laporan pendahuluan bp

43
LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Price Sylvia A, 2005) Bronchopneumoni adalah peradangan yang mengenai parenkhim paru distal dari bronchiolus terminalis yang mencakup bronchiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Tjokronegoro, 2001) Broncho pneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru – paru yang secara anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ditandai oleh trias (sesak nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung/mulut). (Smeltzer, Suzanne C, 2001) Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa bronkopneumonia adalah radang paru- paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru

Upload: sujana-skep-ns

Post on 28-Dec-2015

208 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Bp

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian

bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa

distribusi berbentuk bercak-bercak yang disebabkan oleh bermacam-macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Price Sylvia A, 2005)

Bronchopneumoni adalah peradangan yang mengenai parenkhim paru distal

dari bronchiolus terminalis yang mencakup bronchiolus respiratorius dan alveoli

serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas

setempat. (Tjokronegoro, 2001)

Broncho pneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru – paru yang secara

anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan

bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri,

virus, jamur dan benda asing ditandai oleh trias (sesak nafas, pernafasan cuping

hidung, sianosis sekitar hidung/mulut). (Smeltzer, Suzanne C, 2001)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus

paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan

oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi

a. Anatomi sistem respirasi

1) Hidung

Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang

dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk

menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis

inferior, konka nasalis superior dan konka nasalis media yang berfungsi

untuk mengahangatkan udara.

Page 2: Laporan Pendahuluan Bp

2) Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan

makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung,

dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat

jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.

Pada kiri dan kanan dari faring terdapat dua buah tonsil. Rongga faring

dibagi dalam 3 bagian:

a) Nasofaring, sebelah atas tingginya sama dengan konka

b) Orofaring, bagian tengah yang tingginya sarna dengan istmus fausium.

c) Laringofaring, bagian bawah

3) Laring

Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk

suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis

dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir,

kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium

berlapis.

4) Trakea

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang

terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi

untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi

oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi

untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara

pernapasan.

5) Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian

vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan

dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek

daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang.

Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang

bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan

terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

Page 3: Laporan Pendahuluan Bp

6) Paru-paru

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-

gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam

darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

Paru-paru di bagi dua, yaitu

a. Paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus yaitu lobus superior, lobus media,

dan lobus inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen, 5 segmen pada

lobus superior, 2 segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus

inferior.

b. Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior.

Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen; 5 segmen pada lobus superior, dan 5

segmen pada lobus inferior.

Paru paru dibungkus oleh selaput pleura, yang dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Pleura visceral, yaitu selaput yang membungkus paru-paru

b. Pleura parietal, yaiut selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar

Antara kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura, dan

berisi sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk melumasi permukaannya

dan menghindari gesekan antara dinding dada pada saat bernapas.

Gambar 1 Anatomi Sistem Respirasi

Page 4: Laporan Pendahuluan Bp

b. Fisiologi sistem respirasi

Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang

terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti

yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama

inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga

terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus

mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis

eksternus mengangkat iga-iga. (Price,1994)

Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat

elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus

relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam

rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume

toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.

Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga

udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi

sama kembali pada akhir ekspirasi. (Price,1994)

Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas

melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm).

Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara

darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut

besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di

alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar

103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara

inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara

dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus

yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam

alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir. (Price,1994)

Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di

kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total

waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru

normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit, seperti

fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium

mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak

Page 5: Laporan Pendahuluan Bp

total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi

tidak diakui sebagai faktor utama. (Rab,1996)

Menurut P.M. Mowschenson (2008), fungsi pernapasan adalah sebagai

berikut :

1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-

selnya) untuk mengadakan pembakaran.

2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian

dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.

3) Menghangatkan dan melembabkan udara.

3. Etiologi

a. Bakteri

Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan

streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza,

klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

b. Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia

virus.

c. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui

penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada

kotoran burung, tanah serta kompos.

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya

menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

e. Aspirasi benda asing

f. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah daya tahan

tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit

menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. (Smeltzer, Suzanne C,

2001)

Page 6: Laporan Pendahuluan Bp

4. Tanda dan Gejala

a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

Nyeri pleuritik

Nafas dangkal dan mendengkur

Takipnea

b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

Mengecil, kemudian menjadi hilang

Krekels, ronki, egofoni

c. Gerakan dada tidak simetris

d. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium

e. Diafoesis

f. Anoreksia

g. Malaise

h. Batuk kental, produktif

Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau

berkarat

i. Gelisah

j. Sianosis

Area sirkumoral

Dasar kuku kebiruan

k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas.

5. Fatofisiologi

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh

virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga

terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya

penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan

mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang

terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan

napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan

produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga

fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak

lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,

Page 7: Laporan Pendahuluan Bp

Jamur, virus, bakteri, protozoa

Saluran napas bagian bawah

Bronchiolus

Reaksi peradangan pada bronchus dan alveolus

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Pederita sakit berat yang dirawat di RSPenderita dengan supresi sistem kekebalan tubuhKontaminasi peralatan RS

Alveolus

Peningkatan produksi secret

Akumulasi secret

Obstruksi jalan napas

Gangguan ventilasi

Peningkatan frekuensi

napas

Perangsangan RAS

Susah tidur

Perubahan pola tidur

Ancaman kehidupan

Ansietas (orang tua)

Rangsangan batuk

Nyeri pleuritik

Gangguan rasa nyaman nyeri

Resiko penyebaran infeksi

Distensi abdomen

Muntah, anoreksia

Fibrosus dan pelebaran

Atelektasis

Gangguan difusi

Gangguan pertukaran

gas

O2 kejaringan menurun

Kelemahan

Intoleransi aktifitas

Metabolisme meningkat

Stimulasi chemoreseptor hipotalamus

Set point bertambah

Respon menggigil

Reaksi peningkatan panas tubuh

Hipertermi

Evaporasi meningkat

Cairan tubuh berkurang

Defisit volume cairan

Kompensasi cadangan lemak digunakan tubuh

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Penurunan status giziGangguan tumbang

hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan

yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2001)

6. Pathway Bronchopneumonia (Smeltzer, Suzanne C, 2001)

Page 8: Laporan Pendahuluan Bp

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Ngastiah (2002), yaitu sebagai berikut :

1) Foto thorax

Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu

atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi

pada satu atau beberapa lobus.

2) Laboratorium

Terjadi leukositosis pada pneumonia bakterial

Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status kardiopulmoner yang

berhubungan dengan oksigenasi

Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya

anemia, infeksi dan proses inflamasi

Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba

Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

3) Tes kulit untuk tuberkulin : untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi

tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan

4) Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas

dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.

5) Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

8. Komplikasi

Menurut Ngastiyah (2002), bronchopneumonia pada anak bila tidak ditangani

dengan baik akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :

a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps

paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga

pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

c. Otitis Media Acute

d. Infeksi sitemik

e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

Page 9: Laporan Pendahuluan Bp

9. Penatalaksanaan

Menurut Ngastiyah (2002), Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji

resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy secepatnya

maka biasanya diberkan :

a. Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70

mg/kgbb/hari atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti

Ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari

b. Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya diperlukan

campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan

KCl 10 mEq / 500 ml/ botol infus.

c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang

makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis

gas darah arteri.

10. Tumbuh Kembang Anak

a. Pengertian

Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari konsepsi

sampai maturitas/dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan

lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang anak sudah terjadi sejak di

dalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana

mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah dipahami.

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interseluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian

atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta

sosialisasi dan kemandirian. (Depkes RI, 2005)

Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan

pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan

syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem

neuromusculer, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi

tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

Page 10: Laporan Pendahuluan Bp

b. Tahap-tahap tumbuh kembang

Walaupun terdapat variasi yang sangat besar, akan tetapi setiap anak akan

melalui suatu "milestone" yang merupakan tahapan dari tumbuh kembang

anak dan setiap tahapan mempunyai ciri-ciri tersendiri. adapun tahap-tahap

tumbuh kembang anak (Cecily, 2002) :

1) Masa pranatal

Masa mudigah / embrio : Konsepsi – 8 minggu

Masa janin / fetus : 9 minggu – lahir

2) Masa bayi

Masa neonatal : 0 – 28 hari

Masa neonatal dini : 0 – 7 hari

Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari

Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun

Masa prasekolah : 1 – 6 tahun

3) Masa sekolah : 6 – 10/20 tahun

Masa praremaja : 6 – 10 tahun

Masa remaja

Masa remaja dini : Wanita, usia 8-13 tahun

Masa remaja lanjut : Wanita, usia 13-18 tahun dan Pria, usia 15-

20 tahun

Menurut Sigmund Freud, periodesasi perkembangan dibagi 5 fase :

1) Fase oral (0-1 tahun)

Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada

mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan atau minum

susu. Objek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat menyusu.

2) Fase anal (1-3 tahun)

Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di anus, terutama saat buang

air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajarkan disiplin pada anak

termasuk toilet training.

3) Fase falik (3-5 tahun)

Anak memindahkan pust kenikmatannya pada daerah kelamin. Anak

mulai tertarik dengan perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan.

Pada anak laki-laki kedekatan dengan ibunya menimbulkan gairah sexual

perasaan cinta yang disebut Oedipus Complex. Sedangkan pada anak

Page 11: Laporan Pendahuluan Bp

perempuan disebut Electra Complex.

4) Fase laten (5-12 tahun)

Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan pesat pada

aspek motorik dan kognitif.. Anak mencari figure ideal diantara orang dewasa

berjenis kelamin sama dengannya.

5) Fase genital (12 ke atas)

Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya berada pada

daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan

heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain

yang berlawan jenis.

Menurut Erik H. Erikson perkembangan anak dibagi dalam 8 tahap :

1) Masa oral-sensorik yaitu masa kepercayaan vs ketidakpercayaan.

Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1

atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah

menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan

kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan.

2) Masa anal-muskular yaitu kebebasan vs perasaan malu-malu atau

ragu-ragu.

Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini

biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan

sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah

kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-

ragu.

3) Masa genital-locomotor yaitu inisiatif vs rasa bersalah

Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage)

atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu

saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus

diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan

(inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.

4) Masa laten yaitu ada gairah vs rendah diri

Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar

antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap

ini ialah mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari

perasaan rasa rendah diri.

Page 12: Laporan Pendahuluan Bp

5) Masa remaja yaitu identitas vs kekaburan peran

Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada

saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. melalui tahap ini

orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas

pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun

ke tengah masyarakat.

6) Masa dewasa yaitu kemesraan vs keterasingan

yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Adalah

ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari

sikap menyendiri.

7) Masa dewasa muda yaitu generativitas vs kehampaan

Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati

oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. salah satu tugas

untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat

melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).

8) Masa kematangan yaitu integritas ego vs kesedihan

Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang

diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Yang

menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya

menghilangkan putus asa dan kekecewaan.

Tabel 1. Ringkasan Kemajuan Perkembangan Anak dari Lahir Sampai 5 Tahun (Sacharin, 1996)

Umur Motorik/Sensorik Sosial Bahasa Manipulatif

Sampai 1 bulan

Reflek-reflek primitif

Dapat enghisap Menggenggam, Memberikan

respon terhadap suara-suara mengejutkan

1-3 bulan Menegakkan kepala sebentar,

Mengadakan gerakan-gerakanmerangkak jika tengkurap

Memberikan respon senyum

Page 13: Laporan Pendahuluan Bp

Umur Motorik/Sensorik Sosial Bahasa Manipulatif

3-4 bulan Mengangkat kepala dari posisi tengkurap dalam waktu yang singkat.

Memalingkan kepala ke arah suara.

Tersenyum. Bersuara jika diajak bicara.

Mulai mengamati tangan sendiri

Mampu untuk memegang kerincingan.

5-9 bulan Berguling dari sisi ke sisi ketika terlentang.

Memalingkan kepala pada orang yang berbicara.

Memperlihatkan kegembiraan dengan berlagak dan tersipu- sipu.

Bervokalisasi suara-suara bergumam, suaraseperti "da", "ma".

Mulai memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.

Mampu memanipulasi benda-benda.

9-10 bulan

Duduk dari posisi berbaring

Berpindah Merangkak.

Mengenal dan menolak orang asing

Meniru Berteriak untuk

menarik perhatian.

Ngoceh dan bervokalisasi

Mengatakan kata-kata seperti da-da, mam- mam.

Memungut benda diantara jari-jari dan ibu jari.

1 tahun Merangkak dengan baik

menarik badan sendiri untuk berdiri

Dapat berjalan dengan dibimbing.

Menurut perintah sederhana

meniru orang dewasa.

Memperlihatkan berbagai emosi.

Mengucapkan kata-kata tunggal

Memegang gelas untuk minum.

1 ½ tahun

Berjalan tanpa ditopang

Menaiki tangga atau peralatan rumah tangga (kursi)

Ingin bermain dekat anak-anak lain.

Meminta minum.

Mengenal gambar- gambar binatang.

Mengenal beberapa bagian tubuhnya

Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.

Mencoret-coret,

Membalik-balik halaman,

Bermain dengan balok-balok bangunan ecara konstruktif.

2 tahun Mampu berlari Memanjat Menaiki tangga Membuka pintu.

Mulai bernain dengan anak-anak lain

Mulai menggunakan dua atau tiga kata secara bersamaan

Berpakaian sendiri, tidak mampu untuk mengikat atau memasang kancing.

Umur Motorik/Sensorik Sosial Bahasa Manipulatif

Page 14: Laporan Pendahuluan Bp

3 tahun Berlari bebas Melompat Mengendari

sepeda roda tiga.

Mengetahui nama dan jenis kelaminnya sendiri dapat diberi pengertian

Bermain secara konstruktif dan imitatif.

Berbicara dengan kalimat-kalimat pendek.

Menggambar lingkaran

Menggambar gambar-gambar yang dapat dikenal.

4-5 tahun Mengetahui banyak huruf-huruf dari alphabet

Mengetahui lagu kanak-kanak

Dapat menghitung sampai 10.

Bernyanyi Berdendang

c. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

1) Keturunan

Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat mmpengaruhi

hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil

akhir tersebut. Terdapat hubungan yang besar antara orangtua dan anak dalam

hal sifat seperti tinggi badan, berat badan, dan laju pertumbuhan..

2) Neuroendokrin

Beberapa hubungan fungsional diyakini ada diantara hipotalamus dan

system endokrin yang memengaruhi pertumbuhan.Kemungkinan semua

hormone memengaruhi pertumbuhan dan beberapa cara. Tiga hormon-

hormon pertumbuhan, hormone tiroid, dan endrogen. Tampak bahwa setiap

hormone yang mempunyai pengaruh bermakna pada pertumbuhan

memanifestasikan efek utamanya pa periode pertumbuhan yang berbeda.

3) Nutrisi

Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling pentng pada

pertumbuhan. Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap

perkembangan, dan efeknya ditujukan pada cara beragam dan rumit.

4) Hubungan Interpersonal

Page 15: Laporan Pendahuluan Bp

Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam

perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual, dan

kepribadian. luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan

perkembangan kepribadian yang sehat.

5) Tingkat Sosioekonomi

Riset menunjukkan bahwa tingkat sosioekonomi keluarga anak

mempunyai dapak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan.

6) Penyakit

Banyak penyakit kronik dan Gangguan apapun yang dicirikan dengan

ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi tubuh akan

member efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan.

7) Bahaya lingkungan

Bahaya dilikungan adalah sumber kekhawatiran pemberi asuhan

kesehatan dan orang lain yang memerhatikan kesehatan dan keamanan.

Bahaya dari residu kimia ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek

enzimatik, dan akumulasi. (Baum dan Shannon, 1995)

8) Stress pada masa kanak-kanak

Stress adalah ketidakseimbagan antara tuntutan lingkungan dan sumber

koping individu yang menggangggu ekuiibrium individu tersebut. ( mastern

dkk, 1998)

Usia anak, temperamen situasi hidup, dan status kesehatan

mempengaruhi kerentanan, reaksi dan kemampuan mereka untuk mengatasi

stress. Koping adalah tahapan khusus dari reaksi individu terhadap stressor.

Strategi koping adalah cara khusus anak mengatasi stersor ang dibedakan dari

gaya koping yang relative tidak mengubah karakteristik kepribdian atau hasil

koping. ( Ryan-wengger, 1992)

9) Pengaruh media masa

Terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai berbagai pengaruh media

pada perkembangan anak. (Rowitz, 1996)

11. Dampak Hospitalisasi

Page 16: Laporan Pendahuluan Bp

1) Pengertian

Menurut Wong (2000), hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu

alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.

Perasaan yang sering muncul pada anak adalah cemas, marah, sedih, takut dan

rasa bersalah.

Penyebab timbul reaksi hospitalisasi pada anak (Wong, 2000) :

Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialaminya 

Rasa tidak aman dan nyaman

Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang

dirasakan menyakitkan

2) Reaksi anak terhadap hospitalisasi

a. Masa bayi ( 0 - 1 tahun )

Perpisahan dengan orang tua : gangguan pembentukan rasa percaya dan

kasih sayang.

Terjadi stranger anxiety ( usia 6 bulan ) : cemas apabila berhadapan

dengan orang asing dan perpisahan.

Reaksinya : menangis, marah, banyak melakukan gerakan.

b. Masa toddler ( 2 – 3 tahun )

Sumber stress yang utama : cemas akibat perpisahan

Respon : tahap protes, putus asa dan pengingkaran

Tahap protes : menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak

perhatian yang diberikan orang lain

Tahap putus asa : menangis berkurang,anak tidak aktif, kurang

menunjukkan minat bermain dan makan, sedih dan apatis

Tahap pengingkaran : mulai menerima perpisahan,membina hubungan

secara dangkal, anak mulai terlihat menyukai lingkungannya

c. Masa prasekolah

Perawatan di RS : anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya

aman, penuh kasing sayang dan menyenagkan.

Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan, sering bertanya, menagis

secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.

d. Masa sekolah

Page 17: Laporan Pendahuluan Bp

Timbul kecemasan : berpisah dengan lingkungan yang dicintainya

Kehilangan kontrol karena adanya pembatasan aktivitas

Kehilangan kontrol : perubahan peran dalam keluarga, kehilangan

kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau

pergaulan sosial, perasaan takut mati dan adanya kelemahan fisik

Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri : ekspresi baik secara verbal

maupun nonverbal : anak sudah mampu mengkomunikasikannya, sudah

mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri : menggigit bibir/menggigit

dan memegang sesuatu dengan erat.

e. Masa remaja

Timbul perasaan cemas : harus berpisah dengan teman sebayanya

Pembatasan aktivitas di RS : anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan

menjadi tergantung pada keluarga atau pertugas kesehatan.

Reaksi yang sering muncul : menolak perawatan atau tindakan yang

dilakukan, anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau

menarik diri dari keluarga, sesama pasien dan petugas kesehatan.

Perasaan sakit : respon anak bertanya-tanya, menarik diri dari

lingkungannya / menolak kehadiran orang lain.

3) Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak

a. Perasaan cemas dan takut 

Perasaan cemas dan takut : mendapat prosedur menyakitkan

Cemas paling tinggi : menunggu informasi tentang diagnosa penyakit

anaknya.

Takut muncul : takut kehilangan anak pada kondisi sakit terminal

Perilaku : sering bertanya/bertanya tentang hal yang sama secara berulang-

ulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan marah.

b. Perasaan sedih

Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal

Perilaku : isolasi, tidak mau didekati orang lain, tidak kooperatif terhadap

petugas kesehatan.

c. Perasaan frustasi

Putus asa dan frustasi : anak yang telah dirawat cukup lama dan tidak

mengalami perubahan, tidak adekuatnya dukungan psikologis.

Page 18: Laporan Pendahuluan Bp

Perilaku : tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, menginginkan

pulang paksa.

B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1. Kebutuhan Oksigenasi

Reaksi peradangan pada bronchus dan alveolus terjadi peningkatan produksi

secret, terjadi akumulasi secret pada saluran napas, mengakibatkan obstruksi jalan

napas, terjadi peningkatan frekuensi napas akibat bersihan jalan napas tidak efektif.

Sedangkan fibrosis jaringan paru mengakibatkan terjadinya atelektasis, terjadi

gangguan pertukaran gas (difusi) sehingga suplay oksigen kejaringan menurun.

2. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Respon tubuh terhadap proses inflamasi pada saluran napas terjadi peningkatan

suhu tubuh (hipertermia), kehilangan cairan tubuh melalui evaporasi meningkat,

terjadi defisit volume cairan tubuh.

3. Kebutuhan Nutrisi

Respon gastrointestinal terhadap reaksi peradangan pada saluran napas terjadi

mual dan anoreksia, menyebabkan intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

sehingga terjadi ketidakseimbangan antara intake nutrisi dengan peningkatan

kebutuhan metabalisme.

4. Kebutuhan Aktifitas

Perfusi jaringan menurun terjadi peningkatan metabolisme anaerob, produksi

ATP menurun, terjadi kelemahan fisik yang mengakibatkan terjadinya keterbatasan

dalam beraktifitas.

5. Kebutuhan Rasa Aman

Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengelolaan penyakit merupakan

faktor yang memicu timbulnya kecemasan pada keluarga.

6. Pertumbuhan dan Perkembangan

Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan faktor penyebab

terjadinya penurunan status gizi, dan penurunan imunitas yang mengakibatkan klien

menjadi rentan terhadap infeksi, sehingga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

Page 19: Laporan Pendahuluan Bp

C. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical record.

2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis

kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.

3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat

4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara

kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan

b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum terjadi

keluhan utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya didahului oleh

infeksi traktus respiratorius atas.

Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana

rasanya seberapa sering terjadinya. Pada pasien bronchopnemonia keluhan

yang dirasakan yaitu sesak nafas, dan demam tinggi sampai kejang.

Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan,

daerah/area penyebaran sampai kemana. Pada pasien bronchopnemonia

biasanya sesak dirasakan pada seluruh daerah dada.

Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa

jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan sangat berat

diikuti oleh demam tinggi dan kejang sampai terjadi penurunan kesadaran.

Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan pada

pasien bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat malam hari

dan aktifitas yang berlebihan. (Carpenito, 2008)

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak dimana,

reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama, bagaimana reaksi

anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis, berapa lama, dosis), tindakan

medis (operasi, vena pungtie dan lain-lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat

Page 20: Laporan Pendahuluan Bp

infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar

menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan

imunitas seperti malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit

saluran pernapasan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan lain-

lain, penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit menular, penyakit

keturunan dan lain-lain.

5. Riwayat Kehamilan

a. Pre Natal

Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan,

pemeriksaan kehamilan.

Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)

Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)

Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir

imunisasi TT 2 kali selama kehamilan

b. Intra Natal

Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar

score, berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan,

posisi janin waktu lahir.

c. Post Natal

Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan

bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums)

segera setelah lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan makanan

ibu.

6. Riwayat Tumbuh Kembang

Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak

seperti tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.

7. Riwayat Psikologis

a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain

b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi

c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lain

d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga diri,

bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi diri.

Page 21: Laporan Pendahuluan Bp

e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah

yang dihadapi. (Anastasia anne, 2006)

8. Riwayat Sosial

Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku,

rekreasi, lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi.

9. Kebiasaan Sehari-hari

Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain dan

personal hygiene.

c. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan, lingkar

kepala atas dan lingkar dada

Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan suhu

Keadaan sistem tubuh

2. Sistem optalmikus

Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera

Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan.

Pada pasien bronchopneumoni biasanya ditemukan perubahan warna

sklera mata bila terjadi hipertermi.

3. Sistem respiratorik

Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji terhadap

area intercosta dan penggunaan otot tambahan, evaluasi kulit, bibir dan

membran mukosa, kaji kuku mengenai warnanya. Palpasi mengetahui

adanya masa, pembesaran kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi,

krepitasi dan fokal fremitus

Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru

Auskultasi : untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi frekuensi,

kualitas, tipe dan adanya bunyi tambahan.

Pada penderita bronchopneumonia biasanya ditemukan dispneu,

pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan

penggunaan otot-otot tambahan, suara nafas abnormal (ronchi) dan batuk

dengan produksi sputum.

4. Sistem kardiovaskuler

Page 22: Laporan Pendahuluan Bp

Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa, pelpebra

anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya oedema palpasi:

seluruh dada terhadap impuls apikal, getaran dan nyeri tekan, palpasi

nadi dan oedema perifer

Perkusi : untuk mengetahui batas jantung

Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena kegiatan

jantung.

Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-tanda

sianosis pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.

5. Sistem gastro intestinal

Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada abdomen

dan gerakan abdomen.

Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas bising usus

yang dihasilkan

Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran cerna dan

pekak hati.

Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, masa

krepitasi subkutan dan organ abdomen.

Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual, muntah,

penurunan berat badan dan distensi abdomen.

6. Sistem neurologis

Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku pasien

Perkusi : mengetahui refleks pasien.

Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan gelisah, bila

suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan kejang dan penurunan

kesadaran.

7. Sistem muskulo skeletal

Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan

exstremitas.

Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot

Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot

Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan kelelahan,

tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan intoleransi aktifitas.

8. Sistem urogenetalia

Page 23: Laporan Pendahuluan Bp

Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan

perhatikan keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan

bronchopneumoni menurut Wong (2003), adalah sebagai berikut :

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi

b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret

c. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplay dan

kebutuhan oksigen

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infasif

f. Cemas berhubungan dengan dyspneu

g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi

Selain itu menurut Suriadi (2001), diagnosa keperawatan lain yang bisa

muncul pada kasus bronchopneumoni antara lain :

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya akumulasi secret

b. Resiko tinggi perubuhan suhu tubuh : hipertermi berhubungan dengan proses

inflamasi

c. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan hipertermi

Page 24: Laporan Pendahuluan Bp

3. Intervensi keperawatan

Diagnosis

KeperawatanTujuan Intervensi Rasional

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x 24 jam, menunjukan fungsi pernapasan normal, dengan kriteria : Frekuensi napas 20-40 x/menit

(menurut Katreen Morgan Speer (2008)

Tidak ada penggunaan otot-otot aksesori pernapasan

Pernapasan teratur Anak istirahat dan tidur dengan baik

1. Posisikan pasien untuk ventilasi yang maksimum contoh : posisi semifowler

2. Hindari pakaian yang ketat3. Beri oksigen lembab sesuai

ketentuan4. Tingkatkan istirahat dan tidur dengan

penjadwalan yang tepat

1. Memungkinkan ekspansi paru maksimum

2. Untuk menghindari penekanan diafragma3. Meningkatkan reoksigenasi

4. Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan alamiah

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret pada Bronkhiolus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x 24 jam, jalan napas bersih, dengan kriteria hasil : Jalan napas bersih Suara napas vesikuler Frekuensi napas 20-40 x/menit

(menurut Katreen Morgan Speer (2008)

Tidak ada dyspneu Tidak ada ronchi

1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada

2. Hisap secret sesuai kebutuhan

3. Lakukan fisioterapi dada4. Auskultasi area paru catat adanya

ronchi

5. Beri peningkatan kelembaban oksigen suplemen sesuai ketentuan.

6. Kolaborasi untuk pemberian therapy mukolitik (pengencer dahak) bila memungkinkan berikan ekspektoran atau nebulizer sesuai ketentuan

1. Tachipneu, pernapasan dangkal dan gerakan dada sering terjadi karena ketidaknyamanan

2. Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif

3. Memudahkan pengeluaran secret4. Penurunan aliran udara terjadi pada area

konsolidasi ronchi terjadi akibat respon terhadap secret auskultasi area paru catat adanya ronchi

5. Untuk mencegah pengerasan sekresi nasal dan pengeringan membrane mukosa.

6. Memudahkan pengenceran dan pengeluaran secret

Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional

Page 25: Laporan Pendahuluan Bp

Keperawatan

Cemas berhubungan dengan dyspneu

setelah dilakukan tindakan perawatan selama .....x 24 jam, cemas hilang /berkurang, dengan kriteria hasil : Anak tidak menunjukan tanda-tanda

ketidaknyamanan fisik seperti gelisah

Anak tampak tenang dan dapat melakukan aktifitas seperti biasa

Tanda-tanda vital dalam batas normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 x/menit S : 36,5o-37o C

1. Beri aktifitas pengalihan yang tepat sesuai kondisi anak : misal membacakan cerita/ dongeng

2. Beri tindakan kenyamanan yang diinginkan anak

3. Beri obyek kedekatan misal : mobil-mobilan

1. Untuk mengalihkan perhatian anak

2. Berikan obyek kedekatan missal : boneka

3. Untuk mengalihkan perhatian anak

Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya organisme infeksi

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x 24 jam, infeksi sekunder tidak terjadi, dengan kriteria hasil : Terjadi penurunan tanda-tanda

infeksi Tanda-tanda vita normal : TD : 86/54

mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 x/menit, S : 36,5o-37o C

1. Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali

2. Dorong tehnik mencuci tangan yang baik

3. Kolaborasi : berikan antibiotic sesuai indikasi

4. Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktifitas sedang

5. Batasi pengunjung sesuai indikasi

1. Untuk memantau status kesehatan

2. Mencegah infeksi nasokomial

3. Obat ini digunakan untuk membunuh mikroorganisme inefektif

4. Memudahkan proses penyembuhan

5. Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, terjadi peningkatan toleransi aktifitas, dengan kriteria hasil : Tidak ada dyspneu Tanda-tanda vital dalam batas

normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 x/menit, S : 36,5o-37o C

1. Kaji tingkat toleransi fisik anak

2. Bantu anak dalam aktifitas hidup sehari-hari

3. Beri periode istirahat dan tidur yang sesuai dengan usia dan kondisi

4. Seimbangkan istirahat dan tidur bila psien berambulasi

1. Menunjukan respon fisiologis klien terhadap aktifitas

2. Penghematan energi membantu menurunkan energi sehingga membantu dalam keseimbangan suplay oksigen

3. Tehnik penghematan energi untuk menurunkan penggunaan energi

4. Konsumsi oksigen selama aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada

Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Page 26: Laporan Pendahuluan Bp

Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, nyeri hilang, dengan kriteria hasil : Klien tampak tenang Klien tidak rewel Skala nyeri berkurang

1. Berikan tindakan kenyamanan2. Anjurkan aktifitas pengalihan sesuai

usia3. Berikan analgesic sesuai indikasi

1. Dapat menghilangkan ketidaknyamanan2. Untuk mengalihkan perhatian klien

3. Obat ini dapat digunakan untuk meningkatkan klien

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, terjadi pengurangan ansietas keluarga, dengan kriteria hasil : Kecemasan keluarga berkurang Secara verbal keluarga

mengatakan cemas berkurang

1. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dan dukungan

2. Gali perasaan dan masalah seputar hospitalisasi dan penyakit anak

3. Berikan informasi seputar kesehatan anak

4. Berikan dukungan sesuai kebutuhan5. Anjurkan perawatan yang berpusat

pada keluarga dan anjurkan anggota keluarga agar terlibat dalam perawatan.

1. Dapat menurunkan stress

2. Memudahkan dalam pemilihan intervensi

3. Untuk menurunkan ansietas yang dialami keluarga

4. Meningkatkan kemampuan koping5. Meningkatkan pemahaman keluarga

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya akumulasi secret

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, gangguan pertukaran gas dapat diatasi, dengan kriteria hasil : Tidak ada sianosis Anak tidak gelisah

1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas

2. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis kuku

3. Kaji status mental

4. Awasi frekuensi dan irama jantung5. Pertahankan istirahat tidur6. Observasi penyimpanan kondisi,

catat sianosis, perubahan tingkat kesadaran dan gelisah

1. Manifestasi distress pernapasan

2. Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam

3. Gelisah dapat menunjukan hipoksemia/penurunan oksigen serebral

4. Tachikardi ada biasanya akibat demam5. Menurunkan kebutuhan oksigen6. Syok dan oedema paru adalah penyebab

umum kematian

Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Resiko tinggi perubahan Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji perubahan tanda vital contoh : 1. Peningkatan suhu tubuh meningkatkan laju

Page 27: Laporan Pendahuluan Bp

suhu tubuh : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

selama .........x24 jam, resiko hipertermi tidak terjadi, dengan kriteria hasil : Suhu tubuh 36,5-37 C Membran mukosa lembab

peningkatan suhu tubuh setiap 4 jam sekali

2. Monitor intake out put

3. Berikan cairan intra vena atau peroral

4. Anjurkan dan berikan kompres hangat

5. Kolaborasi untuk pemberian obat antipiretik sesuai indikasi

metabolic

2. Memberikan informasi tentang keadekuatan cairan

3. Pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi

4. Menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga memudahkan penurunan suhu tubuh melalui evaporsi

5. Berguna untuk menurunkan demam

Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan hipertermi

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama .........x24 jam, resiko kekurangan cairan tidak terjadi, dengan kriteria hasil : Membran mukosa lembab turgor kulit baik Pengisian kapiler cepat Tanda-tanda vital dalam batas

normal : TD : 86/54 mmhg, N : 130 x/menit, R : 20-40 x/menit, S : 36,5-37 C

1. Kaji perubahan tanda-tanda vital missal peningkatan suhu tubuh, tachicardi dan hipotensi

2. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa

3. Pantau masukan dan haluaran

4. Tingkatkan asupan cairan sedikitnya 120 ml/kg BB/hari

1. Peningkatan suhu / memanjangnya demam meningkatkan laju metabolic

2. Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut kering karena napas mulut dan oksigen tambahan

3. Memberikan informasi tentang keadekuatan cairan dan kebutuhan penggantian

4. pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi

Page 28: Laporan Pendahuluan Bp

DAFTAR PUSTAKA

Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002

Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC; 1997

Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.

Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2001

Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta : EGC

Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta: Infomedika;2000

Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia: WB Saunders Company