laporan praktikum mtu pengukuran indeks telur (engki zelpina e10010038)

22
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan begizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Dalam perkembangannya, telah banyak dilakukan teknik pengolahan telur untuk meningkatkan daya tahan serta kesukaan konsumen. Telur adalah bahan makanan yang sempurna, mengandung berbagai zat yang penting bagi pertumbuhan makhluk hidup. Bahan makanan ini bernilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan asam amino yang lengkap. Namun demikian, telur mudah mengalami kerusakan baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologi. Masa simpan telur pada penyimpanan suhu ruang adalah 10 – 14 hari (SYARIEF dan HALID, 1992). Penurunan mutu telur ini dapat diantisipasi dengan melakukan suatu tindakan pengawetan. Pengawetan telur pada dasarnya adalah untuk mencegah penguapan air dan CO2 dari isi telur melalui pori-pori kulit telur, serta mencegah berkembangnya mikroorganisme dalam telur. Perubahan sifat telur utuh dapat dibedakan atas dua macam yaitu perubahan luar dan perubahan dalam (ROMANOFF, 1963). Maka dengan ini kita harus mengetahui kualitas

Upload: fauzan-be

Post on 05-Dec-2014

705 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber

protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan begizi tinggi.

Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Dalam

perkembangannya, telah banyak dilakukan teknik pengolahan telur untuk

meningkatkan daya tahan serta kesukaan konsumen. Telur adalah bahan makanan

yang sempurna, mengandung berbagai zat yang penting bagi pertumbuhan makhluk

hidup. Bahan makanan ini bernilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan asam

amino yang lengkap. Namun demikian, telur mudah mengalami kerusakan baik

secara fisik, kimia, maupun mikrobiologi. Masa simpan telur pada penyimpanan suhu

ruang adalah 10 – 14 hari (SYARIEF dan HALID, 1992). Penurunan mutu telur ini

dapat diantisipasi dengan melakukan suatu tindakan pengawetan. Pengawetan telur

pada dasarnya adalah untuk mencegah penguapan air dan CO2 dari isi telur melalui

pori-pori kulit telur, serta mencegah berkembangnya mikroorganisme dalam telur.

Perubahan sifat telur utuh dapat dibedakan atas dua macam yaitu perubahan luar dan

perubahan dalam (ROMANOFF, 1963). Maka dengan ini kita harus mengetahui

kualitas telur. Kualitas telur telah didefinisikan sebagai sifat dari setiap makanan yang

diberikan yang memiliki pengaruh pada penerimaan atau penolakan terhadap

makanan ini oleh konsumen.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat yang diperoleh dari praktikum manajemen ternak

unggas yang berjudul pengukuran kualitas telur adalah kita dapat mengetahui kualitas

telur dari berbagai perlakuan yang dilakukan didalam ransum ayam tersebut dan

dapat mengetahui perbedaan telur dari perlakuan tersebut.

Page 2: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

MATERI DAN METODA

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Manajemen Ternak Unggas ini dilaksanakan pada selasa tanggal

13 September 2012 jam 2.30 sampai selsai yang bertempat diLaboratorium bersama

Universitas Jambi .

2.2 Materi

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Alat

yang digunakan adalah timbangan individual egg scale dan digital, official egg air

cell gauge, candler, meja kaca, tripod micrometer, micrometer, jangka sorong,

jangka sorong, egg quality slide rule, spatula, yolk colour fan, tabel standar kualitas

USDA. Bahan yang digunakan adalah empat butir telur baru (P1 0, P1 10, P1 20, P1

30).

2.3 Metoda

Secara Eksterior

Masing-masing telur ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan

digital dan individual egg scale. Indeks telur diukur dengan membagi ukuran lebar

telur dengan panjang telur (indeks telur = Lebar Telur/Panjang Telur). Kemudian

kelas telur ditentukan berdasarkan bentuk, kebersihan dan keutuhan dibandingkan

dengan tabel standar USDA.

Page 3: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

Secara Interior

Kerabang telur dipecahkan beserta selaputnya di atas meja kaca. Tinggi

albumen (H) diukur dengan menggunakan tripod micrometer dalam satuan mm.

kuning telur diamati dan dibandingkan dengan score yang ada pada yolk colour fan.

Kualitas ditentukan secara visual dan dibandingkan dengan standar. Keadaan kuning

telur dan putih telur diamati dari noda. Satuan kualitas telur dihitung berdasarkan HU

(Haugh Unit) yaitu dengan cara menggunakan alat egg slide rule dan dengan rumus

HU= 100 log (H + 7,57 – 1,7.W0,37) . Kerabang bagian tengah, ujung runcing dan

ujung tumpul diukur tebalnya.

Page 4: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan kualitas interior dan eksterior telur dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

No PARAMETER TELUR

P1 0

TELUR

P1 10

TELUR

P1 20

TELUR

P1 30

I Berat telur (w)(gr) 62 62 64 62

Berat kuning telur 17 20 17 18

Berat putih telur 34 39 38 36

Berat kerabang telur 7, 017 7, 190 7, 23 6, 612

ii Lebar (diameter telur)(cm) 42, 71 43, 63 43, 02 42, 63

Panjang telur(cm) 55, 89 58, 79 57, 12 59, 50

Indeks bentuk telur 0, 76 0, 74 0, 75 0, 71

iii Tinggi albumen tertinggi(mm) 5, 29 4, 02 6, 87 5, 36

Tinggi albumen terendah (mm) 2, 83 2, 89 2, 74 1, 58

Rata- rata tinggi albumen (mm) 4, 06 3, 45 4, 81 3, 47

Haught Unit 70, 24 57, 63 81, 42 40, 84

IV Lebar albumen terpanjang (mm) 137, 49 146, 29 146, 25 142, 39

Lebar albumen terpendek(mm) 118, 08 99, 8 45, 50 131, 52

Rata- rata 127, 78 122, 73 95, 87 136, 95

Albumen indeks 0, 03 0, 03 0, 05 0, 03

V Tinggi kuning telur(mm) 5, 93 6, 88 4, 83 5, 40

Lebar kuning telur(mm) 45, 14 42, 14 26, 83 43, 66

Yolk indeks= tinggi ; lebar 0, 13 0, 16 0, 18 0, 12

VI Indek warna telur 5 8 5 8

VII Tebal kerabang telur pengukuran I(mm) 0, 35 0, 42 0, 50 0, 34

Page 5: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

Tebal kerabang pengukuran II(mm) 0, 39 0, 40 0, 46 0, 42

Tebal kerabang pengukuran III(mm) 0, 36 0, 44 0, 43 0, 43

Rata- rata 0, 37 0, 42 0, 46 0, 40

VIII Diameter Air Cell(kantong udara) mm 16, 28 18, 01 20, 69 21, 24

Kedalaman Air Cell(kantong udara) mm 5, 25 6, 21 5, 98 6, 43

Klasifikasi telur konsumsi dilakukan untuk memudahkan konsumen memilih

sesuai kebutuhan. Klasifikasi telur berdasarkan faktor kualitas dan berat. Faktor

kualitas secara eksterior difokuskan pada kebersihan kulit, tekstur dan bentuk telur.

Sedangkan kualitas inetrior mengacu pada putih telur (albumen) kebersihan dan

viskositas, ukuran sel udara, bentuk kuning telur dan kekuatan kuning telur.

Dalam data yang disajikan, Berat telur rata- rata 62, 5 gram hal ini sesuai

dengan pendapat Yoruk et al. (2004), menyatakanbahwa produksi telur ayam ras rata-

rata 63,7 – 70,0 % gram/butir. dengan indek telur rata-rata 0,74 Butcher dan Miles

(2003) menyebutkan, semakin tinggi indeks telur maka kualitas telur semakin baik.

Bentuk telur adalah oval, dan tedapat bagian lancip dan tumpul pada kedua ujungnya.

Berat telur yang berbeda dipengaruhi oleh  beberapa faktor yaitu umur, pakan, dan

genetik

Untuk kualitas kerabang, banyak faktor yang berkaitan dengan kualitas

kerabanga meliputi kecukupan gizi ternak, masalah kesehatan ternak, manajemen

pemeliharaan, serta kondisi lingkungan peternakan. Kerabang telur mengandung

sekitar 95% kalsium dalam bentuk kalsium karbonat dan sisanya seperti magnesium,

fosfor, natrium, kalium, seng, besi, mngan, dan tembaga (Gary et al, 2009). Tebal

rata-rata setiap bagian lancip, tengah dan tumpul kerabang telur baru adalah 0,40;

0,43;dan 0,47 mm  lebih tebal dari tebal kerabang telur lama yaitu 0.43; 0,33, dan

0,30 mm. Telur yang lebih kecil memiliki kerabang lebih kuat dan tebal daripada

Page 6: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

yang lebih besar. Ayam memiliki capacity to deposit calcium in the shell and as a

result, the same amount of calcium iskapasitas terbatas untuk deposit kalsium di

kerabang dan sebagai hasilnya, jumlah kalsium spread over a larger area (Butcher and

Miles, 2003a).tersebar di area yang lebih luas (Butcher dan Miles, 2003). Penurunan

kualitas interior diketahui dengan menimbang bobot telur atau meneropong ruang

udara (air cell) dan dengan memecah telur untuk diperiksa kondisi kuning telur, putih

telur (HU). Pada bagian ujung yang tumpul terdapat kantung udara. Menurut Gary et

al (2009), kantung udara merupakan indikator umur atau mutu telur, karena

ukurannya akan membesar dengan meningkatnya umur simpan. Perubahan suhu

lingkungan dalam telur ketika berada dalam tubuh induk (sekitar 40°C) dan suhu luar

(sekitar 27°C) akan mengakibatkan lapisan membran bagian luar dan dalam tidak

melekat satu sama lain. Penguapan air meningkat diantara membran  luar yang

menempel pada kerabang sedangkan membran dalam penempel pada albumen yang

mengkerut dan menyebabkan kantung udara membesar.

Telur yang segar memiliki putih telur yang kental yang berarti tebal, bila

diukur setelah telur tersebut dipecahkan. Ada empat jenis putih telur. cell membrane.

Bagian luar berwarna putih tipis adalah lapisan dengan sedikit cairan sebelah selaput

membran. albumen. Bagian luar berwarna putih tebal adalah gel yang membentuk

pusat albumen. yolk. Bagian dalam berwarna putih tipis adalah lapisan cairan

terletak di sebelah kuning telur. Membran yolk.Bagian putih tebal (lapisan

chalaziferous) berbentuk padat berupa kapsul fibrosa albumen yang terletak sekitar

membran kuning telur. Kapsul fibrosa mempunyai serat yang mengikat pada setiap

ujung di chalazae, yang berputar dalam arah yang berlawanan dan berfungsi untuk

menjaga kuning telur tetap terpusat.. Selama penyimpanan yang lama, serat kapsul

fibrosa menjadi lebih tipis dan albumen menebal yang memungkinkan gerakan

kuning telur tidak terpusat lagi (Jacqueline et al, 2000).

Page 7: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

Menurut Stadelman dan Cotteril (1973), komposisi dari kulit telur adalah 98,2%

kalsium, 0,9 % magnesium dan 0,9 % fosfor. Banyaknya pori-pori per butir telur

berkisar antara 7.000 – 17.000 dan menyebar di seluruh permukaan telur Kulit telur

pada bagian tumpul memiliki jumlah pori-pori per satuan luas lebih banyak

dibandingkan dengan pori-pori bagian yang lain (Sirait, 1986).

Gambar 1. Susunan bagian kerabang telur menurut Stadelman dan Cotteril (1973)

Pada telur segar, permukaan kulit dilapisi oleh lapisan tipis kutikula yang

segera mongering setelah peneluran dan menutup pori-pori telur sehingga

mengurangi hilangnya air dan gas-gas serta invasi oleh mikroorganisme. Lapisan

kutikula mengandung 90 % protein yang kebanyakan terdiri dari tirosin, glisin, lisin

dan sistein (Romanoff dan Romanoff, 1963).

HU (Haugh Unit) adalah satuan yang dipakai untuk mengukur kualitas telur

dengan melihat kesegaran isinya. Semakin tinggi nilai HU (Haugh Unit)

telur,semakin bagus kualitas telur tersebut. Nilai HU (Haugh Unit) perhitungan alat

dan rumus terhadap telur baru lebih baik dari telur lama. Nilai HU (Haugh Unit) telur

Page 8: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

perlakuan P10 sebesar 70, 24, P1 10 sebesar 57, 63, P1 20 sebesar 81, 42, P1 30

sebesar 40, 84. Putih  telur dengan nilai HU (Haugh Unit) sangat encer dan

mengembang. Pengembangan putih telur ini terutama disebabkan oleh meningkatnya

usia telur. Tingkat pencairan ini ditingkatkan oleh suhu penyimpanan tinggi dan

kelembaban rendah. Faktor-faktor seperti perubahan suhu dan meningkatnya

kelembaban menghilangkan karbon dioksida (CO2) dari telur yang diperparah dengan

lama penyimpanan.. Hasilnya adalah gangguan dalam struktur albumen yang

menyebabkan albmumen menjadi transparan dan semakin berair  (Jones, 2006). Jones

(2006) menambahkan, Bila telur disimpan pada suhu kamar dan kelembaban yang

lebih rendah dari 70% akan kehilangan 10 – 15 HU. akibatnya, kualitas telur albumin

akan dipertahankan lebih lama.

Pada kuning telur, ada bercak putih kecil pada permukaan kuning telur. Ini

adalah disk germinal dan berkembang jika mengandung materi genetik dari induknya.

Kuning telur berfungsi sebagai sumber makanan untuk perkembangan embrio. Noda

yang tedapat dalam albumin maupun kuning telur seperti (Jones, 2006).bintik-bintik

kecil darah. Ini tidak menunjukkan adanya telur subur, hal ini disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah pada permukaan kuning telur selama pembentukan sel

telur. Selain itu, kotoran yang terdapat dalam telur disebakan dari kotoran yang

masuk dari luar akibat keretakan kerabang.

Warna kuning telur yang disukai konsumen salah satunya dipengaruhi oleh

zat warna xantofil yang banyak terdapat dalam golongan hidroksi-karotenoid. Zat

tersebut selain mempengaruhi warna kuning telur juga warna kulit, shank, paruh, dan

pigmen ini akan disimpan di dalam kuning telur. Penyebab keragaman warna kuning

telur selain disebabkan oleh jumlah kandungan xantofil dalam bahan pakan, juga

disebabkan oleh perbedaan galur, keragaman individu, sangkar, angka kesakitan

(morbiditas), cekaman, lemak dalam pakan oksidasi xantofil dalam bahan pakan

tertentu.

Page 9: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

Kuning telur (egg yolk) merupakan bagian dari kuning telur dimana embrio

berkembang. Kuning telur dikelilingi oleh putih telur (albumen atau ovalbumin).

Selain itu Warna kuning telur bergantung kepada jenis makanan yang dikonsumsi

oleh unggas penghasil telur tersebut. Pakan ayam yang mengandung nutrisi yang

cukup dan seimbang akan menghasilkan kuning telur berwarna lebih kuning dan lebih

berkualitas. Pakan ayam yang tidak mengandung nutrisi yang cukup dan seimbang

menyebabkan kualitas telur menurun, misalnya kuning telur lebih cerah, putih telur

tidak bagus atau terlalu encer, serta telur mengalami kelainan pada kuning telur

biasanya kelainan tersebut seperti kuning telur ganda/ kembar atau kuning telur

kosong (tanpa kuning telur)(Mulya Sujatmiko,2010).

Warna kuning telur disebabkan oleh adanya kandungan karoten pada kuning

telur tersebut. Semakin tinggi kandungan karoten akan menyebabkan warna kuning

telur semakin tua. Karoten banyak terkandung dalam pigmen xantofil. Sedangkan

pigmen xantofil banyak terdapat pada jagung. Pencampuran jagung pada formulasi

ransum ayam petelur selain bertujuan sebagai sumber energi juga merupakan sumber

karoten pada pembentukan warna kuning telur.

Kuning telur tersusun atas 44,8 % air, 17,7 % protein, 35,2 % lemak, 1,1 %

karbohidrat dan 1,2 % abu (Romanoff dan Romanoff, 1963). Kuning telur merupakan

emulsi lemak dalam air dengan kandungan bahan padat sebesar 50 % dan terdiri atas

1/3 protein dan 2/3 lemak. Kuning telur merupakan bagian terdalam dari telur yang

terdiri atas : (1) membran vitelin, (2) saluran latebra, (3) lapisan kuning telur gelap,

dan (4) lapisan kuning telur terang (Belitz dan Grosch, 1999). Kuning telur

diselubungi oleh membran vitellin yang permeabel terhadap air dan berfungsi

mempertahankan bentuk kuning telur (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

Kuning telur mengandung 52 % padatan yang mengandung lipoprotein dan

protein (Stadelman dan Cotteril, 1995). Protein dalam kuning telur terdiri atas protein

granular dan protein plasma. Protein granular terdiri atas α- dan β- lipovitellin 70 %,

Page 10: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

fosvitin 16 % dan lipoprotein 12 %, sedangkan protein plasma mengandung 66 %

lipoprotein dan 10,6 % livetin (Winarno dan Koswara, 2002).

Kuning telur mengandung zat warna (pigmen) yang umumnya termasuk

dalam golongan karotenoid yaitu santofil, lutein dan zeaxantin serta sedikit

betakaroten dan kriptosantin. Perubahan warna kuning pada kuning telur olahan

menjadi warna hitam kehijauan disebabkan oleh pemanasan yang terlalu lama

sehingga membentuk Fe dan S (Winarno dan Koswara, 2002).

Indeks kuning telur diperoleh dari tinggi kuning telur. Umur telur

mempengaruhi kekuatan dan elastisitas membrane vitellin yang menyebabkan kuning

telur melemah. Selain itu juga kekuatan dan elastisitas membrane vitellin dipengaruhi

oleh factor ukuran telur, temperature penyimpanan, pH putih telur dan kekentalan

putih telur (Heath, 1976). Melemahnya membrane vitellin diamati dengan mengukur

indeks kuning telur. Indeks kuning telur segar beragam antara 0,33 dan 0,50 dengan

nilai rata-rata 0,42. Semakin bertambahnya umur telur, indeks kuning telur semakin

menurun karena penambahan ukuran kuning telur sebagai akibat perpindahan air

(Shenstone, 1968).

Berdasarkan bahan kering bungkil inti sawit mengandung protein kasar 16,07

%, serat kasar 21,30 %, bahan kering 91,30 %, abu 3,71 %, lemak kasar 8,23 %, Ca

0,27 % dan P 0,94 % (Hasil analisa Laboratorium Gizi Non Ruminansia Fakultas

PeternakanUniversitas Andalas, 2009). Dengan komposisi gizi seperti ini BIS

berpotensi sebagai bahan pakan, baik untuk ternak ruminansia maupun non

ruminansia.Bungkil inti sawit sebagai bahanpakan alternatif akan sulit

untukdimanfaatkan sebagai pakan ternakunggas apabila digunakan secara

langsungtanpa pengolahan sebelumnya. Hal ini dikarenakan kandungan serat

kasar,dan Cu yang tinggi dan daya guna protein dan palatabilitas yang rendah dari

bungkil inti sawit. Untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan daya guna

protein dari bungkil inti sawit salah satunya melalui fermentasi. Fermentasi dapat

memperbaiki kandungan dan nilai gizi dari bahan makanan, serta dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme yang tidak dikehendaki (Anas, 1982). Produk hasil

Page 11: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

fermentasi memiliki kualitas yang lebih baik, hal ini sesuai dengan pendapat

Poesponegoro (1975) yang menyatakan bahwa bahan makanan yang difermentasi

dapat mengubah bahan pakan yang susah dicerna menjadi lebih mudah dicerna.

Peningkatan daya cerna ransum juga dapat meningkatkan konsumsi ransum sehingga

produksi telur juga meningkat. Fermentasi bungkil inti sawit telah dilakukan oleh

Mirnawati dkk. (2008) dengan mengkombinasikan Asam Humat dengan Aspergillus

niger yang menghasilkan kandungan gizi bahan kering 42,38 %, serat kasar 9,81 %

dan protein kasar sebesar 23,20 %. Sedangkan untuk menurunkan kadar Cu dilakukan

dengan perendaman denganasam humat 400 ppm selama 18 jam. Asam humat adalah

salah satu senyawa yang terkandung dalam Humic Substance yang merupakan hasil

dekomposisi bahan organik, terutama bahan nabati yang terdapat dalam batubara

muda, tanah gambut, kompos atau humus (Senn dan Kigman, 1973). Disamping itu

asam humat dapat meningkatkan berat badan tanpa meningkatkan jumlah konsumsi,

menstabilkan flora dan meningkatkan kegunaan dari nutrisi makanan ternak (Humin

Tech, 2004). Asam humat juga dapat meningkatkan produksi telur, menekan

kematian dan meningkatkan konversi ransum tapi tidak meningkatkan kualitas telur.

Page 12: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

Kesimpulan

Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberapa standar yang

menentukan baik kualitas internal dan eksternal. Kualitas eksternal difokuskan pada

kebersihan kulit, tekstur dan bentuk telur, sedangkan kualitas internal mengacu pada

putih telur (albumen) kebersihan dan viskositas, ukuran sel udara, bentuk kuning telur

dan kekuatan kuning telur kuning telur dalam praktikum ini hanya indeks warna 5

dan 8 untuk kuning telur yang baik adalah indeks telurnya > 9 - 20. Karena ada

perbedaan warna kuning telur karena perlakuannya berbeda- beda.

Page 13: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, 2003. Meningkatkan Skor Kuning Telur. Staf Peneliti BPTP Kalimantan

Selatan.

Anas, Y. 1982. Fermentasi Kedelai oleh Cendawan Rhizopus sp Pada Pembuatan

Tempe. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

Anonim. 2007. Kualitas Telur Optimum. http://www.thepoultrysite.com/articles/1232/-optimum-

eggs –quality ( 2 Januari 2013)

Anonim, 2010. Fermentasi asam laktat. http://lordbroken.wordpress.com/2010/08/25/fermentasi-asam-laktat/. Diakses [20 Oktober 2011].

Butcher, GD and Miles, RD , 2003. Concepts of Eggshell Quality. University of Florida.

University of Florida. http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/VM/VM01300.pdf   (2 januari 2013)

Gary D, Butcher DVM, dan Richard Miles. 2009. Ilmu Unggas, Jasa Ekstensi Koperasi,

Lembaga Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida. Gainesville

Gumay, T. R. 2009. Kandungan Beta Karoten dan Nilai Gizi Telur Asin dari itik yang Mendapatkan Limbah Udang. Program studi Teknologi Hasil Ternak. Fakutas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Heath, J.L. 1976. Factors Affecting the Vitelline Membrane og Hen’s Egg. Poultry Sci. 55:936-942.

Mirnawati, I Putu Kompiang, Harnentis. 2008. Peran Asam Humat Dalam Menetralisir

Logam Berat DalamBioteknologi Bungkil Inti Sawit Sebagai Pakan Unggas. Laporan Hibah Bersaing, Dikti.

Page 14: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)

Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia, Universitas Indonesia-Press. Jakarta.Pomeranz, Y. 1985. Functional Propoteis of Food Components Academic Press, Inc.,

LondonPosponegoro, M. 1975. Makanan Proses Fermentasi, Ceramah Ilmiah LKN – LPI,

Bandung.Purwadaria, T., T. Haryati, A.P. Sinurat, J. Darma, and T. Pasaribu. 1995. In vitro

nutrient value of coconut meal fermented with Aspergillus niger NRRL 337 at different enzimatic incubation temperatures. 2nd Conference on Agricultural Biotechnology Jakarta, 13-15 June 1995.

Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The avian Eggs. John Willey and sons, Inc, New York.

Silalahi, M. 2009. Pengaruh Beberapa Bahan Pengawet Nabati terhadap Nilai Haugh Unit, Berat dan Kualitas Telur Konsumsi selama Penyimpanan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Bandar Lampung.

Shenstone, F.S, 1968. The Gross Composition, Chemistry and Physico-Chemical Basic of Organization of the Yolk and the White. In : Carter, T.C. (Ed). Egg Quality, A Study of Hen’s Egg. Oliver and Boyd. Robert Cunningham and Sons Ltd, Alva, Great Britain.

Stadelman, W. J. and O. J. Cotteril. 1973. Egg Science and Technology. The AVI Publishing, Inc. Westport. Connecticut.

Sudaryani, . 2000. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. 2008. Kualitas Telur Konsumsi SNI 3926_2008. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.

USDA Food Safety Inspection Service. 2000. Shell Eggs from Farm to Table. http://www.fsis.usda.gov/PDF/Shell_Eggs_from_F

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winarno, F.G. dan S. Koswara. 2002., Telur : Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya, M-Brio Press, Bogor.

Page 15: Laporan Praktikum MTU Pengukuran Indeks Telur (Engki Zelpina E10010038)