lp bp picu

Upload: kharisma-amanah

Post on 16-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bronkhopneumoni

TRANSCRIPT

A. Konsep Dasar Penyakit1. Definisi PenyakitBronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009)Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berbeda didekatnya, disebutjuga pneumonia lobularis. (Wong, DL, 2004).Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif. (Hidayat. A.A, 2008: 80).

2. EtiologiBronkopneumonia paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, atau mikoplasma, atau aspirasi benda asing. Organisme utama penyebab bronkopneumonia bakteri pada bayi berusia kurang dari 3 bulan adalah Streptococcus pneumonia, Streptococcus grup A, Staphylococcus, basil gram-negatif, basil enteric, dan Chlamydia. Pada anak-anak berusia antara 3 bulan dan 5 tahun, S. pneumonia, H. influenzae (menurun sejak diberikan vaksin), dan Staphylococcus merupakan organism umum penyebab Bronkopneumonia bakteri.Bronkopneumonia virus lebih sering terjadi dibandingkan bronkopneumonia bakteri. Penyebab paling sering bronkopneumonia virus pada bayi adalah RSV. Adeno-associated virus, virus influenza dan parainfluenza merupakan organisme yang biasanya menyebabkan bronkopneumonia virus pada anak-anak yang lebih besar.Bronkopneumonia mikoplasma mirip dengan bronkopneumonia virus, kecuali bahwa organism Mycoplasma lebih besar dibandingkan virus. Bronkopneumonia mikoplasma terjadi lebih sering pada anak-anak berusia lebih dari 5 tahun (Marry, 2005: 229).

3. PatofisiologiKuman masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran pernapasan dari atas untuk mencapai bronkiolus dan kemudian alveolus sekitarnya. Kelainan yang timbul berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru-paru, lebih banyak pada bagain basal. Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang terdapat di dalam paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus bersebukan sel radang akut, terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada saat awal peradangan dan bersifat fagositosis dan sedikit eksudat fibrinosa. Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain itu organisasi eksudat dapat terjadi karena absorpsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman penyebab (streptokokus, virus dan lain-lain). Selanjutnya eksudat berubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita mengalami sesak nafas. Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga timbul peningkatan refleks batuk. Perjalanan patofisiologi di atas bisa berlangsung sebaliknya yaitu didahului dulu dengan infeksi pada bronkus kemudian berkembang menjadi infeksi pada paru-paru.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 4. Tanda dan GejalaBronkopnemonia biasanya didahului dengan infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, serta merintih. Kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah auskultasi yang terkena. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkopneumomonia manjadi satu mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras (Ngastiyah, 1997: 41).5. Pemeriksaan Diagnostika. Foto toraksPada Foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrate pada satu atau beberapa lobus. b. LaboratoriumGambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000- 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorok, dan mungkin juga dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin. Analisis gas darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolic dengan atau tanpa retensi CO2 (Ngastiyah, 1997: 41).6. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut. Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat (Ngastiyah, 1997: 40).7. Penatalaksanaan MedisPengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal itu perlu waktu, dan klien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan:a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 harib. Pemberian oksigen dan cairan intravena; biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml/botol infuse.c. Karena sebagian besar klien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri (Ngastiyah, 1997: 41).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. Anamnesa : identitas, status gizi, kondisi rumah, kepadatan penghuni rumah, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluargab. Pemeriksaan Fisik: dilakukan head to toe 1) Keadaan umum2) Kesadaran3) Tanda-tanda vital4) Berat badan dan tinggi badan5) Kulit:Warna pucat sampai sianosis, suhu hipertermi, turgor menurun pada dehidrasi6) Data yang paling menonjol pada thorak dan paru-paruInspeksi: frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernapas antara lain: takipneu, dispneu, pernapasan dangkal, pekius eksavatum (dada corong)Palpasi: adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vokal fremitus pada daerah yang terkenaPerkusi: pekak terjadi bila paru-paru terisi cairanAuskultasi: suara pernapasan yang meningkat intensitasnya:Suara bronchovesikuler, atau bronkial pada daerah yang terkena, suara tambahan ronchi.

c. Pemeriksaan Diagnostik:1) Foto toraksPada Foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrate pada satu atau beberapa lobus. 2) LaboratoriumGambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000- 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorok, dan mungkin juga dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin. Analisis gas darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolic dengan atau tanpa retensi CO22. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan bronkopneumonia menurut A. Aziz (2012: 81) antara lain:a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.c. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.e. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.f. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.3. Intervensia. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam jalan napas bersih dan klien mampu mengeluarkan secret secara adekuatKriteria hasil : Pernapasan normal, bunyi nafas normal, klien tidak sesak, tidak ada sputum

Intervensi Rasional

1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

2. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara.

3. Bantu klien latihan nafas dan batuk secara efektif.

4. Suction secara indikasi.

5. Lakukan fisioterapi dada.

6. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali kontra indikasi), tawarkan air hangat dari pada dingin.7. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat bronkodialtor, ekspetoran, dan mukolitik.

8. Kolaborasi pemberian antibiotik.

1. takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan penympitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi semakin meningkat frekuensi pernapasannya2. suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krekles terjadi pada area paru yang banyak cairan eksudatnya.3. nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak dan mengurangurangi tingakat kelelahan akibat batuk.4. mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan nafas.5. merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding dada supaya sputum mudah bergerak keluar.6. meningkatkan hidrasi sputum, air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.7. mengurangi spasma bronkus, memudahkan pengenceran, dan pembuangan secret melalui silia mucus pada saluran pernafasan.

8. membunuh mikroorganisme penyebab, sehingga bisa mengurangi peningkatan produk sputum yang merupakan sebagai akibat timbulnya peradangan.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam diharapkan intoleransi aktivitas teratasi.Kriteria hasil : Klien tidak lemah, tidak letih, klien dapat melakukan aktivitas.Intervensi Rasional

1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktifitas.2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. 3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.

5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.1. menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien memudahkan pilihan intervensi.

2. menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.

3. tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energy untuk penyembuhan4. pasien mungkin nyaman dengan posisi tinggi, tidur dikursi atau menunduk kedepan meja atau bantal.5. meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

c. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dada hilang.Kriteria hasil : Dada tidak sakit lagi, klien menunjukkan muka yang rileks, ekspresi wajah santai.

Intervensi Rasional

1. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter, atau lokasi atau intensits nyeri.2. Pantau tanda vital

3. Berikan tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik anak, menonton film tentang anak.4. Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi, atau latihan nafas.Kolaborasi:5. Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi

1. nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam meningkat saat dibuat inspirasi dan biasanya menetap.

2. nyeri akan meningkat mediator persyarafan yang dapat merangsang vasokonstriksi pembuluh darah sistermik, meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan.3. mengurangi fokus terhadap nyeri dada sehingga dapat mengurangi keteganggan hingga nyeri.4. tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgetik.

5. obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif atau proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum.

d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan peningkatan suhu tubuh teratsi.Kriteria hasil : Suhu klien normal (36C-37C), klien tidak menggigil, nadi klien dalam batas normal. Intervensi Rasional

1. Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam.2. Pantau warna kulit dan suhu.

3. Berikan dorongan untuk minum sesuai perasaan.

4. Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan, misalnya: kompres hangat.Kolaborasi:5. Berikan antipiretik yang diresepkan sesuai kebutuhan.

1. mengetahui tingkat perkembangan pasien.2. sianosis menunjukan vasokostriksi atau respon tubuh terhadap demam.3. peningkatan suhu tubuh menimbulkan peningkatan IWL, sehingga banyak cairan tubuh yang keluar dan harus diimbangi pemasukan cairan.4. demam tinggi sangat meningkatakan kebutuhan metabolik dan mengganggu oksigen seluler.5. mempercepat penurunan suhu tubuh.

e. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.Kriteria hasil : Klien tidak lemah, berat badan klien bertambah, nilai Hb normal.

Intervensi Rasional

1. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.2. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah.3. Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.4. Auskultasi bunyi usus, Observasi atau palpasi distensi abdomen.

5. Berikan makanan porsi kecil.

6. Evaluasi status nutrisi umum.

1. sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan di medulla oblongata2. setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan

3. menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.4. bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastrointestinal.5. tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.6. adanya kondisi kronis seperti alkoholisme atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi.

f. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan pertukaran gas teratasi.Kriteria hasil : Tidak terjadi dispnea, tidak sianosis, kesadaran compos mentis, nilai AGD dalam batas normalIntervensi Rasional

1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas

2. Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku dan jaringan sental.

3. Kaji status mental dan penurunan kesadaran.

4. Awasi frekuensi jantung atau irama.

.5. Awasi suhu tubuh.

6. Kaji tingkat ansietas sediakan waktu untuk berdiskusi dengan pasien atau susun bersama jadwal pertemuan.Kolaborasi:7. Berikan terapi oksigen dengan benar

8. Pantau AGD (Analisa Gas Darah).

1. distress pernafasan yang dibuktikan dengan dispnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan menyediakan oksigen bagi jaringan.2. sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi, sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukan hipoksemia sistemik.3. gelisah, mudah tersinggung, bingung dan samnolen sebagai petunjuk hipoksia atau penurunan oksigenasi serebral.4. takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksia5. demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan menggangu oksigenasi seluler.6. ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai respon fisiologi terhadap hipoksia.

7. tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg), oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.8. AGD yang menunjukan penurunan PO2 sebagai indikasi penurunan oksigen jaringan.