laporan observasi bk

44
LAPORAN OBSERVASI BK SMP YPE CILACAP Disusun Oleh: Nurul Ummi Lathifah 4401411100

Upload: nurul-ummi-lathifah

Post on 27-Oct-2015

420 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

kjkasjkajdk

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Observasi Bk

LAPORAN OBSERVASI BK

SMP YPE CILACAP

Disusun Oleh:

Nurul Ummi Lathifah 4401411100

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

Page 2: Laporan Observasi Bk

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah sasaran pendidikan. Pendidikan bermaksud membantu

peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi

kemanusiaannya. Peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang sedang

berada dalam proses berkembang ke arah kematangan. Masing-masing

peserta didik memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti terdapat

perbedaan individual diantara mereka, seperti menyangkut aspek

kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dan kemampuan

penyesuaian diri. Dalam dunia pendidikan, peserta didikpun tidak jarang

mengalami masalah-masalah, sehingga tidak jarang dari peserta didik yang

menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari

kategori ringan sampai dengan berat.

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada

kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam

kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan atau masalah yang silih

berganti. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat

maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan

tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu

mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain.

Berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik,

maka perlu adanya pendekatan-pendekatan melalui pelaksanaan

bimbingan dan konseling. Disini, guru memiliki peranan yang sangat

penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi

tentang keadaan siswa atau pesrta didik. Di dalam melakukan bimbingan

dan konseling, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah

merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan

Page 3: Laporan Observasi Bk

menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang

komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik.

Pelayanan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta d

idik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan

belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling

memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok,

atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, minat, perkembangan,

kondisi, serta peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu

mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta

didik.

Miskonsepsi merupakan masalah yang sering dihadapi oleh guru

maupun oleh siswa dalam pembelajaran BK di sekolah. Meskipun

didukung oleh landasan legal dan formal, namun pelaksanaan BK di

sekolah belum bisa dilaksanakan secara maksimal. Hal ini lebih

dikarenakan oleh lemahnya konsep dan pola pelaksanaan BK yang tidak

berhasil dirumuskan secara memadai oleh pemerintah, sekaligus lemahnya

kompetensi yang dimiliki oleh guru BK di sekolah yang umumnya secara

akademik bukan berasal dari sarjana BK. Faktor inilah yang melahirkan

terjadinya miskonsepsi BK di sekolah.

Oleh karena itu, peneliti melakukan semacam tinjauan atau observasi

berkaitan dengan pelaksanaan, hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan

tersebut, peranan guru bidang studi, serta miskonsepsi BK yang dihadapi

oleh sekolah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pelaksanaan BK di SMP YPE Cilacap?

2. Apa saja yang menjadi hambatan pelaksanaan BK di SMP YPE

Cilacap?

3. Bagaimana peranan guru bidang studi dalam BK di SMP YPE?

4. Apakah terjadi miskonsepsi BK di SMP YPE Cilacap?

Page 4: Laporan Observasi Bk

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan BK di SMP YPE

2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan-hambatan dan

penyelesaiannya dalam pelaksanaan BK di SMP YPE Cilacap

3. Untuk mengetahui bagaimana peran guru bidang studi di SMP YPE

Cilacap dalam BK

4. Untuk mengetahui miskonsepsi BK di SMP YPE Cilacap

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Mengetahui sejauh mana BK terlaksana di SMP YPE Cilacap

2. Meluruskan miskonsepsi BK yang terjadi di SMP YPE Cilacap

Page 5: Laporan Observasi Bk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah

“Guidence and Counseling” dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan

istilahnya maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu

bantuan. Namun tidak setiap bantuan adalah bimbingan.

Yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses pemberian bantuan

yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang atau beberapa orang

individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang

dibimbing dapat mengembangkan kemapuannya sendiri dan mandiri,

dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Pengertian konseling adalah suatu proses member bantuan yang

dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut

dengan konselor) kepada individu yang sedag mengalami suatu masalah

(disebut dengan klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang

dihadapi oleh klien.

B. Peranan Guru dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran

di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru

pembimbing atau konselor, misalnya guru lebih sering berinteraksi dengan

siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara rutin tentang

perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan tidak

mungkin akan langsung berhadapan dengan permasalahan siswa. Oleh

karena itu, tidak salah jika dalam pelayanan bimbingan dan konseling guru

ditempatkan sebagai mitra kerja utama, disamping wali kelas.

Page 6: Laporan Observasi Bk

Ada beberapa peranan guru ketika ia diminta mengambil bagian dalam

penyelenggaraan program BK di sekolah, yaitu :

1. Guru sebagai infomator

Guru berperan sebagai informator, terutama berkaitan dengan tugasnya

membantu guru BK dalam memasyarakatkan layanan BK kepada

siswa pada umumnya. Menginformasikan tentang layanan BK, tujuan,

fungsi, dan manfaatnya bagi siswa.

2. Guru sebagai fasilitator

Guru berperan sebagai fasilitator ketika dilangsungkan layanan

pembelajaran baik itu yang bersifat preventif maupun kuratif.

Dibandingkan dengan guru pembimbing, guru lebih memahami

tentang ketrampilan belajar yang perlu dikuasai oleh siswa pada mata

pelajaran yang diajarnya. Pada saat siswa mengalami kesulitan belajar,

guru dapat merancang program perbaikan dengan mempertimbangkan

tingkat kesulitan yang dialami dan menyesuaikan dengan gaya belajar

siswa.

3. Guru sebagai mediator

Menjadi mediator antara siswa dengan guru pembimbing.

4. Guru sebagai motivator

Berperan sebagai motivator siswa dalam memanfaatkan layanan BK

sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh

layanan konseling.

5. Guru sebagai kolaborator

Guru dapat berperan sebagai kolaborator di sekolah, misalnya dalam

penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan

pembelajaran.

C. Pelaksanaan BK dan Miskonsepsi BK di sekolah

Umumnya orang tua siswa sangat enggan berhubungan dengan guru

BK karena adanya asumsi bahwa anak yang ditangani oleh BK merupakan

Page 7: Laporan Observasi Bk

peserta didik yang bermasalah. Tidak hanya orang tua siswa, praktisi

pendidikan secara umum juga mengalami miskonsepsi yang sama tentang

BK.

Di lingkungan praktisi pendidikan sendiri, BK sering disalahpahami

sebagai aktivitas yang tepisah dari proses pendidikan dan pembelajaran

secara keseluruhan. Kesalahpahaman seperti ini berimplikasi pada praksis

BK di sekolah yang berlangsung sangat parsial, semisal : BK semata-mata

sebagai proses pemberian nasihat; aktivitas BK hanya bersifat aksidental;

bimbingan hanya diberikan kepada klien yang dianggap bermasalah atau

menyimpang; akhirnya aktivitas BK hanya menjadi tanggungjawab dari

guru BK (konselor) saja.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang bersifat parsial seperti

inilah yang melahiran citra negatif aktivitas BK di sekolah. Di mata

praktisi pendidikan dan peserta didik, posisi konselor dipandang sebagai

“polisi sekolah” yang tugasnya semata-mata menangani dan menghukum

siswa yang bermasalah. Tanpa didukung oleh tenaga guru yang memiliki

kompetensi akademik dibidang BK, menjadikan pelaksanaan BK dapat

dilakukan oleh siapapun, meskipun tidak memiliki latar belakang

akademik BK.

Hal ini masih diperparah oleh lemahnya akses terhadap literature yang

bisa menjadi sumber rujukan, pengertian, teori, dan praktik bimbingan dan

konseling. Pelaksanaan BK di sekolah pada praktiknya dilaksanakan tanpa

rujukan teori dan konsep memadai dan sama sekali tidak berimplikasi pada

pengembangan diri peserta didik. Miskonsepsi seperti ini dapat berujung

pada tindakan malpraktik konseling yang sangat membahayakan masa

depan pendidikan dan terutama masa depan klien.

SK Mendikbud (SK No.025/1995 sebagai penjabaran lebih lanjut dari SK

Menpan No.83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit),

memberikan petunjuk teknis yang mengatur tentang :

Page 8: Laporan Observasi Bk

1. Kegiatan BK di sekolah harus dilaksanakan oleh konselor yang secara

khusus menangani masalah pengembangan diri peserta didik

2. Guru pembimbing merupakan orang yang memiliki kompetensi

akademik, berlatar belakang pendidikan Konseling atau Psikologi

Pendidik, atau minimal mengikuti Penataran Bimbingan dan Konseling

selama 180 jam

3. Kejelasan pola BK dengan menetapkan tujuan, fungsi, prinsip dan

asas-asasnya, menentukan bidang bimbingan dan jenis layanannya

secara terperinci serta menentukan kegiatan pendukung pemecahan

masalah (BK Pola-17)

4. BK dilaksanakan dengan tahapan yang terencana melalui kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis hasil dan tindak lanjut.

D. Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkait dengan

empat komponen program yaitu:  (a) layanan dasar; (b)  layanan responsif;

(c) perencanaan individual; dan  (d) dukungan sistem.

a) Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan

a.  Bimbingan Klasikal

Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini

berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang

menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para

siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan layanan

bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan

melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang

berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa.

Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal

pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga

memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang

dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal

Page 9: Laporan Observasi Bk

yang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel

(pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran,

perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk

SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya.

Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang

diberikan kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan

yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi

langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun

elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet).

Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat

mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua siswa

terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara

pasti untuk semua kelas.

b. Bimbingan Kelompok

Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa

melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini

ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik

yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah

yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti :

cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan

mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk

mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif

dan produktif.

c.    Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas

Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila

didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para

guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan

guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang

siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya),

membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi

Page 10: Laporan Observasi Bk

aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata

pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya :

1)     menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas

yang kondusif bagi belajar siswa

2)      memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam

3)      menandai siswa yang diduga bermasalah

4)     membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui

program remedial teaching

5)     mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan

layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing

6)    memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan

bidang kerja yang diminati siswa

7)    memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan,

sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa

tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja,

persyaratan kerja, dan prospek kerja)

8)    menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek

emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena

guru merupakan “figur central” bagi siswa)

9)    memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata

pelajaran yang diberikannya secara efektif.

d.   Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua

Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program

bimbingan, konselor perlu melakukan kerjasama dengan para

orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan

Page 11: Laporan Observasi Bk

terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga

oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan

terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar

pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya

mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang

mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan

orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti : (1) kepala

sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk

datang ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang

pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2)

sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat)

tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua

diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah,

terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-

harinya.

b)    Strategi untuk Layanan Responsif

a.     Konsultasi

Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang

tua, atau pihak pimpinan sekolah dalam rangka membangun

kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para

siswa.

b.   Konseling Individual atau Kelompok

Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu

para siswa yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan

dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui

konseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah,

penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan

pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat

dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling

kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa memecahkan

Page 12: Laporan Observasi Bk

masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini,

masing-masing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya,

kemudian satu sama lain saling memberikan masukan atau

pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.

c.    Referal (Rujukan atau Alih Tangan)

Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk

menangani masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal atau

mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih

berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian.

Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki

masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas),

kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.

d.   Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)

Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang

dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang

menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau

pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing

berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik

maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai

mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan

informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa

yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.

c)    Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual

a.    Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small-group

Appraisal)

Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama

siswa menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan,

dan prestasi belajar siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor

membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya,

Page 13: Laporan Observasi Bk

yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya,

atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui

kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki pemahaman,

penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.

b.   Individual or Small-Group Advicement

Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk

menggunakan atau memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya,

atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang

diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan

kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan

dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki

kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan

tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3)

mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.

d)    Strategi untuk Dukungan Sistem

a.    Pengembangan Professional

Konselor secara terus menerus berusaha untuk “meng-

update” pengetahuan dan keterampilannya melalui (1) in-service

training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (3) aktif dalam

kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop

(lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang lebih

tinggi (Pascasarjana).

b.   Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi

Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan

guru, orang tua, staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar

sekolah (pemerintah, dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan

umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya

kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif

bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan

kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi

Page 14: Laporan Observasi Bk

ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama

dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan

peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti

dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3)

organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan

Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang

terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua siswa, (5)

MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6)

Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).

c.    Manajemen Program

Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak

mungkin akan terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu

sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan

secara jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti manajemen itu

sendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

“Management is the process of planning, organizing, leading and

controlling the efforts of organizing members and of using all other

organizational resources to achieve stated organizational goals”.

Page 15: Laporan Observasi Bk

BAB III

METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Observasi ini peneliti lakukan pada tanggal 16-19 Juni 2013, di SMP YPE

Cilacap.

B. Subyek Penelitian

Guru BK SMP YPE (Ibu Titi Widiati)

C. METODE PENELITIAN

Diperlukan data dan informasi yang lengkap, objektif, dan dapat

dipertanggungjawabkan, agar dapat diperoleh dan disajikan menjadi

pandangan dan gambaran yang benar. Oleh karena itu, dalam observasi ini

metode observasi yang digunakan adalah wawancara dan studi literatur.

Langkah observasi yang akan ditempuh adalah, pertama, mencari data

yang diperlukan pada sumber data serta menelusuri data dengan

wawancara, kedua, membuat pembahasan, ketiga, membuat simpulan dan

menarik simpulan, dan keempat, menyusun laporan akhir.

Page 16: Laporan Observasi Bk

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PERTANYAAN DAN HASIL WAWANCARA

1. T : Apa pengertian bimbingan dan konseling menurut Anda?

J : Memberikan bimbingan atau arahan penyuluhan terhadap siswa

yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.

2. T : Adakah perbedaan antara bimbingan dan konseling? Jika ada,

tolong jelaskan.

A : Mengarahkan ke tindakan, perbuatan, perilaku yang baik agar

anak didik tidak melakukan penyimpangan atau pelanggaran terhadap

aturan-aturan.

3. T : Apa tujuan umum dan khusus dari bimbingan dan konseling di

sekolah?

J : Tujuan umum : untuk mengendalikan peserta didik agar dapat

terarah, dan dapat mengatasi dirinya dari permasalahan yang dihadapi,

sehingga peserta didik berakhlak mulia, berprestasi. Tujuan khusus :

memberikan bantuan bimbingan dan arahan agar peserta didik

menyelesaikan masalah yang dihadapi, baik yang berkaitan dengan

pelanggaran norma-norma yang berlaku dan maslaah individual yang

dihadapi.

4. T : Apa pentingnya bimbingan dan konseling di sekolah?

J : Untuk bantuan bimbingan dan arahan kepada siswa, mengetahui

sejauh mana kedisiplinan sekolah dilaksanakan, mengetahui masalah yang

dihadapi siswa.

5. T : Bagaimana tanggapan Anda mengenai beberapa sekolah yang

menghapuskan jam pelajaran BK?

J : Tidak masalah, karena BK telah disisipkan dalam setiap mapel

melalui pendidikan karakter, artinya setiap guru harus melakukan Bk

Page 17: Laporan Observasi Bk

dengan klasikal dan individu sebelum permasalahan kasus dilimpahkan ke

coordinator BK.

6. T : Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah?

J :Peserta didik yang ada kasus ditangani oleh guru maple dan boleh

memanggil orang tua, guru mapel melimpahkan ke guru wali atau ke BK

dilengkapi dengan administrasi data, jika BK sudah tidak bisa

menyelesaikannya barulah diserahkan kepada kepala sekolah.

7. T : Hambatan apa saja yang dialami dalam pelaksanaan bimbingan

dan konseling?

J : Surat panggilan yang tidak sampai pada orang tua, orang tua yang

dipanggil tidak kunjung hadir, dan siswa juga tidak hadir sehingga

masalah tidak dapat terklarifikasi.

8. T : Bagaimana bimbingan dan konseling mengatasi hambatan dalam

pelaksanaan program bimbingan dan konseling agar tujuan bimbingan

dan konseling tetap dapat tercapai?

J : Surat panggilan dititipkan teman yang rumahnya dekat, atau

petugas sekolah yang menyerahkannya langsung. Melakukan kunjungan

rumah.

9. T : Apakah guru bimbingan dan konseling memasuki ruang kelas

untuk memberikan bimbingan?

J : Tidak, karena tidak ada jam, jika masuk maka sifatnya incidental.

10. T : Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berapa jam

pelajaran dalam seminggu?

J : Sesuai dengan kurikulum yang baru tidak ada jam untuk BK

11. T : Ada berapa guru BK yang dimiliki oleh sekolah?

J : satu orang.

12. T : Fasilitas apa saja yang diberikan oleh sekolah untuk mendukung

program layanans BK di sekolah?

J : Ruangan BK, pelatihan, kelengkapan administrasi.

13. T : Apakah setiap siswa memiliki buku pegangan BK?

J : Tidak, tapi ada catatan khusu oleh BK

Page 18: Laporan Observasi Bk

14. T : Fungsi bimbingan dan konseling ada 4, yaitu fungsi pemahaman,

fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan

pengembangan. Wujud usaha apa saja yang dilaksanakan bimbingan dan

konseling di sekolah yang mencerminkan masing-masing fungsi tersebut?

J : Pemahaman : sosialisasi BK diawal pelajaran. Pencegahan :

sosialisasi tata tertib sekolah. Pengentasan : pemberian sangsi sesuai

dengan ketentuan. Pemeliharaan dan pengembangan : ….

15. T : Bagaimana peranan guru bidang studi dalam pelaksanaan

bimbingan dan konseling di sekolah?

J : Menyelesaikan kasus yang dihadapi saat pembelajaran.

Menangani kasus yang didapati di luar jam pembelajaran. Mengadakan

kunjungan rumah. Melimpahkan kasus kepada wali kelas atau ke

coordinator BK.

16. T : Jenis layanan apa saja yang diberikan bimbingan dan konseling

kepada siswa?

J : Kasus pelanggaran kedisiplinan. Kasus kepribadian individu.

Bimbel karir.

17. T : Apakah terjadi miskonsepsi mengenai peran dan fungsi

bimbingan dan konseling di sekolah? Misalnya, siswa menganggap

bimbingan dan konseling hanya melayani siswa yang bermasalah.

J : Ya terjadi.

18. T : Bagaimana tanggapan Anda mengenai miskonsepsi bimbingan

dan konseling yang sering terjadi di kalangan siswa? Dan bagaimana

cara guru BK dalam mengatasi hal tersebut?

J : Itu adalah hal wajar. Memang begitu pengertian BK adalah untuk

siswa berkasus. Mengatasinya dengan cara menangani kasus pelanggaran

yang bukan kasus karena pribadi.

19. T : Contoh kegiatan apa saja yang diberikan bimbingan dan

konseling dalam rangka memberikan layanan informasi dalam bidang

bimbingan karier?

J : Kegiatan bimbingan memilih sekolah setelah lulus. Mencari

pekerjaan.

Page 19: Laporan Observasi Bk

20. T : Jenis masalah apa saja yang dihadapi oleh siswa? Bagaimana

bimbingan dan konseling mengatasi masalah tersebut?

J : Malas belajar. Motivasi kurang. Lingkungan kurang mendukung.

Cara mengatasinya : dipanggil ke ruang BK dan diarahkan, dinasihati,

orang tua dipanggil atau melakukan home visit.

21. T : Latar belakang apa saja yang biasanya menyebabkan munculnya

masalah pada siswa?

J : Orang tua belum 100% memperhatikan pendidikan anaknya,

pendidikan orang tua rendah. Pengaruh lingkungan sekitar tempat tinggal.

Keadaan ekonomi yang pas-pasan.

22. T : Dalam memberikan layanan, bimbingan dan konseling lebih

sering memberikan layanan individual, kelompok, atau klasikal? Jelaskan

alasannya mengapa layanan tersebut dipilih.

J : memilih secara individual. Alasan : siswa (subjek) dan kasus

(objek) langsung diketahui sehingga arah penyelesaian kasus, pembinaan

dan lain-lain dapat fokus.

23. T : Apakah ada kerjasama antara guru bimbingan dan konseling

dengan guru bidang studi? Bagaimana bentuk kerjasamanya?

J : ya harus ada. Seperti no.15

24. T : Apakah siswa sering mengunjungi bimbingan dan konseling

untuk berkonsultasi atau meminta bimbingan?

J : Ada tetapi jarang.

25. T : Selain membantu siswa dalam bimbingan karier atau masalah

mengenai studi, apakah BK juga membantu siswa dalam memberikan

solusi mengenai masalah keluarga yang sedang dihadapi oleh siswa?

J : Ya membantu.

26. T : Apakah guru BK pernah melakuan kunjungan ke rumah siswa

untuk memperoleh keterangan yang diperlukan dalam mengatasi

permasalahan siswa?

J : Ya melakukan kunjungan ke rumah untuk mendapatkan

keterangan lebih banyak dari orang tua atau keluarga sebagai wujud

Page 20: Laporan Observasi Bk

kerjasama menyelesaikan kasus peserta didik, orang tua ikut memantau

perkembangn perubahan dari kasus tersebut.

27. T : Siapa saja yang terlibat dalam program layanan bimbingan dan

konseling di sekolah?

J : Yang terlibat : guru maple, wali kelas, coordinator BK, dan

kepala sekolah.

28. T : Pelaksanaan program BK di sekolah menggunakan pola apa?

Dan apakah telah dilaksanakan dengan maksimal?

J : Pola generalis. Belum maksimal.

29. T : Setelah para siswa mendapat layanan BK, apakah

perkembangannya diikuti?

J : Perkembangan dipantau, sejauh mana perubahannya.

30. T : Berkaitan dengan keperluan pengembangan siswa dalam

berbagai aspek, BK perlu menghimpun informasi seputar siswa yang

bersangkutan. Bagaimana cara BK mendapatkan informasi tersebut?

J : melalui orang tua, guru mapel, wali kelas, pengamatan langsung,

teman sekelas, teman akrab.

31. T : Pengumpulan data dengan instrument apa saja yang telah Anda

lakukan untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling?

a.      Tes inteligensi g. Angket siswa

b.      Tes bakat h. Angket orang tua

c.      Inventori minat i. Angket pengamatan guru

d.      Tes kepribadian j. Angket sosiometri

e.      Angket kebiasaan belajar k. Angket bakat dan minat

f.      Alat ungkap masalah (AUM)

32. T : Pola organisasi BK di sekolah?

J : dicantumkan dalam lampiran

Page 21: Laporan Observasi Bk

33. T : Apakah ada evaluasi program layanan bimbingan dan konseling?

Kalau ada, berapa kali dalam 1 semester? Bentuk evaluasinya seperti

apa?

J : setiap satu semester. Bentuk laporan menjelang pembagian rapot.

(lihat lampiran)

B. PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP

Berdasarkan data hasil observasi, BK di SMP YPE Cilacap ternyata belum

maksimal dilaksanakan. Masih banyak sekali yang harus dibenahi. Baik dari

segi yang mendasar sampai segi kompleks.

1. SMP YPE Cilacap ternyata hanya memiliki satu orang guru BK.

Hal ini disebabkan karena SMP YPE Cilacap tidak memiliki

banyak ruang kelas untuk masing-masing jenjangnya. Untuk satu

jenjang (misal kelas tujuh) SMP YPE hanya memiliki dua unit

kelas yaitu A dan B, begitu pula dengan kelas delapan dan

sembilannya. Sehingga, dengan satu guru BK sudah dirasa cukup

untuk melakukan tugasnya.

Sebaiknya tidak demikian, karena fungsi dan tugas guru BK

tersebut jadi tidak termaksimalkan. Meskipun wilayah kerjanya

tergolong sempit, yaitu hanya mengampu enam kelas saja. Akan

lebih baik apabila guru BK ditambah lagi personilnya atau tiap

tingkatan kelas memiliki guru BK, sehingga BK bisa memantau

perkembangan siswa dengan baik.

2. Sekolah sudah memberikan fasilitas berupa ruang BK, namun

ruangan tersebut belum termanfaatkan dengan baik. Bisa diketahui

dari jarangnya siswa yang mengunjungi ruang BK untuk

berkonsultasi maupun meminta bimbingan. Hal ini dipengaruhi

pula oleh penghapusan jam BK di sekolah. BK pun hanya masuk

ke kelas bila memungkinkan atau incidental. Hal ini menyebabkan

sosialisasi BK kurang tersampaikan dan menyebabkan tujuan,

asas-asas, fungsi, prinsip dan orientasi BK kurang tercermin.

Page 22: Laporan Observasi Bk

3. Fungsi-fungsi BK (pemahaman, pencegahan, pengentasan, dan

pemeliharaan dan pengembangan) tidak berjalan dengan baik. Dari

data justru guru BK menanggapinya dengan lain tidak sesuai

dengan teori yang peneliti dapatkan. Misalnya pada fungsi

pemahaman dan fungsi pengentasan. Pada teori, fungsi

pemahaman berarti memahami berbagai hal yang esensial

berkenaan dengan perkembangan dan kehidupan klien (siswa).

Dalam pemahaman fokus utama BK adalah klien dengan berbagai

permasalahannya dan tujuan-tujuan konseling. Namun tanggapan

guru BK SMP YPE ternyata berbeda. Menurut beliau, fungsi

pemahaman menitikberatkan pada sosialisasi BK kepada peserta

didik pada awal pelajaran. Yang menjadi fokus dari fungsi

pemahaman menurut beliau adalah ‘pemahaman terhadap

pengertian BK’. Terdapat perbedaan makna pada kedua pendapat

tadi. Hal ini bisa menyebabkan miskonsepsi BK dikalangan siswa

maupun guru BK sendiri.

4. Layanan-layanan BK yang diberikan kepada siswa sebagian besar

masih merujuk pada ‘penanganan kasus’, layanan kepribadian, dan

juga bimbingan karir. Ini mengindikasikan bahwa di sekolah

tersebut kebanyakan siswanya mengalami jenis masalah :

Emosi

Disini peran BK adalah memberikan pelayanan khusus

bagi siswa melalui program layanan informasi, layanan

konseling, layanan bimbingan dan konseling kelompok.

Dalam layanan ini anak dapat berlatih bagaimana cara

menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara

mengemukakan masalah dengan baik, bagaimana cara

mengendalikan diri baik dalam menanggapi masalah

sesama anggota.

Penyesuaian diri

Page 23: Laporan Observasi Bk

Sekolah membantu siswa untuk bisa menyesuaikan diri

dengan cara menyediakan sarana dan prasarana serta

fasilitas-fasilitas pembinaan minat dan bakat siswa,

misalnya melalui kegiatan ekstrakulikuler.

Perilaku social

Sekolah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dengan tidak

melihat latar belakang suku, agama, ras, dan social

ekonomi. Sekolah memperlakukan siswanya dengan sama

rata.

Moral

Sekolah menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan,

meningkatkan pendidikan budi pekerti.

Keluarga

Sekolah melakukan kerjasama dengan orang tua siswa.

Untuk jenis masalah yang dihadapi oleh siswa SMP YPE sendiri,

contoh spesifikasinya adalah sebagai berikut :

Malas belajar

Motivasi belajar kurang

Perhatian dari orang tua kurang

Lingkungan yang kurang mendukung untuk belajar

Masalah - masalah tersebut dapat diatasi dengan beberapa

alternative yang bisa dilakukan oleh BK, diantaranya adalah

dengan memberikan bimbingan dan motivasi, atau yang lainnya

bergantung pada jenis masalah yang sedang dihadapi dan kondisi

siswanya.

Page 24: Laporan Observasi Bk

5. Dalam melaksanakan layanan, BK SMP YPE lebih memilih

melakukannya secara individu. Alasannya karena masalah pada

siswa akan langsung diketahui dan penyelesaiannya dapat fokus.

6. Dalam pelaksanaannya, BK bekerja sama dengan guru mata

pelajaran dan pihak lain untuk menyelesaikan masalah. Ini sudah

menunjukkan adanya kerjasama yang baik di sekolah tersebut.

7. Pola bimbingan yang dilaksanakan yaitu pola generalis, bimbingan

hanya dianggap perlu pada saat-saat tertentu saja. Namun,

nantinya perkembangan dari siswa akan terus dipantau.

C. MISKONSEPSI BK DI SMP YPE

Terjadi miskonsepsi BK di SMP YPE Cilacap, baik dikalangan siswa maupun

guru BK dan tenaga pendidiknya sendiri. Yaitu dengan dianggapnya BK

sebagai polisi sekolah. Contohnya saja layanan BK yang masih notabene

sebagai penegak kedisiplinan di sekolah.

Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya sosialisasi mengenai pemahaman

BK dan fungsinya di sekolah, guru BK yang bukan merupakan lulusan

akademik BK sehingga menyebabkan ketidakprofesionalan dalam

melaksanakan tugas BK.

Ada beberapa penyebab lain, yakni :

1. Kesalahpahaman-kesalahpahaman diatas diakibatkan karena bidang

BK masih tergolong baru dan merupakan produk impor sehingga

menyebabkan para pelaksanaannya dilapangan belum terlalu

mengetahui BK secara menyeluruh.

2. Penyebabnya dari konselor itu sendiri. Banyak yang bukan dari

tamatan BK itu sendiri yang menjadi pelaksanan BK, sehingga tidak

efesiennya pelaksanaan BK dilapangan, dan juga pelaksanaan yang

belum efesin dari guru BK itu sendiri, tidak jelasnya program yang

Page 25: Laporan Observasi Bk

akan dijalankan, baik program harian, mingguan, bulanan maupun

semesteran, walaupun dia dari tamatan BK itu sendiri.

3. Masih belum disepakatinya penggunaan istilah Bimbingan dan

Konseling itu sendiri, di Indonesia masih ada yang menggunakan

istilah pelayanan BP, BK, dankonseling, dan ini juga mempengaruhi

persepsi masyarakat tentang pelayanan yang dilakukan oleh petugas

BK dilapangan.

Secara konseptual, aktivitas BK sangat menekankan pendekatan kolaborasi

antara konselor dengan para personal sekolah lainnya (Kepala Sekolah, guru-

guru, dan staf administrasi), orang tua konseli, dan stakeholders. Pendekatan

ini terintegrasi dengan proses pendidikan di sekolah secara keseluruhan dalam

upaya membantu para konseli agar dapat mengembangkan atau mewujudkan

potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,

maupun karir. Atas dasar itu, maka implementasi BK di sekolah

diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli,

yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan

pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi

biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).

Secara konseptual pelaksanaan BK di sekolah sebenarnya tidak terlalu banyak

menyisakan peluang untuk dikritisi, permasalahannya hanyalah kemapanan

konsep BK tersebut belum diimbangi oleh kematangan praktisi pendidikan

dalam mengimplementasikan konsep BK di sekolah-sekolah. Dalam banyak

kasus, praktisi pendidikan secara umum termasuk konselor di dalamnya

masih memiliki hambatan yang serius dalam menerjemahkan konsep BK

yang berorientasi pada client centered tersebut ke dalam aktivitas bimbingan

dan konseling yang berpusat pada konseli. Meskipun didasarkan pada konsep

client centered, aktivitas BK masih sering mengulang-ulang paradigma lama

yang lebih menekankan pembiasaan perilaku (behavioristik), sehingga

aktivitas BK masih cenderung berpusat pada konselor. Meskipun guru BK di

sudah mengikuti perbagai macam pelatihan bimbingan dan konseling, akan

tetapi hal ini belum terlalu cukup untuk mengubah persepsi unsur-unsur

Page 26: Laporan Observasi Bk

sekolah yang lain berkaitan dengan masalah bimbingan dan konseling di

sekolah.

D. PERAN GURU BIDANG STUDI DALAM BK

Dari data yang didapat, peranan guru di SMP YPE Cilacap terhadap BK

adalah :

1. Menyelesaikan kasus yang dihadapi pada saat pembelajaran di kelas

2. Menangani kasus yang didapati di luar jam pelajaran

3. Mengadakan kunjungan ke rumah orang tua

4. Melimpahkan kasus yang dihadapi kepada wali kelas atau ke coordinator

BK

Selain itu, peran guru di SMP YPE masih cenderung sebagai fasilitator. Guru

berperan sebagai fasilitator ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik

itu yang bersifat preventif maupun kuratif. Dibandingkan dengan guru

pembimbing, guru mata pelajaran lebih memahami tentang ketrampilan

belajar yang perlu dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran yang diajarnya.

Pada saat siswa mengalami kesulitan belajar, guru dapat merancang program

perbaikan dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dialami dan

menyesuaikan dengan gaya belajar siswa.

E. HAMBATAN PELAKSANAAN BK

1. Ketika siswa diberi surat agar diserahkan kepada orang tua, siswa justru

tidak memberikan kepada orang tuanya. Hal ini mempersulit BK dalam

upaya penyelesaian masalah.

2. Orang tua yang dipanggil untuk segera menyelesaikan masalah di sekolah

tidak kunjung datang. Hal ini juga merupakan penghambat

keberlangsungan proses pencapaian terselesaikannya masalah.

3. Ketika orang tua memenuhi panggilan, anak yang bersangkutan tidak ikut

hadir dalam upaya penyelesaian masalah tersebut, ini mempersulit proses

Page 27: Laporan Observasi Bk

penyelesaian masalah karena masalah yang sebenarnya kurang dapat

diklarifikasi kebenarannya.

Melalui kerjasama memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi,

pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya

mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin

dihadapi siswa.

Page 28: Laporan Observasi Bk

BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dari hasil observasi wawancara dengan guru BK di SMP YPE Cilacap

didapat :

1. Pelaksanaan BK masih belum maksimal

2. Yang menjadi hambatan adalah siswa dan orang tua siswa yang masih

belum bisa diajak kerjasama dalam penyelesaian masalah dan pencapaian

tujuan

3. Peran guru masih belum mencakup lima aspek yaitu, informator,

fasilitator, mediator, motivator, kolaborator. Masih cenderung berperan

sebagai fasilitator dan ‘polisi sekolah’ selain guru BK.

4. Miskonsepsi BK yang terjadi adalah BK dianggap sebagai ‘polisi sekolah’

B. SARAN

1. Pelaksanaan BK di sekolah hendaknya dilakukan oleh orang yang ahli di

bidang BK, agar tidak terjadi miskonsepsi BK di sekolah.

2. Hendaknya ada kerjasama antara sekolah dengan pihak lain (orang tua)

untuk menyelesaikan masalah.

3. Diadakan sosialisasi mengenai makna BK yang sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: Laporan Observasi Bk

Ahmad IAIN. Online at 1 Mei 2013 [http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/163/jiptiain--ahmadfithr-8117-2-babire-r.pdf]

Mugiarso Heru. 2011. Bimbingan dan Konseling. UNNES : Pusat pengembangan MKU & MKDK LP3 Universitas Negeri Semarang.

Yusuf, Syamsu., dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Winkel, W.S. 1982. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah. Jakarta: PT Gramedia.

LAMPIRAN

Page 30: Laporan Observasi Bk