lp hiperbilirubin

23
LP Hiperbilirubin A. Pengertian Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl. Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 1997). Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2000). B. Klasifikasi 1. Ikterus Fisiologis. Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubin. Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut menurut (Hanifah, 1987), dan (Callhon, 1996), (Tarigan, 2003) dalam (Schwats, 2005): a. Timbul pada hari kedua - ketiga. b. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg% pada kurang bulan. c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari. d. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%. e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama. f. Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu.

Upload: dillaattamimi

Post on 19-Jan-2016

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: LP Hiperbilirubin

LP Hiperbilirubin

A.    PengertianHiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya

lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.

Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 1997).

Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2000).

B.     Klasifikasi1.      Ikterus Fisiologis.

Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubin.

Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut menurut (Hanifah, 1987), dan (Callhon, 1996), (Tarigan, 2003) dalam (Schwats, 2005):

a.       Timbul pada hari kedua - ketiga.b.      Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan

dan 10 mg% pada kurang bulan.c.        Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.d.      Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.e.       Ikterus hilang pada 10 hari pertama.f.       Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan

patologis tertentu.

g.      Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik sebagai berikut Menurut (Surasmi, 2003) bila:

1)      Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.2)      Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.3)      Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan dan 12,5 mg% pada

neonatus cukup bulan.4)      Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis).5)      Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom

gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.2.      Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia.

Menurut (Tarigan, 2003) adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.

Page 2: LP Hiperbilirubin

3.      Kern Ikterus.Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama

pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus, hipokampus, nukleus merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.

Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang terjadi secara kronik.

C.    EtiologiPeningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan sebagai berikut;

1.      Polychetemia2.      Isoimmun Hemolytic Disease3.      Kelainan struktur dan enzim sel darah merah4.      Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)5.      Hemolisis ekstravaskuler6.      Cephalhematoma7.      Ecchymosis8.      Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu (atresia biliari),

infeksi, masalah metabolik galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI9.      Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan albumin; lahir

prematur, asidosis.

D.    PatofisiologiBilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel

darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi, diimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Gloobin {protein} digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme akan diruah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin.

Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebab bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika.

Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris.

Page 3: LP Hiperbilirubin

Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau infeksi.

Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis.

Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut kernikterus.

Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan BBLR , hipoksia, dan hipoglikemia (AH Markum, 1991).

E.     Pathways Lampiran

F.     Manifestasi KlinisTanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;

1.      Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.2.      Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi

baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.3.      Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada hari ke

tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.

4.      Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.

5.      Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul6.      Perut membuncit dan pembesaran pada hati7.      Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar8.      Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap9.      Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental10.  Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang,

stenosis yang disertai ketegangan otot.

G.    Komplikasi

Page 4: LP Hiperbilirubin

1.      Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)2.      Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif, bicara

lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.

H.    Pemeriksaan Diagnostik1.      Laboratorium (Pemeriksan Darah)a.       Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14 mg/dl dan

bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis.b.      Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.c.       Protein serum total.2.      USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.3.      Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan atresia

billiari.

I.       Penatalaksanaan1.      Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian ASI).2.      Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa

furokolin.3.      Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.4.      Fenobarbital

Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.

5.      Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.6.      Fototerapi

Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.

7.      Transfusi tukar.Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.

J.      Diagnosa dan Intervensi

1.      Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik dan komplikasi berkenaan phototerapi.

Tujuan : Klien tidak menunjukan gejala sisa neurologis dan berlanjutnya komplikasi phototerapi.Kriteria hasil :

Rencana Rational

a.       Identifikasi adanya faktor resiko :

Page 5: LP Hiperbilirubin

1)      Bruising

2)      Sepsis

3)      Delayed ord clamping

4)      Ibu dengan DM

5)      Rh, ABO antagonis

6)      Pletora

7)      SGA

b.      Kaji BBL terhadap adanya hiperbilirubinemia setia 2-4 jam lima hari pertama kehidupan

Rasional: BBL sangat rentan terhadap hiperbilirubinemia.

c.       Perhatikan dan dokumentasikan warna kulit dari kepala, sclera dan tubuh secara progresif terhadap ikterik setiap pergantian shift

Rasional: Mengetahui addanya hiperbilirubinemi secara dini sehingga dapat dilakukan tindakan penanganan segera.

d.      Monitor kadar bilirubin dan kolaborasi bila ada peningkatan kadar

Rasional: Peningkatan kadar bilirubin yang tinggi

e.       Monittor kadar Hb, Hct ata adanya penurunan

Rasional: Adanya penurunan Hb, Hct menunjukan adanya hemolitik

f.       Monitor retikulosit, kolaborasi bila ada peningkatan

g.      Berikan phototerapi:

Rasional: phototerapi berfungsi mendekomposisikan bilirubin dengan photoisomernya. Selama phototerapi perlu diperhatikan adanya komplikasi seperti: hipertermi, Konjungtivitis, dehidrasi.

1)      Sesuai protocol untuk waktu, prosedur, dan durasi.

2)      Monitor kadar bilirubin setia 6 – 12 jam under therapy

3)      Tutup mata dengan tameng mata, hindari tekanan pada hidung

4)      Ganti bantalan mata sedikitnya 2 kali sehhari

5)      Inspeksi mata dengan lampu sedikit nya 8 jam sekali

6)      Pertahankan terapi cairan parenteral untuk hidrasi kolabborasi medis

7)      Pertahankan suhu axila 36.5 dderajat Celsius

h.      Lakukan transfusi tukar kolaborasi medis

Page 6: LP Hiperbilirubin

Rasional: Transfusi tukar dilakukan bila terjadi hiperbilirubinemia pathologis karena terjadinya proses hemoliitik berlebihan yang disebabkan oleh ABO antagonis.

1)      Monitor vital sign selama dan setelah transfusi tukar

2)      Periksa darah yang keluar dan masuk

3)      Adanya faktor resiko membimbing perawat untuk waspada terhadap kemungkinan munculnya hiperbilirubinemia

2.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.

Tujuan : Klien tiidak menunjjukan tanda-tanda kekurangan volume cairan

Rencana Rasional

a.       Pertahankan intake cairan :

1)      Timbang BB perhari

2)      Ukur intake output

3)      Berikan intake extra peroral atau per IV jika ada kehilangan BB progresif,

4)      meningkatnya suhu, diare, onsentrasi urine,

b.      Kaji Output:

c.       Rasional: Output yang berlebihan atau tidak seimbang dengan intake akan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.

1)      Kaji jumlah, warna urine setiap 4 jam

2)      Kaji Diare yang berlebihan

3)      Kaji Hidrasi:

Rasional: Hidrasi yang adekuat menunjukan keseimbangna cairan tubuh baik yang ditunjukan dengan suhu tubuh 36-37 derajat Celsius dan membran mukosa mulut lembab dan fontanela datar.

4)      Monitor suhu tubuh tiap 4 jam

5)      Inspeksi membran mukosa dan pontanel 1. Intake cairan yang adekuat metabolisme bilirubin akan berlangsung sempurna dan terjadii keseimbangan dengan caairan yang keluar selama photo terapi karena penguapan.

3.      Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.

Tujuan : Klien tidak menunjukan gangguan integritas kulit

a.       Monitor adanya kerusakan integritas kulit

Page 7: LP Hiperbilirubin

Rasional: Deteksi dini kerusakan integritas kulit

b.      Bersihkan kulit bayi dari kotoran setelah BAB, BAK

Rasional: Feses dan urine yang bersifat asam dapat mengiritasi kulit

c.       Pertahankan suhu lingkungan netral dan suhu axial 36.5 derajat Celsius

Rasional: Suhu yang tinggi menyebabkan kulit kering sehingga kulit mudah pecah

d.      Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam.

Rasional: Perubahab posisi mempertahankan sirkulasi yang adekuat dan mencegah penekanan yang berlebihan pada satu sisi.

e.       Berikan istirahat setelah 24 jam phototerapi

Daftar Pustaka

Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama. Jakarta.

Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Prawirohadjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Doengoes, E Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi. EGC. Jakarta

Page 8: LP Hiperbilirubin

ASKEP HIPERBILIRUBIN PADA BAYI

Askep HIPERBILIRUBIN

HIPERBILIRUBIN

A. PENGERTIAN• Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.• Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998)• Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).• Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)• Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis. (Markum, 1991:314)

B. ETIOLOGI• Pembentukan bilirubin yang berlebihan.• Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.• Gangguan konjugasi bilirubin.• Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup.• Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.• Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.

C. MANIFESTASI KLINIS• Kulit berwarna kuning sampe jingga• Pasien tampak lemah• Nafsu makan berkurang• Reflek hisap kurang• Urine pekat• Perut buncit• Pembesaran lien dan hati• Gangguan neurologik• Feses seperti dempul• Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.• Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.- Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.- Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

Page 9: LP Hiperbilirubin

D. PATOFISIOLOGIPeningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl.Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia. (Markum, 1991)

E. PATHWAYF. KLASIFIKASI• Ikterus prehepatikDisebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.• Ikterus hepaticDisebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.• Ikterus kolestatikDisebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.• Ikterus neonatus fisiologiTerjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin• Ikterus neonatus patologisTerjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan tidak bertambah.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG• Pemeriksaan bilirubin serum- Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.- Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.

Page 10: LP Hiperbilirubin

• Pemeriksaan radiologyDiperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma• UltrasonografiDigunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.• Biopsy hatiDigunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.• PeritoneoskopiDilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.• LaparatomiDilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.

H. PENCEGAHANIkterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :• Pengawasan antenatal yang baik• Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.• Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.• Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.• Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir• Pemberian makanan yang dini.• Pencegahan infeksi.

I. KOMPLIKASI• Retardasi mental - Kerusakan neurologis• Gangguan pendengaran dan penglihatan• Kematian.• Kernikterus.

J. PENATALAKSANAAN• Tindakan umum Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.• Tindakan khusus FototerapiDilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto. Pemberian fenobarbital Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian ini tidak efektif karena dapat menyebabkan gangguan metabolic dan pernafasan baik pada ibu dan bayi.

Page 11: LP Hiperbilirubin

 Memberi substrat yang kurang untuk transportasi/ konjugasi misalnya pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan transfuse tukar. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan dan dikhawatirkan akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubin jinak hingga moderat. Terapi transfuse digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi. Terapi obat-obatanmisalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari. Menyusui bayi dengan ASI Terapi sinar matahari• Tindak lanjutTindak lanjut terhadap semua bayi yang menderita hiperbilirubin dengan evaluasi berkala terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pendengaran serta fisioterapi dengan rehabilitasi terhadap gejala sisa.

Pathways:

Page 12: LP Hiperbilirubin

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN

A. PENGKAJIANo Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi). Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh), sclera mata kuning (kadang-kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan feses. Pemeriksaan fisiko Riwayat penyakitTerdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM.o Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.o Pengkajian psikososialDampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, perpisahan dengan anak.o Hasil Laboratorium :- Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.- Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.2) Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar lingkungan panas.3) Resiko terjadi cidera berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan kadar bilirubin.4) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan

Page 13: LP Hiperbilirubin

C. INTERVENSIDx I : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan integritas kulit kembali baik / normal.NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous MembranesKriteria Hasil :o Integritas kulit yang baik bisa dipertahankano Tidak ada luka / lesi pada kulito Perfusi jaringan baiko Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulango Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alamiIndicator Skala :1 : Tidak pernah menunjukkan.2 : Jarang menunjukkan3 : Kadang menunjukkan4 : Sering menunjukkan5 : Selalu menunjukkanNIC : Pressure ManagementIntervensi :o Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgaro Hindari kerutan pada tempat tiduro Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan keringo Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekalio Monitor kulit akan adanya kemerahan.o Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah yang tertekano Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat

DX II : Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar lingkungan panas.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama proses keperawatandiharapkan suhu dalam rentang normal.NOC : TermoregulationKriteria hasil :o Suhu tubuh dalam rentang normalo Nadi dan respirasi dalam batas normalo Tidak ada perubahan warna kulito Pusing berkurang/hilang.Indicator skala :1. Selalu terjadi2. Sering terjadi3. Kadang terjadi4. Jarang terjadi5. Tidak pernah terjadiNIC : Fever treatmento Monitor suhu sesering mingkino Monitor warna dan suhu kulit

Page 14: LP Hiperbilirubin

o Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasio Monitor intake dan output

DX III : Resiko terjadi cidera berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan kadar bilirubin.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama proses keperawatandiharapkan tidak ada resiko cidera.NOC : risk controlKriteria hasil :o Klien terbebas dari ciderao Klien mampu menjelaskan metode untuk mencegah injuri/ ciderao Klien mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injuri.Indicator Skala :1. tidak pernah menujukan2. jarang menunjukan3. kadang menunjukan4. sering menunjukan5.selalu menunjukanNIC : Pencegahan jatuho Kaji status neurologiso Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tujuan dari metode pengamanano Jaga keamanan lingkungan keamanan pasieno Libatkan keluiarga untuk mencegah bahaya jatuho Observasi tingkat kesadaran dan TTVo Dampingi pasien

Dx IV : Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kepeerawatan selama proses keperawatan diharapkan keluarga dan pasien tidak cemas.NOC I : Control CemasKriteria Hasil :o Monitor intensitas kecemasan.o Menyingkirkan tanda kecemasan.o Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.NOC II : KopingKriteria Hasil :o Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya.o Nilai keluarga dalam mengatur masalah-masalah.o Melibatkan anggota keluarga untuk membuat keputusan.Indicator Skala :1 : Tidak pernah dilakukan2 : Jarang dilakukan3 : Kadang dilakukan4 : Sering dilakukan5 : Selalu dilakukanNIC : Penurunan KecemasanIntervensi :o Tenangkan klien.

Page 15: LP Hiperbilirubin

o Jelaskan seluruh prosedur pada klien/keluarga dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.o Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.o Sediakan aktivitas untuk mengurangi kecemasan.NIC II : Peningkatan Koping.o Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit.o Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan.o Dukung keterlibatan keluarga dengan cara tepat.

Dx V : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparanTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan keluarga dapat mendapat pengetahuan mengenai penyakit yang diderita anaknya.NOC : Knowledge : Disease ProcessKriteria Hasil :o Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatano Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benaro Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnyaIndicator Skala :1 : Tidak pernah dilakukan2 : Jarang dilakukan3 : Kadang dilakukan4 : Sering dilakukan5 : Selalu dilakukanNIC : Teaching : Disease ProcessIntervensi :o Jelaskan patofisiolagi dari penyakito Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang benaro Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepato Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepato Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan proses pengontrolan penyakit.

D. EVALUASIDx I : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.Kriteria Hasil :o Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (skala 5)o Tidak ada luka / lesi pada kulit (skala 5)o Perfusi jaringan baik (skala 5)o Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang (skala 5)o Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami (skala 5)

Dx II : Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar lingkungan panas.Kriteria Hasil :

Page 16: LP Hiperbilirubin

o Suhu tubuh dalam rentang normal (skala 1)o Nadi dan respirasi dalam batas normal (skala 1)o Tidak ada perubahan warna kulit (skala 1)o Pusing berkurang/hilang (skala 1)

Dx III : Resiko terjadi cidera berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan kadar bilirubin.Kriteria Hasil :o Klien terbebas dari cidera (skala 5)o Klien mampu menjelaskan metode untuk mencegah injuri/ cidera (skala 5)o Klien mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injuri. (skala 5)

Dx IV : Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.NOC I : Control CemasKriteria Hasil :o Monitor intensitas kecemasan. (skala 5)o Menyingkirkan tanda kecemasan. (skala 5)o Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan. (skala 5)NOC II : KopingKriteria Hasil :o Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya. (skala 5)o Nilai keluarga dalam mengatur masalah-masalah. (skala 5)o Melibatkan anggota keluarga untuk membuat keputusan. (skala 5)

Dx V : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparanKriteria Hasil :o Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan (skala 5)o Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar (skala 5)o Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya (skala 5)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doengoes,M.E. 1999. Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Http://www.medicastore.com

Http://www.google.com

Jhonson,Marion,dkk. 1997. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC) Edisi 2. St.

Page 17: LP Hiperbilirubin

Louis ,Missouri ; Mosby.

Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI.

Mc Closkey, Joanner. 1996 . Iowa Intervention Project Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi 2. Westline Industrial Drive, St. Louis :Mosby.

Santosa,Budi . 2005 - 2006. Diagnosa Keperawatan NANDA . Jakarta : Prima Medika.

Staf pengajar ilmu keperawatan anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI.

Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC.

Page 18: LP Hiperbilirubin