lapsus hiperemesis gravidarum

33
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. S / perempuan / 26 tahun b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT / SMA c. Alamat : RT.05 Tj. Johor II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan- keluarga a. Status Perkawinan : Menikah b. Jumlah anak/saudara : - c. Status ekonomi keluarga 1) Mampu : + 2) Miskin : - d. KB : - e. Kondisi Rumah : baik f. Kondisi Lingkungan Keluarga : baik III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik IV. Riwayat menstruasi 1

Upload: aning

Post on 19-Dec-2015

335 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

laporan kasus hiperemesis gravidarum

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. S / perempuan / 26 tahun

b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT / SMA

c. Alamat : RT.05 Tj. Johor

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : Menikah

b. Jumlah anak/saudara : -

c. Status ekonomi keluarga

1) Mampu : +

2) Miskin : -

d. KB : -

e. Kondisi Rumah : baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga : baik

III.Aspek Psikologis di Keluarga : baik

IV. Riwayat menstruasi

Menarche 12 th, teratur, siklus haid 28 hari lamanya 5-7 hari,

banyaknya 3 pembalut/hari, nyeri haid tidak ada

HPHT: 4 Januari 2015

V. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :

Riwayat perdarahan pervaginam disangkal

Riwayat demam tidak ada, riwayat trauma tidak ada.

VI. Keluhan Utama :

Mual dan muntah yang memberat sejak ± 1 hari yang lalu

1

Page 2: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

VII. Keluhan Tambahan :

Tidak mau makan, Badan lemas, dan kepala pusing

VIII. Riwayat Penyakit Sekarang: (autoanamnesa)

± 2 hari yang lalu, pasien mengeluh mual dan muntah >3x/hari, isi

muntahan apa yang dimakan, muntah tidak bercampur darah, jumlahnnya 1/4

gelas aqua. Masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari.

Sejak 1 hari yang lalu pasien muntah ± 5x/hari, isi muntahan semua

apa yang dimakan dan terkadang hanya air yang bercampur busa, muntah

tidak bercampur darah, jumlah ¼-½ gelas aqua. Pasien tidak mau makan, jika

makan dan minum pasien mengeluh langsung mual dan memuntahkannya.

Badan terasa lemas sehingga tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasa.

Pasien lebih nyaman tidur untuk menghindari muntah. Pasien mengeluh nyeri

ulu hati, nyeri tidak menjalar. Pasien tidak mengeluh nyeri kepala. Buang air

besar dan buang air kecil normal.

IX. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum

1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang

2. Kesadaran : compos mentis

3. Suhu : 36,6°C

4. Nadi : 88x/menit

5. Tekanan Darah : 100/80mmHg

6. Pernafasan

- Frekuensi : 20x/menit

- Irama : reguler

- Tipe : thorakoabdominal

7. Tinggi badan : 156 cm

8. Berat badan : 49 Kg

9. IMT : 20,41 (Normal)

2

Page 3: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

10. Kulit

- Turgor : baik

- Lembab / kering : lembab

- Lapisan lemak : ada

Pemeriksaan Organ

1. Kepala Bentuk : normocephal

Ekspresi : tampak kesakitan

Simetri : simetris

2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)

Kelopak : normal

Conjungtiva : anemis (-/-)

Sklera : ikterik (-/-)

Kornea : normal

Pupil : bulat, isokor, RC +/+

Lensa : normal, keruh (-)

3. Hidung : tak ada kelainan

4. Telinga : tak ada kelainan

5. Mulut Bibir : basah, tidak pucat

Bau pernafasan : normal

Gigi geligi : lengkap

Palatum : deviasi (-)

Gusi : warna merah muda,

perdarahan (-)

Selaput Lendir : normal

Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)

6. Leher KGB : tak ada pembengkakan

Kel.tiroid : tak ada pembesaran

3

Page 4: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

JVP : 5 - 2 mmHg

7. Thorax Bentuk : simetris

Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal

Pulmo

Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi simetris

Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal

Perkusi Sonor

Batas paru-hepar :ICS

VI kanan

Sonor

Auskultasi Wheezing (-), Ronkhi

(-)

Wheezing (-), Ronkhi

(-)

Jantung

InspeksiIctus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula

kiri

PalpasiIctus cordis teraba di ICS V linea midclavicula

kiri

Perkusi Batas-batas jantung :

Atas : ICS II kiri

Kanan : linea sternalis kanan

Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen lihat status obstetric

8. Ekstremitas Atas

Kekuatan: 5 / 5, Edema : (-) / (-)

4

Page 5: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

9. Ekstremitas bawah

Kekuatan: 5 / 5, Edema : (-) / (-)

10. Status Obstetri

Muka : Kloasma gravidarum (+)

Mammae : Membesar, A/P hiperpigmentasi,

Abdomen :

Inspeksi : tidak tampak membuncit, linea mediana hiperpigmentasi,

striae(-), sikatrik (-)

Palpasi : Teraba masa janin (+)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

X. Pemeriksaan Anjuran :

Urinalisis (keton urin)

XI. Diagnosis Kerja :

G2P1 A0, Gravida 11-12 minggu dengan hiperemesis gravidarum

XII. Manajemen

a. Preventif :

- Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang

fisiologik pada kehamilan muda

- Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan

dalam jumlah kecil tetapi sering.

- Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak

- Hindari stress

5

Page 6: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

b. Promotif :

- Melakukan penyuluhan kepada warga masyarakat khususnya ibu hamil

mengenai antenatal care (ANC) serta mengadakan penyuluhan tentang

informasi mengenai hiperemesis gravidarum

c. Kuratif :

Non Medikamentosa

Istirahat yang cukup

Hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah

Melakukan senam Ibu hamil yang telah dijadwalkan oleh

puskesmas.

Medikamentosa

IVFD RL 500 cc + Neurobion 1 amp + Ondansentron 1 amp 20

gtt/menit

Antasida tab 3x1

Vitamin B6 tab 3x1

Asam folat 1x1

d. Rehabilitatif

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang

bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.

6

Page 7: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

RESEP

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas : Puskesmas Olak Kemang

Jalan : Kelurahan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi

Dokter : dr. Wedelia Sadina Putri

Tanggal : 15 Maret 2015

R/ Antasida tab 500mg no. IX

s 3 d d tab 1

R/ B 6 tab no. IX

s 3 d d tab 1

R/ Asam folat tab no. IX

s 1 d d tab 1

Pro : Ny. S

Umur : 26tahun

Alamat: RT.05 Tanjung Johor

7

Page 8: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LATAR BELAKANG

Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada

kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula

timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu

setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10

minggu.1

Pada sebagian wanita, muntah mungkin sedemikian parah sehingga timbul

masalah dehidrasi, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, dan ketosis

kelaparan hal ini disebut sebagai hiperemesis gravidarum.2

Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%

multigravida. Satu di antara seribu kehamilan, gejala ini menjadi lebih berat.

Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen

dan HCG dalam serum.1,3 Pengaruh fisiologik hormon ini belum jelas, mungkin

karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada

umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian

gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan

sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah

yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis

menentukan berat ringannya penyakit.1

Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan

minggu ke-9 sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan

berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala

berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi

hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditata laksana dengan rawat

inap.4

8

Page 9: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka

kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum

dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-

menerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu

hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi kehamilan.4

2.2 DEFENISI

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan

pada wanita harnil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan

umum menjadi buruk.5 Morning sickness dengan yang muntah terus menerus

dan asupan makanan kurang dapat menyebabkan gangguan suasana

kehidupan sehari-hari. Dalam situasi demikian disebut hiperemesis

gravidarum.6

2.3 ETIOLOGI

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan

pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga

tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomic pada

otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin.

Beberapa faktor predisposisi dan factor lain yang mungkin mempengaruhi

terjadinya hiperemesis gravidarum adalah:1,4,5,7

1. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, kehamilan

ganda akibat terbentuknya HCG yang berlebihan.

2. Faktor organik, karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi maternal

dan perubahan metabolik.

3. Faktor psikologik, seperti keretakan rumah tangga, kehilangan pekeijaan,

rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung

jawab dan lain sebagainya.

4. Faktor endokrin, seperti hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.

5. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.

2.4 PATOFISIOLOGI

9

Page 10: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari

meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester

pertama. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun

demikian mual dan muntah dapat terjadi sampai berbulan-bulan. Hiperemesis

gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada wanita muda, bila

terjadi terus menerus dapat mnyebabkan dehidrasi, dan tidak imbangnya

elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Wanita yang sebelum kehamilan

sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual,

akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.1

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan

karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi

lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis. Kekurangan cairan yang

diminum dan kehilangan cairan karena muntah mengakibatkan dehidrasi,

sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida

darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi

mengakibatkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan

berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan

berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium

sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,

menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati,

dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan

terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan dan selaput

lendir esofagus dan lambung (sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat

perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan

perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfuse atau

tindakan operatif.1

2.5 Gejala Klinik1,4,5,7,8,9,10

Batas jelas antara mual yang masih fisiologis dalam kehamilan dengan

hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita

terpengaruh sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.

10

Page 11: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke

dalam 3 tingkatan.

1) Tingkat I = ringan

Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau

makan, berat badan turan dan rasa nyeri di epigastrium; nadi sekitar 100

kali/menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering dan mata

cekung, dan urin sedikit tetapi masih normal.

2) Tingkat II = sedang

Mual dan muntah yang hebat, segala yang dimakan dan diminum

dimuntahkan menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah; lemah,

apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi cepat dan lebih

dan 100-140 kali per menit, suhu badan naik (dehidrasi), kadang ikterus

ringan, berat badan turun, mata cekung, tenkanan darah sistolik kurang dari

80 mmHg, hemokonsentrasi, oliguri, dan konstipasi. Dapat pula terjadi

asetonuria, dan dari nafas keluar bau aseton.

3) Tingkat III = berat

Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun (delirium sampai

koma), muntah berkurang atau terhenti, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi

hebat, suhu badan naik, dan tensi sangat turun, ikterus, sianosis, nistagmus,

gangguan jantung, bilirubin dan proteinuria dalam urin.

2.6 Patologi1,5,7

Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemesis

gravidarum menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh,

yang juga dapat ditemukan pada malnutrisi oleh bermacam sebab.

1. Hati : pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan

degenerasi lemak tanpa nekrosis, degenerasi lemak tersebut terletak

sentrilobuler. Kelainan lemak ini nampaknya tidak menyebabkan kematian

dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus.

2. Jantung : jantung menjadi lebih kecil dari pada biasa dan beratnya atrofi,

ini sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan

perdarahan sub-endokardial.

11

Page 12: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

3. Otak : terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti

pada encefalopati Wernicke dapat dijumpai (dilatasi kapiler dan

perdarahan kecil-kecil di daerah corpora mamilaria ventrikel ketiga dan

keempat).

4. Ginjal : tampak pucat, dan degenerasi lemak dapat ditemukan padda tubuli

2.7 DIAGNOSIS

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sulit. Harus

ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga

mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan

muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor

serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.1,8

- Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu

- Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun

pada keadaan berat, subfebris dan gangguan kesadaran.

- Pemeriksaan fisik : dehidrasi, pucat, ikterus, sianosis, berat badan

menurun : pada vaginal toucher uterus besar sesuai usia kehamilan,

konsistensi lunak: pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide).

- Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga

untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun

kehamilan molahidatitoda. .

- Pemeriksaan Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematoktrit,

benda keton dan protenuria.

- Pada keluhan hiperemesis yang berulang perlu dipikirkan untuk

konsultasi psikologi.2.8 PENCEGAHAN

Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang

kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa

takut. 5,7 pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan

12

Page 13: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu

proses yang fisiologis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara : 9

a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang

fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan

berumur 4 bulan.

b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan

dalam jumlah kecil tetapi sering.

c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan

untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat

d. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak

e. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau

terlalu dingin

f. Usahakan defekasi teratur.

2.9 PENATALAKSANAAN

- Terapi farmakologis

Obat-obatan diberikan setelah rehidrasi dan kondisi hemodinamik stabil.

Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral

pasien buruk. Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6

(piridoksin), antihistamin dan agen-agen prokinetik. American College of

Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg

piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai

farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif.

Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti

efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin,

klorpromazin menyembuhkan mual dan muntah dengan cara menghambat

postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui efek antikolinergik

dan penekanan reticular activating system.

Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron

mulai sering digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam

13

Page 14: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

kehamilan masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki

efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi

ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko

malformasi mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama

kehamilan.

Agen Dosis obat kategori

Efek sedang Keterangan

Vitamin B6(piridoksin)

10-25 mg/8 jam A Vitamin B6 atau kombinasi vitamin B6-antihistamin sebagai lini 1

Kombinasi Vit.B6-Doxylamine

25 mg/8 jam sebelum tidur, 12,5 mg pada pagi hari ditambah piridoksi 10 mg

A Sedasi

AntihistaminDoxylamineDyphenhydramineMeclizineHydroxyzineDimenhidrinatephenothiazine

12,5-25 mg/8 jam25-50 mg/8 jam25mg/1 jam50 mg/4-6 jam50-100 mg/4-6 jam

ABBCB

Gejala ektrapiramidal, sedasi

promethazine 25 mg/4-6 jam C Kerusakan jaringan berat dengan intravena. Disarankan per oral. Rectal, IM

Proclorperazine 5-10 mg/6 jam C

Antagonis DopaminMetoclopramide 10 mg/6 jam B Tardive

DyskinesiaPemberian obat> 12 minggu ↑risiko tardive dyskinesia

Antagonis reseptor serotonin

OndansentronGlukokortikoidMetilprednisolon

4-8 mg/1jam

16 mg/8 jam selama 3 hari, dosis diturunkan selama 2 minggu

B

C

Konstipasi, diare, sakit kepala, fatigue

Sedikit ↑ risiko bibir sumbingjika digunakan sebelum 10 minggu kehamilan

Jangan gunakan sebelum 10 minggu kehamilan, durasi maksimum 6 minggu

Tabel 2.1 Obat-Obatan Untuk Tatalaksana Mual dan Muntah Dalam

Kehamilan4

14

Page 15: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

- Isolasi

Penderita ditempatkan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan

peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya

dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai

muntah berhenti dan penderita mau makan. Kadang-kadang dengan

isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.1

- Terapi psikologik

Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal

dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan

faktor psikologis seperti keadaan sosioekonomi dan pekerjaan serta

lingkungan.1,5

- Cairan parenteral

Memberikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan

protein dengan glukosa 5% sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam. Pemberian

cairan untuk mengimbangi hilangnya cairan dan elektrolit, turgor kulit

cepat kembali, meningkatkan dieresis dan membuang benda keton melalui

urin. Glukosa sendiri dibutuhkan untuk metabolism umum dan

menghindari kerusakan liver lebih lanjut dan glukosa yang dipecah

menjadi energy diharapkan dapat mengurangi pembentukan badan

keton.1,10 Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya

vitamin B kompleks, vitamin C, dan bila ada kekurangan protein dapat

diberikan pula asam amino secara intravena. Dibuat daftar cairan yang

masuk dan dikeluarkan. Urine perlu diperiksa untuk mengetahui

adanya protein, aseton, klorida dan bilirubin.

Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum baik, dapat

dicoba untuk memberikan minuman dan lambat laun dapat ditambah

dengan makanan yang tidak cair.1

- Penghentian kehamilan

15

Page 16: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.

Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan

memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria, dan

perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan

demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan

untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di

satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak

boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.1

Skema : Penatalaksanaan pasien rawat jalan dengan pasien

masuk rumah sakit11

16

Fisiologi

Pemeriksaan Fisik umum-khusus Laboratorium khusus

(faal hati dan ginjal, kehamilan)

Faktor predisposisi Psikologis Gizi/anemia Hamil tidak di

inginkan hormonal

Hiperemesis gravidrum Muntah-dehidrasi (ikterus,

perdarahan retina, oliguria, muntah berdarah

Fisik (lidah kering, dehidrasi, BB turun, TD turun, nadi naik)

Kesadaran menurun, ensefalopati Wernicke

Gangguan faal alat vital

Pengobatan Antimuntah Antialergi Vitamin (B kompleks,

vit E, elkana/kalsium)

Pengobatan berhasil Pengawasan hamil Nasihat diet Vaksinasi II USG 2-3 kali Konsul-rujukan

Pengobatan Masuk RS isolasi psikologis Rehidrasi (glukosa, vit. B

komplek, vit.C Obat (sedative, antimuntah) Mobilisasi Diet ringan Konsul rujukan

Keluhan ringan

Kaki kram Emesis Gravidarum

Persalinan : Partograf WHO Persalinan dengan kesehatan

ibu dan bayi optimal

Pengobatan gagal Terminasi kehamilan dengan

indikasi medis

Page 17: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

2.10. KOMPLIKASI

Beberapa kasus melaporkan bahwa komplikasi pada hiperemesis

gravidarum adalah sebagai berikut:3

a. Ruptur esofagus dan perforasi

b. Pneumothorak bilateral dan pneumomediastinum

c. Wernick Ensefalopati akibat defisiensi tiamin , kebutaan

d. Epistaksis berat akibat koagulopati defisiensi vitamin K

e. Laserasi Mallory Weiss

f. Kejang, koma atau kematian

2.11 PROGNOSIS

Dengan penanganan yang baik, prognosis hiperemesis gravidarum

sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat sembuh sendiri, namun

demikian pada tingkatan yang berat dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

Jarang sekali menyebabkan kematian atau memaksa kita melakukan abortus

therapeuticus. 1,12

17

Page 18: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

BAB III

ANALISIS KASUS

Telah dilaporkan seorang pasien wanita umur 26 tahun dengan diagnosa

G2P1A0 gravid 11-12 minggu + Hiperemesis gravidarum. Diagnosa ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.

Dari anamnesis didapatkan sejak 2 hari ini pasien merasakan mual dan

muntah yang makin lama makin hebat sehingga pasien menjadi lemah dan

mengganggu aktivitas sehari-hari. Dari pemeriksaaan fisik didapatkan tekanan

darah 100/80 mmHg, nadi 88x/menit, nafas 20 x / menit. Pada pasien ini tidak

ditemukan tanda-tanda dehidrasi yang dapat diakibatkan oleh muntah-muntah

yang hebat. Diagnosis hiperemesis gravidarum pada pasien ini ditegakkan karena

ditemukan pasien datang dengan keluhan muntah >5x/hari, pasien tampak lemah,

nadi cepat, tekanan darah menurun.

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah Os, dapat

disimpulkan bahwa keadaan/ kondisi rumah Os tidak mempengaruhi atau

memperberat penyakit yang diderita oleh Os saat ini.

Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar pada kasus ini, diagnosis

penyakit pada Os ini tidak ada kaitannya terhadap lingkungan disekitarnya, karena

penyakit Os ini bukan penyakit berbasis lingkungan.

3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan lingkungan keluarga dan hubungan

keluarga

Diagnosis penyakit Os saat ini tidak berhubungan langsung dengan

keadaan keluarga. Tetapi hubungan keluarga memiliki peranan dalam

perkembangan penyakit Os. Dikarenakan penyakit pasien berhubungan dengan

faktor psikologik, seperti keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa

18

Page 19: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan lain

sebagainya.

3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan

lingkungan sekitar

Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

perilaku kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Diantara faktor –

faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan

individu maupun keluarga sangatlah besar.

Lingkungan rumah dan lingkungan disekitar rumah Os tidak memberikan

pengaruh terhadap terjadinya penyakit pada Os. Hal tersebut menunjukkan

lingkungan rumah dan sekitarnya tidak memiliki peranan terhadap perkembangan

penyakit yang di derita oleh pasien.

3.4 Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada

pasien ini

Beberapa etiologi dan factor predisposisi hiperemesis gravidarum ini

antara lain primigravida, faktor psikologis, umur muda. Pada pasien ini hamil

anak pertama. Walaupun adanya masalah psikologis dalam diri pasien disangkal

dari anamnesa, faktor psikologis sebagai salah satu faktor predisposisi penting

belum bisa disingkirkan, karena perlu pendekatan yang komprehensif untuk

menggali hal ini lebih dalam.

3.5 Analisis untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan

dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini

Untuk mengurangi mual muntah pada pasien ini disarankan agar istirahat

yang cukup, hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah. Melakukan

senam Ibu hamil yang telah dijadwalkan oleh puskesmas.

Memberikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,

normal dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan

faktor psikologis seperti keadaan sosioekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.

19

Page 20: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

Secara farmakologi diberikan obat antasida tablet 3x1 diberikan untuk

mengatasi nyeri ulu hati, merupakan golongan antihistamin H2 yang bekerja

menghambat histamin menghasilkan asam lambung dengan menduduki reseptor

H2 pada sel parietal lambung. Asam Folat 1x1 tab dan B6 3x1.

20

Page 21: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro, Hanifa, dkk. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga , Cetakan

Kedelapan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006.

2. Cunningham, dkk. Obstetri Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta:EGC. 2012.

3. Cunningham, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Volume 1. Jakarta:EGC. 2005.

4. Gunawan, Kevin, dkk. Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum.

Vol: 61. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2011. Available

at : http://www.indonesia.digitaljournals.org//index.php/.

5. Mochtar Rustam, Dr, Prof, Sinopsis Obstetri, Edisi Ke-2, Jilid I, Jakarta 1998.

6. Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 2009.

7. Mochtar Rustam, Dr, Prof, Sinopsis Obstetri I. Jakarta : EGC. 1989.

8. Winkjosastro, Hanifa, dkk. Ilmu Kebidanan, Edisi keempat , Cetakan

Ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2008.

9. Hyperemesis Gravidarum. Jurnal kesehatan. 2011. Available at. http :// jurnal

kesehatanmu.blogspot.com/2009/07/hiperemesis-gravidarum.html.

10. Manuaba, IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007.

11. Manuaba. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi ke-2.

Jakarta: EGC, 2003.

12. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Padjadjaran Bandung. Edisi 1984. Elstar Offset: Bandung.

21

Page 22: Lapsus Hiperemesis Gravidarum

LAMPIRAN

22