laporan praktikum bk karir(sma kesehatan bhaktyasa) kelas bk 4 c
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM BK KARIR
SMK KESEHATAN BHAKTIYASA
DISAMPAIKAN UNTUK MATA KULIAH PRAKTIKUM BK KARIR
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :
KADEK SURANATA, S.Pd., M.Pd., Kons
Oleh:
BK C Semeter 4
MUSRIFATUN NIKMAH (1011011039)
KOMANG ADI SURYAWAN (1011011058)
I KADEK JENDRA SASTRA PUJAWAN (1011011061)
I PUTU INDRA PRAMANA PUTRA (1011011092)
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang mendalam disampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayahNya maka laporan kami yang berjudul “Laporan Praktikum BK Karir” dapat
selesai sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Semoga apa yang kami kerjakan dapat membawa
manfaat untuk kita semua. Kami mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti lngsung
observasi ke lapangan, buku, internet dan dari informasi dari berbagai diktat lainnya. Kami
mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah yang kami dan ada hal-hal yang
tidak berkenan serta kekeliruan baik dalam penyampaian maupun penyusunan, karena kami
hanya manusia biasa yang tak luput dengan dosa ataupun kesalahan , untuk itu kami mohon
masukan saudara sekalian jika ada kekeliruan dan kekurangan didalam makalah yang kami buat,
demikian makalah tentang konsep Praktikum BK Karir kami susun sebagai salah satu tugas akhir
dalam perkuliahan. Akhirnya kami dari kelompok yang menganalisis perguruan tinggi
mengucapkan terimakasih atas perhatiannya.
Singaraja, Juni 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Masalah-masalah tentang karir yanga ada di jurusan ekonomi…………
I.2 Latar Belakang Perlunya Layanan BK Karir Di Jurusan Ekonomi……..
I.3 Pendekatan/Model/Layanan yang digunakan…………………………...
BAB II TEORI YANG MELANDASI………………………………………
2.1 Teori Donal Super………………………………………………………
2.2 Instrumen yang digunakan dalam kegiatan layanan ………………..
2.3 RPBK yang digunakan serta perangkat media yang menyertainya…….
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….
3.1 Uraian hasil yang dicapai dalam praktek……………………………….
3.2 Kelemahan, Kelebihin kegiatan Layanan yang sudah dilakukan………
BAB IV PENUTUP………………………………………………………….
4.1 Simpulan………………………………………………………………..
4.2 Saran……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Masalah-Masalah Tentang Karir Yang Terjadi Di SMK Kesehatan Bhaktiyasa
Singaraja Terhadap Siswa Sasaran Layanan
Lebih lanjut Sukardi & Kusmawati (2008:14) merumuskan pokok – pokok rincian bidang
bimbingan karir yang salah satunya adalah “orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang
lebih tinggi khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.” Dengan kata lain,
bimbingan karir dan konseling karir di sekolah adalah upaya pemberian informasi yang
berhubungan dengan sekolah lanjutan. Misalnya ditingkat SD diberikan informasi tentang jenis –
jenis pekerjaan pada umumnya yang dikenal di masyarakat, seperti dokter, guru, polisi, dll. Di
tingkat SMP, dijelaskan tentang apa itu SMA, SMK, MTs, dan MA; jurusan apa yang dapat
diambil pada pendidikan lanjutan kelak sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan siswa, dan
sebagainya. Ditingkat SMA dijelaskan tentang jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Perbedaan
universitas, sekolah tinggi, dan institut. Serta persiapan masuk perguruan tinggi. Ditingkat
Perguruan Tinggi, dijelaskan mengenai kesiapan seseorang dalam bekerja. Memberi motivasi
bagaimana agar senang atau menyukai pekerjaan yang dipilihnya.
Masalah-masalah karir yang dihadapi oleh siswa yaitu :
Siswa kurang memahami cara memilih program studi yang sesuai dengan
kemampuan dan minat yang dimiliki
Siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang diinginkan
Siswa mengalami kebingungan untuk arah kerjanya
Siswa merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah
Siswa belum memiliki pilihan karirnya
Siswa belum memiliki gambaran tentang persyaratan dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam dunia kerja ataupun perguruan tinggi,
Perekonomian yang rendah dari orang tua
Layanan konseling karir penting diberikan bagi remaja, sebagai salah satu sarana
meningkatkan kesejahteraan remaja. Dengan demikian remaja memiliki peluang untuk mencapai
masa depan yang menjanjikan. Santrock (2007:15) mengingatkan bahwa “masa depan anak muda
merupakan masa depan masyarakat kita. Remaja yang belum mengembangkan potensinya secara
utuh, yang hanya memberikan kontribusi yang kecil, yang tidak berperan sebagai orang dewasa
yang produktif, akan merugikan masa depan masyarakat kita.” Karenanya, layanan konseling
karir dalam program bimbingan karir di sekolah, penting diberikan bagi remaja. Dengan begitu
remaja memiliki gambaran apa yang ingin dan dapat dilakukan setelah lulus sekolah, yang
membawa manfaat bagi kehidupan pribadi dan masyarakat secara luas. Disamping itu, melalui
informasi dan konseling karir, remaja lebih siap kelak ketika memasuki dunia orang dewasa
dengan berbagai resiko dan tanggung jawab yang diembannya.
Layanan konseling karir merupakan bagian dari bidang pengembangan karir atau bidang
bimbingan karir dalam program bimbingan dan konseling di sekolah. Konseling karir diharapkan
dapat memberikan tidak hanya informasi karir, namun juga bantuan untuk mengatasi masalah
dan kebingungan remaja, dalam
Melalui informasi yang diperoleh dalam konseling karir di sekolah, siswa dibantu untuk
memilih dan menentukan apa yang ingin dilakukan setelah menyelesaikan pendidikannya di
sekolah. Apakah ia ingin meneruskan ke jenjang pendidikan selanjutnya, atau memilih untuk
bekerja. Dengan kata lain, melalui informasi yang diperoleh dalam konseling karir, remaja dapat
mempersiapkan dan atau merencanakan karir dan masa depannya. Apabila remaja memiliki
motivasi studi lanjut yang tinggi, akan terbuka peluang baginya untuk memperoleh
kesejahateraan di masa depan, begitu juga sebaliknya.
Generasi muda yang sejahtera dan produktif tentunya turut menyejahterahkan kehidupan
dan pertumbuhan bangsa dan negara. Hal inilah yang secara tidak langsung tersirat dalam tujuan
pendidikan nasional dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu
terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
1.2 Latar Belakang Perlunya Layanan Bimbingan Konseling Karir Yang Anda
Lakukan DiSekolah/ Instansi yang Bersangkutan
Dalam era pembangunan dan perkembangan teknologi mutakhir masa kini, kebutuhan
akan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang unggul, sebagai
pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan semakin tinggi. Bertolak dari hal
tersebut, maka telah menjadi tujuan pendidikan nasional, untuk mengembangkan manusia
Indonesia terutama generasi muda, agar mampu mempersiapkan diri untuk kelak berpartisipasi
dalam usaha – usaha pembangunan Indonesia. Hal ini seperti yang dirumuskan dalam UU No. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “tujuan pendidikan adalah terwujudnya
manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.”
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional. Dengan kata lain pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya membantu dan
menyokong tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan individu yang utuh, yang
mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki secara optimal untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Dengan demikian tercipta manusia Indonesia yang memiliki ketaqwaan terhadap
Tuhan YME, pengetahuan yang luas dan perkembangan kepribadian yang optimal. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh Hamrin & Clifford, dalam Jones (1951) bahwa “tujuan
bimbingan dan konseling adalah membantu individu membuat pilihan – pilihan, penyesuaian –
penyesuaian, dan interpretasi – interpretasi dalam hubungannya dengan situasi – situasi tertentu.”
(Prayitno & Amti, 2004:112).
Salah satu bidang pelayanan bimbingan dan konseling yang berupaya mewujudkan tujuan
pendidikan nasional adalah bidang pengembangan karir, atau disebut juga bimbingan karir.
Ahmadi (1977) dalam Salahuddin (2010:116) merumuskan bimbingan karir atau jabatan sebagai
“usaha bimbingan kepada peserta didik dalam usaha pertimbangan untuk bekerja atau tidak, dan
jika perlu bekerja.... memiliki lapangan kerja yang cocok dengan ciri – ciri pribadi, menentukan
lapangan pekerjaan dan memasukinya serta mengadakan penyesuaian kerja secara baik.”
Berdasarkan rumusan ini, dapat dikatakan bahwa bimbingan karir merupakan suatu proses
bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia mampu
merencanakann karirnya dengan mantap, sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan,
pengetahuan dan kepribadian, serta faktor – faktor yang mendukung kemajuan dirinya. Faktor –
faktor yang mendukung perkembangan diri individu ini antara lain adalah status sosial dan
ekonomi keluarga, layanan informasi dan konseling karir.
Layanan informasi karir pada dasarnya merupakan layanan yang memberikan data atau
fakta kepada siswa tentang dunia pekerjaan/jabatan/karir. Informasi karir ini menurut Winkel &
Hastuti (2010:319) mencakup “semua data mengenai jenis – jenis pekerjaan yang ada di
masyarakat (field of occupation), mengenai gradasi posisi dalam lingkup suatu jabatan (level of
occupation), mengenai persyaratan tahap dan jenis pendidikan, mengenai sistem klasifikasi
jabatan, dan mengenai prospek masa depan berkaitan dengan kebutuhan riil masyarakat akan
jenis/corak pekerjaan tertentu.” Sedangkan Sears dalam Suherman (2009) mendefinisikan
konseling karir sebagai suatu hubungan one to one atau kelompok kecil antara seorang konseli
dan seorang konselor dengan tujuan membantu konseli mengintegrasikan dan menerapkan
pemahaman diri dan lingkungan untuk membuat keputusan – keputusan dan penyesuaian –
penyesuaian karir yang lebih tepat.
Sebagian besar orang menganggap bekerja dan memiliki karir adalah hal yang penting
dan merupakan kebutuhan yang harus dilakukan. Karena tanpa bekerja kita tidak dapat
memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidup kita. Bagi sebagian orang yang lain, bekerja dan
berkarir tidak hanya bermakna agar ia dapat mempertahankan hidupnya secara fisik, namun juga
merupakan suatu aktifitas yang membawa dampak positif bagi masyarakat dan bangsa. Lebih
jauh lagi, bekerja dan berkarir memberi kepuasan pribadi dan makna bagi dirinya sebagai suatu
identitas. Hal ini seperti dikemukakan Fuhrmann (1990:426) bahwa “kita [Orang Amerika]
adalah bangsa para pekerja yang memperkenalkan diri kita pada orang lain sesuai dengan
pekerjaan yang kita lakukan. Ketika orang bertanya “Siapa anda?” hampir semua orang
menjawab dengan jenis pekerjaan yang dilakukannya, “Saya adalah seorang guru”, “Saya adalah
seorang pengacara, “Saya adalah seorang dokter”.”
Banyaknya jumlah pekerjaan dengan variasi jenis dan tahap keahlian, yang menuntut
penguasaan pengetahuan, kemampuan – kecakapan, keterampilan dan sikap – sikap tertentu yang
juga terus berkembang atau berubah dengan cepat, sering kali menimbulkan kebingungan dan
masalah pada remaja. Kebingungan dan kesulitan remaja dalam memahami, merencanakan dan
mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, juga dipersulit oleh kenyataan yang dihadapi saat ini,
yaitu kelangkaan lapangan kerja. Krisis moneter negara kita yang terjadi beberapa tahun lalu,
menyebabkan banyak perusahaan menengah dan besar mengalami kebangkrutan. Sejumlah
karyawan dan buruh mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Disamping itu, kondisi dalam negeri yang seringkali mengalami goncangan sosial dan
politik, mengakibatkan hingga kini perkembangan ekonomi Indonesia masih berjalan lambat.
Birokrasi yang masih berbelit turut mengakibatkan para investor asing sangat berhati – hati
untuk menanamkan modalnya di Indonesia, akibatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat
Indonesia masih tetap rendah. Bahkan awal tahun 2011 dilaporkan oleh wartawan VIVAnews,
bahwa ditahun 2010 masih terdapat 31,02 juta jiwa penduduk Indonesia yang masih hidup di
bawah garis kemiskinan. Kondisi demikian, tentu saja turut menambah rumitnya masalah dan
kebingungan yang dihadapi berbagai pihak termasuk remaja, dalam menghadapi dan
merencanakan masa depannya.
Berkenaan dengan masalah pekerjaan atau bekerja ini, hal yang sering menjadi perhatian
adalah padangan masyarakat tentang pekerjaan atau bekerja itu sendiri. Sukmadinata (2007:89)
menyatakan bahwa “Selama ini ada pandangan bahwa yang dimaksud dengan bekerja itu adalah
bekerja pada pemerintah, pada lembaga atau perusahaan negara atau swasta, atau bekerja pada
orang lain dan mendapatkan gaji atau upah. Bekerja sendiri, memproduksi sesuatu barang,
memberikan jasa atau pelayanan, berdagang, dll., sering dipandang sebagai bukan bekerja.”
Pandangan masyarakat ini sangat besar pengaruhnya terhadap pandangan anak dan remaja
khususnya, karena remaja di Indonesia cenderung mengikuti pandangan orang tua mereka dan
masyarakat pada umumnya.
Untuk menghadapi dan mengatasi masalah dan kebingungan tersebut, remaja perlu mendapat
bantuan dari orang tua, sekolah dan lembaga – lembaga terkait. Melalui bimbingan dan konseling
karir di sekolah, peserta didik dapat memperoleh layanan informasi karir yang lebih terencana,
sistematis, dan terfokus. Dengan demikian peserta didik dapat dipersiapkan dan dibantu untuk
merencanakan hari depannya dan lebih termotivasi dalam belajar demi mencapai cita – citanya.
Hal ini seperti dijelaskan oleh Winkel & Hastuti (2010:621) bahwa “ragam bimbingan karir
berkaitan erat dengan komponen bimbingan penempatan (placement), yang mencakup semua
usaha membantu peserta didik merencanakan masa depannya selama masih di sekolah dan
setelah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan kelak memegang jabatan
tertentu.”
Manfaat Pendidikan Karir Di Sekolah
Sebagai hasil dari proses pendidikan karir di sekolah ini, lebih lanjut Winkel & Hastuti
(2010:671) merumuskan bahwa peserta didik pada masing – masing jenjang pendidikan sekolah
diharapkan akan:
a. Memiliki bekal akademik, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan fluktuasi perubahan
dalam masyarakat.
b. Mempunyai tata cara bekerja yang baik dan tepat dalam melakukan apa saja (good work
habits).
c. Berpegang pada nilai – nilai yang mendorong mereka mau bekerja keras.
d. Menguasai cara yang tepat untuk mengambil keputusan tentang jabatan dan melamar
pekerjaan di pasar kerja.
e. Memiliki keterampilan umum serta yang memungkinkan untuk mengikuti program
latihan lebih luas dan mendalam dalam lingkungan jabatannya kelak (trainable).
f. Dan sudah mengambil keputusan, berdasarkan pertimbangan matang terhadap data dan
fakta tentang diri sendiri serta penawaran kesempatan memperoleh pendidikan tambahan,
sebelum akan memasuki lingkungan suatu jabatan.
Dengan demikian program pendidikan karir di institusi pendidikan diharapkan
bermanfaat bagi anak remaja yang putus sekolah, bagi remaja yang akan melanjutkan ke jenjang
pendidikan selanjutnya, baik ke sekolah lanjutan atas maupun ke perguruan tinggi, bagi siswa
yang tamat pendidikan menengah dan akan langsung bekerja, bagi mahasiswa untuk
memantapkan diri dalam perkembangan karirnya selama belajar di perguruan tinggi, dan bahkan
bagi siapapun juga yang pernah mengikuti program pendidikan karir di sekolahnya dahulu,
seandainya pada masa tengah umur terpaksa memulai karir yang kedua (second career).
Tujuan Bimbingan dan Konseling Karir Di Sekolah
Menurut Salahudin (2010:116) secara umum, tujuan bimbingan dan konseling karir di
sekolah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait
dengan pekerjaan.
b. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang
kematangan kompetensi kerja.
c. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)
dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi
cita – cita karirnya di masa depan.
d. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali
ciri – ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan
sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
e. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan
secara rasional untuk memperoleh peran – peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
f. Mengenal keterampilan, minat dan bakat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam
suatu karir amat dipengaruhi oleh minat dan bakat yang dimiliki. Oleh karena itu,
setiap orang harus memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan
apa dia mampu, dan apakah dia berniat terhadap pekerjaan tersebut.
g. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.
h. Memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana hubungan industrial yang
harmonis, dinamis, berkeadilan, dan bermartabat.
1.3 Pendekatan/Model/Layanan yang Digunakan dan alas an penggunaannya
Pendekatan/model/layanan yang dipergunakan dalam pemberian informasi karir di kelas
keperawatan SMK Kesehatan Bhaktiyasa adalah pendekatan/model klasikal dan angket, karena
dengan mempergunakan pendekatan/model klasikal maka dengan mudah mengetahui siswa yang
belum menentukan arah karirnya. Metode klasikal ini diberikan dengan cara pemberian
informasi kepada seluruh siswa dikelas secara bersama-sama. Dengan pemberian informasi
secara bersama-sama, maka dengan mudah kita dapat mensosialisasikan tentang perkembangan
karir yang akan ditempuh dan informasi mengenai dunia kerja atau perguruan tinggi yang
diinginkan oleh siswa.
BAB II
TEORI YANG MELANDASI DAN PERANGKAT YANG DIGUNAKAN
1.1 Teori yang Digunakan, Konsep dan Langkah-Langkahnya
Teori yang Digunakan
Teori perkembanagn karir (development career choice theory) Ginzberg merupakan hasil
kerjasama suatu tim yang mempelajari tentang pengaruh perkembangan terhadap pemilihan
karir. Kelompok ini terdiri dari Eli Ginzberg yang seorang ahli ekonomi, S. Ginzburg yang
seorang psikiater, S. Axelrad yang seorang sosiolog, dan J. Herma yang merupakan seorang
psikolog. E. Ginzberg, S. Ginzburg, S. Axelrad, dan J. Herma memulai penelitian pada tahun
1951 dengan maksud mengembangkan suatu konsepsi tentang pilihan jabatan sebagai bagian
dari suatu studi tentang dunia kerja. Kelompok ini memandang masalah pilihan jabatan dari
sudut perkembangan orang muda. Menurut pandangan kelompok Ginzberg ini pilihan jabatan
tidak hanya terjadi sekali saja, melainkan mengalami suatu proses perkembangan yang meliputi
jangka waktu antara enam sampai lima belas tahun.
Teori perkembangan karir (development career choice theory) dari Eli Ginzberg et. al.
yang mengatakan bahwa anak dan remaja melewati tiga tahap pemilihan karir: fantasi, tentative
dan relistis (Ginzberg, 1972 ; Ginzberg dkk., 1951). Saat ditanya “mau jadi apa kalau sudah
besar”, anak kecil mungkin menjawab “dokter” “pahlawan”, “guru”, “bintang film”, “bintang
olahraga” atau sejumlah pekerjaan lainnya. Pada saat masih kecil, masa depan terkesan dapat
memberikan jutaan kesempatan. Ginzberg berargumentasi bahwa hingga usia 11 tahun seorang
anak masih dalam tahap fantasi dari pemilihan karir. Dari umur 11 hingga 17 tahun, remaja ada
dalam tahap tentative dari perkembangan karir, sebuah transisi dari tahap pengambilan keputusan
realistis dari masa dewasa muda. Ginzberg percaya bahwa kemajuan remaja terlihat mulai dari
mengevaluasi minat mereka (11 hingga 12 tahun) lalu mengevaluasi kemampuan mereka (13
hingga 14 tahun) sampai mengevaluasi nilai mereka (15 hingga 16 tahun). Pemikiran berubah
dari yang kurang subyektif hingga pemilihan karir yang lebih realistis pada usia 17 dan 18 tahun.
Ginzberg menyebut usia 17 dan 18 tahun hingga awal 20-an sebagai tahap realistis dalam
pemilihan karir. Selama masa ini, tiap orang secara ekstentif mencoba karir yang mungkin, lalu
memfokuskan diri pada satu bidang, dan akhirnya memilih pekerjaan tertentu dalam karir
tersebut (seperti menjadi dokter umum, atau ahli bedah ottopedik, dalam karir kedokteran).
Konsep Teori
Dalam mengembangkan teorinya, Ginzberg et al. menginvestigasi secara empirik
sejumlah sampel yang memiliki kebebasan memilih suatu okupasi. Sampel tersebut terdiri dari
laki-laki yang berasal dari kelas menengah ke atas di daerah perkotaan, dari keluarga Protestan
atau Katolik, yang tingkat pendidikanya berkisar dari kelas enam hingga pasca-sarjana. Karena
pemilihan sampel tersebut sangat terbatas, maka konklusi hasil penelitian ini hanya dapat
diaplikasikan secara terbatas pula. Secara spesifik, pola perkembangan karir perempuan dan
etnik minoritas ataupun mereka yang berasal dari daerah pedesaan dan kaum miskin tidak
menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu, konklusi yang dihasilkan dari studi ini belum
tentu dapat diaplikasikan pada populasi selain dari yang diwakili oleh sampel yang disebutkan.
Kelompok Ginzberg menyimpulkan bahwa pilihan okupasional merupakan proses
perkembangan, yang pada umumnya mencakup kurun waktu selama enam hingga sepuluh tahun,
yang dimulai dari sekitar usia 11 tahun dan berakhir sesudah usia 18 atau awal masa dewasa.
Pengambilan keputusan karir berlangsung melalui tiga periode, yaitu fantasi, tentatif, dan
realistik.
Pokok yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya didasari atas
pendekatan psikologis atas tugas-tugas perkembangan yang dilalui manusia. Konsep
perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg dikelompokkan dalam tiga
unsur yaitu: proses(bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan suatu proses); irreversibilitas(bahwa
pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik); kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu
merupakan kompromi antara faktor-faktor yang terlibat yaitu minat, kemampuan, dan nilai); dan
optimisasiyang merupakan penyempurnaan teori (individu yang mencari kecocokan kerja).
Langkah – Langkah Proses Konseling
Menurut Ginzberg, Ginzburg, Axelrad, dan Herna (1951), perkembangan dalam pemilihan
pekerjaan mencakup tiga tahapan utama yaitu :
1. Masa fantasy
Masa ini berlangsung pada individu dengan tahap usia sampai kira-kira 10 tahun atau 12
tahun (masa sekolah dasar). Pada masa ini, proses pemilihan pekerjaan masih bersifat
sembarangan atau asal pilih, tanpa didasarkan pada pertimbangan yang masak (rasional dan
objektif) mengenai kenyataan yang ada dan hanya berdasarkan pada kesan dan khayalan belaka.
Pilihan pekerjaan pada masa ini hanya didasari atas kesan yang dapat melahirkan kesenangan
semata, dan diperolehnya dari/mengenai orang-orang yang bekerja atau lingkungan
kerjanya.Anak seperti ini percaya bahwa dia bisa menjadi apa saja berdasarkan kesan yang
timbul pada orang-orang yang bekerja disekitarnya.
Menurut Ginzberg, kegiatan bermain pada masa fantasi secara bertahap menjadi
berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktifitas tertentu. Berbagai peran
okupasional tercermin dalam kegiatan bermain, yang menghasilkan pertimbangan nilai dalam
dunia kerja.Atau dengan kata lain selama periode fantasi, kegiatan bermain secara bertahap
menjadi berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktivitas tertentu.
Umpamanya anak umur lima tahun ingin menjadi tentara karena kegagahannya atau menjadi
dokter karena dokter itu bermobil mewah dan penghasilannya besar dari praktek swasta. Anak
seperti ini percaya bahwa ia bisa menjadi apa saja dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya
mengenai orang-orang yang bekerja atau keadaan lingkungan kerjanya.
2. Masa tentatif
Pada masa tentatif, pilihan karir anak mengalami perkembangan. Mula-mula pertimbangan
karier itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan, dan minat saja tanpa pertimbangan
apapun sedangkan faktor-faktor lainnya tidak dipertimbangkan. Menyadari bahwa minatnya
berubah-ubah maka anak mulai memikirkan dan bertanya kepada dirinya sendiri apakah dia
memliki kemampuan (kapasitas) melakukan pekerjaan yang dia inginkan, dan apakah pekerjaan
itu cocok dengan minatnya. Tahap berikutnya, waktu anak bertambah besar anak menyadari
bahwa didalam suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang itu mengandung sebuah
kandungan nilai yaitu nilai pribadi dan nilai kemasyarakatan, bahwa kegiatan yang satu lebih
mempunyai nilai daripada kegiatan lainnya.
Masa tentatif berlangsung mencakup anak usia lebih kurang 11 tahun sampai 18 tahun atau
pada masa anak bersekolah di SMP dan SMA. Pada masa ini, pilihan pekerjaan seseorang
mengalami perkembangan. Masa ini oleh Ginzberg diklasifikasikan manjadi 4 (empat) tahap
yaitu :
a) Tahap minat, terjadi pada usia 11-12 tahun. Individu membuat keputusan yang lebih
definitif tentang suka atau tidak suka. Individu cenderung melakukan
pekerjaan/kegiatan hanya yang sesuai minat dan kesukaan mereka saja. Pertimbangan
karierpun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau minat individu terhadap
objek karier, tanpa mempertimbangkan banyak faktor. Akan tetapi, setelah menyadari
bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi perkembangan dan interaksi
lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada dirinya tentang kemampuan
yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan. Keadaan ini disebut sebagai tahap
kapasitas.
b) Tahap kapasitas yaitu individu menjadi sadar akan kemampuan sendiri yang terkait
dengan aspirasi vokasional. Tahap ini berlangsung antara pada usia 13-14 tahun yakni
masa dimana individu mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada
kemampuannya masing-masing. Orientasi pilihan pekerjaan juga pada masa ini
berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat dan
kesukaannya.
c) Tahap nilai yaitu masa terbentuknya persepsi yang lebih jelas tentang gaya-gaya
okupasional. Tahap ini berlangsung pada usia 15-16 tahun yaitu tahap dimana minat
dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara sederhana oleh individu yang mulai
menyadari bahwa terdapat suatu kandungan nilai-nilai tertentu dari suatu jenis
pekerjaan, baik kandungan nilai yang bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang
bersifat kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai ini pula yang
membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan pekerjaan
lainnya.
d) Tahap transisi, berlangsung pada usia 17-18 tahun. Pada usia ini individu menyadari
keputusannya tentang pilihan karir serta tanggung jawab yang menyertai karir tersebut.
Individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya
(minat, kapasitas, dan nilai) untuk dapat direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini
dikenal juga dengan tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja,
pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu. Keputusan
yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung jawab dan konsekuensi
pola karier yang dipilih.
3. Masa realistik
Pada tahap realistik anak melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian
ataspengalaman-pengalaman kerjanya dala kaitan dengan tuntutan sebenarnya, sebagai syarat
untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau kalau tidak bekerja, untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi. Masa ini mencakup anak usia 18-24 tahun atau pada masa perkuliahan atau
mulai bekerja. Pada masa ini, okupasi terhadap pekerjaan telah mengalami perkembangan yang
lebih realistis. Orientasi minat, kapasitas, dan nilai yang dimiliki individu terhadap pekerjaan
akan direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan terstruktur dalam frame vokasional
(kristalisasi pola-pola okupasi) untuk memilih jenis pekerjaan dan atau memilih perguruan tinggi
yang sesuai dengan arah tentatif mereka (spesifikasi). Masa ini pun dibedakan menjadi 3(tiga)
tahap yaitu :
a) Tahap eksplorasi, yakni tahap dimana individu akan melakukan eksplorasi
(menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada masa tentatif akhir dan belum
berani mengambil keputusan) dengan memberikan penilaian atas pengalaman atau
kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dalam keterkaitannya terhadap tuntutan
kerja yang sebenarnya. Penilaian ini pada hakikatnya berfungsi sebagai acuan dan atau
syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi. Tahap ini berpusat pada saat masuk ke perguruan tinggi. Pada tahap
ini, individu mempersempit pilihan karir menjadi dua atau tiga kemungkinan tetapi
pada umumnya masih belum menentu.
b) Tahap kristalisasi, yakni tahap dimana penilaian yang dilakukan individu terhadap
pengalaman atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan baik yang
berhasil ataupun yang gagal akan mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang
jelas. Pada tahap ini, individu akan mengambil keputusan pokok dengan mengawinkan
faktor-faktor internal dan eksternal dirinya untuk sampai pada spesifikasi pekerjaan
tertentu, termasuk tekanan keadaan yang ikut memaksa pengambilan keputusan itu.
Tahap kristalisasi terjadi saat komitmen pada satu bidang karir tertentu sudah
terbentuk. Jika ada perubahan arah, itu disebut “pseudo-crystallization”.
c) Tahap spesifikasi, yaitu tahap pilihan pekerjaan yang spesifik atau khusus. Pada tahap
ini, semua segmen dalam orientasi karier yang dimulai dari orientasi minat, kapasitas,
dan nilai, sampai tahap eksplorasi dan kristalisasi telah dijadikan pertimbangan
(kompromi) yang matang (determinasi tugas-tugas perkembangan yang optimal) dalam
memilih arah dan tujuan karier dimasa yang akan datang. Tahap spesifikasi terjadi bila
individu sudah memilih suatu pekerjaan atau pelatihan profesi untuk karir tertentu.
Berdasarkan atas tahap-tahap tersebut, setelah anak melakukan eksplorasi dan memadukan
faktor-faktor internal dan eksternal, selanjutnya anak memasuki fase kristaliasi dengan
mengambil keputusan, dan selanjutnya mengambil keputusan yang lebih spesifik. Berdasarkan
teori perkembangan karir Ginzberg, maka semakin dewasa, proses pemilihan pekerjaan semakin
meningkat ke arah yang lebih realistik. Dari berbagai tahapan yang ada, dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa pelaksanaan pemilihan pekerjaan yang terjadi pada individu merupakan suatu
pola pilihan karir yang bertahap dan runtut, yang dinilai subjektif oleh individu dalam
sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Artinya, pada saat
keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan-pilihan yang lain akan dicoret. Sehingga individu
yang berhasil dalam karier/pekerjaan (memiliki kepuasan kerja) adalah individu yang mampu
mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat, kapasitas, dan nilai
kedalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis. Kelompok Ginzberg mengakui adanya variasi
individual dalam proses pembuatan keputusan karir. Pola individual perkembangan karir yang
tidak sesuai dengan sebayanya disebut “menyimpang”. Terdapat dua penyebab utama
penyimpangan itu, yaitu:
a. Keterampilan okupasional yang sudah berkembang dengan baik secara dini sering
menghasilkan pola karir yang dini pula yang menyimpang dari perkembangan normal.
b. Timing untuk tahap perkembangan realistis itu mungkin secara signifikan lebih lambat
datangnya sebagai akibat dari variabel-variabel tertentu seperti instabilitas emosi,
berbagai masalah pribadi, dan kekayaan finansial.
Dari penelitian ini muncul sebuah proses khas yang sistematis yang didasarkan terutama
pada pola penyesuaian diri remaja yang mengarahkan individu ke pilihan okupasi. Pemilihan
okupasi merupakan proses bertahap yang dinilai secara subjektif oleh individu yang
bersangkutan dalam sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa dewasanya.
Pilihan okupasi itu dirumuskan selama individu melalui tahapan-tahapan sebagaimana
dideskripsikan dalam penelitian ini. Pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan-
pilihan lain yang potensial dicoret.
Pada awalnya, Ginzberg et al. menyatakan bahwa proses perkembangan pembuatan
keputusan okupasional itu tidak dapat diputar balik, yaitu bahwa individu tidak dapat kembali
secara kronologis ataupun psikologis ke masa lalu untuk mengubah keputusannya. Konklusi ini
kemudian dimodifikasi. Individu dapat mengubah keputusannya tetapi tetap menekankan
pentingnya pilihan yang dilakukan secara dini dalam proses pembuatan keputusan karirnya.
Dalam kaji ulang terhadap teorinya, Ginzberg (1984) menekankan kembali bahwa pilihan
okupasional merupakan proses pembuatan keputusan seumur hidup bagi mereka yang mencari
kepuasan dari kerjanya. Ini berarti bahwa mereka harus senantiasa menilai ulang bagaimana
mereka dapat meningkatkan kecocokan antara perubahan tujuan karirnya dengan realita dunia
kerja.
Telah terdapat sejumlah evidensi yang mendukung prinsip utama dari teori ini. O’Hara dan
Tiedeman (1959) menginvestigasi keempat tahap dari periode tentative (minat, kapasitas, nilai,
dan transisi) dan menemukan bahwa tahap-tahap itu memang terjadi sesuai dengan urutan
sebagaimana diteorikan, tetapi pada usia yang lebih dini. Studi oleh Davis, Hagan, dan Strouf
(1962) dan Hollender (1967) cenderung mendukung konsep perkembangan vokasional,
meskipun waktu dan urutan tahap-tahap tersebut belum sepenuhnya didukung.
Konseptualisasi perkembangan proses pembuatan keputusan karir tersebut sangat
bertentangan dengan pendekatan trait and faktor. Meskipun belum sepenuhnya teruji, tetapi teori
ini memberikan suatu deskripsi tentang suatu proses perkembangan untuk pola perkembangan
vokasional yang normal maupun menyimpang. Teori ini lebih bersifat deskriptif daripada
eksplanatori; artinya bahwa teori ini tidak memberikan strategi untuk memfasilitasi
perkembangan karir ataupun penjelasan tentang proses perkembangannya. Tampaknya kegunaan
utama dari teori ini adalah dalam memberikan satu kerangka baru untuk melakukan studi
mengenai perkembangan karir.
Diakhir pendapatnya, Ginzberg juga menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan dalam
pilihan karier itu berlangsung sepanjang hayat, sebagai refleksi dari perubahan minat dan tujuan-
tujuan, serta keadaan atau tekanan yang berlangsung dalam kehidupan seseorang. Konsep ini
sebagai reaksi edukatif Ginzberg atas kelemaham awal tentang batasan umur masa realistis dari
teori yang dibangunnya. Sehingga diakhir pendapatnya, Ginzberg (Munandir, 1996:92)
menyatakan bahwa “pemilihan pekerjaan merupakan proses pengambilan keputusan yang
berlangsung seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini
mengharuskan mereka berulang-ulang melakukan penilaian kembali, dengan maksud mereka
dapat lebih mencocokkan tujuan-tujuan karier yang terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia
kerja”. (Ginzberg, 1984,180).
Unsur-Unsur Teori Ginzberg
Perkembangan karir terikat pada tiga unsur, yaitu proses, irreversibilitas, dan kompromi
(Gibson dan Mitchell, 1995). Dari unsur proses yang berpendapat bahwa pilihan terhadap
pekerjaan itu merupakan suatu proses, sedangkan unsur irreversibilitas merujuk pada pernyataan
bahwa pilihan pekerjaan itu tidak dapat diubah, dibatalkan, atau dibalikkan. Sedang kompromi
menyatakan bahwa pilihan pekerjaan merupakan kompromi dari faktor-faktor yang ada, antara
kepentingan subyek dengan kepentingan nilai, minat, dan kemampuan. Setelah direvisi pada
tahun 1970, proses yang semula berakhir pada awal masa dewasa atau akhir masa remaja,
kemudian dirumuskan bahwa tidak demikian halnya tetapi berlangsung terus menerus. Mengenai
irreversibilitas, adanya pembatasan pilihan tidak mesti berarti bahwa pilihan itu bersifat
menentukan. Apa yang terjadi sebelum orang berumur 20 tahun mempengaruhi kariernya.
Tersedianya kesempatan bisa saja menyebabkan orang berubah dalam pilihan pekerjaannya.
Konsep kompromi juga mengalami revisi sebagai hasil temuan-temuan riset. Konsep dasar
tentang kompromi tetap, yaitu bahwa dalam pemilihan pekerjaan ada unsur kompromi. Hanya
saja, hal itu bukan peristiwa sekali saja. Konsep optimalisasi yang merupakan penyempurnaan
teorinya berarti bahwa setiap orang berusaha mencari kecocokan yang paling baik antara
minatnya yang terus mengalami perubahan,tujuan-tujuannya, dan keadaan yang juga terus
berubah. Kompromi bersifat dinamis dam berlangsung seumur hidup.
Implikasi Teori Ginzberg dalam Bimbingan Konseling
Berdasarkan atas teori yang dikemukakan oleh Ginzberg, hendaknya dapat dijadikan acuan
oleh guru pembimbing dalam memfasilitasi perkembangan siswa di sekolah. Bersumber pada
pengorganisasian bimbingan konseling di sekolah sebagai sistem yang memberikan pelayanan
bimbingan karier kepada para peserta didik maka implikasi teori ini dapat berupa, antara lain:
1. Informasi karier atau pekerjaan oleh guru pembimbing akan lebih memungkinkan siswa
untuk dapat mengenal berbagai jenis pekerjaan dan pola karier yang dapat mereka pilih
setelah menyelesaikan pendidikannya. Layanan seperti ini juga ditengarai dapat
membantu siswa dalam mengenal secara seksama arah minat dan kemampuan (potensi
diri) untuk difantasi dan ditentasikan hingga sampai pada kemampuan untuk
merealisasikan orientasi-orientasi itu dimasa yang akan datang. Informasi karier seperti
ini oleh Munandir (1996:250) dapat berkenaan dengan informasi jenis-jenis pekerjaan
dan informasi jenis-jenis pendidikan. Bentuk lain materi layanan informasi karier yang
juga dapat diberikan guru pembimbing adalah dengan penyediaan berbagai sumber
informasi pekerjaan, jabatan dan karier, penyediaan papan media bimbingan, dan
penyediaan sumber-sumber informasi jabatan (Ketut, 1984 : 238-239).
2. Pengenalan terhadap minat, kapasitas, yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang
dianutnya akan sangat diperlukan oleh guru pembimbing dalam upaya mengembangkan,
membina, dan mengarahkan siswa pada pola-pola vokasional dan atau pemilihan
pendidikan yang tepat dan selaras dengan kondisi dan pilihan karier tersebut.
3. Aplikasi konseling karier dengan pola pendekatan konseling behavioral yang muatannya
berupa analisis, eksplorasi kondisi yang sesuai mengenai individu, keterampilan yang
dimilikinya, minat, keinginan, dan nilai kemasyarakatan, tekanan, dan arah
kecenderungan dunia kerjanya, akan sangat membantu individu dalam mencapai
kecocokan dan kepuasan kerja. Dalam kegiatan konseling karier, penjelasan yang
diberikan mengenai informasi pekerjaan ini bertujuan untuk mengukuhkan pilihan karier
yang telah diambil individu dan membantu individu kalau ia mengalami ketidakpastian
antara dua pilihan yang sama-sama menarik. Informasi karier juga bermaksud
memberikan dasar pengujian pilihan yang tepat, dan bertujuan memotivasi individu yaitu
dengan cara melibatkan individu secara aktif dalam proses pengambilan keputusan.
4. Perkembangan karier merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses
perkembangan orang muda dan pilihan yang menyangkut jabatan dimasa depan dan
berlangsung selaras dengan perkembangan karier. Kalau proses perkembangan orang
muda tidak berjalan sebagaimana mestinya, laju perkembangan karier juga tidak akan
berjalan lancar dan banyak pilihan karier akan menunjukkan kekurangan yang berat.
Karena itu, bimbingan karier harus direncanakan dan dikelola dengan maksud menunjang
perkembangan karier orang muda, sesuai dengan tahap perkembangan diberbagai jenjang
pendidikan disekolah. Secara ideal, bimbingan diberikan sebagai bagian integral dari
pendidikan karier atau pendidikan jabatan (career education). Sifat bimbingan yang
diutamakan dalam bimbingan karier adalah sikap perseveratif (developmental) dan sifat
pencegahan (preventive), lebih-lebih dalam bimbingan karier yang diberikan secara
kelompok. Sifat korektif (remedial) dapat muncul dalam konseling karier (career
counseling) secara individual sesuai dengan kasus konkret yang dihadapi, misalnya
gambaran diri yang kurang bulat, informasi jabatan yang tidak diolah secara tepat dan
pilihan yang kurang matang.
5. Pilihan jabatan tidak dibuat sekali saja dan tidak definitive dengan sekali memilih saja.
Orang muda membuat suatu rangakain pilihan yang berkesimanbungan dan bertahap, dari
pilihan yang masih bersifat agak luas dengan memilih bidang jabatan sampai jabatan
tertentu dibidang itu. Pilihan-pilihan itu dibuat dalam lingkup lingkungan sosial, budaya,
dan ekonomi tertentu, namun kontinuitas dan keterpaduan diantara seluruh pilihan
berakar dalam gambaran diri atau kosep diri yang semakin berkembang. Gambaran diri
merupakan garis dasar yang menyambung dan memadukan semua pilihan yang dibuat.
Karena itu, bimbingan karier harus menunjang usaha orang muda untuk mengenal dirinya
sendiri dengan lebih baik. Pemahaman diri ini menjadi benang merah dalam menyusun
rencana masa depan dan semua pilihan yang dibuat mendapat maknanya sebagai
implementasi konkret dari konsep diri dalam berbagai aspeknya.
Konseling karier yang berlangsung dalam pertemuan pribadi antar konselor dan konseli
dan kerap terfokuskan pada permasalahan mengenai pilihan program studi dan/ atau pilihan
jabatan, akan berlangsung lebih lancar bilamana orang muda telah disiapkan melaui bimbingan
karier secara kelompok untuk menghadapi saat-saat harus dibuat suatu pilihan diantara beberapa
alternatif. Persiapan ini meliputi aneka topik bimbingan kelompok seperti pemahaman diri,
pengolahan informasi pendidikan (educational information), pengolahan informasi tentang dunia
kerja (vocational information), pengolahan informasi pendidikan dan pekerjaan dalam
keterpaduan satu sama lain (career information), pendalaman nilai-nilai kehidupan (values) yang
terkandung dalam bidang kehidupan bekerja dan memegang jabatan, serta cara yang tepat dalam
mengambil suatu keputusan dengan memilih diantar berbagai alternatif (decision making skills).
Dengan demikian, konseling karier tidak akan menjadi kursus kilat yang memadatkan program
bimbingan karier dalam satu-dua wacana, yang mungkin membingungkan konseli karena dalam
waktu singkat harus diperoleh informasi tentang lingkungan dan diri sendiri, harus ditemukan
beberapa alternatif pilihan, serta harus dipelajari cara yang tepat untuk mengambil suaru
keputusan secara tanggung jawab. Demikian pula, konselor tidak akan berhadapan dengan
konseli yang kurang mengerti akan kompleksitas pilihan karier serta kurang paham akan segala
faktor internal dan eksternal yang perlu dipertimbangkan.
1.2 Instrumen yang Digunakan Dalam Kegiatan Layanan
Pemberian informasi karir pada siswa kelas XI di SMK Kesehatan Bhaktiyasa dalam
pemilihan karirnya, menggunakan instrument yaitu kuesioner penelusuran arah karir. Tujuan dari
penggunaan kuesioner penelusuran arah karir yaitu agar lebih mudah mengetahui kemana arah
karir siswa, apa sudah sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Selain itu kami juga
menggunakan angket biodata dan wawancara. Adapun instrumentnya adalah sebagai berikut :
1) Kuisioner
KUESIONER PENELUSURAN ARAH KARIR
SMK KESEHATAN BHAKTIYASA
1. Nama : .............................................................................
2. Kelas : .............................................................................
3. Jurusan : .............................................................................
4. Sekolah : .............................................................................
5. Pilihan Karir :
1) Kuliah
2) Bekerja
3) Menikah
4) Dan lain-lain
a. Jika anda ingin kuliah, ke Perguruan tinggi mana anda ingin
melanjutkan studi?
( ) Stikes Bali
( ) Stikes Majapahit
( ) Stikes Banyuwangi
b. Jika anda ingin bekerja, kemana sajakah anda ingin bekerja? Sebutkan!
c. Jika anda ingin melanjutkan kerja selain dari pilihan di atas maka isilah
keterangan dimana anda ingin bekerja!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
d. Kritik, saran, masukan anda terhadap pemberi layanan!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Singaraja, Mei 2012
Pengisi angket,
(.........................................................)
2). Biodata Siswa
BIODATA SISWA
NAMA :
KELAS :
JURUSAN :
TEMPAT LAHIR :
TANGGAL LAHIR :
ALAMAT :
HOBI :
NO TELPON :
NAMA AYAH :
PEKERJAAN AYAH :
NAMA IBU :
PEKERJAAN IBU :
1.3 RPBK yang Digunakan serta Perangkat Media yang Menyertainya
Dengan melihat kebutuhan siswa yang ada di SMK Kesehatan Bhaktiyasa maka dari itu
diperlukan rancang RPBK (Rencana Pembelajaran Bimbingan dan Konseling) sebagai berikut :
RPBK
(RENCANA PEMBELAJARAN BIMBINGAN DAN KONSELING)
Sekolah : SMK Kesehatan Bhaktiyasa Singaraja
Kelas/Smt : X (sepuluh) / 2 (genap)
Jurusan/Bidang : Keperawatan
Bidang Bimbingan : Bidang Karir
Jenis Layanan : Klasikal
Topik Layanan : Memberikan informasi tentang perkembangan
karir serta peluang pekerjaan di dalam
dunia kerja.
Waktu Pelaksanaan : 4 x 25 menit
B. Tujuan Kegiatan :
1. Siswa dapat memiliki pemahaman tentang informasi
perkembangan karir
2. Membantu siswa agar dapat mengenal berbagai jenis karir
sesuai dengan bidang atau jurusannya.
3. Memberikan informasi kepada siswa tentang jenjang
pendidikan yang lebih tinggi serta peluang pekerjaan didalam
dunia kerja sesuai dengan karir yang akan dikembangkannya.
4. Siswa dapat mulai mempersiapkan diri tentang
perkembangan karirnya kedepan.
C. Metode/Pendekatan/Teori/Model :
1. Metode : Ceramah, Tanya Jawab, dan Diskusi
2. Teori : Perkembangan Karir (Ginzberg)
D. Langkah Kegiatan Layanan
TAHAP URAIAN KEGIATAN WAKTU
Pembukaan
Kegiatan Inti
1. Menyampaikan salam panganjali “Om
Swastyastu”.
2. Mengecek kehadiran siswa dengan
melakukan presensi.
3. Memberikan apersepsi
4. Menyampaikan tujuan dan kegiatan
yang akan dilaksanakan yaitu
memberikan informasi kepada siswa
dengan tema “Perkembangan Karir serta
Peluang Pekerjaan di dalam dunia
kerja”
1. Menjelaskan perkembangan karir serta
peluang pekerjaan di dalam dunia kerja
di masa depan.
2. Memberikan informasi tentang berbagai
macam Perguruan Tinggi dan dunia
kerja yang dapat ditempuh setelah lulus
dari SMK Kesehatan.
3. Menjelaskan prospek kedepan setelah
lulus SMK Kesehatan
4. Melakukan tanya jawab
10’
40’
Penutup
5. Wawancara kecil
1. Menyimpulkan hasil layanan
2. Evaluasi
3. Refleksi hasil (Setiap siswa menuliskan
di angket yang telah disediakan untuk
mengetahui hasil pelaksanaan layanan)
10’
E. Media/alat/sumber Informasi :
Media : brosur, website, power point,
Nara Sumber :.......................
F. Evaluasi
1. Evaluasi Hasil : a. Laiseg : Siswa dapat memahami tentang bimbingan karir
yang diberikan.
b. Laijapen : Siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang
dunia karir pada umumnya.
c. Laijapang : Siswa dapat meningkatkan keterampilan dasar dan
berpikir agar mampu melaksanakan keputusan
tentang karir yang sesuai dengan dirinya.
2. Evaluasi Proses : Proses kegiatan dilaksanakan dengan mengadakan pengamatan
(observasi) langsung ke lapangan atau sekolah tujuan. Dalam proses
kegiatan pemberian layanan aspek yang diamati yaitu partisipasi
siswa dan antusias siswa selama kegiatan berlangsung.
Mengetahui, Singaraja, Mei 2012
SMK Kesehatan Bhaktiyasa Singaraja Guru BK
Drs. Made Wastu Muliadi Ni Dsk Nym Pramita Sani, S.Pd
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil-hasil yang dicapai
Setelah pemberian layanan informasi tentang pemilihan karir secara klasikal dengan
menyebarkan kuesioner penelusuran arah karir, para siswa menjadi mengetahui persyaratan dan
keterampilan yang diperlukan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi dan peluang-peluang kerja
yang dapat ia pilih sesuai jurusan dan kemanpuan yang dimiliki oleh siswa setelah lulus dari
SMK. Adapaun hasil dari penelitian kami pada siswa melalui kuisioner sebagai berikut :
No Nama
Pilihan Karir
Stikes
Bali
Stikes
Wieamedika
Stikes
Majapahit
Stikes
Banyuwan
gi
Stikes
Poltekes
Negeri
1
Komang Dewi
Arini
√
2 Luh Yuliartini √
3
Kadek Bela
Purnama Dewi
√
4
Luh Novi Kartika
Dewi
√
5 Kadek Ayu Tina √
6 Putu Chandra dewi √ )
7
Komang Dyah
Novi Enggelina
√
8 Ade Erlina Kirana √
9
Ardi Susila
Dharma Putra √
10 Alifia Pitaloka √
11 Putu Sri Ratna √ √
Ekayanti
12 Luh Desi aldiani √
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan para siswa memiliki keinginan yang
besar untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi akan tetapi beberapa dari mereka ekonomi dari
orang tua yang rendah sehingga mereka mengalami kebingungan untuk melanjutkan sekolah.
Mereka takut jika melanjutkan sekolah akan membebani orang tua karena biaya pada saat ini
untuk melanjutkan sangatlah besar. Dengan masalah seperti ini kami melakukan wawancara
dengan memberikan motivasi-motivasi agar mereka tetap selalu semangat untuk melanjutkan
sekolah. Sehingga mereka dapat melakukan karir sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Kesan-kesan dari siswa, kepala sekolah, dan guru bimbingan konseling
a. Kesan dari para siswa
Kesan-kesan yang disampaikan oleh siswa kelas XI Jurusan Keperawatan setelah
diberikan informasi tentang karir siswa merasa senang menerima informasi yang
diberikan tentang karir mereka kedepannya. Sehingga apa yang menjadi pilihan awal
siswa mengambil jurusan keperawatan dapat mendukung pilihan karir kedepannya untuk
melanjutkan studi. Siswa juga tahu tentang tuntutan-tuntutan dunia kerja dan kelanjutan
studi sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk
menghadapi tuntutan-tuntutan yang ada dalam dunia kerja.
Selain itu, penerimaan siswa di kelas sangat baik. Siswa begitu disiplin dan sangat
antusias memperhatikan kami pada saat menjelaskan materi mengenai layanan informasi
perkembangan karir di kelas.
b. Kesan dari Kepala Sekolah SMK Kesehatan Bhaktiyasa
Kemudian kesan-kesan yang disampaikan oleh Kepala SMK Kesehatan Bhaktiyasa
tentang pemberian layanan informasi karir pada siswa sangat bermanfaat dan berguna
untuk karir dimasa depan dan dengan kunjungan kami kepala sekolah berharap kami mau
meluangkan waktu dilain hari agar dapat memberikan bimbingan lanjutan untuk siswa
berkenaan dengan karir karena disekolah SMK Kesehatan Bhaktiyasa ini masih
meminjam guru BK yang ada disekolah SMP Bhaktiyasa.
c. Kesan dari Guru BK Kesehatan Bhaktiyasa
Selanjutnya yang terakhir kesan-kesan yang disampaikan oleh guru pembimbing atau
guru bimbingan konseling tentang pemberian informasi karir pada siswa sangat
bermanfaat dan antusias dengan pemberian layanan informasi tersebut agar siswa
mengetahui dan paham bagaimana mengembangkan karir kedepannya sesuai dengan
jurusan yang mereka tempuh. Dengan kunjungan kami kesekolah guru BK juga
berterima kasih dengan pemberian informasi dari kami berkenaan dengan karir karena
dari sekolah hanya menunggu sosialisasi dari pihak-pihak terkait.
3.2 Kelemahan dan kelebihan kegiatan layanan yang sudah dilakukan
Kegiatan layanan informasi yang diberikan kepada siswa memiliki beberapa kelemahan
diataranya adalah:
1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati
tidak terjawab
2. Kemungkinan responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
3. Keakuratan dari kuisioner hasil atau fakta snagat sulit ditemukan karena responden
menjawab tidak serius
4. Kuisioner yang dibuat terlalu banyak sehingga siswa mengalami kejenuhan
Kegiatan layanan informasi yang diberikan kepada siswa memiliki beberapa kelebihan
diataranya adalah :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu
senggang responden.
4. Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas, jujur dantidak malu-malu menjawab.
5. Dapatdibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberipertanyaan yang benar-
benar sama.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Simpulan yang dapat disampaikan dari laporan yang telah dibuat yaitu Bimbingan karir
merupakan salah satu layanan bimbingan konseling yang sangat penting, yang diberikan
disekolah-sekolah, yaitu pada siswa SMP, SMA maupun SMK yang akan menempuh jenjang
pendidikan selanjutnya. Bimbingan karir juga memberikan bantuan, layanan dan pendekatan
terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya,
memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencanakan masa depan dengan bentuk
kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan mengambil suatu keputusan bahwa
keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya.
Dengan pemberian layanan bimbingan karir, siswa akan lebih terarah dalam menentukan
arah karir kedepannya. Setelah diadakannya pemberian layanan di kelas XI Jurusan Keperawatan
SMK Kesehatan Bhaktiyasa Singaraja, siswa dapat menentukan dan merencanakan karirnya
mulai dari sekarang agar sesuai dengan jurusannya sekarang. Dan siswa tidak mengalami
kebingungan lagi.
4.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari laporan yang telah dibuat yaitu dalam menentukan
karir kedepannya siswa diharapakan memilihnya jurusan sesuai dengan minat dan bakat yang
dimiliki. Agar karir kedepannya dapat berjalan dengan baik dan sukses sesuai yang diharapkan
dan dicita-citakan. Bagi guru pembimbing, harus memperhatikan potensi, minat, dan bakat yang
dimiliki oleh peserta didiknya. Agar peserta didiknya tahu arah karir kedepannya.