laporan ske 3 ked komunitas

7
Pencegahan Sekunder Kanker Serviks Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks dengan skrining dan deteksi dini sehingga kemungkinan sembuh pada penderita dapat ditingkatkan. Deteksi dini atau skrining dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain: Kolposkopi, Servikologi, Pap Net (dengan komputerisasi), Tes molekul DNA- HPV. Dan hingga metode skrining yang lebih sederhana, yaitu : Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) dan Inspeksi visual dengan asam asetat dan pembesaran gineskopi (IVAB) Siapa Yang Harus Menjalani Skrining Kanker Servisk Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30 dan 45 tahun. Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara wanita berusia antara 40 dan 50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mungkin terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal. Sejumlah faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan kanker leher rahim, diantaranya sebagai berikut: - Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20) - Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya) - Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual), seperti Chlamydia atau gonorrhea, dan khususnya HIV/AIDS

Upload: canda-arditya

Post on 06-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kk

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ske 3 Ked Komunitas

Pencegahan Sekunder Kanker Serviks

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks dengan

skrining dan deteksi dini sehingga kemungkinan sembuh pada penderita dapat ditingkatkan.

Deteksi dini atau skrining dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain:

Kolposkopi, Servikologi, Pap Net (dengan komputerisasi), Tes molekul DNA- HPV.

Dan hingga metode skrining yang lebih sederhana, yaitu : Inspeksi visual dengan asam asetat

(IVA) dan Inspeksi visual dengan asam asetat dan pembesaran gineskopi (IVAB)

Siapa Yang Harus Menjalani Skrining Kanker Servisk

Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30 dan 45

tahun. Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara wanita berusia antara 40 dan 50

tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mungkin terdeteksi,

biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal.

Sejumlah faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan kanker leher rahim,

diantaranya sebagai berikut:

- Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20)

- Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya)

- Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual), seperti Chlamydia atau gonorrhea,

dan khususnya HIV/AIDS

- Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim

- Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal

- Merokok

Page 2: Laporan Ske 3 Ked Komunitas

Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (mis., HIV/AIDS)

atau mengunakan costicosteroid secara kronis (mis.,pengobatan asma atau lupus) berisiko lebih

tinggi terjadinya kanker leher rahim jika mereka memiliki HPV.

A. PAP SMEAR

Sejak diperkenalkan pada tahun 1940 oleh Papanicolaou, Pap smear telah menjadi

pemeriksaan yang penting untuk deteksi dini kanker serviks. Pap smear dapat mendeteksi adanya

sel yang abnormal sebelum berkembang menjadi lesi prakanker atau kanker serviks sedini

mungkin.Pada dasarnya prinsip pemeriksaan Pap smear adalah mengambil epitel permukaan

serviks yang mengelupas/eksfoliasi pada zona transformasi, kemudian epitel tersebut diwarnai

secara khusus dan dilihat di bawah mikroskop untuk diinterpretasi lebih lanjut.

Akurasi Pap smear tergantung dari kualitas pelayanan, termasuk pengambilan,

persiapan, dan interpretasi hasil. Spesifisitas Pap smear biasanya lebih dari 90%.Sensitivitas Pap

smear bila dikerjakan setiap tahun mencapai 90%, setiap 2 tahun 87%, setiap 3 tahun 78% dan

bila setiap 5 tahun mencapai 68%.

Pemeriksaan pap smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali masa haid atau memang

dilarang atas petunjuk dokter. Bila wanita hamil, tidak menghalangi untuk melakukan papsmear,

karena test ini dapat dilakukan dengan aman. Ada beberapa syarat yang harus dipatuhi oleh

seorang wanita agar hasilnya valid, yakni test dilakukan pada masa subur, dua minggu sebelum

dan sesudah haid. Selama 1x24 jam wanita tidak boleh berhubungan seksual dan mencuci

vaginanya dengan antiseptic. Demikian juga dengan jenis obat yang dimakan dalam 24 jam

terakhir.Pasein harus mematuhi nasehat dokter sebab pada tahap awal sel kanker tidak bisa

dideteksi dengan mudah. Test papsmear dapat dilakukan pada wanita yang telah aktif

berhubungan seks dan disarankan dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali

Rekomendasi skrining terbaru untuk kelompok usia tertentu, berdasarkan acuan dari

American Cancer Society, the American Society for Clinical Pathology (ASCP), the US

Preventive Services Task Force (USPSTF), and the American College of Obstetricians and

Gynecologists (ACOG) (ASCCP), adalah sebagai berikut :

• < 21 tahun : tidak ada skrining yang direkomendasikan

Page 3: Laporan Ske 3 Ked Komunitas

• 21-29 tahun : sitologi (Pap smear) saja setiap 3 tahun

• 30-65 tahun : Human Papilloma Virus (HPV) dan tes pendamping sitologi setiap 5

tahun (disukai) atau sitologi saja setiap 3 tahun (diterima)

• >65 tahun : tidak ada skrining yang direkomendasikan jika skrining yang adekuat

sebelumnya negatif dan risiko tinggi tidak ada.

• Skrining setelah histerektomi : tidak diindikasikan pada wanita tanpa serviks dan

tanpa adanya riwayat dari lesi prakanker high grade (CIN 2 atau CIN 3) pada 20 tahun terakhir

atau dari mulai didiagnosa kanker serviks.

Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan Pap smear, yaitu

Pap smear sebaiknya tidak dilaksanakan pada saat wanita menstruasi (haid). Dua hari sebelum

pemeriksaan Pap smear dilakukan, pasien dilarang bersenggama dan mencuci atau

menggunakan pengobatan melalui melalui vagina, dan idealnya, jika dijumpai servisitis (radang

serviks) sebaiknya diterapi terlebih dahulu sebelum dilakukan Pap smear. Alat-alat yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan Pap smear adalah meja ginekologi, lampu untuk pemeriksaan,

spekulum vagina, sarung tangan steril, object glass, spatula Ayre atau cytobrush, serta larutan

fiksasi alkohol 96%.

Pada saat pemeriksaan, pasien diminta untuk berbaring dalam posisi litotomi.

Lubrikan tidak direkomendasikan karena dapat mengkontaminasi atau mengganggu sampel

sitologi. Jika diperlukan air yang hangat dapat digunakan untuk melubrikasi dan menghangatkan

spekulum sebelum dimasukkan ke dalam vagina untuk kenyamanan pasien. Kemudian spekulum

dimasukkan ke dalam vagina sampai serviks tervisualisasi dengan baik, terutama zona

transisionaluntuk hasil yang adekuat.Lalu spatula ayre/cytobrush dimasukkan ke dalam kanalis

servikalis dan diletakkan di serviks kemudian diputar sejauh 360o untuk spatula ayre dan 5 kali

rotasi untuk cytobrush.Sampel yang diperoleh dipulaskan pada gelas objek. Lalu difiksasi

dengan larutan alkohol 96%.Pulasan-pulasan tersebut kemudian dikirimkan ke laboratorium

sitologi untuk pemeriksaan.

Yang perlu melakukan test pap smear adalah :

a. Wanita menikah atau melakukan hubungan seks pada usia<20 tahun

Page 4: Laporan Ske 3 Ked Komunitas

b. Wanita muda memiliki mulut rahim yang belum matang, ketika melakukan hubungan

seksual terjadi gesekan yang dapat menimbulkan luka kecil, yang dapat mengundang

masuknya virus.

c. Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seks, akan menderita infeksi di daerah

kelamin, sehingga dapat ,mengundang virus HPV

d. Wanita perokok, memiliki resiko dibandingkan dengan wanita tidak merokok, karena

rokok akan menghasilkan zat karsinogen yang menyebabkan turunnya daya tahan di

daerah serviks

e. Wanita yang sering melahirkan, kanker serviks banyak dijumpai pada wanita yang

sering melahirkan disebabkan oleh trauma persalinan, perubahan hormonal, dan nutrisi

selama melahirkan.

B. Kolposkopi

Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan pembesaran 10-15x; untuk

menampilkan porsio, dipulas terlebih dahulu dengan asam asetat 3-5%. Pada porsio dengan

kelainan (infeksi Human Papilloma Virus atau Neoplasia Intraepitel Serviks) terlebih bercak

putih atau perubahan corakan pembuluh darah.

Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining awal, namun ketersediaan alat ini terbatas

karena mahal. Oleh karena itu alat ini lebih sering digunakan dalam prosedur pemeriksaan lanjut

dari hasil tes pap abnormal.

C. Servikografi

Pemeriksaan kelainan di porsio dengan membuat foto pembesaran porsio setelah dipulas dengan

asam asetat 3-5% yang dapat dilakukan oleh bidan. Hasil foto serviks dikirim ke ahli genokologi

(yang bersertifikat untuk menilai)

D. Pap Net (dengan komputerisasi)

Pada dasarnya pemeriksaan Pap Net berdasarkan pemeriksaan slide Tes Pap. Bedanya untuk

mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara komputerisasi. Slide hasil Tes Pap yang

mengandung sel abnormal dievaluasi ulang oleh ahli patologi/sitologi.

Saat ini dijaringan Pap net yang ada di Indonesia slidenya dikirim ke Hongkong.

Page 5: Laporan Ske 3 Ked Komunitas

E. Tes DNA-HPV

Telah dibuktikan bahwa lebih 90% kondiloma serviks, NIS (Neoplasia Intraepitel Serviks) dan

kanker leher rahim mengandung DNA-HPV. Hubungannya dinilai kuat dan tipe HPV

mempunyai hubungan patologi yang berbeda Tipe 6 dan 11 termasuk tipe HPV resiko rendah

jarang ditemukan pada karsinoma infasif kecuali karsinoma verukosa. Sementara itu tipe 16, 18,

31, dan 45 tergolong tipe risiko tinggi.

F. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)

Pemeriksaan visual exocervix, SCJ (squamocolumnar junction), dan kanal endocervix dengan

mata telanjang (tanpa pembesaran) dengan asam asetat. Hanya digunakan sebagai tes penapisan.

Laporan hasil : Tes-positif, Tes-negatif, Dicurigai kanker.

Manfaat dari IVA antara lain : memenuhi kriteria tes penapisan yang baik, penilaian ganda untuk

sensitivitas dan spesifitas menunjukkan bahwa tes ini sebanding dengan Pap smear dan HPV

atau kolposkopi.

Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi, pada

masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes tersebut dapat dilakukan pada

wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki IMS atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan untuk

tiap hasil tes, termasuk ketika konseling dibutuhkan. Untuk masing-masing hasil akan diberikan

beberapa instruksi baik yang sederhana untuk ibu tersebut (mis., kunjungan ulang untuk tes IVA

setiap 1 tahun secara berkala atau 3/5 tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas

seperti kapan dan dimana pengobatan dapat diberikan, risiko potensial dan manfaat pengobatan,

dan kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.