman tidak menghasilkan bulir sama sekali.
6. Bila infeksi terjadi setelah tanaman berbunga atau berumur kira-kira 60 hari, hasil
tanaman tidak berpengaruh.
7. Apabila serangan penyakit tungro dimulai pada umur vegetatif (1-4 MST) dan
menyerang jenis varietas padi yang peka dapat meyebabkan tanaman puso
sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar, dan perlu dikendalikan
secara efektif dan efisien.
Gejala tanaman padi yang terserang virus tungro sangat mirip dengan gejala
tanaman yang kekurangan unsur hara (penyakit fisiologis), sehingga untuk menentukan
apakah suatu tanaman terserang virus tungro atau karena kekurangan unsur hara
dapat dilakukan test sederhana yaitu penularan secara buatan melalui perantaraan
vektor (wereng hijau), caranya sebagai berikut:
1. Buat pesemaian padi dari varietas peka di dalam pot yang disungkup dengan
kasa kedap wereng.
2. Bila pesemaian telah berumur 7 hari, kemudian di infeksi dengan wereng hijau
yang diambil dari tanaman yang diduga terserang virus tungro.
3. Pengamatan dilakukan setelah 10 hari, jika pesemaian menunjukkan gejala yang
sama dengan gejala tanaman terserang virus tungro, berarti pertanaman
terserang virus tungro dan bukan kekurangan hara.
2.3 Penyebaran Virus Tungro
Penyakit tungro tidak akan menyebar jika tidak ada tanaman sakit yang menjadi
sumber inokulum, demikian juga jika tidak ada wereng hijau sebagai vektornya.
Virus tungro dapat ditularkan oleh wereng daun yang terdiri dari dua genus yaitu
Nephotettix dan Recilia. Spesies dari genus Recilia yang dapat menularkan virus tungro
yaitu Recilia dorsalis. Genus Nephotettix yang dapat menularkan virus tungro terdiri dari
4 spesies, yaitu N. virescens, N. nigropictus, N. parvus, dan N. malayanus. Virus tungro
ditularkan terutama oleh wereng hijau Nephotettix virescens Distant (Hemiptera:
Cicadellidae).Tingkat serangan N. virescens dalam mentransmisikan virus mencapai
85-100%, diikuti oleh N. nigropictus kurang dari 35%, R. dorsalis kurang dari 5%, N.
parvus dan N. malaynus 1-2%. Sifat hubungan virus tungro dengan vektornya adalah
semipersisten (lamanya virus ditahan dalam vektor hanya beberapa hari). Vektor
makan pada jaringan floem tanaman yang sakit untuk memperoleh virus dan
membutuhkan waktu yang agak panjang. Virus yang telah diperoleh hanya dapat
bertahan untuk beberapa hari dan daya tularnya akan hilang pada saat pergantian kulit.
Selain adanya kedua faktor di atas , kondisi lapangan juga menunjang perkembangan
pathogen penyebab penyakit tungro, seperti:
kepekaan varietas yang ditanam
tersedianya tanaman padi yang terus menerus
faktor iklim seperti curah hujan
kecepatan angin yang akan mempercepat penyebaran penyakit tungro
2.4 Teknik Pengendalian Penyakit Tungro
Prinsip utama dalam pengendalian penyakit tungro adalah membuat tanaman
terhindar dari serangan penyakit tungro yaitu pada saat tanaman padi dalam stadia
rentan (fase vegetatif) terhadap penyakit tungro dan dalam stadia tahan terhadap
penyakit tungro (fase generatif).
Berdasarkan pemahaman adanya stadia tanaman rentan infeksi, dinamika
populasi vektor, dan epidemiologi virus, maka strategi untuk mengendalikan tungro
adalah mengusahakan perlindungan sedini mungkin terhadap tanaman saat fase
vegetatif awal, menekan proporsi vektor viruliferus, dan sanitasi selektif sumber
inokulum virus tungro (Rice Tungro Spherical Virus = RTSV). Beberapa komponen
pengendalian dan teknik peringatan dini telah terakit dan dipadukan dalam teknik
pengendalian untuk menerapkan strategi tersebut.
Tahapan Penerapan Pengendalian Penyakit Tungro Terpadu, yaitu:
A. Periode pra-tanam
1. Rencanakan tanam padi yang serempak pada areal sehamparan dengan luas
minimal 40 ha, berdasarkan jangkauan dari satu sumber inokulum.
2. Rencanakan waktu tanam dengan memperkirakan saat puncak kepadatan populasi
wereng hijau dan keberadaan tungro pada saat tanaman telah melewati fase vegetatif.
3. Sanitasi
Gulma, singgang, ceceran gabah saat panen yang tumbuh (voluntir) dapat menjadi
inang serangga maupun pathogen pada saat tidak ada pertanaman padi. Virus tungro
disamping dapat menginfeksi padi, juga bisa ditularkan oleh wereng hijau kepada
gulma. Jenis gulma yang berpotensi sebagai sumber inokulum RTSV yaitu Cyperus
rotundus dan Monochloria vaginalis, Phylanthus ninuri, Fimbristylis miliaceae, dan
Eulisine indica. Menghilangkan gulma, singgang, dan voluntir akan mengurangi sumber
inokulum pada awal pertumbuhan tanaman.
4. Tanam jajar legowo, tanam jajar legowo menyebabkan kondisi iklim mikro dibawah
kanopi kurang mendukung perkembangan patogen. Pada tanaman padi dengan
sebaran ruang legowo, wereng hijau kurang aktif berpindah antar rumpun sehingga
penyebaran tungro terbatas. Wereng hijau memperoleh virus dari sumber-sumber
inokulum tersebut kemudian ditularkan ke tanaman sehat.
5. Tanamlah varietas yang tahan wereng hijau atau tahan tungro. Varietas-varietas
unggul baru tahan tungro yang dilepas oleh Badan Litbang Pertanian/Balitpa antara
tahun 1995-2000 disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Varietas unggul baru tahan tungro yang dilepas pada tahun 1995 - 2000
VarietasTahun
pelepasan
Umur
(hari)
Tinggi tanaman
(cm)
Hasil
(t/ha)
Membramo 1995 115-
120
105 6,5
Tukad Unda 2000 110 104 4-7
Tukad Balian 2000 110 95 4-7
Tukad Petanu 2000 120 118 4-7
Celebes 2000 105-
110
90-100 4,-5
Kalimas 2000 120-
130
98-116 8,97
Bondojodo 2000 115 97-116 8,40
Sumber : Balitpa, 2000.
B. Periode tanam (dari saat pesemaian sampai akhir vegetatif tanaman).
1. Pemanfaatan cendawan entomopatogen
Patogen menginfeksi serangga (entomopatogen) sehingga menyebabkan
kematian pada serangga. pathogen dari jenis cendawan yang telah dikembangkan
untuk mengendalikan wereng coklat, wereng hijau serta lembing batu adalah
Metharizium sp. dan Beauveria bassiana. Cendawan entomopatogen menekan
penyakit tungro dengan triple action melalui penekanan kemampuan pemencaran
secara langsung dapat mematikan dan secara tidak langsung dengan mengurangi
keperidian betina , B. bassiana kerapatan konidia 107 dan Verticillium lecanii kerapatan
konidia 108, efektif mematikan wereng hijau.
2. Sawah jangan dikeringkan
Usahakan paling tidak dalam kondisi air macak-macak. Sawah kering
merangsang pemencaran wereng hijau yang dapat memperluas penularan.
3. Penggunaan alternatif terakhir
Penyemprotan pestisida dapat menekan populasi wereng hijau yang berarti dapat
mengurangi penyebaran virus. Pestisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan
ereng hijau ada yang jenis nabati dan organik. Tanaman yang digunakan untuk
mengendalikan wereng ijau, misalnya nimbi dan sambilata.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin .A. 2008. Kesesuaian Waktu Tanam dan Varietas Dalam Pengendalian
Penyakit Tungro di Sulawesi Barat.
Muis, Amran . 2007. Pengelolaan Penyakit Tungro Secara Terpadu. Balai Pengajian
Teknologi Pertanian (BPTP).Sulawesi Tengah.
Praptana, R.H Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX .
Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008.
Widiarta IN, Kusdiaman D. 2007. Penggunaan jamur entomopatogen Metarizhium
anisopliae dan Beauveria bassiana untuk mengendalikan populasi wereng hijau. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Badan penelitian dan pengembangan
pertanian, Bogor.