lapsus individu

Upload: dian-vera-w

Post on 19-Jul-2015

292 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KASUS INDIVIDU

PNEUMONIA

Oleh Dian Vera Widiawaty H1A005014

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/PUSKESMAS NARMADA 2011

BAB I PENDAHULUAN Pneumonia balita merupakan salah satu indikator program keberhasilan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan seperti yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014. Dan ditargetkan persentase penemuan dan tata laksana penderita pneumonia balitapada tahun 2014 adalah sebesar 100%. Pneumonia adalah penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi virus ataupun bakteri. Pneumonia masih menjadi masalah yang umum dan menjadi penyakit yang sampai saat ini juga menjadi masalah kesehatan di dunia. WorldHealth organization (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19 persen atau berkisar 1,6 2,2 juta, dimana sekitar 70 persennya terjadi di negaranegara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara10,11. Kasus pneumonia di Negara berkembang tidak hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan kematian pada anak. Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan bertambahnya usia anak. Mortalitas pneumonia di Negara berkembang juga berkaitan dengan malnutrisi dan akses perawatan. Menurut WHO proporsi kematian balita akibat pneumonia lebih dari 20 % (di Indonesia 30 %) angka kematian pneumonia balita di atas 4 per 1000 kelahiran hidup (di Indonesia diperkirakan masih diatas 4 per 1000 kelahiran hidup) 3,10. Menurut Depkes RI (2002) kejadian kematian pneumonia pada anak balita berdasarkan SKRT 2001, urutan penyakit menular penyebab kematian pada bayi adalah pneumonia, diare, tetanus, infeksi saluran pernafasan akut sementara proporsi penyakit menular penyebab kematian pada balita yaitu pneumonia (22,5%), diare (19,2%) infeksi saluran pernafasan akut (7,5%), malaria (7%), serta campak (5,2%). Hasil survey kesehatan nasional (SUKERNAS) tahun 2004 menunjukkan bahwa proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28%. Hal ini menunjukkan dari 100 bayi yang meninggal 28 disebabkan oleh ISPA dan terutama 80% kasus kematian ISPA pada balita adalah akibat pneumonia. Sejak tahun 2006 hingga tahun 2009, NTB masih merupakan daerah dengan angka pneumonia >4% sehingga masuk kedalam kategori merah/tinggi6,10,11.

Pneumonia tidak hanya disebabkan oleh satu jenis penyebab penyakit, pneumonia dapat mempunyai lebih dari 30 penyebab yang berbeda. Ada 5 penyebab utama pneumonia yaitu bakteri, virus, mycoplasma, infeksi agent lainya dan bahan kimia. Kejadian pneumonia didasarkan adanya interaksi antara komponen host, agent, dan environment, berubahnya salah satu komponen mengakibatkan keseimbangan terganggu sehingga terjadi pneumonia. Faktor risiko kejadian pneumonia balita dipengaruhi oleh faktor intrinsik (umur, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi) dan faktor ekstrinsik (biologis, fisik dan sosial). Faktor biologis adalah kuman atau mikroorganisme. Faktor fisik misalnya adalah lingkungan rumah yang tidak sehat dan faktor sosial menyangkut perilaku hidup yang tidak sehat10. Berdasarkan data penyakit di puskesmas Narmada selama tahun 2009-2011, pneumonia memang tidak pernah masuk ke dalam 10 pemyakit terbanyak tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi dan masih ditemukan kematian akibat pneumonia pada anak dan balita.

Dari data-data tersebut di atas, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan angka kejadian pneumonia. Dalam hal ini, puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang bertanggung jawab terhadap kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting demi tercapainya tujuan tersebut. Terkait hal tersebut, salah satu program dari puskesmas untuk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat yaitu upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yang merupakan salah satu dari 6 upaya kesehatan wajib. Kegiatan dari upaya pemberantasan penyakit menular termasuk dalam kegiatan promotif dan preventif. Oleh karena itu, laporan ini akan membahas tentang pemberantasan dan pencegahan penyakit diare di masyarakat umumnya dan di masyarakat di Kecamatan Narmada pada khususnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Penyakit Pneumonia di Puskesmas Narmada Infeksi Saluran Pernapasan Akut (bukan pneumonia dan pneumonia) sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan di wilayah puskesmas Narmada. Angka kejadian ISPA pada anak-balita di puskesmas Narmada pada tahun 2011 sampai sebelas bulan terakhir ini mencapai angka 5.693 kasus. Jumlah tersebut telah melebihi yang diharapkan puskesmas Narmada, dimana dari 5.564 anak-balita diharapkan tidak melebihi 10% dari jumlah sasaran yakni kurang dari 49 anak-balita yang terinfeksi ISPA tiap bulannya (< 0,84%), atau kurang dari 546 kasus per tahun. Pada tabel daftar 10 penyakit terbanyak di puskesmas narmada tahun 2011, pneumonia tidak termasuk dalam daftar tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya pengetahuan orang tua yang mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan, terdapat kasus yang tidak terdeteksi, atau kesalahan diagnosis. Masalah pneumonia tersebut tidak lepas dari beberapa faktor yang menjadi faktor resikonya, terutama yang menyangkut PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan lingkungan. Dalam hal ini, Puskesmas telah melakukan beberapa upaya promotif, preventif, maupun kuratif untuk menangani masalah pneumonia tersebut. Tabel 2.1. Daftar 10 Penyakit terbanyak di puskesmas Narmada tahun 2011 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 ISPA Penyakit pd system otot & jaringan ikat Gastritis Demam sebab lain Kecelakaan dan ruda paksa Penyakit tekanan darah tinggi Penyakit kulit infeksi Diare JENIS PENYAKIT JUMLAH 5.322 3.823 2.787 2.155 1.774 1.642 1.432 1.279

9 10

Asma Penyakit lainnya

978 910

Sumber: Data rekapan P2M puskesmas Narmada Grafik 1. Angka kejadian kasus ISPA di puskesmas Narmada tahun 2005-2010

Kejadian ISPA pada anak-balita4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2637 2278 kejadian ISPA 3547 3886 3742 3943

Sumber: Data rekapan P2M puskesmas Narmada Grafik 2. Kejadian ISPA bukan pneumonia dibandingkan ISPA pneumonia pada anak-balita per tahun di puskesmas Narmada3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 pneumonia non pneumonia

Sumber: Data rekapan P2M puskesmas Narmada

Berdasarkan grafik data rekapan P2M puskesmas Narmada tahun 2005-2010 dapat diketahui angka kejadian ISPA (bukan pneumonia maupun pneumonia) dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan. Angka kejadian kasus pneumonia pada tahun 2005 tercatat sebanyak 3547 kasus, angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2006 yaitu sebanyak 3886 kasus dan meningkat lagi pada tahun 2008 yaitu tercatat sebanyak 3943 kasus. Angka ISPA ini kemudian semakin menurun pada tahun 2009 sampai 2010 yaitu sebanyak 2278 kasus. Angka kejadian pneumonia sendiri lebih kecil dibandingkan ISPA bukan pneumonia dan insidennya menurun selama 2 tahun terakhir. Sedangkan kejadian kematian akibat pneumonia masih ditemukan di wilayah kerja puskesmas Narmada tetapi tidak ada data yang merangkum angka insiden tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun pneumonia telah menjadi masalah kesehatan yang cukup umum di masyarakat, namun angka kejadiannya terbukti masih tinggi. 2.2. KONSEP PENYAKIT PNEUMONIA 2.2.1. Pengertian PneumoniaPneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI 2004: 4). Pada penderita pneumonia, nanah (pus) akan mengisi alveoli tersebut sehingga terjadi kesulitan penyerapan oksigen. Hal ini mengakibatkan kesukaran bernafas (Depkes RI 2007: 4). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronkopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Selain itu gejala klinis lain ditunjukkan dengan adanya pelebaran cuping hidung, retraksi dinding dada, dan ronki. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit pada anak usia < 2 bulan, 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun2,10.

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu5: a. ISPA non-Pneumonia adalah dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek b. Pneumonia adalah apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).

2.2.2. Etiologi pneumoniaDiagnosis etiologi pneumonia pada balita sukar untuk ditegakkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa Streptococcus pneumoniae dan Hemophylus influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada penelitian tentang etiologi di negara berkembang. Jenis jenis bakteri ini ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus 2,10. Streptococcus pneumoniae adalah diplokokus gram-positif. Organisme ini adalah penghuni normal pada saluran pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronkitis, bakteremia, meningitis, dan proses infeksi lainnya. Pada orang dewasa, tipe 1-8 menyebabkan kira-kira 75% kasus pneumonia pneumokokus dan lebih dari setengah kasus bakteremia pneumokokus yang fatal; pada anak-anak, tipe 6, 14, 19, dan 23 merupakan penyebab yang paling sering. Pneumonia yang disertai bakteremia selalu menyebabkan angka kematian yang paling tinggi. Pneumonia pneumokokus kira-kira merupakan 60-80% dari semua kasus pneumonia oleh bakteri. Penyakit ini adalah endemik dengan jumlah pembawa bakteri yang tinggi. Imunisasi dengan polisakarida10

tipe-spesifik

dapat

memberikan

perlindungan 90% terhadap bakteremia pneumonia . Hemophylus influenzae ditemukan pada selaput mukosa saluran napas bagian atas pada manusia. Bakteri ini merupakan penyebab meningitis yang penting pada anakanak dan kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran napas pada anak-anak dan orang dewasa. Pneumonitis akibat Hemophylus influenzae dapat terjadi setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas pada anak-anak kecil dan pada orang tua atau orang yang lemah. Orang dewasa dapat menderita bronkitis atau pneumonia akibat influenzae. Penggunaan vaksin Hemophylus influenzae tipe B secara luas telah sangat menurunkan kejadian meningitis Hemophylus influenzae pada anak-anak10.

2.2.3. Klasifikasi pneumoniaKlasifikasi pneumonia dan bukan pneumonia2,3,10 Dalam penentuan klasifikasi penyakit pneumonia dibedakan atas 2 kelompok, yaitu:

1) Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, klasifikasi dibagi atas : pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia. 2) Kelompok umur