laporan telur baru
DESCRIPTION
LAPORAN TELUR BARUTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi tinggi
karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia
seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak, vitamin, mineral, serta
memiliki daya cerna yang tinggi. Telur merupakan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Hal ini ditandai dengan rendahnya zat yang tidak dapat diserap setelah telur
dikonsumsi. Akan tetapi disamping bernilai gizi tinggi, telur juga mempunyai sifat
yang kualitasnya mudah rusak .Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu tindakan atau
usaha-usaha bidang teknologi kualitas dan penanganan pasca produksi telur .
Tindakan ini penting agar produksi telur yang dicapai dengan segala usaha ini dapat
sampai ke konsumen dengan kualitas yang masih tetap baik (Sulistiati, 2003).
Telur merupakan sumber protein yang sangat diperlukan oleh tubuh. Telur
juga sering digunakan sebagai bahan baku ataupun bahan tambahan dalam
pengolahan suatu makanan karena telur mempunyai suatu sifat khusus yaitu sifat
fungsional. Yang dimaksud dengan sifat fungsional itu adalah sekumpulan sifat yang
terkait dengan pembuatan produk pangan selain mutu gizi yaitu mutu pangan yang
memengaruhi penggunannya. Sifat-sifat yang terkait ini adalah daya koagulasi, daya
emulsi, kontrol kristalisasi, daya buih, pemberi warna, aroma dan pemberi cita rasa.
Komponen pokok telur adalah putih telur (albumen), kuning telur (yolk), dan
kulit telur (egg shell). Masing masing mempunyai persentase berat yang berbeda
yaitu kulit telur 11%, putih telur 58% dan kuning telur 31%. Dari ketiga komponen
itu jelaslah berat putih telur lebih mendominasi dibandingkan kuning telur ataupun
cangkangnya.
Kulit telur (cangkang) biasanya didominasi oleh garam yaitu kalsium karbonat
(CaCO3) yang apabila dibakar akan menghasilkan kalsium hidroksida (Ca(OH)2)
yang berguna untuk campuran rempeyek, menyirih, dan campuran buah dalam sirup.
Telur unggas biasanya halus, kuat dan berkapur. Faktor-faktor yang pempengaruhi
1
ketebalan kulit telur antara lain sifat turun-temurun dari induknya, musim/cuaca
pembuahan, makanan induk dan faktor fisiologi lain. Contohnya ayam yang
mendapat makanan dengan kandungan kalsium (Ca) yang cukup banyak akan
menghasilkan telur dengan kulit yang lebih tebal.
Putih telur merupakan bagian terbesar dari komponen telur lainnya.
Komponen yang biasa disebut albumenini menjadi sumber protein untuk berat
keringnya. Namun, albumen tidak dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah karena
mengandung protein antigizi seperti avidin (protein yang dapat menurunkan
ketersediaan biotin yang merupakan salah satu golongan vitamin B kompleks)
dan ovomusin (jenis protein yang dapat menurunkan ketersediaan tripsin yang
merupakan salah satu golongan asam amino esensial). Walaupun di dalam putih telur
mengandung lysozyme yang dapat melarutkan dinding sel bakteri namun resiko
berbahaya yang mengancam tubuh jauh lebih besar sehingga harus dihindari
pengonsumsian putih telur dalam keadaan mentah.
Yolk atau yang biasa disebut kuning telur merupakan penyuplai kolesterol
terbesar dari komponen telur lainnya. Terbukti dari kandungan kolesterolnya yang
paling tinggi yaitu 1602 mg jika dibandingkan dengan putih telur yang tidak
mengandung kolosterol (0 mg) ataupun campuran putih dan kuning telur yaitu
sebesar 548 mg.
Dilihat dari kasat mata ukuran telur puyuh lebih kecil dari telur ayam maupun
telur itik. Namun, secara umum komposisi kimia telur yang dihasilkan dari ayam, itik
maupun puyuh kurang lebih sama karena kandungan kadar airnya yang relatif sama.
Berikut adalah tabel yang menjelaskan lebih rinci mengenai komposisi kimia telur
pada ayam, itik dan puyuh.
Hewan Kadar air Protein Lemak Karbohidrat Abu(%)
2
(%) (%) (%) (%)
Ayam 73.7 12.9 11.5 0.9 1.0
Itik 70.4 13.3 14.5 0.7 1.1
Puyuh 73.7 13.1 11.1 1.0 1.1
(Tien Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Umumnya telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2
minggu di ruang terbuka. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang tampak dari
luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama
berupa kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam isi
telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena keluarnya uap
air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih telur encer sehingga
kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat pula disebabkan oleh masuknya
mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih berada dalam tubuh induknya.
Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran yang menempel pada kulit telur.
Cara mengatasi dengan pencucian telur sebenarnya hanya akan mempercepat
kerusakan. Jadi pada umumnya telur yang kotor akan lebih awet daripada yang telah
dicuci. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan
kelembaban ruang penyimpanan.
I.2 Tujuan
Menetapkan sifat fisik beberapa jenis telur (ayam, itik, dan puyuh)
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain
daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis
unggas, seperti ayam, bebek, dan angsa. Telur merupakan bahan makanan yang
sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein
mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap
dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur
mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga
berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk
bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir
semua orang membutuhkan telur (Anonim, 2005).
(Suprapti, 2006) mengatakan bahwa banyak jenis telur unggas yang dapat kita
jumpai di sekitar kita. Namun secara umum, ada 5 macam telur unggas yang paling
sering dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu telur ayam kampung, ayam ras,
itik/bebek, entok, dan puyuh. Telur ayam kampung, umumnya berwarna putih atau
putih kecoklatan, dengan berat berkisar antara 25 g - 35 g per butir.
1. Telur ayam negeri / ras, umumnya berwarna coklat pastel hingga
coklat merah, dengan berat berkisar antara 50 g – 70 g per butir.
2. Telur itik / bebek, umumnya berwarna biru hijau, dengan berat
berkisar antara 70 g – 80 g per butir.
3. Telur entok, umumnya berwarna putih, dengan berat berkisar antara
70g – 80 g per butir.
4. Telur puyuh, umumnya berwarna putih bertotol-totol coklat
kehitaman, dengan berat 10 g per butir.
Telur ayam terdiri dari sebuah sel reproduktif seperti pada mamalia. Pada
ayam, sel telur tersebut dikelilingi oleh kuning telur (yolk), albumen, membran
kerabang, kerabang dan kutikula. Kerabang pada telur terbuat dari bahan CaCO3 atau
kalsit (Suprijatna et al., 2005). Komponen penyusun telur adalah cangkang (kulit
telur), membran putih telur, membran kuning telur dan kuning telur. Warna telur
4
dipengaruhi oleh zat warna yang dikumpulkan dalam kerabang pada saat
penbentukan di dalam uterus (Syarief dan Irawati, 1990).
Berat telur ayam sesuai dengan ayamnya. Telur tidak boleh terlalu berat
ataupun terlalu kecil (daya penetasannya amat rendah). Beratnya tidak boleh kurang
dari 42 gram dan tidak boleh lebih dari 70-80 gram. Keseimbangan berat telur dan
berat badan anak ayam adalah tetap adanya (Sudaryani, 1996). Berat telur yang baik
adalah sekitar 50-60 gram tidak boleh terlalu berat atau terlalu ringan. Telur harus
berasal dari induk yang umurnya sudah lebih dari satu tahun, karena telur sudah
cukup besar. Telur yang kecil akan menghasilkan ayam yang kecil juga (Dwiyanto
dan Prijono, 2007).
Telur ayam ras, kulitnya ada yang berwarna coklat dan ada yang berwarna
putih. (Hadiwiyoto, 1993). Variasi warna telur dipengaruhi oleh genetik dari
induknya masing-masing. Warna telur adalah warna kerabang telur tersebut. Pigmen
yang dihasilkan di uterus pada saat kerabang diproduksi bertanggung jawab pada
warna (Suprijatna et al., 2005).
Telur itik merupakan hasil pertama yang diperoleh dari ternak itik selain
dagingnya. Telur itik berukuran hampir sama dengan ukuran telur ayam dan
kandungan gizi nya pun hampir sama. Akan tetapi, telur itik kulitnya berwarna biru,
biru muda serta biru tua (Samosir, 1993). Telur itik biasanya berukuran besar, warna
kulitnya hijau kebiruan. Kandungan gizi pada telur itik hampir sama dengan
kandungan gizi telur ayam, akan tetapi pada telur itik mudah sekali menyerap air dan
kotoran (Rasyaf, 1994).
Berat telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetik, umur,
induk, pakan dan tingkat dewasa kelamin induk (Hardjosubroto, 1994). Berat telur
itik yang normal adalah antara 65-75 gram (Srigandono, 1996).
Telur itik, kulitnya ada yang berwarna biru, biru muda dan biru tua (Rasyaf,
1994). Warna telur dipengaruhi oleh genetik dari induknya. Warna telur adalah warna
kerabang telur tersebut. Pigmen yang dihasilkan di uterus pada saat kerabang
diproduksi bertanggung jawab pada warna (Suprijatna et al., 2005).
5
Telur burung puyuh berbeda dengan telur-telur unggas lain, sebab telur puyuh
mempunyai warna yang bermacam-macam yaitu bercak hitam, coklat dan biru
(Nugroho, 1990). Burung puyuh mulai bertelur pada umur 42 hari, produksi telurnya
dapat mencapai 250 – 300 butir pertahun dengan bobot sekitar 10 gram per butir
(Rasyaf, 1991).
Berat telur puyuh bervariasi yakni antara 10-15 gram. Berat telur puyuh yang
terberat adalah 10,8 gram pada periode pertelur 28 minggu (Nugroho, 1990). Telur
yang dihasilkan oleh induk yang masih muda biasanya lebih ringan dan ukurannya
lebih kecil, dan memerlukan waktu relatif lebih lama untuk mencapai standar berat
normal dari pada induk yang lebih tua (Sudaryani, 1996).
Warna telur burung puyuh bermacam-macam, yaitu coklat tua, biru, putih dan
kekuning-kuningan, dengan bercak-bercak hitam, coklat dan biru. Pigmen dari kulit
telur puyuh berasal dari oopophyrin dan billiverdin (Nugroho, 1990). Variasi warna
telur dipengaruhi oleh genetik dari induknya masing-masing. Warna telur adalah
warna kerabang telur. Pigmen yang dihasilkan di uterus bertanggung jawab pada
warna telur (Suprijatna et al., 2005)
Kualitas telur ditentukan oleh dua faktor yakni kualitas luarnya berupa kulit
cangkang dan isi telur, faktor luar meliputi bentuk, warna, takstur, keutuhan dan
kebersihan kulit. sedangkan faktor isi telur meliputi kekentalan putih telur, warna
serta posisi kuning telur dan ada tidaknya noda-noda pada putih dan kuning telur
(Sarwono, 1985).
Dalam kondisi baru, kualitas telur bagian luar tidak banyak mempengaruhi
kulitas bagian dalamnya. Jika telur tersebut dikonsumsi langsung, kualitas telur
bagian luar tidak menjadi masalah, tetapi jika telur tersebut akan disimpan atau
diawetkan, maka kualitas kulit telur harus diperhatikan. Kualitas kulit yang rendah
sangat berpengaruh terhadap keawetan telur. Kualitas isi telur tanpa perlakuan khusus
tidak dapat dipertahankan dalam waktu yang lama. Dalam suhu ruang, telur akan
mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari dua minggu. Kerusakan ini
biasanya tidak mengumpul lagi. Daya simpan telur amat pendek, maka perlu
perlakukan khusus jika akan disimpan lebih lama, terutam dalam bentuk segara. Salah
6
satu cara memperpanjang kesegaran telur adalah dengan mengawetkannya.
Pengawetan telur segar ini berguna untuk mengatasi saat harga telur rendah, sehingga
peternak tidak mengalami kerugian (Kastaman,dkk, 2005).
7
BAB III
MATERI DAN METODE
III.1 Materi
1. Alat
- Timbangan
- Sendok
- Cawan petri besar
2. Bahan
- Telur ayam
- Telur itik
- Telur puyuh
III.2 Metode
8
Diamati warna jenis telur (utuh)
Ditimbang dan di rata-rata kisaran beratnya
Telur dipecah diatas cawan petri besar
Bagian putih telur di pisahkan dari kuning telur
Masing-masing bagian ditimbang
9
Dihitung presentasenya terhadap telur utuh
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil pengamatan
No. SIFAT FISIK TELUR AYAM TELUR ITIK TELUR PUYUH
1. Warna bagian-
bagian telur
Kuning telur tidak
bulat/pecah
Warna kulit biru
telur asin
Warna kulit putih
ada bintik hitam
Putih telur sudah
kental
Bentuk lonjong Ukuran lebih kecil
disbanding 2 telur
lainnya
Kantung udara
lumayan besar
Bau normal Kuning telur
warnanya orange
Warna kuning telur
baik
Warna kulit agak
kusam ada warna
hitamnya
Kuning telur
bentukny
utuh/bulat
Warna kulit cream Putih telur kental
sekali
Putih telurnya
encer
Bau normal
Ada bintik di kulit Kuning telurnya
tidak terlalu
orange
Bentuk lonjong Kantung udara
lumayan besar
Bau normal
2. Berat utuh
(g) :100%
62,79 62,15 9,67
3. Berat albumen 64,14 41,01 47,05
10
(g) :100%
4. Berat yolk
(g) :100%
24,23 45,33 33,20
IV.2 Perhitungan
3. Berat albumen
Telur ayam
Berat putih telurBerat telur
x 100% =
40,2462,79
x 100% = 64.137 ~ 64.14%
Telur itik
Berat putih telurBerat telur
x 100% =
25,4962,15
x 100% = 41.01%
Telur puyuh
Berat putih telurBe rat telur
x 100% =
4,559,67
x 100% = 47.05%
4. Berat yolk
Telur ayam
Berat kuningtelurBerat telur
x 100% =
15,2262,79
x 100% = 24.23%
Telur itik
Berat kuningtelurBerat telur
x 100% =
28,1762,15
x 100% = 45.325% ~ 45.33%
11
Telur puyuh
Berat kuningtelurBerat telur
x 100% =
3,219,67
x 100% = 33.195% ~ 33.20%
IV.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, penulis mengamati sifat fisik telur beberapa unggas
(ayam, itik, puyuh) yang dilihat dari warna bagian-bagian telur, berat utuh (100%),
beratalbumen, dan berat yolk.
Setelah melakukan praktikum, didapatkan hasil pengamatan tentang sifat fisik
masing- masing telur unggas. Untuk telur ayam, bagian cangkangnya berwarna
cokelat muda dan berat utuh sebesar 62.79 gram dengan perbandingan persentase
berat albumen dan berat yolk adalah 64.14% dan 24.23%. Kemudian untuk telur itik
yang cangkangnya berwarna biru muda, berat utuh telurnya lebih kecil dari berat telur
ayam yaitu 62.15 gram dengan perbadingan persentase berat albumen dan
berat yolk sebesar 41.01% dan 45.33%. Sedangkan telur puyuh yang umumnya
bercangkang bercak-bercak hitam cokelat mempunyai berat utuh yang paling kecil
dibandingkan telur ayam maupun telur itik yaitu 9.67 gram dengan persentase
perbandingan beratalbumen dan berat yolk sebesar 47.05% dan 33.20%.
Perbedaan warna pada telur ayam,itik dan puyuh disebabkan adanya
penambahan pigmen pada kerabang selama ada di uterus, yang memberikan warna
kulit menjadi putih , kecoklatan, kehijauan atau bintik-bintik hitamyang berkorelasi
dengan pernyataan dari Suprijatna et al. (2005) mengenai warna telur adalah warna
kerabang telur tersebut. Pigmen yang dihasilkan di uterus pada saat kerabang
diproduksi bertanggung jawab pada warna Ada dua pigmen utama yang paling
berperan yaitu porphyrins yang berasal dari hemoglobin yang responsif untuk
menghasilkan warna kulit telur yang kecoklatan itu. Kemudian sianin yang responsif
untuk menghasilkan warna kulit telur biru atau hijau (pada kulit telur itik, bebek dan
sejenisnya). Kedua pigmen ini berasal dari pigmen darah hemoglobin.
12
Hasil praktikum yang telah didapatkan menunjukkan relasi yang konkret
dengan referensi yang ada. Terbukti bahwa rata-rata perbandingan albumen, yolk dan
cangkang telur kurang lebih sekitar 58% : 31% : 11%.
Selain itu, hasil praktikum juga relevan dengan berbagai sumber referensi
mengenai berat telur masing-masing unggas. Seperti yang telah dikemukakan oleh
Sudaryani (1996) bahwa berat telur ayam tidak boleh kurang dari 42 gram dan tidak
boleh lebih dari 70-80 gram relevan dengan hasil percobaan yang dilakukan terhadap
penimbangan telur ayam yaitu sebesar 65.61 gram. Kemudian Hadiwiyoto (1993)
menyatakan bahawa telur ayam ras, kulitnya ada yang berwarna coklat dan ada yang
berwarna putih. Pernyataan itu juga relevan dengan hasil pengamatan yang dilakukan
yaitu warna telur ayam yang coklat dan sedikit ada warna putihnya.
Pernyataan telur itik yang kulitnya berwarna biru, biru muda serta biru tua
disampaikan oleh Samosir (1993) memang terbukti benar setelah dilakukan
pengamatan pada cangkang kulit telur itik.
Berat telur burung puyuh sekitar 10-15 gram merupakan pernyataan dari
sebuah buku karangan Nugroho (1990). Namun dalam percobaan ini hasil timbangan
telur puyuh adalah 8.89 gram. Hal ini dikarenakan telur puyuh yang ditimbang belum
memenuhi umur yang tepat (28 minggu) atau bisa jadi pertumbuhan perkembangan
telur yang kurang baik karena kurang nutrisi yang cukup. Untuk warna dari telur
puyuh sendiri memang benar bercak-bercak hitam seperti yang pernah diungkapkan
Nugroho (1990) dalam bukunya.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengamatan mengenai
sifat fisik beberapa jenis telur unggas sebagai berikut
1. Warna cangkang telur ayam adalah cokelat muda dan berat utuhnya sebesar 62.79
gram dengan perbandingan albumen dan yolk adalah 40.24 gram : 15.22 gram.
Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan persentase berat albumen dan yolk dengan
perbandingan 64.14% : 24.23%.
2. Warna cangkang telur itik adalah biru muda dan berat utuhnya sebesar 62.15 gram
dengan perbandingan albumen dan yolk adalah 25.49 gram : 28.17 gram. Setelah
dilakukan perhitungan, didapatkan persentase berat albumen danyolk dengan
perbandingan 41.01% : 45.33%.
3. Warna cangkang telur puyuh adalah bercak-bercak hitam cokelat dan berat utuhnya
sebesar 9.67 gram dengan perbandingan albumen dan yolk adalah 4.55 gram : 3.21
gram. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan persentase berat
albumen dan yolk dengan perbandingan 47.05% : 33.20%.
V.2 Saran
14
Saran untuk praktikum sayuran dan buah-buahan ini, diharapkan asisten lebih
mengawasi praktikan agar pelaksaan praktikum berjalan sesuai dengan ketentuan
serta agar hasilnya sesuai dengan referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Telur. Dalam : Paket industri pangan. Bogor : Pusbangtepa-IPB, s.a.
Hal. 4
Dwiyanto, K dan Prijono, N. 2007. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati. Garaha
Ilmu, Yogyakarta.
Hadiwiyoto, S. 1993. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging Dan Telur. Liberty,
Yogyakarta.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. Gramedia
Wrdiasarana Indonesia, Jakarta.
Kastaman, Roni., Susdaryanto dan Nopianto, Budi H. 2005. Kajian Proses
Pengasinan Telur Metode Reverse Osmosis Pada Berbagai Lama Perendaman.
Jurnal Teknik Industri Pertanian 19.
Nugroho, E dan I. G. K. Mayun. 1990. Budidaya Burung Puyuh. Eka Offset,
Semarang.
Rasyaf, M. 1991. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta.
Srigandono, B. 1996. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sarwono, B; A. Murtidjo dan A. Daryanto. 1985. Telur : Pengawetan dan
manfaatnya. Jakarta : Penebar Swadaya, 73 hal.
Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya.
15
Sulistiati. 2003. Pengaruh Berbagai Macam Pengawet dan Lama Penyimpanan
terhadap Kualitas Telur Konsumsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor .
Suprapti, M.L. 2006. Pengawetan Telur. Kanisius. Yogyakarta.
Suprijatna, E. et al. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syamsir, E. 1993. Studi Komparatif Sifat Mutu dan Fungsional Telur Puyuh dan
Telur Ayam Ras. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syarief, R dan Irawati. 1990. Pengetahuan Bahan Pangan untuk Industri Pertanian.
PT. Medratama Sarana Prakasa, Jakarta.
Tien R. Muchtadi dan Sugiyono. 1992, Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU
Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
16
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PANGAN (GZW 124)
ACARA VI
SUSU
KELOMPOK 3
Penanggungjawab :
Meydina Wijayanti G1H012020
17
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PRODI ILMU GIZI
PURWOKERTO
2013
LAMPIRAN
No. Gambar keterangan
1.
Pemisahan antara albumen
dengan yolk
1.
Kuning telur itik saat
ditimbang
18
2.
Kuning telur ayam saat
ditimbang
3.
Kuning telur puyuh saat
ditimbang
4.
Putih telur ayam saat
ditimbang
5.
Putih telur itik saat
ditimbang
19
6.
Putih telur puyuh saat
ditimbang
20